Anda di halaman 1dari 110

KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF)

BENDUNGAN SUKAMAHI

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna

Disusun Oleh:
Nama : SALMA FAIHA NUR DEVI
NIM : 201801778
Jurusan : TEKNIK SIPIL
Program : STRATA SATU (S1)

Jakarta, 01 September 2022

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA


Jl. D.I. Panjaitan Kav. 12 Cawang, Jakarta Timur, 13340
Telp. 021-81952777, 88194644, Fax : 021-8194244
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : SALMA FAIHA NUR DEVI


NIM : 2018 01 778
Jurusan/Program studi : TEKNIK SIPIL
Judul : KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN
SUKAMAHI

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memenuhi gelar Sarjana Teknik pada program studi
Teknik Sipil, jurusan Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna di Jakarta pada
tanggal 01 September 2022.

Dewan Penguji:
Penguji I Penguji II Penguji III

Heldi Suherman, ST, MSi Ir. Citroseno H, M.Eng Ir. Amien Sayekti, MT
Meng
Menyetujui
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

DR. Drs. Harmadi, ST. Sp-1 Iis Trisnawati, ST, MT


Mengetahui
Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna Ketua Jurusan Teknik Sipil
Ketua

DR. Ir. Timbul PM Panjaitan, MA Ir. Effy Hidayaty, MT

i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Salma Faiha Nur Devi
NIM : 201801778
Jurusan : Teknik Sipil
Judul : Kajian Debit Banjir Rencana (PMF) Bendungan Sukamahi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan semua sumber
lain yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar sesuai cara penulisan
refrensi yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila
pernyataan ini tidak sesuai maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.

Jakarta, 01 September 2022


Yang membuat pernyataan

(Salma Faiha Nur Devi)

ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Sapta
Taruna:
Nama : Salma Faiha Nur Devi
NIM : 201801778
Jurusan : Teknik Sipil
Program : Strata Satu (S-1)
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberi kepada Sekolah


Tinggi Teknologi Sapta Taruna. Hak bebas royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah saya
yang berjudul:
“Kajian Debit Banjir Rencana (PMF) Bendungan Sukamahi”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti Non-Eksklusif ini
Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna berhak menyimpan mengalih media format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat dan mempublikasikan
skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 01 September 2022
Yang menyatakan,

(Salma Faiha Nur Devi)

iii
SURAT PENUNJANG

iv
v
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Salma Faiha Nur Devi


No. HP : 0895365142767
E-Mail : Veyhadv@gmail.com
Instansi : Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna
Judul Penelitian : Kajian Debit Banjir Rencana (PMF) Bendungan Sukamahi

Dengan ini menyatakan bahwa


1. Tidak akan memperjualbelikan dan memindahtangankan data yang telah diterima dari Balai
Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane;

2. Bersedia Menyerahkan Hasil penelitian sya dalam bentuk Hard Copy dan Soft Copy kepada
Balai Besar wilayah Sungai Ciliwung Cisadane.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 06 Juni 2022


Yang membuat penyataan

Salma Faiha Nur Devi


………………………….….)

vi
FORMULIR PELAYANAN DATA PERENCANAAN

PERMOHONAN DATA PERENCANAN BBWS CILIWUNG CISADANE

Salma Faiha Nur Devi


PEMOHON
Mahasiswa jurusan Teknik Sipil STT Sapta Taruna
(diisi Nama, Jabatan dan alamat :
Jl. Jatiroto IIIA No. 163 Jaticempaka, Pondok Gede,
lengkap/pihak yang berkepentingan)
Kota Bekasi

Curah hujan sta. Gadog, Gunung Mas, Cilember,


Jenis data yang diminta :
debit dan Peta situasi lokasi bendungan Sukamahi

Keperluan permintaan data : Penyusunan skripsi

Tanggal permintaan data : 19 May 2022


Tanggal data diperlukan : 8 Juni 2022
Pemohon Data Penerima Permohonan
(Lembaga/Instansi/Pihak yang PPK Perencanaan dan Program
Berkepentingan)

( Salma Faiha Nur Devi ) ( )


Tanda Tangan dan Nama Lengkap

vii
FORMULIR PELAYANAN DATA PERENCANAAN

TANDA TERIMA DATA PERENCANAN BBWS CILIWUNG CISADANE

Tanggal Penyerahan Data : 6 Juni 2022

Curah hujan sta. Gadog, Gunung Mas, Cilember,


Jenis data yang diserahkan : debit dan Peta situasi lokasi bendungan
Sukamahi

Salma Faiha Nur Devi


Lembaga/instansi/penerima data : Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Sapta
Taruna

Tanggal Penyerahan Hasil


:
Penelitian/Skripsi

Penerima Data Yang menyerahkan data


(Lembaga/Instansi/Pihak yang PPK Perencanaan dan Program
Berkepentingan)

( Salma Faiha Nur Devi ) ( )


Tanda Tangan dan Nama Lengkap

viii
LEMBAR ASISTENSI

ix
x
LEMBAR ASISTENSI PERBAIKAN
No Dosen Uraian Keterangan
1. Log Pearson menjadi
Log Pearson III

2. Syarat Log Pearson III


1 Heldi Suherman, ST, MSi Cs tidak sama dengan 0
berarti memenuhi
3. Flow Chart/ Bagan alir
masing – masing ada
artinya

No Dosen Uraian Keterangan


1. Urutan ucapan
terimakasih pada kata
2 Ir. Citroseno H, M.Eng pengantar
2. Kesimpulan dan saran
pada bab III

No Dosen Uraian Keterangan


1. Gelar Ketua Sekolah
Tinggi Teknologi Sapta
Taruna
2. Daftar Notasi PMF,
3 Ir. Amien Sayekti, MT PMP, QPMF
3. Tinjauan Pustaka hanya
yang berhubungan
dengan topik skripsi
saja

xi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul “Kajian Debit Banjir Rencana (PMF) Bendungan Sukamahi” , sebagai
salah satu syarat untuk menan program Sarjana (S1) jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi
Teknologi Sapta Taruna.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselasaikan tanpa adanya
dukungan, bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi
ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak DR. Ir. Timbul PM Panjaitan, MA. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Teknologi Sapta Taruna.
2. Ibu Ir. Effi Hidayati, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi
Teknologi Sapta Taruna.
3. Bapak DR. Ir. Drs. Harmadi, Sp-1. selaku Dosen Pembimbing Utama penulis.
4. Ibu Iis Trisnawati, ST. MT. selaku Dosen Pembimbing Pendamping penulis.
5. Seluruh dosen dan staff Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna.
6. Bapak Ir. R.R. Bambang Heri Mulyono selaku Kepala Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane.
7. Seluruh staff Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane.
8. Ibu Tutia selaku ibu dari penulis yang selalu memberikan bantuan melalui doa,
moril, dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.
9. (Alm) Bapak Syaiful Anshori selaku bapak dari penulis yang semasa hidupnya
selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
10. Saudara dan saudari penulis yang selalu memberikan semnagat dan motivasi
kepada penulis.

xii
11. Saudara/i Ananda Nabila, Desita Prastiwi, Agung Satria, Christian Yericho,
Syahril Fidila, Rana Nadiyah, Farsya Flasyawalani, selaku sahabat penulis.
12. Saudara Abyan Sakti, Faris Zulfiqar, Selo Adiyan, serta semua teman-teman
Angkatan 2018.
13. Keluarga besar Teknik Sipil STT Sapta Taruna serta semua rekan-rekan yang
saya tidak bisa sebutkan satu-satu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaanpenyusunan Skripsi ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat umum khususnya mahasiswa Teknik Sipil dan tentunya bagi penulis sendiri.

Jakarta, Agustus 2022

Penulis

xiii
ABSTRAK
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN
SUKAMAHI
SALMA FAIHA NUR DEVI
201801778
DR. Ir. Drs. Harmadi, Sp-1
Iis Trisnawati, ST. MT.

Bendungan Sukamahi merupakan bendungan kering (dry dam) yang terletak di daerah
Kabupaten Bogor. Bendungan ini dibangun dengan tujuan sebagai pengendali banjir untuk
daerah DKI Jakarta. Luas DAS bendungan Sukamahi adalah 15,85 km2, panjang sungai
utama 15 km, dan kemiringan (slope) rata-rata sungai 14%.

Tujuan kajian ini adalah mengetahui kapasitas debit pengaliran pada bendungan
Sukamahi dalam menampung debit banjir yang dilewati untuk berbagai periode ulang.
Kajian ini diawali dengan menganalisis data curah hujan maksimum di setiap stasiun hujan
Cilember, Citeko, Gadog, dan Gunung Mas. Kemudian dilanjutkan perhitungan debit
akibat hujan berdasarkan metode HSS Nakayasu, Rasional, dan Hasper.

Debit hasil perhitungsn dengan metode HSS Nakayasu dengan kala ulang Q1000 dan
QPMF berturut-turut sebesar 64 m3/detik dan 433,84 m3/detik, sedangkan debit hasil
perhitungan Rasional dengan kala ulang Q1000 dan QPMF berturut-turut sebesar 263,69
m3/detik dan 721,17 m3/detik, dan untuk debit hasil perhitungan Hasper dengan kala ulang
Q1000 dan QPMF berturut-turut sebesar 309,98 m3/detik dan 847,78 m3/detik.

Kata kunci: Banjir, Bendungan, Bendungan kering, Debit rencana, HSS Nakayasu,
Rasional, Hasper.

xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................. iii

SURAT PENUNJANG ................................................................................................. iv


LEMBAR ASISTENSI ................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................. xii
ABSTRAK .................................................................................................................. xiv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xx
DAFTAR NOTASI ..................................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... I-1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. I-2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. I-2
1.4 Maksud Penelitian ................................................................................................. I-2
1.5 Lingkup Penelitian ................................................................................................ I-2
1.6 Metode Pengumpulan Data ................................................................................... I-2
1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................................... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. II-1
2.1 Pengertian Bendungan (Dam) .............................................................................. II-1
2.2 Karakteristik Bendungan Sukamahi..................................................................... II-1
2.2.1 Tipe Material Pembentuk ............................................................................... II-1
2.2.2 Daerah Aliran Sungai ..................................................................................... II-2
2.3 Debit ..................................................................................................................... II-4
2.3.1 Debit Banjir Rencana...................................................................................... II-4
2.4 Curah Hujan ......................................................................................................... II-4
2.4.1 Metode Rata-rata Aritmatik Aljabar ............................................................... II-5
2.5 Perhitungan Curah Hujan Rencana ...................................................................... II-5
2.5.1 Pengukuran Dispersi ....................................................................................... II-6
2.5.2 Pemilihan Jenis Sebaran ................................................................................. II-7
2.6 Uji Keselarasan .................................................................................................. II-14
2.6.1 Uji Keselarasan Smirnov-Kolmogorov ........................................................ II-14

xv
2.7 Perhitungan Intensitas Curah Hujan .................................................................. II-15
2.7.1 Metode Dr. Mononobe ................................................................................. II-16
2.8 Perhitungan Debit Banjir Rencana..................................................................... II-17
2.8.1 HSS Nakayasu .............................................................................................. II-17
2.8.1 Metode Rasional ........................................................................................... II-18
2.8.1 Metode Hasper .............................................................................................. II-19
2.9 Probable Maximum Flood dan Probable Maximum Precipitation .................... II-20
2.9.1 Hujan Berpeluang Maksimum ...................................................................... II-21
2.9.2 Banjir Berpeluang Maksimum...................................................................... II-22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ III-1
3.1 Bagan Alir Tahapan Kajian ................................................................................ III-1
3.2 Data Umum ......................................................................................................... III-2
3.2.1 Lokasi Kajian ................................................................................................. III-2
3.2.2 Data Teknis .................................................................................................... III-3
3.2.3 Kondisi Geografis .......................................................................................... III-5
3.2.4 Klimatologi dan Hidrologi............................................................................. III-6
3.2.5 Kondisi Geologi Regional ............................................................................. III-6
3.2.6 Kondisi Topografi.......................................................................................... III-9
3.2.7 Kondisi Tata Guna Lahan .............................................................................. III-9
3.3 Perumusan Masalah ............................................................................................ III-9
3.3.1 Analisis Hidrologi........................................................................................ III-10
3.4 Pengumpulan Data ............................................................................................ III-10
3.5 Pengolahan Data ............................................................................................... III-13
3.5.1 Metode Rata-rata Aljabar ............................................................................ III-13
3.5.2 Parameter Statistik ....................................................................................... III-13
3.5.3 Pemilihan Jenis Sebaran .............................................................................. III-16
3.5.4 Uji Keselarasan ............................................................................................ III-17
3.5.5 Perhitungan Intensitas Hujan ....................................................................... III-18
3.5.6 Perhitungan Debit Banjir Rencana .............................................................. III-19
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... IV-1
4.1 Data Hujan ......................................................................................................... IV-1
4.2 Curah Hujan Maksimum Rata-rata .................................................................... IV-1
4.3 Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana ......................................................... IV-2
4.3.1 Pengukuran Dispersi ..................................................................................... IV-2
4.3.2 Probable Maximum Precipitation ................................................................ IV-6

xvi
4.3.3 Uji Smirnov Kolmogorov ............................................................................. IV-8
4.4 Analisis Intensitas Curah Hujan ......................................................................... IV-9
4.5 Perhitungan Banjir Rencana ........................................................................... IV-10
4.5.1 Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ............................................. IV-10
4.5.2 Metode Rasional ......................................................................................... IV-20
4.5.3 Metode Hasper ............................................................................................ IV-22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... V-1
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... V-1
5.2 Saran .................................................................................................................... V-2
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................................

xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pemilihan Distribusi Sebaran..................................................................... II-8
Tabel 2 Reduce Mean (Yn) ..................................................................................... II-9
Tabel 3 Reduce Standar Deviation (Sn)................................................................ II-10
Tabel 4 Reduce Variate ......................................................................................... II-10
Tabel 5 Nilai K untuk distribusi Log Pearson III ................................................. II-13
Tabel 6 Nilai Delta kritis (Do) untuk Smirnov-Kolmogorov ............................... II-15
Tabel 7 Curah Hujan ............................................................................................ III-12
Tabel 8 Debit sungai Ciliwung ............................................................................ III-12
Tabel 9 Perhitungan HSS Nakayasu oleh BBWS ................................................ III-13
Tabel 10 Pemilihan distribusi sebaran ................................................................. III-16
Tabel 11 Perhitungan curah hujan maksimum rata – rata DAS............................ IV-2
Tabel 12 Analisis jenis sebaran dengan metode Gumbel ..................................... IV-3
Tabel 13 Perhitungan hujan rencana dengan metode Gumbel.............................. IV-4
Tabel 14 Analisis jenis sebaran dengan metode Log Pearson III ......................... IV-5
Tabel 15 Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Pearson III ................. IV-6
Tabel 16 Hasil uji sebaran .................................................................................... IV-6
Tabel 16 Faktor Reduksi (ARF) ........................................................................... IV-7
Tabel 17 Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan rencana.............................. IV-7
Tabel 18 Uji keselarasan Smirnov Kolmogorov ................................................... IV-8
Tabel 19 Nilai kritis (D) Smirnov Kolmogorov ................................................... IV-8
Tabel 20 Intensitas Hujan dengan periode ulang tertentu .................................. IV-10
Tabel 21 Nilai koefisien Pengaliran ................................................................... IV-12
Tabel 22 Kurva 0 < t < 2,237 .............................................................................. IV-13
Tabel 23 Kurva 2,237 < t < 5,033 ....................................................................... IV-13
Tabel 24 Kurva 5,033 < t < 9,226 ....................................................................... IV-14
Tabel 25 Kurva t > 9,226 .................................................................................... IV-14
Tabel 26 Lengkung hidrograf Nakayasu ............................................................ IV-14
Tabel 27 Ordinat HSS Nakayasu ....................................................................... IV-15
Tabel 28 Rasio hujan jam-jaman ....................................................................... IV-17
Tabel 29 Perhitungan nisbah hujan jam-jaman selama 6 jam ............................ IV-18
Tabel 30 Rekapitulasi debit banjir bendungan Sukamahi unit HSS Nakayasu . IV-19
Tabel 31 Intensitas hujan metode rasional ......................................................... IV-21
Tabel 32 Rekapitulasi debit banjir metode Rasional ......................................... IV-22
Tabel 33 Nilai γ dan q ........................................................................................ IV-23

xviii
Tabel 34 Perhitungan debit tencana menggunakan metode Hasper ................... IV-24
Tabel 35 Perbandingan debit banjir rencana ....................................................... IV-24
Tabel 36 Perbandingan debit banjir rencana antara perhitungan analisis dan data
sekunder .............................................................................................................. IV-25

xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bendungan urugan zonal inti miring ................................................... I1-2
Gambar 2 Daerah Aliran Sungai ........................................................................... II-3
Gambar 3 Bentuk DAS Radial .............................................................................. II-3
Gambar 4 Bagan Alir Tahapan Kajian ................................................................. III-2
Gambar 5 Lokasi Bendungan Sukamahi .............................................................. III-3
Gambar 6 Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949) ..................................... III-8
Gambar 7 Grafik HSS Nakayasu ...................................................................... IV-11
Gambar 8 Grafik HSS Nakayasu ...................................................................... IV-16
Gambar 9 Grafik rekapitulasi debit banjir metode HSS Nakayasu .................. IV-20

xx
DAFTAR NOTASI
Q = Debit [m3/detik]
Sd = Standar Deviasi
Cs = Koefisien Skewness
Ck = Koefisien Kurtosis
Cv = Koefisien Variasi
Yt = Reduce Variate
Yn = Reduce Mean
Kt = Faktor Frekuensi
Xi = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun [mm]
Xrt = Nilai tengah sampel [mm]
PMF = Probable Maximum Flood
PMP = Probable Maximum Precipitation
ARF = Areal Reduction Factor
RD = Rainfall Duration
I = Intensitas curah hujan [mm/jam]
R24 = Curah hujan maksimum dalam 1 hari [mm]
t = Durasi hujan [jam]
A = Luas DAS [km2]
L = Panjang sungai [km]
α = Parameter alfa
Tg = Time tag [jam]
Tp = Peak time [jam]
Ro = Curah hujan spesifikasi [mm]
Rt = Intensitas hujan rerata dalam T jam [mm/jam]
RT = Curah hujan pada jam ke-T [mm]
T = Waktu hujan dari awal sampai jam ke-T
β = Koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = intensitas maksimum jatuhnya hujan rata – rata [m3/det/km]
i = Kemiringan sungai
HSS = Hidrograf Satuan Sintetik
QPMF = Debit banjir peluang maksimum

xxi
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banjir merupakan bencana alam yang terjadi akibat ketidakmampuan saluran


suatu wilayah menampung tingginya curah hujan di wilayah tersebut atau akibat
genangan air laut yang disebabkan oleh pasang surut. Banjir juga dapat terjadi
akibat kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya, seperti
membuang sampah sembarangan, penebangan liar serta polusi udara yang
menyebabkan global warming sehingga muka air laut naik. Banjir ini seringkali
berdampak negatif pada suatu daerah contohnya seperti memakan korban jiwa,
merusak sarana dan prasarana, melumpuhkan transportasi, dan memadamkan
listrik. Akan tetapi banjir juga memiliki dampak positif seperti mengisi kembali air
tanah dan menyuburkan serta memberi nutrisi kepada tanaman. DKI Jakarta
merupakan wilayah yang sering terkena banjir setiap tahunnya, berbagai upaya
sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemprov DKI seperti normalisasi
sungai, pembangunan sodetan Ciliwung, pembangunan bendungan, dan lain-lain.
Salah satu bendungan yang dibangun ialah bendungan Sukamahi, bendungan ini
berada di wilayah hulu sungai Cisukabirus (anak sungai Ciliwung).
Bendungan Sukamahi sendiri memiliki fungsi utama sebagai pengendali banjir
dengan menerapkan konsep bendungan kering/dry dam, sehingga pada saat awal
musim hujan, elevasi muka air diatur berada pada elevasi yang rendah/kosong dan
saat terjadi hujan debit air dapat diteruskan langsung ke hilir.
Bendungan kering (dry dam) biasanya tidak menggunakan turbin ataupun
pintu air, dan ditujukan untuk membiarkan aliran sungai untuk mengalir dengan
bebas selama kondisi normal. Pada periode dengan curah hujan tinggi yang
berpotensi menimbulkan banjir, bendungan ini menahan kelebihan air dan
mengalirkannya secara terkontrol.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA I-1
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah dapat mengetahui berapa debit banjir rencana
maksimal bendungan Sukamahi dalam mengendalikan aliran sungai.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang diuraikan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah menganalisis hidrologi untuk menentukan debit banjir
rencana maksimum (PMF) pada bendungan Sukamahi dengan menggunakan HSS
Nakayasu, metode rasional dan Hasper.

1.4 Maksud Penelitian


Adapun maksud yang diperoleh dari tinjauan ini adalah agar dapat mengetahui
analisis hidrologi untuk debit banjir rencana maksimum (PMF).

1.5 Lingkup Penelitian


Agar pembahasan tidak meluas dari rumusan masalah, maka analisis ini
dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut:
1. Kajian dilakukan pada sungai Cisukabirus yang mengalir langsung ke arah
bendungan Sukamahi.
2. Data curah hujan yang digunakan yaitu stasiun Cilember, Gadog, Gunung
Mas, dan Citeko pada tahun 2012 – 2021.
3. Pengelolaan data hidrologi menggunakan microsfot excel.
4. Tinjauan kapasitas pengaliran dengan menggunakan metode PMF (Probability
Maximum Flood).

1.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam menghitung tampungan
bendungan dan kapasitas sungai diperoleh melalui jurnal, buku, publikasi
pemerintah, arsip, dan sumber lain yang mendukung.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA I-2
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan ini merupakan susunan yang serasi dan teratur oleh karena itu dibuat
dengan komposi bab-bab mengenai pokok-pokok uraian sehingga mencakup
pengertian tentang apa dan bagaimana, jadi sistematika penulisan diuraikan
sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai landasan teori dan dasar-dasar teori yang akan
dipakai dalam penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Merupakan bab yang menjelaskan bagaimana alur penyusunan tugas akhir ini,
mulai dari proses pengumpulan data, proses pengolahan data, dan analisis yang
sesuai dengan kebutuhan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan merangkum hasil Analisa pada bab sebelumnya yaitu bab III dan
menyimpulkan sebagai bahan evaluasi serta memberikan saran-saran yang perlu
dilakukan dalam penelitian selanjutnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil
tinjauan, serta saran-saran dari penulis yang berkaitan dengan tinjauan, yang
tentunya diharapkan agar penelitian ini berguna untuk acuan penelitian
selanjutnya.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA I-3
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini berisikan semua buku, jurnal, atau tulisan ilmiah yang menjadi
rujukan dalam melakukan kajian ini.

LAMPIRAN
Bab ini berisikan data-data pendukung yang berkaitan dengan kajian ini.
Data-data tersebut dapat berupa tabel, foto,dan gambar.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA I-4
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bendungan (Dam)

Bendungan merupakan bangunan yang bermanfaat sebagai peninggi muka air


dan penyimpanan di musim waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar yang
melebihi keperluan baik untuk kebutuhan irigasi, air minum industri atau yang
lainnya.1)
2.2 Karakteristik Bendungan Sukamahi

Bendungan Sukamahi merupakan bendungan kering pertama yang dibangun


di Indonesia. Bendungan kering adalah bangunan bendungan yang dibangun untuk
mengontrol banjir. Biasanya tidak mengandung turbin ataupun pintu air, dan
ditujukan untuk membiarkan saluran untuk mengalir dengan bebas selama kondisi
normal. Pada periode dengan curah hujan tinggi yang berpotensi menimbulkan
banjir, bendungan ini menahan kelebihan air dan mengalirkannya secara
terkontrol.2)
2.2.1 Tipe Material Pembentuk
Pada studi ini, bendungan Sukamahi menggunakan bendungan urugan zonal
dengan tipe inti miring sebagai alternatif. Bendungan urugan (rock fill dam,
embankment dam) adalah bendungan yang dibangun dari hasil penggalian bahan
(material) tanpa tambahan bahan lain yang bersifat campuran secara kimiawi,
jadi betul-betul bahan pembentuk bangunan asli.3)
Bendungan urugan digolongkan dalam tipe zonal, apabila timbunan yang
membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan
ukuran butiran) yang berbeda-beda dalma urutan-urutan pelapisan tertentu. Pada
bendungan tipe ini sebagai penyangga terutama dibebankaan kepada timbunan
yang lulus air (zona lulus air), sedang penahan rembesan dibebankan kepada
timbunan yang kedap air (zona kedap air).

1)
Sani Asrul, 2008
2)
Miami Conservancy District
3)
Sarono. W, Eko dan Asmoro, Widhi, 2007

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-1
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Bendungan urugan zonal dengan inti kedap air miring atau “bendungan inti
miring” (inclined-core fill type dam), ialah bendungan zonal yang zona kedap
airnya terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring ke arah hilir.4)

(Sumber: Sosrodarsono)
Gambar 1 Bendungan urugan zonal inti miring

2.2.2 Daerah Aliran Sungai


Bendungan Sukamahi terletak di sungai Cisukabirus (anak sungai Ciliwung
bagian hulu). DAS Ciliwung bagian hulu memeliki bentuk yang menyerupai kipas
atau radial.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-
sungai kecil ke sungai utama. DAS termasuk suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan.5)

4)
Sosrodarsono, 2003
5)
Asdak,1995

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-2
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

(Sumber: Google)
Gambar 2 Daerah Aliran Sungai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempengaruhi
waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet. Semakin bulat
bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang diperlukan,
sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang terjadi. Sebaliknya semakin
lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama sehingga
fluktuasi banjir semakin rendah.6)
Sungai Ciliwung bagian hulu memili bentuk seperti kipas atau radial. Anak-
anak sungai mengalir dari segala penjuru DAS dan tetapi terkonsentrasi pada satu
titik secara radial. Akibat dari bentuk DAS yang demikian, debit banjir yang
dihasilkan umumnya akan besar, dengan catatan hujan terjadi merata dan
bersamaan di seluruh DAS tersebut.7)

(Sumber: Google)
Gambar 3 Bentuk DAS Radial

6)
Sosrodarsono dan Takeda, 2003
7)
Sosrodarsono dan Takeda, 2003

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-3
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

2.3 Debit

Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Dalam laporan-
laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran.
Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan
karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya
kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau
tahunan) iklim lokal.8)

2.3.1 Debit Banjir Rencana


Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah
dengan periode ulang yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa
membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan-bangunannya. Dalam
kaitannya dengan rencana pembuatan bangunan air, besaran rancangan berupa
debit banjir rancangan (design flood) harus didapatkan melalui kegiatan analisis
hidrologi. Banjir rencana merupakan besarnya debit banjir yang ditetapkan sebagai
dasar penentuan kapasitas dan mendimensi bangunan-bangunan hidrolik (termasuk
bangunan di sungai), sedemikian hingga kerusakan yang dapat ditimbulkan
baik langsung maupun tidak langsung oleh banjir tidak boleh terjadi selama
besaran banjir tidak terlampaui.9)

2.4 Curah Hujan

Data curah hujan dan debit merupakan data yang sangat penting dalam
perencanaan waduk. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran
curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan
suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir.10)

8)
Asdak, 1995
9)
Sri Harto, 1993
10)
Loebis, 1987

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-4
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

2.4.1 Metode rata-rata aritmatik (aljabar)


Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa
stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi
jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang
berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih
berdekatan juga bisa diperhitungkan.
Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
 Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
 Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.11)
1
= ( + + ⋯+ )

R = Curah Hujan Rerata Tahunan (mm)


= Jumlah Stasiun yang Digunakan
R1+R2+….. = Curah Hujan Rerata Tahunan Tiap Stasiun
Pengamatan (mm)

2.5 Perhitungan Curah Hujan Rencana

Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk meramal besarnya hujan


dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan rencana tersebut kemudian
dicari intensitas hujan yang digunakan untuk mencari debit banjir rencana.12)
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat
jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi, yaitu distribusi
normal, distribusi Log-Normal, distribusi Log-Person III, dan distribusi Gumbel.
Sebelum menghitung curah hujan wilayah dengan distribusi yang ada dilakukan
terlebih dahulu pengukuran dispersi untuk mendapatkan parameter-parameter yang
digunakan dalam perhitungan curah hujan rencana.13)

11)
Triatmodjo, 2008
12)
Sosrodarsono dan Takeda, 2003
13)
Suripin, 2004

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-5
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

2.5.1 Pengukuran Dispersi


Suatu kenyataan bahwa tidak semua variat dari suatu variabel hidrologi
terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya, kemungkinan ada nilai variat yang
lebih besar atau lebih kecil dari pada nilai rata-ratanya. Besarnya derajat dari
sebaran variat disekitar nilai rata-ratanya disebut dengan variasi (variation) atau
dispersi (dispersion) dari pada suatu data sembarang variabel hidrologi. Cara
mengukur besarnya variasi atau dispersi disebut pengukuran dispersi, pengukuran
dispersi meliputi standar deviasi, koefisien kemencengan, koefisien variasi, dan
pengukuran kurtosis.14)

a. Standar Deviasi

∑ ( − )
=
−1
dimana :
S = Standar Deviasi
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas

b. Koefisien Variasi

dimana :
Cv = koefisien variasi.
S = standar deviasi.
Xrt = rata-rata hitungan (mm).

14)
Soewarno, 1995

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-6
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

c. Koefisien Kemencengan
∑ ( − )
=
( − 1)( − 2)
dimana :
Cs = koefisien kemencengan.
S = standar deviasi.
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas.

d. Koefisien Kurtosis
∑ −
=
( − 1)( − 2)( − 3)
dimana :
Ck = koefisien kurtosis.
S = standar deviasi
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas

2.5.2 Pemilihan Jenis Sebaran


Ada beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu (teoritis), yang sering
digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi menggunakan metode teoritis
yang ada. Beberapa jenis distribusi antara lain :
 Distribusi Gumbel
 Distribusi Normal
 Distribusi Log Pearson Tipe III.15)

15)
Soemarto, 1999

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-7
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 1 Pemilihan Distribusi Sebaran

Jenis Distribusi Syarat


Cs = 0
Normal
Ck = 3
Cs ≤ 1,1396
Gumbel
Ck ≤ 5,4
Log Pearson III Cs ≠ 0
Cs = 3 Cv + (Cv2) = 3
Log Normal
Ck = 5,383
(Sumber: Soemarto, 1999)

A. Metode Gumbel
Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan rencana
menurut metode Gumbel adalah sebagai berikut:
= + ."
dimana :
Xi = hujan rencana dengan periode ulang T tahun (mm).
Xrt = nilai tengah sampel (mm).
S = standar deviasi sampel.
K = faktor frekuensi.
Faktor frekuensi K didapat dengan menggunakan rumus:
# −#
"=

dimana :
Yn = harga rata-rata reduced mean (Tabel 2).
Sn = reduced Standar Deviation (Tabel 3).
Ytr = reduced variate (Tabel 4).16)

16)
Soemarto, 1999

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-8
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 2 Reduce Mean (Yn)

(Sumber: Soewarno, 1995)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-9
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 3 Reduce Standar Deviation (Sn)

(Sumber: Soewarno, 1995)

Tabel 4 Reduce Variate (Yt)

(Sumber: Soewarno, 1995)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-10
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

B. Metode Log-Pearson III


Pada situasi tertentu, walaupun data yang diperkirakan mengikuti distribusi
sudah dikonversi kedalam bentuk logaritmis, ternyata kedekatan antara data dan
teori tidak cukup kuat untuk menyimpulkan pemakaian distribusi Log-Normal.
Person telah mengembangkan serangkaian fungsi probabilitas yang dapat
dipakai untuk hampir semua distribusi probabilitas empiris. Tidak seperti konsep
yang melatar belakangi pemakaian distribusi Log-Normal untuk banjir puncak,
maka distribusi probabilitas ini hampir tidak berbasis teori. Distribusi ini masih
tetap dipakai karena fleksibilitasnya.
Ada tiga parameter penting dalam Log-Person III, yaitu harga rata-rata,
simpangan baku, dan koefisien kemencengan. Yang menarik, jika koefisien
kemencengan sama dengan nol, distribusi kembali ke distribusi Log-Normal.17)
Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log-Person III :
 Ubah data ke dalam bentuk logaritmis dari Xi menjadi Log Xi.
 Hitung harga rata-rata :
log
log = '

dimana :
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas.
 Hitung harga simpangan baku:

∑ (log − log )
=
−1
dimana :
S = standar deviasi.
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas

17)
Suripin, 2004

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-11
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

 Hitung Koefisien Kemencengan (Cs)


∑ (log − log )
=
( − 1)( − 2)

dimana :
Cs = koefisien kemencengan.
S = standar deviasi.
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas.
 Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
log = log + ".
dimana :
S = standar deviasi.
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
k = variabel standar (standarized variable), tergantung Cs.18)

18)
Suripin, 2004

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-12
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 5 Nilai K untuk distribusi Log Pearson III

(Sumber: Suripin, 2004)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-13
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

2.6 Uji Kesalarasan

Uji keselarasan dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang


nyata antara besarnya debit maksimum tahunan hasil pengamatan lapangan dengan
hasil perhitungan. Uji keselarasan dapat dilaksanakan dengan uji chi-kuadrat dan
Smirnov-Kolmogorov.19)
2.6.1 Uji Keselarasan Smirnov-Kolmogorov
Uji keselarasan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji keselarasan non
parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu . Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Rumus yang dipakai :
Urutkan dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan besarnya nilai
masing-masing peluang dari hasil penggambaran grafis data (persamaan
distribusinya) :
X1 → P’(X1).
X2 → P’(X2).
Xm→ P’(Xm).
Xn → P’(Xn).20)
Periode ulang untuk perhitungan debit minimum tidak menyatakan suatu nilai
sama atau lebih dari besaran tertentu, akan tetapi menyatakan suatu nilai sama atau
kurang dari besaran tertentu. Oleh karena itu apabila:
P [ X ≥ (Xrt + k . s)] – a dan P [ X ≤ (Xrt + k . s)] = 1 – a
Rumus-rumus yang dipakai untuk menghitung D (selisih terbesarnya
antara peluang pengamatan dengan peluang teoritis) adalah sebagai berikut :
P(x) = m/(n + 1)
P(x<) = 1 – P(x)
P’(x) = m/(n-1)
P’(x<) = 1 – P’(x)
D = Maksimum |P’(x<) – P(X<)|21)

19)
Soewarno, 1991
20)
Suripin, 2004
21)
Soewarno, 1995

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-14
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Berdasarkan Tabel nilai delta kritis (Smirnov–Kolmogorov test) tentukan harga Do


Tabel 6 Nilai delta krisis (Do) Smirnov-Kolmogorov
Jumlah Data a Derajat Kepercayaan
n 0.2 0.1 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.30 0.34 0.40
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.20 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.20 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
n > 50 1.07/n0.5 1.22/n0.5 1.36/n0.5 1.63/n0.5
(Sumber: Soewarno, 1995)
2.7 Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Untuk menentukan debit banjir rencana (design flood), perlu didapatkan harga
suatu intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan
yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisis
intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi
pada masa lampau.22)
Untuk menghitung intensitas curah hujan, dapat digunakan beberapa macam
metode, antara lain metode Dr.Mononobe, metode Talbot dan metode Tadashi
Tanimoto.
1) Metode Dr. Mononobe
Digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan apabila yang tersedia
adalah data curah hujan harian.
2) Metode Talbot
Digunakan apabila data curah hujan yang tersedia adalah data curah hujan
jangka pendek.23)
3) Metode Tadashi Tanimoto
Tadashi Tanimoto mengembangkan distribusi hujan jam-jaman yang dapat
digunakan di Pulau Jawa.24)
22)
Loebis, 1987
23)
Loebis, 1987
24)
Triatmodjo, 2008

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-15
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

2.7.1 Metode Dr. Mononobe


Rumus ini digunakan apabila data curah hujan yang tersedia hanya curah hujan
harian. Rumus:
24 /
= ) *
24
dimana :
r = intensitas curah hujan (mm/jam).
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
t = lamanya curah hujan (jam).25)

2.8 Perhitungan Debit Banjir Rencana

2.8.1 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa
sungai di Jepang.26)
Penggunaan metode ini memerlukan beberapa karakteristik parameter daerah
alirannya, seperti:
a) Tenggang waktu dari permukaan hujan sampai puncak hidrograf
b) Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf .
c) Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
d) Luas daerah aliran sungai
e) Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)
Bentuk persamaan HSS Nakayasu adalah:
.. /
,- =
3.6 (0.32- + 23. )
dengan :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
Ro = hujan satuan (mm)
T = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30%
dari debit puncak (jam)
CA = luas daerah pengaliran sampai outlet (km2)
25)
Loebis, 1987
26)
Soemarto, 1987

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-16
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus sebagai berikut:


Tp = tg + 0,8 tr
T0,3 =α.g
Tr = 0,5 tg sampai tg
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam). tg
dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
a) sungai dengan panjang alur L > 15 km : tg = 0,4 + 0,058 L
b) sungai dengan panjang alur L < 15 km : tg = 0,21 L0,7
Perhitungan T0,3 menggunakan ketentuan:
α = 2 pada daerah pengaliran biasa
α = 1,5 pada bagian naik hidrograf lambat, dan turun cepat
α = 3 pada bagian naik hidrograf cepat, dan turun lambat
0.47(5 . 6)3. 7
.=
8
Bentuk hidrograf satuan diberikan oleh persamaan berikut:
 Pada waktu naik : 0 < t < Tp
,. = ( ⁄2-)
dimana Qa adalah limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/dt)
 Pada kurva turun (decreasing limb)
1. Selang nilai : Tp ≤ t ≤ Tp + T0,3)
(;<=>)
,: = ,- . 0.3 =?.@
2. selang nilai : (Tp + T0,3 ≤ t ≤ (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
(;<=>A3.7=?.@ )
,: = ,- . 0.3 .7 =?.@

3. selang nilai : t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)


(;<=>A .7=?.@ )
,: = ,- . 0.3 =?.@

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, maka penerapannya


terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan suatu pemilihan parameter-
parameter yang sesuai yaitu Tp dan a, dan pola distribusi hujan agar didapatkan
suatu pola hidrograf yang sesuai dengan hidrograf banjir yang diamati.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-17
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Hidrograf banjir dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

, = ' B − C − ( − 1)

dimana :
Qk = Debit Banjir pada jam ke – k
Ui = Ordinat hidrograf satuan (I = 1, 2, 3 .. .n)
Pn = Hujan netto dalam waktu yang berurutan (n = 1,2,..n)

2.8.2 Metode Rasional


Metode ini digunakan dengan anggapan bahwa DPS memiliki:
 Intensitas curah hujan merata diseluruh DPS dengan durasi tertentu.
 Lamanya curah hujan = waktu konsentrasi dari DPS.
 Puncak banjir dan intensitas curah hujan mempunyai tahun berulang
yang sama.
 Luas DAS < 300 km2
Rumus:
, = 0.278 . .E .5
Dimana :
C = koefisien limpasan air hujan
I = intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Q = debit maksimum (m3/det)
Intensitas hujan dapat dihitung menggunakan rumus Mononobe :

24 J
E= F G I
24 H
Dimana :
R = hujan maksimum (mm)
tc = waktu konsentrasi (jam) Waktu konsentrasi dihitung
menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kirpich (1940),
yang dapat ditulis sebagai berikut:

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-18
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3. N7
0.87 . 6
=L M
K
1000 .
Dimana :
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang sungai (km)
S = kemiringan sungai

2.8.3 Metode Hasper


Metode Haspers digunakan pada luas DPS < 300 km2.
Rumus :
Q =αxβxqxA
t = 0,1 x L 0,8 x i-0,30
A(3. O P?.Q? )
A(3.3R7 O P?.Q?)
α =

1 + (3.70 + 103. 3;)


53.R7
=1+ F
S + 15 12

Dimana :

Q = debit banjir rencana pada periode ulang tertentu (m3/det)

α = koefisien limpasan air hujan

β = koefisien pengurangan luas daerah hujan

q = intensitas maksimum jatuhnya hujan rata – rata (m3/det/km)

A = luas Daerah pengaliran sungai (km2)

t = waktu konsentrasi hujan (jam)

L = panjang sungai (km)

i = kemiringan sungai

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-19
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

2.9 PMF dan PMP

PMF (Probable Maximum Flood) adalah Banjir maksimum yang dapat terjadi
di suatu daerah dengan durasi tertentu sedangkan PMP (Probable Maximum
Precipitation) didefinisikan sebagai hujan maksimum boleh jadi di suatu pos hujan
untuk durasi tertentu. PMP juga merupakan besaran hujan rancangan terbesar yang
dapat digunakan untuk menyelamatkan bangunan hidrolik yang mengandung
resiko besar.
Sasaran utama dari analisis hidrologi adalah menetapkan nilai rancangan debit
sungai pada lokasi tertentu dengan tingkat resiko yang dapat diterima, sesuai
dengan tingkat kerugian yang mungkin dialami. Untuk merancang bangunan
dengan resiko bencana yang besar, khususnya jika menyangkut korban jiwa
manusia, diinginkan debit rancangan tanpa resiko gagal sama sekali. Debit
rancangan tersebut adalah PMF (Probable Maximum Flood) atau Banjir
Maksimum Boleh Jadi (BMB).
Banjir Maksimum Boleh Jadi dihitung berdasarkan hasil dari perhitungan
Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi. Jika data debit maksimum terbesar untuk
suatu DAS dapat diamati dan diukur, maka perhitungan BMB menjadi sederhana.
Karena data debit yang ada di Indonesia sangat jarang dan kurang lengkap, maka
perhitungan CMB perlu dilakukan dan selanjutnya dapat dilakukan sintesis untuk
menghasilkan BMB dengan menggunakan beberapa teknik hubungan hujan-
limpasan. Dengan pertimbangan-pertimbangan demikian penting sekali
diperhitungkan kondisi objektif fisik dari DAS bersangkutan yang akan
menentukan hubungan hujan-limpasan yang perlu digunakan.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-20
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

2.9.1 Hujan Berpeluang Maksimum (Probable Maximum Precipitation)


PMP didefinisikan sebagai tinggi terbesar hujan dengan durasi tertentu yang
secara meteorologis dimungkinkan bagi suatu daerah pengaliran dalam suatu
waktu dalam Tahun tanpa adanya kelonggaran yang dibuat untuk trend
klimatologis jangka panjang.27) Secara teoritis dapat didefinisikan sebagai
ketebalan hujan maksimum untuk lama waktu tertentu yang secara fisik mungkin
terjadi dalam suatu wilayah aliran dalam kurun waktu tertentu (american
meteoroligical society, 1995). Ada 2 periode pedekatan yang dapat digunakan
untuk memperkirakan besarnya PMP 28), yaitu:
1. Cara Maksimisasi dan Transposisi Kejadian Hujan
Teknik maksimisasi melibatkan prakiraan batas maksimum konsentrasi
kelembaban di udara yang mengalir ke dalam atmosfer di atas suatau DAS. Pada
batas maksimum tersebut, hembusan angin akan membawa serta udara lembab ke
atas atmosfer di atas DAS yang bersangkutan dan batas maksimum fraksi dari
aliran uap air yang kan menjadi hujan. Perkiraan besarnya PMP di daerah dengan
tipe hujan orografik terbatas biasanya dilakukan dengan cara maksimisasi dan
transposisi hujan yang sesungguhnya. Sementara di daerah dengan pengaruh
hujun orografik kuat, kejadian hujan yang dihasilkan dari simulisasi model lebih
banyak dimanfaatkan untuk prosedur maksimisasi untuk kejadian hujan jangka
panjang yang meliputi wilayah luas.29)

2. Cara Analisis Statistika untuk Kejadian Hujan Ekstrim


Hersfield mengajukan rumus yang didasarkan atas persamaan frekuensi
umum, dikembangkan oleh chow (1951) dalam ward dan robinson (1990). Rumus
ini mengaitkan antara besarnya PMP untuk lama waktu hujan tertentu terhadap
nilai tengah (Xn) dan standar deviasi (Sn).

27)
Soemarto, 1995
28)
Asdak, 1995
29)
Weisner, 1970

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-21
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

PMP = Xn + Km . Sn
Dimana :
PMP = Probable Maksimum Precipitation.
Km = faktor pengali terhadap deviasi standar.
Xn = nilai tengah (mean) data hujan maksimum tahunan.
Sn = standar deviasi data hujan maksimum tahunan.30)
Besarnya parameter Km biasanya ditentukan 20, namun dilapangan umumnya
bervariasi tergantung nilai tengah data hujan maksimum tahunan (Xn) dan lama
waktu hujan. Keuntungan teknik ini mudah dalam pemakaiannya dan didasarkan
pada pencatatan data hujan di lapangan, sedangkan kekurangnya adalah teknik
PMP memerlukan data hujan yang berjangkan panjang dan besarnya Km juga
ditentukan oleh faktor lain selain nilai data hujan tahunan maksimum dan lama
waktunya hujan. Besarnya PMP untuk perencanaan embung adalah PMP/3
sedangkan untuk perencanaan DAM sama dengan besarnya PMP.31)

2.9.2 Banjir Peluang Maksimum (Probable Maximum Flood)


Besaran debit maksimum yang masih dipikirkan yang ditimbulkan oleh semua
faktor meteorologis yang terburuk akibatnya debit yang diperoleh menjadi sangat
besar dan berarti bangunan menjadi sangat mahal. Oleh sebeb itu cara ini umunya
hanya untuk digunakan pada bagian bangunan yang sangat penting dan kegagalan
fungsional ini dapat mengakibatkan hal-hal yang sangat membahayakan, misal
pada bangunan pelimpah (spillway) pada sebuah embung. Apabila data debit tidak
tersedia maka Probable Maksimum Precipitation (PMP) dapat didekati dengan
memasukan data tersebut ke dalam model. Konsep ini muncul diawali oleh
ketidakyakinan analisis bhawa suatu rancangan yang didasarkan pada suatu
analisis frekuensi akan betul-betul aman, meskipun hasil analisis frekuensi selama
ini dianggap yang terbaik dibandingkan dengan besaran lain yang diturunkan dari
model, akan tetapi keselamatan manusia ikut tersangkut, maka analisis tersebut
dipandang belum mencukupi. Apapun alasanya keselamatan manusia harus
diletakkan urutan teratas.32)
30)
Chow, 1951
31)
Chow, 1951
32)
Sri Harto, 1993

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA II-22
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bagan Alir Tahapan Kajian

Mulai

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data
(Curah hujan, data teknis dan data
umum bendungan Sukamahi)

Analisa Curah Hujan


(Metode rata – rata Aljabar)

Menghitung Distribusi
` Frekuensi Curah Hujan

Distribusi Gumbel Distribusi Log Pearson III


Cs ≤ 1,14 dan Ck ≤ 5,4 Cs ≠ 0

Uji Smirnov- TIDAK


Kolmogorov

YA

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-1
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Perhitungan Debit
Banjir Rencana

HSS Nakayasu Metode Rasional Metode Hasper


.. /
,> = , = 0.278 . .E .5
3.6 (0.3 2- + 23. )
Q=αxβxqxA

Selesai

(Sumber: Penulis)
Gambar 4 Bagan Alir Tahapan Kajian

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-2
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.2 Data Umum


3.2.1 Lokasi Kajian

(Sumber: Google Maps)


Gambar 5 Lokasi Bendungan Sukamahi

Lokasi bendungan Sukamahi terletak di sungai Cisukabirus di Desa Sukamahi


kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, ± 515 m dari jalan Pasir Muncang.
Secara geografis bendungan Sukamahi terletak pada 106°52’20” Bujur Timur dan
06°39’28” Lintang Selatan, yang berdekatan dengan:
 Sebelah Utara : Kabupaten Tangerang, kabupaten/kota Bekasi dan
kota Depok
 Sebelah Barat : Kabupaten Lebak
 Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, kabupaten Cianjur dan
kabupaten Purwakarta
 Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi dan kabupaten Cianjur
 Bagian Tengah : Kota Bogor

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-3
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.2.2 Data Teknis


Data teknis bendungan Sukamahi adalah sebagai berikut:
1. Umum
Pengelola : BBWS Ciliwung Cisadane
Pelaksana Konstruksi : PT. Wijaya Karya – Basuki | KSO
Pelaksana Supervisi : PT. Wiratman – PT. Multimera Harapan – PT
Tata Guna Patria | KSO
Biaya Konstruksi : Rp. 436.970.000.000,-
Biaya Supervisi : Rp. 21.800.000.00,-

2. Hidrologi
Luas DTA : 15,86 Km2
Panjang Sungai : 15 Km
Hujan rerata tahunan : 3.080,00 mm
Debit inflow banjir Q25 : 54,767 m3/det
Debit Inflow banjir Q100 : 62,12 m3/det
Debit Inflow banjir Q1000 : 79,6 m3/det
Debit Inflow banjir QPMF : 253,97 m3det

3. Bendungan Utama
Tipe bendungan : Urugan tanah zonal random dengan inti
miring
El. Puncak bendungan : +601 m
El. Dasar sungai : + 554 m
Tinggi bendungan : 55 m
Lebar bendungan :9m
Panjang bendungan : 169 m
Luas genangan : 5,23 Ha
Vol. total : 1,68 x 106 m3
Kemiringan hulu : 1 : 3,00
Kemiringan hilir : 1 : 2,75

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-4
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

4. Bangunan Pengelak
Tipe terowongan pengelak : Tapal Kuda
Diameter : 1 D 3,00 – D 4,00 m
Debit banjir Q25 Outflow : 54,7 m3/det
El. MA banjir Q25 : + 568,43 m
El. Puncak bendungan pengelak : + 571 m
Panjang terowongan pengelak : 291,1 m
Tipe bendungan pengelak : Urugan tanah zonal random dengan inti
miring
Lebar puncak pengelak :8m
Tinggi bendungan pengelak : 17 m

5. Bangunan Pelimpah
Tipe Pemasukan : Pelimpah samping
El. Ambang pelimpah samping : + 596,5 m
Lebar ambang : 15 m
Lebar akhir pelimpah : 8,5 m
Debit outflow Q100 : 34,441 m3/det
Debit outflow Q1000 : 42,568 m3/det
Debit outflow QPMF : 248,16 m3/det
Panjang peredam energi : 27 m
Panjang total : 315,81 m
Tipe saluran peluncur : Terowong miring D 4 m
Tipe saluran mendatar : Terowong D 4 m

6. Bangunan Pengeluaran
Dimensi intake tipe tapal kuda : D 1,6 m
Awal saluran terowong : D 3,00 ; L 290 m
Akhir saluran terowong : D 4,00 ; L 172,25 m

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-5
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.2.3 Kondisi Geografis


Sungai Ciliwung berhulu di lereng utara Gunung Pangranggo (El. +3.019 m).
Sungai ini mengalir ke hilir dan alirannya melalui Bogor, Depok dan pintu air
Manggarai. Total Panjang sungai Ciliwung adalah 100.8 km dengan lebar antar 30
m sampai 60 m. Sungai Ciliwung mengalir ke Kanal Banjir Barat di Manggarai
yang berasal dari Gunung Pangranggo dan melewati Kota Bogor dan Kota Depok.
Kondisi alur sungai saat ini diringkas dibawah ini :
 Dari hulu sampai bendung Katulampa, merupakan sungai alami mengalir
melalui daerah pegunungan.
 Dari bendung katulampa sampai Depok, merupakan sungai alami mengalir
melalui daerah pegunungan.
 Dari Depok sampai pintu air Manggarai, sungai dengan lebar 30 m sampai 60
m, merupakan sungai alami terutama mengalir melalui daerah perkotaan.
Sebagaian aliran sungai berkelok-kelok dan daerah ini berfungsi sebagai
retrading basin alami.
Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk masing-masing lokasi
bendungan sebagai berikut :
Bendungan Sukamahi berada di sungai Cisukabirus yang merupakan anak
sungai Ciliwung. DAS bendungan Sukamahi berbentuk bulu dengan luas DAS
15,86 km2, panjang sungai utama ± 15 km, kemiringan (slope) rata-rata sungai
adalah 14%. Bagian hulu sungai Cisukabirus adalah pegunungan. 33)

33)
Kajian Debit Rencana Bendungan Sukamahi, Bogor, Jawa Barat

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-6
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.2.4 Klimatologi dan Hidrologi


Iklim di lokasi studi termasuk iklim tropis dengan musim hujan dimulai pada
bulan September/Oktober, sedangkan musim kemarau di mulai pada bulan
April/Mei. Secara umum musim hujan lebih Panjang durasinya daripada musim
kemarau.
Hujan rerata tahunan yang tercatat di stasiun hujan citeko selama tahun 1992-
2014 adalah sebesar 3080 mm. Hujan rata-rata bulanan terbesar terjadi bulan
januari sedangkan curah hujan rata-rata terkecil terjadi pada bulan juli.
Suhu udara rata-rata 21.40°C, kecepatan angin rata-rata 4,1 km/jam, debit
aliran rendah udara pada lokasi studi sekitar 8 m3/detik.34)

3.2.5 Kondisi Geologi Regional


Van Bemmelen (1949) menjadi bagian Jawa Barat berdasarkan kondisi
fisiografi dan strukturnya menjadi 5 (lima) zona yang berarah barat-timur, berturut-
turut dari utara ke selatan adalah sebagaian berikut:
 Dataran alluvial di sepanjang pantai utara
 Zona Bogor
 Zona Bandung
 Pegunungan Bayah
 Pegunungan Selatan
Berdasarkan lokasinya serta penyebaran zona-zona di atas, daerah
penyelidikan (ciawi dan sekitarnya) berada di dalam zona Bogor, yakni lajur
anticlinorium dengan perlipatan kuat yang menyebar mulai dari rangkasbitung,
Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang dan berakhir di Bumiayu di sebelah timur.
Zona Bogor dikontrol oleh batuan berumur Neogen dijumpai banyak instrusi
hypabyssal volcanic necks, stock, bosses dan lain-lain.

34)
Laporan Akhir Bendungan Ciawi

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-7
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

(Sumber: Laporan Akhir Bendungan Sukamahi)


Gambar 6 Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)

Menurut peta geologi regional lembar Bogor, rencana lokasi bendungan yang
terletak di zona Bogor tertutup oleh batuan vulkanik muda hasil erupsi gunung api
pada zaman plistosen atau terinjeksikan lewat zona-zona sesar pada sedimen-
sedimen miosen. Batuan vulkanik tersebut terdiri dari lahar, lava dan basalt andesit
yang mineral-mineral utamanya tersusun dari oligoklas-andesin, labradorite,
oliven, piroksen dan hornblende.
Formasi batuan yang paling tua di daerah ini daerah ini adalah formasi
jatiluhur, yang tersingkap dibagian utara lokasi penyelidikan. Kemudian diatasnya
secara tidak selaras tertutupi oleh batuan vulkanik kuarter produk dari Gunung
Kencana dan Gunung Limo. Selanjutnya batuan gunung api ini secara selaras
tertiup oleh batuan gunung api produk Gunung Pangranggo. Sedangkan batuan
yang termuda di daerah ini adalah berupa endapan alluvial berumur resen yang
terdapat di sepanjang sungai dan bantaran sungai. Dari kondisi tersebut urutan
batuan dari tua ke muda di daerah rencana bendungan sukamahi dan sekitarnya
adalah sebagai berikut:
 Formasi Jatiluhur (Tmj) terdiri dari Napal dan serpih lempung dan sisipan
batupasir kuarsa, bertambah pasiran kearah timur. Bagian atas dari formasi ini

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-8
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

menjemari dengan formasi Kelapanunggal (batu gamping Gn.


Guha/Cibinong). Formasi Jatiluhur (Tmj) ini berumur miosen awal, tersingkap
di utara dari daerah penelitian dan juga di temukan pada beberapa lubang bor
inti di Dam site alternatife terdahulu.
 Batuan breksi dan lava gunung Kencana dan Gunung Limo (QVK)
dieindapkan secara tidak selaras diatas formasi jatiluhur (Tmj), terdiri dari
bongkahan andesit dan breksi andesit dengan banyak fenokris piroksen dan
laval basal. Satuan ini berumur plestosin tengah dan mendominasi daerah
utara, timur laut dan timur dari daerah penelitian, dan termasuk batuan gunung
api tua.
 Satuan batuan gunung api gunung Pangranggo (QVpo) berupa lahar dan lava
Basal, andesit dengan oligoklas-andesin, labradorite, Olivin, Piroksen dan
Homblenda. Satuan ini berumur Holosen awal dan mendominasi bagian
selatan, barat dan tengah dari daerah penelitian.
 Satuan Aluvial (Qa) merupakan satuan batas yang paling muda terbentuk dan
diendapkan secara tidak selaras diatas satuan batuan gunung api gunung
Panggrango (QVpo), satuan breksi dan lava gunung Kencana dan gunung
Limo (QVK) maupun formasi Jatiluhur (Tmj). Satuan Aluvial ini dibentuk
pada Holosen atas dan masi berlanjut sampai sekarang, umunya mendominasi
lembah-lembah sungai.

Berdasarkan pemetaan geologi, stratigraf daerah genangan dari urutan bawah


sampai urutan atas terdiri dari satuan batuan vulkanik yang tersusun dari breksi tuf,
tuf lapilli, tuf, aglomerat, kemudian diatasnya secara tidak selaras ditutupi oleh
kolovial/lapisan rombakan lereng (slope wash) dan endapan alluvial.35)

35)
Laporan Akhir Bendungan Ciawi

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-9
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.2.6 Kondisi Topografi


Wilayah daerah studi bendungan Sukamahi yang merupakan bagian hulu DAS
Ciliwung secara umum terdiri dari 2 (dua) wilayah fisiografi, yaitu :
 Daerah perbukitan dengan elevasi > 500 m yang merupakan bagian
tengah DAS Ciliwung, dan digambarkan dengan penggunaan lahan
berupa daerah permukiman, daerah pertanian, perkebunan dan juga
daerah irigasi.
 Daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m, yang merupakan daerah
pegunungan vulkanik sebagai bagian dari lereng Gunung Gede dan
Gunung Pangranggo, daerah ini umumnya masih berupa hutan.
Topografi lokasi bendungan Sukamahi merupakan lembah dengan bentuk V
relatif asimetris antara kanan dan kiri, dengan kemiringan lereng berkisar antara
45°-80° dan sungai relatif lurus. Pada lokasi rencana genangan diperkirakan tidak
ada permukiman yang tergenang.

3.2.7 Kondisi Tata Guna Lahan


Tata guna lahan pada DAS Ciliwung hulu didominasi oleh hutan dan
perkebunan, DAS Ciliwung tengah didominasi oleh pemukiman dan perkebunan,
serta DAS Ciliwung hilir didominasi oleh permukiman.

3.3 Perumusan Masalah


Banjir yang terjadi hampir setiap tahunnya di DKI Jakarta disebabkan oleh
curah hujan tinggi yang mengakibatkan volume air di daratan meningkat dan
karena daerah rendah/cekung sehingga air tidak dapat keluar karena sistem
drainase yang kurang baik. Oleh karena itu, Pemerintah Pusat melalui Kementrian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan juga Pemerintah DKI Jakarta bekerja
sama untuk membangun Bendungan Sukamahi untuk pengendali dan pengatur
aliran air di hulu Sungai Ciliwung.
Dalam pembangunan bendungan Sukamahi ini diperlukan beberapa analisis
untuk menunjang pekerjaan bendungan tersebut, salah satunya yaitu analisis
hidrologi untuk menentukan berapa debit banjir rencana pada daerah bendungan
Sukamahi.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-10
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.3.1 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi diperlukan untuk memperoleh besarnya debit banjir rencana
suatu wilayah. Debit banjir merupakan debit maksimum dengan periode ulang
tertentu yaitu besarnya debit maksimum yang rata – rata terjadi satu kali dalam
periode yang ditinjau.
Untuk keperluan perencanaan sistem pengendalian banjir pada suatu wilayah,
perlu diketahui besarnya curah hujan yang mewakili Daerah Aliran Sungai (DAS),
dimana dapat diperoleh dari analisis data curah hujan harian maksimum tahunan
dari beberapa stasiun penakar hujan yang ada di wilayah tangkapan hujan.

3.4 Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan dalam kajian ini diperoleh dari Balai Besar Wilayah
Sungai Ciliwung Cisadane. Data-data lainnya diperoleh melalui studi pustaka dan
mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber dan instansi terkait,
misalnya seperti peta hasil perhitungan debit banjir oleh konsultan perencana.
Ketersedian data hujan didapat dari stasiun terdekat dengan lokasi rencana
bendungan Sukamahi, dalam hal ini peneliti mendapatkan data curah hujan dari
empat stasiun hujan yaitu stasiun Cilember, Citeko, Gadog, dan Gunung Mas.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-11
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

 Data Curah Hujan


Tabel 7 Curah Hujan

Stasiun Pencatat Hujan


Hujan Max Harian
Tahun
Gunung Rata-rata (mm)
Cilember Gadog Citeko
Mas
2012 78,0 113,0 80,0 63,0 113,0
2013 20,0 145,0 120,0 130,0 145,0
2014 75,0 149,5 120,0 192,8 192,8
2015 99,0 130,5 58,0 86,6 130,5
2016 78,0 106,5 90,0 80,5 106,5
2017 78,0 143,0 112,0 90,0 143,0
2018 150,0 125,0 150,0 164,1 164,1
2019 128,0 105,5 132,0 120,5 132,0
2020 124,0 113,0 127,5 118,7 127,5
2021 100,0 105,0 132,0 124,0 132,0

(Sumber: BBWS Ciliwung Cisadane)

 Debit Banjir Sungai Ciliwung


Tabel 8 Debit sungai Ciliwung

(Sumber: BBWS Ciliwung Cisadane)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-12
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

 Perhitungan Debit Banjir Rencana


Pada tabel 9 dapat dijelaskan bahwa kolom waktu (jam)
menunjukan jam/waktu saat debit di hitung, kemudian pada kolom Qt
merupakan debit pada grafik hidrograf saat kuadran naik dan kuadran
turun dan juga pada kolom periode ulang yaitu debit yang telah
dihitung berdasarkan kala ulang tahun yang diinginkan.
Tabel 9 Perhitungan HSS Nakayasu oleh BBWS

(Sumber: BBWS Ciliwung Cisadane)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-13
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.5 Pengolahan Data


Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengolah data yang telah didapat dari
Badan Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Data tersebut diolah sesuai
dengan literatur yang telah dikumpulkan dan dengan teori-teori yang telah ada pada
penelitian sebelumnya. Berikut tahap-tahap pengolahan data:

3.5.1 Metode Rata-rata Aljabar


Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa
stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah
stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam
DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa
diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila:
o Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
o Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.

= (R1 + R2 + … + Rn)
R = Curah Hujan Rerata Tahunan (mm)
N = Jumlah Stasiun yang Digunakan
R1+R2+….. = Curah Hujan Rerata Tahunan Tiap Stasiun Pengamatan
(mm)

3.5.2 Parameter Statistik


Dalam penentuan jenis sebaran distribusi yang akan dipakai dalam
perhitungan, maka diperlukan parameter statistika sebagai berikut:

a) Standar Deviasi
.
∑ ( − )
=
−1

dimana :
S = Standar Deviasi
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-14
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

b) Koefisien Variasi

dimana :
Cv = koefisien variasi.
S = standar deviasi.
Xrt = rata-rata hitungan (mm).

c) Koefisien Kemencengan
∑ ( − )
=
( − 1)( − 2)
dimana :
Cs = koefisien kemencengan.
S = standar deviasi.
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas

d) Koefisien Kurtosis
∑ log( ) − log
=
( − 1)( − 2)( − 3)
dimana :
Ck = koefisien kurtosis.
S = standar deviasi
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
n = jumlah kelas

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-15
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.5.3 Pemilihan Jenis Sebaran


Ada beberapa bentuk fungsi distribusi kontinyu (teoritis), yang sering
digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi menggunakan metode teoritis
yang ada. Beberapa jenis distribusi antara lain:
o Distribusi Gumbel
o Distribusi Normal
o Distribusi Log Pearson Tipe III.

Tabel 10 Pemilihan distribusi sebaran

Jenis Distribusi Syarat


Cs = 0
Normal
Ck = 3
Cs ≤ 1,1396
Gumbel
Ck ≤ 5,4
Log Pearson III Cs ≠ 0
Cs = 3 Cv + (Cv2) = 3
Log Normal
Ck = 5,383
(Sumber: Soemarto, 1999)

a) Metode Gumbel
Rumus-rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan rencana
menurut metode Gumbel adalah sebagai berikut:
Xi = Xrt + S . K
dimana :
Xi = hujan rencana dengan periode ulang T tahun (mm).
Xrt = nilai tengah sampel (mm).
s = standar deviasi sampel.
k = faktor frekuensi.

Faktor frekuensi k didapat dengan menggunakan rumus:


U;V<U
"=
W
dimana :
Yn = harga rata-rata reduced mean (Tabel 2).
Sn = reduced Standar Deviation (Tabel 3).
Ytr = reduced variate (Tabel 4).

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-16
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

b) Metode Log-Pearson III


Pada situasi tertentu, walaupun data yang diperkirakan
mengikuti distribusi sudah dikonversi kedalam bentuk logaritmis,
ternyata kedekatan antara data dan teori tidak cukup kuat untuk
menyimpulkan pemakaian distribusi Log-Normal.
Pearson telah mengembangkan serangkaian fungsi probabilitas
yang dapat dipakai untuk hampir semua distribusi probabilitas empiris.
Tidak seperti konsep yang melatar belakangi pemakaian distribusi Log-
Normal untuk banjir puncak, maka distribusi probabilitas ini hampir tidak
berbasis teori. Distribusi ini masih tetap dipakai karena fleksibilitasnya.
log = log + ".
dimana :
S = standar deviasi.
Xi = titik tengah tiap interval kelas (mm).
Xrt = rata-rata hitungan (mm).
k = variabel standar (standarized variable), tergantung Cs.

3.5.4 Uji Keselarasan


Uji keselarasan dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
nyata antara besarnya debit maksimum tahunan hasil pengamatan lapangan dengan
hasil perhitungan. Uji keselarasan dapat dilaksanakan dengan uji chi-kuadrat
dan Smirnov-Kolmogorov.
 Uji Keselarasan Smirnov Kolmogorov
Uji keselarasan Smirnov-Kolmogorov, sering juga disebut uji
keselarasan non parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu . Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Rumus yang dipakai :
Urutkan dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan besarnya
nilai masing-masing peluang dari hasil penggambaran grafis data (persamaan
distribusinya):
X1 → P’(X1).
X2 → P’(X2).

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-17
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Xm → P’(Xm).

Xn → P’(Xn).
Periode ulang untuk perhitungan debit minimum tidak menyatakan suatu
nilai sama atau lebih dari besaran tertentu, akan tetapi menyatakan suatu
nilai sama atau kurang dari besaran tertentu. Oleh karena itu apabila :
P [ X ≥ (Xrt + k . s)] – a dan P [ X ≤ (Xrt + k . s)] = 1 - a
Rumus-rumus yang dipakai untuk menghitung D (selisih terbesarnya
antara peluang pengamatan dengan peluang teoritis) adalah sebagai
berikut :
P(x) = m/(n + 1)
P(x<) = 1 – P(x)
P’(x) = m/(n-1)
P’(x<) = 1 – P’(x)
D = Maksimum |P’(x<) – P(X<)|
Berdasarkan Tabel nilai delta kritis (Smirnov–Kolmogorov test) tentukan
harga Do pada tabel 8 di bab II.

3.5.5 Perhitungan Intensitas Hujan


Untuk menentukan debit banjir rencana (design flood), perlu didapatkan
harga suatu intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian
curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut
berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data
curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau.
 Metode Dr. Mononobe
Rumus ini digunakan apabila data curah hujan yang tersedia hanya curah
hujan harian. Rumus:
24 2/3
= ) *
24
24
dimana :
r = intensitas curah hujan (mm/jam).
R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
t = lamanya curah hujan (jam)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-18
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

3.5.6 Perhitungan Debit Banjir Rencana


a) Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasarkan
beberapa sungai di Jepang.
Penggunaan metode ini memerlukan beberapa karakteristik parameter
daerah alirannya, seperti berikut:
 Tenggang waktu dari permukaan hujan sampai puncak hidrograf
 Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf .
 Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
 Luas daerah aliran sungai
 Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest
channel)
Bentuk persamaan HSS Nakayasu adalah:
.. /
,> =
3.6 (0.3 2- + 23. )
dengan :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
Ro = hujan satuan (mm)
T = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak
sampai 30% dari debit puncak (jam)
CA = luas daerah pengaliran sampai outlet (km2)
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus
sebagai berikut :
Tp = tg + 0,8 tr
T0,3 = α g
tr = 0,5 tg sampai tg
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir
(jam). tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. sungai dengan panjang alur L > 15 km : tg = 0,4 + 0,058 L
b. sungai dengan panjang alur L < 15 km : tg = 0,21 L0,7

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-19
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Perhitungan T0,3 menggunakan ketentuan:


α = 2 pada daerah pengaliran biasa
α = 1,5 pada bagian naik hidrograf lambat, dan turun cepat
α = 3 pada bagian naik hidrograf cepat, dan turun lambat
0.47(5 . 6)3. 7
.=
8
Bentuk hidrograf satuan diberikan oleh persamaan berikut:
 Pada waktu naik : 0 < t < Tp
,. = ( ⁄2-)
dimana Qa adalah limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/dt)
 Pada kurva turun (decreasing limb)
4. Selang nilai : Tp ≤ t ≤ (Tp + T0,3)
(;<=>)
,: = ,- . 0.3 =?.@

5. selang nilai : (Tp + T0,3 ≤ t ≤ (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)


(;<=>A3.7=?.@ )
,: = ,- . 0.3 .7 =?.@

6. selang nilai : t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)


(;<=>A .7=?.@ )
,: = ,- . 0.3 =?.@

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, maka


penerapannya terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan
suatu pemilihan parameter-parameter yang sesuai yaitu Tp dan a, dan
pola distribusi hujan agar didapatkan suatu pola hidrograf yang sesuai
dengan hidrograf banjir yang diamati.
Hidrograf banjir dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

, = ' B − C − ( − 1)

dimana :
Qk = Debit Banjir pada jam ke – k
Ui = Ordinat hidrograf satuan (I = 1, 2, 3 .. .n)
Pn = Hujan netto dalam waktu yang berurutan (n = 1,2,..n)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-20
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

b) Metode Rasional
Metode ini digunakan dengan anggapan bahwa DPS memiliki :
 Intensitas curah hujan merata diseluruh DPS dengan durasi tertentu.
 Lamanya curah hujan = waktu konsentrasi dari DPS.
 Puncak banjir dan intensitas curah hujan mempunyai tahun berulang
yang sama.
 Luas DAS < 300 km2
Rumus:
, = 0,287 F FEF5
Di mana :
C = koefisien limpasan air hujan
I = intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi
(mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km2)
Q = debit maksimum (m3/det)
Intensitas hujan dapat dihitung menggunakan rumus Mononobe:

24 J
E= F G I
24 H
Di mana :
R = hujan maksimum (mm)
tc = waktu konsentrasi (jam) Waktu konsentrasi dihitung
menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kirpich (1940),
yang dapat ditulis sebagai berikut:
K = 0.0133 6F <3.Y

Di mana :
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang sungai (km)
S = kemiringan sungai

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-21
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

c) Metode Haspers
Metode Haspers digunakan pada luas DPS < 300 km2.
Rumus :
Q =αxβxqxA
t = 0,1 x L 0,8 x i-0,30
A(3. O P?.Q? )
A(3.3R7 O P?.Q?)
α =

1 + (3.70 + 103. 3;)


53.R7
= 1+ F
S + 15 12
Dimana :
Q = debit banjir rencana pada periode ulang tertentu (m3/det)
α = koefisien limpasan air hujan
β = koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = intensitas maksimum jatuhnya hujan rata – rata
(m3/det/km)
A = luas Daerah pengaliran sungai (km2)
t = waktu konsentrasi hujan (jam)
L = panjang sungai (km)
i = kemiringan sungai
.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA III-22
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hujan


Data hujan yang digunakan dalam analisis hidrologi berasal dari 4 stasiun
hujan yaitu stasiun hujan Gunung Mas, stasiun hujan Cilember, stasiun hujan
Gadog, dan stasiun hujan Citeko. Jumlah data hujan dalam penelitian ini adalah
data hujan 10 tahun dari tahun 2012-2021.

4.2 Curah Hujan Maksimum Rata – rata


Besarnya curah hujan maksimum rata-rata DAS dihitung dengan metode
aljabar dengan cara mengambil data curah hujan maksimum setiap tahunnya di
masing-masing stasiun pengamatan dan dirata-ratakan. Stasiun hujan yang
berpengaruh terhadap DAS Ciliwung pada Bendungan Sukamahi yaitu stasiun
hujan Gunung Mas, stasiun hujan Cilember, stasiun hujan Gadog, dan stasiun hujan
Citeko.
Cara yang digunakan untuk mendapatkan curah hujan maksimum harian rata-
rata pada DAS diatas adalah sebagai berikut:
o Tentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu di salah satu pos hujan.
o Cari besarnya curah hujan pada tanggal – bulan – tahun yang sama untuk pos
hujan yang lain.
o Hitung curah hujan pada DAS tersebut dengan salah satu cara yang dipilih.
o Tentukan hujan maksimum harian (seperti Langkah 1) pada tahun yang sama
untuk pos hujan yang lain.
o Ulangi Langkah 2 dan 3 setiap tahunnya.
Dari hasil rata-rata yang diperoleh (sesuai dengan jumlah pos hujan) dipilih
yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap tahun merupakan hujan
maksimum harian DAS untuk tahun yang bersangkutan.77)

77)
Suripin, 2004

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-1
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 11 Perhitungan curah hujan maksimum rata – rata DAS

Stasiun Pencatat Hujan Hujan Max


Tahun Harian Rata-rata
Gunung (mm)
Cilember Gadog Citeko
Mas
2012 40,3 67,6 42,9 38,9 67,6
2013 6,0 76,5 58,1 67,9 76,5
2014 40,3 85,3 58,6 79,8 85,3
2015 31,2 61,3 28,9 36,6 61,3
2016 32,6 68,9 50,3 54,4 68,9
2017 28,3 75,1 66,9 49,6 75,1
2018 35,2 72,0 55,9 51,8 72,0
2019 54,8 62,3 55,7 54,7 62,3
2020 74,2 62,6 68,8 55,0 74,2
2021 68,4 64,5 61,2 58,3 68,4
(Sumber: Hasil perhitungan)

4.3 Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana


Dari hasil perhitungan curah hujan maksimum harian rata-rata daerah dengan
metode Aljabar diatas perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan
maksimum harian untuk menentukan debit banjir rencana. Untuk penentuan curah
hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit banjir rencana
berdasarkan Analisa distribusi curah hujan awalnya dengan cara pengukuran
disperse dilanjutkan dengan pengukuran disperse dengan logaritma dan pengujian
kecocokan sebaran.
4.3.1 Pengukuran Dispersi
Pada pengukuran dispersi tidak semua nilai dari suatu variabel
hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya, tetapi
kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai rata-
ratanya.
Besarnya derajat dari sebaran nilai disekitar nilai rata-ratanya
disebut dengan variasi atau dispersi suatu data sembarang variabel
hidrologi. Beberapa macam cara untuk mengukur dispersi diantaranya
adalah:

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-2
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 12 Analisis jenis sebaran dengan metode Gumbel

Area
Maximum (Ri - (Ri - (Ri -
No Tahun
Rainfall (Ri) Rmean)² Rmean)³ Rmean)⁴
[mm]
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1 2012 67,6 12,6 -45,0 160,0
2 2013 76,5 28,6 153,3 820,3
3 2014 85,3 200,0 2829,1 40013,6
4 2015 61,3 98,0 -969,8 9599,5
5 2016 68,9 5,0 -11,1 24,8
6 2017 75,1 15,6 61,7 243,8
7 2018 72,0 0,7 0,5 0,4
8 2019 62,3 77,7 -685,0 6037,9
9 2020 74,2 9,1 27,5 83,0
10 2021 68,4 7,7 -21,3 59,2
R Mean 71,1
Kumulatif 455,1 1339,9 57042,5
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Perhitungan dengan metode gumbel :
n = 10
Jumlah (Ri) = 71 mm
Jumlah (Ri - Rmean)2 = 455,1 mm
Jumlah (Ri - Rmean)3 = 1339,9 mm
Jumlah (Ri - Rmean)4 = 57042,5 mm

a) Standar Deviasi (Sd)

∑ ( − )
=
−1

= Z
77,
[

S = 7,11

b) Koefisien Variasi (Cv)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-3
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

7,11
=
71,1
= 0,10

c) Koefisien Skewness (Cs)


∑ ( − )
=
( − 1)( − 2)
10 F 1339,9
=
9 F 8 F (7,11)
= 0,52

d) Koefisien Kurtosis (Ck)


∑ log( ) − log
=

10 F 57042,5
=
(7,11)

= 4,43

Tabel 13 Perhitungan hujan rencana dengan metode Gumbel

PERIODE
YT YN SN KT X SD XT
ULANG
2 0,3665 0,4592 0,9496 -0,097620051 71,1 7,11 70,45
5 1,5004 0,4592 0,9496 1,096461668 71,1 7,11 78,94
10 2,2510 0,4592 0,9496 1,886899747 71,1 7,11 84,57
20 2,9709 0,4592 0,9496 2,645008425 71,1 7,11 89,96
25 3,1993 0,4592 0,9496 2,88553075 71,1 7,11 91,67
50 3,9028 0,4592 0,9496 3,626368997 71,1 7,11 96,93
100 4,6012 0,4592 0,9496 4,361836563 71,1 7,11 102,16
200 5,2969 0,4592 0,9496 5,094460826 71,1 7,11 107,37
500 6,2149 0,4592 0,9496 6,061183656 71,1 7,11 114,25
1000 6,9087 0,4592 0,9496 6,791807077 71,1 7,11 119,44
5000 8,5188 0,4592 0,9496 8,4873631 71,1 7,11 131,50
QPMF 9,2121 0,4592 0,9496 9,217459983 71,1 7,11 136,69
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-4
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 14 Analisis jenis sebaran dengan metode Log Pearson III


Area
(Log Ri - (Log Ri - (Log Ri -
Maximum Logaritma
No Tahun Log Log Log
Rainfall (log Ri)
Rmean)² Rmean)³ Rmean)⁴
(Ri) [mm]
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
1 2012 67,6 1,83 0,0004142 -0,0000084 0,0000002
2 2013 76,5 1,88 0,0011167 0,0000373 0,0000012
3 2014 85,3 1,93 0,0065065 0,0005248 0,0000423
4 2015 61,3 1,79 0,0039864 -0,0002517 0,0000159
5 2016 68,9 1,84 0,0001421 -0,0000017 0,0000000
6 2017 75,1 1,88 0,0006450 0,0000164 0,0000004
7 2018 72,0 1,86 0,0000467 0,0000003 0,0000000
8 2019 62,3 1,79 0,0030829 -0,0001712 0,0000095
9 2020 74,2 1,87 0,0003986 0,0000080 0,0000002
10 2021 68,4 1,83 0,0002355 -0,0000036 0,0000001
R Mean 71,1 1,85
Kumulatif 0,01657450 0,00015021 0,00006980
(Sumber: Hasil perhitungan)
Perhitungan dengan metode gumbel :
n = 10
Jumlah (Log Ri) = 1,85 mm
Jumlah (Log Ri - Log Rmean)2 = 0,01657450 mm
Jumlah (Log Ri - Log Rmean)3 = 0,00015021 mm
Jumlah (Log Ri - Log Rmean)4 = 0,00006980 mm

a) Standar Deviasi (Sd)

∑ (Log − Log )
=
−1

0,01657450
=
9

= 0,043
b) Koefisien Skewness (Cs)
∑ (Log − Log )
=
( − 1)( − 2)
10 F 0,00194253
=
9 F 8 F (0,075)
= 0,651

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-5
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 15 Perhitungan hujan rencana dengan metode Log Pearson III

RETURN Standar
Log Xrt K LOG Xt Xt (mm)
PERIODE Deviasi

2 2,14 0,075 0,099 2,1433414 139,1045824


5 2,14 0,075 0,800 2,1955965 156,8904322
10 2,14 0,075 1,328 2,2349554 171,7732171
20 2,14 0,075 1,735 2,2652947 184,2021398
25 2,14 0,075 1,939 2,2805016 190,7662548
50 2,14 0,075 2,359 2,3118098 205,0264259
100 2,14 0,075 2,755 2,3413291 219,4467147
200 2,14 0,075 3,132 2,3694320 234,1164870
1000 2,14 0,075 3,960 2,4311541 269,8696535
(Sumber: Hasil perhitungan)

Tabel 16 Hasil uji sebaran

Jenis Sebaran Syarat Perhitungan Kesimpulan

Cs ≤ 1.1396 1,10 Memenuhi


Gumbel
Ck ≤ 5.4002 5,39 Memenuhi
Log Pearson III Cs ≠ 0 0,65 Memenuhi
(Sumber: Hasil perhitungan)

4.3.2 Probable Maximum Precipitation (PMP)


Perhitungan curah hujan yang terbesar mungkin terjadi (PMP) tidak
dilakukan karena data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan tidak
didapatkan sehingga untuk hasil PMP bedasarkan draft laporan akhir
pada “Pekerjaan Penyusunan Detail Desain Bendungan Ciawi” yang di
dapat dari BBWS Ciliwung Cisadane. Untuk besarnya PMP wilayah
DPS (Daerah Pengaliran Sungai) Sukamahi dan pembacaan isohyet
sebesar 869 mm.
RPMF = RPMP . ARF . RD(24jam)
Dimana :
RPMF : Probable Maximum Flood (PMF)
RPMP : Probable Maximum Precipitation (PMP)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-6
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

ARF : Areal Reduction Factor


RD : Rainfall Duration
Tabel 17 Faktor reduksi (ARF)
DAS (Km2) ARF
1 – 10 0, 99
10 – 30 0, 97
30 – 3000 1,52 – 0,0123 log Area
(Sumber: Joesron Loebis)
Perhitungan RPMF:
Diketahui : RPMP = 869
ARF = 0,97
RD = 100%
RPMF = 869 x 0,97 x 100%
= 842,93 mm
Tabel 18 Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan rencana

PERIODE
ULANG GUMBEL LOG PERSON III
TAHUN (T)
2 70,45 71,53
5 78,94 76,66
10 84,57 80,77
20 89,96 84,08
25 91,67 85,79
50 96,93 89,43
100 102,16 93,00
200 107,37 96,53
1000 119,44 104,76
Uji Distribusi Memenuhi Memenuhi
(Sumber: Hasil perhitungan)

Dari hasil perhitungan curah hujan rencana, kedua distribusi di atas


memenuhi syarat dan dapat digunakan. Akan tetapi penulis hanya akan
memakai salah satu dari kedua distribusi tersebut, dan distribusi yang akan
penulis gunakan adalah distribusi Gumbel.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-7
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

4.3.3 Uji Smirnov Kolmogorov


Pengujian distribusi metode Smirnov Kolmogorov didasarkan pada
perhitungan probabilitas (peluang) dan plotting data untuk mengetahui
data yang mempunyai simpangan terbesar. Uji kecocokan Smirnov
Kolomogorov sering juga disebut uji kecocokan non parametik, karena
pengujian tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.

Tabel 19 Uji keselarasan Smirnov Kolmogorov


P(X) = F=(Xi- P'(X) =
M Xi P(X<) P'(X<) ɅP
M/(n-1) Xrt)/Sd M/(n+1)
[1] [2] [3] [4 = 2-3] [5] [6] [7 = 2-6] [8 = 4-7]
1 61,3 0,1111 61,1389 -0,3964 0,0909 61,1591 -0,0202
2 62,3 0,2222 62,1111 -0,3530 0,1818 62,1515 -0,0404
3 67,6 0,3333 67,2583 -0,1424 0,2727 67,3189 -0,0606
4 68,4 0,4444 67,9306 -0,1111 0,3636 68,0114 -0,0808
5 68,9 0,5556 68,3611 -0,0894 0,4545 68,4621 -0,1010
6 72,0 0,6667 71,2917 0,0324 0,5455 71,4129 -0,1212
7 74,2 0,7778 73,3889 0,1209 0,6364 73,5303 -0,1414
8 75,1 0,8889 74,2111 0,1583 0,7273 74,3727 -0,1616
9 76,5 1,0000 75,5000 0,2143 0,8182 75,6818 -0,1818
10 85,3 1,1111 84,1806 0,5664 0,9091 84,3826 -0,2020
(Sumber: Hasil perhitungan)

Tabel 20 Nilai kritis (D) Smirnov Kolmogorov


α
N
20% 10% 5% 1%
D Kritis
5 45,0% 51,0% 56,0% 67,0%
10 32,0% 37,0% 41,0% 49,0%
15 27,0% 30,0% 34,0% 40,0%
20 23,0% 26,0% 29,0% 36,0%
25 21,0% 24,0% 27,0% 32,0%
30 19,0% 22,0% 24,0% 29,0%
35 18,0% 20,0% 23,0% 27,0%
40 17,0% 19,0% 21,0% 25,0%
45 16,0% 18,0% 20,0% 24,0%
50 15,0% 17,0% 19,0% 23,0%
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-8
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Derajat Signifikasi = 0.05 (5%)


D maks = 0.202 → (m = 10)
Do Kritis = 0.41 (41%) untuk n = 10
Dilihat dari perbandingan diatas bahwa D maks < Do, maka metode sebaran
yang telah di uji dapat diterima dan dapat dipakai.

