Pengolahan Limbah Cair Domestik
Pengolahan Limbah Cair Domestik
ABSTRAK
Di Indonesia, sumber penghasil limbah cair terbesar berasal dari aktivitas rumah tangga. Oleh
karena itu, diperlukan suatu metode penanganan yang tepat untuk mengolah limbah cair
domestik. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah fitoremediasi. Dalam penelitian ini
digunakan tanaman kayu apu (PistiastratiotesL.) yang ditanam dengan teknik hidroponik DFT
(DeepFlowTechnique) untuk mengolah limbah cair domestik dari MCK Terpadu Tlogomas
Malang. Kayu apu (PistiastratiotesL.) sebagai tumbuhan air memiliki potensi dalam
menurunkan kadar pencemar air limbah yang memiliki kadar organik tinggi. Kemampuan
mencengkeram lumpur dengan berkas-berkas akarnya dapat dimanfaatkan sebagai pembersih
air sungai yang sangat kotor. Tanaman kayu apu (PistiastratiotesL.) mempunyai keunggulan
seperti daya berkecambah yang tinggi, pertumbuhan cepat, tingkat absorbsi atau penyerapan
unsur hara dan air yang besar, mudah ditemukan, dan daya adaptasi yang tinggi terhadap
iklim. Penelitian ini menggunakan sistem recirculatingbatch. Penelitian ini menggunakan 2
faktor perlakuan, yaitu lama waktu retensi 3hari (A3) dan 6 hari (A6) serta pemberian aerasi B1
(tanpa penambahan aerasi) dan B2 (dengan penambahan aerasi) dimana pada setiap perlakuan
diulang sebanyak 3 kali.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu retensi 6
hari dengan penambahan aerasi (A6B2) paling efisien dalam pengolahan limbah cair domestik.
Efisiensi penurunan maksimal terhadap nilai COD 65,06%, TSS 19,99%, serta minyak dan lemak
sebesar 37,10%. Sedangkan untuk nilai BOD terjadi peningkatan sampai 45,35% dikarenakan
adanya tanaman yang mati dan akar tanaman yang rontok sehingga menambah kandungan
bahan organik dalam air limbah.
Abstract
At Indonesia, the largest source of liquid waste derived from household activity. Therefore, it required an
appropriate handling methods to proccessing greywater. One method that can be applied is
phytoremediation. In this research was used Pistia stratiotes L. planting with DFT (Deep flow technique)
hydroponic system for the treatment of greywater taken from MCK Terpadu Tlogomas Malang. Water
lettuce (Pistia stratiotes l.) as aquatic plants have potential to proccess waste water that have high organic
content. Capability of gripping mud with shafts of its roots can be used as a cleanser of a very dirty river.
Pistia stratiotes L. has advantages such as high rate to germinate, rapid growth, high absorption rate of
water and nutrients, easy to find, and great adaptation with climate.This research using a recirculating
batch system. Analysis of the greywater parameters conducted at the beginning and the end after
treatment. This research used 2 factors including retention time 3 days (A3)7 and 6 days (A6) and
providing aeration B1 (without addition of aeration) and B2 (with the addition of aeration) where in each
treatment was repeated three times.The results showed that treatment of long retention time 6 days with
the addition of aeration (A6B2) is most efficient in domestic liquid waste processing. Maximum reduction
64
Wirawan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
efficiencies of COD 65,06% , TSS 19.99%, as well as oils and fats of 37,10%. As for the value of BOD
increase 45,35% due to plants that die and the root crops that loss so that adds to the content of organic
matter in the waste water.
disebarkan pada setiap talang 90 tanaman 5mm dan diletakkan pada tiap ujung
dimana hal ini disesuaikan dengan panjang tingkatan talang PVC.
dan lebar talang PVC sehingga tidak terlalu Pengambilan Limbah
rapat. Akar tanaman dibiarkan Pengambilan limbah dilakukan pada pukul
menggantung dan tercelup dalam aliran 07.30 WIB sebanyak 6 kali dengan
limbah setinggi 4 cm. menggunakan jerigen 30 L dan dilakukan
dalam waktu yang berbeda.Volume air
Alat Hidroponik limbah yang diambil sebanyak 60 L setiap
Kerangka alat yang dibuat memiliki dimensi kali pengambilan (ditunjukkan pada Tabel
panjang 125 cm, lebar 62,5 cm, tinggi 125 cm 1).Selain itu juga dilakukan pengambilan
yang terbuat dari besi dan berisi 4 tingkat sampel pada botol plastik 600 ml untuk di
(Gambar 1). Pada kerangka ini juga akan analisa sebagai sampel awal. Dalam satu
ditempatkan talang PVC pada tiap kali pengambilan, air limbah digunakan
tingkatan dengan diameter 10 cm dengan untuk 2 perlakuan yaitu tanpa aerasi (B1)
panjang 110 cm sebagai media sirkulasi air dan dengan aerasi (B2).
