i
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
Jenis
No. Faktor yang Faktor yang
Industri
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
Nilai Tambah 1 Kuartal 0.6349 Dummy Kuartal 0.0267
Sebelumnya Sebelum Lebaran
3 Pengolahan Inflasi -1.1684 Investasi 4 Kuartal 0.0068
Tembakau Sebelumnya
Nilai Tukar (Rp/USD) 0.4907 Tenaga Kerja 0.2193
PDB Indonesia 0.9996 Nilai Tambah 1 0.9230
Kuartal Sebelumnya
Nilai Tambah 3 Kuartal 0.3466 Dummy Kuartal 0.0311
Sebelumnya Sebelum Lebaran
Dummy Kuartal 0.0354
Lebaran
4 Tekstil Inflasi -1.1562 Tenaga Kerja 0.1338
Nilai Tukar (Rp/US) 0.3515 Nilai Tambah 1 0.9303
Kuartal Sebelumnya
Impor -0.0905
PDB Amerika Serikat 0.5771
PDB India 0.3690
Nilai Tambah Kuartal 0.6739
Sebelumnya
5 Pakaian Jadi Nilai Tukas (Rp/US) -0.3440 Tenaga Kerja 0.2866
Impor Produk Tekstil 0.1250 Nilai Tambah 1 0.9226
Kuartal Sebelumnya
PDB Indonesia 0.4283
Nilai Tambah 1 Kuartal 0.8198
Sebelumnya
6 Kulit, Barang PDB India 0.5283 Tenaga Kerja 0.5315
dari Kulit dan PDB Uni Eropa 1.5663 Nilai Tambah 1 0.6683
Alas Kaki Kuartal Sebelumnya
Dummy Kuartal Empat -0.0248
Nilai Tambah 1 Kuartal -0.2762
Sebelumnya
7 Kayu, Gabus Impor -0.0501 Nilai Tambah 1 0.7826
(Tidak Kuartal Sebelumnya
Termasuk PDB Tiongkok 0.0618 Dummy Kuartal 0.0199
Furnitur) dan Empat
Anyaman Dummy Kuartal Empat 0.0201
dari Bambu, Nilai Tambah 1 Kuartal 0.7691
Rotan dsj. Sebelumnya
8 Kertas dan Inflasi -0.3175 Tenaga Kerja 0.1404
Barang dari PDB India 0.2873 Nilai Tambah 1 0.4165
Kertas Kuartal Sebelumnya
Nilai Tambah 1 Kuartal 0.2835
Sebelumnya
9 Pencetakan Inflasi -0.3175 Investasi 4 Kuartal 0.0074
dan Sebelumnya
ii
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
Jenis
No. Faktor yang Faktor yang
Industri
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
Reproduksi PDB India 0.2873 Tenaga Kerja 0.1823
Media Nilai Tambah 1 Kuartal 0.2835 Nilai Tambah 1 0.8968
Rekaman Sebelumnya Kuartal Sebelumnya
10 Bahan Kimia PDB Indonesia 0.2222 Tenaga Kerja 0.2908
dan Barang Nilai Tambah 1 Kuartal 0.7249 Nilai Tambah 1 0.7664
dari Bahan Sebelumnya Kuartal Sebelumnya
Kimia
11 Farmasi, PDB India 0.3619 Investasi 1 Kuartal 0.0123
Produk Obat Sebelumnya
Kimia dan Nilai Tambah 1 Kuartal 0.6781 Tenaga Kerja 0.3271
Obat Sebelumnya
Tradisional Nilai Tambah 1 0.6133
Kuartal Sebelumnya
12 Karet, PDB Tiongkok 0.0793 Investasi 0.0173
Barang dari Nilai Tambah 1 Kuartal 0.6252 Tenaga Kerja 0.1746
Karet dan Sebelumnya
Plastik Nilai Tambah 2 Kuartal -0.3736 Nilai Tambah 1 0.4005
Sebelumnya Kuartal Sebelumnya
13 Barang PDB Indonesia 0.4779 Investasi 0.0279
Galian Bukan Dummy Kuartal Empat 0.0266 Tenaga Kerja 0.2399
Logam Nilai Tambah 1 Kuartal 0.3625 Nilai Tambah 1 0.7343
Sebelumnya Kuartal Sebelumnya
14 Logam Dasar PDB Indonesia 0.5863 Tenaga Kerja 0.1899
PDB India 0.3991 Nilai Tambah 1 0.8201
Kuartal Sebelumnya
15 Barang PDB Indonesia 0.3660 Nilai Tambah 1 0.8942
Logam, Kuartal Sebelumnya
Bukan Mesin Nilai Tambah 1 Kuartal 0.7137
dan Sebelumnya
Peralatannya
16 Komputer, Impor -0.1291 Tenaga Kerja 0.1296
Barang PDB Indonesia 0.2614 Nilai Tambah 1 0.8261
Elektronik Kuartal Sebelumnya
dan Optik Nilai Tambah 1 Kuartal 0.7624
Sebelumnya
17 Peralatan Impor -0.1113 Tenaga Kerja 0.1544
Listrik PDB Tiongkok 0.2003 Nilai Tambah 1 0.7671
Kuartal Sebelumnya
Nilai Tambah 1 Kuartal 0.5498
Sebelumnya
18 Mesin dan Inflasi -1.4660 Tenaga Kerja 0.1944
Perlengkapan Nilai Kurs (Rp/USD) 0.4760 Nilai Tambah 1 0.7789
ytdl Kuartal Sebelumnya
PDB Uni Eropa 1.5557
PDB India 0.7509
Dummy Kuartal Empat -0.0771
iii
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
Jenis
No. Faktor yang Faktor yang
Industri
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
Nilai Tambah Kuartal 0.3123
Sebelumnya
19 Kendaraan PDB Indonesia 0.4800 Investasi 2 Kuartal 0.0136
Bermotor, Sebelumnya
Trailer dan Nilai Tambah 1 Kuartal 0.5025 Tenaga Kerja 0.3251
Semi Trailer Sebelumnya
Nilai Tambah 1 0.4582
Kuartal Sebelumnya
20 Alat PDB Tiongkok 0.1826 Tenaga Kerja 0.3420
Angkutan Impor -0.0387 Nilai Tambah 1 0.7324
Lainnya Kuartal Sebelumnya
Nilai Tambah 1 Kuartal 0.6549
Sebelumnya
21 Furnitur PDB Amerika Serikat 0.6794 Nilai Tambah 1 0.8049
Kuartal Sebelumnya
Dummy Kuartal Empat -0.0267
Nilai Tambah 1 Kuartal 0.5075
Sebelumnya
22 Pengolahan Nilai Tukar (Rp./USD) 0.8972 Investasi 5 Kuartal 0.0139
Lainnya Sebelumnya
Impor -0.3207 Tenaga Kerja 0.1134
PDB Uni Eropa 1.7137 Nilai Tambah 1 0.5083
Kuartal Sebelumnya
Nilai Tambah 1 Kuartal -0.4586
Sebelumnya
23 Jasa Reparasi Inflasi -1.0156 Nilai Tambah 1 0.5486
dan Kuartal Sebelumnya
Pemasangan Nilai Tukar (Rp/USD) 0.8563
Mesin dan Suku Bunga BI -0.0395
Peralatan
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
perlambatan pertumbuhan, sehingga perannya dalam menopang pertumbuhan
ekonomi nasional dirasakan mulai berkurang.
9 8,37
8 7,70
7,36
7 7,64 6,54
7,24
6,79 5,59 5,61 5,50
6 6,50 5,22
6,09 6,09 5,08
4,51 4,77 4,73
5 5,73
5,51
5,26 5,28 5,16 5,02
4 4,78 4,80 4,80
4,47 4,46 4,54 4,27
3,91 3,93
3
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2
yang sama di tahun 2017 yaitu sebesar 3.93%. Sebaliknya, pada kuartal III
tahun 2018 industri pengolahan non migas berhasil meningkat ke titik 5.01%,
meskipun demikian angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan pada periode yang sama di tahun 2017 yang mencapai 5.46%.
Di akhir tahun 2018 atau kuartal IV industri pengolahan non migas terlihat
mengalami penurunan ke titik 4.73% yang kemudian naik menjadi 4.8% di
kuartal I tahun 2019. Akan tetapi, secara umum laju pertumbuhan dari industri
pengolahan non migas terlihat mengalami perlambatan selama 8 tahun
terakhir. Padahal sektor industri berpotensi menyerap lebih banyak tenaga
kerja.
3
kapita, kebijakan pemerintah mempengaruhi kinerja industri pengolahan.
Walaupun demikian, kaitan antara sektor industri dengan variabel
makroekonomi perlu dianalisis lebih lanjut. Oleh karena itu studi ini akan
menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang berpengaruh terhadap kinerja
industri pengolahan.
Tabel 1.1. 23 Sektor Industri Pengolahan
KBLI URAIAN
10 Industri Makanan
11 Industri Minuman
3.2 Industri Makanan dan Minuman
12 Industri Pengolahan Tembakau
3.3 Industri Pengolahan Tembakau
13 Industri Tekstil
14 Industri Pakaian Jadi
3.4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
3.5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk
16 Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman
3.6
dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
17 Industri Kertas dan Barang dari Kertas
18 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan
3.7
Reproduksi Media Rekaman
20 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
21 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
3.8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
22 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
3.9 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
23 Industri Barang Galian Bukan Logam
3.10 Industri Barang Galian Bukan Logam
24 Industri Logam Dasar
3.11 Industri Logam Dasar
25 Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya
4
26 Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik
27 Industri Peralatan Listrik
Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik
3.12
dan Peralatan Listrik
28 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
3.13 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
29 Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
30 Industri Alat Angkutan Lainnya
3.14 Industri Alat Angkutan
31 Industri Furnitur
3.15 Industri Furnitur
32 Industri Pengolahan Lainnya
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi dan Pemasangan
3.16
Mesin dan Peralatan
1.2. Tujuan
Tujuan dari kajian ini adalah melakukan analisa sensitivitas dari
variabel-variabel makroekonomi yang berpengaruh terhadap kinerja sektor
industri pengolahan di Indonesia.
5
(sebagai variabel independent) yang diduga berpengaruh terhadap
kinerja masing-masing jenis industri pengolahan; dan
d. Data yang digunakan adalah data time series kuartalan (3 bulanan) dari
tahun 2010:01-2019:01, berdasarkan ketersediaan data yang up-to-
date.
1.4. Manfaat
Manfaat dari kajian tentang analisa sensitivitas variabel
makroekonomi terhadap kinerja industri pengolahan ini adalah:
a. Memberikan gambaran mengenai variabel-variabel makroekonomi
yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri pengolahan; dan
b. Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk
memajukan industri pengolahan ke depan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Y = C + I + G + NX.
7
Bila didefinisikan lebih lanjut, konsumsi merupakan sebagian dari
pendapatan rumah tangga yang telah dikurangi dengan pembayaran pajak
kepada pemerintah. Ahli ekonomi mendefinisikan pendapatan bebas pajak
sebagai dispossable incone (Y-T). Rumah tangga kemudian dapat
memutuskan seberapa besar disposable income yang ditabung dan
dikonsumsi.
Keynes berasumsi bahwa tingkat konsumsi rumah tangga secara
langsung bergantung langsung pada tingkat disposable income dimana tingkat
pendapatan yang lebih tinggi secara langsung menyebabkan konsumsi yang
lebih besar. Dengan demikian, konsumsi merupakan fungsi dari disposable
income yang dapat dituliskan sebagai berikut:
C = a + MPC (Y − T)
Dengan C merupakan konsumsi agregat, a merupakan autonomouzs
concumption atau tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup walaupun
tidak ada pendapatan, (Y-T) merupakan disposable income, dan MPC
(Marginal Prospensity to Consume) merupakan proporsi yang menunjukkan
besaran perubahan konsumsi sebagai respon terhadap kenaikan disposable
income.
Adapun investasi (I) merupakan dari barang yang dibeli untuk
digunakan di masa depan. Baik perusahaan maupun rumah tangga membeli
barang investasi. Permintaan jumlah barang investasi bergantung pada tingkat
bunga (r) sebagai ukuran biaya yang diperlukan untuk membiayai investasi.
Dengan demikian, secara umum fungsi permintaan akan investasi dituliskan
sebagai berikut:
I = I(r)
Agar proyek investasi dapat menghasilkan keuntungan, laba atas
investasi harus melebihi biayanya. Oleh sebab itu, permintaan akan investasi
berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Jika tingkat bunga naik, lebih
8
sedikit proyek investasi yang menguntungkan, dan permintaan barang
investasi akan turun, begitu pula sebaliknya.
Pengeluaran pemerintah (G) merupakan komponen ketiga dari
permintaan barang dan jasa. Contoh dari pengeluaran pemerintah adalah
ketika pemerintah pusat membeli senjata, alokasi dana untuk gaji pegawai
pemerintah, atau pembangunan tol dan infrastruktur lainnya. Jika pengeluaran
pemerintah sama dengan pendapatan pajak yang telah dikurangi transfer maka
pemerintah memiliki anggaran berimbang. Sementara variabel terakhir dalam
pendapatan nasional, net ekspor (NX), merupakan selisih antara hasil ekspor
dan impor. Net ekspor juga umum disebut neraca perdagangan.
10
• Decreasing Return to Scale. Jika proporsi perubahan output lebih kecil
dari proporsi perubahan input yaitu α + β < 1.
1. Industri Makanan
11
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
5. Daya Beli Positif Peningkatan daya beli masyarakat akan
meningkatkan produksi yang dapat
mendorong industri makanan
6. Pesta Positif Adanya pemilu, pilkada, pilkades dan lain-
Demokrasi lain akan meningkatkan permintaan
produksi sehingga mendorong
pertumbuhan industri makanan
Sisi Penawaran (Produksi)
12
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
8. Proses Positif Semakin mudah proses administrasi akan
Administrasi membantu mendorong investasi di sektor
hulu industri makanan, sektor hulu
merupakan komponen penting yang
menentukan hasil di sektor hilir.
9. Bea Masuk Negatif Ada beberapa produk makanan yang
Impor Bahan bahan bakunya tidak tersedia di Indonesia
Baku sehingga mengharuskan impor, kenaikan
(Pendukung) bea masuk terhadap bahan baku
pendukung produksi industri akan
meningkatkan biaya produksi yang
akhirnya menghambat pertumbuhan
industri makanan.
10.Bea Masuk Positif Banyak produk-produk makanan jadi
Impor Produk impor yang masuk ke Indonesia dengan
Jadi harga murah, kenaikan bea masuk
terhadap produk impor jadi tersebut akan
meningkatkan harganya sehingga dapat
menjaga daya saing produk dalam negeri
11.Teknologi Positif Teknologi yang canggih dapat
meningkatkan kuantitas dan efisiensi
produksi
12.Pelatihan Positif Adanya pelatihan dapat meningkatkan
kualitas dan skill dari tenaga kerja yang
dapat mendorong perkembangan dari
industri makanan
13.Penataan Positif Memberikan kepastian pasar komoditas
Distribusi pangan sehingga akan menurunkan
Sektor Pangan gejolak harga pangan. Penataan distribusi
pangan juga akan mendukung sektor
industri yang berbasis pertanian
(agroindustry), serta pengendalian inflasi
untuk menjaga stabilitas ekonomi.
13
2. Industri Minuman
14
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
masyarakat mengurangi konsumsi minuman
berkarbonasi sehingga menurunkan produksi
industri minuman tersebut.
10. Cukai Plastik Negatif Adanya cukai plastik akan meningkatkan harga
jual dari produk minuman sehingga mengurangi
permintaan terhadap produk minuman tersebut.
11. Branding Positif Branding merupakan wujud kepercayaan,
sehingga perusahaan dengan branding yang
baik tentunya mendapatkan hati konsumen yang
akan terus membeli produknya.
12. Packaging Positif Packaging suatu produk dapat menarik minat
beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan
penjualan.
Sisi Penawaran (Produksi)
15
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
6. Harga Negatif Plastik merupakan komponen penting dalam hal
Plastik pengemasan produk industri minuman sehingga
kenaikan harga plastik akan meningkatkan
biaya produksi yang dapat mengurangi profit
margin dan akan menghambat pertumbuhan
industri.
7. Inovasi Positif Kemampuan perusahaan menciptakan produk-
Produk produk baru sesuai dengan selera masyarakat
akan menarik masyarakat sehingga penjualan
dapat meningkat.
8. Ketersediaan Positif Ketersediaan bahan baku yang melimpah dapat
Bahan Baku mendorong perkembangan industri minuman
16
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
sehingga mendorong pertumbuhan industri
pengolahan tembakau
2. Permenkeu Negatif Peraturan ini menurunkan jumlah industri
Nomor 200 mikro pengolahan tembakau, sehingga
Tahun 2010 menurunkan produksi yang menghambat
pertumbuhan industri pengolahan tembakau.
3. Curah Hujan Negatif Curah hujan yang tinggi dapat menurunkan
produksi pada industri pengolahan tembakau
4. Impor Positif Produksi tembakau dalam negeri hingga saat
Tembakau ini masih belum mampu mencukupi
kebutuhan industri rokok nasional.
Meningkatnya impor tembakau akan
meningkatkan pasokan bahan baku tembakau
yang pada akhirnya akan meningkatkan
produksi yang dapat mendorong pertumbuhan
industri pengolahan tembakau
5. Modal Positif Semakin banyak modal yang diberikan
pemerintah akan meningkatkan produksi
yang dapat mendorong pertumbuhan industri
pengolahan tembakau
6. Integrasi Positif Adanya integrasi antara petani dengan
Petani dan perusahaan pengolahan tembakau dapat
Perusahaan meningkatkan pelaksanaan budi daya petani
yang tepat karena ada jaminan harga dan
pasar dari perusahaan
7. Standarisasi Positif Standardisasi perlu agar ada ukuran yang pasti
Tembakau mengenai kualitas tembakau. Selama ini
penentuan kualitas hanya dilakukan oleh
perusahaan secara subjektif. Tentu hal ini
sangat merugikan petani. Disini pemerintah
bisa menyediakan alat ukur kualitas
tembakau, sehingga ukuran tersebut menjadi
lebih kuantitatif dan obyektif.
8. Diversifikasi Positif Perusahaan perlu melakukan penambahan
Produk produk yang berasal dari tembakau karena
Tembakau tembakau bisa saja diolah menjadi beragam
produk selain rokok, misalnya minyak atsiri
yang diekstrak dari tembakau tersusun oleh
17
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
beragam komponen kimia. Minyak atsiri
tersebut secara umum tidak lagi mengandung
zat-zat kimia yang berbahaya, seperti nikotin.
9. Kemurnian Positif Varietas tembakau yang murni (artinya
Varietas berasal dari daerah sendiri) membuat
Tembakau tembakau yang ditanam semakin bermutu,
harga tinggi dan dapat masuk dalam
kualifikasi perusahaan
4. Industri Tekstil
18
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
7. Impor Negatif Penggunaan bahan baku impor dapat
menurunkan investasi yang menghambat
pertumbuhan industri tekstil
Sisi Penawaran (Produksi)
1. Jumlah Tenaga Positif Semakin banyak jumlah tenaga kerja maka
Kerja output yang dihasilkan akan meningkat
sehingga mendorong pertumbuhan industri
tekstil
2. Investasi Positif Semakin tinggi tingkat investasi akan
(PMA dan mendorong pertumbuhan industri tekstil
PMDN)
3. Suku Bunga Negatif Kenaikan suku bunga akan menurunkan
tingkat investasi yang dapat menghambat
pertumbuhan industri tekstil
4. Harga Bahan Negatif Kenaikan pada harga bahan baku dapat
Baku menurunkan produksi industri tekstil.
19
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
4. Hari Raya Positif Momen hari raya besar keagamaan
(Lebaran) meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap
pakaian jadi sehingga penjualan cenderung
meningkat selama menjelang dan setelah hari
raya.
5. Ekspor Positif Kenaikan ekspor akan meningkatkan
produksi pada industri pakaian jadi
20
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
4. Standar Positif Adanya standarisasi pada barang jadi
Nasional membuat barang yang beredar di dalam negeri
Indonesia itu yang benar-benar berkualitas
(SNI)
5. Upah Negatif Semakin tingginya upah minimum pekerja
Minimum industri pakaian jadi maka semakin tinggi
pula biaya upah (jasa non-industri) yang harus
ditanggung oleh industri pakaian jadi dalam
negeri sehingga peningkatan upah minimum
pada industri pakaian jadi berdampak pada
penurunan produksi dan ekspor pada industri
pakaian jadi serta rasionalisasi tenaga kerja.
6. Tarif Dasar Negatif Listrik merupakan salah satu komponen
Listrik penting dalam produksi pakaian jadi.
Kenaikan tarif dasar listrik akan
meningkatkan biaya produksi sehingga harga
dari pakaian jadi akan ikut naik.
7. Revitalisasi Positif Melakukan perawatan mesin-mesin produksi
Mesin secara rutin dan berkala dapat meningkatkan
kapasitas produksi.
21
6. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
22
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
5. Teknologi Positif Kemajuan teknologi meningkatkan produksi dan
penjualan industri KBKA
6. Inovasi produk Positif Kemampuan inovasi mampu meningkatkan
produksi industri KBKA
23
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
4. Pendapatan Positif Pendapatan masyarakat terkait dengan daya beli
Masyarakat terhadap produk dari kayu, bambu, gabus dan
rotan sehingga ketika pendapatan masyarakat
mengalami peningkatan maka konsumsi
terhadap produk dari kayu, gabus, bambu dan
rotan akan meningkat.
5. Desain Produk Positif Desain produk terkait dengan selera masyarakat.
Ketika perusahaan bisa menghasilkan produk
dengan desain yang sesuai dengan selera
masyarakat maka akan menarik minat
masyarakat untuk membeli produknya sehingga
permintaan terhadap produk akan naik.
6. Kualitas Produk Positif Ketika perusahaan menghasilkan produk dengan
kualitas yang baik maka akan mendapatkan
kepercayaan masyarakat untuk setia membeli
produknya sehingga permintaan akan naik.
Sisi Penawaran (Produksi)
24
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
8. Revitalisasi Positif Melakukan perawatan mesin-mesin produksi
Mesin secara rutin dan berkala dapat meningkatkan
kapasitas produksi.
9. Illegal Logging Negatif Terjadinya aktivitas illegal logging dapat
menghambat distribusi produk yang berasal dari
kayu serta dapat mengurangi ketersediaan bahan
baku yang juga menghambat perkembangan
industri kayu
10. Kemudahan Positif Pemerintah perlu menerapkan persyaratan yang
Ekspor mudah bagi perusahaan yang ingin melakukan
ekspor sehingga dapat mendorong pertumbuhan
industri kayu.
11. PPN Kayu Negatif Kenaikan PPN terhadap kayu bulat
Bulat meningkatkan modal kerja bagi perusahaan kayu
lapis, padahal kayu bulat sendiri belum bisa
memberikan nilai tambah sehingga kenaikan
PPN pada kayu bulat dapat menurunkan
produksi pada industri kayu lapis
12. Sistem Positif SVLK merupakan insentif yang diberikan
Verifikasi pemerintah kepada IKM (Industri Kecil
Legalitas Kayu Menengah) di bidang kayu bagi produk mereka
(SVLK) yang telah memenuhi standar yang ketat untuk
legalitas kayu, adanya insentif tersebut dapat
memperkuat daya saing sektor industri kayu
domestik.
13. Revitalisasi Positif Revitalisasi bertujuan untuk mengetahui
Industri bagaimana industri pengolahan kayu dapat
Pengolahan menyesuaikan bahan baku yang dapat
Kayu Dalam memanfaatkan limbah kayu berdiameter kecil
Negeri baik dari hutan alam maupun hutan tanaman. Hal
ini dapat meningkatkan efisiensi produksi yang
dapat mendorong perkembangan pada industri
kayu.
14. Bea Masuk Negatif Tidak semua bahan baku untuk industri kayu dan
Impor Bahan barang dari kayu dapat diproduksi di dalam
Baku negeri seperti misalnya serat kayu panjang,
sehingga kenaikan bea impor terhadap serat kayu
Panjang justru akan menghambat produksi bagi
industri kayu
25
8. Industri Kertas dan Barang dari Kertas
26
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
8. Inovasi Positif Kemampuan perusahaan menciptakan produk-
Produk produk baru sesuai dengan selera masyarakat
akan menarik masyarakat sehingga penjualan
dapat meningkat.
9. Integrasi Positif Industri kertas berkaitan erat dengan industri
dengan pulp sehingga adanya integrasi akan
Industri Pulp meningkatkan efisiensi, hasil olahan dari
industri pulp merupakan bahan baku untuk
industri kertas.
10.Bea Masuk Negatif Bahan dari kertas adalah serat kayu sehingga
Impor Bahan industri kertas juga terintegrasi dengan industri
Baku kayu. Tidak semua bahan baku untuk industri
kayu dan barang dari kayu dapat diproduksi di
dalam negeri seperti misalnya serat kayu
Panjang, sehingga kenaikan bea impor terhadap
serat kayu Panjang justru akan menghambat
produksi bagi industri kayu yang sekaligus akan
mempengaruhi industri kertas.
27
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
4. Hari Raya Positif Hari raya besar keagamaan seperti Idul fitri, natal,
imlek dll akan meningkatkan permintaan perihal
percetakan seperti baliho hal ini tentu saja akan
meningkatkan produksi pada industri percetakan.
Sisi Penawaran (Produksi)
1. Teknologi Positif Kemajuan teknologi meningkatkan produksi dan
penjualan industri percetakan
28
10. Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
29
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
6. Inovasi Produk Positif Kemampuan inovasi mampu meningkatkan
produksi industri kimia
14. Harga Minyak Negatif Kenaikan harga minyak dunia dapat meningkatkan
Dunia biaya produksi yang sekaligus mengurangi profit
margin setiap produksi.
30
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
15. Suku Bunga Negatif Kenaikan suku bunga akan menurunkan tingkat
investasi yang dapat menghambat pertumbuhan
industri kimia.
16. Pajak Negatif Tingginya pajak yang ditanggung oleh pelaku
usaha akan memberatkan industri kimia
17. Iklim Usaha Positif Iklim usaha yang kondusif seperti harmonisnya
tarif serta insentif investasi akan menarik investor
untuk berinvestasi yang sekaligus mendorong
perkembangan industri kimia.
18. Tax Holiday Positif Pembebasan pajak dapat meringankan biaya
produksi sekaligus meningkatkan produktivitas
industri misalnya tax holiday diberikan pada
industri petrokimia yang mampu menyerap banyak
tenaga kerja.
31
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
Sisi Penawaran (Produksi)
32
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
11.Penyusunan Positif Membuat barang yang diproduksi oleh industri
Standar Mutu farmasi di dalam negeri itu yang benar-benar
dari berkualitas sehingga meningkatkan daya saing
BBO/BBOT produknya.
(Standarisasi)
12.Nanoteknologi Positif Dengan menggunakan nanoteknologi maka akan
meningkatkan kualitas produksi dan keamanan
serta mampu mengurangi bahan baku obat
sehingga penggunaannya lebih sedikit. Biaya
bahan baku obat yang dibutuhkan lebih murah dan
sedikit
13.Harga Minyak Negatif Kenaikan harga minyak dunia menjadi beban
Dunia biaya dalam proses produksi pada industri
farmasi.
33
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
berkurang dan menghambat pertumbuhan industri
plastik.
6. Jumlah Tenaga Positif Semakin banyak jumlah tenaga kerja maka output
Kerja yang dihasilkan akan meningkat sehingga
mendorong pertumbuhan industri karet dan plastik
7. Harga Positif Melemahnya harga komoditas karet di pasar
Komoditas internasional akan mengurangi tingkat ekspor
Karet di Pasar yang dapat menghambat pertumbuhan pada sektor
Internasional karet dan plastik
8. Bea Masuk Positif Adanya BMDTP dapat memenuhi kebutuhan
Ditanggung bahan baku sehingga melancarkan proses
Pemerintah produksi pada industri karet dan plastik.
(BMDTP)
9. Penerapan Positif Penerapan SNI perlu agar ada ukuran yang pasti
Standar mengenai kualitas karet dan plastik yang
Nasional diproduksi sehingga barang yang diproduksi oleh
Indonesia (SNI) industri karet dan plastik di dalam negeri itu yang
benar-benar berkualitas sehingga meningkatkan
daya saing produknya.
10. Penyusunan Positif Dengan adanya SKKNI maka meningkatkan
Standar kualitas tenaga kerja sehingga produk yang
Kompetensi dihasilkan pun akan lebih berkualitas. Selain itu,
34
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
Kerja Nasional tenaga kerja kan lebih kompeten dalam membantu
Indonesia perkembangan industri
(SKKNI)
11. Tata Niaga Positif Tata niaga impor diperlukan untuk mengatur
Impor masalah impor baik bahan baku maupun barang
jadi produk karet dan plastik agar tidak salah
menetapkan bea masuk yang dapat menghambat
proses produksi perusahaan.
35
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
2. Harga Negatif Barang galian non logam merupakan salah satu
bahan yang sering digunakan untuk membuat
barang-barang di sekitar kita seperti keramik, bahan
bangunan hingga perhiasan. Oleh karena itu, ketika
harga barang galian non logam mengalami
peningkatan maka konsumen akan mengurangi
konsumsinya terhadap produk-produk yang berasal
dari barang galian non logam sehingga permintaan
akan turun.
3. Harga Barang Positif Ada beberapa produk impor yang bahannya dari
dari Bahan bahan galian non logam seperti keramik. Ketika
Galian Non harga barang impor mengalami kenaikan maka
Logam Impor konsumen akan beralih menggunakan produk dari
domestik sehingga permintaan akan meningkat.
Sisi Penawaran (Produksi)
36
14. Industri Logam Dasar
37
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
38
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
5. Global Supply Positif Terganggunya global supply chain sebagai akibat
Chain dari gejolak perekonomian misalnya perang dagang
dapat menurunkan produksi pada industri barang
logam bukan mesin
39
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
menurunkan penyerapan produk dalam negeri
yang menghambat perkembangan industri
elektronik
6. Teknologi Positif Kemajuan teknologi meningkatkan produksi dan
efisiensi industri elektronik
40
17. Industri Peralatan Listrik
41
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
6. TKDN Positif Industri dalam negeri sudah mampu
memproduksi mulai dari peralatan pembangkit
listrik sampai transmisi dan distribusi listrik
sehingga semakin tinggi TKDN yang digunakan
dapat meningkatkan daya saing hasil industri
listrik.
7. Pabrik Panel Positif Dengan dibangunnya memungkinkan
Listrik penggunaan aman di ruang tertutup maupun
Tegangan lingkungan terbuka. Selain itu, GIS memberikan
Tinggi atau Gas perlindungan terhadap pemadaman listrik serta
Insulated menjamin kestabilan pasokan listrik.
Switchgear
(GIS)
8. Transformator Negatif Dalam berbagai proyek pembangunan
Impor pembangkit listrik banyak transformator impor
yang digunakan, padahal produk tersebut sudah
mampu digunakan di dalam negeri. Hal tersebut
justru akan menurunkan daya saing industri
listrik dalam negeri sebagai akibat rendahnya
penyerapan produk peralatan listrik dalam
negeri. Selain itu, banyaknya transformator
impor yang digunakan juga dapat menyulitkan
perusahaan untuk menarik investor
9. Bahan Baku Negatif Pasokan bahan baku yang kebanyakan impor
Impor menghambat perkembangan industri listrik
10. Harga Bahan Negatif Kenaikan harga bahan baku yang diimpor dapat
Baku Impor menurunkan produksi yang menghambat
pertumbuhan industri listrik
42
18. Industri Mesin dan Perlengkapan yang Tidak Termasuk Dalam
Lainnya (YTDL)
43
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
3. Teknologi Positif Kemajuan teknologi meningkatkan produksi
dan penjualan industri mesin
4. Bahan Baku Negatif Pasokan bahan baku yang kebanyakan impor
Impor menghambat perkembangan industri mesin
44
19. Industri Alat Angkutan, Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi
Trailer
45
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
6. Peran Positif Dukungan pemerintah baik dalam hal dana,
Pemerintah regulasi maupun insentif dapat meningkatkan
investasi yang mendorong pertumbuhan
industri alat angkutan
7. Pembangunan Positif Pembangunan infrastruktur jalan berperan
Infrastruktur penting mendorong pertumbuhan ekonomi,
termasuk pula penjualan kendaraan. Sebab,
dengan pembangunan yang merata
diharapkan menyebabkan aktivitas ekonomi
di daerah menggeliat, sehingga daya beli
meningkat.
8. Suku Bunga Negatif Kenaikan suku bunga akan menurunkan
tingkat investasi yang dapat menghambat
pertumbuhan industri kendaraan.
46
20. Industri Furnitur
47
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
6. Insentif Pajak Positif Dukungan pemerintah berupa insentif pajak
dapat meningkatkan investasi yang mendorong
pertumbuhan industri furnitur
21. Industri Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan dan
Pengolahan Lainnya
48
Faktor yang Arah
Keterangan
Mempengaruhi Pengaruh
barang), repair (memperbaiki), regrind
(mengembalikan fungsi barang yg rusak) dan
sebagainya
49
Selain itu, terdapat studi yang dilakukan oleh Mamatzakis (2008) yang
menganalisis tentang pengaruh infrastruktur publik terhadap produktivitas
sector industri di Yunani pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dengan
menggunakan fungsi dekomposisi pertumbuhan produktivitas dapat diketahui
bahwa penyediaan infrastruktur publik secara efektif mengurangi biaya
sebagian dari industri. Akan tetapi, industri tradisional yang bersifat padat
karya tidak terlalu terpengaruh oleh penyediaan infrastruktur publik.
