Anda di halaman 1dari 129

TESIS

STUDI METODE PERKUATAN TERHADAP LERENG


MENGGUNAKAN GEOMAT, SHOTCRETE,
DAN SOIL NAILING
(STUDI KASUS : LERENG SPILLWAY BENDUNGAN
SADAWARNA PAKET II SUBANG)

Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Guna Mencapai Gelar Magister Teknik (MT)

Oleh :
SAHAL PRIYONO PUTRA
NIM : 20201900072

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022

i
7 April 2022 7 April 2022
MOTTO

ْ ‫ﺍِ ْﻗ َﺮﺃْ ِﺑﺎﺳ ِْﻢ َﺭ ِﺑّﻚَ ﺍﻟﱠﺬ‬


َ‫ِﻱ َﺧ َﻠ ۚﻖ‬

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,” (QS.


Al-‘Alaq Ayat 1).

ArtinyaR: “Demiamasa.(1)iSungguh, manusiaaberada dalamookerugian,(2)


iKecuali, orang-orangRyang berimanRdan mengerjakanRkebajikan sertaRsaling
menasihatiRuntuk kebenaranRdan salingRmenasihati untukRkesabaran (3)” (QS.
Al-‘Asr)

َ ‫ﺐ ْﺍﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ َﻓ ُﻬ َﻮ ِﻓﻰ‬
‫ﺳ ِﺒ ْﻴ ِﻞ ﷲِ َﺣﺘﱠﻰ َﻳ ْﺮ ِﺟ َﻊ‬ ُ ‫ﻁ َﻠ‬
َ ‫َﻣ ْﻦ ﺧ ََﺮ َﺝ ِﻓﻰ‬

ArtinyaR: “BarangsiapaRyang keluarRuntuk menuntutRilmu, makaAia


beradaDdi jalan Allah hinggaIia pulang,” (HRRTirmidzi).

‫ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃ َ َﺭﺍﺩَ ُﻫ َﻤﺎ َﻓ َﻌ َﻠ ْﻴ ِﻪ ﺑﺎِﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ‬،‫ﺍﻵﺧ َﺮﻩَ َﻓ َﻌ َﻠ ْﻴ ِﻪ ِﺑ ْﺎﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ‬


ِ َ‫ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺃ َ َﺭﺍﺩ‬،‫َﻣ ْﻦ ﺃ َ َﺭﺍﺩَ ﺍﻟﺪﱡ ْﻧ َﻴﺎ َﻓ َﻌ َﻠ ْﻴ ِﻪ ِﺑﺎْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ‬

Artinya: “BarangsiapaAyang hendakMmenginginkan dunia, makaHhendaklah ia


menguasaiIilmu. BarangsiapaMmenginginkan akhiratHhendaklah iaMmenguasai
ilmu, danBbarangsiapa yangMmenginginkan keduanyaA(duniaDdan akhirat)
hendaklahHia menguasaiRilmu,” (HRRAhmad)

‫ ﺃ َ ْﻭ َﻭ َﻟ ٍﺪ‬،‫ ﺃ َ ْﻭ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ﻳُ ْﻨﺘ َ َﻔ ُﻊ ﺑِ ِﻪ‬،ٍ‫ﺎﺭ َﻳﺔ‬ َ ‫ ﺇِ ﱠﻻ ِﻣ ْﻦ‬: ‫ﻋ ْﻨﻪُ َﻋ َﻤﻠُﻪُ ﺇِ ﱠﻻ ِﻣ ْﻦ ﺛ َ َﻼﺛ َ ٍﺔ‬


ِ ‫ﺻﺪَ َﻗ ٍﺔ َﺟ‬ َ َ‫ﺎﻥ ﺍ ْﻧﻘ‬
َ ‫ﻄ َﻊ‬ ُ ‫ﺴ‬ ِ ْ َ‫ﺇِﺫَﺍ َﻣﺎﺕ‬
َ ‫ﺍﻹ ْﻧ‬
ُ‫ﻋﻮ َﻟﻪ‬ ُ ْ‫ﺻﺎ ِﻟﺢٍ َﻳﺪ‬
َ
Artinya: “JikaAseorang manusiaMmati, makaTterputuslah darinyaSsemua
amalnyaKkecuali dariTtiga hal; dariSsedekah jariyahHatau ilmuYyang diambil
manfaatnyaAatau anakSshalih yangMmendoakannya.” (HRRMuslim no. 1631).

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

TesisSini sayaApersembahkan untuk:


1. KeduaIorang tuaSsaya, BapakkPriyono S.Pd. dan Ibu Puji Rismiyati S.Pd.
2. Kakak kandung saya, Putra Qornul Jadid S.Kom.
3. Para dosen pengajar Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UNISSULA
khususnya untuk dosenPpembimbing saya, BapakDDr. Abdul Rochim,
S.T., M.T. dan BapakDDr. Ir. H. Sumirin, M.S. yang sudah membimbingi
serta mambagikan ilmunya.
4. Sekretariat Magister Teknik Sipil UNISSULA, Bapak Imam Buwono,
Saudari Tista dan Saudari Inda yang telah memberikan semangat serta
mengingatkanSsegala sesuatuYyang berhubunganDdengan penyelesaian
studiSsaya.
5. Bapak Taufan Hendrajaya S.T. dari PT. Adhi Karya dan Bapak
Muhammad Aziz Isna Hari Saputra S.T selaku Site Manager PT. Adhi
Karya-Nindya KSO Proyek Pembangunan Bendungan Sadawarna Paket II
Subang yang telah berkenan membantu dan membagikan data-dataYyang
diperlukanUuntuk penelitianTtesis ini.
6. Saudari Nurrahmania Reza Zain yang selalu ada dalam menyemangati dan
mengingatkan dalam penyusunan Penelitian Tesis ini.
7. Bapak Arif Rahman S.T, Saudara Sofian Ari Saputra S.T, Saudara Rizal
Fathul Hamami S.T, Saudara Mohamad Ziyan Lutfy Mubarok S.T serta
teman-teman seperjuangan Magister TeknikSSipil UNISSULAAangkatan
44 yangTtidak dapat saya sebutkan satuPpersatu nama nya disini dalam
memberikan semangat, motivasi dan masukan dalam menyelesaikan
Penelitian TesisIini.
8. Pihak-pihak yang tidakKdapat sayaSsebutkan satuPpersatu yang juga turut
membantuudalam penyusunan Penilitian Tesissini.

v
ABSTRAK
Kelongsoran pada lereng bisa terjadi secara alami maupun akibat dari pengaruh manusia.
Penanganan terhadap lereng juga bermacam-macam menyesuaikan dengan jenis tanah lereng serta
tujuannya. Metode perkuatan menggunakan geomat dan shotcrete merupakan beberapa pilihan
perkuatan terhadap lereng menyesuaikan jenis tanahnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengetahui berapa nilai Safety FactorRlereng eksisting dan berapa nilai Safety Factor lereng
setelah diberikan perkuatan menggunakan geomat pada dua slope atas dan shotcrete pada empat
slope bawah di lereng spillway Bendungan Sadawarna Paket II Subang.
Metode analisis yang digunakan dengan melakukan observasi lapangan, mengumpulkan
data-data lereng dan analisis kuantitatif komparatif. Analisis dilakukan dengan memodelkan lereng
eksisting, kemudian slope stability back analysis, dan lereng setelah diberikan perkuatan
menggunakan aplikasi Plaxis V.21,Slope/W dan Seepage/W dari Geostudio 2012.
Hasil nilai Safety Factor lereng eksisting sebelum terjadi kelongsoran dengan pemodelan
Eksisting 1 dan Eksisting 2 menggunakan Plaxis V.21 dan Slope/W (3,54; 4,49) dan (4,83; 5,86),
nilai Safety Factor lereng infiltrasi 1,2,3 berurutan menggunakan Plaxis V.21, dan Slope/W
dengan Seep/W (0,96; 1,18; 1,16 dan 0,91; 1,07; 0,81), dan nilai Safety Factor perkuatan 1,2,3
berurutan menggunakan Plaxis V.21 dan Slope/W (0,94; 1,16; 1,14 dan 0,94; 1,06; 0,83).
Kemudian percobaan analisis penambahan perkuatan Soil Nailing diketahui dari Plaxis V.21 (SF =
1,66) dan Slope/W (SF = 1,69). Berdasarkanhhasil analisisyyang telahDdilakukan pada model
infiltrasi lereng spillway Bendungan Sadawarna, dapat disimpulkan bahwa perkuatan
menggunakan metode geomat pada slope bagianRatas lerengrdan shotcrete pada bagianBbawah
lereng masih rawan terjadi kelongsoran karena nilai SF < 1,5. Metode Soil Nailing bisa digunakan
sebagai alternatif kombinasi perkuatan untuk meningkatkan stabilitas pada lereng spillway
Bendungan Sadawarna.

Kata Kunci : Longsor, Lereng, Perkuatan, Safety Factor.

vi
ABSTRACT

Landslides on slopes can occur naturally or as a result of human influence. The handling
of the slopes also varies according to the type of slope soil and its purpose. Reinforcement
methods using geomat and shotcrete are several options for strengthening slopes according to the
type of soil. The purpose of this study was to find out what the value of the Safety Factor of the
existing slope is and what the value of the Safety Factor of the slope after being reinforced using
geomats on the two upper slopes and shotcrete on the four lower slopes on the spillway slope of
the Sadawarna Dam Package II Subang.
The analytical method used is conducting field observations, collecting slope data and
comparative quantitative analysis. The analysis was carried out by modeling the existing slope,
then slope stability back analysis, and the slope after being reinforced using the Plaxis V.21,
Slope/W and Seepage/W applications from Geostudio 2012.
The results of the Safety Factor value of the existing slope before the landslide occurred
by modeling Existing 1 and Existing 2 using Plaxis V.21 and Slope/W (3.54; 4.49) and (4.83;
5.86), the Safety Factor value of the infiltration slope 1,2,3 sequentially using Plaxis V.21, and
Slope/W with Seep/W (0.96; 1.18; 1.16 and 0.91; 1.07; 0.81), and the value of the Safety Factor
1,2,3 consecutive reinforcement using Plaxis V.21 and Slope/W (0.94; 1.16; 1.14 and 0.94; 1.06;
0.83). Then the experimental analysis of the addition of Soil Nailing reinforcement is known from
Plaxis V.21 (SF = 1.66) and Slope/W (SF = 1.69). Based on the results of the analysis that has
been carried out on the spillway slope infiltration model of the Sadawarna Dam, it can be
concluded that the reinforcement using the geomat method at the top of the slope and shotcrete at
the bottom of the slope is still prone to landslides because the SF value is < 1.5. The Soil Nailing
method can be used as an alternative combination of reinforcement to increase stability on the
spillway slopes of the Sadawarna Dam.

Keywords: Landslide, Slope, Reinforcement, Safety Factor.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikummWr. Wb.
Denganmmengucap Alhamdulillah, segalaPpuji bagiAAllah SWT kami
ucapkan, karenapphanya denganrrrahmat serta karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Penelitian TesisSini dengan judul “Studi Meode Perkuatan
Terhadap Lereng Menggunakan Geomat, Shotcrete, dan Soil Nailing (Studi
Kasus : Lereng Spillway Bendungan Sadawarna Paket II Subang)”. TesisSini
merupakanSsalah satu syarat guna memperoleh gelarKkesarjanaan Magister
TeknikPpada ProgramSStudi Magister TeknikSSipil, Program Pasca Sarjana di
UniversitassIslam Sultan AgunggSemarang.
Selama mengerjakan Tesis ini, penulisTtelah mendapat banyak bantuan
bimbinganssserta pengarahandddari berbagaipppihak. Pada kesempatan ini,
perkenankanlahPpenulis untuk menyampaikanRrasa terimakasih yang sebesar-
besarnyaKkepada:
1. Kedua orangTtua dan kakak serta seluruhKkeluarga dariPpenulis yang selalu
memberikan doa dan memberikan perhatiannyaAatas dukunganMmoral,
spiritual dan finansialsselama ini.
2. Yth. BapakRDr. Abdul Rochim, S.T., M.T. selakuDDosen Pembimbing I
Penelitian Tesis, yang telah banyak meluangkan waktu danTtenaga untuk
memberikanBbimbingan denganNpenuh kesabaran,ppemikiran, kritik, saran
dan dorongannsemangat.
3. Yth. BapakDDr. Ir. H. Sumirin, M.S selaku DosennPembimbing II Penelitian
Tesis, yangttelah meluangkanNwaktu dan tenagaUuntuk memberikan
bimbinganddengan penuhkkesabaran, pemikiran,kkritik, saran danDdorongan
semangat.
4. Yth. Prof. Dr. Ir. Slamet Imam Wahyudi, DEA selaku KetuaPProgram
Magister TeknikSSipil Fakultas TeknikUUNISSULA atas segalabbantuan dan
dukunganyyang sudah diberikan.
5. Yth.IIr. M. Faiqun Ni’am, M.T., Ph.D. selaku Sekretars ProgramSStudi
MagisterTTeknik Sipil Program Pasca Sarjana.
6. Seluruh dosen,Sstaff, dan karyawanPProgram StudiTTeknik Sipil Fakultas
TeknikUUNISSULA.

ix
7. Seluruh teman-teman diLlingkungan TeknikSSipil dari berbagai angkatan,
khususnya mahasiswa Magister TeknikSSipil angkatan 44 yanggtelah banyak
membantukkami.

Kami sangat menyadari, dikarenakan keterbatasanLilmu pengetahuan,


kemampuan, danPpengalaman yangddimiliki dalammmenyusun Tesis ini
sehinggammasih terdapatbbanyak kekurangan. Olehkkarena itu, kritikanddan
saran yangbbersifat membangunSsangat kami harapkanUuntuk menjadikannya
lebih baikddan lebih menujuupada kesempurnaan.
Akhirkkata, kami sebagaippenulis berharap semogallaporan Tesis ini dapat
bermanfaatKkhususnya bagiPperkembangan penguasaanNilmu sipil dan untuk
semuappihak yangmmemerlukan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Semarang, 14 Februari 2022

SAHAL PRIYONO PUTRA

x
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ................................................................. iii

MOTTO ................................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xix

DAFTAR PERSAMAAN.................................................................................... xx

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

1.4 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 3

1.5 Manfaat .................................................................................................. 3

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4

BAB II .................................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5

2.1 Definisi Tanah .......................................................................................... 5

xi
2.2 Jenis Tanah Berdasarkan Proses Pembentukannya .................................. 5

2.2.1 Batuan Beku (Igneous Rock) ............................................................. 5

2.2.2 Batuan Sedimen (Sedimentary Rock) ................................................ 6

2.2.3 Batuan Metamorf (Metamorfic Rocks).............................................. 6

2.3 Klasifikasi Tanah ...................................................................................... 7

2.3.1 Partikel Tanah ................................................................................... 7

2.4 Kekuatan Geser Tanah ............................................................................. 9

2.4.1 Kriteria Keruntuhan Menurut Mohr-Coulumb................................ 10

2.4.2 Hukum Keruntuhan Geser Pada Tanah Jenuh Air .......................... 11

2.4.3 Tekanan Tanah Menurut Rankine ................................................... 12

2.4.4 Tekanan Tanah Menurut Coulomb ................................................. 12

2.4.5 Tegangan Air Pori Negatif (Suction) .............................................. 13

2.5 Stabilitas Lereng ..................................................................................... 15

2.5.1 Lereng ............................................................................................. 15

2.5.2 Tanah Longsor ................................................................................ 16

2.5.3 Pengaruh Air ................................................................................... 20

2.5.4 Alternatif Perbaikan Stabilitas Lereng ............................................ 22

2.6 Analisis Stabilitas Lereng ....................................................................... 26

2.6.1 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Plaxis V.21 .................... 28

2.6.2 Analisis Infiltrasi Lereng dan Stabilitas Lereng Menggunakan


Geostudio 2012 ............................................................................................. 29

2.7 Keaslian Penelitian ................................................................................. 30

BAB III ................................................................................................................. 36

METODE PENELITIAN ................................................................................... 36

3.1 Bahan Penelitian ..................................................................................... 36

3.2 Alat Penelitian ........................................................................................ 40

xii
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 41

3.4.1 Data Primer ..................................................................................... 41

3.4.2 Data Sekunder ................................................................................. 41

3.5 Alur Penelitian ........................................................................................ 42

3.6 Pemodelan Analisis Eksisting Lereng .................................................... 44

3.6.1 Modelling menggunakan Plaxis V.21 ............................................. 44

3.6.2 Output menggunakan Slope/W ....................................................... 46

BAB IV ................................................................................................................. 47

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 47

4.1 Data – Data Lereng................................................................................. 50

4.1.1 Layout Pemasangan Geomat Dan Shotcrete ................................... 50

4.1.2 Cross Section STA 0+540 Galian Tanah Spillway ......................... 51

4.1.3 Penyelidikan Geologi Teknik Spillway ........................................... 52

4.1.4 Trial Mix Beton K-225 Wet Shotcrete ............................................ 58

4.1.5 Spesifikasi Geomat (Machmat Hs New Type) ................................ 60

4.2 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Program Plaxis V.21 ............ 61

4.2.1 Analisis Lereng Eksisting ............................................................... 61

4.2.2 Slope Stability Back Analysis .......................................................... 68

4.2.3 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Perkuatan Geomat dan


Shotcrete........................................................................................................ 75

4.2.4 Analisis Penambahan Soil Nailing .................................................. 83

4.3 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Program Slope/W ................. 87

4.3.1 Analisis Lereng Eksisting ............................................................... 87

4.3.2 Slope Stability Back Analysis ......................................................... 89

xiii
4.3.3 Analisis Stabilitas Lereng Setelah Diberikan Perkuatan Geomat dan
Shotcrete........................................................................................................ 95

4.3.4 Analisis Penambahan Soil Nailing .................................................. 98

4.4 Pembahasan .......................................................................................... 101

BAB V................................................................................................................. 105

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 105

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 105

5.2 Saran .............................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... vii

LAMPIRAN 1 ........................................................................................................ x

LAMPIRAN 2 ....................................................................................................... xi

LAMPIRAN 3 ...................................................................................................... xii

LAMPIRAN 4 ..................................................................................................... xiii

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Siklus Batuan...................................................................................... 6


Gambar 2. 2 Komparasi batasan-batasan ukuran golongan tanah menurut beberapa
system ...................................................................................................................... 9
Gambar 2. 3 Garis keruntuhan menurut Mohr dan Hukum keruntuhan dari Mohr-
Coulomb ................................................................................................................ 11
Gambar 2. 4 Model Fisik Dan Fenomena Tegangan Permukaan Pada Pipa Kapiler
............................................................................................................................... 14
Gambar 2. 5 Longsor Translasi ............................................................................. 17
Gambar 2. 6 Longsor Rotasi ................................................................................. 17
Gambar 2. 7 Longsor Translasi Blok Batu............................................................ 18
Gambar 2. 8 Longsor Runtuhan Batu ................................................................... 18
Gambar 2. 9 Longsor Rayapan Tanah .................................................................. 19
Gambar 2. 10 Longsor Aliran Bahan Rombakan .................................................. 19
Gambar 2. 11 Sliding Galian Spillway STA 0+500 s.d 0+520 ............................. 21
Gambar 2. 12 Sliding Galian Spillway STA 0+500 s.d 0+520 ............................. 22
Gambar 2. 13 Sliding Galian pada STA 1+400 .................................................... 22
Gambar 2. 14 Geomat Macmat Hs Type New ...................................................... 25
Gambar 2. 15 Skema Soil Nailing Wall ................................................................ 26
Gambar 2. 16 Bentuk Plane Strain ........................................................................ 29
Gambar 3. 1 Layout Pemasangan Geomat dan Shotcrete STA 0+520 - 0+600.... 36
Gambar 3. 2 Cross Section STA 0+540 Galian Tanah Spillway .......................... 37
Gambar 3. 3 Gambar Geomat (Machmat HS New Type)..................................... 40
Gambar 3. 4 Lokasi Bendungan Sadawarna Paket II............................................ 41
Gambar 3. 5 Bagan Alir Penelitian ....................................................................... 43
Gambar 3. 6 Contoh Pemodelan Menggunakan Plaxis V.21 ................................ 44
Gambar 3. 7 Contoh Deformed Mesh ................................................................... 44
Gambar 3. 8 Contoh Total Displacement .............................................................. 45
Gambar 3. 9 Contoh Output Kurva Safety Factor Eksisting................................. 45
Gambar 3. 10 Contoh Pemodelan Menggunakan Slope/W .................................. 46
Gambar 3. 11 Contoh Output Lereng Eksisiting................................................... 46

xv
Gambar 4. 1 Layout Pemasangan Geomat dan Shotcrete STA 0+520 - 0+600.... 50
Gambar 4. 2 Cross Section STA 0+540 Galian Tanah Spillway .......................... 51
Gambar 4. 3 Peta Lokasi Bor Inti Spillway .......................................................... 52
Gambar 4. 4 Summary Test Spillway For Bendungan Sadawarna ....................... 53
Gambar 4. 5 Data Borlog BS 3 ............................................................................. 54
Gambar 4. 6 Data Borlog BS 4 ............................................................................. 56
Gambar 4. 7 Geomat (Machmat HS New Type)................................................... 60
Gambar 4. 8 Modelling Lereng Eksisting 1 .......................................................... 61
Gambar 4. 9 Deformed Mesh ................................................................................ 62
Gambar 4. 10 Total Displacements (Utot) ............................................................ 62
Gambar 4. 11 Carteian Effective Stresses ............................................................. 63
Gambar 4. 12 Cartesian Total Stresses ................................................................. 63
Gambar 4. 13 Output Safety Factor (3,54) ............................................................ 64
Gambar 4. 14 Modelling Lereng Eksisting 2 ........................................................ 64
Gambar 4. 15 Deformed Mesh .............................................................................. 65
Gambar 4. 16 Total Displacements (Utot) ............................................................ 65
Gambar 4. 17 Carteian Effective Stresses ............................................................. 66
Gambar 4. 18 Cartesian Total Stresses ................................................................. 66
Gambar 4. 19 Output Safety Factor (4,49) ............................................................ 67
Gambar 4. 20 Modelling Infiltrasi 1 ..................................................................... 68
Gambar 4. 21 Deformed Mesh .............................................................................. 69
Gambar 4. 22 Total Displacements (Utot) ............................................................ 69
Gambar 4. 23 Output Safety Factor (0,96) ............................................................ 70
Gambar 4. 24 Modelling Infiltrasi 2 ..................................................................... 70
Gambar 4. 25 Deformed Mesh .............................................................................. 71
Gambar 4.26 Total Displacements (Utot) ............................................................. 71
Gambar 4. 27 Output Safety Factor (1,18) ............................................................ 72
Gambar 4. 28 Modelling Infiltrasi 3 ..................................................................... 72
Gambar 4. 29 Deformed Mesh .............................................................................. 73
Gambar 4. 30 Total Displacements (Utot) ............................................................ 73
Gambar 4. 31 Output Safety Factor (1,15) ............................................................ 74
Gambar 4. 32 Modelling Perkuatan 1 ................................................................... 75

xvi
Gambar 4. 33 Deformed Mesh .............................................................................. 75
Gambar 4. 34 Total Displacements (Utot) ............................................................ 76
Gambar 4. 35 Output Safety Factor (0,94) ............................................................ 76
Gambar 4. 36 Modelling Perkuatan 2 ................................................................... 77
Gambar 4. 37 Deformed Mesh .............................................................................. 77
Gambar 4. 38 Total Displacements (Utot) ............................................................ 78
Gambar 4. 39 Output Safety Factor (1,16) ............................................................ 78
Gambar 4. 40 Modelling Perkuatan 3 ................................................................... 79
Gambar 4. 41 Deformed Mesh .............................................................................. 79
Gambar 4. 42 Total Displacements (Utot) ............................................................ 80
Gambar 4. 43 Output Safety Factor (1,14) ............................................................ 80
Gambar 4. 44 Modelling Perkuatan ...................................................................... 81
Gambar 4. 45 Deformed Mesh .............................................................................. 81
Gambar 4. 46 Total Displacements (Utot) ............................................................ 82
Gambar 4. 47 Output Safety Factor (6,76) ............................................................ 82
Gambar 4. 48 Modelling Perkuatan ...................................................................... 84
Gambar 4. 49 Deformed Mesh .............................................................................. 84
Gambar 4. 50 Total Displacements (Utot) ............................................................ 85
Gambar 4. 51 Output Safety Factor (1,66) ............................................................ 85
Gambar 4. 52 Modelling Lereng Eksisting 1 ........................................................ 87
Gambar 4. 53 Output Safety Factor (4,83) ............................................................ 87
Gambar 4. 54 Modelling Lereng Eksisting 2 ........................................................ 88
Gambar 4. 55 Output Safety Factor (5,86) ............................................................ 88
Gambar 4. 56 Modelling Infiltrasi 1 ..................................................................... 90
Gambar 4. 57 Output Safety Factor (0,91) ............................................................ 90
Gambar 4. 58 Output Pore-Water Pressure Seep/W ............................................. 90
Gambar 4. 59 Output Total Head Seep/W ............................................................ 91
Gambar 4. 60 Modelling Infiltrasi 2 ..................................................................... 91
Gambar 4. 61 Output Safety Factor (1,07) ............................................................ 92
Gambar 4. 62 Output Pore-Water Pressure Seep/W ............................................. 92
Gambar 4. 63 Output Total Head Seep/W ........................................................... 92
Gambar 4. 64 Modelling Infiltrasi 3 ..................................................................... 93

xvii
Gambar 4. 65 Output Safety Factor (0,81) ............................................................ 93
Gambar 4. 66 Output Pore-Water Pressure Seep/W ............................................ 94
Gambar 4. 67 Output Total Head Seep/W ............................................................ 94
Gambar 4. 68 Output Safety Factor 2 Lereng Atas (0,94) ................................... 95
Gambar 4. 69 Output Safety Factor 4 Lereng Bawah (4,19) ................................ 95
Gambar 4. 70 Output Safety Factor Lereng Total (2,84) ...................................... 96
Gambar 4. 71 Output Safety Factor 2 Lereng Atas (1,06) .................................... 96
Gambar 4. 72 Output Safety Factor 4 Lereng Bawah (4,19) ................................ 96
Gambar 4. 73 Output Safety Factor Lereng Total (2,84) ...................................... 97
Gambar 4. 74 Output Safety Factor 2 Lereng Atas (0,83) .................................... 97
Gambar 4. 75 Output Safety Factor 4 Lereng Bawah (4,19) ................................ 97
Gambar 4. 76 Output Safety Factor Lereng Total (2,84) ...................................... 98
Gambar 4. 77 Modelling Perkuatan Soil Nailing .................................................. 98
Gambar 4. 78 Output Safety Factor (1,69) ............................................................ 99
Gambar 4. 79 Pemasangan Geomat .................................................................... 103
Gambar 4. 80 Penanaman Vegetasi .................................................................... 103
Gambar 4. 81 Penyiraman Rutin Vegetasi .......................................................... 103
Gambar 4. 82 Pekerjaan Shotcrete Dinding Spillway ......................................... 104
Gambar 4. 83 Tampak Pekerjaan Sebagian Dinding Spillway ........................... 104
Gambar 4. 84 Tampak Atas Bangunan Spillway ................................................ 104

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Batasan-batasan Ukuran Golongan Tanah ............................................. 8


Tabel 2. 2 Klasifikasi Kestabilan Lereng (Ray dan De Smitd, 2009) ................... 26
Tabel 2. 3 Keaslian Penelitian............................................................................... 30
Tabel 3. 1 Komposisi Campuran Beton ................................................................ 39
Tabel 3. 2 Hasil Test Kuat Tekan Beton Umur 1 Hari......................................... 39
Tabel 3. 3 Hasil Test Kuat Tekan Beton Umur 3 Hari.......................................... 39
Tabel 4. 1 Parameter Desain Material Tanah ........................................................ 47
Tabel 4. 2 Sifat Fisik Dan Mekanis Tanah ............................................................ 48
Tabel 4. 3 Parameter Tanah Dan Geometri Lereng .............................................. 48
Tabel 4. 4 Parameter Tanah .................................................................................. 49
Tabel 4. 5 Parameter Tanah .................................................................................. 49
Tabel 4. 6 Bor Inti Spillway .................................................................................. 52
Tabel 4. 7 Keterangan Data Borlog BS 3 .............................................................. 55
Tabel 4. 8 Keterangan Data Borlog BS 4 .............................................................. 57
Tabel 4. 9 Komposisi Campuran Beton ............................................................... 58
Tabel 4. 10 Hasil Test Tekan Beton Umur 1 Hari ................................................ 59
Tabel 4. 11 Hasil Test Tekan Beton Umur 3 Hari ................................................ 59
Tabel 4. 12 Data Lereng Eksisting ........................................................................ 67
Tabel 4. 13 Data Infiltrasi Lereng ......................................................................... 74
Tabel 4. 14 Data Perkuatan Lereng ....................................................................... 83
Tabel 4. 15 Resume Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Plaxis V.21 ......... 86
Tabel 4. 16 Data Lereng Eksisting ........................................................................ 89
Tabel 4. 17 Data Infiltrasi Lereng ......................................................................... 94
Tabel 4. 18 Data Perkuatan Lereng ....................................................................... 99
Tabel 4. 19 Resume Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Geostudio 2012 ......
............................................................................................................................. 100

xix
DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2. 1. Hubungan Tegangan Normal dan Geser :................................... 10


Persamaan 2. 2. Hubungan Linear Tegangan Normal dan Geser : ....................... 10
Persamaan 2. 3. Tegangan Normal Total : ............................................................ 11
Persamaan 2. 4. Substitusi Tegangan Normal Total : ........................................... 12
Persamaan 2. 5. Kondisi Tanah Aktif Menurut Rankine : .................................... 12
Persamaan 2. 6. Kondisi Tanah Pasif Menurut Rankine :..................................... 12
Persamaan 2. 7. Kondisi Tanah Aktif Menurut Coulomb :................................... 13
Persamaan 2. 8 Kondisi Tanah Pasif Menurut Coulomb : .................................... 13
Persamaan 2. 9. Laplace :...................................................................................... 14
Persamaan 2. 10. Faktor Keamanan : .................................................................... 27
Persamaan 2. 11. Tahanan Geser Maksimum : ..................................................... 27
Persamaan 2. 12. Tegangan Geser : ...................................................................... 28
Persamaan 2. 13. Faktor Aman Kohesi : ............................................................... 28
Persamaan 2. 14. Faktor Aman Gesekan : ............................................................ 28

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalamrangka memenuhi pasokan air.baku untukikawasan Pelabuhan Patimban
dan PanturaaJawa BaratTkhususnya pada 3 kabupatennyaitu KabupatensSubang,
KabupatenIIndramayu, dan Kabupaten SumedangiPemerintah melalui Kementrian
PUPRRmembangun Bendungan Sadawarna yang mampu memasokAair baku
sebesar44.50 m3/detik. Bendungannini membendungDDaerah AliranASungai
(DAS) Cipunagara dengan panjangaaliran 137 Kmmmengalir darigGunung Bukit
Tunggul diPPegunungan BandungUUtara dan bermuarakke Laut Jawa, tepatnyai
bagian utara JawaBBarat. Bendungan Sadawarna mempunyai luasggenangan 720
hektar yang mampu mereduksibbanjir sebesar 26,90 m3/detik di 3 kabupaten yang
dialiri DAS Cipunagara.(Jay 2021)
BendunganSSadawarna merupakanNsalah satu ProgramSStrategis Nasional
dibidang SumberDDaya Air untukMmewujudkan ketahananAair dan pangan
nasional dengan daya tampung bendunganssebesar 44,61 jutamm3 dan luassirigasi
sebesar 4.500jhektare mengalir dikKabupaten Subangddan Kabupaten Indramayu.
DiharapkanBBendungan Sadawarna mampu membantu petani dalam
meningkatkan intensitas tanamnya yang semula hanya satu kali dalam setahun
dengan sistem tadah hujan, selain itu dengan desain setinggi336 meter, lebarr10
meter, dan panjang9929 meter bendungan ini mampu menjadi
sumberpPembangkit ListrikkTenaga Air (PLTA) sebesar 2 MV.(Jay 2021)
Proyek pembangunan Bendungan Sadawarna terbagi menjadi dua paket, Paket
Immeliputi pekerjaan bendunganuutama, bangunanppengambilan, hidromekanikal
dan/elektrikal, serta bangunanppengelak dikerjakan oleh KSOPPT. Wijaya Karya
– PTDDaya Mulia Turangga – PTBBarata Indonesia dengannnilai kontrak sebesar
Rp. 999mmiliar. Sedangkan PakettII meliputippekerjaan Spillway, jalan akses,
dan bangunan fasilitas dengan pelaksana KSOPPT Nindya Karyaa(Persero) - PT
Adhi Karyap(Persero) senilaipRp. 907,6 miliar (Jay 2021)
PadaPpelaksanaan proyekKpembangunan Bendungan SadawarnaPPaket II
Subang mengalami kelongosoran saat pekerjaan galian Spillway yang terjadi pada

1
bagian slope galian di lokasi STA 0+500 s.d 0+520. Kelongsoran pada lereng
merupakan akibatMmeningkatnya teganganGgeser suatu massaTtanah atau
menurunnyakkekuatan geser suatummassa tanah. DenganKkata lain, kekuatan
geserRdari suatu massaTtanah tidak mampuUmemikul bebanKkerja yang terjadi.
Penyebab terjadinya longsor bisa dipengaruhi beberapa hal seperti sifat tanah dari
lereng, kondisi lereng, dan intensitas curah hujan. Terjadinya sliding (longsor)
pada bagian slope galian ini akibat gerusan air hujankkarena intensitasccurah
hujan yang cukupttinggi terjadi selama pekerjaan. Pengaruh musim kering yang
terjadi berkepanjangan juga bisa memunculkan pori-pori atau rongga tanah
sehingga menyebabkan terjadinya rekahan dan juga retakan padaRtanah
permukaan. Sehinggakketika intensitasccurah hujanmmengalami peningkatan, air
akanmmasuk melaluiBbagian tanahYyang mengalamiRretakan dan akan
terakumulasiddi bagian lereng kemudian menimbulkanggerakan lateral.
Berdasarkan kejadian tersebut untuk mencegah terulangnya sliding (longsor)
pada bagian slope galian maka, dilakukannya proteksi pada slope galian Spillway
dengan tujuan meningkatkan stabilitas lereng. Upaya yang dilakukan untuk
penanggulangan longsor saat pekerjaan galian Spillway di lokasi STA 0+520 s.d
0+600 menggunakan metode perkuatan geomat pada 2 slope galian bagian atas
dan shotcrete pada slope galian bagian bawah.
Penelitian ini akan membahas tentang stabilitas lereng berdasarkan penjelasan
diatas berapa nilai Safety Factor (SF) saat terjadinya sliding (longsor) dan setelah
dilakukannya perbaikan lereng. Analisis menggunakan bantuan aplikasi Plaxis
V.21, Seepage/W dan Slope/W untukaamempermudah penelitianDddalam
menentukan polaKkeruntuhan padaLlereng. Kajian analisis ini nantinya akan
membandingkan hasil stabilitas eksisting lereng saat terjadinya longsor dan
setelah diberi perkuatan menggunakan geomat dan shotcrete.

1.2 Perumusan Masalah


Pada kasus ini kelongsoran terjadi saat pekerjaan galian lereng Spillway
Bendungan Sadawarna Paket II Subang. Penelitian dimaksudkan untuk
mengetahui:
1) Bagaimana analisis stabilitas lereng eksisting saat terjadi longsor ?

2
2) Bagaimana analisis stabilitas lereng setelah diberikan perkuatan menggunakan
Geomat dan Shotcrete ?

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini difokuskan dalam analisis stabilitas lereng eksisting dan lereng
setelah diberikan perkuatan menggunakan Geomat dan Shotcrete berdasarkan
jenis tanahnya. Penggunaan Geomat dan Shotcrete diaplikasikan dalam satu
lereng (Geomat diaplikasi pada slope galian 1 dan 2 dari atas lereng serta
Shotcrete diaplikasikan pada slope galian 3 s.d 6 lereng), analisis stabilitas lereng
tersebut dilakukan berdasarkan data geologi teknik di lokasi Tapak Spillway
Bendungan Sadawarna dibantu dengan aplikasi Paxis V.21, Seepage/W dan
Slope/W.

1.4 Maksud dan Tujuan


MaksudDdari kegiatan penyusunan penelitian tesis ini tentang Studi Metode
Perkuatan Terhadap Lereng Menggunakan Geomat, Shotcrete, dan Soil Nailing
(Studi Kasus : Lereng Spillway Bendungan Sadawarna Paket II Subang) adalah
membandingkan nilai (Safety Factor) hasil analisis lereng eksisting saat terjadinya
longsor dengan nilai (Safety Factor) lereng setelah diberikannya perkuatan dengan
geomat dan shotcrete berdasarkan jenis tanahnya. PenelitianNini mempunyai
beberapaTtujuan yaitu :
1) MengetahuiRnilai faktor keamananR(Safety Factor) lereng eksisting
menggunakannbantuan programmPlaxis V.21, Seepage/W dan Slope/W.
2) Mengetahuinnilai faktorkkeamanan (Safety Factor) terhadap lerengssetelah
dilakukan perkuatan menggunakan Geomat dan Shotcrete menggunakan
bantuan program Plaxis V.21, Seepage/W dan Slope/W.

1.5 Manfaat
Manfaat dari penyusunan penelitian analisis tentang Studi Metode Perkuatan
Terhadap Lereng Menggunakan Geomat, Shotcrete, dan Soil Nailing (Studi Kasus
: Lereng Spillway Bendungan Sadawarna Paket II Subang) adalah :

3
1) Sebagai sumber referensi mengenai perkuatan stabilitas lereng menggunakan
metode Geomat dan Shotcrete.
2) Mengaplikasikan program komputer untuk menganalisis stabilitas lereng.
3) Memberikan hasil evaluasi pemilihan metode alternatif perkuatan lereng
kepada pelaksana proyek sebagai pihak ke-3 dari akademisi
4) Menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan bangunan sipil.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematikappenulisan dalamppenelitin ini yaitussebagai berikut :
 BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam babbini dibahas mengenai Latarbbelakang permasalahan, Perumusan
Masalah, BatasanmMasalah, Keaslian Penelitian, MaksudDdan Tujuan,
Manfaat, dan SistematikaPPenulisan.
 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam babhini akan membahas tentang uraianSsistematis tentangphasil-hasil
penelitianmyang didapatooleh penelitian terdahulu dan yang ada hubungannya
denganppenelitian yangaakan dilakukan. Pada babbini juga berisi teori-teori
yang digunakan dalam menyelasaikan permasalahan.
 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Dalam babBini membahas kerangka berpikir danPprosedur-prosedur dari
pemecahanmmasalah.
 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
DalamBbab ini akanmdilakukan analisis dari data-datapyang sudah diperoleh
dan pembahasan masalah berdasarkan hasil dari analisis.
 BAB 5 KESIMPULAN
Dalam babBini akan diambilPkesimpulan mengenaiHhasil analisisRdan
pembahasan.
 DAFTAR PUSTAKA
Dalam bab ini akan ditampilkan semua daftar referensiRyang digunakan
dalam penyusunanPpenelitian.
 LAMPIRAN
Dalam bab ini berisiptentang lampiran-lampiran dari laporan penelitian.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanah


Dalam pengertianTteknik secaraUumum,ttanah didefinisikan sebagai material
yangmterdiri dari butiran (agregat) mineral-mineralcpadat yang tidak tersementasi
(terikatssecara kimia) satu dengan lainnya dan dari bahan-bahan organik yang
telah mengalami pelapukan (yangpberpartikel padat) disertaigdengan zatccair dan
gas yanghmengisi ruang-ruanghkosong diantaraupartikel-partikel padat tersebut
(Pratikso 2017).

2.2 Jenis Tanah Berdasarkan Proses Pembentukannya


KerakPbumi padaPumumnya dibagi dalam duaPkategori, yaitu: batuanPdan
tanah. Kata “Tanah” umumnyaPdigunakan olehPpara ahli geologiPuntuk
mendeskripsikan suatu gumpalan atauPkomposisi butiran-butiran, mineral-
mineral dan materiPorganik yang relatif lemahPikatan antar butirannya yang
terdapatPdari permukaanPbumi hinggaPke lapisan batuanPpadat. Ikatan antar
butiran yang lemah tersebut umumnya dapat dipisahkan hanyaPdengan sedikit
gangguanPmekanis, misalnyaPdengan mengaduknyaPdalam air (Pratikso 2017).
BerdasarkanPasal-usulnya, batuan terbagi menjadi tigaPtipe dasar diantanya
adalah: BatuanBBeku (Igneous Rock), BatuanSSedimen (Sedimentary Rock), dan
BatuanMMetamorf (Metamorfphic Rocks). Dibawah ini akan ditunjukkan diagram
siklusSkejadian beberapaTtipe batuanPdari prosesPkejadiannya, seperti yang
ditampilkan pada Gambar 2.1.

2.2.1 Batuan Beku (Igneous Rock)


Batuan beku merupakan batuan yang telah terbentuk dari membekunya
magmaDcair yang terdesak menuju permukaan (bagianPyang dalamSsekali
dariSmantel bumi). Setelah tersembulPkepermukaan melaluiPrekahan-rekahan
pada kulitPbumi atau melaluiPgunung berapi, beberapa bagian dari magma
cair mendingin dipermukaan bumiPdan membatu. Tidak jarang magma
berhenti bergerakPsebelum sampai kepermukaanBbumi danMmendingin di
dalam kulitPbumi serta membentukBbatuan bekuPdalam (Pratikso 2017).

5
Gambar 2. 1 Siklus Batuan
Sumber: (Das 1988)
2.2.2 Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Deposit-deposit yang berasal dari tanahPkerikil, pasir,Planau dan
lempung hasil dari pelapukan dapatPmenjadi lebihPpadat dikarenakan adanya
tekanan pada lapisan tanahPdiatasnya dan proses sementasi yang terjadi antar
butiranPoleh unsur-unsurPsementasi seperti halnya oksidaPbesi, kalsit,
dolomite dan juga quartz. Seluruh unsur tersebut akan mengisi ruang-ruang
diantaraPbutiran yang kemudian membentukPbatuan sedimen. Batuan yang
terbentukPdengan caraPini disebut batuan sedimen detrial. Contohnya yaitu:
Conglomerate, sandstone, breccia, mudstone serta shale (Pratikso 2017).

2.2.3 Batuan Metamorf (Metamorfic Rocks)


Peristiwa metamorf merupakan prosesPperubahan komposisiPdan
tektstur dariPbatuan akibat dari panas dan juga tekananPtanpa pernahPmenjadi
cair. Pada peristiwaPmetamorf, mineral-mineral akan baruPterbentuk; dan
butir-butirPmineralnya terkenaPgeseran yangPkemudian membentukPtekstur
batuPmetamorf yangPberlapis-lapis. Contohnya yaitu; granit, diorite dan
gabbro berubahPmenjadi gheissPpada peristiwaPmetamorf tingkatPtinggi.
Shales dan mudstone berubahPmenjadi slate dan phyllites padaPperistiwa
metamorf yang tingkatPrendah (Pratikso 2017).

6
2.3 Klasifikasi Tanah
Berdasarkan dari hasil analisis distribusiPpartikel danPbatas Atterberg, tanah
diklasifikasikan kedalam beberapaagolongan. Adanya sistem klasifikasi tanah
yang diterimaPsecara universal, diantaranya adalah; SistemPDepartemen
Pertanian AmerikaSSerikat (U.S. Department ofPAgriculture), SistemKUSCS
(Unified SoilPClassification System), sistemKAASHTO (American Association of
State HighwayPand TransportationSOfficials), MassachusettsPInstitute of
Technology (MIT) danPsistem Inggrispyang sederhana (Pratikso 2017).

2.3.1 Partikel Tanah


Tanah pada umumnya dapat disebut sebagai kerikilP(gravel), pasir
(sand), lanauo(silt), atauplempung (clay). Sebutan itu tergantung dari ukuran
partikel yangPpaling dominan padaPtanah tersebut. Guna menjelaskan
mengenai tanah berdasarkan pada ukuran partikelnya, beberapaPorganisasi
telahPmengembangkan batasan-batasan ukuranPgolongan jenisPtanah (soil-
separate-sizeplimits) (Pratikso, 2017).
Pengembangan batasan-batasan dari ukuran golonganJjenis tanahPoleh
MassachusettsPInstitute ofPTechnology (MIT), U.S Departmentppof
Agriculture (USDA), AmericanPAssociation ofPpState Highway and
TransportationPOfficials (AASHTO) dan oleh U.S. ArmypCorps of Engineers
dan U.S Bureaupof Reclamationpmenghasilkan apapyang disebutpsebagai
Unified SoilPClassification SystemP(USCS). PadaPsaat ini sistem Unified
(USCS) telah diterimaydiseluruh dunia, bahkan sekarang sistemPini dipakai
juga oleh AmericanSSociety of Testing andPMaterials (ASTM).
Batasanpukuran seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.1.

KerikilP(gravels) merupakan kepingan-kepinganPdari batuan yang


kadang kala juga mengandung beberapa partikel mineralPquartz, feldspar serta
mineral-mineralPlain. Sebagian besar pasir (sand) terdiriPdari mineralPquartz
danPfeldspar. ButiranPdari mineral lain mungkinPjuga masih terdapat pada
golonganPini (Pratikso 2017).
Lanau (silts) sebagianPbesar merupakan.fraksi mikroskopis (berukuran
sangatPkecil) dariPtanah yangPterdiri dariPbutiran-butiran quartzPyang sangat

7
halus serta sejumlah partikel dengan bentuk lempengan pipih yangimerupakan
pecahanPdari mineral-mineralPmika (Pratikso 2017).

Tabel 2. 1 Batasan-batasan Ukuran Golongan Tanah

Sumber: (Das 1988)

Lempung (clays) sebagianPbesar terdiriPdari partikelPmikroskopis


serta submikrokopis (tidakPdapat dilihatPdengan jelas hanya dengan
mikroskopisPbiasa) yang berbentukPlempengan-lempengan pipih yang
merupakanPpartikel-partikelPdariMmika, mineral-mineralPlempung (clay
minerals), danPmineral-mineral halus lainnya. Pada Tabel 2.1., lempung
didefinisikanPsebagai golonganPpartikel dengan ukuran kurang dari 0,002
mmo(= 2 mirkron). NamunPdemikian, pada beberapa kasus yang pernah ada,
partikel dengan ukuran antara 0,002 mmPsampai 0,005 mm jugaPmasih
digolongkanPsebagai partikelPlempung (lihat ASTMDD-653). Disini tanah
diklasifikasikanPsebagai lempungP(hanyaPberdasarkan padaiukurannya saja).
Belum tentu juga pada tanah dengan ukuranPpartikel lempung tersebutPjuga
mengandungMmineral-mineral lempungp(clay minerals) (Pratikso 2017).
DariPsegi mineral (bukanPukurannya), yangPdisebut dengan tanah
lempung (dan mineral lempung) adalah yang mempunyai partikel-partikel
mineral tertentuPyang “menghasilkanPsifat-sifat plastisPpada tanahPbila
dicampurPdengan air” (Grim, 1953). Dari segi mineral, tanah juga dapat
disebut sebagaiPtanah bukanPlempung (non-clay soils) meskipun bagiannya

8
terdiri atas partikel-partikel yangPsangat kecil (partikel-partikelPquartz,
feldspar dan mika yang dapat berukuranPsubmikroskopis, akan tetapi
umumnya mereka tidak dapatMmenyebabkan terjadinyapsifat plastisPdari
tanah). Apabila dilihat dari segi ukuran, partikel-partikelPtersebut memang
tergolong sebagai partikelPlempung. Sehingga, akan lebihptepat apabila
partikel-partikelPtanah yang mempunyai ukuran lebih kecil dari02 mikron (=
2 µ), atau < 5 mikronPmenurut sistemPklasifikasi yang lain, disebutPsaja
sebagaiPpartikel berukuranPlempung dari padaPdisebut sebagai lempungisaja.
PartikelPdari mineralPlempung umumnyaPberukuran koloid (< 1 µ) dan
ukuran 2 µ merupakanPbatas atas (palingPbesar) dari ukuran partikelPmineral
lempung. Komparasi atas batasan-batasan ukuran untuk golongan tanah
menurutPbeberapa sistemOseperti yang ditampilkan pada[Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Komparasi batasan-batasan ukuran golongan tanah menurut


beberapa sistem
Sumber: (Das 1988)

2.4 Kekuatan Geser Tanah


KekuatanPgeser suatu massa pada tanah merupakan gaya perlawananpinternal
tanah perpsatuan luas terhadappkeruntuhan atauPpergeseran sepanjangPbidang
geser dalamPtanah. Dalam menganalisis beberapa masalahPstabilitas tanah seperti
halnya dayaPdukung, stabilitasPtalud (lereng) serta tekanan ke arah samping pada
turap atau dinding penahanPtanah sebelumnya harusPmengetahuiPsifat-sifat
ketahanan penggeser terhadap tanah.

9
2.4.1 Kriteria Keruntuhan Menurut Mohr-Coulumb
MohrP(1980) dalam (Das 1994) menyuguhkanPsebuah teori yang
membahas mengenai keruntuhanPpada material yangPmenyatakan bahwa
keruntuhan terjadiPpada suatu materialPakibat dari kombinasi kritis antara
teganganPnormal dan geser, bukan hanya akibatPtegangan normal maksimum
atau teganganPgeser maksimum saja. Hubungan antara teganganInormal dan
geser padapsebuah bidangpkeruntuhan dapatPdinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut.
Persamaan 2. 1. Hubungan Tegangan Normal dan Geser :

= ( ) (2.1)

GarisPkeruntuhan (failure envelope) yangPdinyatakan oleh persamaan


diatasPsebenarnya berbentuk garisPlengkung seperti yangPditampilkan pada
Gambar 2.3. UntukPsebagian besar masalah–masalah terkait dengan mekanika
tanah, garisPtersebut cukupPdidekati denganPsebuah garisPlurus yang
menunjukkanPhubungan linear anatara teganganPnormal dan geser (Coulomb,
1776) dalam (Das 1994), PersamaanPdapat ditulis sebagaipberikut.
Persamaan 2. 2. HubunganPLinear Tegangan Normalpdan Geser :

= + tan ∅ (2.2)

Hubungan diatas disebut sebagai kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb.

10
Gambar 2. 3 Garis keruntuhan menurut Mohr dan Hukum keruntuhan dari
Mohr-Coulomb
Sumber: (Das 1994)

2.4.2 Hukum Keruntuhan Geser Pada Tanah Jenuh Air


PadaPtanah jenuh air, besar pada tegangan normalPtotal padaPsebuah
titik adalahPsama denganPjumlah teganganPefektifnya ditambahPdengan
teganganPair pori, atau seperti yang ditampilkan dibawah ini.
Persamaan 2. 3. Tegangan Normal Total :

= + (2.3)

11
Tegangan efektif ( ′), diterimaPoleh bagianPbutiran padatPdari tanah.
JadiPberdasarkan prinsipPmekanika tanah, Persamaan diatas dapatpditulis lagi
menjadi persamaan berikut.
Persamaan 2. 4. Substitusi Tegangan Normal Total :

= + ( − ) tan ∅ (2.4)

Hanya c dariptanah pasir danPlanau anorganikPadalah sama dengan


nol. Pada tanah lempungPyang terkonsolidasi-normal, harga c juga dapat
dianggapPsama dengan nol. TanahPlempung terkonsolidasi-lebihPmempunyai
harga c > 0. SudutPgeser internal ∅, kadang juga disebut sebagai sudut geser
airPteralirkan (drained anglepof friction).

2.4.3 Tekanan Tanah Menurut Rankine


Plastic Equilibrium (Keseimbangan Plastis) di dalam tanah yaitu
kondisi dimana setiap titiknya di dalamPmassa tanah akan terjadi keruntuhan.
Rankine (1857) melakukan penyelidikan terhadap tegangan yang ada di dalam
tanah pada kondisipkeseimbangan plastis tersebut. PersamaanPtanah pada
kondisi aktif dan pasif seperti yang ditampilkan berikut.

Persamaan 2. 5. Kondisi TanahPAktif Menurut Rankine :


Ka = tan 45 − (2.5)

Persamaan 2. 6. Kondisi TanahPPasif Menurut Rankine :


Kp = tan 45 + (2.6)

2.4.4 Tekanan Tanah Menurut Coulomb


Dalam teori Coulomb tentang tekananPtanah aktif danPpasif yang
bekerja padapdinding penahanPtanah menganggapPbahwa bidangPlongsor

12
adalahPrata. Geseran diantara dinding denganPtanah dibelakang dinding
ikutodiperhitungkan.
PrinsipPumum dari adanya penurunan teoriPtekanan tanahPmenurut
coulomb untukPtanah seringPtak berkohesiPkekuatan gesernya dinyatakan
denganPPersamaan ( = tan ∅) dalam (Das 1994), Persamaan kondisi tanah
aktif dan pasif seperti yang ditampilkan berikut.

Persamaan 2. 7. Kondisi Tanah Aktif Menurut Coulomb :

( ∅)
Ka = (
; (2.7)
∅)

Dengan nilai (∅) adalah sudut geser dari tanah.

Persamaan 2. 8 Kondisi Tanah Pasif Menurut Coulomb :

( ∅)
Kp = (
; (2.8)
∅)

Dengan nilai (∅) adalah sudut geser dari tanah.

2.4.5 Tegangan Air Pori Negatif (Suction)


TeganganPair poriPnegatif atau biasa disebut juga degan suction.
Suction maksimum biasanya terjadi didekat permukaanPtanah diakhir musim
keringPsehingga kapasitasPinfiltrasi maksimum dapat terjadi didekat
permukaanPtanah selamaPkering, sebaliknya jika suction minimum biasa
terjadi diakhir musim penghujanPsehingga keruntuhanPlereng pun sering
terjadi pada saat itu karena kapasitas infiltrasi yang minimum (Sinarta 2016).
Suction yaitu selisih antara tekananPudara pori (ua) dengan tekana air
pori (uw). Suction dapat dilakukan analisis denganPtekanan kapiler (uc).
Adapun nilai dari tekanan kapiler itu tergantung pada teganganPpermukaan
( S) serta jejari kurvaPR. AnalisisPtegangan permukaanPdan jari-jari kurva
dapatidigambarkan menggunakan sebuah gelasPpipa yang telah diisi dengan
air (Sinarta 2016).

13
JarakPjejari R tergantungPpada dimensiPkapiler pipa serta sudut
kontak, seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.4 (FredlundPdan Rahardjo,
1993) dalam (Sinarta 2016) :

Gambar 2. 4 Model Fisik Dan Fenomena Tegangan Permukaan Pada Pipa


Kapiler
Sumber : (Bunsri, Sivakumar, and Hagare 2011)
HubunganPantara teganganPpermukaan dan juga teganganPkapiler
dirumuskan menggunakan persamaanPberikut.
Persamaan 2. 9. Laplace :

! ")
c =( a - )=
w = ℎc %w (2.9)
#

Dengan keterangan :
a : tekanan udara pori (kN/m2)
w : tekanan air pori (kN/m2)
S : tegangan permukaan air (kN/m2)
& : jejarai kapiler pipa (m)
' : sudut kontak (…⁰)
ℎc : tinggi kapiler (m)

DariPpersamaan diatas, diketahuiPbahwa suctionPberbanding terbalik


denganPjari-jari kapiler. SemakinPbesar jari-jariPkapiler, makaNnilai suction
semakin kecil. Jadi, suction untuk tanahPlempung akan menjadi lebih besar

14
jika dibandingkan dengan tanahPgranuler (Fredlund dan Rahardjo, 1993)
dalam (Sinarta 2016).

2.5 Stabilitas Lereng


Gaya-gayaPgravitasi danRrembesan air (seepage) cenderungPmenyebabkan
ketidak-stabilan padaPlereng alami (natural slope), padaPlereng yang dibentuk
dengan caraPpenggalian serta pada lerengPtanggul bendunganPtanah (earth
dams). TipePkeruntuhan lerengPyang palingPpenting yaitu kelongosoran rotasi
(rotational slip) bentukPpermukaan longsorPpada potongannyaPdapat berupa
busurPlingkaran (circular) atauPkurva bukanPlingkaran. KelongsoranPtranslasi
(translational slip) dan juga kelongsoranPgabungan (compound slip) dapat terjadi
apabila bentuk permukaanPruntuh dipengaruhi adanya kekuatanPgeser yang
berbeda pada tanahPyang berbatasan.
Menurut Hardiyatmo (2014) di dalam (Pradhana 2010), padaIpermukaan tanah
yang tidakPhorizontal atau miring, komponenPgravitasi cenderungPuntuk
menggerakkanPtanah ke arah bawah. Jika apabila gravitasi sedemikian besar
sehingga perlawananPterhadap geseranYyang bisa dikerahkan olehPtanah pada
bidang longsornyaPterlampaui, maka dapat terjadi kelongsoranPlereng. Analisis
stabilitas permukaanPtanah yang miringPini disebut sebagai analisisOstabilitas
lereng. AnalisisPini seringPdigunakan dalam perancangan bangunan seperti jalan
kereta api, bendungan, urugan tanah, bandara, saluran, dan lain sebagainya. Pada
umumnya, analisisPstabiliras lereng dilakukanUuntuk mengecek keamananPdari
alam, lereng galian serta lereng uruganptanah.

2.5.1 Lereng
Lereng merupakan suatu permukaanPtanah yang mempunhyai
kemiringan dan juga membentuk sudutPtertentu terhadapObidang horizontal
serta tidak terlindungi. Lereng juga dapat terjadiTsecara alami maupun
sengaja dibuat oleh manusiaPdengan tujuan tertentuo(Bowles, 1984) di dalam
(Fauzi and Hamdhan 2019).
DalamPbidang teknik sipil terdapat 2 jenis lereng yangiperlu diperhatikan:
1) Lereng alam (Natural Slopes)
Lereng alam adalah lereng terbentuk karena adanya proses alam.
Material yang membentuk lereng mempunyai kecenderunganptergelincir

15
dibawapberatnya sendiriPdan gaya-gaya luarPditahan olehPkuat geser
tanah dan juga material tersebut. Gangguanpterhadap kestabilan apabila
terjadi tahananpgeser tanah tidak bisa mengimbangi gaya-gayaPyang
menyebabkan gelincirPpada bidangplongsor.
Pada lerengPalam aspek kritisOyang perlu diperlajari yaitu kondisi
geologi danPtopografi, kemiringanplereng, jenis lapisanptanah, kuat geser,
aliran airpbawah tanah serta kecepatanppelapukan.
2) Lereng Buatan (Man Made Slopes)
Lerengpbuatan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
a) Lereng buatan asli/lereng galian
Lereng iniodibuat dariptanah asli denganpmemotong kemiringan
tertentu. Untukppembuatan jalanpatau saluran airpuntuk irigasi.
b) Lereng buatan tanahpyang dipadatkan atau lereng timbunan
Tanah dipadatkanpuntuk tanggul-tanggulpjalan raya, bendungan,
badan jalanppkereta api. Sifatpteknis tanahptimbunan dipengaruhi
oleh carappenimbunan danpderajat kepadatanptanah.
Lereng timbunan dibedakanPmenjadi beberapa kondisi, yaitu :
1. Timbunan tanahPtak berkohesi diatasolapisan tanah kokoh.
2. Timbunan tanahpkohesi diatas lapisanptanah kokoh.
3. Timbunan yangpdilaksanakan diatasptanah lembek.

2.5.2 Tanah Longsor


Tanah longsor merupakan suatu perpindahan materialppembentuk
lereng yang berupapbatuan, bahanorombakan, tanah ataupun material
campuran tersebutpbergerak kea rah bawah atau keluar dari lereng (Suhendra
2017).
Gerakan tanah yang menjadi penyebab terjadinya longsor memiliki
arah tegak, mendatarPatau miring terhadapPkedudukan semula, bisa juga
diakibatkan olehPpengaruh air, gravitasi maupun beban dari luar.
Menurut HighwayPResearch Board 1958 dan 1978 dalam (Suhendra
2017), terdapat 6 jenis tanahPlongsor, diantaranya yaitu longsor translasi,
longsor rotasi, pergerakanPblok, runtuhan batu, rayapanPtanah serta aliran
bahan rombakan. Di Indonesia sendiri, jenis longsorPyang paling sering

16
terjadi yaitu longsor translasi dan juga longsor rotasi. Berikut ini adalah
deskripsi beberapaPjenis longsor:
1) Translation Slide, Tanah longsor denganpbidang longsor yang cenderung
datar atauPsedikit bergelombang. BentukPpermukaan yang runtuh
dipengaruhi oleh kekuatanpgeser yangpberbeda padaplapisan tanahpyang
berbatasan, seperti yang ditampilkan padapGambar 2.5.

Gambar 2. 5 Longsor Translasi


Sumber : (Rusydy 2016)

2) Rotational Slide, Tanah longsor dengan bentukpseperti busurpderajat, log


spiral danpbentuk lengkung yang tidak beraturan. Umumnya longsoran itu
terjadi pada tanah yang sudah homogen, seperti yang ditampilkan pada
Gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Longsor Rotasi


Sumber : (Rusydy 2016)

17
3) Pergerakan Blok, perpindahanpbatuan yang.bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut longsoranptranslasi blokpbatu,
seperti yang ditampilkan padapGambar 2.7.

Gambar 2. 7 Longsor Translasi Blok Batu


Sumber : (Rusydy 2016)

4) Runtuhan Batu, terjadi ketikapsejumlah besarpbatuan ataupun material


lain bergerakokebawah denganpcara jatuh bebas. Seperti yang ditampilka
pada Gambar 2.8.
5) Rayapan Tanah, jenisptanah longsor yangpbergerak lambat. Jenis
tanahnyapberupa butiranpkasar dan halus. Jenis dari tanah longsorpini
hamper tidakpdapat diduga. Sepertipyang ditampilkanppada Gambar 2.9.

Gambar 2. 8 Longsor Runtuhan Batu


Sumber : (Rusydy 2016)

18
Gambar 2. 9 Longsor Rayapan Tanah
Sumber : (Rusydy 2016)

6) Aliran Bahan Rombakan,Pini dapat terjadi dikarenaan massa tanah yang


bergerak karena dorongan dari air. KecepatanPaliran tergantungppada
kemiringanplereng, volume serta tekana air, dan jenispmaterialnya. Seperti
yang ditampilkan padaPGambar 2.10.

Gambar 2. 10 Longsor Aliran Bahan Rombakan


Sumber : (Rusydy 2016)
Menurut Terzaghi (1950)Pdalam (Hary Christady Hardiyatmo 2019)
membagiTpenyebab longsoran menjadi dua macam, adapun faktor-faktor
yang mempengaruh stabilitas lereng sebagai berikut :

1) Faktor Internal (Internal Effect), merupakan longsoranpyang terjadi


denganptanpa adanyapperubahan kondisiPluar atau gempa bumi.
Contoh yang umumPuntuk kondisi ini merupakan pengaruh dari
bertambahnya tekananPair pori didalamPlereng.
2) Faktor Eksternal (External Effect), adalah pengaruh yang
menyebabkanPbertambahnya gayaPgeser tanpa adanya perubahan kuat

19
geser pada tanah. Contohnya, akibat perbuatan manusia mempertajam
kemiringan tebing atau memperdalam galian tanah dan erosi sungai.
Cara-cara perbaikan/stabilisasi lereng yang sudah terjadi kelongsoran atau
mungkin yang akan terjadi kelongsoran pada prinsipnya bisa dibagi menjadi
dua, yaitu:
1) MemperkecilPgaya penggerakPatau momenPpenggerak. Gaya
penggerak ini dapat diperkecil dengan cara mengubah geometri lereng.
Metodenya sebagai berikut:
a. MembuatYlereng lebih datar dengan mengurangiOsudut
kemiringan.
b. Memperkecil ketinggian lereng.
2) Memperbesar gaya melawan atau momen melawan, gaya melawan
bisa ditambah dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Menggunakan counterweighto(timbunan padapkaki lereng).
b. Mengurangiptegangan air poripdalam lereng.
c. Carapmekanis, memasangptiang atau dindingppenahan.
2.5.3 Pengaruh Air
Menurut (Atikah, Juwono, and Hendrawan 2017) menyatakan bahwa
tanahOlongsor dapat diartikan sebagai gerakan massaItanah yang mengandung
air, menggelincir kebawahPmenuruni kemiringan lereng. Pergerakan tanah
atau tanah longsor merupakan hasil dari gangguan keseimbangan tanah yang
dipengaruhi oleh proses infiltrasi air ke dalam tanah sampai bidang
gelincirnya.
Umumnya kejadian tanah longsor terjadi saat musim penghujan
dengan kondisi lereng yang curam. Tanah pada musim penghujan akaniberada
dalamykondisi jenuhuair dan mengakibatkanilereng tidak stabil. Resiko
terjadinya kelongsoran akan lebih besar akibat peningkatan air pori dalam
tanah dan menurunkan kuat geser tanah itu sendiri.
Menurut (Karnawati, 2010) dalam (Atikah, Juwono, and Hendrawan
2017) hujan pemicu dari longsoran yitu tipe hujan deras dan tipe hujan normal
tetapioberlangsung slama. Tipe hujan derasuadalah hujan yangomempunyai
intensitaso70 mm per jam atau hujanpdengan intensitasulebih dari 100imm per

20
hari. Tipe hujan ini hanya efektif memicu longsoran pada lereng yang
tanahnya mudah menyerap air seperti tanah lempung pasiran dan tanah pasir.
Tipe hujan normal adalah hujan yang intensitasnya kurang dari 20 mm per
hari. Tipe hujan ini apabila berlangsung selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan dapat efektif memicu longsoran pada lereng yang tanahnya
lebih kedap air seperti tanah lempung.
Sedangkan menurut (Subiyanti, 2011) dalam (Atikah, Juwono, and
Hendrawan 2017) hujan normal dengan durasi lama berpengaruh terhadap
perubahan tekanan air pori. Hujan normal dengan durasi lama, pada tanah
berbutir halur menyebabkan muka air tanah naik dan tekanan air pori juga
naik. Proses penjenuhan tanah berlangsung terhadap fungsi waktu. Ketika
tanah jenuh, maka kekuatan geser tanah hilang, sehingga kemungkinan besar
terjadi longsor.
Berikut adalah Gambar kondisi longsor yang terjadi pada lereng saat
melakukan observasi lapangan pada slope galian spillway Bendungan
Sadawarna Paket II Subang. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.11,
Gambar 2.12, dan Gambar 2.13.

Gambar 2. 11 Sliding Galian Spillway STA 0+500 s.d 0+520


Sumber: Dokumentasi Nindya-Adhi.KSO 2021

21
Gambar 2. 12 Sliding Galian Spillway STA 0+500 s.d 0+520
Sumber: Dokumentasi Nindya-Adhi.KSO 2021

Gambar 2. 13 Sliding Galian pada STA 1+400


Sumber: Dokumentasi pribadi

2.5.4 Alternatif Perbaikan Stabilitas Lereng


Menurut (Hary Chirstady Hardiyatmo 2020) perbaikan tanah (ground
improvement) adalah suatu cara untuk memperbaiki sifat-sifat teknik tanah,
seperti kuat geser, kekakuan, dan permeabilitas. Umumnya, perbaikan tanah
dilakukan pada tanah yang sifat-sifat mekaniknya tidak memenuhi syarat
untuk mendukung bangunan.
Perbaikan tanah pada suatu proyek perlu dilakukan pada suatu kondisi
tertentu, pertimbangan dan pemilihan keputusan tipe-tipe perbaikan tanah
pada suatu proyek harus tepat sesuai dengan hasil dari penyelidikan tanah.

22
Menurut (Hary Chirstady Hardiyatmo 2020) ada beberapa macam
kondisi tanah yang perlu dilakukan perbaikan tanah, antara lain:

1) Tanah-tanah sulit, seperti lempung lunak, ekspansif, tanah yang mudah


runtuh, lempung sensitive atau lempung dispersif, tanah mengandung
bahan organic
2) Tanah berpotensi terjadi likuefaksi
3) Tanah yang berupa lereng berpotensi terganggu stabilitasnya (longsor)
4) Tanah berkapasitas dukung rendah atau tingkat kemudahan tempatnya
tinggi
5) Tanah berpotensi terjadi erosi, piping, dan tekanan air ke atas yang
tinggi (uplift), dll

Menurut (Hary Chirstady Hardiyatmo 2020) dalam hal suatu proyek


dibangun pada tanah-tanah yang bermasalah tersebut, beberapa alternative
cara penyelesaiannya antara lain:

1) Pembongkaran dan penggantian


2) Prapembebanan (preloading)
3) Drainase vertical (vertical drain)
4) Pemadatan di tempat (in-situ densification)
5) Injeksi (grouting)
6) Stabilisasi dengan menggunakan bahan pencampur
7) Penulangan atau perkuatan (reinforcement)

Alternatif perbaikan lereng yang digunakan pada proyek pembangunan


Bendungan Sadawarna Paket II untuk meningkatkan stabilitasnya yaitu
dengan menambahkan Geomat dan Shotcrete pada slope galian lereng.
Pemilihan tersebut berdasarkan jenis tanah yang berada pada lereng spillway
bendungan.

a) Geosintetik

Istilah Geosintetik dalam (Ganda and Roesyanto 2012) berasal dari


kata geo, yang berarti bumi atau dalam dunia teknik sipil diartikan sebagai
tanah pada umumnya. Kemudian kata synthetic yang berarti bahan buatan,

23
dalam hal ini adalah bahan polimer. Polimer utama yang digunakan untuk
pembuatan geosintetik adalah Polyester (PS), Polyamide (PM),
Polypropylene (PP) dan Polyethylene (PE). Jadi istilah geosintetik secara
umum didefinisikan sebagai bahan polimer yang diaplikasikan di tanah.
Menurut (Hary Chirstady Hardiyatmo 2020) geosintetik merupakan
material produk buatan pabrik dari bahan polymer telah banyak digunakan
dalam system atau struktur yang berhubungan dengan tanah, batuan, atau
bahan, rekayasa geoteknik lainnya. Bahan pembentuk utama yang
digunakan untuk geosintetik adalah polymer, walaupun kadang-kadang
karet, fiberglass, dan material yang lain juga digunakan.
Macam-macam geosintetik yaitu:

1) Geotekstil
2) Geogrid
3) Geomembran
4) Geokomposit
5) Geonet, dll

Stabilisasi lereng yang dilakukan pada galian slope bagian atas


spillway menggunakan Geomat jenis Macmat Hs New Type yaitu salah
satu produk dari PT Maccaferri Indonesia, geosintetik ini merupakan satu
kesatuan material hasil kombinasi jaring kawat dan Macmat Em
(pengendali erosi polimer tipe II) yang diproduksi dan dirakit sedemikian
rupa secara pabrikasi dengan quality control tertentu.
Jenis geosintetik ini digunakan untuk mengatasi masalah longsoran
lereng dengan susunan utama tanah berbutir halus yang disebabkan oleh
air hujan dan aliran air permukaan. Selain mengatasi kelongsoran sistem
yang digunakan berfungsi sebagai media drainase air pada lereng dan bisa
ditanami vegetasi diatasnya. Geomat yang digunakan seperti yang
ditampilkan pada Gambar 2.14.

24
Gambar 2. 14 Geomat Macmat Hs Type New
Sumber: Dokumentasi pribadi

b) Soil Nailing

Menurut (Girimarto et al. 2019) Soil Nailing adalah usaha perkuatan


tanah dengan menggunakan batang-batang baja, kayu, atau beton yang
dipaku ke dalam lapisan tanah yang tidak aman. Soil Nailing digunakan
pada lereng yang setelah dianalisis dan mendapatkan nilai (Safety Factor)
di bawah standar keamanan. Cara pelaksanaan dengan memakukan
batang-batang nail yang telah dipersiapkan hingga mencapai daerah pasif
terhadap bidang longsor. Kekuatan soil nailing harus mengandalkan kuat
geser nail pada bidang geser. Jumlah paku yang digunakan dihitung
dengan berdasarkan kuat geser bahan yang dipakai dan gaya yang
melongsorkan tanah. Pemakaian paku yang terlalu banyak akan merusak
struktur tanah terserbut.
(Hary Christady Hardiyatmo 2019) Metode pemakuan tanah (Soil
Nailing) adalah metode perkuatan lereng dengan cara memasukkan batang
tulangan dengan panjang dan kemiringan tertentu ke dalam lereng galian
dan menginjeksinya. Tujuan dari pemakuan tanah ini adalah untuk
memperkuat tanah dengan cara memasang tulangan-tulangan atau paku
baja pada jarak yang relatif dekat pada tebing galian ketika pekerjaan

25
masih berlangsung. Pemasangan tulangan-tulangan ini dilakukan mulai
dari atas menuju bawah (top down) bersamaan dengan penggalian. Dengan
cara ini, tebing atau lereng menjadi stabil dan dapat menahan tanah di
belakangnya. Adapun skema soil nailing wall seperti yang ditampilkan
pada Gambar 2.15.

Gambar 2. 15 Skema Soil Nailing Wall


Sumber: (Hary Christady Hardiyatmo 2019)

2.6 Analisis Stabilitas Lereng


Analisis stabilitas lereng umumnya didasarkan pada konsep keseimbangan
plastis batas (limit plastic equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas lereng
adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Jadi,
lereng stabil atau tidak stabil dinilai dari besarnya faktor aman (Safety Factor,
F).(Hary Christady Hardiyatmo 2019)
Ray dan De Smitd (2009) dalam (Hary Christady Hardiyatmo 2019)
menyarankan klasifikasi kestabilan lereng yang dikaitkan dengan faktor aman,
seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.2 dibawah ini. Lereng dikategorikan stabil
bila (F < 1), agak stabil bila (F antara 1 dan 1,25), kestabilannya sedang bila (F
antara 1,25 dan 1,5) dan stabil bila (F > 1,5). Klasifikasi kestabilan lereng seperti
yang ditampilkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Klasifikasi Kestabilan Lereng (Ray dan De Smitd, 2009)

26
Sumber: (Hary Christady Hardiyatmo 2019)

Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan
dan gaya yang menggerakkan, seperti yang ditampilkan dalam persamaan berikut.
Persamaan 2. 10. Faktor Keamanan :

(= (2.10)
)

dengan,
= Tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah (kN/m2)
* = Tegangan geser yang terjadi akibat berat tanah yang akan longsor
(Kn/m2)
F = Faktor Aman
Menurut teori Mohr-Coloumb, tahanan geser maksimum ( ) yang dapat
dikerahkan oleh tanah, disepanjang bidang longsornya, seperti yang ditampilkan
dalam persamaan berikut.
Persamaan 2. 11. Tahanan Geser Maksimum :

= + tg , (2.11)

dengan,
= Kohesi
= Tegangan normal
, = Sudut gesek dalam tanah
Nilai-nilai dan , adalah parameter kuat geser tanah di sepanjang bidang
longsor.

27
Persamaan tegangan geser yang terjadi ( *) akibat beban tanah dan beban-
beban lain pada bidang longsornya, seperti yang ditampilkan dalam persamaan
berikut.
Persamaan 2. 12. Tegangan Geser :

* = *+ tg ,* (2.12)

dengan,
* = Kohesi
= Tegangan normal
,* = Sudut gesek dalam tanah
Nilai-nilai * dan ,* adalah kohesi dan sudut gesek dalam yang terjadi atau
yang dibutuhkan untuk keseimbangan pada bidang longsornya.
Untuk maksud memberikan faktor aman terhadap masing-masing komponen
kuat geser, faktor aman dapat dinyatakan seperti yang ditampilkan dalam
persamaan berikut.
Persamaan 2. 13. Faktor Aman Kohesi :

( = (2.13)
)

Persamaan 2. 14. Faktor Aman Gesekan :

-. /
(, = (2.14)
-. /)

Dengan, ( = faktor aman pada komponen kohesi dan (, = faktor aman pada
komponen gesekan.

2.6.1 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Plaxis V.21


Plaxis 2D merupakan software berbasis metode elemen hingga dalam
pemodelan dua dimensi yang digunakan dalam menganalisis deformasi,
stabiliras dan alira air tanah dalam bidang geoteknik maupun mekanika
batuan. Pemodelan lereng pada software Plaxis menggunakan bentuk
pemodelan plane strain. Model ini merupakan bentuk pemodelan yang
digunakan untuk menganalisis struktur dengan potongan melintang geometri
yang relatif seragam.(Fauzi and Hamdhan 2019)

28
Bentuk pemodelan plane strain seperti yang ditampilkan pada Gambar
2.16.

Gambar 2. 16 Bentuk Plane Strain


Sumber: (Fauzi and Hamdhan 2019)

2.6.2 Analisis Infiltrasi Lereng dan Stabilitas Lereng Menggunakan


Geostudio 2012
Seep/W adalah salah satu elemen dari produk Geostudio dengan basic
CAD terbatas untuk menganalisis rembesan air dan masalah disipasi tekanan
air pori berlebih dalam bahan berpori seperti tanah dan batuan. Formulasi
yang komprehensif memungkinkan dapat mempertimbangkan analisis mulai
dari yang sederhana, masalah kondisi jenuh steady-state sampai dengan
masalah kondisi jenuh atau tidak jenuh yang tergantung pada waktu. Seep/W
dapat diterapkan pada analisis dan desain untuk geoteknik, sipil, hidrogeologi,
dan kegiatan rekayasa pertambangan.(Ardiansyah and Wahyudi 2014)
Slope/W adalah suatu program yang menggunakan metode
kesetimbangan batas untuk memecahkan (mencari faktor keamanan). Program
Geoslope diproduksi oleh Geo-Slope International Ltd, Calgary, Alberta,
Canada. Program tersebut terdiri dari Slope/W, Seep/W, sigma/W, quake/W,
temp/W, dan ctran/W.

29
Slope/W merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk membantu
perhitungan faktor keamanan tanah dan kemiringan tanah. Dengan program
ini dapat digunakan untuk menganalisis masalah baik secara sederhana
maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode
kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan tanah yang miring, tekanan
air pori, sifat tanah, dan beban terkonsentris. Selain itu juga bisa digunakan
untuk elemen tekanan pori air yang terbatas, tegangan statis, atau tekanan
dinamik pada analisis stabilitas lereng. (Girimarto et al. 2019)

2.7 Keaslian Penelitian


Keaslian penelitian ini diperlukan sebagai bukti pernyataan bahwa penelitian
mengenai Studi Metode Perkuatan Terhadap Lereng Menggunakan Geomat,
Shotcrete, dan Soil Nailing (Studi Kasus : Lereng Spillway Bendungan Sadawarna
Paket II Subang) belum pernah dilakukan sebelumnya. Tinjauan pustaka dari
penelitian serupa yang sudah dilakukan seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2. 3 Keaslian Penelitian


No Peneliti dan Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1 (Fika Analisis Stabilitas Menggunakan bantuan a) Berdasarkan pengamatan di lapangan
Famungkas, Lereng Memakai program SLOPE/W terdapat genangan air dibelakang
Widodo Perkuatan Geotekstil dari GeoStudio untuk lereng saat musim penghujan yang
Suyadi 2014) dengan Bantuan menghitung angka mempengaruhi kestabilan lereng.
Perangkat Lunak keamanan (Safety b) Kondisi lereng eksisting setelah
(Studi Kasus pada Factor) lereng dianalisis dengan SLOPE/W
Sungai Parit Raya) diperoleh Safety Factor sebesar
0,660. Itu berarti masih belum aman
karena (SF<1,5), meskipun dilakukan
perkuatan dengan tambahan mini pile
Safety Factor masih rendah karena
panjangnya diatas bidang longsor.
c) Dari hasil analisis didapatkan desain
perkuatan dengan geotekstil sebagai
berikut :
 Type Geotekstil = Woven
 Tensile Capacity = 40 Kn
 Contact Cohesion = 0 kPa
 Contact Phi = 38⁰
 Jumlah Lapisan Geotekstil = 5
Lapis
 Jarak Vertikal Antara Lapisan
=1m
Berdasarkan analisis menggunakan
SLOPE/W diperoleh desain tersebut

30
SF=1,893. Sedangkan dengan
perhitungan manual
SF=0,333(Eksisting) menjadi
1,925(Geotekstil).
d) Metode pelaksanaan mengacu pada
Perencanaan Geosintetik untuk
Perkuatan Lereng Kementrian
Pekerjaan Umum.
2. (Pratama et Analisis Stabilitas 1. Menggunakan Berdasarkan hasil dari analisis yang
al. 2014) Lereng dan Metode Fellenius dilakukan saran penangan longsor seperti
Alternatif 2. Menggunakan berikut :
Penangannya Plaxis a. Bored Pile (11m) dengan SF=1,6383
(Studi Kasus b. Counterfort wall + Bore Pile (10m)
Longsoran Jalan dengan SF=1,9720
Alternatif Berdasarkan saran penanganan yang
Tawangmangu STA digunakan mengacu pada syarat kekuatan,
3+150 – STA efisiensi pelaksanaan dan factor ekonomis
3+200, dipilih alternatif penggunaan dengan
Karanganyar) Bored Pile.
3. (Lubis and Kombinasi Perancangan, analisis Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa
Arifin 2020) Geotektstil dan stabilitas perkuatan penambahan beronjong tidak hanya
Beronjong untuk dan stabilitas lereng memberikan perlindungan kepada
Penanganan geotekstil dari sinar ultraviolet dan aliran
Kelongsoran Lereng air tapi juga meningkatkan factor
keamanan lereng.
4. (Ganda and Analisis Stabilitas Menggunakan Hasil analisis eksisting awal sebelum
Roesyanto Lereng Program Plaxis 2D menggunakan perkuatan (SF=0,67);
2012) Menggunakan versi V.21 Perkuatan standar menggunakan Geogrid
Perkuatan Geogrid dan Sheetpile (SF=1,18); Perkuatan
Alternatif dengan penambahan
Counterweight dibelakang Sheetpile
(SF=1,35).
5. (Luriyanto Analisis Stabilitas Menggunakan Metode Hasil analisis menggunakan dua alternatif
2014) Lereng dan Whitlow (1995) dan penanganan longsor.
Alternatif Plaxis V.V.21 1. Perkuatan Geotextile jenis BW 250
Penangannya : Studi Woven dengan (SF=1,4114).
Kasus Longsoran 2. Perkuatan Bored Pile dengan
Pada Ruas Jalan (SF=1,4617).
Pringsurat Km.
MGL. 22+631-
22+655 Kabupaten
Temanggung
6. (Adrianto et Analisis Stabilitas Menggunakan Metode Hasil Analisis Eksisting kestabilan lereng
al. 2016) Lereng Boja- Fellenius dan Plaxis menggunakan metode Fellenius didapat
Darupono V.V.21 (SF=1,19) untuk jari-jari lingkarang
STA.10+720 Jawa (R)=28,67 dan (SF=1,63) untuk
Tengah dan Usulan (R)=27,09. Sedangkan Analisis
Penangannya. menggunakan Program Plaxis V.V.21
(SF=1,19), Jadi disimpulkan bahwa lereng
dalam kondisi kritis karena (SF<1,5).

Alternatif penanganan :
Menggunakan Bored Pile menghasilkan
(SF=1,75); menggunakan Geotextile
ditambah dengan Counter Weight
menghasilkan (SF=1,5). Jadi dapat
diambil kesimpulan alternatif penanganan
menggunakan Bored Pile dianggap
sebagai solusi terbaik dengan angka
(Safety Factor) yang lebih besar.

31
7. (Wandira and Peningkatan Perhitungan kestabilan Hasil analisis stabilitas lereng
Rahayu 2021) Stabilitas Lereng lereng menggunakan menunjukkan bahwa kondisi lereng 1 dan
pada Ruas Jalan metode irisan Bishop. 3 stabil dengan SF>1,5. Sedangkan pada
Taweli – Toboli Perhitungan Safety lereng 2 dilakukan perkuatan dengan
dengan Factor menggunakan Bioengineering karena memiliki potensi
Vegetasi/Bioenginee aplikasi SLOPE/W longsor dengan SF<1,5.
ring dan perhitungan
manual.

8. Dewi Atikah, Pengaruh Hujan Menggunakan aplikasi Hasil analisis :


Pitojo Tri pada Stabilitas Geostudio (Slope/W) Safety Factor saat terjadi longsor adalah
Juwono, Lereng di Jalan Tol 1.107(Bishop), 1.061(Fellenius), dan
Andre Gempol-Pandaan 1.101(Morgenstern-Price).
Primantyo Berdasarkan data hujan selama 10 tahun,
Hendrawan.A intensitas 0.0077 m/jam.
tikah et al., Alternatif perkuatan dengan soil nailing
(2017) mempunyai SF=1.555921 lebih tinggi dari
bored pile dan anggaran biaya lebih kecil
sebesar Rp. 1.938.804.000,00 lebih kecil
dari bored pile.
Ambang batas hujan yang dapat memicu
longsor adalah kombinasi hujan 60 mm
dan hujan 100 mm selama 30 hari yang
menghasilkan total hujan sebesar 960 mm.

9. (Suhendra Pengaruh Gaya Pengujian gaya cabut Hasil gaya cabut akar terhadap jenis
2017) Cabut Akar Pada akar vegetasi vegetasi :
Jenis Vegetasi dilakukan pada lereng Caliandra Calothyrus Fmaks=0,789 kN
Terhadap Stabilitas yang ditumbuhi oleh dengan diameter 11,667 mm. Tsuga
Lereng Melastomamalabathri Heterophylla Fmaks=0,533 kN dengan
Cum, Lantana, diameter 15,333 mm.
Ceanothus Velutinus, Kesimpulannya bentuk morfologi akar
Caliandra Calothyrus mempengaruhi besarnya gaya cabut akar
dan Tsuga maksimum (Fmaks). Konstribusi kohesi
Heteropyhlla. Sebuah akibat interaksi akar tanah kepada
tripod dilengkapi kekuatan geser tanah dapat meningkatkan
dengan strain gauge stabilitas lereng.
sebagai instrument
pencatat. Pengujian
berdasarkan
pengelompokan
ukuran vegetasi dan
dilakukan dalam
kondisi jenuh air.

32
10. (Nugraha and Analisis Stabilitas Menggunakan aplikasi Hasil analisis nilai faktor keamanan
Hamdhan Lereng PLAXIS 2D AE meningkat dengan perkuatan tanaman
2016) Menggunakan dengan Switchgrass dengan presentase kenaikan
Perkuatan Tanaman mempertimbangkan terbesar kondisi tanpa hujan dan kondisi
Switchgrass faktor hujan, dengan hujan terjadi pada tanah pasir
kemiringan lereng, dengan kemiringan lereng 1:1,5 terhadap
jenis tanah, kedalaman diameter akar 0,75 mm dengan kedalaman
akar, dan diameter akar 1,5 m, yaitu sebesar 13,79% untuk
akar. kondisi tanpa hujan dan 16,24% untuk
kondisi dengan hujan.

11. (Fauzi and Analisis Stabilitas Membandingkan Hasil analisis stabilitas lereng timbunan
Hamdhan Lereng Dengan kondisi lereng dengan perkuatan geotekstil pada 3 jenis
2019) Perkuatan Geotekstil timbunan tanpa kemiringan,
Woven Akibat perkuatan geotekstil, 1. Tidak ada pengaruh termal terhadap
Pengaruh Termal lereng timbunan kestabilan lereng tanpa perkuatan
Menggunakan dengan perkuatan geotekstil
Metode Elemen geotekstil serta lereng 2. Semakin tinggi suhu yang diberikan
Hingga timbunan dengan kepada lereng dengan perkuatan
perkuatan geotekstil geotekstil, maka semakin rendah
yang dipengaruhi oleh nilai kestabilan lerengnya meskipun
termal menggunakan tidak signifikan
software PLAXIS 2D 3. Parameter termal yang paling
2017 berpengaruh terhadap kestabilan
lereng dengan perkuatan geotekstil
adalah suhu dan ekspansi
4. Pengaruh pemberian nilai ekspansi
yang sama dengan nilai temperature
yang berbeda terhadap kestabilan
lereng dengan perkuatan geotekstil
yaitu adanya penurunan nilai Safety
Factor sebesar 1,2% hingga 2,4%
tergantung dari besaran temperature
yang diberikan.
12. Enricho R. B. Analisis Stabilitas Pemodelan Pada hasil penelitian diperoleh bahwa
Imbar, Agnes Lereng Dengan menggunakan program lereng dalam kondisi kritis sehingga diberi
T. Madagi, Perkuatan Soil Slope/W dan perkuatan Soil Nailing dengan diameter
Steeva G. Nailing Geostructural baja ulir 0,043 m, diameter lubang bor
Rondonuwu.( Menggunakan 0,15 m, jumlah nail 10 dengan panjang
Imbar, Program Slope/W masing-masing 8 m, kemiringan nail 17.5⁰,
Mandagi, and Dan Geostructural spasi jarak nail vertikal 1 m, dan
Rondonuwu horizontal 1 m.
2019) Hasil analisis setelah dilakukan perkuatan
SF=1,659 (manual), SF=1,534 (Slope/W),
dan SF=1,53 (Geostructural).

33
13. (Yatjong and Analisis Stabilitas Menggunakan metode Hasil analisis stabilitas lereng
Fachryano Dan Pemilihan keseimbangan batas menggunakan program Slide v.06 yaitu
2018) Perkuatan Lereng Bishop melalui SF=1,009 dengan garis kelongsoran pada
Pada Ruas Jalan software slidev.06 dan bench 1 dan 2.
Pemuda Km.3 metode elemen hingga Hasil analisis menggunakan program
Kabupaten Kolaka melalui software Phase2 v.08 diperoleh SF=0,98 dengan
Provinsi Sulawesi Phase2 v.08 garis kelongsoran pada bench 1 dan 2.
Tenggara Diperlukan perkuatan lereng berupa
dinding penahan pasangan batu,
pemasangan pipa air tanah pada badan
lereng, pembuatan parit air hujan dan
penanaman serta memelihara vegetasi di
puncak lereng.

14. (Pradhana Analisis Stabilitas Using a computer Hasil penelitian :


2010) Lereng Dengan program such as 1. Pada lereng sebelum longsor, Safety
Perkuatan Geotekstil Geoslope. This study Factor dengan variasi beban vertikal
(Studi aims to determine the 1 dan vertikal 2 adalah 1,055 dan
Kasus:Bantaran safety factor (Safety 1,040. Variasi muka air tanah 1 dan 2
Sungai Factor) of the slope adalah 1,039 dan 0,981. Sedangkan
Code,Kecamatan before landscape, gempa didapatkan SF= 0,861.
Jetis,Daerah slope of existing 2. Analisis setelah lereng longsor Safety
Istimewa condition, and slope Factor dengan variasi beban vertikal
Yogyakarta with geotextile 1 dan 2 adalah 1,293 dan 1,284.
reinforcement Variasi muka air tanah 1 dan 2
Geoslope Program. adalah 1,207 dan 1,089. Sedangkan
Each review use two gempa didapatkan SF=0,956.
variations of vertical 3. Analisis menggunakan perkuatan
load (10kN/m3 and geotekstil pada lereng dengan
20kN/m3), two merubah sedikit geometri dari lereng
groundwater variations asli setelah longsor. Didapatkan
(-19m and -16m), and Safety Factor variasi beban vertikal 1
earthquakes. dan 2 adalah 1,662 dan 1,653.
Variasi muka air tanah 1 dan 2
adalah 1,623 dan 1,567. Sedangkan
gempa didapatkan Safety Factor
sebesar 1,252. Hasil perencanaan
menurut Bowles (1989)

Perbedaan dan Keistimewaan Penelitian :


Penelitian Tesis dengan judul Studi Metode Perkuatan Terhadap Lereng
Menggunakan Geomat dan Shotcrete (Studi Kasus : Lereng Spillway Bendungan
Sadawarna Paket II Subang), dimana metode yang digunakan disesuaikan
berdasarkan jenis tanah lereng spillway bendungan yaitu dengan perkuatan
Geomat pada 2 slope galian atas dan shotcrete untuk slope galian bawahnya.
Metode perkuatan dengan Geomat merupakan metode baru perkuatan lereng,
metode ini berfungsi untuk mencegah permukaan lereng tidak terkikis oleh aliran
air hujan dan memungkinkan vegetasi tumbuh disela-selanya. Sedangkan metode
shotcrete digunakan karena memiliki kekuatan dan daya tahan yang besar,

34
permeability rendah, ikatan sempurna, dan dapat diaplikasikan dalam bentuk
apapun.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
membandingkan bagaimana nilai Safety Factor lereng eksisting saat terjadi
longsor dan nilai Safety Factor lereng setelah diberikannya perkuatan.

35
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam penelitian analisis geoteknik ini tentang Studi Metode Perkuatan


Terhadap Lereng Menggunakan Geomat, Shotcrete, dan Soil Nailing (Studi
Kasus: Lereng Spillway Bendungan Sadawarna Paket II Subang) bertujuan untuk
membandingkan nilai (Safety Factor) hasil analisis lereng eksisting saat terjadinya
longsor dengan nilai (Safety Factor) lereng setelah diberikannya perkuatan dengan
geomat dan shotcrete berdasarkan jenis tanahnya. Menggunakan bantuan aplikasi
Seep/W untuk menganalisis rembesan pada lereng akibat infiltrasi air hujan serta
Plaxis V.21 dan Slope/W untuk menganalisis desain lereng eksisting dan lereng
setelah diberikannya perkuatan kemudian melakukan pembahasan terhadap
hasilnya untuk menarik sebuah kesimpulan dan memberikan saran atas pemilihan
metode perkuatan yang digunakan pada lereng.

3.1 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian analisis ini menggunakan data-data
sekunder yang diperoleh dari PT. Adhi Karya seperti :
1. Gambar Layout pemasangan geomat dan shotcrete di lokasi STA 0+520 -
0+600 serta Cross Section di STA 0+540 galian tanah bangunan spillway
Bendungan Sadawarna. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.1 dan 3.2.

Gambar 3. 1 Layout Pemasangan Geomat dan Shotcrete STA 0+520 - 0+600


Sumber: Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

36
Gambar 3. 2 Cross Section STA 0+540 Galian Tanah Spillway
Sumber: Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

2. Penyelidikan geologi teknik di lokasi tapak spillway Bendungan Sadawarna

BS 3
No Kedalaman Keterangan

Lempung lanauan, coklat kemrah-merahan, lembab-basah,


1. 0 – 4,5 m, lunak-lunak menengah, CL-CM, ML-MM, CW-HW dari
lanau tufan.
Lanau pasiran, basah, coklat, halus-menengah, lepas-lepas
2. 4,5 – 6,5 m,
menengah, lapuk CW-MW dari pasir tufan.
Lanau pasiran, kering-lembab, coklat muda, pasir sangat
3. 6,5 – 9 m,
halus-halus, sangat lunak-lunak, plastisitas rendah, ML
Batupasir tufan, abu-abu tua kehitam-hitaman, kasar-halus,
4. 9 – 9,5 m, padat menengah-keras, terkekarkan, mengandung kerikil-
kerakal
Lempung/napaltufan, lembab, coklat muda-coklat, lunak-
5. 9,5 – 14 m,
stiff plastisitas tinggi, CH-MH
6. 14 – 14,5 m, Pasir lanauan, basah, coklt tua kasar-halus, lepaslepas

37
menengah, lapis tipis lempung tufan coklat tua, stiff,
plastisitas menengah-tinggi, CM-CH, MM-MH Lignit,
coklat tua
Lempung/napal tufan, lembab-kering, coklat muda-coklat
7. 14,5 – 23,5 m,
lunak menengah-stiff, plastisitas menengah, CM-MM
Batupasir tufan, abu-abu kecoklatan, kasar-halus,
8. 23,5 – 23,8 m,
membundar tanggung, padat menengah, terkekarkan
Lempung/napal tufan, lembab, coklat muda, lunak-lunak
9. 23,8 – 26,5 m,
menengah plastisitas menengah, CM-MM
10. 26,5 – 27 m, Batupasir tufan, lembab, abu-abu halus, padat menengah
11. 27 – 28 m, Batulempung, abu-abu tua, kilap lilin, keras
Batupasir tufan, lembab, abu-abu kasar-halus, subrounded,
12. 28 – 28,5 m,
padat menengah
Lempung/napal tufan, abu-abu muda, lembab, sangat lunak-
13. 28,5 – 30 m,
lunak plastisitas menengah, CM-MM

Sumber: Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

3. Trial Mix beton K-225 wet shotcrete


Data Mix Desain Beton
1.) Material
a. Material :
- Pasir
- Course agregat (10-20) mm
- Air
- Semen
- Additive

b.Sumber material :
- Material course agregat (CA), berasal dari Quarry Jalan Cagak,
Subang
- Fine aggregate (FA) berasal dari Quarry Cimalaka, Sumedang

38
- Material semen yang digunakan adalah Semen Curah Tipe OPC Tipe
I Ex. Indocement
- Air dari sumber air setempat (Lokal)
- Additive Ex. BAS PD 16 (Type D), PF 10 (Type F)
- Lokasi Batching Plant : PT Unggul Sejati Indonesia

2.) Komposisi campuran per 1 m3 beton, seperti yang ditampilkan pada Tabel
3.1.
Tabel 3. 1 Komposisi Campuran Beton
Trial Mix K-225 Wet
Material Satuan
Shotcrete
Semen Kg 450,00
Air Ltr 175,00
Pasir Kg 693,00
Course Agregat (05-10) Kg 1024,00

3.) Hasil test kuat tekan beton umur 1 hari, seperti yang ditampilkan pada
Tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Hasil Test Kuat Tekan Beton Umur 1 Hari
No Tanggal Test K-225 Wet Shotcrete
1 23 Juni 2020 121,67
2 23 Juni 2020 107,03
3 23 Juni 2020 118,88
4 23 Juni 2020 112,61
Rata-rata (X0) 115,05
Standar Deviasi (SDn) 6,55
Karakteristik Kuat Tekan (X0 – (K x SDn)) 107,38

4.) Hasil test kuat tekan umur 3 hari, seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Hasil Test Kuat Tekan Beton Umur 3 Hari
No Tanggal Test K-225 Wet Shotcrete
1 25 Juni 2020 144,33

39
2 25 Juni 2020 86,81
3 25 Juni 2020 68,68
Rata-rata (X0) 117,55
Standar Deviasi (SDn) 33,66
Karakteristik Kuat Tekan (X0 – (K x SDn)) 78,16
Sumber: Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

4. Spesifikasi bahan geomat (Machmat Hs New Type), detail bahan yang


digunakan seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3. 3 Gambar Geomat (Machmat HS New Type)


Sumber: Dok Nindya-Adhi.KSO 2021(PT.Maccaferri Indonesia)

3.2 Alat Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan menggunakan bantuan beberapa aplikasi
analisis geoteknik yaitu Plaxis V.21, Seep/W dan Slope/W dari Geostudio.
Diharapkan dari hasil analisis beberapa aplikasi tersebut bisa membantu peneliti
untuk menarik sebuah kesimpulan berdasarakan perbandingan nilai (Safety
Factor) lereng eksisting dengan lereng setelah diberikannya perkuatan.

3.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada di Bendungan Sadawarna Paket II, Songgom,
Tanjung, Surian, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45393 tepatnya berada di
bangunan spillway bendungan STA 0+500 s.d 0+520. Letak lokasi penelitian bisa
dilihat lebih jelasnya melalui peta seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.4.

40
Gambar 3. 4 Lokasi Bendungan Sadawarna Paket II
Sumber: https://www.google.com/maps/place/Bendungan+Sadawarna/

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara dengan
pihak kontraktor secara langsung untuk mendapatkan data-data seperti :
1.) Mendokumentasi kelongsoran lereng
2.) Mengamati pekerjaan perkuatan dengan metode geomat dan shotcrete di
lapangan
3.) Mencatat pertimbangan pemilihan metode terhadap lereng oleh kontraktor
pelaksana

3.4.2 Data Sekunder


Data sekunder penelitian ini menggunakan data seperti :
1.) Layout dan Cross Section galian tanah spillway bangunan Bendugan
Sadawarna
2.) Penyelidikan geologi teknik di lokasi tapak spillway Bendungan
Sadawarna
3.) Trial Mix beton K-225 wet shotcrete
4.) Spesifikasi bahan geomat (Machmat Hs New Type)
Data-data tersebut diperoleh dari PT.Adhi Karya selaku kontraktor
pelaksana dalam proyek pembangunan bangunan spillway Bendungan
Sadawarna, Subang.

41
3.5 Alur Penelitian
Pada bagan alir akan membantu menjelaskan tahapan atau langkah-langkah
dalam penelitian, seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.5.

42
Mulai

Penentuan Latar Belakang Penelitian

Perumusan Masalah dan Penentuan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


- Dokumentasi longsor - Layout dan cross section galian tanah
- Pengamatan pekerjaan dengan spillway
- Penyelidikan geologi teknik di lokasi tapak
metode geomat dan shotcrete
spillway Bendungan Sadawarna
- Mencatat pertimbangan - Trial mix beton K-225 wet shotcrete
pemilihan metode perkuatan oleh - Spesifikasi bahan Geomat
kontraktor

1. Menganalisis Lereng Eksisting dengan software Plaxis


V.21 dan Slope/W (Safety Factor)
2. Slope Stability Back Analysis menggunakan Plaxis
V.21 dan Slope/W (Safety Factor)
3. Menganalisis rembesan terhadap lereng akibat infiltrasi
air hujan menggunakan Seep/W

1. Memberikan alternatif perkuatan lereng menggunakan


Geomat pada 2 slope atas dan Shotcrete pada 4 slope
bawah
2. Menganalisis ulang lereng dengan software Plaxis V.21
dan Slope/W
3. Mengetahui Safety Factor Lereng setelah diberikan
perkuatan
TIDAK

SF>1,5
FACTO

YA

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 5 Bagan Alir Penelitian

43
3.6 Pemodelan Analisis Eksisting Lereng
3.6.1 Modelling menggunakan Plaxis V.21

Gambar 3. 6 Contoh Modelling Menggunakan Plaxis V.21

Gambar 3. 7 Contoh Output Deformed Mesh

44
Gambar 3. 8 Contoh Output Total Displacements

Gambar 3. 9 Contoh Output Kurva Safety Factor

45
3.6.2 Output menggunakan Slope/W

Gambar 3. 10 Contoh Pemodelan Menggunakan Slope/W

Gambar 3. 11 Contoh Output Lereng Eksisiting

46
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian kelongsoran yang dilakukan oleh (Pratama et al. 2014)


berjudul Analisis Stabilisasi Lereng dan Usulan Alternatif Penanganannya (Studi
Kasus Longsoran Jalan Alternatif Tawangmangu STA. 3+150 s.d STA. 3+200,
Karanganyar).
Lokasi tersebut mempunyai parameter desain material tanah seperti yang
ditampilkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Parameter Desain Material Tanah


No Properties Lanau Kerikil Lanau Pasir Batu (Siltstone)
Material model
Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb
1. type of material Model Type
undrained undrained undrained
behavior
Soil unit weight
2. above phreatic γdry (kN/m3) 10,679 9,477 12
level
Soil unit weight
3. below phreatic γdry (kN/m3) 16,476 16,677 18
level
Young’s
4. modulus Eeff (Kn/m2) 8000 5000 15000
(constant)
5. Poisson’s ratio ν 0,3 0,3 0,3
Cohesi
6. Ceff (Kn/m2) 15 15 90
(constant)
7. Friction angle Ø (⁰) 18 20 25
Kx, Ky
8. Permeability 8,64 x 10-4 8,64 x 10-4 8,64 x 10-4
(m/day)

Data tanah diatas kemudian dianalisis menggunakan program Plaxis V.V.21


menghasilkan nilai Safety Factor sebesar 1,3476. Selain itu juga dianalisis
menggunakan perhitungan manual dengan metode Fellenius menghasilkan nilai
Safety Factor = 1,4701. Berdasarkan hasil analisis nilai (SF > 1,5), dapat
disimpulkan bahwa lereng tersebut rawan longsor.
Kemudian penelitian lain oleh (Girimarto et al. 2019) berjudul Analisis
Stabilitas Lereng Dengan Soil Nailing Menggunakan Program Slope/W dan
Geostructural. Penelitian tersebut dilakukan tepatnya pada Ruas Jalan Trans
Sulawesi tepatnya di Desa Lelema, Kecamatan Tumpaan, Kabupaten Minahasa

47
Selatan. Metode soil nailing adalah salah satu metode perkuatan pasif pada tanah
dengan menancapkan potongan-potongan baja (nails) kemudian di grouting.
Daerah yang terjadi kelongsoran tersebut mempunyai sifat fisik dan mekanis
tanah seperti Tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Sifat Fisik Dan Mekanis Tanah


No Parameter keterangan
1. Kadar Air 4,588 %
2. Berat Jenis 2,638
3. Batas Cair (LL) 50,50 %
4. Batas Plastis (PL) 31,87 %
5. Indeks Plasitisitas (IP) 18,63 %
6. Analisis Saringan 7,26 % (lolos no. 200)
7. Koef. Keseragaman, Cu 1,0
8. Koef. Gradasi, Cc 15,9
9. Klasifikasi Tanah SW-SM
10. Kadar Air Optimum, Wopt 26,71 %
11. Berat Kering Maks. γdmax 1,44 t/m3
12. Kohesi, C 3,65 t/m2
13. Sudut Geser Dalam, Ø 9,61⁰
14. Berat Isi, γwet 1,64 gr/cm3

Kemudian lokasi tersebut juga mempunyai data parameter tanah dan geometri
lereng yang didapatkan dari penelitian lab maupun instansi seperti Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Parameter Tanah Dan Geometri Lereng


No Parameter keterangan
1. Berat isi tanah kering (γd) 1,44 t/m3 atau 14,13 kN/m3
2. Berat Isi, γwet 1,64 gr/cm3 atau 16,09 kN/m3
3. Kohesi, C 3,65 t/m2 atau 35,81 kN/m2
4. Sudut Geser Dalam, Ø 9,61⁰
5. Tinggi Lereng 12 m
6. Kemiringan Lereng 45⁰

Hasil analisis yang dilakukan dengan metode Bishop diketahui besarnya nilai
Safety Factor adalah 1,410 kemudian hasil analisis menggunakan program
Slope/W didapatkan Safety Factor sebesar 1,391. Jadi dapat disimpulkan bahwa
lereng tersebut kritis atau rawan longsor karena (SF > 1,5).

48
Selanjutnya penelitian oleh (Atikah, Juwono, and Hendrawan 2017) berjudul
Pengaruh Hujan Pada Stabilitas Lereng di Jalan Tol Gempol – Pandaan, tepatnya
pada lokasi STA 6+275 – 6+375 tanggal 3 Februari 2015. Penelitian yang berisi
tentang bagaimana intensitas hujan mempengaruhi terjadinya kelongsoran lereng
pada Jalan Tol Gempol – Pandaan.
Lokasi terjadinya longsor pada Jalan Tol Gempol – Pandaan mempunyai
parameter tanah seperti Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.

Tabel 4. 4 Parameter Tanah


Kadar Air Kadar Air
Kedalaman Ksat
3
Lapis Jenis Tanah Jenuh (m / Residual
(m) (m/det)
m3) (m3/ m3)
Lempung berpasir
1. 0 – 25 0,42 0,042 1,4 E-07
(sandy clay)
Lanau berpasir
2. 2,5 – 5 0,45 0,045 4,80 E-07
berkerikil (sandy silt)
Lanau berpasir
3. 5 – 10,5 0,45 0,045 4,80 E-07
berkerikil (sandy silt)
Pasir berlanau
4. 10,5 – 14,5 0,51 0,051 5,00 E-07
berkerikil (silty sand)
Lempung berlanau
5. 14,5 – 20 berpasir (sandy silty 0,42 0,042 1,40 E-07
clay)

Tabel 4. 5 Parameter Tanah


Kohesi / C Berat Isi Tanah / γw
Lapis Ø (⁰)
2
(kg/cm ) (kPa) (gr/cm3) (Kn/m3)
1. 11 0,16 16 1,63 16,3
2. 9 0,15 15 1,497 14,97
3. 11 0,11 11,36 0,877 8,77
4. 12 0,13 12,80 0,893 8,93
5. 10 10,15 14,86 1,29 12,86

Berdasarkan hasil analisis pemodelan kelongsoran menggunakan Geostudio


Slope/W diketahui Safety Factor saat terjadi kelongsoran adalah 1,107 (Bishop),
1,061 (Fellenius), dan 1,101 (Morgenstern-Price). Dapat disimpulkan bahwa

49
lereng rawan terjadi longsor karena nilai (SF > 1,5), kelongsoran pada lereng
terjadi akibat pengaruh dari intensitas hujan yang terjadi pada daerah tersebut.
Meninjau dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diatas jenis tanah
lanau cenderung mudah longsor saat jenuh air atau musim penghujan karena
mempunyai parameter tanah dengan nilai rata-rata kohesi (C) = 20 kN/m2 dan
nilai rata-rata sudut geser dalam (Ø) = 14⁰.
4.1 Data – Data Lereng
Data-data sekunder yang sudah diperoleh digunakan sebagai bahan analisis
stabilitas lereng. Analisis dilakukan untuk mencari nilai Safety Factor lereng
eksisting dan lereng setelah diberikan perkuatan.
4.1.1 Layout Pemasangan Geomat Dan Shotcrete
Pemasangan perkuatan lereng menggunakan Geomat dan Shotcrete
pada bangunan spillway Bendungan Sadawarna terletak di lokasi sepanjang
STA 0+520 – 0+600 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Layout Pemasangan Geomat dan Shotcrete STA 0+520 - 0+600


Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bagaimana pengaplikasian


perkuatan lereng bangunan spillway berbeda-beda, hal itu disebabkan oleh
jenis tanah yang berbeda pada slope galian tanah spillway Bendungan
Sadawarna.

50
Pada slope galian 1 dan 2 dari atas lereng menggunakan perkuatan
Geomat jenis (Machmat Hs Type New), pemilihan metode ini dikarenakan
pada slope tersebut jenis tanahnya lebih dominan lanau. Jenis tanah tersebut
permukaannya mudah terkikis oleh air saat musim penghujan dengan
intensitas hujan yang tinggi dan lebat.
Sedangkan pada slope galian 3 s.d 6 menggunakan perkuatan dengan
metode shotcrete menyesuaikan jenis tanah dominan batupasir tufan. Metode
ini digunakan karena memiliki kekuatan dan daya tahan yang besar,
permeability rendah, ikatan sempurna, dan dapat diaplikasikan dalam bentuk
apapun.
4.1.2 Cross Section STA 0+540 Galian Tanah Spillway
Pemodelan lereng eksisting yang dipakai untuk analisis stabilitas
lereng menggunakan geometri dari cross section pada STA 0+540 galian
tanah spillway sebelah kiri seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4. 2 Cross Section STA 0+540 Galian Tanah Spillway


Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

Berdasarkan gambar cross section pada STA 0+540 galian tanah


spillway diketahui ketinggian tanah asli lereng adalah +70,587 m dengan
panjang horizontal dari as bangunan spillway bendungan adalah 60,286 m.

51
Slope galian tanah spillway sebanyak 6 slope dengan kemiringan pada
tiap slopenya 1:1. Perkuatan menggunakan metode Geomat diaplikasikan pada
slope galian 1 s.d 2 bangunan spillway, kemudian pada slope galian 3 s.d 6
diaplikasikan metode perkuatan menggunakan shotcrete.
4.1.3 Penyelidikan Geologi Teknik Spillway
Penyelidikan secara geologi dilakukan pada rencana area bangunan
spillway Bendungan Sadawarna. Pengeboran dilakukan dalam tujuh titik bor
sepanjang rencana bangunan spillway seperti yang ditampilkan pada Gambar
4.3.

Gambar 4. 3 Peta Lokasi Bor Inti Spillway


Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

Bor inti yang dilakukan pada spillway Bendungan Sadawarna seperti


yang ditampilkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Bor Inti Spillway
1. BS 1 60 m 815413.00 m E 9271060.00 m S
2. BS 2 60 m 815371.00 m E 9271105.00 m S
3. BS 3 30 m 815392.00 m E 9271136.00 m S
4. BS 4 30 m 815347.00 m E 9271208.00 m S
5. BS 5 17 m 815264.00 m E 9271271.00 m S
6. BS 6 60 m 815260.00 m E 9271393.00 m S
7. BS 7 60 m 815201.00 m E 9271358.00 m S

52
Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

Data tanah yang digunakan dalam analisis yaitu pada titik BS 3 dan BS
4, titik ini dipilih karena sesuai dengan lokasi STA yang akan dibuat
pemodelan analisis stabilitas lereng. Berikut adalah lampiran hasil uji borlog
BS 3 dan BS 4 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6
serta Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.
Berikut adalah hasil Summary of laboratory test spillway for
Bendungan Sadawarna seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4. 4 Summary Test Spillway For Bendungan Sadawarna


Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

Berdasarkan hasil lab diatas dapat disimpulkan bahwa parameter jenis


tanah lanau di lapangan melebihi nilai rata-rata jenis tanah lanau pada
penelitian sebelumnya yaitu nilai kohesi (C) = 20 dan nilai sudut geser dalam
tanah (Ø) = 14 ⁰, meninjau dari hasil lab BS 3 mempunyai nilai kohesi (C) =
0,86 kg/cm2 atau 86 kN/m2 serta nilai sudut geser dalam tanah (Ø) = 43,29 ⁰.
Terjadinya longsor pada slope galian atas lereng spillway Bendungan
Sadawarna seharusnya tidak terjadi kerena hasil lab data tanah yang sudah
diatas nilai rata-rata lereng yang terjadi longsor. Kemungkinan longsor terjadi
bisa saja karena dalam penyelidikan tanah terdapat kesalahan analisis atau
kurang telitinya dalam mengambil sampel tanah di lapangan.

53
SUBSURFACE EXPLORATION LOG
BORING LOG NO : BS - …..03...
SHEET NO : ….1….. OF ….2…..

PROJECT Bendungan Sadawarna FEATURE : Spill Way, Blok Songgom


LOCATION Kab.Subang-Sumedang-Indramayu DATE : April toMei 2019
REF. ELEVATION DATUM : TOTAL DEPTH : 30 m
Drill Yarko Driller :Dado cs INSPECTOR : Ir. Supena Yusuf

GRAIN SIZE (5)

Type of sample

Graphic Log
Depth (M)

GWL (m)
Soil Descriptions
RQD (cm)
CRQ (%)

RQD (%)

Or Remarks
Rock Lithology

Koordinat :
1 S= 06°35'10,2"
c E = 107°50'05,2"
Lempung lanauan, coklat kemrah-merahan, lembab-basah, MAT = None
2 100 - - - DC lunak-lunak menengah, CL-CM, ML-MM, CW-HW dari Water loos
3 lanau tufan. Casing 89 mm
Kedalaman 12 m
c
4
c
5 Lanau pasiran, basah, coklat, halus-menengah, lepas-lepas
100 - - - DC
6 menengah, lapuk CW-MW dari pasir tufan.

7
Lanau pasiran, kering-lembab, coklat muda, pasir sangat
8 100 - - - DC
halus-halus, sangat lunak-lunak, plastisitas rendah, ML
9
100 0 0 DC Batupasir tufan, abu-abu tua kehitam-hitaman, kasar-halus,
c
10 padat menengah-keras, terkekarkan, mengandung kerikil-
kerakal
11
100 - - - DC
12 Lempung/napaltufan, lembab, coklat muda-coklat, lunak-
13 stiff plastisitas tinggi, CH-MH

14
100 0 0 - DC Pasir lanauan, basah, coklt tua kasar-halus, lepaslepas
c
15 menengah, lapis tipis lempung tufan coklat tua, stiff, Casing 89 mm
16 plastisitas menengah-tinggi, CM-CH, MM-MH Lignit, kedalaman 22 m
coklat tua kehitam-hitaman, sangat lunak, halus-
17 menengah.
18
19 100 - - - DC
Lempung/napal tufan, lembab-kering, coklat muda-coklat
20 lunak menengah-stiff, plastisitas menengah, CM-MM
21
22
23
23.8 100 - - - DC Batupasir tufan, abu-abu kecoklatan, kasar-halus,
c
membundar tanggung, padat menengah, terkekarkan
25 100 - - - DC Lempung/napal tufan, lembab, coklat muda, lunak-lunak
26 menengah plastisitas menengah, CM-MM
27 100 - - - DC Batupasir tufan, lembab, abu-abu halus, padat menengah
c
100 - - - DC
28 Batulempung, abu-abu tua, kilap lilin, keras
100 - - - DC
c
29 Batupasir tufan, lembab, abu-abu kasar-halus, subrounded,
100 - - - DC
padat menengah
30
Lempung/napal tufan, abu-abu muda, lembab, sangat lunak-
lunak plastisitas menengah, CM-MM
Sample Type : Batas Kedalaman Maksimum Pemboran Inti
D = dry C = cored W = wasted
UP = undisturbed piston
TP = test pit A = auger V = vaneDS
test
= Disturbed

Gambar 4. 5 Data Borlog BS 3


Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021
BS 3

54
Tabel 4. 7 Keterangan Data Borlog BS 3

No Kedalaman Keterangan

Lempung lanauan, coklat kemrah-merahan, lembab-basah,


1. 0 – 4,5 m, lunak-lunak menengah, CL-CM, ML-MM, CW-HW dari lanau
tufan.
Lanau pasiran, basah, coklat, halus-menengah, lepas-lepas
2. 4,5 – 6,5 m,
menengah, lapuk CW-MW dari pasir tufan.
Lanau pasiran, kering-lembab, coklat muda, pasir sangat halus-
3. 6,5 – 9 m,
halus, sangat lunak-lunak, plastisitas rendah, ML
Batupasir tufan, abu-abu tua kehitam-hitaman, kasar-halus,
4. 9 – 9,5 m, padat menengah-keras, terkekarkan, mengandung kerikil-
kerakal
Lempung/napaltufan, lembab, coklat muda-coklat, lunak-stiff
5. 9,5 – 14 m,
plastisitas tinggi, CH-MH
Pasir lanauan, basah, coklt tua kasar-halus, lepaslepas
6. 14 – 14,5 m, menengah, lapis tipis lempung tufan coklat tua, stiff, plastisitas
menengah-tinggi, CM-CH, MM-MH Lignit, coklat tua
Lempung/napal tufan, lembab-kering, coklat muda-coklat
7. 14,5 – 23,5 m,
lunak menengah-stiff, plastisitas menengah, CM-MM
Batupasir tufan, abu-abu kecoklatan, kasar-halus, membundar
8. 23,5 – 23,8 m,
tanggung, padat menengah, terkekarkan
Lempung/napal tufan, lembab, coklat muda, lunak-lunak
9. 23,8 – 26,5 m,
menengah plastisitas menengah, CM-MM
10. 26,5 – 27 m, Batupasir tufan, lembab, abu-abu halus, padat menengah
11. 27 – 28 m, Batulempung, abu-abu tua, kilap lilin, keras
Batupasir tufan, lembab, abu-abu kasar-halus, subrounded,
12. 28 – 28,5 m,
padat menengah
Lempung/napal tufan, abu-abu muda, lembab, sangat lunak-
13. 28,5 – 30 m,
lunak plastisitas menengah, CM-MM
Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

55
Gambar 4. 6 Data Borlog BS 4
Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021
BS 4

56
Tabel 4. 8 Keterangan Data Borlog BS 4

No Kedalaman Keterangan

Lanau lempungan, coklat kemerah merahan, lembab; lunak-


1. 0 – 4 m, lunak menengah, plastisitas menengah, CM-MM; CW-HW
dari Lempung/napal tufan
Lanau, coklat muda berbintik putih, coklat hitam, basah-
2. 4 – 8,5 m, lembab, sangat lunak-lunak; plastisitas rendah-menengah; CL-
CM, ML-MM; pelapukan HW dari lanau napal tufan
Batupasir tufan, abu-abu tua, lembab, sangat kasar-halus,
3. 8,5 – 12 m, membundar-menyudut tanggung, terbesar 3 cm, lepas
menengah padat, graded bedding (bertingkat)
Lempung/napal tufan, abu-abu tua, basah-lembab, sangat
4. 12 – 14,45 m,
lunak-menengah, plastisitas menengah, CM-MM
Lempung/napal tufan, abu-abu muda, sangat lunak, basah-
5. 14,45 – 15 m,
lembab, plastisitas menengah, CM-MM
Pasir tufan, basah-lembab, halus-sangat halus, lepas menengah-
6. 15 – 17,70 m, padat menengah, pelapukan menengah MW dari batupasir
tufan
Batupasir tufan, coklat muda, lembab, kasar-sangat halus,
7. 17,70 – 20 m,
membundar-menyudut tanggung, padat menengah-padat
Batupasir tufan, abu-abu tua, lembab, kasar-sangat halus,
8. 20 – 23 m, membundar-menyudut tanggung, padat sangat padat, kekar
rapat, tertutup dan terbuka, milonitisasi
Batupasir tufan, abu-abu tua, lembab, halus-menengah, padat
9. 23 – 24 m,
menengah-padat
Lempung/napal tufan, lembab, abu-abu kehitam-hitaman, kilap
10. 24 – 26,70 m, buram licin, lunak sampai kenyal, plastisitas tinggi-menengah,
CH-CM, MH-MM.
Lempung/napal tufan, abu-abu muda, basah-lembab, lunak-
11. 26,70 – 27,75 m,
lunak menengah, plastisitas menengah CM-MM
Batupasir tufan, abu-abu tua kehitam-hitaman, sangat kasar-
12. 27,75 – 29,50 m,
halus, membundar-menyudut tanggung, padat menengah-padat
Lempung/napal tufan, coklat muda, basah-lembab, lunak-
13. 29,50 – 30 m,
kenyal, plastisitas menengah, CM-MM
Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

57
4.1.4 Trial Mix Beton K-225 Wet Shotcrete
Data Mix Desain Beton
1.) Material
 Material :
- Pasir
- Course agregat (10-20) mm
- Air
- Semen
- Additive
 Sumber material :
- Material course agregat (CA), berasal dari Quarry Jalan Cagak,
Subang
- Fine aggregate (FA) berasal dari Quarry Cimalaka, Sumedang
- Material semen yang digunakan adalah semen curah tipe OPC
tipe I ex. Indocement
- Air dari sumber air setempat (Lokal)
- Additive ex. BAS PD 16 (type D), PF 10 (type F)
- Lokasi Batchling Plant : PT Unggul Sejati Indonesia

2.) Komposisi campuran per 1 m3 beton, seperti yang ditampilkan pada Tabel
4.9.

Tabel 4. 9 Komposisi Campuran Beton


Trial Mix K-225 Wet
Material Satuan
Shotcrete
Semen Kg 450,00
Air Ltr 175,00
Pasir Kg 693,00
Course Agregat (05-10) Kg 1024,00
Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

3.) Hasil test kuat tekan beton umur 1 hari, seperti yang ditampilkan pada
Tabel 4.10.

58
Tabel 4. 10 Hasil Test Tekan Beton Umur 1 Hari
No Tanggal Test K-225 Wet Shotcrete
1 23 Juni 2020 121,67
2 23 Juni 2020 107,03
3 23 Juni 2020 118,88
4 23 Juni 2020 112,61
Rata-rata (X0) 115,05
Standar Deviasi (SDn) 6,55
Karakteristik Kuat Tekan (X0 – (K x SDn)) 107,38
Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021

4.) Hasil kuat tekan umur 3 hari, seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.11.

Tabel 4. 11 Hasil Test Tekan Beton Umur 3 Hari


No Tanggal Test K-225 Wet Shotcrete
1 25 Juni 2020 144,33
2 25 Juni 2020 86,81
3 25 Juni 2020 68,68
Rata-rata (X0) 117,55
Standar Deviasi (SDn) 33,66
Karakteristik Kuat Tekan (X0 – (K x SDn)) 78,16
Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021
Kesimpulan :
1.) Hasil pemeriksaan/pengujian di lapangan (Batching Plant) dan di
Laboratorium, Trial Mix K-225 Wet Shotcrete ini dapat memenuhi
spesifikasi, dengan karakteristik kuat tekan beton pada umur 3 hari sebagai
berikut :
 Nilai Trial Mix K-225 umur 3 hari yaitu 287,06 Kg/cm2 atau
127,58%
2.) Nilai Slump k-225 : 11 cm

59
4.1.5 Spesifikasi Geomat (Machmat Hs New Type)
Spesifikasi yang digunakan pada perkuatan menggunakan geomat
adalah geomat jenis (Machmat Hs New Type), detail bahan yang digunakan
seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.7.

Gambar 4. 7 Geomat (Machmat HS New Type)


Sumber : Dok Nindya-Adhi.KSO 2021(PT.Maccaferri Indonesia)

Machmat Hs New Type merupakan satu kesatuan material hasil


kombinasi jaring kawat dan Mahmat EM (Selimut Pengendali Erosi Polimer
Tipe II) yang diproduksi dan dirakit sedemikian rupa di Pabrik dengan
mengikuti quality control tertentu.
Mengikuti permintaan pengadaan Material Jaring Kawat dengan waktu
sesegera mungkin, PT Maccaferri Indonesia sebagai supplier mengajukan tipe
baru Machmat HS (Matras Perkuatan Tipe III). Terdapat perbedaan antara
Machmat HS Old Type dan Machmat HS New Type yang terletak pada warna
Machmat EM, Matras Perkuatan Tipe II (Machmat EM Old Type) berwarna
hijau muda dan untuk Matras Perkuatan Tipe III (Machmar EM New Type)
berwarna hijau gelap.
Perbedaan ini tidak menjadi masalah karena kedua tipe tersebut
memenuhi Standar SKh-1.3.17 Spesifikasi Pengendali Erosi Lereng dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Material Pengendali
Erosi Lereng khususnya Tipe III harus memiliki Kuat Tarik ≥ 21,9 kN/m, dan
untuk Material Pengendali Erosi Lereng Tipe II harus memiliki Kuat Tarik

60
Machine Direction ≥ 3,6 kN/m lalu Kuat Tarik Transverse Direction ≥ 2,2
kN/m.
Berdasarkan Laporan Pengujian Laboratorium Geosintetik No.
Laporan 46/Gt/LHU-Lb11/2020 nama sampel Geomat Macmat EM tanggal
pengujian 19 November 2020 didapatkan hasil :
1. Maximum Tensile Strength (Machine Direction) = 5,10 kN/m
2. Maximum Tensile Strength (Transverse Direction) = 3,68 kN/m

4.2 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Program Plaxis V.21


4.2.1 Analisis Lereng Eksisting
Analisis ini dilakukan pada lereng eksisting keseluruhan, tujuannya
untuk mengetahui berapa nilai Safety Factor total lereng eksisting sebelum
terjadi longsor.
Berikut ini merupakan modelling dari lereng eksisting 1 sebelum
terjadinya longsor, seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Modelling Lereng Eksisting 1

Kemudian berikut adalah output gaya dalam pada lereng eksisting 1


seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.9, Gambar 4.10, Gambar 4.11,
Gambar 4.12.

61
Gambar 4. 9 Deformed Mesh

Gambar 4. 10 Total Displacements (Utot)

62
Gambar 4. 11 Carteian Effective Stresses

Gambar 4. 12 Cartesian Total Stresses

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.13.

63
Gambar 4. 13 Output Safety Factor (3,54)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat nilai Safety Factor eksisting


lereng adalah (Msafety factor = 3,54). Merujuk pada tabel klasifikasi
kestabilan lereng oleh Ray dan De Smitd (2009) dalam (Hary Christady
Hardiyatmo 2019) nilai F/SF > 1,5 merupakan lereng yang stabil.
Selain itu juga dilakukan analisis terhadap lereng eksisting pada soil
layer bawah saja (Batu pasir tufan). Analisis ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui berapa nilai Safety Factor lereng pada soil layer tersebut karena
meninjau kasus kejadian longsoran di lapangan hanya pada slope galian atas
soil layer (lanau).
Berikut ini merupakan modelling dari lereng eksisting 2 sebelum
terjadinya longsor, seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.14.

Gambar 4. 14 Modelling Lereng Eksisting 2

64
Kemudian berikut adalah output gaya dalam pada lereng eksisting 2
seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.15, Gambar 4.16, Gambar 4.17,
Gambar 4.18.

Gambar 4. 15 Deformed Mesh

Gambar 4. 16 Total Displacements (Utot)

65
Gambar 4. 17 Carteian Effective Stresses

Gambar 4. 18 Cartesian Total Stresses

Berikut adalah output Safety Factor lereng eksisting 2 pada soil layer
bawah (Batu pasir tufan) seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.19.

66
Gambar 4. 19 Output Safety Factor (4,49)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat nilai Safety Factor lereng


eksisting bawah soil layer Batu pasir tufan adalah (Msafety factor = 4,49).
Merujuk pada tabel klasifikasi kestabilan lereng oleh Ray dan De Smitd
(2009) dalam (Hary Christady Hardiyatmo 2019) nilai F/SF > 1,5 merupakan
lereng yang stabil. Dibawah akan ditampilkan data lereng eksisting seperti
yang ditampilkan pada Tabel 4.12.

Tabel 4. 12 Data Lereng Eksisting


Analisis
E ɣ ɣ' C
No Stabilitas Jenis Tanah ɸ (⸰) SF Keterangan
(Kn/m2) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m2)
Lereng
Lanau 1,15E+04 15,926 12,543 84,337 43,29
Eksisting
1. Batu Pasir 3,54 Aman
1 1,90E+04 15,906 13,161 109,835 49,41
Tufan
Lanau - - - - -
Eksisting
2. Batu Pasir 4,49 Aman
2 1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

Hasil analisis stabilitas lereng eksisting yang telah dilakukan diketahui


untuk pemodelan lereng Eksisting 1 diperoleh nilai Safety Factor = 3,54.
Kemudian untuk pemodelan lereng Eksisting 2 (Tanah Batupasir Tufan)
diperoleh nilai Safety Factor = 4,49. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa lereng spillway Bendungan Sadawarna aman.

67
4.2.2 Slope Stability Back Analysis
Slope Stability Back Analysis (Analisis Kembali Stabilitas Lereng)
spillway Bendungan Sadawarna merupakan salah satu metode pendekatan
untuk mengetahui bagaimana terjadinya longsor pada 2 slope bagian atas
akibat infiltrasi air hujan. Analisis dilakukan dengan memodelkan lereng
sesuai data yang telah diperoleh kemudian merubah parameter data tanahnya
(Trial and Error) sampai terjadi kelongsoran seperti kasus di lapangan.
Kemudian pada pemodelan diambil 10 m dari tepi lereng untuk
memodelkan longsoran serta malakukan “unchecklist” pada “ignore suction”
pada tahapan analisis yang tujuannya untuk memodelkan pengaruh dari
infiltrasi air hujan.
Analisis kembali dilakukan beberapa kali dengan merubah nilai kohesi
(C) dan Sudut geser dalam tanah (Ø) pada jenis tanah lanau saja sampai
terjadinya kelongsoran karena meninjau hasil analisis eksisting sebelumnya
pada jenis tanah Batupasir tufan mempunyai nilai (SF = 4,49) dan kondisi
lapangan tidak terjadi longsor.
Hasil analisis tersebut diambil tiga variasi perubahan nilai C dan Ø
sebagai variabel pengujian penelitian. Asumsi ini digunakan peneliti sebagai
pendekatan penyebab terjadinya longsor pada slope bagian atas lereng setelah
sebelumnya dilakukan analisis eksisting lereng menghasilkan nilai (SF =
3,54).
Berikut merupakan hasil slope stability back analysis dari data tanah
yang sudah dilakukan menggunakan bantuan Plaxis V.21, modelling
percobaan Infiltrasi 1 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.20.

Gambar 4. 20 Modelling Infiltrasi 1

68
Kemudian berikut adalah output gaya dalam pada percobaan Infiltrasi
1 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.21, Gambar 4.22

Gambar 4. 21 Deformed Mesh

Gambar 4. 22 Total Displacements (Utot)

69
Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis
V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.23.

Gambar 4. 23 Output Safety Factor (0,96)

Berikut merupakan gambar modelling dan output percobaan Infiltrasi 2


seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.24, Gambar 4.25, Gambar 4.26.

Gambar 4. 24 Modelling Infiltrasi 2

70
Gambar 4. 25 Deformed Mesh

Gambar 4.26 Total Displacements (Utot)

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.27.

71
Gambar 4. 27 Output Safety Factor (1,18)

Berikut merupakan gambar modelling dan output percobaan Infiltrasi 3


seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.28, Gambar 4.29, Gambar 4.30.

Gambar 4. 28 Modelling Infiltrasi 3

72
Gambar 4. 29 Deformed Mesh

Gambar 4. 30 Total Displacements (Utot)

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.31.

73
Gambar 4. 31 Output Safety Factor (1,15)

Dibawah akan ditampilkan data infiltrasi lereng seperti yang


ditampilkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4. 13 Data Infiltrasi Lereng


Analisis
E ɣ ɣ' C
No Stabilitas Jenis Tanah ɸ (⸰) SF Keterangan
(Kn/m2) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m2)
Lereng
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2

1. Infiltrasi 1 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,96 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10

2. Infiltrasi 2 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,18 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

3. Infiltrasi 3 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,16 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

Berdasarkan hasil analisis diketahui percobaan Infiltrasi 1 besarnya


nilai C = 14,5 kN/m2 dan Phi = 2⁰, didapatkan nilai (Safety Factor = 0,96).
Kemudian percobaan Infiltrasi 2 besarnya nilai C = 5,5 dan Phi = 10,
didapatkan nilai (Safety Factor = 1,18). Dan yang terakhir percobaan Infiltrasi
3 besarnya nilai C = 10 dan Phi = 7, didapatkan hasil (Safety Factor = 1,16).

74
4.2.3 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Perkuatan Geomat dan
Shotcrete
Setelah dilakukan Slope Stability Back Analysis kemudian hasilnya
digunakan sebagai varibel pengujian pada modeling analisis stabilitas lereng
menggunakan perkuatan Geomat dan Shotcrete.
Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui berapa nilai Safety
Factor pada setiap variabel pengujian setelah diberikannya perkuatan. Berikut
merupakan hasil dari analisis percobaan Perkuatan 1, seperti yang ditampilkan
pada Gambar 4.32, Gambar 4.33, Gambar 4.34.

Gambar 4. 32 Modelling Perkuatan 1

Gambar 4. 33 Deformed Mesh

75
Gambar 4. 34 Total Displacements (Utot)

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.35.

Gambar 4. 35 Output Safety Factor (0,94)

76
Kemudian berikut merupakan hasil dari analisis percobaan Perkuatan
2, seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.36, Gambar 4.37, Gambar 4.38.

Gambar 4. 36 Modelling Perkuatan 2

Gambar 4. 37 Deformed Mesh

77
Gambar 4. 38 Total Displacements (Utot)

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.39.

Gambar 4. 39 Output Safety Factor (1,16)

78
Kemudian berikut merupakan hasil dari analisis percobaan Perkuatan
3, seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.40, Gambar 4.41, Gambar 4.42.

Gambar 4. 40 Modelling Perkuatan 3

Gambar 4. 41 Deformed Mesh

79
Gambar 4. 42 Total Displacements (Utot)

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.43.

Gambar 4. 43 Output Safety Factor (1,14)

80
Berikut merupakan hasil dari analisis percobaan Perkuatan hanya pada
4 lereng bawah spillway menggunkana shotcrete, seperti yang ditampilkan
pada Gambar 4.44, Gambar 4.45, Gambar 4.46.

Gambar 4. 44 Modelling Perkuatan

Gambar 4. 45 Deformed Mesh

81
Gambar 4. 46 Total Displacements (Utot)

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.47.

Gambar 4. 47 Output Safety Factor (6,76)

82
Dibawah akan ditampilkan data perkuatan lereng seperti yang
ditampilkan pada Tabel 4.14.

Tabel 4. 14 Data Perkuatan Lereng


Analisis
E ɣ ɣ' C
No Stabilitas Jenis Tanah ɸ (⸰) SF Keterangan
(Kn/m2) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m2)
Lereng
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2
Perkuatan Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29
1. 0,94 Longsor
1
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10
Perkuatan Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 Rawan
2. 1,16
2 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7
Perkuatan Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 Rawan
3. 1,14
3 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop - - - - -
Perkuatan Lanau Asli - - - - -
4. 6,76 Aman
bawah
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

Diketahui dari percobaan Perkuatan 1 besarnya nilai (Safety Factor =


0,96), Perkuatan 2 besarnya nilai (Safety Factor = 1,18), Perkuatan 3 besarnya
nilai (Safety Factor = 1,16), dan Perkuatan Lereng Bawah besarnya nilai
(Safety Factor =6,76).
4.2.4 Analisis Penambahan Soil Nailing
Setelah dilakukan analisis permodelan perkuatan lereng dapat
disimpulkan bahwa lereng masih rawan terjadi longsor, oleh karena itu perlu
ditambahkan perkuatan lainnya salah satunya menggunakan metode Soil
Nailing. Dalam pemodelan ini metode tersebut diaplikasikan pada dua slope
atas lereng dikombinasikan dengan metode Geomat.
Berikut merupakan hasil dari analisis percobaan penambahan
perkuatan pada dua slope bagian atas, seperti yang ditampilkan pada Gambar
4.48, Gambar 4.49, Gambar 4.50.

83
Gambar 4. 48 Modelling Perkuatan

Gambar 4. 49 Deformed Mesh

84
Gambar 4. 50 Total Displacements (Utot)

Berikut adalah nilai Safety Factor hasil analisis menggunakan Plaxis


V.21 seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.51.

Gambar 4. 51 Output Safety Factor (1,66)

Diketahui dari percobaan penambahan perkuatan menggunakan Soil


Nailing besarnya nilai Safety Factor adalah 1,66. Dapat disimpulkan bahwa

85
dengan penambahan metode perkuatan tersebut dapat meningkatkan nilai
Safety Factor dan lereng lebih stabil (Aman).
Berikut merupakan resume keseluruhan hasil analisis stabilitas lereng
menggunakan Plaxis V.21, seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.15.

Tabel 4. 15 Resume Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Plaxis V.21


Analisis
E ɣ ɣ' C
No Stabilitas Jenis Tanah ɸ (⸰) SF Keterangan
(Kn/m2) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m2)
Lereng
Lanau 1,15E+04 15,926 12,543 84,337 43,29
Eksisting
1. Batu Pasir 3,54 Aman
1 1,90E+04 15,906 13,161 109,835 49,41
Tufan
Lanau - - - - -
Eksisting
2. Batu Pasir 4,49 Aman
2 1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2

3. Infiltrasi 1 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,96 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10

4. Infiltrasi 2 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,18 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

5. Infiltrasi 3 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,16 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2
Perkuatan Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29
6. 0,94 Longsor
1
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10
Perkuatan Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 Rawan
7. 1,16
2 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7
Perkuatan Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 Rawan
8. 1,14
3 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop - - - - -
Perkuatan
9. lereng Lanau Asli - - - - - 6,76 Aman
bawah Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7
Perkuatan
10. Soil Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,66 Aman
Nailing Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

86
4.3 Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Program Slope/W
4.3.1 Analisis Lereng Eksisting
Analisis pada lereng eksisting keseluruhan juga dilakukan
menggunakan bantuan aplikasi Geostudio 2012, tujuannya sama dengan
analisis sebelumnya untuk mengetahui berapa nilai Safety Factor total lereng
eksisting sebelum terjadi longsor.
Berikut ini merupakan output dari modelling dan nilai Safety Factor
Lereng Eksisting 1 menggunakan Slope/W seperti yang ditampilkan pada
Gambar 4.52 dan Gambar 4.53.

Gambar 4. 52 Modelling Lereng Eksisting 1

Gambar 4. 53 Output Safety Factor (4,83)

87
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat nilai Safety Factor eksisting
lereng adalah (Msf= 4,83). Merujuk pada tabel klasifikasi kestabilan lereng
oleh Ray dan De Smitd (2009) dalam (Hary Christady Hardiyatmo 2019) nilai
F/SF > 1,5 merupakan lereng yang stabil.
Kemudian dibawah ini merupakan output dari modelling dan nilai
Safety Factor Lereng Eksisting 2 menggunakan Slope/W seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.54 dan Gambar 4.55.

Gambar 4. 54 Modelling Lereng Eksisting 2

Gambar 4. 55 Output Safety Factor (5,86)

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat nilai Safety Factor adalah


(Msf = 5,86). Merujuk pada tabel klasifikasi kestabilan lereng oleh Ray dan

88
De Smitd (2009) dalam (Hary Christady Hardiyatmo 2019) nilai F/SF > 1,5
merupakan lereng yang stabil. Dibawah akan ditampilkan data lereng eksisting
seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.16.

Tabel 4. 16 Data Lereng Eksisting


Analisis
E ɣ ɣ' C
No Stabilitas Jenis Tanah ɸ (⸰) SF Keterangan
(Kn/m2) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m2)
Lereng
Lanau 1,15E+04 15,926 12,543 84,337 43,29
Eksisting
1. Batu Pasir 4,83 Aman
1 1,90E+04 15,906 13,161 109,835 49,41
Tufan
Lanau - - - - -
Eksisting
2. Batu Pasir 5,86 Aman
2 1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

Hasil analisis stabilitas lereng eksisting yang telah dilakukan diketahui


pemodelan lereng Eksisting 1 diperoleh nilai Safety Factor = 4,83. Kemudian
pemodelan lereng Eksisting 2 (Tanah Batupasir Tufan) diperoleh nilai Safety
Factor = 5,86. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa lereng
spillway Bendungan Sadawarna stabil/aman.

4.3.2 Slope Stability Back Analysis


Slope Stability Back Analysis (Analisis Kembali Stabilitas Lereng)
spillway Bendungan Sadawarna menggunakan bantuan aplikasi Geostudio
2012. Analisis menggunakan Slope/W dari data yang sudah digunakan pada
analisis sebelumnya menggunakan Plaxis V.21, dilakukan tiga kali percobaan
infiltrasi air hujan terhadap lereng. Pada setiap percobaan dilakukan trial and
error pada dua slope galian atas lereng tepatnya pada tanah lanau, tanah
tersebut diturunkan parameter C dan Phi-nya sesuai data tabel diatas.
Kemudian pada pemodelan diambil 10 m dari tepi lereng untuk memodelkan
longsoran kemudian malakukan analisis Seep/W untuk memodelkan pengaruh
dari infiltrasi air hujan terhadap lereng.
Hasil analisis infiltrasi 1 menggunakan bantuan Slope/W dan Seep/W
diketahui besarnya nilai Safety Factor = 0,91. Output analisis seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.56, Gambar 4.57, Gambar 4.58, dan Gambar 4.59.

89
Gambar 4. 56 Modelling Infiltrasi 1

Gambar 4. 57 Output Safety Factor (0,91)

Gambar 4. 58 Output Pore-Water Pressure Seep/W

90
Gambar 4. 59 Output Total Head Seep/W

Hasil analisis infiltrasi 2 menggunakan bantuan Slope/W dan Seep/W


diketahui besarnya nilai Safety Factor = 1,07. Output analisis seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.60, Gambar 4.61, Gambar 4.62, dan Gambar 4.63.

Gambar 4. 60 Modelling Infiltrasi 2

91
Gambar 4. 61 Output Safety Factor (1,07)

Gambar 4. 62 Output Pore-Water Pressure Seep/W

Gambar 4. 63 Output Total Head Seep/W

92
Hasil analisis infiltrasi 3 menggunakan bantuan Slope/W dan Seep/W
diketahui besarnya nilai Safety Factor = 0,81. Output analisis seperti yang
ditampilkan pada Gambar 4.64, Gambar 4.65, Gambar 4.66, dan Gambar 4.67.

Gambar 4. 64 Modelling Infiltrasi 3

Gambar 4. 65 Output Safety Factor (0,81)

93
Gambar 4. 66 Output Pore-Water Pressure Seep/W

Gambar 4. 67 Output Total Head Seep/W

Tabel 4. 17 Data Infiltrasi Lereng


Analisis
E ɣ ɣ' C
No Stabilitas Jenis Tanah ɸ (⸰) SF Keterangan
(Kn/m2) (kN/m3) (kN/m3) (kN/m2)
Lereng
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2

1. Infiltrasi 1 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,91 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10

2. Infiltrasi 2 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,07 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

3. Infiltrasi 3 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,81 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

94
Berdasarkan hasil analisis diketahui percobaan Infiltrasi 1 besarnya
nilai C = 14,5 kN/m2 dan Phi = 2⁰, didapatkan nilai (Safety Factor = 0,91).
Kemudian percobaan Infiltrasi 2 besarnya nilai C = 5,5 dan Phi = 10,
didapatkan nilai (Safety Factor = 1,07). Dan yang terakhir percobaan Infiltrasi
3 besarnya nilai C = 10 dan Phi = 7, didapatkan hasil (Safety Factor = 0,81).
4.3.3 Analisis Stabilitas Lereng Setelah Diberikan Perkuatan Geomat
dan Shotcrete
Analisis stabilitas lereng setelah diberikan perkuatan menggunakan
bantuan Slope/W dari hasil Slope Stability Back Analysis sebelumnya. Berikut
merupakan hasil dari analisis percobaan Perkuatan 1 seperti yang ditampilkan
pada Gambar 4.68, Gambar 4.69, dan Gambar 4.70.

Gambar 4. 68 Output Safety Factor 2 Lereng Atas (0,94)

Gambar 4. 69 Output Safety Factor 4 Lereng Bawah (4,19)

95
Gambar 4. 70 Output Safety Factor Lereng Total (2,84)
Berikut merupakan hasil dari analisis percobaan Perkuatan 2 seperti
yang ditampilkan pada Gambar 4.71, Gambar 4.72, dan Gambar 4.73.

Gambar 4. 71 Output Safety Factor 2 Lereng Atas (1,06)

Gambar 4. 72 Output Safety Factor 4 Lereng Bawah (4,19)

96
Gambar 4. 73 Output Safety Factor Lereng Total (2,84)
Berikut merupakan hasil dari analisis percobaan Perkuatan 3 seperti
yang ditampilkan pada Gambar 4.73, Gambar 4.74, dan Gambar 4.75.

Gambar 4. 74 Output Safety Factor 2 Lereng Atas (0,83)

Gambar 4. 75 Output Safety Factor 4 Lereng Bawah (4,19)

97
Gambar 4. 76 Output Safety Factor Lereng Total (2,84)

4.3.4 Analisis Penambahan Soil Nailing


Setelah dilakukan analisis permodelan perkuatan lereng dapat
disimpulkan bahwa lereng masih rawan terjadi longsor, oleh karena itu perlu
ditambahkan perkuatan lainnya salah satunya menggunakan metode Soil
Nailing. Dalam pemodelan ini metode tersebut diaplikasikan pada dua slope
atas lereng dikombinasikan dengan metode Geomat.
Berikut merupakan hasil dari analisis percobaan penambahan
perkuatan pada dua slope bagian atas, seperti yang ditampilkan pada Gambar
4.77, Gambar 4.78.

Gambar 4. 77 Modelling Perkuatan Soil Nailing

98
Gambar 4. 78 Output Safety Factor (1,69)

Dibawah akan ditampilkan data perkuatan lereng seperti yang


ditampilkan pada Tabel 4.18.

Tabel 4. 18 Data Perkuatan Lereng

Analisis ɣ
ɣ' C SF
No Stabilitas Jenis Tanah E (Kn/m2) (kN/m3 ɸ (⸰) Keterangan
(kN/m3) (kN/m2) Atas
Lereng )
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2

1. Perkuatan 1 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,94 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10
Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 Rawan
2. Perkuatan 2 1,06
Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

3. Perkuatan 3 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,83 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

4. Soil Nailing Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,69 Aman
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

Diketahui dari percobaan Perkuatan 1 besarnya nilai (Safety Factor =


0,94), Perkuatan 2 besarnya nilai (Safety Factor = 1,06), Perkuatan 3 besarnya
nilai (Safety Factor = 0,83). Kemudian untuk hasil analisis Lereng Bawah 1,
2, dan 3 besarnya nilai (Safety Factor = 4,19) dan Lereng Total 1, 2, dan 3
besarnya nilai (Safety Factor = 2,84).

99
Berdasarkan hasil analisis percobaan Perkuatan 1, 2, 3 besarnya nilai
Safety Factor masih dibawah nilai yang diijinkan. Kemudian dilakukan
penambahan metode Soil Nailing pada 2 slope atas, diketahui dari percobaan
penambahan perkuatan menggunakan Soil Nailing besarnya nilai Safety
Factor adalah 1,69. Dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan metode
perkuatan tersebut dapat meningkatkan nilai Safety Factor dan lereng lebih
stabil (Aman).
Berikut merupakan resume keseluruhan hasil analisis stabilitas lereng
menggunakan Geostudio 2012, seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.19.
Tabel 4. 19 Resume Analisis Stabilitas Lereng Menggunakan Geostudio 2012
Analisis ɣ
ɣ' C SF
No Stabilitas Jenis Tanah E (Kn/m2) (kN/m3 ɸ (⸰) Keterangan
(kN/m3) (kN/m2) Atas
Lereng )
Lanau 1,15E+04 15,926 12,543 84,337 43,29
1. Eksisting 1 Batu Pasir 4,83 Aman
1,90E+04 15,906 13,161 109,835 49,41
Tufan
Lanau - - - - -
2. Eksisting 2 Batu Pasir 5,86 Aman
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2

3. Infiltrasi 1 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,91 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10

4. Infiltrasi 2 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,07 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

5. Infiltrasi 3 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,81 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 14,5 2

6. Perkuatan 1 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,94 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 5,5 10
Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 Rawan
7. Perkuatan 2 1,06
Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

8. Perkuatan 3 Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 0,83 Longsor
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan
Lanau Drop 1,15E+04 15,926 15,926 10 7

9. Soil Nailing Lanau Asli 1,15E+04 15,926 15,926 84,337 43,29 1,69 Aman
Batu Pasir
1,90E+04 15,906 15,906 109,835 49,41
Tufan

100
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis terhadap lereng yang sudah dilakukan mulai dari
lereng eksisting sebelum longsor, slope stability back analysis, kemudian lereng
setelah diberikannya perkuatan menggunakan bantuan aplikasi Plaxis V.21 dan
Geostudio 2012 diketahui lereng eksisting sebelum terjadinya longsor mempunyai
nilai SF > 1,5 (Lereng Aman) dengan analisis pemodelan Eksisting 1 dan Esisting
2 diperoleh nilai safety factor sebesar (3,54; 4,49) dari output Plaxis v.21 dan
(4,83; 5,86) dari output Slope/W. Namun, pada saat proses pekerjaan galian slope
terjadi kelongsoran tepatnya pada slope galian atas lereng disebabkan oleh curah
hujan tinggi pada lokasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan metode pendekatan slope
stability back analysis untuk mengetahui berapa nilai Safety Factor pada lereng
karena hasil pemodelan analisis pada eksisting lereng sebelumnya yaitu aman.
Meninjau dari data tanah yang didapat di lapangan diketahui terdapat
ketidaksesuain pada data tanah dengan rata-rata data tanah penelitian sebelumnya.
Ketidaksesuaian berdasarkan summary hasil lab dapat disimpulkan bahwa
parameter jenis tanah lanau di lapangan melebihi nilai rata-rata jenis tanah lanau
pada penelitian sebelumnya yaitu nilai kohesi (C) = 20 dan nilai sudut geser
dalam tanah (Ø) = 14⁰, meninjau dari hasil lab BS 3 mempunyai nilai kohesi (C) =
0,86 kg/cm2 atau 86 kN/m2 serta nilai sudut geser dalam tanah (Ø) = 43,29⁰.
Berdasarkan data tanah tersebut, slope stability back analysis dilakukan
melalui pemodelan lereng eksisting terjadi infiltrasi air hujan (jenuh air) sampai
terjadinya longsor seperti kasus kejadian di lapangan. Analisis tersebut
menggunakan metode trial and error dengan mengubah parameter tanah lanau
sepanjang 10 m dari tepi lereng, kemudian diambil tiga variasi modeling sebagai
pendekatan kasus serta sebagai variabel pengujian nantinya setelah diberikan
perkuatan menggunakan geomat dengan vegetasi pada dua slope bagian atas
lereng dan shotcrete pada empat slope bagian bawah lereng. Hasil percobaan
slope stability back analysis diketahui nilai Safety Factor lereng menggunakan
bantuan Plaxis V.21 yaitu Infiltrasi 1 (SF = 0,96), Infiltrasi 2 (SF = 1,18),
Infiltrasi 3 (SF = 1,16). Kemudian nilai Safety Factor menggunakan bantuan
Slope/W dan Seep/W yaitu Infiltrasi 1 (SF = 0,91), Infiltrasi 2 (SF = 1,07),
Infiltrasi 3 (SF = 0,81).

101
Dari hasil modeling tersebut dilakukan analisis kembali pada lereng dengan
perkuatan geomat pada slope bagian atas lereng dan shocrete pada slope bagian
bawah lereng. Fokus penelitian dilakukan pada slope bagian atas lereng pada jenis
tanah lanau karena kelongsoran terjadi pada slope tersebut serta analisis eksisting
pada slope bagian bawah lereng mempunyai nilai SF > 1,5 (Aman).
Berdasarkan hasil percobaan analisis stabilitas lereng setelah diberikan
perkuatan diketahui nilai Safety Factor lereng menggunakan bantuan Plaxis V.21
yaitu Perkuatan 1 (SF = 0,94), Perkuatan 2 (SF = 1,16), Perkuatan 3 (SF = 1,14).
Kemudian nilai Safety Factor menggunakan bantuan Slope/W yaitu Perkuatan 1
(SF = 0,94), Perkuatan 2 (SF = 1,06), Perkuatan 3 (SF = 0,83). Dapat disimpulkan
dari hasil tersebut slope galian masih rawan terjadi longsor karena nilai
keseluruhan analisis perkuatan lereng mempunyai nilai SF < 1,5. Meskipun
pengaplikasian di lapangan material perkuatan yang digunakan dapat mengalirkan
resapan air yang berlebih pada tubuh lereng serta dapat ditanami vegetasi sebagai
tambahan kekuatannya nampaknya itu belum terlalu signifikan menambah Safety
Factor lereng, oleh karenanya perlu dilakukannya alternatif tambahan perkuatan
pada lereng tersebut.
Alternatif yang bisa digunakan yaitu dengan metode perkuatan tambahan
Pemakuan Tanah (Soil Nailing) atau Angkur Tanah (Ground Anchors) pada slope
bagian atas spillway Bendungan Sadawarna. Metode tersebut sesuai dengan saran
perbaikan tanah oleh U.S. Army Corps of Engineer (1999) berdasarkan kisaran
ukuran butiran tanah dan metode perbaikan tanah yang disesuaikan dengan
tujuannya oleh (FHWA, 1995) dalam (Hary Chirstady Hardiyatmo 2020).
Berdasarkan hasil percobaan analisis penambahan perkuatan Soil Nailing pada
dua slope bagian atas diketahui dari Plaxis V.21 besarnya nilai Safety Fator yaitu
1,66 sedangkan dari Slope/W besarnya nilai Safety Factor yaitu 1,69.
Kesimpulannya menggunakan metode Soil Nailing efektif meningkatkan stabilitas
lereng dengan nilai SF > 1,5.
Berikut akan ditampilkan gambar pekerjaan perkuatan lereng spillway
menggunakan metode geomat dan shotcrete di lapangan, seperti yang ditampilkan
pada Gambar 4.79, 4.80, 4.81, 4.82, 4.83, 4.84.

102
Gambar 4. 79 Pemasangan Geomat

Gambar 4. 80 Penanaman Vegetasi

Gambar 4. 81 Penyiraman Rutin Vegetasi

103
Gambar 4. 82 Pekerjaan Shotcrete Dinding Spillway

Gambar 4. 83 Tampak Pekerjaan Sebagian Dinding Spillway

Gambar 4. 84 Tampak Atas Bangunan Spillway

104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan terhadap lereng eksisting sebelum
terjadinya longsor dengan analisis pemodelan Eksisting 1 dan Esisting 2 diperoleh
nilai safety factor sebesar (3,54; 4,49) dari output Plaxis v.21 dan (4,83; 5,86) dari
output Slope/W, secara keseluruhan hasil analisis yang diperoleh untuk lereng
eksisting aman dengan nilai SF > 1,5. Kemudian dilanjutkan dengan slope
stability back analysis tujuannya untuk melakukan pendekatan analisis terjadinya
kelongsoran dengan mengambil hasil tiga variasi lereng longsor akibat infiltrasi
air hujan hujan menggunakan aplikasi Plaxis V.21, Slope/W dan Seep/W dari
Geostudio 2012. Hasil nilai Safety Factor percobaan infiltrasi 1,2,3 menggunakan
Plaxis V.21 yaitu : Infiltrasi 1 (SF = 0,96); Infiltrasi 2 (SF = 1,18); Infiltrasi 3 (SF
= 1,16). Kemudian nilai Safety Factor menggunakan bantuan Slope/W dan
Seep/W yaitu : Infiltrasi 1 (SF = 0,91); Infiltrasi 2 (SF = 1,07); Infiltrasi 3 (SF =
0,81).
Setelah itu dilakukan analisis stabilitas lereng kembali setelah diberikan
perkuatan diketahui nilai Safety Factor lereng menggunakan Plaxis V.21 yaitu
Perkuatan 1 (SF = 0,94), Perkuatan 2 (SF = 1,16), Perkuatan 3 (SF = 1,14).
Kemudian nilai Safety Factor menggunakan bantuan Slope/W dan Seep/W yaitu
Perkuatan 1 (SF = 0,94), Perkuatan 2 (SF = 1,06), Perkuatan 3 (SF = 0,83).
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada model perkuatan lereng
spillway Bendungan Sadawarna, dapat disimpulkan bahwa perkuatan
menggunakan metode geomat pada slope bagian atas lereng dan shotcrete pada
bagian bawah lereng masih rawan terjadi kelongsoran karena nilai SF < 1,5.
Kemudian dilakukan percobaan alternatif penambahan perkuatan Soil Nailing
pada dua slope bagian atas, diketahui dari analisis Plaxis V.21 besarnya nilai
Safety Fator yaitu 1,66 sedangkan dari Slope/W besarnya nilai Safety Factor yaitu
1,69. Penambahan metode perkuatan menggunakan Soil Nailing pada dua slope
bagian atas hasilnya efektif meningkatkan stabilitas lereng dengan nilai SF > 1,5.

105
5.2 Saran
1. Perlu dilakukannya penyelidikan tanah ulang sesuai di lapangan karena
meninjau summary hasil data tanah lapangan tidak sesuai dengan rata-rata
nilai parameter pada data tanah penelitian sebelumnya.
2. Penambahan alternatif metode perkuatan lereng dengan Pemakuan Tanah
(Soil Nailing) atau Angkur Tanah (Ground Anchors) pada perkuatan slope
bagian atas Spillway Bendungan Sadawarna tujuannya untuk menaikkan
stabilitas arah lateral atau nilai Safety Factor lereng.

106
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, I, I D Pusparini, S Prabandiyani, and B Pardoyo. 2016. “Analisis


Stabilitas Lereng Boja–Darupono Sta. 10+ 720 Jawa Tengah Dan Usulan
Penanganannya.” Jurnal Karya Teknik Sipil 5: 230–38.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkts/article/view/12642.
Ardiansyah, Rahman Hakim, and Agus Hari Wahyudi. 2014. “Pengaruh Fluktuasi
Muka Air Waduk Terhadap Debit Rembesan Menggunakan Model Seep/ W
(Studi Kasus Di Bendungan Benel, Kabupaten Jembrana, Bali).” Jurnal
Matriks Teknik Sipil, no. September: 471–76.
Atikah, Dewi., Pitojo Tri. Juwono, and Andre Primantyo. Hendrawan. 2017.
Pengaruh Hujan Pada Stabilitas Lereng Di Jalan Tol Gempol – Pandaan.
Jurnal Tenik Pengairan, issued 2017.
https://doi.org/10.21776/ub.jtp.2017.008.01.08.
Bunsri, Thidarat, Muttucumaru Sivakumar, and Dharmappa Hagare. 2011. “20
Simulation of Water and Contaminant Transport Through Vadose Zone -
Redistribution System.” ResearchGate. 2011.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.13140/2.1.3657.8242.
Das, Braja M. 1994. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid
2. Edited by Purnomo Wahyu Indarto and Dedi Hidayat. 2nd ed. Surabaya:
ERLANGGA.
Das, Braja M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid
1. Edited by Yani Sianipar. 1st ed. Surabaya: ERLANGGA.
Fauzi, Imron Maulana, and Indra Noer Hamdhan. 2019. “Analisis Stabilitas
Lereng Dengan Perkuatan Geotekstil Woven Akibat Pengaruh Termal
Menggunakan Metode Elemen Hingga. (Hal. 61-72).” RekaRacana: Jurnal
Teknil Sipil 5 (2): 61. https://doi.org/10.26760/rekaracana.v5i2.61.
Fika Famungkas, Widodo Suyadi, Yulvi Zaika. 2014. “Analisis Stabilitas Lereng
Memakai Perkuatan Geotekstil Dengan Bantuan Perangkat Lunak (Studi
Kasus Pada Sungai Parit Raya).” Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
Universitas Brawijaya 53 (9): 1689–99.
Ganda, Iro, and Roesyanto. 2012. “GEOGRID ( Studi Kasus Jalan Medan –

vii
Berastagi , Desa Sugo.” Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Girimarto, Kecamatan, Reza Bagus Hermawan, Niken Silmi Surjandari, and R
Harya Dananjaya. 2019. “Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Soil
Nailing Menggunakan Program Slope/W Dan Geostructural.” Tekno 17 (72):
395–401.
Hardiyatmo, Hary Chirstady. 2020. PERBAIKAN TANAH. Edited by Galih.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Anggota IKAPI dan APPTI.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2019. MEKANIKA TANAH 2. Edited by Tim UGM
Press. 6th ed. Gadjah Mada University Press.
Imbar, Enricho R. B, Agnes T. Mandagi, and Steev G. Rondonuwu. 2019.
“Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Soil Nailing Menggunakan
Program Slope/W Dan Geostructural.” Tekno 17 (72): 59–64.
Jay. 2021. “Ditargetkan Rampung Agustus 2022, Bendungan Sadawarna Akan
Layani Daerah Irigasi Seluas 4.500 Hektare.” KEMENTRIAN PEKERJAAN
UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. 2021.
https://www.pu.go.id/berita/ditargetkan-rampung-agustus-2022-bendungan-
sadawarna-akan-layani-daerah-irigasi-seluas-4500-hektare.
Lubis, Erwin Ananda, and Yulian Firmana Arifin. 2020. “Kombinasi Geotekstil
Dan Beronjong Untuk Penanganan Kelongsoran Lereng.” Buletin Profesi
Insinyur 3 (1): 39–44. https://doi.org/10.20527/bpi.v3i1.69.
Luriyanto, A. 2014. “Analisis Stabilitas Lereng Dan Alternatif Penanganannya :
Studi Kasus Longsoran Pada Ruas Jalan Pringsurat Km. Mgl. 22+631 –
22+655 Kabupaten Temanggung.” Jurnal Karya Teknik Sipil 3 (4): 861–89.
Nugraha, Fikri Yudhistira, and Indra Noer Hamdhan. 2016. “Analisis Stabilitas
Lereng Menggunakan Perkuatan Tanaman Switchgrass.” Jurnal Online
Institut Teknologi Nasional 2 (2): 71–82.
Pradhana, Radhitya. 2010. “Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan
Geotekstil (Studi Kasus: Bantaran Sungai Code, Kecamatan Jetis, Daerah
Istimewa Yogyakarta).” Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret201 2
(1): 41–49.
Pratama, Rahmawan Bagus, Imam Muslih Muhibbi, Indrastono Dwi A, and Siti
Hardiyati. 2014. “Analisis Stabilitas Lereng Dan Alternatif Penanganannya

viii
(Studi Kasus Longsoran Jalan Alternatif Tawangmangu STA. 3+150 s/d
STA. 3+200, Karanganyar).” Jurnal Karya Teknik Sipil 3 (3): 573–85.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts%0AANALISIS.
Pratikso. 2017. MEKANIKA TANAH I. Semarang: UNISSULA PRESS.
Rusydy, Ibnu. 2016. “Mengenali Gerakan Tanah Longsor.” Kabar Handayani.
2016. https://kabarhandayani.com/mengenali-gerakan-tanah-longsor/.
Sinarta, I Nengah. 2016. “Tegangan Pori Negatif Sebagai Parameter Stabilitas
Lereng Tanah Tak Jenuh (Soil Mechanics on Unsaturated Soil).” Paduraksa
5: 31–42.
Suhendra, Muhammad; Muhksin. 2017. “Pengaruh Gaya Cabut Akar Pada Jenis
Vegetasi Terhadap Stabilitas Lereng.” In , 978–79.
Wandira, S.A., and A. Rahayu. 2021. “Peningkatan Stabilitas Lereng Pada Ruas
Jalan Tawaeli – Toboli Dengan Vegetasi/Bioengineering.” REKONSTRUKSI
TADULAKO: Civil Engineering Journal on Research and Development
1033: 23–32. https://doi.org/10.22487/renstra.v2i1.235.
Yatjong, Isramyano, and Fachryano. 2018. “Analisis Stabilitas Dan Pemilihan
Perkuatan Lereng Pada Ruas Jalan Pemuda Km. 3 Kabupaten Kolaka
Provinsi Sulawesi Tenggara.” Jurnal Teknologi Technoscientia 10 (2): 117–
26.

ix

Anda mungkin juga menyukai