limbah. Selain itu juga terdapat bak
penampung air limbah yang memiliki Tabel 1. Pengambilan sampel
dimensi panjang 30 cm, lebar 15 cm, dan Nama Sampel Perlakuan
tinggi 15 cm yang terbuat dari Sampel 1 1A3B1 & 1A3B2
kaca.Kerangka alat dibuat sebanyak 2 unit. Sampel 2 2A3B1 & 2A3B2
Sampel 3 3A3B1 &3A3B2
Sampel 4 1A6B1 & 1A6B2
Sampel 5 2A6B1 & 2A6B2
Sampel 6 3A6B1 & 3A6B2
*A3B1 : 3 hari tanpa aerasi A6B1 : 6 hari tanpa
aerasi
A3B2 : 3 hari dengan aerasi A6B2 : 6 hari dengan
aerasi
Hasil yang didapatkan dari nilai COD Penurunan kandungan TSS setelah
menunjukkan adanya penurunan pada proses pengolahan dengan menggunakan
semua perlakuan, dimana pada lama waktu tanaman kayu apu (PistiastratiotesL.)
retensi 3 hari penurunan tertinggi terjadi disebabkan karena terjadi proses
pada perlakuan B2, dan pada 6 hari penyerapan oleh tanaman, dekomposisi
penurunan tertinggi juga terjadi pada bahan organik terlarut dan mengendapnya
perlakuan B2. Berdasarkan data dari tabel hasil dekomposisi bahan organik.
4.2 dapat diketahui bahwa laju penurunan Penurunan nilai TSS juga disebabkan
COD pada perlakuan B2 lebih besar karena tanaman kayu apu memiliki akar
dibandingkan dengan perlakuan B1, serta serabut yang dapat menjadi tempat
pada lama waktu retensi 6 hari (A6) juga menempelnya koloid yang melayang di air.
lebih besar dibandingkan dengan lama Semakin banyak akar serabut yang dimiliki,
waktu retensi 3 hari (A3). Hal ini maka semakin banyak koloid yang
menunjukkan adanya pengaruh antara lama menempel pada akar-akar tersebut
waktu retensi dan pemberian aerasi (Fachrurozi dkk., 2010).
terhadap nilai COD. Hasil yang didapatkan dari nilai TSS
Efisiensi penyisihan kandungan air menunjukkan adanya penurunan pada
limbah bergantung pada konsentrasi dan semua perlakuan, dimana pada lama waktu
lamanya waktu penahanan di dalam sistem, retensi 3 hari penurunan tertinggi terjadi
dimana waktu retensi yang cukup akan pada perlakuan B1, dan pada 6 hari
memberikan kesempatan kontak antara penurunan tertinggi juga terjadi pada
mikroorganisme dengan air limbah. Bahan perlakuan B1. Berdasarkan data dari tabel
organik yang terdapat didalam air limbah 4.3 dapat diketahui bahwa laju penurunan
akan dirombak oleh mikroorganisme TSS pada perlakuan B1 lebih besar
menjadi senyawa lebih sederhana dan akan dibandingkan dengan perlakuan B2, serta
dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai pada lama waktu retensi 6 hari (A6) juga
nutrient, sedangkan sistem perakaran lebih besar dibandingkan dengan lama
tumbuhan air akan menghasilkan oksigen waktu retensi 3 hari (A3). Laju penurunan
yang dapat digunakan sebagai sumber TSS pada perlakuan B2 lebih kecil dibanding
energi/katalis untuk rangkaian proses dengan perlakuan B1 disebabkan oleh
metabolisme bagi kehidupan adanya peningkatan BOD yang lebih besar
mikroorganisme (Supradata, 2005). pada perlakuan B2 dibandingkan dengan
peningkatan BOD pada perlakuan B1.
