Anda di halaman 1dari 5

TAMU YANG TAK DIUNDANG

Part 26 - Chapter Bonus

Sinopsis:

Balas dendam dari Febby pun mulai terlaksana. Dengan cara yang begitu cantik dan elegan.

***

“MAS BIMA!!! FEBBY!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN BARUSAAAAANNN!!!??” Teriak Yula dengan
rahang yang gemeretak, saking emosinya.

"Ngggg…" Aku, mendadak bingung akan jawaban apa yang harus kuberikan pada istriku. Melihat
suami dan putri kandungnya, telanjang bulat diatas sofa. Saling tindih menindih dengan kemaluan
yang masih menyatu, dan lelehan sperma beserta cairan squirt yang berceceran disofa dan lantai.

“KALIAN GILA YA?” Jerit Yula yang buru-buru menghambur kearahku. Meninggalkan Alex dan dua
tekhnisi dibelakang. Setelah itu, istriku menghampiriku, menarik tangan kiriku supaya dapat segera
beranjak dari tubuh putriku.
“Iya, aku udah gila” Balasku spontan sambil menatap tajam kearah istriku, “Aku udah gila karena cinta
kepada putri kandungmu”

BUUUGGGH
Tiba-tiba, aku merasakan mataku berkunang-kunang.
“BANGUN LU BANGSAT!!!” Erang Alex, yang tiba-tiba sudah berada disampingku.

BUUUUGGGHHH.
Lagi-lagi, aku merasa sebuah pukulan, menghajar ulu hatiku. Dan ketika tubuhku sedikit melemas
karena pukulannya, Alex, dengan sekuat tenaga, memaksaku bangkit dari tubuh Febby.

PLOOOOP
Karena paksaan Alex, penisku tercabut dari vagina Febby
“Uuuhhh. Ayaaah…” Desah putriku ketika mulut vaginanya terbebas dari sumpelan penisku. Membuat
liang peranakan Febby, seketika memuntahkan sisa-sisa squirt dan sperma yang tercampur dengan
lelehan darah perawannya.

SEEEERRR.

“Mulai sekarang, aku tak mau tinggal dirumah Mama” Celetuk Febby tanpa tedeng aling-aling.
Mengutarakan niatan hatinya secara langsung.
“Ooohh. Udah makin berani ya kamu?” Sindir Yula, “Emang kalo ga tinggal ama Mama, mau tinggal
dimana kamu, HEEEH? Dasar perek”

“Ya disini lah. Di apartemen Ayah” Balas Febby, “Ayah bilang, kalo aku bisa pindah kesini kapan aja.
Jadi sepertinya, aku tidak akan kembali kerumah Mama. Karena sejak detik ini, aku bakalan pindah
bersama Ayah.”

“Hahahaha. Yang bener kamu Feb..?” Hardik Yula dengan tawa sinis, “Yakin kamu bisa pindah ke
appartemen kusam dan rusuh gini?
“Iya, bener sekali Ma.” Balas Putriku, “Bahkan tak hanya aku yang pindah kesini. Aku dan anak-anakku
juga pindah kemari.” Sambung Febby mengamit tanganku, dan memintaku duduk kembali
disampingnya.
“Hah? Anak-anak?” Heran Yula.
“Iya, Anak-anak, Ma. Anak-anak yang kelak lahir dari rahimku. Emang Mama ga liat? Kontol Ayah
penuh darah gitu?”
“APAAAA???!!!” Kaget Yula yang langsung melirik kearah penisku, “Ga mungkin…!!!”

“Ya mungkin aja dong Ma. Nih, lihat. Kalo Mama perlu bukti lagi” Ucap Febby yang lagi-lagi, membuka
pahanya lebar-lebar. Memamerkan celah vaginanya yang belepotan sperma dan darah perawannya.
“Karena aku udah memberi perawanku ke Ayah, itu artinya, Ayah yang akan kupilih untuk menjadi
penanggung jawab hidupku.”

“Kamu ga liat-liat situasi ya kalo mo becanda” Sindir Yula


“Nggak Ma. Aku serius. Seserius aku meminta Ayah, untuk membuang semua pejuhnya di memekku.”
Jelas Febby dengan posisi masih memamerkan lubang kemaluannya, “Mengisi liang peranakanku,
dengan benih kejantanannya”

“TIDAK. Kamu udah gila ya? KAMU GILA” Jerit Yula histeris, “Mas, kamu ga ngelakuin semua itu khan
Mas? Kamu ga ambil keperawanan anak kita?”

“Perawan Febby, udah aku ambil, Chaey. Dia sekarang udah bukan remaja lagi. Melainkan, udah jadi
wanita seutuhnya” Ucapku sambil mengusap kening putriku. “ Febby, sekarang adalah tanggung
jawabku. Dan oleh karena itu, aku yang akan mengurus semuanya. Jikalau nanti, Febby hamil
karenaku. Itu pun akan jadi anak-anakku”

“ANJIM KAU MAS. TEGA SEKALI KAU MENGAMBIL PERAWAN PUTRI KITA” Jerit Yula tak terima.
“Kamu yang TEGA Chaey, MENJUAL tubuh Febby ke orang lain” Jelasku sambil memutar balik fakta.

“Aku lakukan itu, demi masa depan Febby, supaya lebih terjamin, Mas.” Ucap Yula berkilah.
“Udah udah, Chaey. Terserah kamu mau bilang apa. Yang jelas, aku udah memutuskan untuk
mengambil alih hak rawat Febby darimu” ucapku sambil mendekat kearah Febby. Lalu memposisikan
batang penisku yang sudah kembali tegang ke liang senggama putriku, “Jadi, sebelum kamu jijik
melihat persetubuhan ku dengan Febby lagi, mending kamu, dan bajingan sialan ini keluar deh”

Mendengar hinaan kasarku kepada Alex, lelaki tinggi kurus ini pun meradang. Terlebih ketika
mengetahui jika aku telah mengambil perawan Febby, membuatnya makin murka.

BUUUUGGH
“BANGSAAAAT. Gara-gara lu, kesempatan gw untuk jadi kaya, hilang begitu saja! MONYET!” Geram
Alex yang langsung menghambur dan menghajar tepat di bagian rahangku. Membuat penisku yang
baru saja akan kutancapkan di vagina Febby, terlepas. “Duit gw melayang. Dana segar gw hangus.
ANJIM LU KAMPREET”

BUUUUGGH BUUUUGGH BUUUUGGH

Aku terguling kesamping. Menerima segala macam bogeman dan tendangan mentah dari selingkuhan
istriku. Mataku sedikit berkunang-kunang, namun masih cukup sadar. Rusukku ngilu dan nafasku
sesak.

Walau badan Alex terlihat kurus, akan teteapi ia kekar dan atletis. Aku tahu, lelaki bajingan di
depanku ini jago beladiri, akan tetapi aku tak gentar. Backgroundku yang juga seorang petarung,
membuatku sedikit bisa tenang menghadapi serangan bertubi-tubinya

Tubuh tambunku, memiliki lapisan kulit yang cukup tebal. Yang membuat segala macam siksaan Alex,
sedikit teredam dan tak banyak berimbas kepadaku. Belum lagi, tenangaku yang jauh lebih besar
darinya, membuatku mulai membalas serangan.

BUUUGGHHH.
Kubalas pukulan Alex dengan satu bogem mentah dari tangan kananku, ke hidung bengkoknya. Satu
bogem lagi, kuarahkan tepat di tengah dadanya, ke arah titik ulu hati.
CTRAK!
Kudengar satu suara renyah dari wajahnya. Disusul oleh kucuran darah segar yang merembes dari
saluran pernafasannya.

SEERRR
Cairan berwarna merah itu, langsung membasahi kaos yang ia kenakan. Tubuh Alex terhuyung
mundur, sebelum terjatuh duduk sambil meremas dadanya. Nafasnya sesak dan matanya berair
merah.

“ALEEEEXXXX” Jerit Yula langsung menghambur kearahnya.

Merasa tak terima dengan perlakuanku, selingkuhan Yula itu pun perlahan bangkit. Dari gesture
tubuhnya, aku tahu, Alex sudah cukup kepayahan karena titik vital tubuhnya berhasil kuhajar secara
telak. Tapi, demi menjaga harga dirinya, lelaki kurus itu memaksakan diri.

“ANJIMMM LU SETAN.. HHH…HHH...HHH” Raungnya dengan otot rahang bertonjolan, saking


emosinya.
“Udah Sayang. Gausah lu ladenin dia lagi” Bisik Yula kepada Alex
“Engga, ini urusan gw. “ Balas Alex, “Gw bisa bikin laki lu mati. Mending lu bawa aja putri perex lu itu
pulang. Gw mau kelarin masalah ama laki lu yang sialan itu”

Dirasa, kondisi Alex mulai membaik, ia lagi-lagi menerjang kearahku. Memukul, menendang,
membanting, dan melepar dengan membabi buta, segala perabotan apartemenku kearahku.

BRAK BRUK PYAR PRANG KLONTANG


Suara perkelahianku dan Alex.