4.4 Analisis Intensitas Curah Hujan


Analisis intensitas curah hujan menggunakan rumus yang diberikan oleh Dr.
Mononobe, yaitu:

24
E=G I .G I
24

Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 1 hari (mm)
t = Lama-nya curah hujan (jam)
 Contoh perhitugan intensitas untuk t = 1 (Q1000)
I = (R24 / 24) x (24 / t)2/3
I = (119,44 / 24) x (24 / 1) 2/3
I = 41,41 mm/jam

 Contoh perhitungan intensitas untuk t = 2 (Q1000)


I = (R24 / 24) x (24 / t)2/3
I = (119,44 / 24) x (24 / 2) 2/3
I = 26,09 mm/jam

 Contoh perhitungan intensitas untuk t = 1 (QPMF)


I = (R24 / 24) x (24 / t)2/3
I = (136,69 / 24) x (24 / 1)2/3
I = 47,39 mm/jam

 Contoh perhitungan intensitas untuk t = 2 (QPMF)


I = (R24 / 24) x (24 / t)2/3
I = (136,69 / 24) x (24 / 2)2/3
I = 29,85 mm/jam

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-9
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Perhitungan intensitas hujan dengan periode ulang tertentu dapat dilihat pada
tabel berikut di bawah ini.
Tabel 21 Intensitas Hujan dengan periode ulang tertentu
INTENSITAS (I)
PERIODE ULANG
1000th Qpmf
R24 (mm) 119,44 136,69
T (mm/jam) (mm/jam)
1 41,41 47,39
2 26,09 29,85
3 19,91 22,78
4 16,43 18,81
5 14,16 16,21
6 12,54 14,35
7 11,32 12,95
8 10,35 11,85
9 9,57 10,95
10 8,92 10,21
11 8,37 9,58
12 7,90 9,04
13 7,49 8,57
14 7,13 8,16
15 6,81 7,79
16 6,52 7,46
17 6,26 7,17
18 6,03 6,90
19 5,82 6,66
20 5,62 6,43
21 5,44 6,23
22 5,27 6,04
23 5,12 5,86
24 4,98 5,70
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-10
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

4.5 Perhitungan Banjir Rencana


Bendungan merupakan bangunan air yang memerlukan perhitungan yang
sangat mendetail, maka analisis hidrologi merupakan faktor penting dalam
perencanaan suatu bendungan. Analisis dalam pekerjaan ini adalah menentukan
debit banjir rancangan berdasarkan data hujan aliran.
Perhitungan debit banjir rancangan bendungan Sukamahi ditentukan dengan
persamaan-persamaan dan besaran-besaran yang lazim digunakan dalam
perhitungan hidrologi.
Karena data yang tersedia berupa data hujan historis dan rerata hujan di
Indonesia R24 (hujan paling lama dianggap 24 jam) maka perhitungan debit banjir
berdasarkan metode sebagai berikut:
1. Metode HSS Nakayasu
2. Metode Rasional
3. Metode Hasper

4.5.1 Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu (HSS Nakayasu)

(Sumber: Google)
Gambar 7 Grafik HSS Nakayasu

Perhitungan unit hidrograf metode HSS Nakayasu.


Parameter HSS Nakayasu:
1. Luas DAS (A) = 15,86 Km2
2. Panjang sungai utama (L) = 15 Km
3. Parameter Alfa (α) =2

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-11
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

4. Koefisien Pengaliran = 0,8


5. Ro = 1 mm

Tabel 22 Nilai koefisien Pengaliran


Kondisi daerah Nilai C
Pegunungan yang curam 0,75 – 0,90
Pegunungan tersier 0,70 – 0,80
Tanah bergelombang dan hutan 0,50 – 0,75
Tanah dataran yang ditanami 0,45 – 0,60
Persawahan yang diairi 0,70 – 0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 – 0,85
Sungai kecil di dataran 0,45 – 0,75
Sungai besar di dataran 0,50 – 0,75
(Sumber: Google)
Parameter bentuk hidrograf
 Menghitung waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (Tg)
Tg = 0,21 x L0,7
Tg = 0,21 x 150,7
Tg = 1,398 Jam

 Menghitung waktu untuk mencapai puncak (Tp)


Tr = 0,75 x Tg
Tr = 0,75 x 1,398
Tr = 1,048 Jam
Tp = Tg + (0,8 x Tr)
Tp = 1,398 + (0,8 x 1,048)
Tp = 2,237 Jam

 Menghitung besarnya T0,3


T0.3 = a * tg = 2,796 jam
0.5 * T0.3 = 1.398 jam
1.5 * T0.3 = 4.194 jam
2 * T0.3 = 5,592 jam
2.5 * T0.3 = 6,990 jam
Tp + T0.3 = 5.033 jam
Tp + T0.3 + 1.5 * T0.3 = 9,226 jam

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-12
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

 Menghitung debit maksimum hidrograf satuan


Qp = (C x A x Ro) / ( 3.6 * ((0.3 x Tp) + T0.3)
Qp = 1,143 m3/det

 Keadaan kurva naik 0 < t < Tp


Maka intervalnya 0 < t < 2,237
Dimana t = 1
2,4
, = ,- G I
2-
1 2,4
, = 1,143 G I
2,237
Q = 0,165 m3/det/mm
Tabel 23 Kurva 0 < t < 2,237
Waktu Qt
(jam) (m3/dt)
0 0,000
1 0,147
2 0,777
2,237 1,016
(Sumber: Hasil perhitungan)

 Pada kurva turun (Qr)


Maka intervalnya Tp < t < Tp + T0,3
2,237 < t < 5,033
, = ,-. 0.3(;<;>)/=₀.₃
, = 1,143. 0.3( < , R)/ ,R[Y

, = 0,823 m3/det/mm
Tabel 24 Kurva 2,237 < t < 5,033

3 0,731
4 0,476
5 0,309
5,033 0,305
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-13
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

 Pada kurva turun


Maka intervalnya 5,033 < t < 5,033 + (1,5 x T0,3)
5,033 < t < 9,226
, = ,-. 0.3`(;<;>)Aa3.7 ∗=
? .@ cd /( .7∗= ? .@ )

, = 1,143. 0.3`(Y< , R)A(3.7 O ,R[Y)d /( .7 O ,R[Y)

, = 0,260 m3/det/mm
Tabel 25 Kurva 5,033 < t < 9,226
6 0,231
7 0,173
8 0,130
9 0,098
9,226 0,091
(Sumber: Hasil perhitungan)

 Pada kurva turun (Qt)


Maka intervalnya t > 9,226
, = ,-. 0.3`(;<;>)Aa3.7 ∗=
? .@ cd /( ∗= ? .@ )

, = 1,143. 0.3`( 3< , R)A(3.7 O ,R[Y)d /( O ,R[Y)

, = 0,087 m3/det/mm
Tabel 26 Kurva t > 9,226
10 0,077
11 0,062
12 0,050
13 0,041
14 0,033
(Sumber: Hasil perhitungan)

Tabel 27 Lengkung hidrograf Nakayasu

(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-14
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 28 Ordinat HSS Nakayasu


Waktu Qt
(jam) (m3/dt)
0 0,000
1 0,147
2 0,777
2,237 1,016
3 0,731
4 0,476
5 0,309
5,033 0,305
6 0,231
7 0,173
8 0,130
9 0,098
9,226 0,091
10 0,077
11 0,062
12 0,050
13 0,041
14 0,033
15 0,026
16 0,021
17 0,017
18 0,014
19 0,011
20 0,009
21 0,007
22 0,006
23 0,005
24 0,004
(Sumber: Hasil pehitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-15
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

HSS NAKAYASU BENDUNGAN SUKAMAHI


1,200

1,000

0,800
DEBIT (m3/dt)

0,600 HSS
ASLI

0,400

0,200

0,000
0 5 10 15 20 25
WAKTU (Jam)

(Sumber: Hasil perhitungan)


Gambar 8 Grafik HSS Nakayasu

Pada penelitian ini digunakan distribusi hujan jam-jaman terpusat selama 6


jam menggunakan metode Mononobe. Perhitungan rasio hujan jam-jaman,
distribusi hujan periode 6 jam menggunakan rumus sebagai berikut:

= ( )
;
2
= =2. ; − (2 − 1) ;<

Dimana:
Rt = Intensitas hujan rerata dalam T jam (mm/jam)
RT = curah hujan pada jam ke-T (mm)
t = Durasi hujan (6 jam)
T = waktu hujan dari awal sampai jam ke-T
Rt-1 = rerata hujan dari awal sampai jam ke-T (T-1)
Perhitungan rasio hujan jam-jaman dapat dilihat pada tabel 30

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-16
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 29 Rasio hujan jam-jaman

Intensitas Hujan Rerata Curah Hujan pada


Jam ke- Rasio
dalam T jam (Rt) Jam ke-T (RT)
T
(mm/jam) (mm) %
1 0,550 0,550 55,03
2 0,347 0,143 14,30
3 0,265 0,100 10,03
4 0,218 0,080 7,99
5 0,188 0,067 6,75
6 0,167 0,059 5,90
Jumlah 100,00
(Sumber: Hasil perhitungan)
Hasil perhitungan distribusi hujan netto jam-jaman dengan berbagai periode
ulang dapat dilihat pada tabel 30

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-17
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 30 Perhitungan nisbah hujan jam-jaman selama 6 jam

Kala Ulang
(Tahun) 2 5 10 20 25 50 100 200 500 1000 5000 QPMF
(Tr)
R rencana (mm) 70,45 78,94 84,57 89,96 91,67 96,93 102,16 107,37 114,25 119,44 131,50 842,93
Koefisien (C) 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
Rn (mm) 56,36 63,16 67,65 71,96 73,33 77,55 81,73 85,90 91,40 95,55 105,20 674,34
Jam ke- Nisbah (%)
1 0,55 31,02 34,76 37,23 39,60 40,36 42,68 44,98 47,27 50,30 52,59 57,89 371,11
2 0,14 8,06 9,03 9,68 10,29 10,49 11,09 11,69 12,29 13,07 13,67 15,05 96,46
3 0,10 5,66 6,34 6,79 7,22 7,36 7,78 8,20 8,62 9,17 9,59 10,56 67,66
4 0,08 4,50 5,04 5,40 5,75 5,86 6,19 6,53 6,86 7,30 7,63 8,40 53,87
5 0,07 3,80 4,26 4,56 4,85 4,95 5,23 5,51 5,79 6,17 6,45 7,10 45,49
6 0,06 3,32 3,72 3,99 4,24 4,32 4,57 4,82 5,06 5,39 5,63 6,20 39,76
(Sumber: Hasil perhitungan)

Dibawah ini terdapat rekapitulasi perhitungan debit banjir rencana dari Q2, Q5, Q10, Q20, Q25, Q50, Q100, Q200, Q500, Q1000, Q5000
dan QPMF pada bendungan Sukamahi unit hidrograf Nakayasu.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-18
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 31 Rekapitulasi debit banjir bendungan Sukamahi unit HSS Nakayasu


Periode ulang
Waktu Qt 2 5 10 20 25 50 100 200 500 1000 5000 PMF
No
(jam) (m³/det) Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
m³/det
1 0 0 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947 2,947
2 1 0,147 8,696 9,389 9,848 10,288 10,428 10,857 11,284 11,709 12,270 12,694 13,678 71,737
3 2 0,777 37,685 41,872 44,643 47,301 48,144 50,742 53,320 55,889 59,278 61,840 67,784 418,564
4 3 0,731 38,962 43,302 46,176 48,931 49,805 52,498 55,172 57,835 61,349 64,004 70,167 433,841
5 4 0,476 28,168 31,208 33,220 35,150 35,762 37,648 39,520 41,385 43,845 45,705 50,021 304,701
6 5 0,309 20,371 22,470 23,860 25,194 25,617 26,919 28,213 29,501 31,201 32,486 35,468 211,409
7 6 0,231 15,961 17,529 18,568 19,563 19,879 20,852 21,818 22,781 24,050 25,010 27,237 158,651
8 7 0,173 12,713 13,890 14,669 15,417 15,654 16,384 17,109 17,831 18,784 19,504 21,175 119,794
9 8 0,130 10,276 11,159 11,744 12,305 12,483 13,031 13,575 14,117 14,832 15,372 16,626 90,635
10 9 0,098 8,447 9,110 9,549 9,969 10,103 10,514 10,922 11,329 11,866 12,271 13,213 68,752
11 10 0,077 7,310 7,836 8,184 8,518 8,624 8,950 9,274 9,596 10,022 10,344 11,090 55,149
12 11 0,062 6,465 6,889 7,169 7,439 7,524 7,787 8,048 8,308 8,652 8,911 9,513 45,037
13 12 0,050 5,783 6,125 6,351 6,568 6,637 6,849 7,060 7,270 7,546 7,756 8,241 36,883
14 13 0,041 5,234 5,509 5,692 5,867 5,922 6,093 6,263 6,432 6,655 6,824 7,215 30,309
15 14 0,033 4,791 5,013 5,160 5,301 5,346 5,484 5,621 5,757 5,937 6,073 6,389 25,009
16 15 0,026 4,434 4,613 4,731 4,845 4,881 4,992 5,103 5,213 5,358 5,467 5,722 20,735
17 16 0,021 4,146 4,290 4,386 4,477 4,507 4,596 4,685 4,774 4,891 4,979 5,184 17,289
18 17 0,017 3,913 4,030 4,107 4,181 4,204 4,277 4,348 4,420 4,514 4,585 4,751 14,511
19 18 0,014 3,726 3,820 3,882 3,942 3,961 4,019 4,077 4,135 4,211 4,268 4,401 12,271
20 19 0,011 3,575 3,651 3,701 3,749 3,764 3,811 3,858 3,904 3,966 4,012 4,120 10,465
21 20 0,009 3,453 3,515 3,555 3,594 3,606 3,644 3,681 3,719 3,768 3,806 3,892 9,008
22 21 0,007 3,355 3,405 3,437 3,468 3,478 3,509 3,539 3,569 3,609 3,639 3,709 7,834
23 22 0,006 3,276 3,316 3,342 3,367 3,375 3,400 3,424 3,449 3,481 3,505 3,562 6,887
24 23 0,005 3,212 3,244 3,266 3,286 3,292 3,312 3,332 3,352 3,377 3,397 3,442 6,124
25 24 0,004 3,161 3,187 3,204 3,220 3,225 3,241 3,257 3,273 3,294 3,310 3,346 5,509
Q Maksimum (m³/det) 38,96 43,30 46,18 48,93 49,81 52,50 55,17 57,83 61,35 64,00 70,17 433,84

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-19
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

HSS NAKAYASU
450

400

350 Q 2 Tahun
Q 5 Tahun
300
Q 10 Tahun
DEBIT BANJIR (m3/dt)

Q 20 Tahun
250
Q 25 Tahun
Q 50 Tahun
200
Q 100 Tahun
Q 200 Tahun
150
Q 500 Tahun

100 Q 1000 Tahun


Q 5000 Tahun

50 QPMF

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (jam)

(Sumber: Hasil perhitungan)


Gambar 9 Grafik rekapitulasi debit banjir metode HSS Nakayasu

4.5.2 Metode Rasional


Metode ini digunakan dengan anggapan bahwa DPS memiliki:
- Intensitas curah hujan merata diseluruh DPS dengan durasi tertentu.
- Lamanya curah hujan = waktu konsentrasi dari DPS.
- Puncak banjir dan intensitas curah hujan mempunyai tahun berulang
yang sama.
- Luas DAS < 300 km2
Data :
o A = 15,86 km2
o L = 15 km

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-20
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

o RPMF = 872,478 mm
o S = 14% = 0,14
o Koefisien Limpasan [C] = 0.6179)
Mencarai waktu konsentrasi (tc) :
3. N7
0.87 . 6
=L M
K
1000 .
3. N7
0.87 . 15
=L M
K
1000 . 0,14

K = 1,138
Mencari intensitas hujan menggunakan rumus Dr. Mononobe:

24 J
E= F G I
24 H
Tabel 32 Intensitas hujan metode rasional

PERIODE
ULANG XT (mm) Intensitas
TAHUN (T)
2 70,454 22,416
5 78,945 25,112
10 84,565 26,900
20 89,956 28,615
25 91,666 29,159
50 96,934 30,835
100 102,164 32,498
200 107,374 34,156
500 119,443 37,995
1000 308,207 98,041
5000 350,539 111,507
QPMF 842,93 268,137
(Sumber: Hasil perhitungan)

Perhitungan debit banjir rencana dengan metode rasional:


, = 0.278 . .E .5

79)
Yayang Putria Dhofir, 2018

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-21
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Perhitungan debit banjir dengan metode rasional dapat dilihat pada


tabel di bawah ini:

Tabel 33 Rekapitulasi debit banjir metode Rasional


PERIODE
Koefisien Luas Debit
ULANG
Limpasan Intensitas Daerah Banjir
TAHUN
© Pengaliran (m3/det)
(T)
2 0,61 22,412 15,86 60,277
5 0,61 25,113 15,86 67,541
10 0,61 26,900 15,86 72,350
20 0,61 28,615 15,86 76,962
25 0,61 29,159 15,86 78,425
50 0,61 30,835 15,86 82,932
100 0,61 32,499 15,86 87,406
200 0,61 34,156 15,86 91,863
500 0,61 37,995 15,86 102,189
1000 0,61 98,041 15,86 263,685
5000 0,61 111,507 15,86 299,902
QPMF 0,61 268,137 15,86 721,166
(Sumber: Hasil perhitungan)

4.5.3 Metode Hasper


Analisis metode ini pada dasarnya merupakan metode empiris
dengan persamaan umum:
Q =αxβxqxA
Dimana :
Q = debit banjir rencana pada periode ulang tertentu (m3/det)
α = koefisien limpasan air hujan
β = koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = intensitas maksimum jatuhnya hujan rata – rata (m3/det/km)
A = luas Daerah pengaliran sungai (km2)
Data:
 Koefisien Pengaliran (α) = 0,8
 Kemiringan Rata-rata Sungai (i) = 14% = 0.14
 Luas Daerah Pengaliran (A) = 15,86 km2
 Panjang Sungai (L) = 15 km