Selanjutnya, Sokunle & Harper (2017) menganalisis dan menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri manufaktur di
negara-negara Sub Sahara pada tahun 2008-2010. Variabel yang ditengarai
memengaruhi pertumbuhan sektor manufaktur yaitu investasi, inflasi, tingkat
suku bunga, biaya tenaga kerja, serta insentif pemerintah. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut tidak dapat
menjelaskan variasi pada pertumbuhan sektor manufaktur akan tetapi perlu
diketahui bahwa variabelnya secara angka memang tidak jauh berbeda. Hal
lain yang perlu diteliti karena mungkin diduga dapat mempengaruhi
pertumbuhan sektor manufaktur adalah efek korupsi, ketidakstabilan politik
serta kurangnya infrastruktur.
Selain itu studi terkait sektor manufaktur juga dilakukan oleh NV
Emodi (2017) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi dan kinerja
industri manufaktur di China. Penelitian ini menggunakan pendekatan data
panel pada sampel perusahaan manufaktur Cina selama periode 2008-2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran untuk Research and
Development (R&D) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan inovasi
produk dan kinerja industri, tetapi tidak signifikan terhadap inovasi
pengetahuan dan kinerja ekspor. Selain itu, pengeluaran untuk pengembangan
produk baru juga memberikan dampak positif pada inovasi dan kinerja
industri. Pertumbuhan aplikasi paten dipengaruhi oleh adanya proyek R&D
50
dan lisensi paten asing. Jumlah perusahaan dan ukuran perusahaan seperti
jumlah karyawan, juga memberikan kontribusi positif terhadap kinerja output
industri. Hasil lain menunjukkan bahwa R&D dalam sektor industri dan
pengembangan produk baru memengaruhi keberhasilan inovasi produk dan
kinerja penjualan. Pentingnya pengaruh dari R&D memberikan rekomendasi
bahwa pemerintah harus menetapkan kebijakan yang akan merangsang R&D
pada sektor industri, di sisi lain pemerintah juga perlu mendukung adanya
transfer teknologi dari mitra asing. Catatan penting yang ada dari penelitian
ini adalah kebijakan pemerintah tentang pengembangan industri harus
ditujukan pada tingkat sektoral dan bukan jenis kebijakan atau bisa disebut
"satu ukuran untuk semua".
Berbeda dari studi-studi sebelumnya, Ejaz, Ullah, and Khan (2017)
tidak hanya menganalisis faktor ekonomi namun juga politik yang
mempengaruhi nilai tambah industri manufaktur di 4 negara Asia Selatan
(India, Pakistan, Sri Lanka dan Bangladesh) pada tahun 1990-2015. Dengan
menggunakan metode regresi fixed-effect, dapat diketahui bahwa PDB per
kapita positif mempengaruhi pertumbuhan industri karena terkait dengan
akumulasi, inovasi, dan investasi. Selain itu, investasi dan keterbukaan
perdagangan berpengaruh secara positif. Tingkat pendidikan tidak signifikan
mempengaruhi pertumbuhan industri di Asia Selatan. Dari sisi politik,
pengeluaran pemerintah positif mempengaruhi pertumbuhan industri di Asia
Selatan.
Di Indonesia sendiri terdapat studi yang dilakukan oleh Varela, Ghosh
dan Rahardha (20120 yang menganalisis bagaimana kondisi makroekonomi
dan iklim investasi mempengaruhi sektor manufaktur. Studi ini dilakukan
untuk mendokumentasikan dampak dari tantangan pada ketidakpastian
kondisi makroekonomi dan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan
manufaktur yang secara parsial menyebabkan terjadinya stagnansi dalam
51
pertumbuhan sektor manufaktur ini selama beberapa tahun terakhir. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur di Indonesia telah
mengalami resesi pertumbuhan selama dekade terakhir, dengan tingkat
pertumbuhan yang 50% lebih rendah setelah terjadinya Asian Financial
Crisis, pertumbuhan ekspor tertinggal dari para pesaing, dan dinamika
penciptaan lapangan kerja menurun. Oleh karena itu, terjadinya perubahan
dalam lingkungan eksternal dan meningkatnya persaingan di pasar
internasional, menjaga stabilitas makroekonomi dan menghilangkan
hambatan untuk meningkatkan produktivitas adalah penting bagi sektor
manufaktur Indonesia untuk tetap kompetitif. Dari penelitian ini kerangka
kebijakan yang dapat direkomendasikan untuk mendorong pertumbuhan pada
sektor manufaktur antara lain 1.) memperkuat ketahanan stabilitas kondisi
makroekonomi dan mengurangi volatilitas pada nilai tukar, 2.) mengurangi
biaya logistik dan memfasilitasi pertumbuhan industri jasa agar kompetitif, 3.)
mengurangi ketidakpastian regulasi, 4.) meningkatkan fungsi pasar input
maupun output, dan 5.) membangun kemampuan belajar perusahaan untuk
berinovasi.
Fadlan (2013) yang melakukan analisis pengaruh investasi dan tenaga
kerja terhadap pertumbuhan industri pengolahan di provinsi Sumatera Barat.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah demi
menyokong perekonomian nasional. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa
variabel investasi dan tenaga kerja industri pengolahan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Selain itu, industri pengolahan di
Sumatera Barat bersifat increasing to scale. Kondisi tersebut dapat diartikan
bahwa, proporsi penambahan investasi dan tenaga kerja yang digunakan
dalam proses produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang
proporsinya lebih besar. Berkaitan dengan penelitian ini, hal tersebut dapat
diartikan bahwa pertumbuhan industri pengolahan di Provinsi Sumatera Barat
52
masih dapat terus ditingkatkan dengan meningkatkan nilai investasi dan
jumlah tenaga kerja industri pengolahan untuk mencapai pertumbuhan industri
pengolahan yang optimum.
Kemudian studi yang dilakukan oleh Bappenas (2016) yang turut
melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di sektor
industri di Indonesia tahun 1990-2015. Hal tersebut dilakukan guna
mendorong percepatan pembangunan sektor industri. Variabel yang diamati
adalah investasi sektor industri, baik PMDN maupun PMA, dengan variabel-
variabel independen suku bunga, nilai tukar, inflasi, PDB per kapita, kualitas
sumber daya manusia, kondisi infrastruktur, kebijakan insentif dan krisis.
Berangkat dari studi tersebut, diketahui bahwa pertumbuhan investasi sektor
industri (PMDN dan PMA) di Indonesia umumnya dipengaruhi secara
signifikan dan positif oleh PDB per kapita, kebijakan insentif fiskal, dan
pertumbuhan investasi sektor industri pada tahun sebelumnya, serta
dipengaruhi secara signifikan dan negatif oleh nilai tukar rupiah terhadap USD
dan suku bunga.
Terakhir analisis yang dilakukan oleh Pusdatin Kementerian
Perindustrian (2018), kajian ini bertujuan melakukan analisis sensitivitas dari
variabel-variabel makroekonomi yang diduga berpengaruh terhadap kinerja
industri pengolahan yang menjadi fokus dalam Revolusi Industri 4.0 (4IR)
selama periode tahun 2010Q1 – 2018Q2. Variabel yang diamati dalam analisis
ini lima sektor industri yang menjadi prioritas dalam Revolusi Industri 4.0
(4IR), yaitu: (i) Industri Makanan, (ii) Industri Tekstil dan Pakaian, (iii)
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional, (iv) Industri Alat Angkutan,
dan (v) Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronika, Mesin dan
Perlengkapannya (selanjutnya disebut dengan Industri Elektronika). Kajian
ini menggunakan dua pendekatan analisis yaitu pendekatan sisi permintaan
yang terdiri dari 15 jenis industri dan sisi penawaran yang terdiri dari 9 jenis
53
industri. Dari sisi permintaan, hasil kajian ini menunjukkan bahwa diantara ke
15 jenis industri kondisi perekonomian nasional (domestik) signifikan
berpengaruh positif terhadap 8 jenis industri. Kemudian Perekonomian Uni
Eropa signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja industri tekstil, farmasi,
produk obat kimia dan obat tradisional, kulit, barang dari kulit, dan alas kaki,
dan mesin dan perlengkapan YTDL. Perekonomian Tiongkok berpengaruh
positif terhadap kinerja industri minuman, pakaian jadi, karet, barang dari
karet dan plastik, barang galian bukan logam, barang logam bukan mesin dan
perlengkapannya, dan peralatan listrik. Perekonomian India hanya signifikan
berpengaruh positif terhadap kinerja industri makanan. Perekonomian
Amerika Serikat dan Jepang, umumnya tidak signifikan berpengaruh positif
terhadap kinerja industri pengolahan yang menjadi fokus dalam Revolusi
Industri 4.0. Sementara itu, dari sisi penawaran secara umum nilai investasi
(Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing
(PMA)) dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap kinerja industri
pengolahan, namun dengan periode waktu, tingkat signifikansi, dan nilai
elastisitas yang berbeda-beda, menurut jenis industri yang menjadi fokus
dalam Revolusi Industri 4.0.
Bila dirinci, dari berbagai literatur yang ada, terdapat berbagai faktor
makroekonomi yang berpengaruh terhadap kinerja industri pengolahan.
Namun, untuk aplikasinya, sangat tergantung dari ketersediaan data yang ada,
karakteristik industri pengolahan yang terkait, dan karakteristik negara atau
wilayah yang dianalisis. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
• Investasi (PMA dan PMDN)
• Tenaga Kerja
• Biaya Tenaga Kerja
• Bahan Baku
• Nilai Tukar
54
• Suku Bunga
• Kredit Perbankan
• Inflasi
• Insentif Pemerintah
• Harga Energi
• Krisis/Resesi
• Infrastruktur Publik
• Modal Manusia (APS SMP)
• Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja
• Pendapatan Nasional Bruto (PNB)
• PDB per Kapita dan Kinerja Ekonomi
• Persentase Angkatan Kerja
• Harga Ekspor
• Kebijakan Ekspor
• Impor Produk Sejenis
• Keterbukaan Perdagangan
• Pendapatan Nasional Bruto
• Indeks Tata Kelola
55
BAB III
METODOLOGI
dengan:
dimana:
56
- ER = nilai tukar rupiah terhadap USD (Rp/USD)
- YTE = PDB Negara Lain Tujuan Ekspor,
- YLain = PDB selain industri terkait
- PDB = PDB Harga Konstan 2010
57
No. Jenis Industri Pengolahan
11 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
12 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
13 Industri Barang Galian Bukan Logam
14 Industri Logam Dasar
15 Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya
16 Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik
17 Industri Peralatan Listrik
18 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
19 Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
20 Industri Alat Angkutan Lainnya
21 Industri Furnitur
22 Industri Pengolahan Lainnya
23 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
58
L = tenaga kerja di industri yang terkait
Sesuai dengan ketersediaan data dan juga terkait dengan industri,
analisis dari sisi penawaran/produksi juga akan dilakukan terhadap 23 jenis
industri pengolahan, seperti yang dirinci dalam Tabel 3.1 sebelumnya.
Sumber
No. Jenis Data
Data
1 PDB Sektor Industri Harga Berlaku dan Konstan (Terinci) BPS
2 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan (Terinci Secara Sektoral) BPS
3 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri (Terinci) BPS
4 Jumlah Penduduk BPS
5 Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Inflasi BPS
6 Nilai Ekspor dan Impor Sektor Industri (Terinci) BPS
7 Rekapitulasi Nasional Data Statistik Industri Besar dan Sedang BPS dan
(SIBS) Kemenperin
8 Realisasi Nilai dan Jumlah Proyek Investasi Sektor Industri (PMA BKPM
dan PMDN)
9 Data Harga Komoditas Bank Dunia
10 Indeks Harga Energi Bank Dunia
11 Suku Bunga (Kredit atau BI Rate) Bank
Indonesia
12 Nilai Tukar Rp terhadap USD Bank
Indonesia
13 Kredit Perbankan OJK dan
Bank
Indonesia
14 Nilai Tukar Rp terhadap USD Bank
Indonesia
15 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Amerika Serikat (AS) Bank Dunia
dan yang
Lainnya
59
Sumber
No. Jenis Data
Data
16 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Tiongkok Bank Dunia
dan yang
Lainnya
17 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Jepang Bank Dunia
dan yang
Lainnya
18 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Uni Eropa (EU) Bank Dunia
dan yang
Lainnya
19 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Belanda Bank Dunia
dan yang
Lainnya
20 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan India Bank Dunia
dan yang
Lainnya
21 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Singapura Bank Dunia
dan yang
Lainnya
22 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Malaysia Bank Dunia
dan yang
Lainnya
23 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Filipina Bank Dunia
dan yang
Lainnya
24 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Thailand Bank Dunia
dan yang
Lainnya
25 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Vietnam Bank Dunia
dan yang
Lainnya
26 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Negara-negara ASEAN Bank Dunia
dan yang
Lainnya
27 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Korea Selatan Bank Dunia
dan yang
Lainnya
28 PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan Australia Bank Dunia
dan yang
Lainnya
29 Insentif Pemerintah (Tax Holiday, Tax Allowance, dll) Pemerintah
30 Data makroekonomi lain yang relevan untuk Setiap Jenis Industri Kemenperin
60
BAB IV
GAMBARAN UMUM VARIABEL MAKROEKONOMI
DAN KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Inflasi
61
Badan Pusat Statistik (BPS) mengubah Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun
dasar untuk penghitungan laju inflasi, dari berdasarkan survei biaya hidup
tahun 2007 menjadi tahun 2012. Perubahan tersebut didasarkan pada adanya
perubahan pola konsumsi masyarakat dimana SBH tahun 2012 dianggap lebih
sesuai dibandingkan SBH tahun 2007. Karena perubahan tersebut untuk
menjaga konsistensi data, data perkembangan inflasi yang digunakan dalam
laporan ini adalah proxy dari deflator PDB, dimana dalam periode 2010Q1
sampai dengan 2019Q1 menggunakan tahun dasar yang sama, yaitu tahun
dasar 2010. Selain itu, deflator PDB juga secara umum lebih luas cakupannya
dibandingkan dengan inflasi yang didasarkan atas IHK, karena terbatas jumlah
komoditas yang diperhitungkan di dalam perhitungan IHK.
Data perkembangan IHK secara kuartalan dari 2010Q1 sampai dengan
2019Q1 dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
62
ditunjukkan oleh nilai deflator PDB yang selalu meningkat antar kuartal. Dari
tahun 2010, inflasi yang terjadi sampai dengan 2019Q1 secara total adalah
sebesar 45%, atau secara rata-rata sebesar 1,23% per kuartal.
1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
0,040
0,035
0,030
0,025
0,020
0,015
0,010
0,005
0,000
-0,005
-0,010
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
63
b. Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
c. PDB Indonesia
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
65
dengan kecenderungan yang melambat bila dilihat selama periode 2010Q1
sampai dengan 2019Q1. Pertumbuhan ekonomi sempat di bawah 5 persen
pada beberapa kuartal di tahun 2014 sampai dengan 2016Q1, namun
meningkat lagi di atas 5 persen sejak 2016Q2.
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
-1,00
-2,00
-3,00
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Nilai tukar atau kurs menunjukkan harga mata uang domestik terhadap
mata uang asing. ketika nilai tukar mengalami peningkatan maka Rupiah
mengalami depresiasi, sedangkan ketika nilai tukar mengalami penurunan
maka Rupiah mengalami apresiasi. Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat
bahwa secara rata-rata nilai kurs rupiah terhadap US$ selama periode 2010Q1
sampai dengan 2019Q1 secara umum mengalami depresiasi, baik untuk kurs
jual, kurs tengah maupun kurs beli. Nilai kurs rupiah terhadap US$ pernah
66
mengalami apresiasi yaitu dalam periode 2014Q2 dan 2016Q2-2016Q3,
namun kembali mengalami depresiasi dalam kuartal-kuartal berikutnya.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
67
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber: CEIC, 2019
Gambar 4.8. PDB Amerika Serikat Atas Dasar Harga Konstan 2012
Tahun 2010Q1-2019Q1 (Triliun US$)
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
-1,0
-2,0
-3,0
-4,0
-5,0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
f. PDB Jepang
68
nilai PDB Jepang secara triwulanan mengalami peningkatan, walaupun
fluktuatif. Perekonomian Jepang dalam kuartal 1 (Q1) dan kuartal 2 (Q2)
umumnya tumbuh secara negatif, kemudian meningkat pada kuartal 3 (Q3)
dan puncaknya terjadi pada kuartal 4 (Q4). Hal tersebut cukup berbeda dengan
siklus yang terjadi dalam perekonomian Indonesia.