Dalam kondisi tanpa berpakaian sama sekali, aku masih mencoba bertarung. Meladeni semua
kesombongan Alex yang dengan sekuat tenaga, masih mencoba menghajarku. Belasan pukulan dan
tendangan, kuterima. Namun tetap saja tak membuatku gentar. Bahkan, karena mengingat semua
perlakuan cabul dan semena-mena Alex pada tubuh putriku, aku menjadi semakin kalap.

Aku murka dan kehilangan akal sehatku.

Sekarang, gantian. Aku yang harus bisa membuatnya hancur. Aku harus bisa membuatnya rusak. Tak
peduli barang-barangku hancur berantakan, yang jelas. Aku harus membuat Alex lenyap dari
kehidupanku.

”STOOOP ALEX. STOOP SAYANG. STOOOPPPP” Jerit Yula yang melihat pertengkaranku dengan
selingkuhannya, mulai menangis dan berteriak kebingungan.

Ia tahu, walau aku tak pernah berkelahi, aku adalah lawan yang berat buat Alex

BRAK BRAK BRUK PYAR PRANG


Suara perabotanku, beterbangan. Berjatuhan dan berserakan. Gara-gara perkelahianku ini, semua
perabot yang kumiliki menjadi tak berbentuk. Panci peyot, gelas piring pecah, sofa jebol, lemari
ambruk, hingga plafon juga hancur karena dua lelaki yang sedang mempertahankan harga dirinya.

Parah. Rusuh. Dan tak terkendali.

Setelah 30 menit berjalan, perkelahianku dan Alex pun mulai mereda. Dengan kekalahan yang terlihat
jelas bukan pada diriku. Walaupun beberapa bagian tubuhku berdarah, namun itu tak terlalu parah.
Karena luka-luka itu, hanyalah berasal dari sayatan dan tusukan perabot yang pecah.

Namun Alex, ia terlihat begitu kacau. Rusuk dan pergelangan tangannya patah, wajahnya lebam
babak belur, kelopak matanya pecah, dan beberapa gigi yang patah.
Yula, yang dengan wajah sembab karena tangisnya, terus menatap kearahku. Entah, aku tak tahu apa
yang ia pikirkan ketika melihatku. Yang jelas, aku melihat ada sebuah ketenangan diwajahnya ketika
aku berhasil mengalahkan lelaki selingkuhannya itu.

Dan yang membuatku makin heran terhadap istriku, adalah ketika aku melihat sebuah senyum tipis
yang tiba-tiba nampak diwajahnya. Beberapa saat setelah ia menatap tajam kearah kemaluanku yang
masih terlihat jelas olehnya.

"ANJIM lu Bangsat, gw bakal bales semua perbuatan lu ini" Ucap Alex yang meminta bantuan ketika
berjalan kepada Yula sesaat sebelum ia pergi, “Ayo Sayang. Kita pergi dari sini.”

“Ehhh. O.. Oke Sayang…” Sahut Yula dengan wajah bingung. Seolah ingin mengungkapkan sesuatu
pada Alex. “Febby, yuk…” Sambung istriku berusaha mengalihkan pembicaraan
“Yuk kemana? Aku gamau pulang kerumah Mama” Jawab putriku tegas.
“Biarin aja Sayang, Tinggalin aja tuh perex disini” Celetuk Alex sambil menarik tangan Yula menuju
pintu keluar apartemenku.

“Nggggg…” Bingung Yula. Sejenak menahan diri untuk tak mengikuti ajakan Alex. Wajahnya galau,
melihat kearahku, kearah Febby, dan kearah Alex
“Kenapa? Lu juga pengen ikutan pergi?” Gertak Alex pada Yula, “Jangan sok mau jadi baek deh…
PLAAAAAK” Sambung Alex yang tiba-tiba menampar wajah Yula.

“BANGSAAAATTT!!!”Erangku yang secara spontan, langsung menendang punggul Alex. Membuat


lelaki kurus itu terlempar keluar pintu apartemenku dan menabrak pagar pembatas. Jika saja, Yula tak
menahan hempasan tubuh Alex, mungkin selingkuhannya itu sudah terbang melayang, dan modar
ketika mencium tanah.

“Chaey. Kalo memang kamu udah ga tahan lagi bareng belatung laknat itu, tinggal aja disini
bersamaku.” Ucapku spontan kepada Yula
“Ohhh Mass Bima…” Sahut Yula bimbang.

“Lu mau disini? Atau ikut gw? Heehh?” Geram Alex yang kemudian langsung menarik tangan istriku
pergi, “Gausah lu peduliin suami bangsat lu. Ayo antar gw balik. Dasar lelaki germo. Penampung perek
murah gratisan”

Melihat kepergian istriku, dadaku mendadak sesak. Walau aku bisa melihat kebimbangan diwajahnya,
aku tahu jika aku masih punya kesempatan untuk bisa merebutnya kembali.

“Chaey, aku masih menunggumu disini” Teriakku ketika melihat Yula semakin menjauh.

Sebuah senyum, kali ini terlihat jelas dimataku. Yula tersenyum. Walau secara sembunyi-sembunyi, ia
menunjukkan wajah cerianya kepadaku.

“Oh, Chaeyku sayang”

***

Setelah menatap kepergian Yula, aku pun lalu masuk lagi ke partemenku. Menghempaskan tubuhku
kesofa dan menatap plafon yang lubang-lubang diatas sana. Kusapu pandangan mataku, kesekeliling
ruangan, dan menarik nafas panjang.

“Ayah? Ayah baik-baik saja? Minum dulu, Yah” Tanya Febby sambil membawakanku segelas air putih
dan baskom berisi handuk dan air hangat. “Sini, kuobati dulu luka-lukanya” Sambung putriku kali ini
tak bertelanjang badan lagi karen sudah mengenakan kimono mandi.
Cantik sekali wajah Febby ketika mencemaskan diriku. Mata bulatnya, terbuka lebar ketika
mengamati semua area tubuhku. Membuat hatiku seolah merasa begitu bahagia, karena perhatian
Febby yang begitu besar untukku.

Setelah selesai membersihkan dan membalut semua luka, Febby lalu memijat-mijat sekujur tubuhku.
Mencari tahu, apakah ada cedera dalam yang kualami setelah perkelahian barusan.

“Sepertinya aman, Yah. Ga ada luka serius” Ucap Febby dengan nada penuh perhatian.
“Hmmm. Kamu yakin?”
“Iya. Emangnya, masih ada luka yang aku ga tahu, Yah?”
“Ada. Cuman kamu, sedari tadi nggak mau periksa”
“Hah? Bagian mana Yah?” Panik Febby heboh.

“Ini Sayang, sepertinya mulai bengkak” Ucapku yang kemudian mengamit tangan Febby dan
mengarahkannya ke selangkanganku.
“Iiihhhhssss. Ayah Kalo ini mah, namanya mulai ngaceng, Yah. Bukan bengkak. Hihihi” Tawa Febby
sambil meremas batang penisku kasar sambil tertawa
“Aduh. Pelan-pelan Sayang. Ngilu…”

Lagi-lagi, aku terkagum-kagum melihat tawa Febby yang kali itu, terlihat begitu bebas. Seolah ada
beban berat yang selama ini ia pendam, tiba-tiba hilang.

“Makasih ya Yah, udah membelaku mati-matian. Sampe rela berkorban seperti ini demi bisa
mempertahankanku disini” Ucap Febby yang kemudian memeluk tubuhku erat.

“Demi kamu, apapun bakal Ayah lakukan, Sayang” Ucapku sambil membalas peluk. Menyesap hangat
tubuhnya yang terasa menenangkan hati, pikiran, dan jiwa.

“Besok pagi, kita pindah dari sini yuk, Yah” Ucap Febby yang tiba-tiba tersenyum lebar.
“Pindah? Pindah kemana?” Tanyaku, mendengar kalimat putriku
“Ayah maunya kemana?”
“Eh? Kenapa kamu senyum seperti itu sih? Ada sesuatu yang salah diwajah Ayah?”

Febby menunjukkan sesuatu ditangannya. Sebuah dompet lelaki berwarna hitam, dan dompet wanita
berwarna hijau tosca.

“itu apa?” Tanyaku.


“Dompet” Jawab Febby singkat.
“Hmmmm. Kalo itu sih Ayah udah tahu, Cintaaa” Kesalku sambil menggelitik pinggang Febby
“Hahahaha. Ini dompet kebebasan kita, Yah” Tawa Febby terbahak-bahak, “Dompet Alex dan Mama”
“Hah? Kok bisa ada dikamu, Sayang? Darimana kamu bisa dapetin itu?”

“Ga penting, Yah. Hihihihi” Kekeh Febby riang, “Yang penting, aku mau tahu jawaban Ayah, kira-kira
Ayah mau balas dendam Alex dan Mama dengan cara yang lebih elegan lagi nggak?”
“Hmmm. Cara yang lebih elegan?” Ucapku bertanya-tanya, “Gimana caranya?”

“Kita kuras aja semua kekayaan Alex dan Mama. Pindahin semua saldo mereka ke rekening Ayah”
Ucap Febby dengan senyum yang begitu lebar diwajah. “Aku tahu kok, semua pin kartu dan token
yang ada di dompet-dompet ini. Hihihi…”

Anda mungkin juga menyukai