Sejarah Kerajaan Banjar
Sejarah Kerajaan Banjar
Apa yang anda ketahui tentang Kerajaan Banjar? Kerajaan Banjar atau yang juga disebut
sebagai Kesultanan Banjar ini merupakan sebuah kerajaan islam yang sudah ada sejak tahun
1520. Namun, karena pada waktu pengaruh Belanda sangat kuat, maka kemudian kerajaan ini
langsung dihapus secara penuh pada 11 Juni 1860. Akan tetapi, mayoritas penduduk yang
tinggal di Banjar masih mengakui adanya suatu pemerintahan darurat yang eranya berakhir
pada tanggal 14 Januari 1905.
Akan tetapi, mulai tanggal 24 Januari 2010, Kerajaan Banjar sudah mulai berdiri kembali.
Hal ini diperkuat dengan dilantiknya seorang sultan yang bernama Sultan Khairul Saleh.
Sebenarnya, pusat pemerintahan Kerajaan Banjar berada di Banjarmasin. Namun seiring
berjalannya waktu, pusat kerajaan tersebut telah beberapa kali mengalami perpindahan, dan
pada akhirnya berhenti di Martapura.
Pada Kerajaan Banjar berpusat di Martapura, maka kemudian banyak masyarakat yang
menyebutnya sebagai Kerajaan Kayu Tinggi. Perlu anda tahu bahwasanya Kerajaan Banjar
merupakan penerus dari sebuah kerajaan yang pada waktu itu bernama Kerajaan Daha.
Berikut ini akan kami jelaskan lebih lengkap mengenai sejarah Kerajaan Banjar.
Seperti penjelasan yang terkuak dari suku tertua yang ada di Kalimantan Selatan yaitu Suku
Maanyan, sebuah kerajaan yang pertama kali muncul dan didirikan adalah Kerajaan Nan
Sarunai yang mana cakupan kekuasannya terbilang sangat luas, yakni mulai dari Tabalong
sampai dengan daerah Pasir. Kerajaan ini bisa dikatakan sebagai sebuah kerajaan yang kuno
dimana dengan hadirnya kerajaan tersebut maka banyak etnis Maanyan yang telah melakukan
hubungan dengan masyarakat yang tinggal di Pulau Madagaskar.
Kemudian, Kerajaan Nan Sarunai diserang oleh Majapahit sehingga tidak sedikit dari
penduduknya yang kemudian melarikan diri ke kawasan suku Lawangan. Salah satu benda
yang menjadi saksi atas peninggalan dari Kerajaan Nan Sarunai adalah sebuah candi yang
bernama Candi Agung. Setelah dilakukan berbagai kajian dan penelitian, ditemukan
bahwasanya Kerajaan Nan Sarunai sudah ada sejak 242 sampai dengan 226 SM.
Sementara itu, hadirnya Kerajaan Banjar masih ada hubungan yang begitu erat dengan masa
dimana Kerajaan Daha yang sudah mulai kehilangan kekuatan dan kekuasaannya. Seorang
cucu dari Maharaja Sukarama, melarikan diri karena banyak keluarga kerajaan yang
memburunya demi menggantikan sang Maharaja setelah ia meninggal. Kemudian, Raden
Samudera yang merupakan cucu dari Maharaja tersebut melihat bahwa Banjarmasin memiliki
potensi untuk dijadikan sebagai kerajaan karena memiliki sumber daya manusia dan sumber
daya alam yang mempuni.
Selain itu, masyarakat yang tinggal di Banjarmasin juga memiliki potensi untuk dijadikan
sebagai kekuatan agar bisa menyerang balik, yakni menyerang ke Negeri Daha. Hal ini
ternyata memang benar, dimana mayorita masyarakat yang mengatasnamakan Komunitas
Melayu tersebut telah mengangkat Raden Samudera sebagai seorang kepala negara. Dengan
adanya pengangkatan ini, maka bisa memberikan titik terang untuk Raden Samudera agar
bisa merebut apa yang sudah menjadi haknya.
Sementara itu, tujuan masyarakat Melayu mempercayakan kepala negara kepada Raden
Samudera agar supaya mereka tidak perlu lagi harus membayar pajak kepada Kerajaan Daha.
Setelah resmi menjadi seorang raja, maka Reden Samudera disarankan oleh Patih Masih agar
supaya ia pergi ke Kerajaan Demak untuk meminta bantuan. Bagai angin segar, ternyata
permintaan bantuan tersebut mendapatkan persetujuan dari Kerajaan Demak.
Namun ada sebuah syarat yang harus dipenuhi. Raden Samudera dan seluruh pengikutnya
harus bersedia masuk islam. Tak ayal, syarat tersebut langsung diiyakan atau disanggupi oleh
Raden Samudera dan kemudian Kerajaan Demak mulai mengirimkan bala bantuan yang pada
waktu itu dipimpin oleh Khatib Dayan. Setelah sampai di Kerajaan Banjar, maka pasukan
yang berasal dari Demak tersebut langsung bergabung untuk sama-sama pergi melakukan
penyerangan di Kerajaan Daha.
Setelah terjadinya pertempuran yang sengit di sebuah tempat yang bernama Sanghiang
Gantung, maka kedua belah pihak yang masing-masing berasal dari Banjarmasin dan Daha
melakukan sebuah perjanjian. Adapun isi dari perjanjain tersebut adalah bahwa harus
diadakan dule satu lawan satu antara Raden Samudera dengan Pangeran Temenggung.
Setelah melalui pertempuran yang sengit, pada akhirnya Raden Samudera berhasil keluar
sebagai pemenang setelah berhasil mengalahkan Pangeran Temenggung.
Setelah itu, seluruh rakyat yang tinggal di Daha dipindahkan ke Banjarmasin, dimana Raden
Samudera kemudain diangkat sebagai raja atau penguasa tertinggi di Kerajaan Banjar.
Dengan bersatunya berbagai masyarakat dari berbagai etnis seperti Melayu, Daha, Jawa, dan
juga Dayak, maka menandakan bahwasanya masyarakat yang tinggal di Banjarmasin benar-
benar telah bersatu di bawah kepemimpinan Kerajaan Banjar. Kemudain Raden Samudera
dan para pengikutnya masuk islam dan kemudian menjadikan islam sebagai ajaran atau agam
utama yang berlaku di Kerajaan Banjar.