140
135
130
125
120
115
110
105
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2,60
2,50
2,40
2,30
2,20
2,10
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
70
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
h. PDB Tiongkok
71
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
20
15
10
5
0
-5
-10
-15
-20
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
i. PDB India
72
khususnya mulai tahun 2014, dimana sejak tahun 2014, pertumbuhan PDB
India selalu positif untuk setiap kuartalnya.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 4.16. PDB India Atas Dasar Harga Konstan 2011 Tahun
2010Q1-2019Q1 (Triliun Rupee)
12
10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
73
j. Investasi di Sektor Industri Pengolahan
74
Sumber: BKPM, 2019
Gambar 4.19. Investasi PMDN di Sektor Industri Pengolahan
Tahun 2010Q1-2019Q1 (Rp. Triliun)
75
Tabel 4.1. Investasi di Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Jenis Indusri Tahun 2010Q1-2019Q1 (Rp.
Triliun)
PMDN dan PMA 2010 2011 2012 2013 2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
(10-2015) Industri makanan 1.41 4.40 6.27 6.34 3.73 4.41 2.88 4.29 4.38 6.09 3.44 6.65 5.81 8.30 7.08 8.11 10.14 17.89 9.02 8.84
(11-2015) Industri minuman 0.44 0.80 0.11 0.01 0.38 0.37 0.60 0.13 0.18 0.07 0.37 1.51 0.49 0.20 1.23 1.30 1.09 0.41 0.58 1.86
(12-2015) Industri 0.00 2.91 0.03 1.77 0.00 0.28 0.01 0.57 0.30 0.46 3.10 1.39 1.61 1.77 1.40 0.14 2082 1.59 0.24 2.21
pengolahan tembakau
(13-2015) Industri tekstil 0.16 0.09 0.87 0.25 0.55 0.16 2.11 1.09 1.38 1.32 2.92 1.93 2.81 1.39 2.80 1.42 1.01 0.73 1.70 1.18
(14-2015) Industri pakaian 0.03 0.05 0.15 0.20 0.14 0.25 0.71 0.33 0.31 0.78 0.03 0.19 0.27 0.35 0.27 0.85 0.53 0.41 0.72 0.17
jadi
(15-2015) Industri kulit, 0.00 0.10 0.35 0.74 0.54 0.52 0.53 0.66 0.65 0.51 0.11 0.29 0.25 0.04 0.17 0.68 1.80 0.20 0.19 0.41
barang dari kulit
(16-2015) Industri kayu 0.00 0.05 0.09 0.70 0.01 0.75 0.11 0.08 0.14 0.00 0.06 0.58 0.06 0.12 0.42 0.21 0.14 0.03 0.56 0.61
(17-2015) Industri kertas dan 0.01 0.21 0.30 0.96 0.37 4.00 0.92 4.54 2.38 5.32 7.02 4.84 6.56 5.62 4.01 2.23 6.97 1.65 2.78 0.56
barang dari kertas
(18-2015) percetakan dan 0.00 0.03 0.00 0.00 0.01 0.04 0.02 0.09 0.05 0.14 0.14 0.00 0.01 0.07 0.12 0.04 0.06 0.02 0.16 0.22
reproduksi media rekaman
(20-2015) Industri bahan 2.33 2.13 2.80 0.69 2.98 3.63 1.77 2.36 3.53 8.19 4.68 2.44 6.97 4.70 6.32 7.85 5.76 7.01 5.73 7.25
kimia
(21-2015) Industri farmasi 0.00 0.00 0.03 0.09 0.25 0.20 0.11 0.04 0.41 0.20 0.11 0.13 0.39 0.37 0.45 0.74 1.12 0.13 0.03 0.22
(22-2015) Industri karet dan 0.18 0.41 0.50 0.46 1.72 1.62 1.63 0.55 2.74 2.54 2.47 1.26 1.67 0.79 2.03 3.41 1.20 3.96 1.10 2.32
barang dari karet
(23-2015) Industri barang 0.02 0.58 1.34 0.52 2.48 1.16 2.50 2.22 1.62 2.34 6.27 1.86 1.58 4.30 5.47 2.53 6.13 3.35 7.52 5.79
galian bukan logam
(24-2015) Industri logam 0.66 0.26 0.34 0.30 0.66 1.82 3.96 4.30 2.02 6.46 1.70 10.5 8.66 6.71 4.48 6.59 2.89 3.02 5.71 7.87
dasar
(25-2015) Industri barang 0.27 0.12 0.16 0.58 0.42 1.19 0.74 0.24 0.54 0.25 1.02 0.25 0.56 0.10 2.32 1.20 0.63 0.56 0.54 0.34
logam, bukan mesin dan
peralatannya
(26-2015) Industri komputer, 0.35 0.06 0.19 0.12 0.99 0.12 0.41 0.44 1.34 0.84 0.38 0.53 0.34 0.65 2.66 0.71 0.18 0.36 2.32 1.22
barang elektronik dan optik
(27-2015) Industri peralatan 0.57 0.43 0.28 0.36 1.09 0.69 0.19 0.42 0.52 0.75 0.85 0.19 1.27 1.57 1.20 0.55 1.37 0.57 0.33 2.49
listrik
(28-2015) Industri mesin dan 0.27 0.07 0.25 0.51 0.37 2.82 1.12 0.64 0.53 0.24 0.32 1.17 1.04 0.46 0.46 0.89 1.01 1.21 1.19 1.08
perlengkapan ytdl
(29-2015) Industri kendaraan 0.67 0.05 1.78 0.84 1.83 0.48 1.14 2.51 2.12 2.39 4.81 4.99 8.39 9.06 9.10 8.75 4.96 4.52 6.06 4.85
bermotor, trailer dan semi
trailer
(30-2015) Industri alat 0.04 0.04 0.25 0.25 0.11 0.21 0.80 0.24 1.98 0.94 0.51 0.22 0.05 1.41 2.00 2.44 2.40 0.39 0.90 0.88
angkutan lainnya
(31-2015) Industri furnitur 0.01 0.00 0.00 0.12 0.06 0.14 0.10 0.05 0.07 0.24 0.02 0.21 0.13 0.27 0.32 0.05 0.12 0.44 0.03 0.87
(32-2015) Industri 0.00 0.00 0.00 0.11 0.01 0.11 0.04 0.05 0.01 0.02 0.33 0.08 0.06 0.05 0.05 0.37 0.03 0.14 0.11 0.05
pengolahan lainnya
(32-2015) Reparasi dan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.05 0.15 0.01 0.00 0.00 0.03 0.00 0.01 0.11 0.04 0.02 0.26
pemasangan mesin
PMDN dan PMA 2015 2016 2017 2018 2019
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
(10-2015) Industri makanan 11.12 7.34 8.03 7.38 12.38 11.48 14.17 12.96 15.24 13.48 7.80 15.21 11.38 15.64 12.84 12.87 12.85
(11-2015) Industri minuman 1.31 2.45 1.40 1.64 2.32 1.95 1.48 1.04 2.79 2.02 1.53 1.20 0.93 1.42 0.63 0.76 0.70
(12-2015) Industri 0.64 0.83 0.37 2.36 0.55 1.23 0.03 0.57 0.44 3.41 0.74 1.04 0.31 0.34 0.26 0.40 1.21
pengolahan tembakau
(13-2015) Industri tekstil 0.95 1.75 1.65 2.25 2.77 0.58 1.00 0.58 2.93 3.69 2.24 1.76 1.17 2.56 1.46 0.76 0.47
(14-2015) Industri pakaian 0.38 0.86 0.50 0.25 0.85 0.93 0.44 0.34 0.47 0.40 0.49 0.88 0.50 0.47 0.57 0.45 0.23
jadi
(15-2015) Industri kulit, 0.15 0.73 0.85 0.46 0.36 0.82 0.65 0.16 1.97 0.63 0.96 1.58 1.15 1.23 0.29 1.06 1.30
barang dari kulit
(16-2015) Industri kayu 0.27 0.19 1.03 0.32 0.77 3.53 0.44 1.97 0.38 1.63 4.19 0.64 0.53 1.08 1.38 2.55 0.53
(17-2015) Industri kertas dan 2.21 2.32 4.56 6.39 26.73 6.97 3.86 4.75 3.67 7.54 3.00 2.08 2.54 4.78 0.75 3.11 0.90
barang dari kertas
(18-2015) percetakan dan 0.06 0.10 0.02 0.43 0.01 0.23 0.13 0.03 0.22 0.06 0.29 0.09 0.63 0.20 0.09 0.29 0.07
reproduksi media rekaman
(20-2015) Industri bahan 8.29 10.82 12.13 10.33 16.24 10.04 13.88 10.86 8.35 9.84 12.22 6.21 8.49 6.36 6.15 0.41 3.40
kimia
(21-2015) Industri farmasi 0.23 0.18 0.18 0.41 0.57 0.86 1.95 0.90 0.82 0.32 3.20 1.07 1.71 0.53 1.84 6.42 1.97
(22-2015) Industri karet dan 2.47 3.62 3.69 3.25 3.51 2.30 3.75 3.84 4.98 2.63 2.12 3.56 2.76 3.34 1.15 3.67 2.08
barang dari karet
(23-2015) Industri barang 5.56 8.76 8.79 14.94 6.52 14.86 4.04 4.33 4.20 2074 4.55 5.14 4.05 2.21 1.60 2.46 2.49
galian bukan logam
76
(24-2015) Industri logam 6.00 7.95 9.18 10.88 8.85 9.03 13.47 14.98 11.04 14.30 11.35 7.52 9.46 7.82 9.21 3.19 10.95
dasar
(25-2015) Industri barang 2.07 1.55 0.45 1.53 0.48 1.97 1.30 0.79 2.31 1.43 1.85 1.20 1.59 2050 0.64 9.94 03.38
logam, bukan mesin dan
peralatannya
(26-2015) Industri komputer, 0.12 0.48 0.20 0.89 0.17 0.37 0.16 1.28 0.30 0.52 3.48 0.52 8.89 1.08 0.42 0.81 0.43
barang elektronik dan optik
(27-2015) Industri peralatan 1.03 0.47 0.59 1.03 0.69 0.87 2.10 1.57 1.21 0.42 1.41 1.46 2.17 0.59 0.56 1.41 0.20
listrik
(28-2015) Industri mesin dan 2.12 0.90 1.68 0.42 1.37 1.31 1.30 1.36 0.40 0.85 0.77 2.07 0.94 1.49 0.88 0.77 0.38
perlengkapan ytdl
(29-2015) Industri kendaraan 6.50 5.30 6.90 1.05 4.70 5.99 7.84 4.09 4.56 3.80 2.57 1.16 2.51 1.38 6.62 1.37 0.82
bermotor, trailer dan semi
trailer
(30-2015) Industri alat 3.28 0.31 0.50 0.53 7.20 0.38 1.82 1.29 2.36 2.54 0.58 0.72 0.88 0.88 1.27 1.95 0.42
angkutan lainnya
(31-2015) Industri furnitur 0.24 0.10 0.13 0.43 0.37 0.19 0.13 0.21 0.28 0.58 0.17 5.45 0.34 0.39 0.63 0.70 0.14
(32-2015) Industri 0.10 0.03 0.08 0.10 0.04 0.36 0.10 0.13 0.10 0.43 0.12 0.09 0.23 0.17 0.17 0.27 0.93
pengolahan lainnya
(32-2015) Reparasi dan 0.04 0.03 0.10 0.03 0.05 0.02 0.35 0.21 0.02 0.08 0.38 0.09 1.24 0.18 0.15 0.33 0.05
pemasangan mesin
Sumber: BKPM, 2019
k. Tenaga Kerja di Sektor Industri Pengolahan
Jumlah tenaga kerja sektor industri pengolahan mengalami
peningkatan sepanjang periode 2010Q1-2019Q1, dengan peningkatan yang
relatif stabil, seperti yang terinci dalam Tabel 4.2. Jumlah tenaga kerja
terbanyak secara rata-rata berada di industri makanan, yang diikuti oleh
industri pakaian jadi, industri kayu, barang dari kayu, gabus (tidak termasuk
furnitur dan anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, industri tekstil, dan
industri barang galian bukan logam yang rata-ratanya mampu menyerap
tenaga kerja lebih dari 1 juta orang.
77
Tabel 4.2. Tenaga Kerja di Sektor Industri Pengolahan Tahun 2010Q1-
2019Q1 Menurut Jenis Industri (Juta Orang)
78
l. Korelasi Antar Variabel Makroekonomi
79
dalam ekonometrika yang mampu untuk mengatasi masalah jebakan
multikolinieritas (korelasi yang tinggi antar variabel bebas) adalah dengan
menggunakan sistem persamaan simultan. Oleh karena itu, dalam pendekatan
sisi permintaan/penggunaan, persamaan yang akan digunakan adalah sistem
persamaan simultan.
80
pengolahan secara keseluruhan. Diantara ke-24 jenis industri pengolahan,
industri makanan memiliki nilai PDB dan kontribusi tertinggi terhadap
industri pengolahan secara keseluruhan dengan nilai PDB mencapai lebih dari
Rp. 200 triliun (berdasarkan harga berlaku) dan kontribusi di atas 30% pada
tahun 2019Q1 terhadap keseluruhan sektor industri pengolahan non migas.
Kemudian jika dilihat dari Gambar 4.23, nilai pertumbuhan masing-masing
jenis industri dari kuartal ke kuartal (q to q) mengalami pertumbuhan yang
fluktuatif, dimana terdapat pertumbuhan yang positif dan juga terjadi
pertumbuhan yang negatif di waktu yang lain.
