Tugas 3
Tugas 3
Tugas 3
Mukhammad Efendi
858861836
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UPBJJ KABUPATEN PASURUAN
Mukhammad Efendi
PEMBAHASAN
1. Komponen afektif: komponen yang terdiri dari perasaan yang mengelilingi tindakan benar
atau salah dan yang memotivasi pikiran dan tindakan moral. Pembentukan moral afektif dimulai
melalui masa oedipal, masa anak melakukan identifikasi dengan salah satu orang tuanya
sehingga terbentuk orang tua dalam diri anak. Sosok tersebut yang akan menghukum atau
menimbulkan rasa bersalah ketika anak melanggar.
Komponen kognitif: komponen yang terpusat pada cara kita mengonsep benar dan salah dan
membuat keputusan tentang bagaimana berperilaku. Terdapat dua pendapat terkenal seputar
komponen kognitif dalam perkembangan moral.
• Teori Piaget, memandang penalaran moral sebagai kemajuan lewat tiga tingkatan yang
tidak dapat berubah yaitu periode premoral, moralitas beteronom, dan periode otonom.
• Teori Kohlberg, memandang penalaran moral sebagai kemajuan lewat urutan tiga tingkat
yang berbeda yaitu moralitas prakonvensional, konvensional, dan poskonvensional.
Komponen perilaku: teori yang erat kaitannya dengan teori sosial, bagaimana anak-anak belajar
melawan godaan dan menghambat tindakan yang melanggar norma moral. Untuk bisa
mengendalikan tindakan dari godaan tersebut maka dibutuhkan faktor pengendali, yaitu:
Sementara itu, pengaruh perkembangan moral bisa ditinjau dari dua dimensi yaitu dimensi
interpersonal dan dimensi intrapersonal.
• Dimensi interpersonal: aturan atau nilai dasar dan penilaian diri individu sendiri. Dimensi
tersebut mengarahkan atau mengatur aktivitas orang tersebut saat tidak terlibat dalam
interaksi sosial.
• Dimensi intrapersonal: berfokus pada apa yang seharusnya dilakukan individu saat
berinteraksi dengan orang lain. Dimensi tersebut mengatur interaksi sosial individu
dengan orang lain dan akan menengahi konflik yang muncul.
2. Memberikan penjelasan kepada siswa bahwa setiap manusia lahir dengan kelebihan dan
perbedaan masing-masing. Bantu para siswa untuk memahami kedua hal tersebut. Selain itu,
guru juga perlu menjelaskan akibat perundungan dan tunjukkan sikap tegas bahwa guru dan
sekolah menolak keras tindakan tersebut.
Kemudian guru juga bisa meningkatkan empati dan solidaritas anak, misalnya dengan
memperbanyak aktivitas pembelajaran secara berkelompok. Sementara itu, untuk menggali
potensi masing-masing siswa bisa dengan banyak cara.
Misalnya dengan memberikan asesmen diagnostik untuk mengetahui potensi siswa. Guru juga
perlu memberikan motivasi intrinsik dan ajarkan selalu pola berpikir positif sehingga bukan
hanya potensinya saja yang terlihat melainkan rasa percaya diri anak juga akan semakin tinggi.
Dengan begitu, semua siswa di kelas merasa nyaman mengikuti pembelajaran. Perbedaan yang
terjadi di kelas bukan sebuah hal untuk dipermasalahkan melainkan semuanya harus sama-sama
saling memberikan dukungan.
3. Pertama, guru harus memberikan pemahaman kepada siswa bahwa perubahan yang
dialaminya saat ini merupakan hal yang wajar karena semua orang akan mengalaminya.
Kedua, guru juga perlu melatih keterbukaan dan komunikasi. Memang hal ini awalnya
cenderung sulit diterapkan guru. Akan tetapi, dengan dorongan yang positif perlahan siswa akan
mulai terbuka dan bahkan memosisikan guru bukan hanya sebagai pengajar melainkan
pendengar yang baik.
Ketiga, guru juga perlu memperkenalkan pendidikan seks kepada siswa. Banyak hal sederhana
untuk diterapkan, tidak harus menunggu mata pelajaran atau momen khusus.
• Kenalkan bagian tubuh yang tidak boleh dilihat atau disentuh orang lain
• Tanamkan budaya malu
• Ajarkan konsep perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan
• Jelaskan akibat yang timbul jika sampai melakukan tindakan-tindakan yang dilarang