Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN LOGISTIK

PUSKESMAS CICURUG
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CICURUG
NOMOR : ……………………………
TENTANG
KEBIJAKAN LOGISTIK
PUSKESMAS CICURUG
Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas Cicurug, maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan logistik yang bermutu tinggi;
2. Bahwa agar pelayanan Farmasi dan unit logistik lain di Puskesmas Cicurug dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala Puskesmas Cicurug sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan logistik di Puskesmas Cicurug.
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam 1 dan 2,perlu
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Puskesmas Cicurug.

Mengingat : 1. Peraturan Direktur PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor : 013 / BOD / DIR-SK/ 0716 Tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Law).
2. Peraturan Direktur PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor : 011 / BOD / DIR-SK/ 0716 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSIA Cahaya Bunda Cirebon.
3. Keputusan Ketua Badan Pengurus PT. Cipta Hasil Yasmin Nomor : 011 / BOD / DIR-
SK/ 0716tahun 2016 tentang Penunjukan Sebagai Direktur RSIA Cahaya Bunda
Cirebon.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : PERATURAN KEPALA PUSKESMAS Cicurug TENTANG KEBIJAKAN LOGISTIK PUSKESMAS
Cicurug.

Kedua : Kebijakan logistik Puskesmas Cicurug sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Kebijakan logistik Puskesmas Cicurug
dilaksanakan oleh PJ UKM, UKPP dan Mutu

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Kepala Puskemas Cicurug

dr. NINA SUMINARSIH


NIP. 197306082005012009

Lampiran
Peraturan Kepala Puskesmas Cicurug
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN LOGISTIK
PUSKESMAS Cicurug
A. Kebijakan Umum
1. Pengadaan barang terbagi menjadi dua yaitu barang medis dan non medis
2. Pelaksanaan Pengadaan barang medis dilaksanakan oleh Logistik Medis

3. Pelaksanaan pengadaan barang non medis di laksanakan oleh Logistik Umum

4. Prosedur pembelian dan inventory barang harus sesuai dengan sistem yang
berlaku

5. Penyelenggaraan pelayanan Logistik dilaksanakan 12 jam dalam sehari dan enam


hari dalam seminggu dan dipimpin seorang Kepala Sub Bagian Logistik dan
Apoteker Penanggung Jawab

6. Pemenuhan fasilitas dalam penyelenggaraan pelayanan Unit Farmasi diupayakan


sesuai dengan standar fasilitas dalam ketentuan yang berlaku.

7. Pelayanan logistik harus selalu menerapkan budaya 6S+1R (Senyum, Salam,


Sapa,Sopan, Santun,Sabar dan Resik).

8. Pelayanan logistikharus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

9. Seluruh petugas harus bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, standar
profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika yang berlaku.

10. Apabila terjadi permasalahan pelayanan, pelaporan dan koordinasi disesuaikan


dengan struktur organisasi dan bila terjadi di luar dinas maka SOD dijadikan
rujukan.

11. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan, kualifikasi dan
distribusinya.

12. Semua petugas logistik, khususnya tenaga farmasi wajib memiliki izin profesi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

13. Setiap petugas atau staf UnitFarmasi wajib meningkatkan kompetensinya melalui
program pengembangan SDM melalui kegiatan orientasi, penilaian kinerja dan
diklat.

14. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan K3L
(Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan)termasuk pengelolaan Barang
Beracun dan Berbahaya (B3), penggunaan alat pelindung diri (APD), maintenance
peralatan dan kalibrasi, pengelolaan kesehatan lingkungan kerja, pencegahan dan
tanggap darurat bahaya serta proteksi kebakaran.
15. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
pencegahan dan pengendalian infeksitermasuk budaya hand higyne, sterilisasi dan
desinfeksi, pengelolaan limbah dan air bersih, dan pest control.

16. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
internal farmasi minimal 1 bulan sekali.

17. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan dibuat mekanisme monitoring dan


pelaporan yang teragenda.

B. Kebijakan Khusus
1. Perencanaan :
a. Logistik medis meliputi alat medis dan perbekalan farmasi (obat, gas medis dan
alat kesehatan)
b. Barang Logistik non medis terbagi menjadi 17 kategori yaitu Barang Rumah
Tangga, ATK, Bahan Gizi, Barang Umum, Barang Linen, Gas Medis, Cetakan,
Chemical, Materai, Seragam, Pecah Belah, Aset Sarana, Aset Medis, Barang Medis
non aset, Sparepart Medis, Plastik Sampah dan Pemeliharaan.

c. Unit Logistik menjamin ketersediaan barang perbekalan farmasi dan barang non
medis
d. Perencanaan pengadaan dan pengurangan barang perbekalan farmasi
berdasarkan indikasi penggunaan, efektivitas, resiko, biaya, stok minimal dan
banyaknya jumlah kasus.
e. Proses perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi oleh bagian logistik medis
dilakukan seminggu dua kali dengan mempertimbangkan rata-rata pemakaian
perbekalan farmasi dalam sebulan sebelumnya.
f. Proses perencanaan kebutuhan barang umum oleh bagian logistik umum
dilakukan seminggu dua kali dengan mempertimbangkan rata-rata pemakaian
barang non medis dalam sebulan sebelumnya
g. Pemilihan/seleksi barang perbekalan farmasi melibatkan panitia farmasi dan terapi
dengan peran aktif Apoteker serta terdokumentasi berkala minimal satu tahun
sekali dalam sebuah formularium farmasi dan terapi.
A. Logistik TB
- pemberian pengobatan pencegahan TBC pada anak dan ODHA
- pengikutsertaan dalam pemantapan mutu laboratorium
mikroskopis TBC sesuai dengan ketentuan program TBC
- Program pengendalian tuberkulosis perlu disusun dan
dikoordinasikan, baik dalam upaya preventif maupun upaya kuratif
di Puskesmas, melalui strategi atau strategi pengawasan langsung
pengobatan jangka pendek atau DOTS (directly observed treatment
shortcourse).
- pengelolaan logistik, baik OAT maupun non-OAT, sesuai dengan
kebutuhan program serta dikelola sesuai dengan prosedur
B. Logistik Imunisasi
- upaya peningkatan kualitas imunisasi melalui pengelolaan vaksin
yang sesuai dengan prosedur, pemberian imunisasi yang aman dan
sesuai dengan prosedur, kegiatan validasi data sasaran, penilaian
mandiri atas kualitas data (data quality self assessment/DQS), dan
penilaian kenyamanan cepat (rapid convenience assessment/RCA)
untuk melakukan validasi terhadap hasil cakupan imunisasi dan
supervisi berkala
- Puskesmas melakukan pengelolaan rantai dingin vaksin (cold chain
vaccines) sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
- Pencatatan dan pelaporan pelayanan imunisasi, baik secara manual
maupun elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu,
dan sesuai dengan prosedur dengan format laporan yang telah
ditetapkan yang meliputi cakupan indikator kinerja imunisasi, stok
dan pemakaian vaksin dan logistik lainnya, serta kondisi peralatan
rantai vaksin dan KIPI. Pelaporan kepada kepala puskesmas dan
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan/atau pihak lainnya
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan secara tertulis
atau penyampaian secara langsung melalui pertemuan-pertemuan
seperti lokakarya mini bulanan, pertemuan tinjauan manajemen,
dan forum lainnya
- penyediaan vaksin dan logistik sesuai dengan kebutuhan program
imunisasi
- pengelolaan vaksin untuk memastikan rantai vaksin dikelola sesuai
dengan prosedur
C. Logistik penurunan AKI AKB
- Puskesmas yang memberikan pelayanan persalinan harus
melakukan pelayanan dan penyediaan alat, obat, dan prasarana
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, termasuk standar alat
kegawatdaruratan maternal sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Pengelolaan alat, obat, bahan habis pakai dan prasarana pendukung
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir termasuk standar alat
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sesuai dengan standar
dan dikelola sesuai dengan prosedur

2. Pelaporan
Pelaporan meliputi pemusnahan obat, penarikan obat, penggunaan psikotropika dan
narkotika, stok opname, pelaporan obat kadaluarsa dan slow moving, Laporan kinerja
bulanan, laporan pembelian dan penjualan barang, laporan kerusakan barang, laporan
mutasi barang, laporan kehilangan barang, dan laporan peminjaman barang.
3. HIGH ALERT
a. ObatHigh Alert disimpan ditempat khusus
b. Obat High Alert diberi label “High Alert” dan label “cairan pekat, harus
diencerkanterlebih dahulu!” obat LASA diberi label LASA.
c. Elektrolit konsentrat hanya berada di unit pelayanan farmasi kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di
area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
d. Unit Farmasi menetapkan satu mekanisme khusus pengawasan untuk pemakaian
obat elektrolit konsentrat dengan memberikan label khusus kepada perawat untuk
setiap pemberian.

Anda mungkin juga menyukai