NOMOR 974/02/UPT.P-MAROS/I/2023
TENTANG
Pada hari ini Senin, tanggal 2, Bulan Januari Tahun 2023, bertempat di Maros yang
bertanda tangan di bawah ini :
Selanjutnya PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA dalam perjanjian ini secara
bersama-sama disebut PARA PIHAK, dan secara sendiri-sendiri disebut PIHAK.
PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :
1. PIHAK KEDUA bermaksud akan menggunakan Bangunan/Lahan Kantin pada
Kantor UPT Pendapatan Wil. Maros Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan
2. PIHAK KESATU menyetujui penggunaan Bangunan/Lahan yang
dimanfaatkan/digunakan oleh PIHAK KEDUA
3. Penggunaan Lahan/Bangunan tersebut didasarkan pada :
a. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah No. 12 Tahun 2019 tentang Retribusi Jasa Usaha
b. Peraturan Gubernur No. 88 tahun 2018 tentang Peninjauan Tarif Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah Perjenis Objek Pungutan pada Perangkat Daerah
Dalam Lingkup Pemerintah Prov. Sulawesi Selatan
Berdasarkan hal tersebut diatas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan perjanjian
Penggunaan lahan/bangunan Kantin pada Kantor UPT Pendapatan Wil. Maros Badan
Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan Obyek Retribusi
Kekayaan Daerah yang selanjutnya disebut RPKD dengan syarat dan ketentuan
sebagai berikut :
BAB I
OBYEK
Pasal 1
Objek RPKD dalam Perjanjian ini adalah Penggunaan lahan/bangunan Kantin pada
Kantor UPT Pendapatan Wil. Maros Badan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
BAB II
JANGKA WAKTU
Pasal 2
1. Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak
ditandatangani oleh PARA PIHAK dan dapat diperpanjang, diubah, atau diakhiri
setiap waktu, atas persetujuan PARA PIHAK
2. Pihak yang akan memperpanjang, mengubah, atau mengakhiri perjanjian sebelum
berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada pihak lainnya paling lambat 3
(tiga) bulan sebelum dilakukan perpanjangan, perubahan, atau pengakhiran
perjanjian ini.
3. Perpanjangan, perubahan, atau pengakhiran perjanjian kerjasama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) , dituangkan dalam bentuk amandemen dan atau addendum.
4. Berakhir dengan sendirinya apabila PIHAK KEDUA tidak menyetor uang Retribusi
sebagaimana tercantum dalam Pasal 3
5. Jika terjadi keterlambatan PIHAK KEDUA dalam penyetoran Retribusi, maka akan
dikenakan denda sebesar 2% dari jumlah pembayaran bulanannya.
6. Perjanjian ini dapat berakhir atau batal dengan sendirinya apabila ada ketentuan
peraturan perundang-undangan atau kebijakan PARA PIHAK yang tidak
memungkinkan berlangsungnya perjanjian ini, tanpa terikat ketentuan waktu.
7. Dalam hal perjanjian ini tidak diperpanjang lagi, apabila PARA PIHAK sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
8. Bilamana masa Retribusi dalam perjanjian ini belum berakhir, PIHAK KEDUA
memutuskan Retribusi tersebut, maka PIHAK KEDUA tidak berhak untuk meminta
kembali uang Retribusi yang belum terpakai, dan menjadi milik PIHAK KESATU
yang tidak dapat ditagih kembali oleh PIHAK KEDUA, dan dianggap sebagai ganti
rugi karena berakhirnya perjanjian ini.
BAB III
TARIF RKPD
Pasal 3
Tarif RPKD sesuai dengan peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 88 Tahun 2018
tentang peninjauan tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah per jenis objek pungutan
pada perangkat daerah dalam lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai
berikut:
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 5
1) Hak PIHAK KESATU adalah :
A. Hak :
Menerima pembayaran retribusi oleh PIHAK KEDUA
B. Kewajiban :
Menyerahkan objek Retribusi kepada PIHAK KEDUA dengan fasilitas sesuai
dengan yang telah disepakati kepada PIHAK KEDUA untuk digunakan
sebagaimana dimaksud.
BAB VI
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
Pasal 6
1. Dalam force majeure adalah kejadian-kejadian yang dengan segala daya dan
upaya tidak dapat diduga dan tidak dapat diatasi oleh pihak yang mengalaminya,
yakni peristiwa-peristiwa termasuk namun tidak terbatas pada :
a. Bencana alam/wabah penyakit/kebakaran
b. Perang, huru hara/pemberontakan/terorisme/sabotase/embargo dan atau
pemogokan massal
c. Kebijakan dari Pemerintah atau Instansi/OPD yang berwenang yang secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi pelaksanaan perjanjian ini.
2. Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi kewajibannya sehubungan
dengan force majeure, PIHAK KEDUA wajib memberitahukan secara tertulis
kepada PIHAK KESATU paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak mulainya force
majeure tersebut.
3. Apabila PIHAK KEDUA yang mengalami force majeure lalai atau terlambat untuk
memberitahukan kepada PIHAK KESATU dalam kurun waktu sebagaimana
tercantum pada ayat (2), maka PIHAK KEDUA dianggap lalai, kelalaian mana
dibuktikan dengan lewatnya waktu yang telah ditentukan, maka untuk
kelalaiannya, PIHAK KEDUA tetap dikenakan pembayaran sesuai kewajibannya,
yang harus dibayar dengan seketika dan sekaligus lunas kepada dan di tempat/di
kantor PIHAK KESATU serta dengan kwitansi dari PIHAK KESATU atau
wakilnya yang sah.
BAB VII
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
Pasal 7
1. Perjanjian ini berakhir sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.
2. Perjanjian ini berakhir atau batal demi hukum, apabila ada ketentuan atau
peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan pemerintah yang tidak
memungkinkan berlangsungnya perjanjian ini.
3. Jika masa ini berhenti karena habis jangka waktunya dan tidak dilanjutkan
menurut ketentuan dalam Pasal 5 ayat (2), maka PIHAK KEDUA diwajibkan
untuk menyerahkan kembali kepada PIHAK KESATU, objek Retribusi dalam
keadaan kosong.
4. Tanpa mengurangi apa yang tersebut diatas pada Pasal 7 ayat (3), pada
waktunya PIHAK KEDUA melalaikan kewajibannya untuk menyerahkan
kembali objek Retribusi dalam keadaan kosong beserta kunci selengkapnya
pada waktu perjanjian ini berakhir, memberi kuasa kepada PIHAK KESATU
dengan hak substitusi dan asumsi untuk :
a. Mengeluarkan PIHAK KEDUA dan/atau pihak lain yang menempati objek
Retribusi;
b. Mengeluarkan semua barang dan perabot yang terdapat di dalam objek
sewa, baik kepunyaan PIHAK KEDUA maupun kepunyaan pihak lain;
c. Jika perlu menghubungi dan dengan bantuan pihak yang berwajib untuk
melaksanakan ketentuan huruf a dan b tersebut; dan
d. Menjalankan segala tindakan yang perlu dan berguna agar dapat
menerima kembali objek Retribusi dalam keadaan kosong berikut kunci-
kunci selengkapnya.
BAB VIII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 8
Setiap perselisihan dan atau perbedaan pendapat diantara PIHAK KESATU yang timbul
sebagai akibat dari pelaksanaan akan diselesaikan secara musyawarah untuk mencari
mufakat.
BAB IX
ADENDUM
Pasal 9
1. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap isi dari Perjanjian ini akan
ditetapkan atas dasar Perjanjian PARA PIHAK dalam bentuk perjanjian yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini dan mempunyai
kekuatan hukum yang sama.
2. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Perjanjian ini, akan ditetapkan atas dasar
Perjanjian PARA PIHAK dalam bentuk Perjanjian, tambahan/addendum yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
3. Hal-hal yang tidak atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan
diputuskan oleh kedua belah pihak bersama dengan cara musyawarah.
Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani di Makassar pada hari dan tanggal
tersebut diatas oleh PARA PIHAK dalam rangkap 2 (dua) masing-masing bermaterai
cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Saksi – Saksi