Total Suspended Solid (TSS)
Data hasil analisa yang didapatkan pH ( Tingkat Kemasaman Air)
menunjukkan bahwa kandungan TSS pada Data hasil analisa yang didapatkan
limbah awal sebelum diolah melebihi menunjukkan bahwa nilai pH pada limbah
bakumutu air limbah domestik. Setelah awal sebelum diolah telah memenuhi baku
mengalami pengolahan nilai TSS mengalami mutu air limbah domestik. Setelah
penurunan tetapi masih melebihi baku mengalami pengolahan nilai pH mengalami
mutu air limbah domestik. Tabel 5 fluktuasi tetapi masih memenuhi baku mutu
menunjukkan penurunan nilai TSS. air limbah domestik.Tabel 6 menunjukkan
nilai rata-rata pH limbah domestik.
68
Wirawan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
banyaknya koloid yang menempel (Gambar Organik, dan Zat Padat Air Limbah
2). Domestik pada Bak Aerasi Prototipe
IPAL Sistem Lumpur Aktif.
Skripsi.UM. Malang.
A B Boyd, Claude E. 1988. Water Quality in
Warmwater Fish Ponds.Forth
Printing. Alabama, USA
Agricultural Experiment station,
Auburn University
Chadirin, Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan
Hidroponik. Diktat Kuliah. Dep. Tek.
Pertanian.IPB. Bogor
Chussetijowati J, et al. 2010. Fitoremediasi
Radionuklida 134Cs Dalam Tanah
A B Menggunakan Tanaman Bayam
Gambar 2. A). Kondisi tanaman sebelum (Amaranthus sp.). Prosiding Seminar
pengolahan, B). Kondisi tanaman setelah Nasional ke-16 Teknologi dan
pengolahan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas
Nuklir.ITS. Surabaya. Hal. 282-289
Perubahan pada daun dapat Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
diakibatkan oleh beban polutan yang tinggi Pengelolaan Sumberdaya dan
sehingga menurunkan kualitas dan Lingkungan Perairan. Kanisius.
kuantitas klorofil, sehingga menyebabkan Yogyakarta.
daun berubah warna. Sedangkan perubahan Fachrurozi, et al. 2010. Pengaruh Variasi
pada akar, diakibatkan oleh kandungan TSS Biomassa PistiastratiotesL. Terhadap
yang tinggi sehingga mengganggu respirasi Penurunan Kadar BOD, COD, dan
sel di akar karena adanya proses TSS Limbah Cair Tahu di Dusun Klero
penyaringan atau filter yang dilakukan oleh Sleman Yogyakarta. Jurnal KES MAS
akar tanaman (Fachrurozi dkk., 2010). UAD Vol. 4 No. 1 Januari 2010.
Universitas Ahmad Dahlan,
KESIMPULAN Yogyakarta.
Jasa Tirta. 2012. Prosedur Analisa Total
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Suspended Solid. Jasa Tirta. Malang
pengaruh Pistia stratiotes L. dalam Kelly, EB. 1997. Groundwater Pollution Primer
pengolahan limbah cair domestik : Phytoremediation. Civil Engineering
menunjukkan adanya peningkatan nilai Dept, Virginia Tech. dilihat pada 15
BOD maksimal sebesar 45,35% pada November 2013.
perlakuan A6B2, penurunan nilai COD http://www.webapps.cee.vt.edu/e
maksimal sebesar 65,06% pada perlakuan wr/environmental/teach/gwprime
A6B2, penurunan nilai TSS maksimal r/phyto/phyto.html
sebesar 19,99% pada perlakukan A6B2, nilai Pergub Jatim No. 72. 2013. Baku Mutu Air
pH maksimum sebesar 8,50 pada perlakuan Limbah Bagi Industri dan/atau
A3B2, dan penurunan nilai minyak dan Kegiatan Usaha Lainnya. Jawa Timur
lemak maksimum sebesar 37,10% pada Priyono, Andika T. 2007. Pengaruh
perlakuan A6B2. Perlakuan lama waktu PistiastratiotesL. Dalam Peningkatan
retensi 6 hari dengan aerasi (A6B2) paling Kualitas Air. Skripsi. IPB. Bogor
efisien dalam pengolahan limbah cair Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air
domestik dengan tanaman kayu apu. Limbah. UI-Press. Jakarta
Supradata. 2005. Pengolahan Limbah Domestik
DAFTAR PUSTAKA Menggunakan Tanaman Hias
(CyperusalternifoliusL.) Dalam Sistem
Angga Dheta SA. 2007. Pengaruh Lama Waktu Lahan Basah Buatan Aliran Bawah
Aerasi Terhadap Penurunan Kadar Permukaan (SSF-Wetlands). Desertasi
Amoniak, Nitrit, Nitrat, Senyawa Doktor. UNDIP. Semarang.
70
Wirawan, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan