Anda di halaman 1dari 13

Gatted Community, Cluster, Sistem Keamanan 24 Jam ...

(Fenita Indrasari)

GATED COMMUNITY, CLUSTER, SISTEM KEAMANAN 24 JAM:


MENELUSURI BENTUK PERUMAHAN DARI SISI PENGEMBANG

Gated Community, Cluster, 24-hours Security System:


Unveiling Form of Housing Estates from Developers’ Perspective

Fenita Indrasari
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jalan Panyawungan Cileunyi Wetan, Kab. Bandung
Surel: f.indrasari@puskim.pu.go.id
Diterima: 09 Mei 2021 ; Disetujui: 28 Oktober 2021

Abstrak
Bentuk perumahan berbenteng (gated community) telah banyak dikaji karena dianggap lebih banyak
menimbulkan masalah daripada memberikan manfaat. Namun pada prakteknya, pengembang tetap
membangun perumahan yang sejenis—bahkan dibuat sebagai cluster dengan skala yang lebih kecil dari
sebelumnya. Artikel ini mengupas sudut pandang pengembang perumahan di kawasan pinggiran Kota Bandung
dalam mengambil keputusan untuk membangun perumahan dengan bentuk yang serupa dengan gated
community untuk menjadi dasar pengaturan bentuk perumahan. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa
selain analisis pasar, perizinan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses tersebut. Dalam
perizinan, bentuk perumahan tidak diatur secara langsung. Aturan yang ada hanya mencantumkan besaran nilai
tertentu yang masih perlu diterjemahkan ke dalam bentuk dan melalui proses yang panjang. Pelibatan
masyarakat sekitar perumahan dalam proses perizinan pun masih sangat terbatas, bahkan sering kali
disalahgunakan demi kepentingan pengembang dan alasan ekonomi. Dalam artikel ini juga telah diungkap
pemahaman aparat pemerintah terhadap perizinan yang mempengaruhi bentuk perumahan. Pada akhirnya,
telah diidentifikasi beberapa celah potensial untuk mengarahkan pengembang supaya membangun perumahan
yang memberikan lebih banyak manfaat bagi masyarakat luas.
Kata Kunci: Bentuk perumahan, perizinan, pengembang, cluster, gated community

Abstract
Abundant research has addressed problems associated with gated community which considered to cause more
problems rather than benefits. In practice, however, developers are still building the similar form—even made as
cluster with smaller scale than before. This article tries to unveil developers’ view point in making decisions to
build housing estates similar to gated community—yet different label—in suburban Bandung in order to provide
basis to regulate housing form. Based on interviews, it was found that permit has become one of the influential
factors in the process beside market analysis. Form of housing estates is not directly regulated within the permit.
The current regulation merely states certain values which require a long process and further translation into form.
There is also limited community involvement within the permit, in fact most of the time it has been mistreated for
developers’ need and economic reasons. This article has also revealed the comprehension of government officials
on permits that affect housing forms. Nonetheless, some potential breaches to direct developers in building housing
estates with more benefit for public are available
Keywords : Housing estate form, permit, developer, cluster, gated community

PENDAHULUAN masyarakat lainnya dalam mengakses jalan dan


fasilitas perumahan. Pemisahan ini tentu membawa
Banyak perumahan di Indonesia sejak tahun 1990an dampak terhadap kondisi perkotaan baik secara
dilengkapi dengan gerbang dan benteng— spasial maupun sosial. Meskipun dampak telah
menyerupai gated community. Kawasan pinggiran ditimbulkan selama lebih dari dua dekade terakhir,
Kota Bandung pun tidak luput dari elemen ini perumahan berbenteng (gated community) tetap
(Samsirina, Pratiwi, dan Harun 2017). Perumahan banyak dibangun. Artikel ini membahas alasan
yang dibangun dengan pembatas tersebut dibalik maraknya pembangunan gated community
memisahkan penghuni perumahan dengan yang dikupas melalui sudut pandang pengembang.

69
Jurnal Permukiman Vol. 16 No. 2 November 2021: 69 – 81

Untuk itu terlebih dahulu diperlukan pemahaman Curran 2007) dan gerbang satu akses menciptakan
tentang fenomena gated community dan jejak efek cul-de-sac yang mengakumulasikan semua jenis
pembangunannya di Indonesia. Sebagai sebuah lalu lintas pada satu titik. Hal ini berdampak pada
bentuk yang dihasilkan dari pembangunan pembatasan kemampuan penghuni untuk melakukan
perumahan yang marak di kawasan pinggiran kota, perjalanan serta tidak sesuai dengan siklus hidup
gated community telah menjadi sebuah fenomena manusia yang tumbuh dan berkembang mulai dari
global meskipun berasal dari Amerika Utara anak-anak. Dewasa dan berkeluarga hingga akhirnya
(Bagaeen dan Uduku 2010; Grant dan Mittelsteadt menjadi lansia (Duany, Plater-Zyberk, dan Speck
2004; Hogan et al. 2012; Kozak 2008; Le Goix dan 2001). Gated community juga telah menjadi sebuah
Webster 2008; Tedong, Grant, dan Abd Aziz 2014). istilah yang merefleksikan ketidakacuhan dan
Gated community didefinisikan sebagai kawasan pemisahan dari masyarakat luas (Hastijanti 2003;
perumahan dengan akses yang terbatas, biasanya Lang dan Danielsen 1997; Le Goix dan Webster 2008;
dikontrol dengan penghalang fisik, benteng atau Yandri 2015). Konflik kepentingan dan akses
pagar perimeter, dan pintu gerbang serta satpam, terhadap jalan juga muncul hingga menimbulkan
yang membuat ruang yang seyogyanya bersifat publik komunitas yang terpisah-pisah (Hastijanti 2003;
menjadi privat (Blakely dan Snyder 1997; 1998a; Yandri 2015).
1998b). Karakter fisik ini terbentuk oleh elemen yang
dibangun pada dua fase: Fase pertama oleh Meskipun banyak eksternalitas negatif yang
pengembang dan fase kedua oleh penghuni ditimbulkan oleh gated community, masih banyak
perumahan seperti portal yang dibangun pada masa pengembang yang membangunnya untuk segmen
pascakonstruksi. kelas masyarakat menengah ke atas sampai yang
kelas bawah (Samsirina, Pratiwi, dan Harun 2017).
Meskipun telah menjadi fenomena global, karakter Untuk memahami alasan dibalik terbangunnya gated
gated community beragam di setiap tempat community, artikel ini bermaksud mengupas sudut
berdasarkan konteks lokalnya (Bagaeen dan Uduku pandang pengembang yang membangun perumahan
2010; Le Goix dan Webster 2008; Hogan et al. 2012). di kawasan pinggiran Kota Bandung.
Gated community di luar Amerika Serikat tidak
seluruhnya merepresentasikan apa yang dijabarkan Gated community di Indonesia telah banyak dikaji,
oleh Blakely dan Snyder (Grant dan Mittelsteadt mulai dari segi tipologinya (i.e. Diningrat 2015;
2004). Meskipun eksistensi dan bentuk perumahan Hartanto 2016; Samsirina, Pratiwi, dan Harun 2017;
memiliki keterkaitan dengan konteks lokal sosio- Sueca dan Fitriani 2012; Wulangsari dan Pradoto
kultural, tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan 2014) sampai dengan preferensi konsumennya (i.e.
kekayaan membuat orang membeli privasi dan Aini dan Kusuma 2016; Hapsariniaty, Sidi, dan
mengontrol hubungan terhadap orang lain. Gated Nurdini 2013). Namun alasan yang menjadi dasar
community berfungsi sebagai wadah sekelompok bagi pengembang untuk membangun gated
orang yang memiliki keseragaman; mayoritas community tidak terbatas pada preferensi konsumen
merupakan kelas menengah yang memiliki dan tren yang terjadi tapi juga terkait dengan apa
ketakutan, baik yang nyata maupun persepsi, yang diatur dalam proses perizinan sebagai bagian
terhadap kriminalitas dan kontaminasi dari dari tata kelola penyediaan perumahan dan juga
masyarakat lain yang tidak sekelompok dengan perilaku pengembang sebagai pencari profit. Artikel
status sosio-ekonomi mereka (Bagaeen dan Uduku ini mencoba memberikan kebaruan dari sudut
2010; Blakely dan Snyder 1997; Leisch 2002). pandang tersebut.

Di Indonesia, gated community mulai dibangun sejak


tahun 1980an saat Presiden Suharto mengarahkan METODE
perubahan dari pendekatan terpusat (state-directed
approaches) menjadi liberalisasi ekonomi berbasis Pertanyaan penelitian ini adalah: (1) Apakah proses
pasar ala Amerika (Kusno, 2000; Marks, 2007). perizinan mempengaruhi bentuk perumahan hingga
Namun maraknya perumahan semacam ini bukanlah membentuk gated community; (2) Mengapa
menjadi hal yang positif. perumahan gated community memiliki variasi bentuk
yang berbeda-beda (akses ke kampung sekitar,
Dalam literatur disebutkan bahwa gated community benteng, gerbang, luas).
menimbulkan permasalahan. Gated community
mencegah lingkungan menjadi matang dengan tidak Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan
adanya keragaman fungsi dan koneksi terhadap wawancara semi terstruktur dalam pengambilan
jaringan transportasi (Duany, Plater-Zyberk, dan datanya. Wawancara dilakukan dengan sembilan
Speck 2001). Jalan dibuat menjadi privat dengan pengembang yang telah membangun total 22
terbatasnya akses publik (Charmes 2010; Grant dan perumahan di kawasan pinggiran barat laut Kota

70
Gatted Community, Cluster, Sistem Keamanan 24 Jam ... (Fenita Indrasari)

Bandung. Pemilihan pengembang dilakukan dengan yang ditentukan oleh pemerintah daerah. Izin
terlebih dahulu mengunjungi lokasi proyek pemanfaatan lahan lalu dihasilkan sebagai gambar
pembangunan perumahan atau kantor advis plan yang memuat aturan utama terkait
pemasarannya. Pada kunjungan ini baru kemudian selubung bangunan seperti Garis Sempadan
diatur jadwal wawancara yang sesuai. Data Bangunan (GSB) dan Koefisien Lantai Bangunan
wawancara berupa rekaman selama 45 menit sampai (KLB). Advis plan bersama beberapa rekomendasi
dengan 2 jam lalu dibuat menjadi transkrip dan teknis lalu menjadi dasar untuk pemberian Izin
diolah dengan content analysis. Tahapan pertama Mendirikan Bangunan (IMB). Proses ini diilustrasikan
yang dilakukan adalah open coding yaitu pada gambar 1. Namun pada perkembangannya, IMB
mengidentifikasi kata-kata kunci dari data teks yang telah diganti menjadi Persetujuan Bangunan Gedung
ada. Berdasarkan deskripsi dari responden, (PBG) dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor
didapatkan beberapa kata kunci dari permasalahan 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
yang ada pada pembangunan gated community dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
serah terima perumahan. Selanjutnya, dilakukan axial Bangunaan Gedung yang turut menyertakan proses
coding untuk mengelompokkan kata-kata kunci yang lanjutan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sebelum
telah didapatkan menjadi kategori. Kategori-kategori akhirnya bangunan gedung dapat dihuni. Secara
ini kemudian digunakan untuk tahap analisis proses, PBG masih meliputi konsultasi perencanaan,
selanjutnya, yakni analisis distribusi. yang sebelumnya disebut sebagai advis planning, dan
penerbitan. Konsultasi perencanaan, yang terdiri dari
pendaftaran, pemeriksaan dan pernyataan
HASIL DAN PEMBAHASAN pemenuhan standar teknis, diselenggarakan tanpa
dipungut biaya.
Bentuk Perumahan Sebagai Respon Perilaku
Pengembang Terhadap Perizinan Literatur tentang proses perizinan di Indonesia
Dalam proses perizinan pembangunan perumahan menyatakan bahwa proses perizinan dapat memakan
yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. waktu selama bertahun-tahun (Monkkonen 2013).
12/2010 disebutkan bahwa izin lokasi harus Lamanya proses ini bergantung pada upaya
diperoleh dari BPN setelah pengembang mengajukan pengembang untuk mengakuisisi lahan dan
proposal. Proposal ini dikaji bersama dengan mematuhi aturan. Salah satu pengembang
Bappeda untuk dapat disetujui oleh walikota atau menyebutkan bahwa mereka membutuhkan waktu
bupati. Izin lokasi ini memperbolehkan pengembang selama dua tahun untuk memperoleh lahan dan dua
untuk membeli lahan. Izin pemanfaatan lahan lalu tahun lagi untuk memperoleh izin. Namun,
harus diperoleh melalui Bappeda dan Dinas Tata pengembang juga mengisyaratkan bahwa proses
Ruang dengan turut mencantumkan izin tetangga. perizinan diwarnai dengan hubungan layaknya klien
Proses tersebut dimaksud agar warga sekitar tidak dimana aplikasi izin dan setiap komunikasi terkait
keberatan dengan adanya pembangunan perumahan dengan prosesnya dilakukan secara personal dengan
di kawasan tersebut dan gambar site plan pra- satu orang tertentu, tidak dengan institusi. Hal ini
rencana yang diajukan oleh pengembang sesuai diutarakan dalam wawancara salah satu pengembang
dengan peruntukan lahan dalam rencana tata ruang berikut:

Verifikasi peruntukan
Izin prinsip Izin lokasi Izin tetangga
lahan

Advis planning
Rekomendasi teknis:

1. Analisis Dampak
Lingkungan
2. Analisis Dampak
Lalu Lintas Izin Mendirikan
3. Akses jalan masuk Bangunan

Gambar 1 Proses Perizinan Perumahan

71
Jurnal Permukiman Vol. 16 No. 2 November 2021: 69 – 81

“Proses perizinan lumayan lama, setahun-an elemen lain yang mahal. Untuk memperoleh izin
kurang lah. Tapi intinya sih cepat, IPPT kan tertulis dari masyarakat yang tinggal di kawasan yang
cepat. Izin lain yang memang terkendala, bersebelahan dengan perumahan, biasanya
karena belum selesai. Person-nya yang kita pengembang mengadakan pertemuan dengan warga
percaya pensiun. UPL UKL yang lama, itu yang dan mengundang setiap kepala keluarga.
menentukan juga sebenarnya karena yang
menentukan site plan kan.” (D11) Maksud dari pertemuan ini adalah untuk
mendiskusikan jika masyarakat menolak atau merasa
Walaupun alur proses perizinan telah dipahami oleh keberatan dengan dibangunnya perumahan tersebut.
pengembang, hasil wawancara menunjukkan bahwa Jika masyarakat merasa keberatan, pengembang akan
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh semua mencoba untuk mencapai kesepakatan. Namun, yang
izin tidak menghalangi mereka untuk melakukan umumnya terjadi adalah pengembang hanya
pemasaran sedini mungkin. Pengembang bahkan mengundang beberapa ketua RT/RW pada
menganggap bahwa mengantongi izin lokasi pertemuan khusus yang tidak dihadiri oleh warga
merupakan sebuah jaminan yang memungkinkan lainnya. Hal ini diutarakan oleh salah satu aparat
mereka untuk melaksanakan proses konstruksi— perencana berikut:
padahal IMB belum diperoleh. Salah satu
“Kadang kalo aturan itu kan harus tetap ada
pengembang menjelaskan sebagai berikut:
izin masyarakat ya tinggal masyarakat tertentu
“Sejak izin prinsip sudah dapat, kita bisa mulai aja, kasih duit, udah beres. Terus tau-tau di
memasarkan. Bahkan booking fee sudah ada tengah masyarakat yang lainnya tidak tau apa-
yang masuk.” (D15) apa kok begini ya.” (P01)

Selain memakan waktu lama, proses perizinan juga Dalam pertemuan ini, pengembang mencoba untuk
memerlukan biaya yang substansial meskipun dalam memberikan kompensasi supaya warga sepakat dan
aturannya tidak menyebutkan biaya apapun. Studi memperbolehkan dibangunnya perumahan. Salah
yang dilakukan oleh (2013) menyingkap fakta bahwa satu pengembang menyebutkan bahwa mereka
biaya transaksi (informal) untuk perizinan memerlukan waktu dua bulan untuk memperoleh izin
perumahan bisa lebih besar daripada biaya perolehan tetangga. Kompensasi umumnya dimaksudkan untuk
lahan. Ketidakjelasan biaya ini lah yang dianggap memperbaiki kondisi fisik dari fasilitas dan
pengembang cenderung menjadikan rencana infrastruktur lingkungan, tapi bentuknya berbeda-
anggaran yang over calculated. Sebagai beda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.
konsekuensinya, hal ini turut meningkatkan harga Pengembang kadang diminta untuk tetap membuka
jual rumah. Oleh karenanya, proses perizinan ini akses pejalan kaki ke dalam perumahan. Gang yang
digambarkan sebagai proses yang menyulitkan serta terhubung dengan akses tersebut pun kadang
memakan waktu dan biaya (Monkkonen 2013). diperlebar dan diberi perkerasan seperti dijelaskan
Ketidakjelasan aturan ini juga diutarakan dalam dalam kutipan berikut:
kutipan wawancara berikut:
“Ada beberapa akses warga yang kita biarkan
“Biayanya tidak jelas, tidak ada yang baku dan permintaan warga untuk bisa akses kesana
segini…Kita kan pakai konsultan, konsultan … awalnya jalan setapak tapi kita perbagus,
‘segini, pak’. Sebenarnya ga ada duitnya masuk ke jalan kompleks, diperlebar, itu dicor,
(retribusi), cuma IMB. Tapi di Indonesia kalau yang semula hanya tanah.” (D11)
tidak ada duitnya ya tidak jalan. Mereka punya
aturan tapi untuk ekspos, transparansi ke Pertimbangan untuk mempertahankan akses pejalan
masyarakat masih sangat kurang, terutama ke kaki, atau dengan kata lain untuk tidak memotong
harga … Akhirnya kita menghitung RAB-nya itu akses warga, biasanya dilakukan dengan melihat
biar ga beresiko kita up-in, RAB kan keuntungan ataupun kerugian pengembang dengan
menentukan harga jual rumah. Yang terjadi adanya akses tersebut terhadap pentingnya proyek
perizinan itu tidak murah, sangat mahal, nah pembangunan perumahan tetap berjalan tanpa
itu yang memberatkan … Lebih baik mahal tapi ditolak oleh warga sekitar. Jika akses dipotong dan
jelas tidak masalah sehingga kita bikin RAB kan membuat resiko kegagalan pada proyek mereka
tepat.” (D18) maka pengembang tidak akan melakukannya seperti
dikemukakan dalam kutipan berikut:
Kondisi ini sangat jauh dari ideal karena mendorong
“Itu dulu kan ada jalan setapak warga itu tidak
terjadinya penyuapan. Namun sayangnya, hal ini
bisa dimatikan. Sebetulnya kalau pakai
tidak hanya terjadi antara pengembang dan
kendaraan mereka bisa lewat jalan tapi kan
perencana tapi juga dengan warga karena
untuk supaya situasi juga kondusif dengan
pengembang juga menyebutkan izin tetangga sebagai

72
Gatted Community, Cluster, Sistem Keamanan 24 Jam ... (Fenita Indrasari)

tetangga tidak bisa juga serta merta. Mereka 2. Meskipun bentuk kompensasi yang disepakati
kan sudah mewakafkan tanahnya untuk antara pengembang dan penghuni kampung sudah
dijadikan jalan ke kampung sehingga salah satu sangat spesifik, sayangnya tidak dicantumkan dalam
klausul di izin tetangga yang begitu.” (D09) surat pernyataan izin tetangga yang dilampirkan saat
pengurusan izin di Pemda. Dalam surat pernyataan,
Pada kasus lainnya, warga sekitar meminta hanya disebutkan bahwa warga memperbolehkan
kompensasi berupa uang. Beberapa pengembang, pembangunan perumahan di lokasi mereka tinggal.
telah mengaku memberikan uang saku untuk setiap Jika saja klausul kesepakatan dicantumkan,
kepala keluarga ataupun hanya beberapa pemuka persyaratan teknis dapat diverifikasi oleh perencana
masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar. dari Pemda dan hal ini dapat menjadi salah satu cara
Meskipun nominal uang saku tersebut terlihat kecil, informal bagi Pemda untuk mengarahkan bentuk-
tapi akumulasinya mengambil bagian yang cukup bentuk fisik yang tidak termasuk ke dalam lingkup
besar dari total anggaran pembangunan perumahan. perizinan.
Hal ini dikemukakan oleh salah satu pengembang
berikut: Proses perizinan yang ada sekarang belum banyak
ditaati oleh pengembang karena proses yang
“Kita meeting-nya 1-RW 3-RT di kantor desa.
memakan waktu lama, biaya yang besar meskipun
Permintaaan dari warga banyak sekali. Kita
tidak ada standard biaya, dan klientelisme. Selain itu,
bangun kantor RW 30 juta. Kompensasi per
proses perizinan memiliki potensi untuk
rumah tangga bentuknya uang, ada 25 juta
mengarahkan bentuk perumahan tapi harus disiasati
dibagi-bagiin ke warga ... Kompensasi itu
dengan cara-cara yang dapat mengimbangi trik
dimana-mana ... Beda lokasi beda
pengembang, salah satunya dalam berdialog dengan
kompensasinya, tergantung lingkungan.
masyarakat yaitu untuk memperoleh izin tetangga.
Lingkungan kota mungkin orangnya lebih
berpendidikan tapi mintanya lebih besar. Izin
tetangganya juga ribet. Bahkan teman saya ada
bikin cuma 28 unit dia sampai ngaspal dari Uang
depan, sampai habis 280juta untuk kompensasi kompensasi
doang” (D18)
Akses Perbaikan
Cara lain dalam memperoleh izin tetangga yang juga
warga jalan setapak
lazim dilakukan oleh pengembang adalah dengan
membujuk. Persuasi dilakukan dengan memberikan
pengandaian akan kemungkinan terjadinya
peningkatan nilai lahan yang juga diikuti dengan
peningkatan jumlah konsumen yang berbelanja di Izin
warung atau usaha milik masyarakat sebagai hasil tetangga
dari kenaikan jumlah populasi dari adanya
perumahan baru. Hal ini telah diakui oleh salah satu
pengembang sebagai salah satu trik untuk mengakali Gambar 2 Bentuk Kompensasi dalam Memperoleh
masyarakat sekitar: Izin Tetangga
“Asal kita bisa mengkomunikasikan
menguntungkan juga untuk warga sekitar; Tanggapan Aparat tentang Perizinan yang
warga dengan disitu ada pembangunan juga Mempengaruhi Bentuk Perumahan
mungkin secara ekonomi bisa naik. Mungkin Sementara itu, beberapa hasil dengan wawancara
mereka bikin usaha, penduduk disana makin aparat pemerintah yang bekerja pada dinas teknis
banyak kan buka toko makin laku. Lalu harga terkait perizinan perumahan disajikan dalam sub-
tanahnya, mungkin sebelumnya 1 juta setelah bab ini. Perizinan perumahan yang dibangun oleh
ada developer, makin dipasarkan, tanah juga pengembang dimulai dengan proses izin perencanaan
makin habis, otomatis harga rumah warga juga pada Dinas Penataan Ruang. Salah satu peran dari
makin naik … Pintar-pintarnya kita lah Dinas Penataan Ruang adalah melakukan verifikasi
menjelaskan.” (D17) yang terdiri dari tata ruang (peruntukkan), rencana
(persil) dan intensitas (KDB, KLB dll). Dalam
Data hasil wawancara dalam sub-bab ini verifikasi persil dilakukan pengukuran. Di dalam
menunjukkan bahwa akses sebagai salah satu elemen proses ini, tidak hanya intensitas pemanfaatan ruang
yang menentukan bentuk perumahan gated yang dibahas, tapi juga arah peletakan bangunan dan
community dipengaruhi oleh proses perizinan, orientasinya. Jika proses ini dilakukan secara benar,
khususnya izin tetangga seperti terlihat pada gambar pengembang tidak bisa leluasa menutup akses dan

73
Jurnal Permukiman Vol. 16 No. 2 November 2021: 69 – 81

membuat jaringan jalan baru yang tidak tersambung pengurusan IMB di DPMTSP namun informasi dari
dengan jaringan jalan eksisting hingga membuat Bappeda menunjukkan bahwa belum ada arah
tanah-tanah mati. Pengembang harus menyesuaikan perencanaan perumahan yang membatasi
peletakan bangunan dengan orientasi yang mengikuti pembangunan gated community. Analisis Dampak
jaringan jalan yang sudah ada seperti dalam kutipan LIngkungan (Amdal) dikaji oleh Dinas Lingkungan
wawancara dengan salah satu personil dari DPKP3 Hidup. Laporan Amdal tetap jadi persyaratan untuk
Kota Bandung berikut: lahan diatas 10.000 m2 namun belum tentu dilihat
berdasarkan luasan tetapi dilihat juga fungsinya
“Dulu ada peraturan mengenai garisan rencana
untuk apa. Luasan di bawah standar tersebut
kota, semua jalan harus ada sambungan jalan
dilakukan oleh UPL/UKL. Terkait hal itu Dinas
dan drainase dan ini dilakukan pada saat
Perhubungan mengkaji Analisis Dampak Lalu Lintas
pembahasan site plan. Setiap rumah juga ada
(Andalalin).
aturannya harus menghadap jalan atau sungai.
Jadi sesuai ketentuan ini, tidak seharusnya
Aturan mengenai tinggi dan material benteng
dibuat jalan baru kalau misalnya sudah ada
biasanya diatur oleh Dinas PU, begitu pula halnya
jalan eksisting. Bahkan kalau diperlukan,
dengan jarak antar persimpangan atau lokasi akses
dibuat rencana pelebaran jalan dan
perumahan. Akses dan lebar jalan masuk untuk
penyambungan jaringan sirkulasi berdasarkan
perumahan biasanya diatur sebagai berikut:
jaringan yang sudah ada. Jalan baru hanya
a) Untuk 1 akses, lebar jalan 8 meter
dibuat jika diperlukan dan tidak ada
b) Untuk 2 akses yang dibedakan antara keluar
sambungan yang bisa dibuat. “(NDP)
dan masuk, lebar jalan 5-6 meter.
Pada pelaksanaannya, penyambungan jaringan jalan
Dinas Perhubungan cenderung tidak memperhatikan
antar perumahan ini sulit dilakukan. Salah satu
akses gang untuk pejalan kaki dan memprioritaskan
alasannya karena jika kawasan di sekitar perumahan
pada kendaraan bermotor. Akses untuk kendaraan
berupa perkampungan maka tidak ada izin yang
cenderung dibatasi karena dianggap menyulitkan
dimiliki warga. Pengembang mungkin akan
dalam membuat kajian serta untuk mengurangi
mengalami kesulitan karena akan terjadi kesenjangan
jumlah bangkitan dari perumahan sebagaimana
baik dalam bentuk spesifikasi ukuran dan bahan
dijelaskan dalam kutipan wawancara berikut:
maupun pengelolaannya nanti. Hal ini dikemukakan
pada kutipan berikut:
“Kalau saya, membatasi akses sih sebetulnya.
“Jalan masuk di dalam site itu dia harus publik Ruas jalan yang harus dikaji yang kena imbas
ya..bukan privat..kalau dulu sih jaman saya dulu dari akses. Saya kadang suka kasih masukan ke
kalau misalnya ada satu site plan dia tetep konsultannya: satu akses aja biar ga ribet
harus ada akses yang menghubungkan dengan kajiannya. Kalau di andalalin ga diatur jalan
sebelah-sebelahnya. Banyak kan sekarang yang motor ke gang. Setiap akses yang dibuat jadi
rumahnya tertutup benteng tapi kadang- menambah bangkitan dari perumahan itu”
kadang developer ini dia ga mau karena disana (DHC).
itu belum tentu ada izinnya. Selain masalah
keamanan, dalam pemberian akses perumahan, Dalam perizinan tidak pernah ada yang menyebutkan
kadang pengembang tidak mau tersambung izin untuk membangun sebagai gated community dan
dengan kawasan sebelahnya kalau tidak ada kalaupun sudah terbangun tidak ada aturan yang
IMB, sementara di kampung jarang yang mengaturnya. Hal ini diutarakan oleh salah satu
memiliki izin. [Akhirnya] dia bikin jalan untuk personil Bappelitbang Kota Bandung dalam kutipan
perumahannya saja jadi eksklusif.. tapi kita berikut:
lihat saja rencana kota.” (NDP)
“Izin pasti bukan gated, mereka tidak
mencantumkan akan ada gated atau tidak.
Untuk menghasilkan rekomendasi teknis yang
Izinnya itu hanya ada berapa tapak, site plan
komprehensif, diperlukan keterlibatan beragam
apa. Kalau satpam iya, tidak bisa juga melarang
dinas. Peran dari setiap dinas berbeda-beda sesuai
orang pakai satpam. Permasalahannya kalau
dengan tupoksinya. Di tingkat pemerintah kota,
sudah jadi [terbangun], mereka pasang portal,
Bappelitbangda memberikan rekomendasi teknis
tidak ada aturan melarang. [Padahal]
untuk perumahan dalam bentuk Surat Persetujuan
seharusnya aparat kewilayahan segera turun ke
Pemanfaatan Ruang (SPPR) dan masuk ke dalam Tim
lokasi [dan memberi teguran yang] sifatnya
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD). Dinas
himbauan. Kalau alasannya menjaga
PU hanya melakukan kajian advis planning
keamanan [bisa diperbolehkan] tapi kemudian
perhitungan KDB site plan. Untuk aspek fisik seperti
[kalau] terlalu eksklusif tentu tidak baik, seolah
tinggi benteng dsb mungkin dikaji pada saat

74
Gatted Community, Cluster, Sistem Keamanan 24 Jam ... (Fenita Indrasari)

ada negara dalam negara, wilayah dalam pengembang kadang sulit juga ... tiap daerah
wilayah, [contohnya kalau sampai] tukang beda-beda kebijakan. tiap korwil tiap
bakso [dan pedagang keliling] tidak bisa kabupaten pasti ada kendala lain.” (AGS).
masuk.” (BPLB).
Sementara itu, benteng perumahan berfungsi untuk
Bentuk Perumahan Sebagai Fungsi atau membentuk karakter perumahan yang lebih mudah
Strategi Pengembang dijual seperti dikemukakan oleh salah satu
pengembang dalam kutipan berikut:
Jika gated community telah menjadi istilah yang lazim
diantara para perencana kota, pengembang lebih “Benteng dibangun untuk membatasi,
mengenal istilah cluster. Berdasarkan observasi dan kenyamanan konsumen … keamanannya
wawancara, gated community dan cluster tidak mereka, rasa amannya pembeli kita aja sih
memiliki elemen yang berbeda jauh. Namun, sangat sebetulnya. Kalau dibuat terbuka dengan warga
sulit untuk menemukan brosur pemasaran yang kampung, memang seperti mengeksklusifkan
mencantumkan istilah ‘gated community’. diri sih sebetulnya tapi ternyata memang ini
Pengembang lebih banyak mencantumkan istilah yang terbaik. Kalau dibuat terlalu blong juga
‘cluster’, keamanan 24 jam atau one-gate-system, malah menjadi tidak nyaman mereka …
seperti terlihat pada gambar 3, untuk keamanan memang jadi daya jual yang
mempromosikan keamanan sebagai salah satu daya lumayan. Sekian meter, dibenteng, 1 akses, ya
jual. lebih menarik lah dibanding kawasan kita kan
ada gang. Meskipun kita selalu infokan
Mengenai bentuk perumahan, setiap pengembang keamanan 24 jam tapi dengan luas yang sekian
memiliki brand masing-masing yang sesuai dengan belas hektar juga agak sedikit susah mungkin ya
tren, seperti minimalis dsb. Aspek yang diatur oleh kontrolnya. Tapi kalau yang cul-de-sac satu
pemerintah hanya harga rumah untuk mendapatkan hektar, itu sih kaya semacam menarik minat aja
FLPP dan spesifikasi teknis. Pasca konstruksi, sih sebetulnya karena kalau kecurian mah
pengembang disyaratkan untuk menerbitkan SLF kecurian we … jadi support marketing sih jadi
untuk setiap unit rumah sebelum dilakukan akad mendorong marketing supaya jualnya lebih
kredit dengan bank. Kemungkinan untuk percaya diri.” (D09).
rekomendasi kebijakan yang mengatur tentang
bentuk perumahan disambut dengan baik oleh Alasan dibalik perubahan dari perumahan terbuka
asosiasi pengembang asalkan tujuannya untuk menjadi gated community adalah karena kondisi
mempermudah, misalnya untuk mempermudah pasar dan preferensi konsumen. Pertimbangan yang
serah terima. Kutipan wawancara berikut ini dilakukan oleh Perumnas sebagai badan usaha yang
menjelaskan hal tersebut: akhirnya membangun gated community diutarakan
dalam kutipan berikut:
“Tidak ada pengaturan bentuk karena bentuk
itu biasanya pihak developer yang nentuin. “Strategi (cluster) gini kan eksternal juga kan ...
masih bebas. sekarang ini rangkanya aja yang kemudian turun ke internalnya seperti apa ...
jadi problem, terkait besi berapa. Permasalahan kita punya strategi dimana segmentasi
dalam perizinan untuk awal biasanya pasarnya, ada low cost [housing], rumah
pendekatan terhadap instansi [dinas terkait], komersil. sekarang difokusin lagi misalnya
setiap wilayah itu beda-beda ada yang lancar komersil itu sebenarnya disurvei lagi ke
ada yang terbentur. Sebetulnya kita masyarakat.. konsumennya yang butuh seperti
pengembang kalau ada hal-hal lain yang itu, kita olah gimana keinginan masyarakat
memudahkan ya senang-senang aja. sama produk ini bisa mix, bisa diperjualbelikan,

Gambar 3 Label Lain dari Gated Community

75
Jurnal Permukiman Vol. 16 No. 2 November 2021: 69 – 81

bisa mengurangi backlog perumahan. kita kan [kemungkinan subsidi lain] dari komersial area,
ga mungkin product oriented, kita customer misalnya pasar modern.. ada model-model
oriented. karena kita menyediakan kebutuhan bisnisnya.” (PRN)
untuk konsumen. Ada benchmarking,
dibandingkan dengan kompetitor-kompetitor Selain pertimbangan preferensi konsumen, gerbang
developer lain. Developer lain ngambil membedakan antara satu perumahan dengan
segmennya yang mana, pasar yang mana, kalau perumahan lain atau area lain dalam suatu kawasan.
mereka ambil yang ini kita ambil yang lain.. Di kawasan ini, benteng yang dibangun oleh
nanti dari benchmark ada threat ... Semua bisnis pengembang bukanlah yang sederhana tapi yang
sekarang berangkatnya dari pasar.” (PRN). mewah dan dirancang memiliki nilai estetika.
Pengembang menyatakan bahwa gerbang dibangun
Untuk mengetahui kebutuhan konsumen, salah satu untuk memberikan kesan eksklusif terlepas dari
pengembang yang diwawancara melakukan survei jumlah rumah yang ada. Namun, terkadang
konsumen sebagai salah satu bagian dari proses pengembang terlalu mementingkan desain gerbang
bisnis yang mereka lakukan. Hal ini diungkapkan tanpa mempertimbangkan kesan yang didapat dalam
dalam kutipan wawancara berikut: kawasan perumahannya. Dalam gambar 4 terlihat
bahwa benteng dirancang cukup tinggi dan masif tapi
“Ada kuesioner untuk standard indeks kepuasan
dibaliknya terdapat rumah-rumah berukuran kecil
pelanggan dan keluhan masyarakat seperti apa.
dengan jalan yang sempit. Kesan yang kontras seperti
Nanti dari situ kita maintenance strategi
ini memang disengaja. Gerbang perumahan dianggap
pemasaran, [kalau] ada masukan baru kita ke
lebih menarik daripada elemen desain lainnya bagi
business development, baru nanti ada
pembeli dari masyarakat kelas menengah, ujar
perencanaan. Awalnya dulu ada kuesioner [ke
pengembang dalam kutipan berikut:
konsumen] tapi sekarang di beberapa tempat
ada google forms. Kita ada kriteria- kriteria “Cluster X, ada 20-an lah. Itu lebih eksklusif,
untuk mencari sebenarnya konsumen ini sudah sedikit, dibuat gerbang sendiri lagi yang
prefernya kemana, kenapa mereka pilih bagus…dengan harapan konsumen lihatnya oh
[perumahan yang dibangun oleh] kami. Tiap niat…walaupun cuma berapa unit, terasa
minggu, tiap bulan ada laporan nanti ada eksklusif” (D12).
historinya nanti kita strateginya seperti apa...
atau secara annually, grafiknya itu kan kaya
musiman.. kaya lebaran, sekolah masuk, kaya
bunga bank juga.” (PRN).

Dari survei konsumen tersebut, data menunjukkan


bahwa konsumen memang lebih cenderung memilih
bentuk perumahan gated community. Sama seperti
perkembangan gated community di Indonesia, gated
community yang dikembangkan oleh salah satu
pengembang ini awalnya ditujukan untuk segmen
menengah ke atas namun kemudian bergeser hingga
ke kelas menengah dengan harga rumah yang lebih
terjangkau. Pembangunan gated community untuk
segmen kelas menengah dimungkinkan dengan
adanya subsidi dari area komersil yang bisa dijual
dengan harga tinggi. Kutipan wawancara berikut
menjelaskan dengan lebih detil:
“Hasilnya konsumen pilih cluster karena dari
segi keamanan [tampaknya lebih baik pada Gambar 4 Eksterior Gerbang Perumahan yang
bentuk perumahan] cluster. Tapi nanti trade- Kontras dengan Ambience Perumahan
offnya ke masalah price ya. Untuk sasaran
menengah ke atas akan beda dengan sasaran Melihat sejarah perubahan sosial di Indonesia dan
menengah bawah, ga sama. Awalnya [cluster] perspektif pengembang, tampaknya fenomena
untuk menengah atas tapi sekarang RSS pun membenteng atau ‘walling or forting up’, sebagaimana
kita sudah pakai pagar cluster ... [trade-off] Blakely dan Snyder (1998a), definisikan sebagai
cluster bisa mahal bisa murah ... [mencari proses membangun benteng untuk menciptakan
solusi] mungkin ga subisidi, misalnya ada gated community, juga berkaitan dengan tujuan untuk
townhouse, townhouse kan harganya bisa tingi.. melindungi nilai properti. Benteng bermanfaat bagi

76
Gatted Community, Cluster, Sistem Keamanan 24 Jam ... (Fenita Indrasari)

pengembang untuk membeli lahan yang kurang layak gambar kedua. Di tahap kedua ini, pengembang
secara pertimbangan pasar karena dapat membangun jalan buntu lain untuk memungkinkan
memisahkan realisme antara kawasan perumahan pembangunan tahap ketiga. Begitu pula pada tahap-
dengan lingkungan sekitarnya (Lang dan Danielsen tahap selanjutnya.
1997), misalnya karena terletak bersebelahan
dengan kampung yang dianggap padat dan kumuh. Jalan buntu lazim ditemui dalam kawasan
Hal ini umum berlaku di Indonesia karena telah perumahan. Pengembang menganggap bahwa bentuk
banyak diketahui bahwa benteng berfungsi untuk jalan buntu memudahkan mereka untuk membuat
mendapatkan harga lahan yang lebih murah. koneksi baru—sebuah strategi desain untuk
mengamankan pembangunan yang akan datang tapi
Selain pertimbangan terhadap calon pembeli, salah tergantung pada lokasi lahan yang masih kosong. Jika
satu pengembang menyatakan bahwa keputusan akan melakukan ekspansi kawasan perumahan ke
untuk membangun benteng juga didasarkan pada sebelahnya, jalan buntu dapat mudah disambungkan
proses perolehan lahan. Pengembang sengaja ke blok rumah yang baru. Tapi bentuk ini tidak selalu
memblok akses bagi lahan masyarakat yang berada di dimaksud untuk tujuan tersebut, pengembang selalu
belakang perumahan yang belum terbeli. Blokade ini menginginkan profit yang maksimal sehingga lahan
akan menyulitkan pemilik lahan untuk menjual yang ada harus dibuat semaksimal mungkin sebagai
lahannya karena tidak adanya akses ke jalan. Pada kavling daripada dibuat sebagai jalan. Salah satu
akhirnya, pemilik lahan akan terpaksa menjual pengembang menjelaskan sebagai berikut:
lahannya ke pengembang dan sering kali dengan
harga jual yang rendah. Tindakan blokade ini
“Kita selalu berpikir bahwa suatu saat kita akan
diutarakan oleh salah satu pengembang dalam
mengembangkan lokasi, sehingga bentuk jalan
kutipan berikut:
kita selalu mentok, itu suatu saat ini bisa
“Sekarang ada proyek lain tahap satu 96 unit. kebuka, kita bikin blok baru. Selalu
Tahap berikutnya masih ada 10 hektar tapi begitu…kalau dibuat keliling saya hilang 2
belum dibebaskan ya ke belakang. Tapi sudah kavling… 1 sqm. kali sekian juta, itu yang
diblok dari depan gerbang kita” (D18) dihitung, hilang…ujung-ujungnya efektifitas
lahan yang bisa dijual…kita yang jualan harus
Strategi pengembang untuk melakukan blokade sangat efektif” (D09).
menggunakan benteng ternyata tidak hanya
ditujukan untuk menarik calon pembeli tapi juga Keterlibatan developer dalam pemeliharaan PSU
untuk merencanakan perolehan lahan di masa yang terbatas selama kawasan perumahan tersebut masih
akan datang serta perluasan proyek yang dapat dalam masa konstruksi. Namun kini ada
dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan kecenderungan bisnis baru dari para pengembang
pembangunan perumahan ini dapat diilustrasikan hingga mencakup property management. Hal ini
seperti pada gambar 5. Tahap pertama, pengembang disebutkan dalam kutipan wawancara dengan
mendesain sejumlah jalan buntu (tanda panah Perumnas berikut:
kuning) yang diakhiri dengan benteng perumahan.
“Yang sudah terjual nunggu semuanya [dalam
Sewaktu-waktu benteng ini dapat dibongkar jika
master plan] baru serah terima.. Kalau dari
diperlukan untuk memperluas perumahan menjadi

Gambar 5 Tahapan Pembangunan Perumahan

77
Jurnal Permukiman Vol. 16 No. 2 November 2021: 69 – 81

masyarakat belum ada yang minta [untuk tetap Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemilik lahan
pemeliharaan oleh perumnas] atau gimana.. tidak dibayar penuh selama proses pembangunan
tapi kami sudah ada estate management, belum masih berlangsung. Pemilik lahan dibayar lunas jika
ke landed [perumahan tapak], masih semua rumah telah terjual. Alasan untuk menahan
apartemen.. ini bisnis unit baru.. masih akan pembayaran ini mungkin dikarenakan pengembang
berkembang [mungkin saja hingga ke ingin menghindari resiko seandainya penjualan
perumahan tapak].. Cluster biasanya udah ada rumah bermasalah. Dengan adanya bentuk kerjasama
RT/RW untuk kelola sendiri.. di Cilegon belum seperti ini, maraknya pembangunan perumahan
serah terima jadi kita [kenakan penghuni] ada cluster dapat dimaklumi, apalagi dengan tingginya
biaya estate management, kita kelola.. permintaan perumahan cluster dari masyarakat kelas
[besarnya biaya tersebut] tergantung menengah seperti diutarakan salah satu
kebutuhannya apa dulu, dihitung.. sampah, pengembang:
rumput, biaya petugas keamanan.. dijaga 24
“Kerjasama dengan pemilik lahan, jadi
jam ada satpamnya.” (PRN)
rumahnya udah laku baru tanahnya dilunasin.
Di KBB banyak pengembang kecil, tanah cuma
Selain kesamaan elemen fisik gerbang dan benteng,
4000 km2. bikin perumahan. Tanah cluster
terdapat faktor pendorong yang membedakan
banyak, peminat banyak.” (P02)
terciptanya cluster. Menurut perencana kota, cluster
muncul karena masa boom pembangunan perumahan
Kerjasama tidak hanya dilakukan dengan pemilik
membuat pemilik lahan individual tertarik untuk
lahan, tapi juga dengan perusahaan atau pengembang
membagi lahannya dan mengkonversikannya
lain yang telah memiliki izin lokasi namun proses
menjadi kavling-kavling dan membangun rumah.
pembangunannya terhenti. Praktek seperti ini
Salah satu perencana yang bekerja di Pemda bahkan
pengembang memberikan keuntungan bagi
mengaku dulu pernah menjadi salah satu
pengembang untuk membangun dengan luasan yang
pengembang tersebut. Individu pemilik lahan
lebih besar karena izin lokasi yang dimilki biasanya
tersebut dapat bertindak sendiri atau menggunakan
berlaku sebelum adanya peraturan tentang Kawasan
jasa kontraktor untuk membangun perumahan
Bandung Utara pada tahun 2008 yang mengurangi
cluster tapi pada umumnya mereka tidak memiliki
batasan KDB. Salah satu pengembang menjelaskan
izin apapun. Praktek ini sudah lazim dilakukan.
kerjasama dengan pengembang lain dalam kutipan
Serupa dengan praktek pembangunan di kampung
berikut:
dimana lahan dibagi menjadi kontrakan-kontrakan,
logika pembagian lahan untuk membangun rumah “Saya ada proyek lain. Itu dari 1987 kita yang
dan dijual dalam bentuk cluster juga serupa. kelola sampai 2004. 2004 kolaps kemudian
dijual ke developer lain. 2012 ada lahan
Pengembang selalu mencari lahan kosong untuk diatasnya, masih izin yang lama, mau kita coba
dikembangkan. Kedua faktor yang dibahas garap lagi 2 hektar-an. Ngorehan sisa-sisa,
sebelumnya mendorong pengembang untuk dimana yang masih bisa dijual dimanfaatkan.”
mengambil jalan lain dalam memperoleh lahan. (D09)
Daripada membeli lahan, empat dari sembilan
pengembang melakukan kerjasama dengan sejumlah Selain terkait dengan kalkulasi nilai lahan,
pemilik lahan berdasarkan pembagian hasil. membangun perumahan berskala kecil dalam bentuk
Kerjasama ini memungkinkan individu yang memiliki cluster juga dianggap menguntungkan jika dilihat dari
lahan berukuran medium untuk menjual lahannya sudut pandang penyediaan sarana. Hal ini
serta pengembang berskala kecil untuk merefleksikan kurangnya kepercayaan diri dan
mengembangkan perumahan. Pengembang dapat keterbatasan kapasitas dari pengembang skala kecil.
melangsungkan proses perizinan dan konstruksi Persyaratan sarana yang ada sekarang adalah
tanpa harus membuat pengeluaran untuk membeli semakin besar ukuran perumahan berarti semakin
lahan. Praktek seperti ini dijelaskan oleh salah satu banyak sarana yang harus disediakan sementara
pengembang dalam kutipan berikut: perumahan cluster hanya disyaratkan untuk
menyediakan ruang terbuka hijau atau masjid di
“Developer pasti menjajaki lahan yang bisa
dalam kawasan perumahannya. Selain itu,
dikembangkan sementara perolehan lahan
pengembang juga menganggap bahwa
semakin sulit karena harga. Untuk proyek kita
mengembangkan perumahan cluster memberikan
ada yang beli dan ada yang kerjasama dengan
profit yang lebih banyak daripada mengembangkan
pemilik lahan, kita yang mendesain lalu sistem
perumahan berskala besar meskipun logikanya lebih
bagi hasil.” (D17)
banyak pengeluaran untuk perizinan. Hal ini
diutarakan salah satu pengembang dalam kutipan
berikut:

78
Gatted Community, Cluster, Sistem Keamanan 24 Jam ... (Fenita Indrasari)

“Ada beberapa ketentuan yang menjadi hilang bangun rumah tipe 80 aja sudah mulai susah
kalau luasannya berkurang … misalnya jualannya. Saya disini 80 hanya beberapa
perumahan X dengan luasan yang besar jadi kapling, sampai sekarang cuma laku 6-7 kavling
harus ada fasilitas sekolah, rumah sakit. Kalau ... yang tadinya besar, kita kecilin lagi” (D09)
dari segi hitung-hitungan bisnis sebetulnya 5+5
itu lebih menguntungkan daripada 1x10 dari Pada akhirnya, keputusan untuk membentuk
sisi cashflow … biaya yang dikeluarkan lebih perumahan menjadi gated community tidak hanya
mahal sebetulnya karena perizinan banyak tapi berujung di pihak pengembang. Kalaupun
begitu dihitung di ujung proyek, cash-on kita pengembang bersedia untuk membuat akses umum,
lebih bagus yang kecil-kecil” (D09) hal ini belum tentu dilaksanakan jika ada
pertimbangan preferensi konsumen. Tapi tentu perlu
Bentuk cluster juga dianggap serupa dengan bentuk diingat bahwa hal ini umumnya terjadi pada kondisi
cul-de-sac karena menciptakan area privat. Jika tidak adanya persyaratan dari Pemda.
sebenarnya cul-de-sac adalah sebuah jalan tanpa
koneksi atau jalan buntu, istilah ini telah banyak Pembahasan
digunakan untuk merujuk kepada sebuah layout Bentuk perumahan dipengaruhi oleh proses
dengan satu akses. Pengembang mengaku bahwa perizinan. Dari proses perizinan diketahui bahwa
preferensi pasar yang memaksa mereka untuk beberapa pengembang telah mempertahankan akses
membangun bentuk tersebut. Jika tidak mengikuti, warga. Namun alasan dibalik akses ini tidak hanya
penjualannya tidak sebaik cul-de-sac sehingga untuk menghormati warga yang sudah
mereka terpaksa menurunkan harga jual rumahnya menyumbangkan tanahnya untuk akses publik tapi
dan memasang portal untuk menciptakan efek juga supaya warga kampung yang tinggal
privatisasi jalan yang serupa dengan cul-de-sac. bersebelahan ini memberikan izin tetangga kepada
Pengalaman pengembang seperti ini dikemukakan pengembang. Izin tetangga ini menjadi salah satu
dalam kutipan berikut: prasyarat dalam mendapatkan advis planning yang
“Preferensi pasarnya cul-de-sac. lebih menjual. kemudian dapat ditindaklanjuti dengan
saya ada cluster yang tidak cul-de-sac, banyak mendapatkan rekomendasi teknis serta diakhiri
orang tanya ‘kok tidak cul-de-sac ya’, jadi dengan IMB atau kini PBG.
kurang suka gitu. Saya dulu bikin 10 unit tapi
memang itu jalan umum ya…akhirnya saya Selain proses perizinan, kombinasi antara pasar
jualnya juga dimurahin… akhirnya kita kasih tanah dan segmen pasar perumahan di pinggiran
portal.” (D18) Kota Bandung ini turut mempengaruhi pengembang
untuk menentukan harga jual dan bentuk perumahan
Tidak hanya ukuran area perumahan, ukuran rumah yang spesifik: benteng, gerbang dan cul-de-sacs—
yang lebih kecil juga lebih diminati terutama oleh yang merepresentasikan gated community dan
keluarga muda dengan pendapatan total lebih dari 10 cluster. Pengembang sebagai pelaku pasar
juta rupiah per bulan. Karena sibuk bekerja, mereka diasumsikan sebagai profit maximizers yang
memiliki sedikit waktu di rumah sehingga rumah menghasilkan setiap keputusan berdasarkan
yang berukuran kecil akan lebih mudah untuk perhitungan profit (Campbell, Tait, dan Watkins
dibersihkan dan dirawat. Salah satu pengembang 2014). Tidak hanya untuk menarik calon pembeli,
mengutarakan pengalamannya dalam kutipan benteng dan gerbang perumahan juga sengaja
berikut: dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengembang
akan perolehan lahan di masa yang akan datang.
“Sekarang kalau misalnya kita bangun rumah
yang cluster gitu, 1000 m2. ada beberapa puluh Karena alasan eksklusifitas, sebagai salah satu daya
unit, kita bisa jual mahal karena yang belinya tarik dalam menjual properti, desain perumahan
juga para pasangan muda yang baru punya 1-2 dengan layout grid dan tanpa benteng tidak dianggap
anak dengan posisi kerja yang punya joint sebagai solusi yang baik karena bertolak belakang
income yang lumayan besar. Mereka sudah dengan aspirasi pasar. Sebagaimana temuan dari
tidak mau beli perumahan yang terbuka, lebar, Rahadi et al. (2013) bahwa selayaknya sektor privat,
dan belinya tipe 40 mereka tidak mau. Kita pengembang membangun perumahan berdasarkan
selaku penjual juga mengikuti tren preferensi masyarakat baik fakta maupun asumsi,
akhirnya..karena ternyata pasangan-pasangan pengembang dalam kajian ini cenderung
muda rata-rata lebih suka yang itu cluster- menghindari akses ke kampung sekitar karena
cluster yang 20-30 unit. Akhirnya tren itu dianggap tidak menarik oleh pembeli yang umumnya
terjadi ketika pasarnya meminta masyarakat kelas menengah. Dari segi desain,
sebetulnya…Jualan saya dari 2009 sampai sepertinya diperlukan adanya solusi yang
sekarang bagusnya di tipe 40, 40-50 m2 ... Ketika memungkinkan transisi yang lebih halus dari jalan

79
Jurnal Permukiman Vol. 16 No. 2 November 2021: 69 – 81

umum ke dalam area perumahan daripada sekedar perumahan untuk memiliki akses ke kampung
gerbang dan benteng. sekitar, benteng, gerbang, dan luas perumahan yang
relatif kecil.
Ditujukan supaya terpisah dari warga kampung
sekitar, clusters dan gated community juga berfungsi Gated community tetap banyak dibangun oleh
sebagai alat pembagian kaveling yang efisien. pengembang meskipun banyak efek negatif yang
Efisiensi dalam hal ini tentunya yang dianggap oleh dihasilkan dari bentuk pembangunan perumahan
pengembang dapat memberikan profit yang lebih semacam ini. Alasan dibalik maraknya pembangunan
banyak dengan menghasilkan lebih banyak produk gated community yang dikupas melalui sudut
yang dijual dan mengurangi biaya untuk penyediaan pandang pengembang serta dilengkapi dengan sudut
sarana. Perumahan yang memiliki sarana lengkap pandang aparat pemerintah yang terlibat pada dinas
memerlukan biaya yang tinggi dalam penyediaannya, teknis terkait perizinan perumahan menunjukkan
sehingga strategi berbasis pasar tidak lagi sesuai bahwa pemerintah tidak berperan banyak dalam
(Talen 2013). menentukan bentuk perumahan yang boleh
dibangun. Sebaliknya, proses pengambilan keputusan
Dilihat secara sekilas, pengembang cenderung tidak berbasis pasar yang lebih banyak menentukan bentuk
mengikuti aturan tapi praktek yang mereka lakukan perumahan yang dibangun oleh pengembang. Bentuk
sebenarnya hanya menunjukkan bahwa pengembang perumahan yang baik seyogyanya perlu diarahkan
bertindak untuk mendapatkan profit tanpa adanya oleh pemerintah melalui regulasi, salah satunya
aturan yang melarang terbangunnya gated adalah perizinan perumahan.
community. Diperlukan adanya intervensi dari
pemerintah untuk mengurangi efek negatif dari gated
community. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya UCAPAN TERIMA KASIH
adalah dengan memberikan definisi fisik yang jelas
serta panduan untuk mengatur bentuk perumahan Artikel ini dibuat berdasarkan data dari studi penulis
gated community. Tahap awal untuk pendefinisian di RMIT University, Australia, dan kegiatan inovasi
dan kategori ini sudah dilakukan oleh beberapa studi, dengan sumber dana APBN TA 2019 yang dilakukan
misalnya Samsirina (2015). Sementara panduan yang penulis bersama dengan Siti Zubaidah Kurdi dan
dapat dijadikan acuan diantaranya dapat ditemui di Kunthi Herma Dwidayati
Malaysia yang membedakan antara gated community
dan guarded neighbourhood (Kementerian
Perumahan dan Kerajaan Tempatan Semenanjung DAFTAR PUSTAKA
Malaysia 2010). Panduan ini memuat ketentuan Aini, N, dan HE Kusuma. 2016. “Faktor-Faktor yang
diantaranya: lokasi yang diperkenankan, jenis batas Mempengaruhi Ketertarikan pada Perumahan
yang diperbolehkan digunakan, luas minimum, Berbasis Agama.” In Temu Ilmiah IPLBI 2016,
jumlah unit minimal dan maksimal di dalamnya, 147–57.
perletakan fasilitas umum, dan tersedianya akses
Bagaeen, Samer, dan Ola Uduku. 2010. Gated
darurat selain gerbang masuk.
Communities: Social Sustainability in
Contemporary and Historical Gated
Developments. Gated Communities: Social
KESIMPULAN Sustainability in Contemporary and Historical
Artikel ini telah mengungkap alasan yang menjadi Gated Developments. Routledge.
dasar bagi pengembang untuk membangun gated https://doi.org/10.4324/9781849774772.
community. Temuan menunjukkan bahwa tidak Blakely, Edward J, dan Mary Gail Snyder. 1997.
hanya preferensi konsumen dan tren yang terjadi “Divided We Fall: Gated and Walled
yang menentukan keputusan terkait bentuk Communities in the United States.” Architecture
perumahan, pengembang juga bertindak cukup of Fear. Vol. 320. New York: Princeton
leluasa untuk membangun gated community karena Architectural Press New York.
hubungan personal dalam perolehan izin serta ———. 1998a. “Forting up: Gated communities in the
kebiasaan pengembang dalam membujuk warga United States.” Journal of Architectural and
sekitar terutama dalam menentukan apakah akan Planning Research, 61–72.
dibuat akses atau tidak. Selain itu, gated community
juga dibuat untuk memfasilitasi pengembang dalam ———. 1998b. “Separate places: Crime and security
memperoleh profit yang lebih tinggi dengan cara in gated communities.” Reducing crime through
memberikan pentahapan pembangunan, dan real estate development and management, 53–
pengurangan kewajiban penyediaan fasilitas. Seluruh 70.
alasan inilah yang akhirnya menentukan bentuk

80
Gatted Community, Cluster, Sistem Keamanan 24 Jam ... (Fenita Indrasari)

Campbell, Heather, Malcolm Tait, dan Craig Watkins. Kozak, Daniel. 2008. “Assessing urban fragmentation:
2014. “Is there space for better planning in a The emergence of new typologies in central
neoliberal world? Implications for planning Buenos Aires.” World Cities and Urban Form:
practice and theory.” Journal of Planning Fragmented, Polycentric, Sustainable, 269–92.
Education and Research 34 (1): 45–59. https://doi.org/10.4324/9781315811871.
Charmes, Eric. 2010. “Cul-de-sacs, superblocks and Lang, Robert E, dan Karen A Danielsen. 1997. “Gated
environmental areas as supports of residential communities in America: Walling out the
territorialization.” Journal of Urban Design 15 world?” Housing Policy Debate 8 (4): 867–99.
(3): 357–74. Leisch, Harald. 2002. “Gated communities in
Diningrat, Rendy Adriyan. 2015. “Spatial Segregation Indonesia.” Cities 19 (5): 341–50.
of Large Scale Housing: The Case of Kota Monkkonen, Paavo. 2013. “Urban land-use
Harapan Indah New Town, Bekasi.” Journal of regulations and housing markets in developing
Regional and City Planning 26 (2): 111–29. countries: Evidence from Indonesia on the
Duany, Andres, Elizabeth Plater-Zyberk, dan Jeff importance of enforcement.” Land Use Policy
Speck. 2001. Suburban nation: The rise of 34: 255–64.
sprawl and the decline of the American dream. https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2013.0
Macmillan. 3.015.
Goix, R Le, dan C Webster. 2008. “Gated communities. Rahadi, Raden Aswin, Sudarso Kaderi Wiryono,
Geography Compass” 2 (4): 1118–1214. Deddy P Koesrindartoto, dan Indra Budiman
Grant, Jill, dan Andrew Curran. 2007. “Privatized Syamwil. 2013. “Attributes influencing housing
suburbia: The planning implications of private product value and price in Jakarta
roads.” Environment and Planning B: Planning metropolitan region.” Procedia-Social and
and Design 34 (4): 740–54. Behavioral Sciences 101: 368–78.
https://doi.org/10.1068/b32136. Samsirina. 2015. “Tipo-Morfologi Gated Communities
Grant, Jill, dan Lindsey Mittelsteadt. 2004. “Types of di Metropolitan Jakarta.” Disertasi Program
gated communities.” Environment and Doktor Arsitektur ITB.
planning B: Planning and Design 31 (6): 913– Samsirina, S, WD Pratiwi, dan IB Harun. 2017.
30. “Tourism inside gated: The transformation of
Hapsariniaty, Alia Widyarini, Boedi Darma Sidi, dan gated housing in peri-urban of Bandung.”
Allis Nurdini. 2013. “Comparative Analysis of ASEAN Journal on Hospitality and Tourism 15
Choosing to Live in Gated Communities: A case (1): 24–35.
study of Bandung metropolitan area.” Sueca, N, dan LDR Fitriani. 2012. “Profile gated
Procedia-Social and Behavioral Sciences 101: community di Denpasar.” In Temu Ilmiah IPLBI
394–403. 2012, 45–48.
Hartanto, Tri. 2016. “Gated Community Studi Kasus: Talen, Emily. 2013. “Prospects for walkable, mixed-
Perumahan Casa Grande di Yogyakarta.” Jurnal income neighborhoods: Insights from US
Teknik Sipil dan Arsitektur 18 (22). developers.” Journal of Housing and the Built
Hastijanti, Retno. 2003. “Kampung Kota sebagai Environment 28 (1): 79–94.
‘Permukiman Berpintu Gerbang.’” Nalars 2 (2): Tedong, Peter Aning, Jill L Grant, dan Wan Nor
59–63. Azriyati Wan Abd Aziz. 2014. “The social and
Hogan, Trevor, Tim Bunnell, Choon-Piew Pow, Eka spatial implications of community action to
Permanasari, dan Sirat Morshidi. 2012. “Asian enclose space: Guarded neighbourhoods in
urbanisms and the privatization of cities.” Selangor, Malaysia.” Cities 41: 30–37.
Cities 29 (1): 59–63. Wulangsari, Amalia, dan Wisnu Pradoto. 2014.
Kementerian Perumahan dan Kerajaan Tempatan “Tipologi Segregasi Permukiman berdasarkan
Semenanjung Malaysia. 2010. Garis Panduan Faktor dan Pola Permukiman di Solo Baru,
Perancangan Gated community and Guarded Sukoharjo.” Jurnal Pembangunan Wilayah &
Neigbourhood. Kota 10 (4): 387–99.
https://www.mpklang.gov.my/sites/default/f Yandri, Pitri. 2015. “Conflicts and segregation of
iles/panduan/Garis Panduan Guarded and housing cluster communities and its
Gated Community.pdf. surrounding.” Jurnal Kependudukan Indonesia
10 (2): 75–88.

81

Anda mungkin juga menyukai