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-22
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Mencari waktu konsentrasi (t):


t = 0,1 x L 0,8 x i-0,30
t = 0,1 x 15,86 0,8 x 0,14-0,30
t = 1,574 jam
Mencari koefisien reduksi (β):
1 + (3.70 + 103. 3;)
53.R7
=1+ F
S + 15 12
1 1,574 + (3.70 + 103. 3 O ,7R )
15,86 3.R7
=1+ F
S 1,574 + 15 12
1
= 1,361
S
β = 0,735
Mencari t > 2 jam:
.
Ɣ=
+1
Mencari debit (q) per km2
Ɣ
f=
3,6 .
Nilai γ dan q dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 34 Nilai γ dan q

PERIODE
ULANG XT (mm) t γ q
TAHUN (T)
2 70,454 1,574 43,084 7,603
5 78,945 1,574 48,276 8,519
10 84,566 1,574 51,713 9,126
20 89,956 1,574 55,010 9,707
25 91,666 1,574 56,056 9,892
50 96,934 1,574 59,277 10,460
100 102,164 1,574 62,475 11,025
200 107,374 1,574 65,661 11,587
500 119,443 1,574 73,041 12,889
1000 308,207 1,574 188,474 33,259
5000 350,539 1,574 214,360 37,827
QPMF 842,930 1,574 515,465 90,962
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-23
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Mencari debit rencana (Q)


, = g .S .f .5
Berikut adalah tabel debit rencana menggunakan metode Hasper

Tabel 35 Perhitungan debit tencana menggunakan metode Hasper

PERIODE
ULANG α β q A Q
TAHUN (T)
2 0,8 0,735 7,603 15,860 70,859
5 0,8 0,735 8,519 15,860 79,399
10 0,8 0,735 9,126 15,860 85,052
20 0,8 0,735 9,707 15,860 90,473
25 0,8 0,735 9,892 15,860 92,194
50 0,8 0,735 10,460 15,860 97,492
100 0,8 0,735 11,025 15,860 102,751
200 0,8 0,735 11,587 15,860 107,991
500 0,8 0,735 12,889 15,860 120,130
1000 0,8 0,735 33,259 15,860 309,979
5000 0,8 0,735 37,827 15,860 352,555
QPMF 0,8 0,735 90,962 15,860 847,777
(Sumber: Hasil perhitungan)

Berikut adalah perbandingan hasil perhitungan debit banjir rencana pada


bendungan Sukamahi dengan metode HSS Nakayasu, metode Rasional dan metode
Hasper:
Tabel 36 Perbandingan debit banjir rencana

HSS
RASIONAL HASPER
METODE NAKAYASU
m³/detik
QPMF 433,84 721,17 847,78
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-24
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Tabel 37 Perbandingan debit banjir rencana antara perhitungan analisis dan data
sekunder

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BBWS

HSS
Tahun HSS Nakayasu Rasional Hasper

Perbandingan
Nakayasu
2 38,96 60,28 70,86 30,36
5 43,30 67,54 79,40 38,8
10 46,18 72,35 85,05 44,42
25 49,81 78,42 92,19 51,54
50 52,50 82,93 97,49 56,52
100 55,17 87,41 102,75 62,12
500 61,35 102,19 120,13 74,33
1000 64,00 263,69 309,98 79,6
QPMF 433,84 721,17 847,78 253,97
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA IV-25
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada analisis ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Didapat hasil QPMF menggunakan metode HSS Nakayasu sebesar 433,84
m3/detik, QPMF menggunakan metode rasional sebesar 721,17 m3/detik, dan
QPMF menggunakan metode Hasper sebesar 847,78 m3/detik. Perhitungan debit
banjir dari ketiga metode tersebut memiliki nilai QPMF yang berbeda karena
setiap metode memiliki parameter yang berbeda pula.
2. Dari ketiga metode yang dianalisis oleh penulis, hasil dari metode HSS
Nakayasu yang paling mendekati dengan hasil analisis BBWS. QPMF yang
penulis peroleh sebesar 433,84 m3/detik dan QPMF hasil analisis BBWS sebesar
253,97 m3/detik.
3. Terdapat perbedaan perhitungan hasil debit banjir rencana antara perhitungan
dari penulis dengan konsultan perencana yang menangani proyek bendungan
Sukamahi. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan jumlah stasiun yang
terkait dengan perhitungan debit banjir untuk bendungan Sukamahi dan
perbedaan tahun pengambilan data. Dalam skripsi ini diambil data dari stasiun
hujan Citeko, Cilember, Gadog, dan Gunung Mas pada tahun 2012 – 2021,
sedangkan data yang diteliti oleh BBWS hanya satu stasiun saja yaitu stasiun
Citeko pada tahun 1997 – 2015. Skripsi ini akan lebih mendekati kebenaran
karena diambil dari beberapa lokasi stasiun hujan yang terkait dengan
bendungan Sukamahi.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA V-1
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang terkait,
diantaranya adalah:
1. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa data yang tersedia pada BBWS
masih ada yang belum lengkap, maka diharapkan agar data segera
dilengkapkan demi kemudahan peneliti.
2. Pada penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk menggunakan curah
hujan dengan periode waktu yang lebih panjang agar hasil penelitian yang
didapatkan lebih akurat.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA V-2
KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

DAFTAR PUSTAKA

PRASETYO, A. S. (2022). ANALISA PERENCANAAN HIDROLOGI BENDUNGAN


CIAWI UNTUK MENENTUKAN DEBIT BANJIR RENCANA MAKSIMUM
(PMF). JAKARTA: JURUSAN TEKNIK SIPIL. STT SAPTA TARUNA

38-perhitungan-debit-rencana. (2021, 10 25). Retrieved from www.slideshare.ne:


https://www.slideshare.net/vieta_ressang/38-perhitungan-debit-rencana

ZIKRIANSYAH, M. A. (2016). ANALISIS DEBIT BANJIR DENGAN METODE


HIDROGRAF SATUAN SINTETIK PADA SUNGAI BATANGHARI LEKO
KECAMATAN BATANGHARI LEKO. MEDAN: JURUSAN TEKNIK SIPIL.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.

Soewarno. (1995). Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data Hidrologi Jilid I.
Bandung: Penerbit Nova.

Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. 2nd ed. ed. Purnomo Wahyu Indarto. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

LOEBIS, J. (1984). BANJIR RENCANA UNTUK BANGUNAN AIR. BANDUNG:


YAYASAN BADAN PENERBIT PEKERJAAN UMUM JAKARTA.

SOSORODARSONO, S. (1976). BENDUNGAN TYPE URUGAN. JAKARTA: PT.


PERMAS.

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 1


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 1 Debit banjir rencana Q2 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
31,018 8,062 5,655 4,502 3,802 3,323 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 4,563 1,186 2,947 8,696
2 0,777 24,086 6,261 4,392 2,947 37,685
3 0,731 22,688 5,897 4,137 3,293 2,947 38,962
4 0,476 14,750 3,834 2,689 2,141 1,808 2,947 28,168
5 0,309 9,589 2,492 1,748 1,392 1,175 1,027 2,947 20,371
6 0,231 7,162 1,862 1,306 1,040 0,878 0,767 2,947 15,961
7 0,173 5,375 1,397 0,980 0,780 0,659 0,576 2,947 12,713
8 0,130 4,033 1,048 0,735 0,585 0,494 0,432 2,947 10,276
9 0,098 3,027 0,787 0,552 0,439 0,371 0,324 2,947 8,447
10 0,077 2,401 0,624 0,438 0,349 0,294 0,257 2,947 7,310
11 0,062 1,936 0,503 0,353 0,281 0,237 0,207 2,947 6,465
12 0,050 1,561 0,406 0,285 0,227 0,191 0,167 2,947 5,783
13 0,041 1,259 0,327 0,229 0,183 0,154 0,135 2,947 5,234
14 0,033 1,015 0,264 0,185 0,147 0,124 0,109 2,947 4,791
15 0,026 0,818 0,213 0,149 0,119 0,100 0,088 2,947 4,434
16 0,021 0,660 0,171 0,120 0,096 0,081 0,071 2,947 4,146
17 0,017 0,532 0,138 0,097 0,077 0,065 0,057 2,947 3,913
18 0,014 0,429 0,111 0,078 0,062 0,053 0,046 2,947 3,726
19 0,011 0,346 0,090 0,063 0,050 0,042 0,037 2,947 3,575
20 0,009 0,279 0,072 0,051 0,040 0,034 0,030 2,947 3,453
21 0,007 0,225 0,058 0,041 0,033 0,028 0,024 2,947 3,355
22 0,006 0,181 0,047 0,033 0,026 0,022 0,019 2,947 3,276
23 0,005 0,146 0,038 0,027 0,021 0,018 0,016 2,947 3,212
24 0,004 0,118 0,031 0,021 0,017 0,014 0,013 2,947 3,161
Q Maksimum 2 tahun 38,96
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 1


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 2 Debit banjir rencana Q5 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
34,756 9,034 6,337 5,045 4,260 3,724 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 5,113 1,329 2,947 9,389
2 0,777 26,989 7,015 4,921 2,947 41,872
3 0,731 25,422 6,608 4,635 3,690 2,947 43,302
4 0,476 16,527 4,296 3,013 2,399 2,026 2,947 31,208
5 0,309 10,744 2,793 1,959 1,560 1,317 1,151 2,947 22,470
6 0,231 8,025 2,086 1,463 1,165 0,984 0,860 2,947 17,529
7 0,173 6,022 1,565 1,098 0,874 0,738 0,645 2,947 13,890
8 0,130 4,519 1,175 0,824 0,656 0,554 0,484 2,947 11,159
9 0,098 3,392 0,882 0,618 0,492 0,416 0,363 2,947 9,110
10 0,077 2,691 0,699 0,491 0,391 0,330 0,288 2,947 7,836
11 0,062 2,169 0,564 0,396 0,315 0,266 0,232 2,947 6,889
12 0,050 1,749 0,455 0,319 0,254 0,214 0,187 2,947 6,125
13 0,041 1,410 0,367 0,257 0,205 0,173 0,151 2,947 5,509
14 0,033 1,137 0,296 0,207 0,165 0,139 0,122 2,947 5,013
15 0,026 0,917 0,238 0,167 0,133 0,112 0,098 2,947 4,613
16 0,021 0,739 0,192 0,135 0,107 0,091 0,079 2,947 4,290
17 0,017 0,596 0,155 0,109 0,087 0,073 0,064 2,947 4,030
18 0,014 0,481 0,125 0,088 0,070 0,059 0,051 2,947 3,820
19 0,011 0,387 0,101 0,071 0,056 0,047 0,042 2,947 3,651
20 0,009 0,312 0,081 0,057 0,045 0,038 0,033 2,947 3,515
21 0,007 0,252 0,065 0,046 0,037 0,031 0,027 2,947 3,405
22 0,006 0,203 0,053 0,037 0,029 0,025 0,022 2,947 3,316
23 0,005 0,164 0,043 0,030 0,024 0,020 0,018 2,947 3,244
24 0,004 0,132 0,034 0,024 0,019 0,016 0,014 2,947 3,187
Q Maksimum 5 tahun 43,30
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 2


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 3 Debit banjir rencana Q10 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow Banji
37,231 9,677 6,788 5,404 4,564 3,989
r
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 5,478 1,424 2,947 9,848
2 0,777 28,910 7,514 5,271 2,947 44,643
3 0,731 27,232 7,078 4,965 3,953 2,947 46,176
4 0,476 17,704 4,602 3,228 2,570 2,170 2,947 33,220
5 0,309 11,509 2,991 2,098 1,671 1,411 1,233 2,947 23,860
6 0,231 8,596 2,234 1,567 1,248 1,054 0,921 2,947 18,568
7 0,173 6,451 1,677 1,176 0,936 0,791 0,691 2,947 14,669
8 0,130 4,841 1,258 0,883 0,703 0,593 0,519 2,947 11,744
9 0,098 3,633 0,944 0,662 0,527 0,445 0,389 2,947 9,549
10 0,077 2,882 0,749 0,525 0,418 0,353 0,309 2,947 8,184
11 0,062 2,324 0,604 0,424 0,337 0,285 0,249 2,947 7,169
12 0,050 1,874 0,487 0,342 0,272 0,230 0,201 2,947 6,351
13 0,041 1,511 0,393 0,275 0,219 0,185 0,162 2,947 5,692
14 0,033 1,218 0,317 0,222 0,177 0,149 0,131 2,947 5,160
15 0,026 0,982 0,255 0,179 0,143 0,120 0,105 2,947 4,731
16 0,021 0,792 0,206 0,144 0,115 0,097 0,085 2,947 4,386
17 0,017 0,638 0,166 0,116 0,093 0,078 0,068 2,947 4,107
18 0,014 0,515 0,134 0,094 0,075 0,063 0,055 2,947 3,882
19 0,011 0,415 0,108 0,076 0,060 0,051 0,044 2,947 3,701
20 0,009 0,335 0,087 0,061 0,049 0,041 0,036 2,947 3,555
21 0,007 0,270 0,070 0,049 0,039 0,033 0,029 2,947 3,437
22 0,006 0,218 0,057 0,040 0,032 0,027 0,023 2,947 3,342
23 0,005 0,175 0,046 0,032 0,025 0,022 0,019 2,947 3,266
24 0,004 0,141 0,037 0,026 0,021 0,017 0,015 2,947 3,204
Q Maksimum 10 tahun 46,18
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 3


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 4 Debit banjir rencana Q20 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
39,604 10,294 7,221 5,749 4,854 4,243 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 5,827 1,514 2,947 10,288
2 0,777 30,753 7,993 5,607 2,947 47,301
3 0,731 28,968 7,529 5,282 4,205 2,947 48,931
4 0,476 18,832 4,895 3,434 2,734 2,308 2,947 35,150
5 0,309 12,243 3,182 2,232 1,777 1,501 1,312 2,947 25,194
6 0,231 9,144 2,377 1,667 1,327 1,121 0,980 2,947 19,563
7 0,173 6,862 1,784 1,251 0,996 0,841 0,735 2,947 15,417
8 0,130 5,150 1,339 0,939 0,748 0,631 0,552 2,947 12,305
9 0,098 3,865 1,005 0,705 0,561 0,474 0,414 2,947 9,969
10 0,077 3,066 0,797 0,559 0,445 0,376 0,328 2,947 8,518
11 0,062 2,472 0,643 0,451 0,359 0,303 0,265 2,947 7,439
12 0,050 1,993 0,518 0,363 0,289 0,244 0,214 2,947 6,568
13 0,041 1,607 0,418 0,293 0,233 0,197 0,172 2,947 5,867
14 0,033 1,296 0,337 0,236 0,188 0,159 0,139 2,947 5,301
15 0,026 1,045 0,272 0,190 0,152 0,128 0,112 2,947 4,845
16 0,021 0,842 0,219 0,154 0,122 0,103 0,090 2,947 4,477
17 0,017 0,679 0,177 0,124 0,099 0,083 0,073 2,947 4,181
18 0,014 0,548 0,142 0,100 0,079 0,067 0,059 2,947 3,942
19 0,011 0,442 0,115 0,081 0,064 0,054 0,047 2,947 3,749
20 0,009 0,356 0,093 0,065 0,052 0,044 0,038 2,947 3,594
21 0,007 0,287 0,075 0,052 0,042 0,035 0,031 2,947 3,468
22 0,006 0,231 0,060 0,042 0,034 0,028 0,025 2,947 3,367
23 0,005 0,187 0,049 0,034 0,027 0,023 0,020 2,947 3,286
24 0,004 0,150 0,039 0,027 0,022 0,018 0,016 2,947 3,220
`Q Maksimum 20 tahun 48,93
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 4


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 5 Debit banjir rencana Q25 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
40,357 10,490 7,358 5,858 4,947 4,324 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 5,937 1,543 2,947 10,428
2 0,777 31,338 8,145 5,714 2,947 48,144
3 0,731 29,519 7,673 5,382 4,285 2,947 49,805
4 0,476 19,190 4,988 3,499 2,786 2,352 2,947 35,762
5 0,309 12,476 3,243 2,275 1,811 1,529 1,337 2,947 25,617
6 0,231 9,318 2,422 1,699 1,353 1,142 0,998 2,947 19,879
7 0,173 6,993 1,818 1,275 1,015 0,857 0,749 2,947 15,654
8 0,130 5,248 1,364 0,957 0,762 0,643 0,562 2,947 12,483
9 0,098 3,938 1,024 0,718 0,572 0,483 0,422 2,947 10,103
10 0,077 3,124 0,812 0,570 0,453 0,383 0,335 2,947 8,624
11 0,062 2,519 0,655 0,459 0,366 0,309 0,270 2,947 7,524
12 0,050 2,031 0,528 0,370 0,295 0,249 0,218 2,947 6,637
13 0,041 1,638 0,426 0,299 0,238 0,201 0,175 2,947 5,922
14 0,033 1,320 0,343 0,241 0,192 0,162 0,141 2,947 5,346
15 0,026 1,065 0,277 0,194 0,155 0,130 0,114 2,947 4,881
16 0,021 0,858 0,223 0,157 0,125 0,105 0,092 2,947 4,507
17 0,017 0,692 0,180 0,126 0,100 0,085 0,074 2,947 4,204
18 0,014 0,558 0,145 0,102 0,081 0,068 0,060 2,947 3,961
19 0,011 0,450 0,117 0,082 0,065 0,055 0,048 2,947 3,764
20 0,009 0,363 0,094 0,066 0,053 0,044 0,039 2,947 3,606
21 0,007 0,292 0,076 0,053 0,042 0,036 0,031 2,947 3,478
22 0,006 0,236 0,061 0,043 0,034 0,029 0,025 2,947 3,375
23 0,005 0,190 0,049 0,035 0,028 0,023 0,020 2,947 3,292
24 0,004 0,153 0,040 0,028 0,022 0,019 0,016 2,947 3,225
Q Maksimum 25 tahun 49,81
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 5


