Anda di halaman 1dari 22

TRANSAKSI BISNIS

DENGAN ALAT
KOMUNIKASI
MODEREN
Disusun oleh :
Kelompok 9

Ratu Sulastri (5554200060)


Zahratul Muharamah (5554200067)
TOPIK PEMBAHASAN

01. 03.
Akad dengan Alat
Akad (Kontrak) Transfer Tulisan
Bisnis Dalam Islam
02. (Fax, Internet, dll)

Akad dengan Alat


Transfer Lisan
(Telepon)
04. 05.
Pandangan Ulama
L egalitas Formal
dan Hukum Islam
Jual Beli Via
Tentang Hukum
Telepon dan
Transaksi (Kontrak)
Internet/Alat
Menggunakan Media
Transfer Tulisan
Komunikasi Moderen
01.
Akad (Kontrak)
Bisnis Dalam Islam
Akad atau kontrak berasal dari Bahasa Arab
yang berarti ikatan atau simpulan baik ikatan
yang nampak (hissyy) maupun tidak nampak

Pengertian (ma’nawy). Kamus al-Mawrid, menterjemahkan


al-‘Aqd sebagai contract and agreement atau

Akad
kontrak dan perjanjian. Sedangkan akad atau
kontrak menurut istilah adalah suatu
kesepakatan atau komitmen bersama baik
lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua pihak
atau lebih yang memiliki implikasi hukum yang
mengikat untuk melaksanakannya.
Rukun dan Syarat Akad

1. Kesepakatan
2. Subjek Akad
untuk
(Al-’Aqid)
Mengikatkan Diri
(Shighat Al-’Aqd)

3 . Objek Akad
(Mahal Al-’Maqud 4. Tujuan Akad
Alaih)
Akad dari segi ada
atau tidak adanya
kompensasi
Akad dari segi ada atau tidak adanya
kompensasi, fiqih muamalat membagi akad
menjadi dua yaitu:
1. Akad Tabarru’
Akad Tabarru’(gratuitous contract) adalah
perjanjian yang merupakan transaksi yang
tidak ditujukan untuk memperoleh laba
(transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini
adalah tolong menolong dalam rangka berbuat
kebaikan. Ada 3 bentuk akad Tabarru’ yaitu:
• Meminjamkan Uang
• Meminjamkan Jasa
• Memberikan Sesuatu
2. Akad Tijarah
Akad Tijarah (compensational contract)
merupakan akad yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan. Dari sisi
kepastian hasil yang diperoleh, akad
Tijarah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
• Natural Uncertainty Contract
• Natural Certainty Contract
Berakhirnya
Akad
Menurut hukum Islam, akad berakhir
karena sebab-sebab terpenuhinya
tujuan akad (tahkiq gharadh al-‘aqd),
pemutusan akad (fasakh), putus
dengan sendirinya (infisakh), kematian,
dan tidak memperoleh izin dari pihak
yang memiliki kewenangan dalam akad
mauqup. Berikut penjelasan dari
masing-masing dimaksud.
1. Terpenuhinya tujuan akad
2. Terjadinya pembatalan akad
3. Salah satu pihak yang berakad
meninggal dunia
4. Tidak ada izin dari yang berhak
02.
Akad dengan Alat
Transfer Lisan
(Telepon)
Pengertian yang dimaksud dengan jual beli via
telepon adalah jual beli yang dilakukan dengan
menggunakan telepon. Dengan bantuan pesawat
telepon terjadi komunikasi jarak jauh antara pembeli
dan penjual. Transaksi tidak terjadi kecuali setelah
konsumen mengetahui dengan jelas (kualitas dan
kuantitas) barang yang akan dibeli. Pengetahuan itu
biasanya didapat lewat iklan. Tetapi jauh sebelum
terjadi transaksi jual beli biasanya di awali dengan
tawar menawar, penjelasan tentang kualitas dan
kuantitas barang beserta harganya.
 Apabila terjadi akad atau transaksi antara dua orang yang tidak ada, yang tidak disatukan
oleh tempat dan masing-masing tidak saling melihat dan mendengar pembicaraan dimana
media komunikasi keduanya adalah tulisan, surat maupun kurir, teleks, faksimili atau layar
komputer. Di dalam kondisi ini maka akadnya sah, ketika ijab sampai kepada yang dituju
 demikianterjadi
Apabila pula dengan kabulnya.
akad atau transaksi di antara kedua belah pihak di dalam satu waktu dan
keduanya berada pada dua tempat yang berjauhan dan hal ini terjadi melalui telepon seluler,
maka sesungguhnya akad di antara keduanya dianggap sebagai akad dari dua orang yang
hadir. Dalam kondisi ini hukum-hukum dasar ditetapkan oleh para ahli fikih yang diisyaratkan
 Apabila seseorang dengan media-media ini mengeluarkan ungkapan ijab dengan batas
pada pendahuluan.
waktu tertentu, maka ia harus tetap pada ungkapan ijab tersebut dan selama masa yang
ditentukan tersebut ia tidak boleh menariknya kembali.
03.
Akad dengan Alat
Transfer Tulisan
(Fax, Internet, dll)
Pengertian jual beli via internet/ alat trsanfer tulisan adalah jual beli
yang dilakukan dengan menggunakan internet. Internet adalah
jaringan yang menghubungkan jaringan-jaringan lainnya yang
tersebar diseluruh dunia. Jaringan tersebut terdiri dari jaringan
berskala kecil (PC) sampai jaringan besar. (Suharto, 1996:1)
Perjanjian harus memenuhi unsur-unsur syarat sahnya perjanjian,
sehingga memiliki kekuatan hukum bagi kedua pihak yang membuat
perjanjian, khususnya perjanjian melalui transaksi internet. Perjanjian
yang memiliki kekuatan hukum adalah perjanjian yang memenuhi
unsur-unsur hukum yang telah dijelaskan dalam Pasal 1320 KUHP
perdata. Pasal 1320 KUH perdata mengatur bahwa perjanjian harus
memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan,
suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Apabila dipenuhi
empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka perjanjian tersebut
sah dan mengikat bagi para pihak. Sehingga, perjanjian jual beli
melalui jasa titip beli online di Instagram ini harus memenuhi syarat
perjanjian menurut Pasal tersebut.
Dengan adanya hubungan yang secara langsung
antara satu jaringan komputer dengan jaringan
yang lainnya maka sangat memungkinkan untuk
melakukan satu transaksi langsung melalui
jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang
kemudian disebut dengan transaksi online.
Menurut Arsyad Sanusi dalam transaksi online
setidaknya ada tiga tipe yaitu:
1. Kontrak melalui chatting atau video
conference
2. Kontrak melalui e-mail
3. Kontrak melalui situs atau web
Penjelasan dari ilustrasi di atas adalah sebagai berikut:
1. Pembeli menentukan spesifikasi barang yang akan di beli
(biasanya gambar barang atau contoh barang dipampang di
suatu situs);
2. Pembeli melakukan pemesanan barang dengan tertentu
sesuai harga yang tertera;
3. Pembeli membayar harga sesuai dengan kesepakatan,
biasanya dengan cara transfer yang melibatkan pihak bank
atau melalui internet atau sms banking.
04.
Pandangan Ulama dan
Hukum Islam Tentang
Hukum Transaksi
(Kontrak) Menggunakan
Media Komunikasi
Moderen
Pandangan Ulama Tentang Hukum Transaksi (Kontrak )
Menggunakan Media Komunikasi Moderen
Para imam mazhab sepakat bahwa jual beli itu dianggap sah jika dilakukan oleh orang yang sudah baligh, berakal,
kemauan sendiri, dan berhak menjalankan hartanya. Oleh karena itu jual beli itu tidak sah jika dilakukan oleh orang
gila. Para imam mazhab berbeda pendapat mengenai jual beli yang dilkakukan oleh anak kecil. Menurut pandangan
Maliki dan Syafi’i: tidak sah. Hanafi dan Hambali berpendapat: sah jika iya telah mumayyis (dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk).
Menurut Hanafi mensyaratkan harus ada izin terlebih dahulu dari walinya, dan dengan izin itu dibenarkan lagi sesudah
penjualan Hambali juga mensyaratkan demikian. Menurut pendapat tiga imam mazhab, jual beli yang dpaksa
hukumnya tidak sah, sedangkan pendapat Hanafi: sah. Dalam jual beli tidak luput dari kata antara penjual dan
pembeli dalam masalah harga, dan keduanya mempunyai bukti atas pengakuan masing-masing, hendaknya mereka
bersumpah. Demikian menurut pendapat imam Mazhab. Orang yang disumpah pertama kali adalah penjual,
demikian menurut pendapat yang paling sahih dalam Mazhab Syafi’I sedangkan menurut Hanafi: hendaknya yang
pertama kali disumpah adalah pembeli.
Pandangan Hukum Islam Tentang Hukum Transaksi
(Kontrak )Menggunakan Media Komunikasi Moderen
Konsepsi hukum Islam dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah, Pandangan hukum
Islam tentang bisnis online atau website menunjukkan bahwa berkembang pesat saat ini. Jual beli
merupakan sesuatu yang diperbolehkan (QS 2:275), dengan catatan selama dilakukan dengan
benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Dalil di atas dimaksudkan untuk transaksi offline.
Sekarang bagaimana dengan transaksi online? Mengenai obyek atau jenis transaksi yang sering
diminati oleh penggunaan website (e-commerce) yaitu, barang, jasa dan informasi; sementara
proses pembayaran yang sering digunakan oleh pengguna menggunakan rekening dengan rekening,
kartu kredit dan digital cash. Dalam pelayanan keamanan dalam bertransaksi melalui internet
mereka pada umumnya menyatakan aman selama ada kehati-hatian dan pintar menyeleksi toko
online yang terpercaya, sejumlah informan mengaku pernah mengalami kegagalan dengan alasan
karena mereka belum memahami sistem transaksi via website (e-commerce).
05.
Legalitas Formal Jual
Beli Via Telepon dan
Internet/Alat
Transfer Tulisan
Dari penjelasan sebelumnya, dapat dikatakan jual beli via telepon dan internet adalah dibolehkan.
 Pertama, ia termasuk aspek mu’amalah yang pada dasarnya boleh, kecuali ada dalil yang
mengharamkannya. Kaedah ini menegaskan bahwa segala bentuk mu’amalah yang direkayasa
manusia pada dasarnya adalah dibolehkan atau diizinkan.
 Kedua, bila dilihat dari muqashit al-syari’ah, di dalam jual beli via telepon dan internet banyak
terdapat kemaslahatan, berupa kemudahan transaksi, dan efisiensi waktu.
 Ketiga, lebih dari prinsip kemaslahatan ini, yang tidak kalah penting adalah substansi makna yang
terkandung dalam suatu bentuk mu’amalah serta sasaran yang akan dicapai. Dan bukan bentuk
formal dari padanya.
 Keempat, metode analogi. Didalam fikih ditemukan bahwa ada kesepakatan ulama terhadap
transaksi melalui surat. Kebolehan didasarkan adanya kemungkinan jauhnya jarak kedua belah
pihak atau pelaku transaksi itu tidak dapat bicara.
KESIMPULAN
1. Akad Kontrak terbagi menjadi 2 macam :
• Akad Tabarru' (gratuitous contract) adalah perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk
memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah tolong menolong dalam rangka berbuat
kebaikan.
• Akad Tijarah (compensational contract) merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Dari
sisi kepastian hasil yang diperoleh, akad Tijarah dapat dibagi menjadi dua
2. sah, ketika ijab sampai kepada yang dituju demikian pula dengan kabulnya. Apabila terjadi akad atau
transaksi di antara kedua belah pihak di dalam satu waktu dan keduanya berada pada dua tempat yang
berjauhan dan hal ini terjadi melalui telepon seluler, maka sesungguhnya akad di antara keduanya dianggap
sebagai akad dari dua orang yang hadir. Apabila seseorang dengan media-media ini mengeluarkan
ungkapan ijab dengan batas waktu tertentu, maka ia harus tetap pada ungkapan ijab tersebut dan selama
masa yang ditentukan tersebut ia tidak boleh menariknya kembali.
3. Pasal 1320 KUH perdata mengatur bahwa perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata
sepakat, kecakapan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Apabila dipenuhi empat syarat sahnya
perjanjian tersebut, maka perjanjian tersebut sah dan mengikat bagi para pihak. Sehingga, perjanjian jual beli
melalui jasa titip beli online di Instagram ini harus memenuhi syarat perjanjian menurut Pasal tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai