Anda di halaman 1dari 7

Pedoman

Pelaksanaan Triase Kedokteran


Gigi
BAB I
DEFINISI

PENGERTIAN
RSGM Gusti Hasan Aman merupakan rumah sakit tipe B, sekaligus sebagai
pusat rujukan yang struktur organisasi dan tata kerjanya ditetapkan dalam SPO.
RSGM Gusti Hasan Aman memiliki tugas dan fungsi, salah satunya adalah
mengembangkatan peningkatan kualitas pelayanan di instalasi Gawat Darurat
sesuai dengan visi dan misinya. Salah satu upaya untuk meningkatakan kualitas
pelayanan dapat ditempuh melalui pelaksanaan Triase, yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk menyeleksi pasien sesuai tingkat kegawatdaruratan sehingga
pasien terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya. Maksud dan tujuan dalam melaksanakan triase adalah :
a) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme layanan yang cepat, tepat dan
akurat sesuai dengan standard pelayanan gawat darurat pada umumnya.
b) Memberikan kemudahan dan kelancaran dalam memberikan pelayanan kepada
setiap kasus-kasus sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya.
c) Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan penanggulangan
kegawatdaruratan sesuai dengan tingkat kedaruratannya.
BAB II
RUANG LINGKUP

a) Instalasi Gawat Darurat Kedokteran Gigi


Instalasi Gawat Darurat Gigi dan Mulut RSGM Gusti Hasan Aman merupakan
suatu unit pelayanan yang menangani kasus-kasus kegawatdaruratan gigi dan
mulut sesuai dengan standar dan prosedur pelayanan yang berlaku. Pelayanan
IGD Gigi dan Mulut ini sudah sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan
oleh Direktur RSGM Gusti Hasan Aman. Ruangan instalasi gawat darurat
terdiri dari ruangan pemeriksaan dan ruangan tindakan, yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana serta fasilitas peralatan yang sesuai dengan
standar pelayanan gawat darurat rumah sakit gigi dan mulut.
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Gigi dan Mulut dilakukan selama 24 jam,
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan setiap pasien.

b) Unit Rawat Jalan


Unit rawat jalan RSGM Gusti Hasan Aman merupakan unit pelayanan yang
menangani kasus-kasus spesialistik kedokteran gigi. Pelayanan unit rawat
jalan sudan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Direktur
RSGM Gusti Hasan Aman.
Poliklinik rawat jalan dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas
peralatan yang sesuai dengan standar pelayanan, namun tidak menyediakan
fasilitas pelengkap untuk keadaan gawat darurat.
Sebagian besar kasus kedokteran gigi berhubungan dengan rasa sakit. Tidak
menutup kemungkinan adanya pasien dengan rasa sakit yang tidak tertahankan
datang untuk mendapatkan perawatan di unit rawat jalan. Dalam hal ini,
pelaksanaan triase juga diperlukan untuk menyeleksi kasus-kasus kedokteran
gigi yang penatalaksanaannya tidak dapat ditunda karena berlakunya sisten
antrian di unit rawat jalan.
BAB III
TATA LAKSANA

1. PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN SECARA UMUM


a. Pasien dengan penyakit yang tidak memerlukan tindakan segera (tidak
gawat)
1) Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat Gigi dan Mulut ataupun ke
Unit Rawat Jalan, diterima oleh bagian pendaftaran.
2) Dilakukan pencatatan data dan informasi untuk kelengkapan rekam medis
3) Dilakukan pemberian informasi prosedur, fasilitas, administrasi rumah
sakit serta hak dan kewajiban pasien
4) Dilakukan Anamnesis dan pemeriksaan oleh dokter gigi
5) Pasien diarahkan untuk menuju ke poliklinik rawat jalan sesuai dengan
kebutuhan pasien
6) Dilakukan tindakan perawatan oleh dokter gigi di pliklinik yang dituju,
disertai pemeriksaan penunjang dan pemberian obat bila diperlukan
7) Setelah dilakukan tindakan pasien diperbolehkan pulang
8) Bila berdasarkan pemeriksaan pasien harus dirujuk ke tingkat perawatan
yang lebih tinggi, pasien mendapat surat pengantar ke rumah sakit yang
dituju.
b. Pasien dengan penyakit yang memerlukan tindakan segera (gawat
darurat)
1) Pasien datang ke instalasi gawat darurat gigi dan mulut atau unit rawat
jalan.
2) Perawat/dokter gigi mengenali pasien gawat darurat dengan kriteria yang
telah ditentukan.
3) Selanjutnya dilakukan di bagian instalasi gawat darurat kedokteran gigi.
4) Dilaporkan kepada dokter gigi yang bertugas
5) Dokter mengevaluasi tingkat kegawat daruratan, mengeluarkan
terapi/tindakan sementara, dan bila perlu berkonsultasi kepada dokter gigi
spesialis sesuai kebutuhan.
6) Bila berdasarkan pemeriksaan pasien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan
yang lebih tinggi dengan segera, dilakukan proses transfer dan rujukan
sesuai dengan pedoman yang berlaku.
7) Bila keadaan kedaruratan sudah dapat diatasi, pasien diperbolehkan
pulang dan disarankan untuk kembali ke unit rawat jalan keesokan
harinya, sesuai dengan kebutuhan perawatan lanjutannya.