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 6 Debit banjir rencana Q50 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
42,676 11,092 7,781 6,194 5,231 4,573
Banjir
3
(jam) (m /dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 6,279 1,632 2,947 10,857
2 0,777 33,139 8,614 6,042 2,947 50,742
3 0,731 31,215 8,114 5,691 4,531 2,947 52,498
4 0,476 20,293 5,275 3,700 2,946 2,487 2,947 37,648
5 0,309 13,193 3,429 2,405 1,915 1,617 1,414 2,947 26,919
6 0,231 9,854 2,561 1,797 1,430 1,208 1,056 2,947 20,852
7 0,173 7,395 1,922 1,348 1,073 0,906 0,792 2,947 16,384
8 0,130 5,549 1,442 1,012 0,805 0,680 0,595 2,947 13,031
9 0,098 4,164 1,082 0,759 0,604 0,510 0,446 2,947 10,514
10 0,077 3,304 0,859 0,602 0,480 0,405 0,354 2,947 8,950
11 0,062 2,664 0,692 0,486 0,387 0,326 0,285 2,947 7,787
12 0,050 2,148 0,558 0,392 0,312 0,263 0,230 2,947 6,849
13 0,041 1,732 0,450 0,316 0,251 0,212 0,186 2,947 6,093
14 0,033 1,396 0,363 0,255 0,203 0,171 0,150 2,947 5,484
15 0,026 1,126 0,293 0,205 0,163 0,138 0,121 2,947 4,992
16 0,021 0,908 0,236 0,165 0,132 0,111 0,097 2,947 4,596
17 0,017 0,732 0,190 0,133 0,106 0,090 0,078 2,947 4,277
18 0,014 0,590 0,153 0,108 0,086 0,072 0,063 2,947 4,019
19 0,011 0,476 0,124 0,087 0,069 0,058 0,051 2,947 3,811
20 0,009 0,384 0,100 0,070 0,056 0,047 0,041 2,947 3,644
21 0,007 0,309 0,080 0,056 0,045 0,038 0,033 2,947 3,509
22 0,006 0,249 0,065 0,045 0,036 0,031 0,027 2,947 3,400
23 0,005 0,201 0,052 0,037 0,029 0,025 0,022 2,947 3,312
24 0,004 0,162 0,042 0,030 0,024 0,020 0,017 2,947 3,241
Q Maksimum 50 tahun 52,50
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 6


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 7 Debit banjir Q100 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
44,978 11,691 8,201 6,529 5,513 4,819 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 6,617 1,720 2,947 11,284
2 0,777 34,927 9,078 6,368 2,947 53,320
3 0,731 32,900 8,551 5,999 4,775 2,947 55,172
4 0,476 21,388 5,559 3,900 3,105 2,622 2,947 39,520
5 0,309 13,904 3,614 2,535 2,018 1,704 1,490 2,947 28,213
6 0,231 10,385 2,699 1,894 1,507 1,273 1,113 2,947 21,818
7 0,173 7,794 2,026 1,421 1,131 0,955 0,835 2,947 17,109
8 0,130 5,849 1,520 1,066 0,849 0,717 0,627 2,947 13,575
9 0,098 4,389 1,141 0,800 0,637 0,538 0,470 2,947 10,922
10 0,077 3,482 0,905 0,635 0,505 0,427 0,373 2,947 9,274
11 0,062 2,807 0,730 0,512 0,407 0,344 0,301 2,947 8,048
12 0,050 2,264 0,588 0,413 0,329 0,277 0,243 2,947 7,060
13 0,041 1,825 0,474 0,333 0,265 0,224 0,196 2,947 6,263
14 0,033 1,472 0,382 0,268 0,214 0,180 0,158 2,947 5,621
15 0,026 1,186 0,308 0,216 0,172 0,145 0,127 2,947 5,103
16 0,021 0,957 0,249 0,174 0,139 0,117 0,102 2,947 4,685
17 0,017 0,771 0,200 0,141 0,112 0,095 0,083 2,947 4,348
18 0,014 0,622 0,162 0,113 0,090 0,076 0,067 2,947 4,077
19 0,011 0,501 0,130 0,091 0,073 0,061 0,054 2,947 3,858
20 0,009 0,404 0,105 0,074 0,059 0,050 0,043 2,947 3,681
21 0,007 0,326 0,085 0,059 0,047 0,040 0,035 2,947 3,539
22 0,006 0,263 0,068 0,048 0,038 0,032 0,028 2,947 3,424
23 0,005 0,212 0,055 0,039 0,031 0,026 0,023 2,947 3,332
24 0,004 0,171 0,044 0,031 0,025 0,021 0,018 2,947 3,257
Q Maksimum 100 tahun 55,17
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 7


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 8 Debit banjir rencana Q200 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
47,272 12,287 8,619 6,862 5,794 5,065 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 6,955 1,808 2,947 11,709
2 0,777 36,708 9,541 6,693 2,947 55,889
3 0,731 34,577 8,987 6,304 5,019 2,947 57,835
4 0,476 22,479 5,843 4,098 3,263 2,755 2,947 41,385
5 0,309 14,613 3,798 2,664 2,121 1,791 1,566 2,947 29,501
6 0,231 10,915 2,837 1,990 1,584 1,338 1,169 2,947 22,781
7 0,173 8,191 2,129 1,493 1,189 1,004 0,878 2,947 17,831
8 0,130 6,147 1,598 1,121 0,892 0,753 0,659 2,947 14,117
9 0,098 4,613 1,199 0,841 0,670 0,565 0,494 2,947 11,329
10 0,077 3,659 0,951 0,667 0,531 0,449 0,392 2,947 9,596
11 0,062 2,951 0,767 0,538 0,428 0,362 0,316 2,947 8,308
12 0,050 2,379 0,618 0,434 0,345 0,292 0,255 2,947 7,270
13 0,041 1,918 0,499 0,350 0,278 0,235 0,206 2,947 6,432
14 0,033 1,547 0,402 0,282 0,224 0,190 0,166 2,947 5,757
15 0,026 1,247 0,324 0,227 0,181 0,153 0,134 2,947 5,213
16 0,021 1,005 0,261 0,183 0,146 0,123 0,108 2,947 4,774
17 0,017 0,811 0,211 0,148 0,118 0,099 0,087 2,947 4,420
18 0,014 0,654 0,170 0,119 0,095 0,080 0,070 2,947 4,135
19 0,011 0,527 0,137 0,096 0,076 0,065 0,056 2,947 3,904
20 0,009 0,425 0,110 0,077 0,062 0,052 0,046 2,947 3,719
21 0,007 0,343 0,089 0,062 0,050 0,042 0,037 2,947 3,569
22 0,006 0,276 0,072 0,050 0,040 0,034 0,030 2,947 3,449
23 0,005 0,223 0,058 0,041 0,032 0,027 0,024 2,947 3,352
24 0,004 0,180 0,047 0,033 0,026 0,022 0,019 2,947 3,273
Q Maksimum 200 tahun 57,83
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 8


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 9 Debit banjir rencana Q500 HSS Nakayasu

t Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


Qt Baseflow
50,298 13,074 9,171 7,301 6,165 5,389 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 7,400 1,923 2,947 12,270
2 0,777 39,058 10,152 7,121 2,947 59,278
3 0,731 36,791 9,563 6,708 5,340 2,947 61,349
4 0,476 23,918 6,217 4,361 3,472 2,932 2,947 43,845
5 0,309 15,549 4,041 2,835 2,257 1,906 1,666 2,947 31,201
6 0,231 11,614 3,019 2,118 1,686 1,424 1,244 2,947 24,050
7 0,173 8,715 2,265 1,589 1,265 1,068 0,934 2,947 18,784
8 0,130 6,541 1,700 1,193 0,949 0,802 0,701 2,947 14,832
9 0,098 4,908 1,276 0,895 0,712 0,602 0,526 2,947 11,866
10 0,077 3,894 1,012 0,710 0,565 0,477 0,417 2,947 10,022
11 0,062 3,139 0,816 0,572 0,456 0,385 0,336 2,947 8,652
12 0,050 2,531 0,658 0,462 0,367 0,310 0,271 2,947 7,546
13 0,041 2,041 0,530 0,372 0,296 0,250 0,219 2,947 6,655
14 0,033 1,646 0,428 0,300 0,239 0,202 0,176 2,947 5,937
15 0,026 1,327 0,345 0,242 0,193 0,163 0,142 2,947 5,358
16 0,021 1,070 0,278 0,195 0,155 0,131 0,115 2,947 4,891
17 0,017 0,863 0,224 0,157 0,125 0,106 0,092 2,947 4,514
18 0,014 0,695 0,181 0,127 0,101 0,085 0,075 2,947 4,211
19 0,011 0,561 0,146 0,102 0,081 0,069 0,060 2,947 3,966
20 0,009 0,452 0,118 0,082 0,066 0,055 0,048 2,947 3,768
21 0,007 0,365 0,095 0,066 0,053 0,045 0,039 2,947 3,609
22 0,006 0,294 0,076 0,054 0,043 0,036 0,031 2,947 3,481
23 0,005 0,237 0,062 0,043 0,034 0,029 0,025 2,947 3,377
24 0,004 0,191 0,050 0,035 0,028 0,023 0,020 2,947 3,294
Q Maksimum 500 tahun 61,35
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 9


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 10 Debit banjir rencana Q1000 HSS Nakayasu

t Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


Qt Baseflow
52,586 13,668 9,588 7,633 6,446 5,634 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 7,737 2,011 2,947 12,694
2 0,777 40,834 10,614 7,445 2,947 61,840
3 0,731 38,464 9,998 7,013 5,583 2,947 64,004
4 0,476 25,005 6,499 4,559 3,630 3,065 2,947 45,705
5 0,309 16,256 4,225 2,964 2,360 1,993 1,742 2,947 32,486
6 0,231 12,142 3,156 2,214 1,762 1,488 1,301 2,947 25,010
7 0,173 9,112 2,368 1,661 1,323 1,117 0,976 2,947 19,504
8 0,130 6,838 1,777 1,247 0,993 0,838 0,733 2,947 15,372
9 0,098 5,132 1,334 0,936 0,745 0,629 0,550 2,947 12,271
10 0,077 4,071 1,058 0,742 0,591 0,499 0,436 2,947 10,344
11 0,062 3,282 0,853 0,598 0,476 0,402 0,352 2,947 8,911
12 0,050 2,646 0,688 0,483 0,384 0,324 0,284 2,947 7,756
13 0,041 2,134 0,555 0,389 0,310 0,262 0,229 2,947 6,824
14 0,033 1,720 0,447 0,314 0,250 0,211 0,184 2,947 6,073
15 0,026 1,387 0,361 0,253 0,201 0,170 0,149 2,947 5,467
16 0,021 1,118 0,291 0,204 0,162 0,137 0,120 2,947 4,979
17 0,017 0,902 0,234 0,164 0,131 0,111 0,097 2,947 4,585
18 0,014 0,727 0,189 0,133 0,106 0,089 0,078 2,947 4,268
19 0,011 0,586 0,152 0,107 0,085 0,072 0,063 2,947 4,012
20 0,009 0,473 0,123 0,086 0,069 0,058 0,051 2,947 3,806
21 0,007 0,381 0,099 0,069 0,055 0,047 0,041 2,947 3,639
22 0,006 0,307 0,080 0,056 0,045 0,038 0,033 2,947 3,505
23 0,005 0,248 0,064 0,045 0,036 0,030 0,027 2,947 3,397
24 0,004 0,200 0,052 0,036 0,029 0,024 0,021 2,947 3,310
Q Maksimum 1000 tahun 64,00
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 10


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 11 Debit banjir rencana Q5000 HSS Nakayasu

Q Akibat hujan netto (m3/dt) Q


t Qt Baseflow
57,894 15,048 10,556 8,403 7,096 6,203 Banjir
(jam) (m3/dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 8,518 2,214 2,947 13,678
2 0,777 44,956 11,685 8,197 2,947 67,784
3 0,731 42,346 11,007 7,721 6,147 2,947 70,167
4 0,476 27,529 7,155 5,019 3,996 3,374 2,947 50,021
5 0,309 17,897 4,652 3,263 2,598 2,194 1,918 2,947 35,468
6 0,231 13,367 3,474 2,437 1,940 1,639 1,432 2,947 27,237
7 0,173 10,032 2,607 1,829 1,456 1,230 1,075 2,947 21,175
8 0,130 7,528 1,957 1,373 1,093 0,923 0,807 2,947 16,626
9 0,098 5,649 1,468 1,030 0,820 0,692 0,605 2,947 13,213
10 0,077 4,482 1,165 0,817 0,651 0,549 0,480 2,947 11,090
11 0,062 3,613 0,939 0,659 0,525 0,443 0,387 2,947 9,513
12 0,050 2,914 0,757 0,531 0,423 0,357 0,312 2,947 8,241
13 0,041 2,349 0,611 0,428 0,341 0,288 0,252 2,947 7,215
14 0,033 1,894 0,492 0,345 0,275 0,232 0,203 2,947 6,389
15 0,026 1,527 0,397 0,278 0,222 0,187 0,164 2,947 5,722
16 0,021 1,231 0,320 0,225 0,179 0,151 0,132 2,947 5,184
17 0,017 0,993 0,258 0,181 0,144 0,122 0,106 2,947 4,751
18 0,014 0,800 0,208 0,146 0,116 0,098 0,086 2,947 4,401
19 0,011 0,645 0,168 0,118 0,094 0,079 0,069 2,947 4,120
20 0,009 0,520 0,135 0,095 0,076 0,064 0,056 2,947 3,892
21 0,007 0,420 0,109 0,077 0,061 0,051 0,045 2,947 3,709
22 0,006 0,338 0,088 0,062 0,049 0,041 0,036 2,947 3,562
23 0,005 0,273 0,071 0,050 0,040 0,033 0,029 2,947 3,442
24 0,004 0,220 0,057 0,040 0,032 0,027 0,024 2,947 3,346
Q Maksimum 5000 tahun 70,17
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 11


KAJIAN DEBIT BANJIR RENCANA (PMF) BENDUNGAN SUKAMAHI

Lampiran 12 Debit banjir rencana QPMF HSS Nakayasu


Q Akibat hujan netto (m3/dt)
t Qt Baseflow Q Banjir
371,106 96,458 67,663 53,867 45,488 39,762
3
(jam) (m /dt) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/dt) (m3/dt)
0 0 0 2,947 2,947
1 0,147 54,599 14,191 2,947 71,737
2 0,777 288,173 74,902 52,542 2,947 418,564
3 0,731 271,446 70,555 49,492 39,401 2,947 433,841
4 0,476 176,467 45,867 32,175 25,614 21,630 2,947 304,701
5 0,309 114,721 29,818 20,917 16,652 14,062 12,292 2,947 211,409
6 0,231 85,687 22,272 15,623 12,438 10,503 9,181 2,947 158,651
7 0,173 64,304 16,714 11,724 9,334 7,882 6,890 2,947 119,794
8 0,130 48,257 12,543 8,799 7,005 5,915 5,170 2,947 90,635
9 0,098 36,214 9,413 6,603 5,257 4,439 3,880 2,947 68,752
10 0,077 28,728 7,467 5,238 4,170 3,521 3,078 2,947 55,149
11 0,062 23,163 6,021 4,223 3,362 2,839 2,482 2,947 45,037
12 0,050 18,676 4,854 3,405 2,711 2,289 2,001 2,947 36,883
13 0,041 15,058 3,914 2,746 2,186 1,846 1,613 2,947 30,309
14 0,033 12,141 3,156 2,214 1,762 1,488 1,301 2,947 25,009
15 0,026 9,789 2,544 1,785 1,421 1,200 1,049 2,947 20,735
16 0,021 7,893 2,052 1,439 1,146 0,967 0,846 2,947 17,289
17 0,017 6,364 1,654 1,160 0,924 0,780 0,682 2,947 14,511
18 0,014 5,131 1,334 0,936 0,745 0,629 0,550 2,947 12,271
19 0,011 4,137 1,075 0,754 0,601 0,507 0,443 2,947 10,465
20 0,009 3,336 0,867 0,608 0,484 0,409 0,357 2,947 9,008
21 0,007 2,690 0,699 0,490 0,390 0,330 0,288 2,947 7,834
22 0,006 2,169 0,564 0,395 0,315 0,266 0,232 2,947 6,887
23 0,005 1,749 0,454 0,319 0,254 0,214 0,187 2,947 6,124
24 0,004 1,410 0,366 0,257 0,205 0,173 0,151 2,947 5,509
Q Maksimum Qpmf 433,84
(Sumber: Hasil perhitungan)

SALMA FAIHA NUR DEVI | SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA 12

Anda mungkin juga menyukai