Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 3 PENELITIAN ARSITEKTUR

Disusun Oleh :

Valentinus Yulindra Ganis

3213100017

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016

Isu

Permukiman bantaran sungai


Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota membawa pengaruh
terhadap struktur maupun kegiatan dalam suatu kota. Terpusatnya
kegiatan pada kota mempengaruhilaju urbanisasi menuju kota tersebut.
Tingginya laju urbanisasi penduduk menujuperkotaan di negara
berkembang saat ini tidak diikuti dengan keterampilan yangcukup
sehingga menyebabkan adanya sebagian penduduk yang tidak
mampubersaing dan menyebabkan penduduk tersebut tidak mempunyai
kemampuan untukmenyediakan kebutuhan hidupnya salah satunya
dibidang perumahan. Fenomena ini menyebabkan terjadinya kantungkantung permukiman kumuh pada kawasan perkotaan. Permukiman
kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidak
teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
syarat. Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya banyak dampak negatif
bagi penduduk yang tinggal dipermukiman tersebut. Tatanan bangunan
yang tidak beraturan, kepadatan bangunanyang sesak, dan kondisi sarana
dan prasarana yang buruk disebabkan pengelolaan yang kurang baik dari
penduduk setempat. Kurang adanya partisipasi penduduk setempat dalam
pengelolaan permukiman tersebut menyebabkan kondisi yangkurang
layak huni, sehingga rentan terjadinya bencana-bencana seperti banji
ataupun kebakaran.
Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan
penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
perkembangan kegiatan suatu kota. Perkembangan tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan terhadap struktur kota. Perubahan
tersebut akan mengarah pada kemerosotan suatu lingkungan
permukiman, tidak efisiennya penggunaan tanah kawasan pusat kota, dan
mengungkapkan bahwa penurunan kualitas tersebut bisa terjadi di setiap
bagian kota. Kemerosotan lingkungan seringkali dikaitkan dengan
masalah sosial, seperti kriminalitas, kenakalan remaja, dan prostitusi
(Sujarto, 1980:17).

Saat ini menjamurnya permukiman padat dan kumuh banyak ditemukan di


kota-kota besar, salah satunya yaitu di Kota Surabaya. Dengan jumlah penduduk

yang mencapai 2.765.487 jiwa (Sensus Penduduk 2010) dan cenderung


meningkat setiap tahunnya, kebutuhan ruang akan permukiman sebagai
lingkungan hunian, semakin terbatas. Keterbatasan ruang tersebut mendorong
tumbuhnya permukiman padat kumuh yang tersebar di Kota Surabaya.
Berdasarkan analisa pada Peta Persebaran Penduduk Migran dan Permukiman
Kumuh per Kecamatan Kota Surabaya (2013), ditemukan beberapa titik lokasi
permukiman padat kumuh di bantaran sungai atau saluran, baik saluran primer
maupun sekunder. Oleh karena itu diperlukan konsep tata permukiman kumuh di
bantaran sungai yang mengedepankan kenyamanan ruang dan lingkungan,
salah satunya terbebas dari bencana banjir, kebakaran, dan menciptakan
lingkungan yang bersih dan nyaman dengan tetap memperhatikan batas garis
sempadan sungai.

Pembahasan
Untuk menciptakan permukiman dengan lingkungan yang baik di
bantaran sungai, kita harus tahu dulu masalah dan penyebab kenapa
mereka menetap disana. Penyebab adanya kawasan kumuh atau
peningkatan jumlah kawasan kumuh yang ada di kota menurut Suparlan
(1997) adalah:
1. Faktor ekonomi seperti kemiskinan dan krisis ekonomi.
2. Faktor bencana.
Faktor ekonomi mendorong bagi pendatang untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik di kota-kota. Dengan keterbatasan
pengetahuan, ketrampilan, dan modal, maupun adanya persaingan yang
sangat ketat di antara sesama pendatang maka pendatang-pendatang
tersebut hanya dapat tinggal dan membangun rumah dengan kondisi
yang sangat minim di kota-kota. Di sisi lain pertambahan jumlah
pendatang yang sangat banyak mengakibatkan pemerintah tidak mampu
menyediakan hunian yang layak. Faktor bencana dapat pula menjadi
salah satu pendorong perluasan kawasan kumuh. Adanya bencana, baik
bencana alam seperti misalnya banjir, gempa, gunung meletus, longsor
maupun bencana akibat perang atau pertikaian antar suku juga menjadi
penyebab jumlah rumah kumuh meningkat dengan cepat.
Untuk menyelesaikan itu semua, maka perlu sebuah ruang publik disana.
Kenapa ruang publik? Menurut dari web http://blogs.worldbank.org/ ruang
publik merupakan jembatan untuk mengubah sebuah permukiman
kumuh. Apa manfaatnya?
1. Pusat interaksi sosial
2. Memicu untuk pembangunan ekonomi

3. Meningkatkan kualitas lingkungan sekitar, keamanan dan


aksesbilitas
4. Perbaikan lingkungan
5. Peningkatkan keterlibatan masyarakat sekitar
Dari kajian mereka dari berbagai macam ruang publik di negara
berkembang , sebuah desain ruang publik mampu menjadi sebuah katalis
untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh di negara berkembang.
Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui mengenai pengertian
ruang publik.
Ruang publik dapat didefinisikan sebagai ruang terbuka yang bebas
diakses, dimana setiap individu maupun kelompok dapat melakukan
berbagai aktivitas (Carr,1992). Sebuah ruang publik dapat dibilang sukses
apabila ruang fisik dan lingkungannya saling mendukung keberagaman
fungsi dan aktivitas sehari hari.
Ruang publik dalam sebuah kota memiliki lingkungan yang
heterogen maupun kontras. Di satu sisi, keberagaman aktivitas dan
interaksi ruang publik merupakan salah satu faktor yang membentuk kota
menjadi atraktif, tapi di sisi lain keberagaman itu yang terkadang
memunculkan sebuah kriminalitas. Ruang publik secara tidak langsung
menciptakan sebuah dualisme, batas antara publik dan privat, lingkungan
yang baik dan buruk, kaya dan miskin, menyebabkan munculnya sebuah
isu mengenai ruang publik itu.

Kasus diatas merupakan kejadian yang dilakukan di ruang publik seperti taman, halaman masjid.
Padahal, sebuah desain ruang publik tidak di desain untuk tempat melakukan sebuah kejadian kriminalitas
seperti diatas, seperti yang sudah ditulis diatas, untuk menciptakan keberagaman aktivitas dan interaksi sosial
di sekitar lingkungan.

Disini muncul sebuah paradoks seperti gambar diatas antara sebuah


ruang publik dan kriminalitas, pemkot banyak melakukan perbaikan ruang
publik seperti jalan, taman, lapangan untuk kenyamanan, dan perbaikan
kualitas lingkungan sesuai dengan kajian diatas tapi di sisi lain juga
muncul sebuah tindakan kriminalitas apalagi jika kondisinya gelap dan

sepi. Kontroversi mengenai hubungan antara kriminalitas dan desain


ruang mulai tumbuh. Bagaimana jika ruang publik ini berada di area
permukiman?
Tidak dipungkiri, bahwa menyelesaikan masalah kriminalitas dalam
bahasan arsitekural cukup susah karena penyebabnya berasa dari luar
bahasan arsitektur tapi saya mencoba melihat hal yang lain yaitu
bagaimana dapat mencapai tingkat kriminalitas yang rendah dan
memberikan dampak positif ke permukiman kumuh di bantaran sungai
dengan rancangan kota yang berkelanjutan untuk kedepannya.
Dalam kasus ini, terdapat 2 teori menekan kemungkinan
kriminalitas di ruang publik tapi 2 teori yang saling bertolak belakang
yaitu Enclosure dan Encounter Model.
Encounter model menganjurkan ruang terbuka dan bebas diakses oleh

penduduk setempat dan orang asing. Di sini, orang asing dipandang


sebagai subyek pendukung keamanan (sebagai elemen positif) yang turut
mengawasi ruang. Jane Jacobs (1961) mengobservasi bahwa pola jalan
tradisional dengan fungsi ganda (mixed use) lebih baik dibandingkan
pemisahan land use untuk fungsi tertentu (single-use) sepert pemusatan
wilayah perumahan, pemusatan wilayah kesehatan, retail dan sebagainya.
Ia memaparkan kondisi ideal sebuah desain ruang publik dalam kaitannya
dengan keamanan, antara lain adanya batas yang jelas antara area publik
dan privat, serta adanya pengawasan/ kewaspadaan alami (eyes on the
street). Ia juga menambahkan dua kondisi ideal, yaitu adanya kombinasi
usia dan golongan sosial dan penggunaan ruang publik yang kontinu setip
saat, yang pada kenyataannya sulit dicapai. Model ini menjelaskan bahwa
ruang terbuka bebas lebih aman karena berfungsi sebagai tempat
interaksi sosial sehingga secara tidak langsung juga meningkatkan
kewaspadaan dan aktiitas di ruang publik.

Enclosure model menganjurkan ruang tertutup dan lingkungan yang


tiak bebas akses (terbatas). Di sini, orang asing dipandang sebagai

ancaman/bahaya. Model ini dipelopori oleh Oscar Newman (1972) dalam


konsep defensible place, dengan empat elemen design utama, yaitu
territoriality, surveillance, building image, dan juxtapositin of residentil
with other facilitis. Model ini menjelaskan bahwa lingkungan dengan akses
tertutup (memisahkan orang asing) dapat menurunkan niat/kesempatan
untuk melakukan tidakan
criminal secara tiak langsung. Every spatil process that generates our
built environment is also a social process, and every spatil pattrn of crime
is also a social pattrn of crime. (Hillier,
2004).
2 teori diatas ini memiliki konsekuensi, bisa dilihat dari Encounter
model dimana ini secara tidak langsung mengaburkan keselamatan
untuk pegguna sehingga ini sangat perlu ditekankan. Sedangkan
Enclosure model /defensible space, ini membuat sebuah gatedcommunity dimana rasa aman ditawarkan. Dengan pembatas portal,
sehingga merasa lebih aman tapi memunculkan konflik sebuah ruang
publik dan zona aman dimana ruang publik harus bisa diakses oleh
semua orang.

Bagaimana sebaiknya, ruang publik yang baik/bisa diterima oleh


masyarakat sekitar?

Kita sering berpikir tentang fasilitas seperti jalan yang berkualitas,


waterfronts, bangunan umum, dan ruang publik lainnya yang dirancang
sebagai fasilitas mewah bagi masyarakat yang makmur. Namun,
penelitian semakin menunjukkan bahwa mereka bahkan lebih penting

untuk kesejahteraan masyarakat miskin dan pengembangan komunitas


mereka, yang tidak memiliki rumah luas dan kebun. Tinggal di sebuah
ruangan tertutup tanpa ruang dan sinar matahari yang cukup
meningkatkan kemungkinan masalah kesehatan, membatasi interaksi dan
kegiatan produktif lainnya. ruang publik adalah ruang keluarga, kebun,
dan koridor daerah perkotaan. Mereka layak untuk mendapatkan sebuah
interaksi sosial karena permukiman kumuh seperti kawasan asing bagi
masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/adrearustandie/ruang-publik-bukanterobosan-melainkan-kebutuhan_560bee7e167b61af0a4fb3f5
http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=7597&catid=2&
http://blogs.worldbank.org/endpovertyinsouthasia/public-spaces-not-nicehave-basic-need-cities
http://blogs.worldbank.org/endpovertyinsouthasia/public-spaces-catalystslum-upgrading
membacaruang.com
http://blogs.worldbank.org/endpovertyinsouthasia/public-spaces-not-nicehave-basic-need-cities
referrensi baru

https://tambahrejo.wordpress.com/2012/09/06/permukiman-kumuh-diperkotaan-dan-permasalahannya/ (belum dimasukan ke dokumen atas)


http://www.kabarbisnis.com/read/2841574/pemukiman-kumuh-di-5-kotaini-jadi-perhatian-serius-pemerintah

Anda mungkin juga menyukai