2. PENATALAKSAAN TRIASE
Kategori triase ditentukan sesuai dengan kondisi pasien, agar dapat
dipastikan bahwa pasien ditangani berdasarkan tingkat kegawatannya. Sebelum
ditentukan kategori triase terlebih dahulu dilakukan anamnesis terhadap :
a. Gambaran Riwayat Pasien dan Masalah/Keluhan yang dirasakan
1) Identifikasi masalah yang diarasakan pasien saat ini :
a. Catat alasan utama pasien untuk berobat, masalah apa yang
muncul sehingga pasien segera berobat
b.
Apakah keluhan baru saja dirasakan atu pernah dialami
sebelumnya dan apa yang sangat dikhawatirkan oleh pasien
b. Pemeriksaan
1) Untuk mendapatkan petunjuk lebih banyak untuk mendukung
diagnosis sementara.
2) Mendapatkan bukti yang tidak mendukung diagnosis sementara.

c. Riwayat Penyakit pada Pasien


1) Riwayat penyakit pasien sebelumnya
2) Penggunaan obat sebelumnya
3) Kondisi yang mempengaruhi
4) Riwayat rawat inap, pembedahan atau operasi sebelumnya
5) Riwayat penyakit keluarga

d. Kesehatan Umum
1) Kondisi sistematik-terutama yang berkaitan dengan kardiovaskular,
inflamasi/radang, serta keadaan infeksi baik lokal maupun general.
2) Medikasi / pengobatan : antikoagulan, termasuk semua suplementasi
herbal, vitamin, anti malari

EVALUASI TRIASE
Dari hasil anamnesis dapat ditentukan penatalaksanaan triase
berdasarkan kategorinya, Kategori triase kedokteran gigi terdiri dari 3
tingkatan, yaitu :
a. Triase 1 (Emergency Care atau Perawatan Gawat Darurat)
Kasus yang harus dikaji dan ditangani dalam waktu 60 menit,
termasuk perawatan lanjutan yang dapat mempengaruhi tingkat
keparahannya.
Kasus yang termasuk dalam Triase 1 :
 Trauma melibatkan laserasi fasial/oral dan atau luka
dentoalveolar
 Pembengkakan orofasial yang sangat terlihat atau bertambah
parah
 Perdarahan post ekstraksi yang tidak terkontrol
 Keadaan yang menghasilkan keadaan sistemik akut atau
peningkatan temperatur tubuh sebagai akibat dari infeksi gigi
 Trismus yang parah
 Keadaan oro dental yang menyebabkan kondisi eksaserbasi
sistemik
b. Triase 2 (Urgent Care atau Perawatan Segera)
Kasus yang harus dikaji dan ditangani dalam waktu 24 jam
namun perlu kerjasama pasien untuk segera melapor bila keadaan
memburuk.
Kasus yang termasuk dalam Triase 2 :
 Infeksi gigi dan jaringan lunak tanpa efek sistemik
 Rasa sakit yang parah pada gigi dan fasial yang tidak dapat
diatasi sendiri oleh pasien
 Fraktur gigi satu atau lebih dengan terbukanya pulpa.
c. Triase 3 (Kasus rutin kedokteran gigi)
Kasus yang dapat diatasi sendiri oleh pasien setelah mendapat
instruksi dari petugas kesehatan. Pasien dianjurkan untuk
mendatangi pelayanan kesehatan dalam batas waktu 7 hari.
Kasus yang termasuk dalam Triase 3 :
 Rasa sakit ringan sampai sedang yang tidak berhubungan
dengan kondisi mendesak
 Trauma dental minor
 Perdarahan Post ekstraksi yang dapat dikontrol sendiri oleh
pasien
 Kehilangan mahkota tiruan, bridges atau veneer
 Patah atau kehilangan gigi tiruan
 Patah atau lepasnya tambalan
 Perawatan rutin
 Gusi berdarah
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi dalam proses triase dicatat dalam Rekam Medis, dimulai dari
tahapan :
a. Identifikasi pasien (nama, tanggal lahir, alamat, tanggal berobat)
b. Riwayat pasien (apa, kapan, di mana, dan bagaimana terjadinya gejala/cidera,
gejala-gejala akibat cidera serta keterangan lain yang didapat dari anamnesis)
c. Hasil pemeriksaan
d. Penanganan pertama yang diberikan
e. Rencana penanganan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai