Anda di halaman 1dari 12

Akad Rahn

BAB IX
RAHN

AKAD RAHN
No : ...........................

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka menyembah-Ku”
(QS. Adz-Dzaariyaat: 56)
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”
(QS. Al-Maa-idah: 2)
“…Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Maaidah: 8)

- 149 -
Akad Rahn

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan


membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dng
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu …”
(QS An-Nisaa’: 105)

“…Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka


menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka …”
(QS Al-Maaidah: 49)

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah


dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah
yang dipercayakan kepada kamu, sedang kamu mengetahui."
(QS. Al-Anfaal: 27).

“…Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”


(QS. Ath-Thuur: 21)

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”


(QS. Al-Muddatstsir: 38)

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai)


sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)…”
(QS. Al-baqarah: 283)

- 150 -
Akad Rahn

Pada hari ini …………, tanggal …………………………, kami


yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : …………………………………………….....…

dalam hal yang diuraikan di bawah ini bertindak dalam


kedudukannya selaku …………………………… dari, dan
karenanya berdasarkan .….………………….
……………………………, bertindak untuk dan atas nama
serta mewakili Bank Syariah beralamat di …..
……………………………………………….Untuk
selanjutnya disebut : PIHAK PERTAMA atau disebut
BANK

2. Nama : ………………………………………….......................

dalam hal yang diuraikan di bawah ini bertindak untuk


diri sendiri / dalam kedu-dukannya selaku
……………………………...………. dari, dan karenanya
berdasarkan …………………………… bertindak untuk dan
atas nama ……………………………., beralamat di …….
………………………………………...................… Untuk
selanjutnya disebut : PIHAK KEDUA atau disebut
NASABAH ;

Para pihak terlebih dahulu menerangkan bahwa Nasabah telah


berutang kepada bank sebagaimana surat perjanjian utang
yang telah dibuat antara pihak Nasabah dengan pihak Bank.
Guna menjamin ketertiban pembayaran kembali utang
Nasabah kepada Bank, para pihak setuju dan sepakat membuat
Perjanjian Gadai (yang selanjutnya disebut “Rahn”) dengan
ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :

- 151 -
Akad Rahn

Pasal 1
DEFINISI

Dalam perjanjian ini yang dimaksud dengan :

1. “Rahn”
adalah akad menggadaikan barang dari Nasabah kepada
Bank sehubungan dengan utang yang diterima Nasabah
dari Bank.

2. “Perjanjian Utang”
adalah surat perjanjian utang yang dibuat antara Nasabah
dengan Bank pada tanggal ………………………. berikut
perubahan-perubahan dan dokumen-dokumen yang
melekat pada dan merupakan bagian perjanjian utang
tersebut.

3. “Debitur”
adalah Nasabah sebagai pihak yang berutang kepada Bank
berdasarkan Per-janjian Utang.

4. “Rahin”
adalah Nasabah sebagai pihak yang menggadaikan barang.

5. “Murtahin”
adalah Bank sebagai pihak yang menerima gadai.

6. “Marhun”
adalah barang yang digadaikan, yaitu berupa barang-
barang yang akan diuraikan dalam pasal 2 Rahn ini.

7. “Marhun bih”
adalah utang Nasabah kepada Bank sebagaimana
dinyatakan dalam Perjan-jian Utang, yang dijamin dengan
Rahn ini.

- 152 -
Akad Rahn

Pasal 2
POKOK PERJANJIAN

Nasabah dengan ini menggadaikan barang bergerak


sebagaimana jenis, kualitas dan kuantitasnya dinyatakan dalam
Daftar yang dilampirkan pada dan karenanya menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian ini
kepada Bank, sebagaimana Bank menerima gadai tersebut dari
Nasabah.

Pasal 3
KEPEMILIKAN BARANG DAN JAMINAN NASABAH

Nasabah selaku Rahin menjamin bahwa seluruh barang


marhun yang dijadikan jaminan atas utang Nasabah kepada
Bank benar-benar milik Nasabah (Rahin) yang tidak tersangkut
sengketa atau perkara, bebas dari pembebanan apa pun,
sehingga oleh karena itu Nasabah berjanji dan dengan ini
mengikatkan diri untuk menjamin Bank dibebaskan dari segala
bentuk tuntutan atau gugatan apa pun dan dari pihak
manapun juga.

Pasal 4
PENGGUNAAN MARHUN SEBAGAI PELUNAS UTANG

1. Ayat 1 ini berisi substansi kekuasaan Bank atas


marhunsubstansi kekuasaan Bank terhadap marhun perlu
didiskusikan dulu, agar rumusannya benar-benar dapat
menggambarkan adanya kesetaraan antara kedudukan
Bank sebagai Murtahin dan Nasabah sebagai Rahin.
2. Ayat 2 ini berisi substansi penggunaan uang hasil
penjualan marhun sebagai pelunas utang.

- 153 -
Akad Rahn

Pasal 5
BIAYA, POTONGAN DAN PAJAK-PAJAK
1. Nasabah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk
menanggung segala biaya yang diperlukan berkenaan
dengan pelaksanaan Perjanjian ini, termasuk jasa Notaris
dan jasa lainnya, sepanjang hal itu diberitahukan Bank
kepada Nasabah sebelum ditandatanganinya Perjanjian ini,
dan Nasabah menyatakan persetujuannya.
2. Dalam hal Nasabah cedera janji tidak menyerahkan barang
kepada Bank, sehingga Bank perlu menggunakan jasa
Penasihat Hukum/Kuasa untuk menagihnya, maka
Nasabah berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar
kembali seluruh biaya jasa Penasihat Hukum, jasa
penagihan, dan jasa-jasa lainnya yang dapat dibuktikan
secara syah menurut ketentuan hukum.
3. Setiap menyerahkan barang kembali/pelunasan utang
sehubungan dengan Perjanjian ini dan Perjanjian lainnya
yang mengikat Nasabah dan Bank, dilakukan oleh
Nasabah kepada Bank tanpa potongan, pungutan, bea,
pajak dan/atau biaya-biaya lainnya, kecuali jika potongan
tersebut diharuskan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Nasabah berjanji mengikatkan diri, bahwa terhadap setiap
potongan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku, akan dilakukan pembayarannya
oleh Nasabah melalui Bank.

Pasal 6
ASURANSI ATAS MARHUN

Hal-hal berikut perlu didiskusikan :

a. Demi keadilan dan kesetaraan kedua pihak, perlu


dipertimbangkan siapa yang harus menanggung
pembayaran premi asuransi. (Harus diingat, karena
sifatnya gadai, maka marhun yang merupakan benda
bergerak harus diserahkan oleh Nasabah kepada dan
berada dalam kekuasaan fisik Bank.

- 154 -
Akad Rahn

b. Karena marhun secara fisik berada dalam kekuasaan Bank,


maka semestinya Bank untuk dan atas nama Nasabah lebih
berkewajiban untuk mengajukan klaim bila terjadi sesuatu
terhadap marhun dari pada Nasabah sendiri.

Bila pemberi pekerjaan sepakat dengan pola pikir tersebut,


maka rumusan ayat 1, 2 dan 3 pada draft perlu disempurnakan
secara mendasar hingga berbunyi sebagai berikut :

1. Bank dan Nasabah sepakat dan dengan ini saling


mengikatkan diri untuk meng-asuransikan barang yang
digadaikan (marhun) pada perusahaan asu-ransi syariah
yang ditetapkan Bank dengan jumlah uang pertanggungan
sampai sebesar Rp……………. (……………………………..)
untuk masa selama utang Nasabah belum dilunasi, dengan
premi asuransi yang ditanggung bersama oleh kedua belah
pihak sama besar, dan yang dalam setiap polis asuransinya
mencantumkan ketentuan “banker’s clause”.

2. Bila menurut pertimbangan Bank, Nasabah dianggap


lalai tidak memenuhi ke-wajibannya tersebut pada ayat 1
pasal ini, maka tanpa mengurangi kewajiban Nasabah,
Bank berhak sepenuhnya untuk dan atas nama serta
mewakili Nasabah meng-asuransikan barang yang
digadaikan (marhun) sesuai dengan ketentuan ayat 1 pasal
ini serta mendebit rekening Nasabah sejumlah bagian
pembayaran premi yang menjadi kewajiban Nasabah.

3. Bila terjadi sesuatu peristiwa yang diperjanjikan


dalam perjanjian asuransi atas barang yang digadaikan
(marhun) yang dapat mendatangkan risiko bagi Bank
dan/atau Na-sabah, maka tanpa mengurangi kewajiban
Nasabah untuk menanggung seluruh bia-yanya, Bank
berhak mengajukan klaim terhadap perusahaan asuransi
yang ber-sangkutan, termasuk, namun tidak terbatas pada
pengurusan surat-surat dan/atau dokumen-dokumen
yang diperlukan sehubungan dengan pengajuan klaim
tersebut, dan Nasabah berjanji dan dengan ini
mengikatkan diri untuk menyerahkan segala surat dan/
atau dokumen terkait kepada Bank.

4. Untuk melaksanakan tindakan hukum yang perlu


dilakukan oleh Bank sebagaimana ter-sebut pada ayat 2

- 155 -
Akad Rahn

dan 3 pasal ini, maka berdasarkan kesepakatan dalam


perjanjian ini yang tidak dapat dibatalkan tanpa
persetujuan kedua belah pihak, Nasabah dengan ini
memberi kuasa penuh kepada Bank dengan kuasa yang
tidak dapat berakhir berda-sarkan Pasal 1813 KUH
Perdata, sebagaimana Surat Kuasa yang dilampirkan pada
dan karenanya merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari Surat Perjanjian ini.

5. Nasabah sepakat dan dengan ini mengikatkan diri,


bahwa Bank sepenuhnya dapat menggunakan seluruh
pembayaran uang pertanggungan yang dibayarkan oleh
peru-sahaan asuransi pertama-tama untuk melunasi
seluruh utang Nasabah kepada Bank. Apabila ternyata dari
jumlah pembayaran uang pertanggungan yang telah
digunakan sebagai pembayaran pelunasan utang Nasabah
masih terdapat sisa, maka Bank berjanji dan dengan ini
mengikatkan diri untuk dengan serta merta menyerahkan
jumlah sisa uang tersebut kepada Nasabah. Apabila
ternyata jumlah pembayaran uang per-tanggungan
tersebut belum mencukupi untuk membayar lunas seluruh
utang Nasabah, maka jumlah kekurangan tersebut masih
tetap menjadi utang Nasabah yang wajib segera dan
sekaligus dibayar lunas oleh Nasabah kepada Bank.

Pasal 7
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran


atas hal-hal yang tercantum di dalam Surat Perjanjian ini
atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam
pelaksanaan-nya, maka para pihak sepakat untuk
menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

2. Apabila musyawarah untuk mufakat telah diupayakan


namun perbedaan pendapat atau penafsiran,
perselisihan atau sengketa tidak dapat diselesaikan oleh
kedua belah pihak, maka para pihak bersepakat, dan
dengan ini berjanji serta mengikatkan diri untuk
menyelesaikannya melalui Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia (BAMUI) menurut prosedur beracara yang
berlaku di dalam Badan Arbitrase tersebut.

- 156 -
Akad Rahn

3. Para pihak sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri


satu terhadap yang lain, bahwa pendapat hukum (legal
opinion) dan/atau Putusan yang ditetapkan oleh badan
Arbitrase Muamalat Indonesia tersebut bersifat final dan
mengikat (final and binding).

Pasal 8
DOMISILI DAN PEMBERITAHUAN

1. Alamat para pihak sebagaimana yang tercantum pada


kalimat-kalimat awal Surat Per-janjian ini merupakan
alamat tetap dan tidak berubah bagi masing-masing pihak
yang bersangkutan, dan ke alamat-alamat itu pula secara
sah segala surat-menyurat atau ko-munikasi di antara
kedua pihak akan dilakukan.

2. Apabila dalam pelaksanaan perjanjian ini terjadi


perubahan alamat, maka pihak yang berubah alamatnya
tersebut wajib memberitahukan kepada pihak lainnya
dengan surat tercatat atau surat tertulis yang disertai tanda
bukti penerimaan, alamat barunya.
3. Selama tidak ada perubahan alamat sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 pasal ini, maka surat-menyurat atau
komunikasi yang dilakukan ke alamat yang tercantum
pada awal Surat Perjanjian dianggap sah menurut hukum.

Pasal 9
PENUTUP

1. Sebelum Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh Nasabah,


Nasabah mengakui dengan sebenarnya, dan tidak lain dari
yang sebenarnya, bahwa Nasabah telah membaca dengan
cermat atau dibacakan kepadanya seluruh isi Perjanjian ini
berikut semua surat dan/atau dokumen yang menjadi
lampiran Surat Perjanjian ini, sehingga oleh karena itu
Nasabah memahami sepenuhnya segala yang akan
menjadi akibat hukum setelah Na-sabah menandatangani
Surat Perjanjian ini.

- 157 -
Akad Rahn

2. Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup


diatur dalam Perjanjian ini, maka Nasabah dan Bank akan
mengaturnya bersama secara musyawarah untuk mufakat
dalam suatu Addendum.

3. Tiap Addendum dari Perjanjian ini merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat dan dengan ini


mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa untuk
Perjanjian ini dan segala akibatnya memberlakukan syariah
Islam dan peraturan perundang-undangan lain yang tidak
bertentangan dengan syariah.

Demikianlah, Surat Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani


oleh Bank dan Nasabah di atas kertas yang bermeterai cukup
dalam dua rangkap, yang masing-masing disimpan oleh Bank
dan Nasabah, dan masing-masing berlaku sebagai aslinya.

BANK SYARIAH NASABAH,

……………………… ……………………

- 158 -
Akad Rahn

I. KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL


Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn

Pertama : Hukum
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan hutang dalam
bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan
sebagai berikut:

Kedua : Ketentuan Umum

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai


hak untuk menahan Marhun (barang)
sampai semua hutang Rahin (yang
menyerahkan barang) dilunasi

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi


milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun
tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin
kecuali seizin Rahin, dengan tidak
mengurangi nilai Marhun dan
pemanfaatannya itu sekedar pengganti
biaya pemeliharaan dan perawatannya

3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun


pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin,
namun dapat dilakukan juga oleh
Murtahin, sedangkan biaya pemeliharaan
penyimpanan tetap menjadi kewajiban
Rahin

4. Besar biaya pemeliharaan dan


penyimpanan Marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman

- 159 -
Akad Rahn

5. Penjualan Marhun

a. Apabila jatuh tempo, Murtahin


harus memperingatkan Rahin untuk
segera melunasi hutangnya

b. Apabila Rahin tetap tidak dapat


melunasi hutangnya, maka Marhun
dijual / dieksekusi melalui lelang
sesuai syariah

c. Hasil penjualan Marhun digunakan


untuk melunasii hutang, biaya
pemeliharaan dan penyimpaan yang
belum dibayar serta biaya
penjualan.

d. Kelebihan hasil penjualan menjadi


milik Rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban Rahin.

Ketiga : Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan


kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan diantara kedua belah pihak,
maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrase Syari ah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal


ditetapkan dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya

- 160 -

Anda mungkin juga menyukai