25
20
15
10
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Industri Makanan Minuman Tembakau
Kare dan Plastik Galian bukan Logam Logam Dasar Logam Bukan Mesin
81
40,0
35,0
30,0
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Makanan Minuman Tembakau Tekstil Pakaian Jadi
Farmasi Kare dan Plastik Galian bukan Logam Logam Dasar Logam Bukan Mesin
Makanan 25,5 26,2 27,3 27,0 26,9 27,6 27,6 27,7 27,6 28,4 29,1 28,7 27,1 28,1 28,6 28,6 28,3 29,6 29,8 29,2
Minuman 1,8 1,6 1,6 1,7 1,7 1,7 1,8 1,6 1,6 1,6 1,5 1,6 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4 1,5 1,5 1,5
Tembakau 5,3 5,4 5,3 5,0 4,7 4,8 5,0 5,1 5,0 5,2 5,0 4,6 4,6 4,6 4,7 4,9 4,9 4,8 4,8 4,8
Tekstil 3,4 3,5 3,2 3,0 3,0 2,9 2,8 2,8 2,7 2,5 2,4 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,0 2,0 2,0 2,0
Pakaian Jadi 4,2 3,9 4,2 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,7 4,9 5,0 5,1 5,2 5,4 5,3 5,2 5,3 5,4 5,2 5,0
Kulit dan Alas Kaki 1,4 1,6 1,5 1,6 1,7 1,6 1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Kayu 4,6 4,3 4,3 4,5 4,2 4,0 3,9 4,0 3,8 3,6 3,7 3,8 3,8 3,8 3,7 3,7 3,8 3,8 3,7 3,7
Kertas 5,0 5,0 4,8 5,0 4,8 4,7 4,5 4,8 4,6 4,3 4,1 4,1 4,3 4,1 3,9 3,8 4,1 4,1 3,9 3,7
Pencetakan 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Kimia 6,7 6,9 6,5 6,5 6,6 6,5 6,2 6,4 6,4 6,3 6,7 7,4 7,2 6,9 6,9 6,8 6,9 6,7 6,6 6,8
Farmasi 2,2 2,4 2,2 2,4 2,4 2,4 2,7 2,9 3,0 2,9 2,8 2,6 2,5 2,5 2,6 2,6 2,8 2,5 2,5 2,6
Karet dan Plastik 5,5 5,2 5,1 5,0 4,9 5,2 4,9 4,9 5,3 5,4 4,8 4,5 4,8 4,6 4,6 4,6 4,8 4,4 4,4 4,2
Galian bukan Logam 4,0 3,9 3,9 4,0 4,1 4,0 4,0 3,9 4,0 4,1 4,1 4,0 4,0 3,9 4,0 3,9 3,8 3,7 3,8 4,0
82
2010 2011 2012 2013 2014
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Logam Dasar 4,2 4,4 4,3 4,1 4,5 4,3 4,4 4,8 4,1 4,0 4,3 4,2 4,4 4,4 4,3 4,4 4,3 4,4 4,4 4,5
Logam Bukan Mesin 3,8 4,1 4,2 4,4 4,4 4,3 4,6 4,5 4,6 4,6 4,7 4,8 5,0 5,0 4,7 4,9 4,7 4,7 4,8 5,2
Komputer 4,6 4,0 4,1 3,8 3,7 3,8 3,6 3,6 3,5 3,8 3,9 3,9 4,0 4,0 4,0 3,8 3,8 3,6 3,6 3,4
Peralatan Listrik 2,0 1,9 2,0 2,2 2,1 2,4 2,2 2,1 2,3 2,4 2,3 2,3 2,4 2,5 2,3 2,3 2,3 2,4 2,5 2,5
Mesin 1,7 1,9 1,9 1,9 1,9 2,0 1,9 1,7 2,0 1,8 1,7 1,5 1,6 1,5 1,6 1,5 1,7 1,6 1,6 1,6
Kendaraan Bermotor 4,7 5,1 5,5 5,9 6,1 5,6 6,4 5,9 5,7 5,7 5,6 6,1 6,3 6,2 5,9 6,0 6,0 5,9 5,9 6,2
Angkutan Lainnya 6,2 5,5 4,7 4,4 4,6 4,2 4,3 4,4 4,5 4,3 4,3 4,4 4,7 4,9 5,0 5,1 5,0 4,8 4,8 5,0
Furnitur 1,5 1,5 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,4 1,4 1,4 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Lainnya 1,1 1,1 1,1 0,9 1,0 1,0 0,9 0,8 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 0,9 0,9 0,9 0,8 0,9
Jasa Reparasi 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
2015 2016 2017 2018 2019
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan 29,1 30,6 30,4 29,9 30,0 31,7 32,1 31,1 31,0 32,7 33,2 33,8 33,4 34,0 34,2 33,0 33,8
Minuman 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,2 1,3 1,2 1,3 1,4 1,3 1,4 1,5
Tembakau 4,7 4,8 4,9 5,1 4,7 4,7 4,7 4,8 4,6 4,6 4,5 4,3 4,2 4,5 4,5 4,6 4,6
Tekstil 2,0 1,9 1,9 2,0 2,0 1,9 1,9 1,9 1,9 1,8 1,8 1,9 1,8 1,8 1,8 1,9 1,9
Pakaian Jadi 4,9 4,6 4,5 4,4 4,5 4,4 4,2 4,3 4,3 4,4 4,2 4,4 4,5 4,6 4,5 4,7 5,3
Kulit dan Alas Kaki 1,4 1,4 1,3 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5 1,5 1,4 1,3 1,4 1,5 1,5 1,4 1,5 1,4
Kayu 3,7 3,5 3,4 3,5 3,6 3,5 3,3 3,3 3,4 3,3 3,2 3,3 3,3 3,2 3,1 3,0 2,9
Kertas 3,8 3,7 3,7 3,6 3,6 3,7 3,7 3,6 3,7 3,5 3,4 3,3 3,2 3,2 3,4 3,4 3,3
Pencetakan 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5
Kimia 7,2 6,6 6,7 6,4 6,5 6,5 6,7 7,0 6,9 6,9 6,7 5,9 5,8 6,2 6,0 6,1 6,2
Farmasi 2,8 2,7 2,8 3,0 3,1 3,0 3,1 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,2 3,1 3,0 3,0 3,3
Karet dan Plastik 4,4 4,6 4,5 4,3 4,0 3,9 3,8 3,9 4,1 3,7 3,6 3,8 4,0 3,9 3,9 3,7 3,6
Galian bukan Logam 3,8 3,8 3,8 4,0 3,9 3,8 3,9 4,0 3,8 3,5 3,7 3,8 3,8 3,4 3,6 3,7 3,4
Logam Dasar 4,5 4,5 4,4 4,5 4,6 4,3 4,1 4,3 4,3 4,4 4,3 4,3 4,5 4,3 4,5 4,8 4,7
Logam Bukan Mesin 5,2 5,2 5,1 5,5 5,5 5,0 5,1 5,2 5,4 5,3 5,2 5,3 5,4 5,4 5,3 5,4 5,0
Komputer 3,5 3,5 3,5 3,6 3,6 3,6 3,8 3,7 3,7 3,4 3,5 3,2 3,1 3,0 2,7 2,7 2,8
Peralatan Listrik 2,4 2,5 2,5 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,2 2,0 2,1 2,2 2,2 2,3
Mesin 1,5 1,6 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,6 1,6 1,7 1,7 1,6 1,8 1,7 1,7 1,8 1,7
Kendaraan Bermotor 6,1 5,8 6,2 6,3 6,3 6,1 6,0 6,1 6,3 5,8 6,0 5,9 6,0 5,5 6,0 6,0 5,4
Angkutan Lainnya 4,8 4,4 4,4 4,4 4,5 4,5 4,5 4,5 4,3 4,4 4,5 4,7 4,7 4,6 4,5 4,5 4,1
Furnitur 1,4 1,5 1,4 1,4 1,4 1,4 1,3 1,3 1,4 1,4 1,3 1,3 1,4 1,3 1,3 1,3 1,5
Lainnya 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Jasa Reparasi 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Sumber: BPS, 2019
83
600
500
400
300
200
100
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Industri Makanan Minuman Tembakau Tekstil
Kimia Farmasi Kare dan Plastik Galian bukan Logam Logam Dasar
84
2010 2011 2012 2013 2014
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
-
Komputer 10,8 4,4 -8,0 -0,6 8,4 -3,2 -0,5 -1,2 12,3 4,0 1,3 0,3 4,2 2,1 -4,5 -1,5 -0,2 0,5 -4,6
Peralatan Listrik -3,0 5,0 10,0 -0,2 15,4 -4,2 -4,2 9,2 7,0 -2,5 3,7 2,0 6,9 -4,3 -1,1 1,8 8,9 4,1 2,0
Mesin 11,9 5,6 -2,3 4,5 7,5 -6,4 -7,9 16,1 -6,0 -4,1 -7,6 5,5 -3,1 3,0 1,2 7,6 -0,1 -1,5 0,8
Kendaraan Bermotor 11,6 10,7 7,7 3,7 -3,4 16,0 -8,0 -2,2 3,5 -0,7 10,4 3,2 1,2 -3,1 2,3 -0,9 2,2 1,7 6,1
-
Angkutan Lainnya -8,9 12,9 -6,2 5,6 -3,8 4,1 2,6 2,7 -2,2 2,7 3,3 7,4 7,6 2,7 2,4 -2,7 1,6 -0,2 4,6
Furnitur 1,7 4,2
5,1 0,5 2,3 3,1 -1,4 -0,1 -6,1 3,0 0,2 2,3 2,1 -1,1 1,0 0,5 3,4 -0,3 0,0
- -
Lainnya 7,1 -2,5 19,6 19,6 8,4 -7,6 15,0 19,3 -4,1 -0,4 -4,9 -3,4 6,2 4,7 5,2 0,6 2,0 -3,0 4,1
Jasa Reparasi 5,3 -3,7 -0,8 -6,1 -0,5 -0,3 1,1 9,3 -6,1 6,7 -6,6 -1,5 0,9 3,2 -0,2 -6,6 -0,9 2,6 4,4
2015 2016 2017 2018 2019
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan -0,9 9,6 0,0 -1,4 -0,1 9,9 1,9 -3,7 0,3 8,7 4,0 0,9 -1,0 4,4 3,6 -4,6 2,9
Minuman -2,2 0,3 -1,0 0,5 0,0 3,9 -4,0 0,3 -4,0 0,6 3,3 -2,8 6,2 6,9 0,4 5,4 8,7
Tembakau -2,9 6,1 4,4 3,3 -8,1 3,8 1,5 2,0 -4,4 1,9 2,3 -7,0 -1,6 10,3 2,6 0,6 2,0
Tekstil -0,5 1,9 -1,0 3,7 0,8 -1,8 0,1 1,0 1,6 -1,3 2,1 1,2 -2,0 -0,7 6,8 3,6 -1,2
Pakaian Jadi -2,9 -1,1 -2,4 -2,6 2,0 2,4 -3,0 0,6 0,2 7,2 -2,6 3,1 3,1 5,3 0,4 2,9 13,2
Kulit dan Alas Kaki -3,3 4,2 -2,1 7,4 -0,1 3,6 -1,5 4,2 1,9 0,0 -6,7 2,3 10,5 5,6 -8,8 5,4 -2,6
Kayu -1,8 -0,5 -3,0 3,6 3,2 -0,6 -3,7 -0,3 1,3 0,7 -0,3 3,2 0,4 -0,9 -1,0 -3,1 -3,8
Kertas 2,9 0,6 1,5 -2,8 -1,4 7,9 -0,4 -2,1 2,8 -2,1 0,3 -6,0 -0,2 1,6 9,9 -1,7 -2,0
Pencetakan -0,4 3,1 0,9 -0,1 -0,5 3,7 -0,1 3,7 -2,0 3,9 1,8 -3,4 9,4 1,2 0,1 4,8 15,3
-
Kimia 5,2 -4,5 1,3 -4,1 0,6 5,0 3,7 4,1 -0,9 2,1 0,5 13,5 -1,3 9,5 0,2 1,3 2,0
Farmasi 10,2 0,1 4,5 4,9 3,0 1,8 2,5 -2,3 3,9 3,5 -1,1 3,3 1,7 0,1 0,1 -0,3 8,3
Karet dan Plastik 4,6 8,0 -1,6 -2,4 -7,6 -0,3 -1,9 4,0 5,0 -7,6 0,1 6,1 5,0 0,2 0,6 -4,6 -2,8
Galian bukan Logam -5,6 5,0 0,2 4,4 -2,2 1,1 4,3 0,3 -4,7 -3,8 7,0 3,6 -1,5 -7,9 10,0 2,3 -8,4
Logam Dasar -0,1 3,3 -1,0 1,7 3,0 -3,5 -3,9 4,4 1,1 5,2 1,2 -0,6 3,9 -2,1 6,9 6,2 -2,4
Logam Bukan Mesin -0,9 3,6 -0,4 8,1 -0,6 -5,5 2,6 2,1 3,6 1,5 1,1 -0,6 2,8 2,3 2,4 -0,2 -7,6
Komputer 1,9 4,4 -0,1 4,4 0,7 1,4 6,4 -1,9 0,2 -4,0 4,2 -7,8 -4,7 -0,1 -7,2 -0,8 4,5
Peralatan Listrik -4,7 5,2 0,4 -4,2 -1,1 3,1 0,8 -1,4 -2,7 1,5 3,1 -1,3 -7,2 7,9 6,1 -0,5 2,9
Mesin -2,1 7,0 8,7 0,4 -0,8 1,3 0,0 -5,0 4,1 7,5 0,0 -2,2 9,8 -3,1 0,1 7,5 -2,9
Kendaraan Bermotor -2,5 -0,6 6,7 2,4 -0,6 0,4 -0,8 2,4 2,5 -3,9 4,9 -2,3 2,2 -6,3 13,4 -1,3 -9,8
Angkutan Lainnya -3,8 -4,4 1,0 -0,8 2,4 4,1 0,2 -0,6 -2,5 4,4 4,2 5,1 -1,1 0,0 0,3 -1,1 -7,5
Furnitur 1,9 5,5 -2,3 -1,7 -0,1 4,2 -2,8 0,0 3,0 1,1 1,2 -1,5 2,4 0,2 0,1 0,5 12,1
Lainnya -0,6 4,8 -0,9 -3,8 -1,0 -0,6 -0,3 -1,5 1,6 -2,2 0,5 -2,6 2,0 -1,80,7 4,4 6,2
-
Jasa Reparasi 1,3 0,0 12,2 0,1 -4,2 9,4 -8,3 0,1 -1,4 3,0 2,8 -3,6 -0,1 -8,4 -3,0 13,3 20,2
85
Tabel 4.6. Pertumbuhan Masing-Masing Jenis Sektor Industri
Pengolahan Tanpa Migas Tahun 2010Q1-2019Q1 (Persen, dan yoy)
2010 2011 2012 2013 2014
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan 11,6 13,2 8,6 11,2 9,7 9,8 13,1 11,2 4,3 5,4 2,7 4,5 10,0 11,3 10,2 7,8
Minuman -2,1 12,6 20,9 5,5 2,4 0,5 -6,2 2,7 0,5 2,1 2,1 1,1 -0,9 2,0 7,3 3,7
Tembakau -5,9 -4,9 0,6 9,6 13,9 16,1 8,1 -1,6 -1,9 -5,5 -3,2 10,1 11,3 10,0 8,9 3,6
- - -
Tekstil -8,0 11,5 -7,9 1,8 -2,1 -6,3 -7,8 12,3 11,7 -7,7 -5,2 -1,9 -5,2 -4,5 -2,5 -4,4
Pakaian Jadi 15,7 28,5 15,4 9,2 8,1 13,5 16,8 18,3 18,3 16,3 12,0 7,6 6,6 5,6 3,0 0,7
Kulit dan Alas Kaki 25,2 9,3 10,5 0,7 -9,9 -8,0 -4,4 1,0 2,3 3,9 7,8 6,9 6,4 7,8 4,1 4,3
Kayu -4,1 -0,1 -2,6 -3,9 -2,0 -5,3 1,4 2,6 5,7 13,4 4,1 2,1 5,9 5,1 7,1 6,4
Kertas 3,1 3,1 1,4 4,4 1,7 -3,3 -2,0 -8,7 -1,5 0,3 -1,9 -2,1 0,6 6,0 6,4 2,4
Pencetakan 23,1 20,2 6,8 11,7 9,0 -4,0 -2,2 -0,6 8,1 17,3 9,9 -1,0 -6,0 -1,9 4,5 7,6
Kimia 4,3 1,8 2,6 6,7 4,2 3,2 16,0 24,3 19,2 16,0 7,9 -3,1 0,7 3,8 0,8 6,3
Farmasi 17,9 8,7 34,4 29,6 30,8 27,2 8,0 -1,6 -9,0 -8,8 -2,5 1,4 15,9 5,4 2,0 6,0
Karet dan Plastik -6,9 7,4 3,0 5,3 16,9 9,1 5,4 -0,8 -4,5 -8,3 -0,9 7,4 5,4 1,3 1,9 -3,9
Galian bukan Logam 9,0 9,7 8,7 3,9 2,5 8,2 10,0 10,9 6,4 1,9 1,8 3,4 1,1 0,2 0,8 7,5
Logam Dasar 13,3 5,0 11,3 25,2 -2,6 -1,8 3,5 -5,1 14,3 17,2 6,5 9,2 3,0 5,5 7,6 7,8
Logam Bukan Mesin 24,0 14,8 16,5 11,9 11,4 13,6 11,3 13,0 14,2 14,1 4,6 7,0 0,5 -0,7 7,5 13,1
-
Komputer 14,7 3,6 -4,0 3,7 3,1 6,8 14,8 16,9 18,7 10,1 8,1 2,0 0,1 -4,2 -5,6 -5,7
Peralatan Listrik 11,8 33,0 21,3 5,8 15,7 7,2 9,0 17,9 10,2 10,1 8,1 3,1 2,9 4,8 14,1 17,7
-
Mesin 20,6 15,9 2,8 -3,1 7,6 -5,9 -3,7 -3,4 12,2 -9,6 -2,8 6,4 8,6 12,1 7,2 6,8
Kendaraan Bermotor 37,9 19,5 25,2 7,0 0,9 8,0 -7,5 10,9 17,1 14,5 11,7 3,5 -0,5 0,4 5,4 9,4
- -
Angkutan Lainnya 21,3 17,0 -0,8 8,5 5,5 7,3 5,8 6,5 11,4 22,5 22,6 21,6 10,1 4,0 1,0 3,2
Furnitur 11,8 12,5 11,4 4,5 4,0 -4,6 -4,6 -3,1 -0,8 7,8 3,5 4,3 2,4 3,7 4,6 3,6
- -
Lainnya 0,4 1,6 -3,7 1,8 1,6 10,2 -3,2 8,3 12,3 -2,9 2,1 13,0 17,6 13,0 4,7 3,6
-
Jasa Reparasi -5,4 10,7 -7,5 -5,9 9,7 3,5 10,8 2,4 -7,8 -0,9 -4,2 2,3 -3,0 -4,8 -5,3 -0,8
2015 2016 2017 2018 2019
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan 8,2 8,8 7,5 7,1 8,0 8,3 10,4 7,9 8,3 7,1 9,3 14,5 13,0 8,5 8,0 2,1 6,1
Minuman 8,0 2,1 -4,5 -2,5 -0,3 3,3 0,2 0,0 -4,0 -7,1 0,0 -3,6 6,6 13,2 10,1 20,1 23,0
Tembakau 0,4 4,6 8,6 11,1 5,2 2,9 0,0 -1,3 2,7 0,8 1,6 -7,3 -4,6 3,3 3,6 12,1 16,1
Tekstil 1,0 1,7 0,2 4,1 5,4 1,5 2,6 0,0 0,8 1,4 3,5 3,6 0,0 0,6 5,1 7,7 8,5
Pakaian Jadi -2,7 -9,0 -8,7 -8,7 -4,1 -0,7 -1,4 1,9 0,1 4,8 5,3 7,7 10,8 8,9 12,2 12,2 23,2
Kulit dan Alas Kaki 3,7 3,9 2,5 5,8 9,3 8,7 9,4 6,2 8,3 4,5 -1,0 -2,8 5,5 11,4 8,8 12,1 -1,1
Kayu 1,4 -2,1 -4,0 -1,8 3,2 3,1 2,3 -1,5 -3,3 -2,1 1,4 4,9 3,9 2,3 1,6 -4,6 -8,6
Kertas -1,1 -4,2 0,7 2,2 -2,0 5,1 3,0 3,7 8,1 -1,9 -1,1 -5,0 -7,8 -4,3 4,8 9,6 7,6
Pencetakan 7,8 5,2 4,3 3,5 3,4 4,0 3,0 6,9 5,2 5,4 7,4 0,1 11,7 8,9 7,1 16,2 22,5
- -
Kimia 10,5 3,7 6,3 -2,4 -6,7 2,5 5,0 14,0 12,4 9,3 5,9 12,0 12,4 -6,0 -6,3 9,7 13,4
Farmasi 7,4 15,2 20,5 21,0 13,1 15,0 12,8 5,0 5,9 7,7 3,9 9,9 7,5 3,9 5,1 1,5 8,1
- -
Karet dan Plastik -3,5 8,6 7,0 8,5 -4,2 11,6 11,8 -6,1 6,7 -1,0 1,0 3,1 3,2 11,9 12,3 1,0 -6,5
Galian bukan Logam 5,0 9,1 6,6 3,7 7,4 3,5 7,7 3,4 0,8 -4,2 -1,7 1,6 5,0 0,5 3,4 2,1 -5,1
Logam Dasar 9,1 7,5 4,6 3,9 7,2 0,1 -2,9 -0,3 -2,2 6,7 12,5 7,0 10,0 2,4 8,1 15,5 8,6
86
Logam Bukan Mesin 15,7 16,9 11,7 10,5 10,8 1,1 4,2 -1,6 2,6 10,2 8,6 5,74,9 5,7 7,1 7,4 -3,4
- - -
Komputer -2,5 2,1 1,4 11,0 9,6 6,5 13,4 6,5 6,0 0,4 -1,7 -7,6 12,1 -8,5 18,5 12,3 -3,9
Peralatan Listrik 10,1 6,4 2,6 -3,6 0,1 -2,0 -1,6 1,3 -0,3 -1,7 0,5 0,5 -4,1 1,9 4,8 5,7 17,2
Mesin -2,8 4,0 14,9 14,4 16,0 9,8 0,9 -4,5 0,2 6,3 6,3 9,5 15,5 4,2 4,2 14,5 1,3
Kendaraan Bermotor 7,5 4,7 9,8 5,9 8,0 9,0 1,3 1,3 4,5 0,0 5,8 0,9 0,7 -1,8 6,1 7,2 -5,4
Angkutan Lainnya 2,1 -4,0 -2,8 -7,8 -1,9 6,8 6,0 6,2 1,1 1,4 5,4 11,5 13,1 8,4 4,4 -1,7 -8,1
Furnitur 5,1 7,2 5,1 3,3 1,2 -0,1 -0,5 1,2 4,4 1,3 5,4 3,6 2,9 2,0 0,9 3,1 12,9
Lainnya 2,5 5,3 7,4 -0,6 -1,1 -6,2 -5,6 -3,4 -0,8 -2,4 -1,6 -2,7 -2,2 -1,9 -1,8 5,3 9,6
- -
Jasa Reparasi 7,5 8,5 18,7 13,8 7,7 17,8 -3,8 -3,7 -1,0 -6,9 4,4 1,6 3,0 -8,4 13,6 0,6 19,7
Sumber: BPS, 2019
87
Tabel 4.7. Nilai Ekspor Sektor Industri Tanpa Migas Tahun 2010Q1-
2019Q1 Menurut Jenis Industri (Rp. Triliun Atas Dasar Harga Konstan
2010)
2010 2011 2012 2013 2014
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan 34,1 39,2 50,7 66,6 45,5 69,0 57,8 67,6 68,7 58,0 69,7 67,4 61,1 62,3 61,5 86,0 81,3 77,5 80,7 88,0
Minuman 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,5 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2
Tembakau 1,6 1,5 1,2 1,1 1,4 1,3 1,3 1,3 1,6 1,5 1,4 1,8 1,8 1,8 1,9 2,1 2,3 2,5 2,2 2,2
Tekstil 9,5 11,1 10,5 11,7 10,6 10,2 9,3 9,7 12,8 13,4 13,0 13,2 12,7 13,7 13,7 14,8 14,5 15,1 14,7 15,3
Pakaian Jadi 13,7 14,5 16,0 15,3 17,8 17,6 18,4 17,7 14,9 14,7 14,9 14,5 15,8 15,8 16,9 17,2 18,3 18,3 17,3 17,2
Kulit dan Alas Kaki 5,6 6,9 6,0 6,7 7,8 7,9 7,1 8,6 5,9 7,4 6,3 7,9 7,2 8,4 7,2 8,5 7,7 9,4 7,4 10,0
Kayu 6,5 7,1 6,0 7,0 6,1 7,7 6,7 7,0 5,7 5,6 5,1 5,4 5,1 5,6 5,6 6,9 6,6 6,7 6,6 8,0
Kertas 11,3 13,4 12,5 14,2 11,6 12,0 12,0 11,1 10,1 10,4 10,2 10,5 10,3 11,2 12,0 14,3 12,2 11,9 11,9 12,4
Pencetakan 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Kimia 15,9 18,2 17,4 21,6 22,8 27,9 26,0 22,2 18,7 20,3 21,1 21,6 21,5 21,8 21,7 26,1 25,6 24,4 24,1 21,8
Farmasi 0,8 0,8 0,7 1,0 0,8 1,1 1,1 1,1 1,2 1,2 1,4 1,4 1,2 1,3 1,5 1,7 1,6 1,7 1,9 1,9
Karet dan Plastik 20,9 24,2 23,1 27,3 33,2 35,1 32,9 29,0 25,7 30,8 25,9 24,5 25,8 26,2 25,8 28,6 26,1 23,7 21,8 20,6
Galian bukan Logam 2,2 2,4 2,3 2,5 2,5 2,3 2,3 2,4 1,9 2,2 2,1 2,1 2,0 2,2 2,6 2,6 2,3 2,3 2,4 2,4
Logam Dasar 22,4 21,6 21,6 26,5 27,5 29,6 26,0 26,3 22,8 20,4 23,8 25,2 22,0 21,3 20,6 25,2 22,2 27,5 25,9 25,3
Logam Bukan Mesin 2,9 2,6 2,6 3,0 3,5 3,4 4,7 4,0 4,2 4,3 3,7 4,0 3,6 4,0 4,2 6,7 6,5 5,8 4,0 7,2
Komputer 18,1 19,4 19,7 21,7 16,6 16,1 17,8 19,3 15,2 16,1 16,7 13,3 13,9 13,5 14,7 14,5 14,3 13,4 13,3 16,6
Peralatan Listrik 9,2 9,6 10,3 11,1 11,3 11,1 12,1 11,4 7,6 7,9 8,2 8,1 7,7 7,9 9,1 9,4 9,5 8,8 9,4 9,7
Mesin 4,5 5,8 5,0 5,3 6,4 6,8 7,1 10,0 6,0 6,7 7,1 7,3 7,6 7,4 7,3 8,5 8,7 7,3 7,1 6,8
Kendaraan Bermotor 4,9 5,5 5,7 7,1 7,8 6,0 7,3 6,7 8,3 8,8 9,2 9,4 9,4 9,4 9,2 11,3 11,9 10,4 12,4 13,3
Angkutan Lainnya 5,7 4,9 3,9 3,2 6,3 2,8 3,1 2,5 3,0 2,9 3,5 7,0 7,2 3,2 4,0 2,9 3,6 3,4 2,6 6,4
Furnitur 5,9 4,2 3,5 4,0 4,2 3,8 3,2 4,0 4,3 4,0 3,5 3,9 4,2 4,0 3,6 4,3 4,5 4,4 3,9 4,5
Lainnya 3,2 4,7 4,1 4,3 4,3 4,0 4,1 5,2 3,6 3,7 3,7 3,7 3,6 4,1 4,4 4,7 10,3 11,8 6,8 10,8
2015 2016 2017 2018 2019
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan 73,7 83,6 73,4 78,7 64,6 67,4 65,8 90,6 85,8 74,9 81,4 87,0 75,7 71,8 86,7 85,1 67,6
Minuman 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,3 0,3 0,2 0,3 0,3 0,2 0,2
Tembakau 2,4 2,4 2,3 2,4 2,5 2,3 2,1 2,4 2,5 2,3 2,6 2,6 2,3 2,7 3,0 2,7 2,5
Tekstil 15,4 16,1 13,9 14,3 13,7 14,7 12,0 12,7 12,7 11,7 13,6 13,5 13,3 12,8 13,8 12,6 13,4
Pakaian Jadi 18,0 18,8 19,6 18,7 18,3 19,8 16,2 17,7 19,7 18,5 21,5 20,0 21,5 20,4 25,5 22,9 22,1
Kulit dan Alas Kaki 8,7 10,3 8,7 10,1 9,1 13,0 10,2 13,2 12,5 12,6 12,3 13,9 13,4 13,3 13,9 15,7 12,8
Kayu 7,0 7,5 6,9 7,2 6,8 9,1 8,7 10,1 9,4 9,0 9,9 10,7 10,6 10,6 12,0 11,6 9,8
Kertas 12,2 12,5 13,6 12,4 12,2 13,2 13,3 13,3 14,0 14,0 16,6 18,2 17,4 17,8 21,4 17,3 17,0
Pencetakan 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Kimia 17,1 18,9 18,3 17,5 17,0 23,6 23,8 28,8 31,8 27,6 30,3 33,1 31,6 34,0 38,2 36,3 29,4
Farmasi 1,8 1,9 2,1 2,4 1,9 2,1 1,9 2,0 1,8 1,8 1,8 2,1 1,8 1,5 1,7 2,1 1,5
Karet dan Plastik 20,1 22,9 23,1 20,4 18,9 20,9 19,9 21,3 25,8 24,2 24,1 22,0 22,0 21,7 24,4 21,0 19,5
Galian bukan Logam 2,3 2,7 2,7 2,4 2,2 2,6 2,5 2,5 2,3 2,4 2,5 2,3 2,4 2,9 3,1 2,9 2,7
Logam Dasar 23,5 25,7 23,7 22,2 19,7 23,0 22,9 28,5 24,9 29,2 36,5 40,6 40,2 44,5 49,9 41,9 43,5
Logam Bukan Mesin 4,0 3,8 3,5 3,9 4,4 5,4 6,5 3,8 3,3 2,6 3,2 2,8 3,1 3,4 3,3 3,3 3,1
Komputer 13,3 13,1 13,8 13,2 11,4 15,7 16,5 16,8 15,8 15,5 18,8 18,8 16,9 16,7 20,7 19,7 12,5
Peralatan Listrik 9,2 9,5 9,6 9,1 9,0 9,3 9,2 10,0 10,2 9,8 11,1 10,3 10,6 10,4 12,5 11,0 10,1
Mesin 6,5 6,5 7,2 6,3 6,0 7,9 8,3 7,0 7,1 7,5 7,1 7,1 7,0 6,8 7,6 8,8 6,8
88
Kendaraan Bermotor 12,8 13,1 14,1 11,2 10,9 15,2 13,6 15,1 14,9 14,5 16,5 15,9 14,8 15,5 19,1 18,2 15,5
Angkutan Lainnya 3,7 4,9 4,3 4,1 5,4 5,2 4,0 5,4 4,6 5,5 5,8 5,5 6,5 6,6 7,4 7,8 7,6
Furnitur 4,7 4,6 4,0 4,5 4,6 4,4 3,3 4,1 4,5 3,8 3,8 4,2 4,6 3,9 4,4 4,8 4,8
Lainnya 17,5 15,6 13,1 8,2 20,7 20,9 13,4 9,7 13,5 13,6 13,3 9,6 14,1 9,0 9,7 13,0 12,1
Jasa Reparasi
Sumber: BPS, 2019
c. Impor Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas
Hampir sama dengan pola ekspor, dalam periode tahun 2010Q1-
2019Q1, secara umum impor produk sektor industri pengolahan tanpa migas
memiliki trend yang meningkat. Impor terbesar berasal dari industri mesin dan
perlengkapan YTDL, yang disusul oleh industri bahan kimia dan barang dari
kimia, industri komputer, barang elektronik dan optik, industri logam dasar,
industri makanan dan industri tekstil.
Tabel 4.8. Nilai Impor Sektor Industri Tanpa Migas Tahun 2010Q1-
2019Q1 (Rp. Triliun Atas Dasar Harga Konstan 2010)
2010 2011 2012 2013 2014
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan 15,1 15,0 15,2 18,5 21,6 19,7 20,3 22,3 21,1 22,1 21,2 26,3 19,8 25,1 22,9 29,2 22,8 31,1 27,1 24,8
Minuman 0,2 0,3 0,3 0,3 0,2 0,3 0,3 0,3 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,3 0,3 0,3 0,5 0,4 0,4
Tembakau 0,9 0,8 0,9 0,9 0,7 1,0 0,9 1,0 1,0 1,1 1,0 1,3 0,7 1,1 1,3 1,6 1,0 1,1 1,2 1,4
Tekstil 8,0 11,3 11,2 12,6 11,2 12,9 10,0 11,7 14,5 17,7 14,5 17,3 15,4 18,5 16,0 19,0 17,4 19,9 17,0 20,5
Pakaian Jadi 0,5 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,9 0,9 0,8 0,8 0,8 0,9 0,9 1,2 1,1 1,2 1,2 1,3 1,0 1,1
Kulit dan Alas Kaki 1,1 1,6 1,8 1,8 1,9 2,2 2,0 2,2 1,0 1,3 1,1 1,3 1,1 1,4 2,2 2,6 2,4 2,9 2,0 2,6
89
2010 2011 2012 2013 2014
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Kayu 0,6 0,7 0,7 0,8 0,7 0,9 0,9 0,9 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,7 0,9 1,0 0,9 1,0 0,8 1,0
Kertas 5,4 6,3 6,6 6,2 6,3 6,6 6,6 6,4 5,3 6,6 6,2 6,4 6,2 7,3 7,9 7,7 7,0 8,1 8,0 7,3
Pencetakan 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,5
Kimia 32,4 36,0 34,3 37,1 40,7 45,9 43,6 46,8 43,2 50,6 45,6 47,8 46,6 51,1 50,7 52,8 51,2 54,0 50,6 51,4
Farmasi 1,8 2,0 1,9 1,9 2,1 2,5 2,3 2,2 2,4 2,9 2,5 2,7 2,7 3,3 3,4 3,3 3,3 3,9 3,5 3,8
Karet dan Plastik 5,2 5,5 5,6 6,5 6,1 6,7 6,7 6,7 7,9 9,2 8,9 9,2 8,2 9,8 9,9 10,1 9,1 10,6 10,0 10,1
Galian bukan Logam 1,8 2,1 2,0 2,1 2,0 2,4 2,2 2,6 2,6 3,4 3,1 3,6 3,1 2,6 3,3 3,8 3,5 3,6 3,2 4,1
Logam Dasar 23,9 25,4 25,4 26,8 27,3 30,5 30,7 35,1 30,5 35,0 31,4 33,0 32,8 36,2 35,2 35,9 35,6 38,5 32,3 38,1
Logam Bukan Mesin 8,2 8,4 9,1 8,8 8,3 9,0 10,6 11,1 10,6 12,0 11,7 12,7 12,5 13,2 14,3 16,3 15,4 16,5 18,8 16,0
Komputer 28,5 27,9 33,0 34,3 28,5 29,2 29,9 34,2 25,4 28,2 27,1 23,3 22,6 22,8 41,8 42,1 42,8 43,8 32,7 39,1
Peralatan Listrik 12,5 12,9 14,0 14,5 14,7 15,6 17,8 18,0 10,9 12,4 11,5 13,3 11,8 11,9 12,5 13,4 14,0 13,0 13,5 15,1
Mesin 32,8 37,3 38,8 40,8 44,7 48,5 52,9 60,7 53,3 58,4 57,9 59,0 50,7 54,2 55,1 57,7 49,1 51,7 50,0 50,0
Kendaraan Bermotor 13,0 13,8 15,1 15,7 19,7 16,9 20,7 17,2 19,0 23,2 23,1 22,9 21,1 19,9 20,3 19,6 18,8 17,9 16,9 15,5
Angkutan Lainnya 13,8 13,7 18,7 15,8 8,5 10,4 11,1 16,0 15,2 17,9 13,3 19,3 9,5 12,7 11,0 9,1 7,6 6,8 7,1 8,7
Furnitur 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,9 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 1,1 0,9 0,9 0,7 1,0
Lainnya 2,0 2,5 2,6 3,3 2,5 2,8 2,7 3,1 2,4 2,8 2,6 3,3 2,6 3,2 3,6 4,2 3,2 3,5 3,2 3,9
2015 2016 2017 2018 2019
Industri
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Makanan 23,4 25,9 20,5 25,6 25,8 24,4 24,0 28,1 22,8 26,6 25,0 25,7 22,5 33,5 34,8 32,3 24,2
Minuman 0,3 0,4 0,4 0,4 0,3 0,5 0,3 0,4 0,3 0,5 0,4 0,6 0,6 0,5 0,7 0,9 0,8
Tembakau 0,8 0,8 1,2 1,0 1,3 0,9 0,8 1,4 1,1 1,2 1,8 1,8 1,3 1,5 2,1 2,0 1,3
Tekstil 18,7 20,7 18,2 20,1 19,3 20,7 16,8 20,5 18,1 17,9 20,3 20,8 20,3 20,9 23,0 24,1 20,0
Pakaian Jadi 1,1 1,2 1,1 1,0 1,2 1,1 1,0 1,1 1,2 1,3 1,5 2,2 2,3 2,1 2,4 2,3 2,1
Kulit dan Alas Kaki 2,7 2,8 2,6 2,5 2,8 3,1 2,2 2,8 2,9 3,0 3,6 3,7 3,7 3,8 4,4 4,4 4,2
Kayu 0,9 1,0 0,9 0,9 0,7 0,9 0,8 0,9 0,8 0,8 1,0 0,9 0,8 0,8 1,2 1,4 1,5
Kertas 7,0 7,2 6,8 6,6 6,8 7,4 6,7 7,7 7,0 6,9 8,3 7,7 8,5 7,8 9,0 8,9 8,8
Pencetakan 0,3 0,3 0,4 0,3 0,5 0,4 0,3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,7 0,7 0,5 0,5 0,6 0,6
Kimia 48,6 48,9 45,0 44,7 43,1 45,2 40,3 43,1 49,5 47,1 50,4 53,4 57,0 55,3 66,8 67,3 55,3
Farmasi 3,6 4,3 3,5 3,8 4,0 4,1 4,0 3,7 4,1 4,1 4,3 4,1 4,3 4,3 5,2 4,4 3,7
Karet dan Plastik 9,3 10,3 9,7 9,9 9,8 10,8 9,9 11,1 8,7 10,1 11,6 12,6 12,6 13,1 14,8 14,1 12,1
Galian bukan Logam 3,7 3,4 3,4 3,5 3,3 3,3 2,9 3,2 3,1 3,5 4,3 4,1 4,4 4,4 5,3 5,3 4,2
Logam Dasar 36,3 28,6 31,2 38,0 28,9 30,6 28,1 39,4 32,7 34,8 39,0 47,8 45,9 49,1 55,9 59,0 49,4
Logam Bukan Mesin 15,5 15,4 16,8 14,0 14,8 13,4 11,4 16,1 14,0 11,9 15,3 16,0 18,7 17,6 20,6 21,6 16,1
Komputer 37,7 36,1 34,5 41,1 34,6 35,6 27,8 43,9 36,7 38,1 42,1 51,5 48,8 47,2 53,8 54,0 40,0
Peralatan Listrik 13,8 14,6 13,9 14,9 12,6 13,7 12,9 15,2 13,6 13,8 18,1 19,4 17,9 19,4 23,3 22,0 17,4
Mesin 46,8 46,1 48,3 48,5 42,7 44,1 40,2 45,3 39,8 38,1 44,5 51,7 51,2 51,9 61,7 64,9 54,1
Kendaraan Bermotor 15,7 14,3 14,4 11,5 14,2 13,9 14,1 13,6 15,9 15,6 20,2 18,9 21,0 20,5 22,6 21,9 19,0
Angkutan Lainnya 6,7 9,2 9,8 8,5 6,7 7,1 7,4 8,8 9,7 8,2 8,8 10,8 10,9 11,2 11,0 11,5 6,3
Furnitur 0,9 1,0 0,7 0,8 0,7 0,9 0,8 1,0 0,8 1,0 1,2 1,3 1,1 1,2 1,6 1,5 1,3
Lainnya 3,4 3,7 3,7 4,5 3,7 4,5 4,4 5,2 3,9 4,6 5,9 7,0 5,9 6,3 7,2 6,8 5,6
90
BAB V
ANALISA SENSITIVITAS VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP KINERJA SEKTOR INDUSTRI
PENGOLAHAN
91
Tabel 5.1. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Makanan Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Nilai Tukar (Rp/US) 0.190017 Signifikan
2 BI Rate -0.013029 Signifikan
3 PDB Indonesia 0.693772 Signifikan
4 PDB Uni Eropa 0.761928 Signifikan
5 PDB Tiongkok 0.136697 Signifikan
6 PDB India 0.137353 Signifikan
7 PDB Malaysia 0.104575 Signifikan
8 Dummy Kuartal Empat -0.034497 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
92
sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri minuman akan meningkat
sebesar 0,63 persen. Setiap kenaikan PDB dalam negeri sebesar 1 persen, nilai
tambah industri minuman akan meningkat 0,43 persen dan setiap kenaikan
PDB Singapura sebesar 1 persen, nilai tambah industri minuman akan
meningkat 0,34 persen.
Tabel 5.2. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Minuman Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Indonesia 0.429733 Signifikan
2 PDB Singapura 0.343473 Signifikan
2 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.634939 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.1.3. Industri Pengolahan Tembakau
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri
pengolahan tembakau sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah
seperti gambar berikut:
93
Variabel yang paling sensitif berpengaruh terhadap kinerja industri
pengolahan tembakau adalah nilai IHK (inflasi). Setiap kenaikan IHK
(inflasi), akan menurunkan kinerja industri pengolahan tembakau berupa
penurunan nilai tambahnya sebesar 1,17 persen. Selain itu, variabel PDB
dalam negeri juga cukup sensitif, dimana setiap kenaikan PDB dalam negeri,
kinerja industri pengolahan tembakau akan meningkat sebesar 1 persen.
Tabel 5.3. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Pengolahan Tembakau Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Inflasi -1.168382 Signifikan
2 Nilai Tukar (Rp/USD) 0.490722 Signifikan
3 PDB Indonesia 0.999607 Signifikan
4 Nilai Tambah 3 Kuartal Sebelumnya 0.346623 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
94
Variabel yang paling sensitif berpengaruh terhadap kinerja industri
tekstil adalah indeks harga konsumen (IHK), dimana setiap kenaikan IHK
(inflasi)_ sebesar 1 persen, asumsi ceteris paribus, akan menurunkan nilai
tambah industri tekstil sebesar 1,16 persen. Variabel lain yang signifikan
berpengaruh terhadap kinerja sektor industri tekstil secara lengkap dapat
dilihat dalam Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Tekstil Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Inflasi -1.156227 Signifikan
2 Nilai Tukar (Rp/US) 0.351528 Signifikan
3 Impor -0.090500 Signifikan
4 PDB Amerika Serikat 0.577119 Signifikan
5 PDB India 0.369001 Signifikan
6 Nilai Tambah Kuartal Sebelumnya 0.673942 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
95
Variabel yang sensitif berpengaruh terhadap kinerja industri pakaian
jadi adalah nilai tambah 1 kuartal sebelumnya, PDB Indonesia dan nilai kurs
rupiah terhadap USD. Setiap kenaikan nilai tambah pada 1 kuartal sebelumnya
sebesar 1 persen, nilai tambah industri pakaian jadi akan meningkat 0,82
persen. Setiap kenaikan PDB Indonesia sebesar 1 persen, nilai tambah industri
pakaian jadi akan meningkat sebesar 0,43 persen. Setiap kenaikan kurs rupiah
terhadap USD (depresiasi), sebesar 1 persen, nilai tambah industri pakaian jadi
justru akan turun sebesar 0,344 persen.
Tabel 5.5. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Pakaian Jadi Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Nilai Tukas (Rp/US) -0.344007 Signifikan
2 Impor Produk Tekstil 0.124993 Signifikan
3 PDB Indonesia 0.428267 Signifikan
4 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.819849 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
96
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.6. Nilai Tambah, Ekspor dan Impor Produk Industri Kulit,
Barang dari Kulit dan Alas Kaki Tahun 2010Q1-2019Q1
(Atas Dasar Harga Konstan 2010, Rp. Triliun)
97
5.1.7. Industri Kayu, Barang dari Kayu, Gabus (Tidak Termasuk
Furnitur) dan Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri kayu,
barang dari kayu, gabus (tidak termasuk furnitur) dan anyaman dari bambu,
rotan dan sejenisnya sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti
gambar berikut:
98
industri kayu, barang dari kayu, gabus (tidak termasuk furnitur) dan anyaman
dari bambu, rotan dan sejenisnya akan meningkat sebesar 0,06 persen.
Tabel 5.7. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Kayu, Barang dari Kayu, Gabus (Tidak Termasuk
Furnitur) dan Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Tahun
2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Impor -0.050113 Signifikan
2 PDB Tiongkok 0.061823 Signifikan
3 Dummy Kuartal Empat 0.020142 Signifikan
4 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.769140 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri kertas
dan barang dari kertas sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah
seperti gambar berikut:
99
Variabel yang paling sensitif berpengaruh terhadap kinerja industri
kertas dan barang dari kertas adalah inflasi, yang disusul oleh PDB India dan
nilai tambah 1 kuartal sebelumnya. Setiap kenaikan IHK (inflasi) sebesar 1
persen, nilai tambah industri kertas dan barang dari kertas mengalami
penurunan sebesar 0,32 persen. Setiap kenaikan PDB Indonesia sebesar 1
persen, nilai tambah kertas dan barang dari kertas akan meningkat sebesar 0,29
persen. Setiap kenaikan nilai tambah pada 1 kuartal sebelumnya sebesar 1
persen, nilai tambah industri kertas dan barang dari kertas akan meningkat
0,28 persen.
Tabel 5.8. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Kertas dan Barang dari Kertas Tahun 2010Q1-
2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Inflasi -0.317480 Signifikan
2 PDB India 0.287264 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.283460 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
100
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.9. Nilai Tambah, Ekspor dan Impor Produk Industri
Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman Tahun 2010Q1-2019Q1
(Atas Dasar Harga Konstan 2010, Rp. Triliun)
Variabel yang paling sensitif berpengaruh terhadap kinerja industri
pencetakan dan reproduksi media rekaman adalah inflasi, yang disusul oleh
PDB India dan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya. Setiap kenaikan IHK
(inflasi) sebesar 1 persen, nilai tambah industri pencetakan dan reproduksi
media rekaman mengalami penurunan sebesar 0,32 persen. Setiap kenaikan
PDB Indonesia sebesar 1 persen, nilai tambah industri pencetakan dan
reproduksi media rekaman akan meningkat sebesar 0,29 persen. Setiap
kenaikan nilai tambah pada 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai
tambah industri pencetakan dan reproduksi media rekaman akan meningkat
0,28 persen.
Tabel 5.9. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman Tahun
2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Inflasi -0.317480 Signifikan
2 PDB India 0.287264 Signifikan
101
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.283460 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri bahan
kimia dan barang dari bahan kimia sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1
adalah seperti gambar berikut:
102
Tabel 5.10. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia Tahun
2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Indonesia 0.222217 Signifikan
2 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.724880 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
103
sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri farmasi, produk obat kimia
dan obat tradisional akan meningkat 0,68 persen.
Tabel 5.11. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB India 0.361913 Signifikan
2 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.678059 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.1.12. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri karet,
barang dari karet dan plastik sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah
seperti gambar berikut:
104
Tiongkok sebesar 1 persen, nilai tambah industri karet, barang dari karet dan
plastik akan meningkat sebesar 0,08 persen. Setiap kenaikan nilai tambah pada
1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri karet, barang dari
karet dan plastik akan meningkat 0,63 persen. Setiap kenaikan nilai tambah
pada 2 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri karet,
barang dari karet dan plastik akan menurun 0,37 persen.
Tabel 5.12. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik Tahun 2010Q1-
2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Tiongkok 0.079282 Signifikan
2 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.625193 Signifikan
3 Nilai Tambah 2 Kuartal Sebelumnya -0.373588 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.1.13. Industri Barang Galian Bukan Logam
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri barang
galian bukan logam sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti
gambar berikut:
105
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri barang
galian bukan logam adalah PDB Tiongkok, nilai tambah 1 kuartal sebelumnya
dan kuartal empat. Setiap kenaikan PDB Tiongkok sebesar 1 persen, nilai
tambah industri barang galian bukan logam akan meningkat sebesar 0,48
persen. Setiap kenaikan nilai tambah pada 1 kuartal sebelumnya sebesar 1
persen, nilai tambah industri barang galian bukan logam akan meningkat 0,36
persen.
Tabel 5.13. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Barang Galian Bukan Logam Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Indonesia 0.477879 Signifikan
2 Dummy Kuartal Empat 0.026631 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.362505 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.1.14. Industri Logam Dasar
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri logam
dasar sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar berikut:
106
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri logam
dasar adalah PDB Indonesia dan PDB India. Setiap kenaikan PDB dalam
negeri sebesar 1 persen, nilai tambah industri barang galian bukan logam akan
meningkat sebesar 0,59 persen. Setiap kenaikan PDB India sebesar 1 persen,
nilai tambah industri barang galian bukan logam akan meningkat 0,40 persen.
Tabel 5.14. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Logam Dasar Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Indonesia 0.586308 Signifikan
2 PDB India 0.399091 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
107
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri barang
logam bukan mesin dan peralatannya adalah PDB Indonesia dan nilai tambah
1 kuartal sebelumnya. Setiap kenaikan PDB dalam negeri sebesar 1 persen,
nilai tambah industri barang logam bukan mesin dan peralatannya akan
meningkat sebesar 0,37 persen. Setiap kenaikan nilai tambah pada 1 kuartal
sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri barang logam bukan mesin
dan peralatannya akan meningkat sebesar 0,71 persen.
Tabel 5.15. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Indonesia 0.366000 Signifikan
2 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.713700 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.1.16. Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri
komputer, barang elektronik dan optik sepanjang periode tahun 2010Q1-
2019Q1 adalah seperti gambar berikut:
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri peralatan
listrik sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar
berikut:
109
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.17. Nilai Tambah, Ekspor dan Impor Produk Industri
Peralatan Listrik Tahun 2010Q1-2019Q1 (Atas Dasar Harga Konstan
2010, Rp. Triliun)
110
5.1.18. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri mesin
dan perlengkapan YTDL sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah
seperti gambar berikut:
111
Tabel 5.18. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL Tahun 2010Q1-
2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Inflasi -1.466006 Signifikan
2 Nilai Kurs (Rp/USD) 0.476024 Signifikan
3 PDB Uni Eropa 1.555655 Signifikan
4 PDB India 0.750855 Signifikan
5 Dummy Kuartal Empat -0.077065 Signifikan
6 Nilai Tambah Kuartal Sebelumnya 0.312322 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.1.19. Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri
kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer sepanjang periode tahun 2010Q1-
2019Q1 adalah seperti gambar berikut:
112
persen, nilai tambah industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer akan
meningkat sebesar 0,48 persen. Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri kendaraan bermotor, trailer
dan semi trailer akan meningkat sebesar 0,50 persen.
Tabel 5.19. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Indonesia 0.480023 Signifikan
2 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.502453 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.1.20. Industri Alat Angkutan Lainnya
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri alat
angkutan lainnya sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti
gambar berikut:
113
Tabel 5.20. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Alat Angkutan Lainnya Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Tiongkok 0.182617 Signifikan
2 Impor -0.038694 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.654885 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri alat
angkutan lainnya adalah PDB Tiongkok, impor dan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan PDB Tiongkok sebesar 1 persen, nilai tambah
industri alat angkutan lainnya akan meningkat sebesar 0,18 persen. Setiap
kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah
industri alat angkutan lainnya akan meningkat sebesar 0,65 persen. Setiap
kenaikan nilai impor produk terkait sebesar 1 persen, nilai tambah industri alat
angkutan lainnya akan turun sebesar 0,04 persen.
5.1.21. Industri Furnitur
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri furnitur
sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar berikut:
114
Tabel 5.21. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Furnitur Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 PDB Amerika Serikat 0.679376 Signifikan
2 Dummy Kuartal Empat -0.026664 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.507483 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri
furnitur adalah PDB Amerika Serikat, kuartal empat, dan nilai tambah 1
kuartal sebelumnya Setiap kenaikan PDB Amerika Serikat sebesar 1 persen,
nilai tambah industri furnitur akan meningkat sebesar 0,68 persen. Setiap
kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah
industri furnitur akan meningkat sebesar 0,51 persen.
5.1.22. Industri Pengolahan Lainnya
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri
pengolahan lainnya sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti
gambar berikut:
115
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri
pengolahan lainnya adalah nilai kurs rupiah terhadap USD, impor produk
terkait, PDB Uni Eropa dan nilai tambah 2 kuartal sebelumnya. Setiap terjadi
depresiasi rupiah sebesar 1 persen, nilai tambah industri pengolahan lainnya
justru mengalami peningkatan sebesar 0,90 persen. Setiap kenaikan PDB Uni
Eropa sebesar 1 persen, nilai tambah industri pengolahan lainnya akan
meningkat sebesar 1,71 persen. Setiap kenaikan impor sebesar 1 persen, nilai
tambah industri pengolahan lainnya akan turun sebesar 0,32 persen. Setiap
kenaikan nilai tambah 2 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah
industri alat angkutan lainnya akan turun sebesar 0,46 persen.
Pola pergerakan nilai tambah, ekspor dan impor dari industri jasa
reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan sepanjang periode tahun
2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar berikut:
116
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.23. Nilai Tambah, Ekspor dan Impor Produk Industri Jasa
Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Tahun 2010Q1-2019Q1
(Atas Dasar Harga Konstan 2010, Rp. Triliun)
117
industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan akan menurun
sebesar 0,04 persen.
Gambar 5.24. Nilai Tambah dan Investasi (PMA dan PMDN) Industri
Makanan Tahun 2010Q1-2019Q1 (Atas Dasar Harga Konstan 2010,
Rp. Triliun)
Bila diregresikan, variabel yang signifikan berpengaruh terhadap
kinerja industri makanan adalah nilai tambah 1 kuartal sebelumnya, dummy
kuartal sebelum lebaran dan dummy kuartal lebaran. Setiap kenaikan nilai
tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri makanan
akan meningkat sebesar 0,94 persen. Setiap kuartal sebelum lebaran, nilai
118
tambah industri makanan secara rata-rata lebih tinggi 0,06 persen
dibandingkan dengan kuartal lainnya. Setiap kuartal lebaran, nilai tambah
industri makanan secara rata-rata lebih tinggi 0,04 persen dibandingkan
dengan kuartal lainnya.
Tabel 5.24. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Makanan Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.018717 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.124049 Tidak Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.936828 Signifikan
4 Dummy Kuartal Sebelum Lebaran 0.056923 Signifikan
5 Dummy Kuartal Lebaran 0.037942 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.2.2. Industri Minuman
119
Tabel 5.25. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Minuman Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 4 Kuartal Sebelumnya 0.001143 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.149546 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.837486 Signifikan
4 Dummy Kuartal Sebelum Lebaran 0.026726 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri
minuman adalah jumlah tenaga kerja, nilai tambah 1 kuartal sebelumnya dan
dummy kuartal sebelum lenaran. Setiap kenaikan tenaga kerja sebesar 1
persen, nilai tambah akan meningkat sebesar 0,15 persen. Setiap kenaikan
nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri
minuman akan meningkat sebesar 0,84 persen. Setiap kuartal sebelum lebaran,
nilai tambah industri minuman secara rata-rata lebih tinggi 0,03 persen
dibandingkan dengan kuartal lainnya
120
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.26. Nilai Tambah dan Investasi (PMA dan PMDN) Industri
Pengolahan Tembakau Tahun 2010Q1-2019Q1 (Atas Dasar Harga
Konstan 2010, Rp. Triliun)
121
sebesar 1 persen, nilai tambah industri pengolahan tembakau akan meningkat
sebesar 0,92 persen. Setiap kuartal sebelum lebaran, nilai tambah industri
pengolahan tembakau secara rata-rata lebih tinggi 0,03 persen dibandingkan
dengan kuartal lainnya. Setiap kuartal lebaran, nilai tambah industri
pengolahan tembakau secara rata-rata lebih tinggi 0,04 persen dibandingkan
dengan kuartal lainnya.
122
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri tekstil
adalah jumlah tenaga kerja dan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya. Setiap
kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen, nilai tambah akan meningkat
sebesar 0,13 persen. Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya
sebesar 1 persen, nilai tambah industri tekstil akan meningkat sebesar 0,93
persen.
123
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri
pakaian jadi adalah jumlah tenaga kerja dan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen, nilai
tambah industri pakaian jadi akan meningkat sebesar 0,01 persen. Setiap
kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah
industri pakaian jadi akan meningkat sebesar 0,92 persen.
124
nilai tambah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki akan meningkat
sebesar 0,67 persen.
Tabel 5.29. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Tahun
2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.006699 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.531464 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.668308 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.2.7. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk
Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri kayu, barang
dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari
bambu, rotan dan sejenisnya sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah
seperti gambar berikut:
125
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri kayu,
barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari
bambu, rotan dan sejenisnya adalah nilai tambah 1 kuartal sebelumnya dan
dummy kuartal empat. Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya
sebesar 1 persen, nilai tambah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak
termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya akan
meningkat sebesar 0,78 persen. Untuk kuartal empat, secara rata-rata nilai
tambah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur)
dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya lebih tinggi sebesar
0,02 persen dibandingkan dengan kuartal yang lainnya.
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri kertas dan
barang dari kertas sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti
gambar berikut:
126
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.31. Nilai Tambah dan Investasi (PMA dan PMDN) Industri
Kertas dan Barang dari Kertas Tahun 2010Q1-2019Q1
(Atas Dasar Harga Konstan 2010, Rp. Triliun)
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri kertas
dan barang dari kertas adalah tenaga kerja dan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan tenaga kerja sebesar 1 persen, nilai tambah
kertas dan barang dari kertas akan meningkat sebesar 0,14 persen. Setiap
kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah
industri kertas dan barang dari kertas akan meningkat sebesar 0,42 persen.
127
5.2.9. Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
128
Tabel 5.32. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman Tahun
2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 4 Kuartal Sebelumnya 0.007351 Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.182263 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.896820 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri barang kimia
dan barang dari bahan kimia sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah
seperti gambar berikut:
129
kuartal sebelumnya. Setiap kenaikan tenaga kerja sebesar 1 persen, nilai
tambah industri barang kimia dan barang dari bahan kimia akan meningkat
sebesar 0,29 persen. Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya
sebesar 1 persen, nilai tambah barang kimia dan barang dari bahan kimia akan
meningkat sebesar 0,77 persen.
Tabel 5.33. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Barang Kimia dan Barang dari Kimia Rekaman
Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.009672 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.290814 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.766356 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
130
Tabel 5.34. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional
Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 1 Kuartal Sebelumnya 0.012319 Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.327050 Signifikan
4 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.613261 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri
farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional adalah investasi pada 1
kuartal sebelumnya, jumlah tenaga kerja dan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan investasi pada 1 kuartal sebelumnya sebesar 1
persen, nilai tambah industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional
akan meningkat sebesar 0,12 persen. Setiap kenaikan jumlah tenaga kerja
sebesar 1 persen, nilai tambah industri farmasi, produk obat kimia, dan obat
tradisional akan meningkat sebesar 0,33 persen. Setiap kenaikan nilai tambah
1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri farmasi, produk
obat kimia, dan obat tradisional akan meningkat sebesar 0,61 persen.
131
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.35. Nilai Tambah dan Investasi (PMA dan PMDN) Industri
Karet, Barang dari Karet dan Plastik Tahun 2010Q1-2019Q1
(Atas Dasar Harga Konstan 2010, Rp. Triliun)
132
5.2.13. Industri Barang Galian Bukan Logam
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri barang galian
bukan logam sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar
berikut:
133
Tabel 5.36. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Barang Galian Bukan Logam Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.027929 Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.239934 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.734344 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri logam dasar
sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar berikut:
134
1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri logam dasar akan
meningkat sebesar 0,82 persen.
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri barang logam,
bukan mesin dan peralatannya sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1
adalah seperti gambar berikut:
135
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri barang
logam, bukan mesin dan peralatannya adalah nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1
persen, nilai tambah industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya
akan meningkat sebesar 0,89 persen.
Tabel 5.38. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.000117 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.157368 Tidak Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.894156 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
5.2.16. Industri Komputer, Barang Elektonik dan Optik
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri komputer,
barang elektronik, optik dan peralatan listrik sepanjang periode tahun 2010Q1-
2019Q1 adalah seperti gambar berikut:
136
Tabel 5.39. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Komputer, Barang Elektonik dan Optik Tahun
2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.004029 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.129565 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.826072 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri
komputer, barang elektronik, dan optik adalah jumlah tenaga kerja dan nilai
tambah 1 kuartal sebelumnya. Setiap kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 1
persen, nilai tambah industri komputer, barang elektronik, dan optik akan
meningkat sebesar 0,13 persen. Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah industri komputer, barang
elektronik, dan optik akan meningkat sebesar 0,83 persen.
5.2.17. Industri Peralatan Listrik
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri peralatan
listrik sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar
berikut:
137
Tabel 5.40. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Peralatan Listrik Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.005890 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.154395 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.767082 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri
peralatan listrik adalah jumlah tenaga kerja dan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen, nilai
tambah industri peralatan listrik akan meningkat sebesar 0,15 persen. Setiap
kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai tambah
industri peralatan listrik akan meningkat sebesar 0,77 persen.
5.2.18. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri mesin dan
perlengkapan YTDL sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti
gambar berikut:
138
Tabel 5.41. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL Tahun 2010Q1-2019Q1
No. Variabel Makroekonomi Nilai Elastisitas Signifikansi
1 Investasi 0.003727 Tidak Signifikan
2 Tenaga Kerja 0.194423 Signifikan
3 Nilai Tambah 1 Kuartal Sebelumnya 0.778900 Signifikan
Sumber: Hasil Pengolahan, 2019
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri mesin
dan perlengkapan YTDL adalah tenaga kerja dan nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan tenaga kerja sebesar 1 persen, nilai tambah
industri mesin dan perlengkapan YTDL akan meningkat sebesar 0,19 persen.
Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai
tambah industri mesin dan perlengkapan YTDL akan meningkat sebesar 0,78
persen.
5.2.19. Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri kendaraan
bermotor, trailer dan semi trailer sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1
adalah seperti gambar berikut:
139
Tabel 5.42. Nilai Elastisitas Variabel Makroekonomi terhadap Nilai
Tambah Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
Tahun 2010Q1-2019Q1
Pola pergerakan nilai tambah dan investasi pada industri alat angkutan
lainnya sepanjang periode tahun 2010Q1-2019Q1 adalah seperti gambar
berikut:
140
Sumber: BPS, 2019
Gambar 5.43. Nilai Tambah dan Investasi (PMA dan PMDN) Industri
Alat Angkutan Lainnya Tahun 2010Q1-2019Q1 (Atas Dasar Harga
Konstan 2010, Rp. Triliun)
141
5.2.21. Industri Furnitur
142
5.2.22. Industri Pengolahan Lainnya
143
nilai tambah industri pengolahan lainnya akan meningkat sebesar 0,11 persen.
Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1 persen, nilai
tambah industri pengolahan lainnya akan meningkat sebesar 0,51 persen.
144
Variabel yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja industri jasa
reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan adalah nilai tambah 1 kuartal
sebelumnya. Setiap kenaikan nilai tambah 1 kuartal sebelumnya sebesar 1
persen, nilai tambah industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan
peralatan akan meningkat sebesar 0,55 persen.
145
BAB VI
PENUTUP
146
rinci, variabel makroekonomi yang signifikan berpengaruh terhadap kinerja
(nilai tambah atau PDB) masing-masing jenis industri pengolahan tanpa migas
dan nilai elastisitasnya dalam periode tahun 2010Q1 – 2019Q1 adalah sebagai
berikut:
147
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
No. Jenis Industri Faktor yang Faktor yang
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
148
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
No. Jenis Industri Faktor yang Faktor yang
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
149
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
No. Jenis Industri Faktor yang Faktor yang
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
150
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
No. Jenis Industri Faktor yang Faktor yang
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
151
Sisi Permintaan Sisi Penawaran
No. Jenis Industri Faktor yang Faktor yang
Berpengaruh Elastisitas Berpengaruh Elastisitas
152
DAFTAR PUSTAKA
153
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengolahan Pendekatan Sisi Permintaan/Penggunaan
a. Industri Makanan
LOG(MAKHK) C LOG(AKURST) BIRATE LOG(PDB) LOG(GDPEU)
LOG(GDPCHINA) LOG(GDPINDIA) LOG(GDPMAL) DQ4
Dependent Variable: LOG(MAKHK)
Method: Least Squares
Sample: 2010:1 2019:1
Included observations: 37
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -9.684306 1.288925 -7.513476 0.0000
LOG(AKURST) 0.190017 0.079641 2.385936 0.0240
BIRATE -0.013029 0.004291 -3.036127 0.0051
LOG(PDB) 0.693772 0.169617 4.090220 0.0003
LOG(GDPEU) 0.761928 0.247870 3.073899 0.0047
LOG(GDPCHINA) 0.136697 0.029245 4.674255 0.0001
LOG(GDPINDIA) 0.137353 0.064665 2.124064 0.0426
LOG(GDPMAL) 0.104575 0.054711 1.911404 0.0662
DQ4 -0.034497 0.009558 -3.609077 0.0012
R-squared 0.996338 Mean dependent var 11.70138
Adjusted R-squared 0.995291 S.D. dependent var 0.223531
S.E. of regression 0.015339 Akaike info criterion -5.309121
Sum squared resid 0.006588 Schwarz criterion -4.917276
Log likelihood 107.2187 F-statistic 952.1961
Durbin-Watson stat 1.663677 Prob(F-statistic) 0.000000
b. Industri Minuman
LOG(MINHK) C LOG(AIHK) LOG(PDB) LOG(GDPSING) LOG(MINHK(-1))
Dependent Variable: LOG(MINHK)
Method: Least Squares
Date: 12/12/19 Time: 18:40
Sample(adjusted): 2010:2 2019:1
Included observations: 36 after adjusting endpoints
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -5.011009 3.022502 -1.657901 0.1074
LOG(AIHK) -0.409141 0.245081 -1.669413 0.1051
LOG(PDB) 0.429733 0.252361 1.702853 0.0986
LOG(GDPSING) 0.343473 0.140128 2.451137 0.0201
LOG(MINHK(-1)) 0.634939 0.206464 3.075294 0.0044
R-squared 0.783833 Mean dependent var 8.696585
Adjusted R-squared 0.755940 S.D. dependent var 0.076311
S.E. of regression 0.037700 Akaike info criterion -3.590085
Sum squared resid 0.044059 Schwarz criterion -3.370152
Log likelihood 69.62153 F-statistic 28.10184
Durbin-Watson stat 1.408059 Prob(F-statistic) 0.000000
c. Industri Pengolahan Tembakau
d. Industri Tekstil
LOG(THK) C LOG(AIHK) LOG(AKURST) BIRATE LOG(TIMP)
LOG(GDPUS) LOG(GDPINDIA) LOG(THK(-1))
a. Industri Makanan
LOG(MAKHK) C LOG(INVMAKHK) LOG(TMAKHK) LOG(MAKHK(-
1)) DSLEB DLEB
Dependent Variable: LOG(MAKHK)
Method: Least Squares
Sample(adjusted): 2010:2 2019:1
Included observations: 36 after adjusting endpoints
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.299320 1.278384 -1.016377 0.3176
LOG(INVMAKHK) 0.018717 0.015506 1.207070 0.2368
LOG(TMAKHK) 0.124049 0.088044 1.408950 0.1691
LOG(MAKHK(-1)) 0.936828 0.036121 25.93604 0.0000
DSLEB 0.056923 0.014079 4.042956 0.0003
DLEB 0.037942 0.010153 3.737142 0.0008
R-squared 0.983879 Mean dependent var 11.71298
Adjusted R-squared 0.981192 S.D. dependent var 0.215127
S.E. of regression 0.029503 Akaike info criterion -4.057658
Sum squared resid 0.026112 Schwarz criterion -3.793739
Log likelihood 79.03785 F-statistic 366.1892
Durbin-Watson stat 2.153238 Prob(F-statistic) 0.000000
b. Industri Minuman
LOG(MINHK) C LOG(INVMINHK(-4)) LOG(TMINHK) LOG(MINHK(-
1)) DSLEB
Dependent Variable: LOG(MINHK)
Method: Least Squares
Sample(adjusted): 2011:1 2019:1
Included observations: 33 after adjusting endpoints
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.424211 1.228491 -0.345311 0.7324
LOG(INVMINHK(-4)) 0.001143 0.005489 0.208308 0.8365
LOG(TMINHK) 0.149546 0.056693 2.637836 0.0135
LOG(MINHK(-1)) 0.837486 0.134610 6.221565 0.0000
DSLEB 0.026726 0.014636 1.825988 0.0785
R-squared 0.742577 Mean dependent var 8.709142
Adjusted R-squared 0.705802 S.D. dependent var 0.065582
S.E. of regression 0.035572 Akaike info criterion -3.695816
Sum squared resid 0.035429 Schwarz criterion -3.469072
Log likelihood 65.98096 F-statistic 20.19260
Durbin-Watson stat 1.826901 Prob(F-statistic) 0.000000
c. Industri Pengolahan Tembakau
d. Industri Tekstil