DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CISALAK PASAR
Jl. Jamrud VI Rt 06 Rw 09 Perum Permata Puri I Kel. Cisalak Pasar
Kec. Cimanggis - Kota Depok, Kode Pos: 16452, Telp. (021) 22851350, Email: pkmcipas@gmail.com
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS CISALAK PASAR
NOMOR: 440/030/KPTS/CIPAS/II/2023
TENTANG
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN,
LABORATORIUM, DAN KEFARMASIAN
DI UPTD PUSKESMAS CISALAK PASAR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Klinis di UPTD
Puskesmas Cisalak Pasar sebagaimana tercantum dalam
lampiran I merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat
keputusan ini dan digunakan sebagai pedoman
pelaksanaannya.
KEDUA : Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan
pasien dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan pasien, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pasien.
KETIGA : Pengkajian, rencana asuhan, dan pemberian asuhan.
Pengkajian, rencana asuhan, dan pemberian asuhan
dilaksanakan secara paripurna. Kajian pasien dilakukan
secara paripurna untuk mendukung rencana dan
pelaksanaan pelayanan oleh petugas kesehatan profesional
dan/atau tim kesehatan antarprofesi yang digunakan untuk
menyusun keputusan layanan klinis. Pelaksanaan asuhan
dan pendidikan pasien/keluarga dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang disusun, dipandu oleh kebijakan dan prosedur,
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
KEEMPAT : Prosedur penanganan pasien gawat darurat disusun berdasar
panduan praktik klinis untuk penanganan pasien gawat
darurat dengan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.
KELIMA : Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di Puskesmas
dilaksanakan dengan sesuai standar.
KEENAM : Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan dengan
prosedur yang tepat. Jika pasien memerlukan rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lain, rujukan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien ke sarana pelayanan
lain diatur dengan kebijakan dan prosedur yang jelas.
KETUJUH : Pelayanan rujukan dilakukan sesuai dengan ketentuan
kebijakan dan prosedur. Pelayanan rujukan dilaksanakan
apabila pasien memerlukan penanganan yang bukan
merupakan kompetensi dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
KEDELAPAN : Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang
berisi data dan informasi asuhan pasien yang dibutuhkan
untuk pelayanan pasien dan rekam medis itu dapat diakses
oleh petugas kesehatan pemberian asuhan, manajemen, dan
pihak di luar organisasi yang diberi hak akses terhadap
rekam medis untuk kepentingan pasien, asuransi, dan
kepentingan lain yang sesuai dengan peraturan perundang-
KESEMBILAN : undangan.
Penyelenggaraan pelayanan laboratorium dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan laboratorium dilaksanakan sesuai dengan
KESEPULUH : kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
Pelayanan kefarmasian harus tersedia di Puskesmas. Oleh
karena itu, jenis dan jumlah obat serta bahan medis habis
pakai (BMHP) harus tersedia sesuai dengan kebutuhan
KESEBELAS : pelayanan.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, maka akan dilakukan pembetulan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Depok
Pada tanggal 15 Februari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS
CISALAK PASAR,
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN,
LABORATORIUM, DAN KEFARMASIAN
DI UPTD PUSKESMAS CISALAK PASAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang
diselenggarakan oleh pemerintah adalah Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat).
Puskesmas mempunyai peran dan tanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang menyeluruh
yaitu meliputi pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), preventif (upaya pencegahan),
kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut diberikan
kepada semua penduduk tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur sejak
pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalitas karyawannya serta
meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada
masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan
Semakin ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif dan
berpengetahuan mengharuskan Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan
kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan
kualitas pelayanannya, Puskesmas terlebih dahulu harus mengetahui apakah pelayanan
yang telah diberikan kepada pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai dengan
harapan dan kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya atau belum.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 43 tahun 2019, Puskesmas menyelenggarakan fungsi
penyelenggaraan UKM tingkat pertama dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) merupakan palayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu dalam bentuk pelayana promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Upaya ini biasanya diselenggarakan di dalam gedung Puskesmas. Di UPTD
Puskesmas Cisalak Pasar, kegiatan dalam upaya kesehatan perorangan ini dilaksanakan
dalam bentuk pelayanan kesehatan rawat jalan.
B. Tujuan
Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Cisalak
Pasar agar menghasilkan pelayanan yang bermutu.
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
pelayanan klinis. UPTD Puskesmas Cisalak Pasar terdiri dari beberapa unit layanan yaitu:
1. Unit Layanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Unit Layanan Asuhan Keperawatan
3. Unit Layanan Gawat Darurat
4. Unit Layanan Umum dan Lansia
5. Unit Layanan MTBS
6. Unit Layanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
7. Unit Layanan KIA/KB
8. Unit Layanan Imunisasi
9. Unit Layanan TB
10. Unit Layanan Konseling
11. Unit Layanan Laboratorim
12. Unit Layanan Farmasi
D. Ruang Lingkup
Sesuai dengan Permenkes nomor 43 tahun 2019 Pasal 5 huruf b menyatakan
bahwa Puskesmas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di
wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, bermutu, dan holistikmyang mengintegrasikan faktor biologis,
psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter – pasien yang erat
dan setara.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada individu, berfokus
pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan masyarakat.
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan kesehatan,
keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan lingkungan kerja.
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama
inter dan antar profesi.
6. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan
8. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas\melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan
9. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
E. Batasan Operasional
1. Unit Layanan Pendaftaran dan Rekam Medis adalah unit yang melayani pendaftaran
pasien baru dan pasien lama yang akan mendapatkan pelayanan rawat jalan beserta
rekam medisnya.
2. Unit Layanan Asuhan Keperawatan adalah unit yang melakukan kajian awal pasien
dan memberikan asuhan keperawatan secara individual dan atau keluarga sebagai
bagian dari terapi pasien.
3. Unit Layanan Gawat Darurat adalah unit yang menyelenggarakan pelayanan terhadap
kasus yang mengancam nyawa atau menimbulkan kecacatan permanen kepada
pasien, sehingga diberikan pelayanan prioritas.
4. Unit Layanan Umum dan Lansia adalah unit yang melayani pemeriksaan kesehatan
umum anak diatas usia 5 tahun, dewasa dana di atas usia 60 tahun.
5. Unit Layanan MTBS unit pelayanan yang melayani manajemen terpadu balita sakit
dan deteksi dini tumbuh kembang anak pada pasien bayi balita umur 0-59 bulan.
6. Unit Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah unit pelayanan yang melayani
pemeriksaan Kesehatan gigi dan mulut.
7. Unit Layanan KIA/ KB adalah unit pelayanan yang melayani kesehatan ibu anak dan
KB yang meliputi pemeriksaaan ibu hamil, pemeriksaan IVA, imunisasi, pelayanan KB
(pil, suntik, implant, IUD).
8. Unit Layanan Imunisasi adalah unit yang memberikan pelayanan imunisasi kepada
bayi/ balita sehat, anak usia sekolah, calon pengantin, ibu hamil dan vaksin Covid-19.
9. Unit Layanan TB unit yang melayani konsultasi dan pemberian obat pada penderita TB.
10. Unit Layanan Konseling adalah unit yang melayani konseling gizi, sanitasi dan
promosi Kesehatan.
11. Unit Layanan Laboratorim adalah unit yang melayani pemeriksaan penunjang untuk
diagnosis dan penapisan penyakit melalui darah, urine, dahak, swab saluran nafas,
swab duh tubuh dan lain-lain.
12. Unit Layanan Farmasi adalah unit yang melayani pemberian obat melalui resep dokter
atau dokter gigi dan paramedis (bidan/ perawat) yang telah diberikan pendelegasian
wewenang dari dokter/dokter gigi.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
2. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang- undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam medis
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1118)
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89 tahun 2015 tentang
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 Tentang
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
18. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2019 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan dan masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi Dan Pelayanan
Kesehatan Seksual.
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama.
23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1306/Menkes/SK/XII/2001 tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis
24. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan kriteria hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
25. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan, Edisi 2, Cetakan 2011,
Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
BAB II
STRANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelaksanaan kegiatan/ pelayanan sesuai dengan hasil
kesepakatan bersama dengan Kepala Puskesmas dan penanggung jawab program.
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan layanan klinis di UPTD Puskesmas Cisalak Pasar adalah sesuai
dengan jam kerja yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok, yaitu:
Hari Senin – Kamis: 07.30 – 14.30 WIB
Hari Jumat: 07.30 – 11.30 WIB
Hari Sabtu: 07.30 – 13.00 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pelayanan klinis UKPP di UPTD Puskesmas Cisalak Pasar dilaksanakan di dalam
gedung Puskesmas lantai satu dan dua. Adapun denah pelayanan dalam ruang/gedung
adalah sebagai berikut :
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di lantai bawah gedung
puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses layanan. Ruang
pemeriksaan umum (MTBS, umum dan lansia) dibagi menjadi pemeriksaan pasien
infeksius dan non infeksius. Setiap ruangan dilengkapi dengan 1 meja pemeriksaan dokter
dengan 1 bed periksa, 1 kursi dokter dan 1 kursi pasien, serta 1 lemari penyimpanan. Di
bagian depan ruangan infeksius dan non infeksius masuk terdapat meja dan 1 kursi
perawat dan 1 kursi pasien. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi
petugas.
Ruang pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut memiliki 1 unit dental beserta
peralatannya, 1 meja periksa dokter, 1 lemari peralatan dan wastafel. Ruangan ini juga
dilengkapi komputer sebagai sarana sistem informasi puskesmas. Ruang KIA terhubung
langsung dengan ruang KB/ Imunisasi, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA
berupa pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta
pemberian immunisasi pada balita. Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed
pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer
pendukung sistem informasi puskesmas beserta printer.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja sekaligus meja
peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat cuci peralatan. Ruang farmasi memiliki sarana
meja kerja, meja tempat menyiapkan resep, lemari obat, kulkas, wastafel dan printer.
Bagian pendaftaran terletak di bagian depan gedung, berdekatan dengan pintu
masuk pengunjung, sehingga mudah untuk diakses. Di ruangan ini terdapat meja
resepsionis sekaligus meja kerja, lemari status, perangkat komputer dan mesin cetak
nomor antrian pasien.
II. Peralatan
Umum Gigi KIA Laboratorium Farmasi Pendaftaran
tensimeter tensimeter tensimeter Centrifuge darah Timbangan obat alat tulis
stetoskop stetoskop stetoskop Centrifuge urine Blender buku register
termometer tang rahangstetoskop Box fiksasi Laminator rak status
hammer dewasa laennec Lampu spiritus Kalkulator komputer
senter tang rahang termometer Objek glass Plastik obat mesin antrian
anak
diagnostik set bor gigi doppler Deck galass Mesin puyer nomor antrian
timbangan scaling set KB set Tabung Kertas puyer
pengukur tinggi spuit Partus set Mikroskop Label obat
badan Kulkas vaksin Spuit Sendok obat
pita pengukur Spuit
Pita pengukur
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Upaya Kesehatan Perorangan dan Penunjang di UPTD Puskesmas Cisalak Pasar
terdiri dari beberapa unit, yaitu:
1. Unit Layanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Unit Layanan Asuhan Keperawatan
3. Unit Layanan Gawat Darurat
4. Unit Layanan Umum dan Lansia
5. Unit Layanan MTBS
6. Unit Layanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
7. Unit Layanan KIA/KB
8. Unit Layanan Imunisasi
9. Unit Layanan TB
10. Unit Layanan Konseling
11. Unit Layanan Laboratorim
12. Unit Layanan Farmasi
B. Metode Pelayanan
1. Pelayanan dalam gedung
Meliputi pelayanan pasien rawat jalan umum, laboratorium, KIA/ KB, kesehatan gigi dan
mulut, imunisasi serta konseling.
2. Pelayanan di luar gedung.
Meliputi pelayanan posyandu, PKD,penjaringan anak sekolah, penyuluhan kesehatan,
dan lain -lain.
C. Langkah Kegiatan
1. Unit Layanan Pendaftaran dan Rekam Medis
A. Pendaftaran
Ruang lingkup dari panduan ini adalah semua kegiatan dan pelayanan yang ada di
unit pendaftaran dan rekam medis UPTD Puskesmas Cisalak Pasar, yaitu meliputi:
1. Penapisan
2. Identifikasi pasien yang tepat
3. Pendataan pasien
4. Penyampaian informasi hak dan kewajiban pasien
5. Penyampaian informasi lainnya seperti alur pelayanan, alur pendaftraran dan alur
rujukan
6. General consent (persetujuan umum)
7. Simpus dan p-care
8. Identifikasi dan pemenuhan kebutuhan pasien dengan risiko, kendala dan
kebutuhan khusus.
B. Rekam Medis
Rekam medis merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan
perkernbangan pasien, sehingga menjadi media komunikasi yang penting. Agar informasi
ini berguna dan mendukung asuhan pasien secara berkelanjutan, maka rekam medis harus
tersedia selama asuhan pasien dan setiap saar dibutuhkan, serta dijaga untuk selalu
mencatat perkembangan terkini dari kondisi pasien. Rekam medis dapat berbentuk manual
maupun elektronik.
Dalam pengolahan data rekam medis, perlu dilakukan standarisasi kode diagnosis,
kode prosedur/ tindakan, simbol dan singkatan yang digunakan dan tidak boleh digunakan.
Pelaksanaannya harus dimonitor untuk mencegah kesalahan komunikasi dan pemberian
asuhan pasien serta dapat mendukung pengumpulan dan analisis data. Standarisasi
tersebut harus konsisten dan sesuai dengan standar lokal dan nasional.
Dokter, perawat, bidan, dan petugas pemberi asuhan yang lain bersama-sama
menyepakati isi rekam medis sesuai dengan kebutuhan inforrnasi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan asuhan pasien. Penyelenggaraan rekam medis dilakukan secara berurutan
dari sejak pasien masuk sarnpai pasien pulang, dirujuk atau meninggal, yaitu meliputi
kegiatan:
a. Registrasi pasien
b. Pendistribusian rekam medis
c. Isi rekam medis dan pengisian informasi klinis
d. Pengolahan data dan pengkodean
e. Klaim pembiayaan
f. Penyimpanan rekarn medis
g. Penjarninan mutu
h. Pelepasan informasi kesehatan
i. Pemusnahan rekam medis
Efek obat, efek samping obat, dan kejadian alergi didokumentasikan dalam rekam
medis. Jika dijumpai adanya riwayat alergi obat, maka riwayat alergi tersebut harus
didokumentasikan sebagai inforrnasi klinis dalam rekam medis. Rekam medis diisi oleh
setiap dokter, dokter gigi, dan/ atau tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan perseorangan. Apabila terdapat lebih dari satu tenaga dokter, dokter gigi dan/
atau tenaga kesehatan dalam satu fasilitas kesehatan, maka rekam medis dibuat secara
terintegrasi.
Setiap catatan dalam rekam medis harus lengkap dan jelas mencantumkan nama,
waktu dan tanda tangan dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan secara berurutan sesuai waktu pelayanan. Dalam hal terjadi kesalahan dalam
pencatatan rekam medis, dokter, dokter gigi, dan/ atau tenaga kesehatan iain dapat
melakukan koreksi dengan cara mencoret dengan satu garis tanpa menghilangkan catatan
yang dibetulkan, diparaf dan diberi tanggal. Dalam hal diperlukan penambahan kata atau
kalimat diperlukan paraf dan tanggal
Isi rekam medis rawat jalan paling sedikit meliputi:
Identitas pasien
Tanggal dan waktu
Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
penyakit.
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/ atau tindakan
Pelayanan Iain yang telah diberikan kepada pasien.
Persetujuan dan penolakan tindakan jika diperlukan.
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
Nama dan tanda tangan Dokter, Dokter gigi dan atau Tenaga Kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan.
I. Penapisan Pasien
1. Petugas penapisan memberikan kartu antrian berwarna putih kepada pasien non
infeksius dan diarahkan untuk menunggu di dalam ruangan.
2. Petugas penapisan menerima pasien dan mengarahkan pasien/ pengunjung untuk
cuci tangan.
3. Petugas penapisan melakukan wawancara singkat dan pemeriksaan suhu pasien/
pengunjung.
4. Petugas penapisan mengidentifikasi pasien/ pengunjung sebagai infeksius, non
infeksius atau gawat darurat.
5. Petugas penapisan memberikan kartu antrian warna merah kepada pasien infeksius
dan diarahkan untuk menunggu di luar ruangan.
II. Pendaftaran Pasien
1. Petugas penapisan menerima kedatangan pasien.
2. Petugas penapisan melakukan skrining di awal pasien mendaftar dan petugas
penapisan memberikan kartu bewarna merah untuk pasien infeksius dan kartu yang
berwarna biru untuk pasien non infeksius
3. Petugas pendaftaran meminta kartu identitas pasien baru dan kartu berobat untuk
pasien lama
a. Petugas pendaftaran menanyakan identitas pasien seperti : Nama, Alamat
domisili, dan riwayat penyakit pasien
b. Petugas pendaftaran menyakan kartu jaminan kesehatan kepada pasien seperti:
BPJS PBI atau Non PBI
4. Petugas pendaftaran mendahulukan pasien pemegang kartu berwarna merah
dkarenakan pasien tersebut berada di area infeksius
5. Petugas pendaftaran mendahulukan bagi pasien yang mendaftarkan ke unit IGD
Puskesmas
6. Petugas pendaftaran mempersilahkan pasien untuk menunggu antrian pemeriksaan
oleh perawat dan dokter diruang tunggu
7. Petugas pendaftaran membuatkan kartu pendaftaran dan rekam medis untuk pasien
baru :
Nama Lengkap pasien
Nama Kepala Keluarga
Tempat Tanggal Lahir
Alamat tempat tinggal
8. Petugas pendaftaran membuatkan kartu tanda berobat bagi pasien baru yang
meliputi:
Nama Lengkap pasien
Tempat Tanggal Lahir
Alamat Tinggal
9. Jika pasien lama sudah berkunjung, maka petugas pendaftaran mencari dan
mengambil map rekam medis pasien disesuaiikan dengan nomor simpus, adapun
proses saat mendaftarakan :
Membuka aplikasi simpus sebelum melakukan pencarian data pasien
Pencarian nomor register rekam medis berdasarkan nama lengkap pasien, atau nama
kepala keluarga, dan tanggal lahir
Petugas mengambil map rekam medis apabila nomor registrasi berhasil
10. Petugas pendaftaran mencatat nomor regitrasi map rekam medis yang akan
didistribusikan oleh petugas rekam medis
11. Petugas pendaftaran mengembalikan kartu identitas pasien dan juga kartu jaminan
kesehatan apabila sudah diperlukan, dan meminta keterangan pembayaran tarif
kepada pasien bagi yang tidak menggunakan jaminan kesehatan
12. Petugas pendafataran menginformasikan kepada pasien agar menunggu panggilan
dari poli yang mereka tuju
13. Petugas rekam medis mendistribusika rekam medis ke poli yang dituju
Kewajiban Pasien
a. Pasien berkewajiban membawa KTP atau kartu berobat pasien, kartu kepesertaan
BPJS, serta menyerahkan foto kopi kartu keluarga bagi pasien yang melakukan
pendaftaran untuk pertama kalinya.
b. Pasien dan keluarga pasien berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib yang ada di Puskesmas.
c. Pasien berkewajiban mengikuti alur pendaftaran serta alur pelayanan yang berlaku di
Puskesmas
d. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, perawat,dan bidan dalam
menjalani pengobatan.
e. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
f. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi biaya retribusi dan
semua biaya tindakan yang diterimanya sesuai dengan peraturan yang berlaku, kecuali
peserta BPJS yang terdaftar di faskes UPTD Puskesmas Cisalak Pasar.
V. Persetujuan Umum
1. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang hak dan kewajiban pasien.
2. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang persetujuan pelepasan informasi.
3. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang identifikasi privasi.
4. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang persetujuan untuk pengobatan.
5. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang informasi biaya/ asuransi
kesehatan.
6. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang pendidikan dan pelatihan.
7. Petugas memberikan informasi kepada pasien tentang adanya persetujuan khusus dan
barang berharga milik pribadi
8. Petugas menanyakan kepada pasien memahami informasi yang diberikan atau tidak.
9. Petugas meminta persetujuan umum dengan menandatangani lembar persetujuan umum.
10. Petugas menyimpan lembar persetujuan umum ke dalam rekam medis pasien.
Berikut langkah-langkahnya:
1. Petugas mengenali secara visual hambatan yang dimiliki oleh pasien, seperti
disabilitas, lansia, ibu hamil atau ibu dengan balita atau keadaan khusus lainnya.
2. Petugas membantu mengatasi hambatan pasien, dengan memanggil petugas yang
bertanggung.
3. Petugas melakukan proses pendaftaran pasien dan memberikan pelayanan sesuai
kebutuhan.
VII. Rujukan
Rujukan dilaksanakan apabila pasien memerlukan penanganan yang bukan
merupakan kompetensi dari fasilitas kesehatan tingkat pertama. Jika kebutuhan pasien
akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien harus dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien,
baik ke FKTRL puskesmas lain, home care dan paliatif. Untuk memastikan kontinuitas
pelayanan, informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat rujukan.
Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedur termasuk alternatif
rujukan sehingga pasien dijamin memperoleh pelayanan yang dibutuhkan di tempat rujukan
pada saat yang tepat. Pasien/ keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh
informasi tentang rencana rujukan, meliputi alasan rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju,
terrnasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya sehingga pasien/ keluarga dapat memutuskan
fasilitas yang mana yang dipilih, serta kapan rujukan harus dilakukan.
Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pasien yang dirujuk balik dari FKRTL
dilaksanakan tindak lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan dicatat dalam rekam
medis. Jika puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjut atau fasilitas kesehatan lain, maka tindak lanjut dilakukan sesuai
prosedur yang berlaku melalui proses kajian dengan memperhatikan rekomendasi umpan
balik rujukan
Adapun kriteria rujukan pasien sebagai berikut :
1. Hasil pemeriksaan fisik tidak mampu teratasi
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis tidak mampu di atasi
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap
4. Apabila telah di obati ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
di sarana Kesehatan yang lebih mampu
5. Memerlukan penanganan rawat inap
B. Data medik
a. Golongan darah
b. Tekanan darah
c. Ada/tidak penyakit jantung
d. Ada/tidak penyakit diabetes
e. Ada /tidak kelainana haemofilia
f. Ada /tidak kelainan hepatitis
g. Ada /tidak penyakit lainnya
h. Ada/tidak alergi terhadap obat tertentu
i. Ada/tidak alergi terhadap makanan tertentu
C. Odontogram
Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien di catatkan pada
kunjungan pertama atau kesempatan pertama,sehingga memberikan gambaran keadaan
secara keseluruhan.Odontogram selalu ditempatkan pada lembar pertama rekam
medik,setelah data identitas ,keadaan umum. Selanjutnya baru diikuti oleh lembar data
perawatankedokteran gigi yang dilakukan.
Pada odontogram berisi data:
a. Nama
b. Alamat lengkap
c. Telepon
d. Gambar denah gigi (odontogram)
e. Hubungan oklusi
f. Ada atau tidaknya torus palatinus,torus mandibularis
g. Type langit-langit mulut (palatum);Dalam ,sedang ,rendah
h. Ada atau tidaknya supernumerary teeth
i. Ada atau tidaknya diastema
j. Adakah anomali atau ciri-ciri lain
k. Tanggal pencatatan data
l. Tanda tangan
B. Imunisasi Pilihan
Imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai
dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu.
Ruang lingkup panduan Imunisasi meliputi jenis Imunisasi, penyelenggaraan imunisasi
program, penyelenggaraan imunisasi pilihan, pemantauan dan penanggulangan KIPI,
pencatatan dan pelaporan, serta pembinaan dan pengawasan, ruang lingkup
penyelenggaraan imunisasi meliputi :
1. Pelayanan Imunisasi Dasar kepada bayi (Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HB-Hib, IPV dan
MR).
2. Pelayanan Imunisasi tambahan pada balita backlog fighting/crash program campak
(DPT- HB-Hib, MR).
3. Pelayanan Imunisasi lanjutan anak sekolah (DT, Td, dan MR) dan wanita usia subur (Td).
4. Kegiatan PIN atau Sub PIN.
Penyelenggaraan Imunisasi Program diberikan pada bayi yang usia kurang dari 1
tahun, meliputi imunisasi:
a. Imunisasi dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit:
1. Hepatitis B,
2. Poliomyelitis,
3. Tuberculosis,
4. Difteri,
5. Pertussis
6. Tetanus ,
7. Pneumonia
8. Meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
9. Campak
Jenis, usia pemberian, jumlah pemberian serta interval mimimal imunisasi pada bayi adalah
:
Usia Jumlah
Jenis Imunisasi Interval min
pemberian pemberian
Hepatitis B 0 – 24 jam 1(satu) -
BCG 1 bulan 1(satu) -
Polio(bopv) 1,2,3,4 bulan 4(empat) 4 minggu
Polio inj (ipv) 4 bulan 1 (satu) -
DPT/Hb/Hib 2,3,4 bulan 3 (tiga ) 4 minggu
MR 9 bulan 1 (satu) 4 minggu
Catatan:
Semua jenis vaksin kecuali Hbo dapat diberikan sampai dengan usia 11 bulan.
b. Imunisasi lanjutan
1. Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar.
2. Imunisasi lanjutan diberikan kepada:
a. Anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit:
1. Difteri,
2. Pertusis,
3. Tetanus,
4. Hepatitis B,
5. Pneumonia
6. Meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
7. Campak.
b. Anak usia sekolah dasar
1. Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana dimaksud
pada terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan difter
2. Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada bulan
imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah
c. Wanita usia subur (WUS), terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.
2. Anak kelas 1 SD
Pemberian imunisasi pada anak kelas 1 adalah :
Jenis imunisasi Waktu pelaksanaan Keterangan
MR Bulan Agustus BIAS
DT Bulan November BIAS
Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat. Untuk itu sebelum pemberian imunisasi
diperlukan penapisan untuk menilai kondisi sasaran.
Prosedur skrining sasaran meliputi:
1. Kondisi sasaran;
2. Jenis dan manfaat vaksin yg diberikan
3. Akibat bila tidak diImunisasi
4. Kemungkinan KIPI dan upaya yang harus dilakukan
5. Jadwal imunisasi berikutnya.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada pelaksanaan imunisasi:
1. Tempat suntik yang dianjurkan
a. Pada bayi: di bagian paha sebelah luar
b. Pada anak/dewasa/lansia: di lengan atas
2. Pasca imunisasi dilakukan observasi keadaan penerima vaksin selama minimal 30 menit.
Tata laksana pemberian imunisasi mempunyai jadwal atau waktu pemberian, yaitu;
1. BCG (Bacillus Calmette-Guérin)
BCG diberikan1 kali pada bayi usia 0 – 2 bulan.
Dengan pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan sebelum lewat 3 jam.
2. DPT/HB/Hib (Difteria Pertusis Tetanus, haemophilus influenza tipe B dan hepatitis B (HB).
Vaksin ini harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen, disuntikkan
secara IM dengan dosis 0,5ml sebanyak 3 kali.
3. Polio tetes/BOPV (Oral Polio vaccine)
Polio tetes diberikan 4 kali mulai usia 1bln dengan jarak interval 4 minggu. Polio tetes
diberikan peroral dengan dosis 2 tetes.
4. Polio IPV (Inactivated Polio Vaccine).
Polio injeksi diberikan satu kali padausia 4 bulan. Vaksin diberikan secara IM dengan dosis
0.5 ml di paha kanan bagian luar.
5. MR (Measles and Rubella)
MR diberikan 3 kali pada usia 9 bulan , 18 bulan, saat kelas 1 SD
Sebelum disuntikkan maka harus dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut steril yang
tersedia 5 ml cairan pelarut, dan diberikan dengan dosis 0,5ml.di lengan kiri
6. HepatitisS B uniject.
Vaksin ini diberikan pada bayi umur 2 jam setelah lahir.setelah diberikan suntikan vitamin K
NEO.dipaha bagian kanan.
7. Td (Tetanus diphteria)
Vaksin ini di berikan pada Wanita usia subur hamil/tidak hamil ( dengan ketentuan selama
siklus hidup sebanyak 5 kali /T5),anak sekolah kelas 3 dan 5 di berikan secara IM pada
lengan atas sebelah kiri.
8. DT (Diphteria Tetanus)
Vaksin ini diberikan pada anak sekolah kelas 1 SD dan di berikan secara IM pada lengan
atas sebelah kiri.
9. Sinovac
Vaksin ini diberikan pada anak usia 6-11 tahun di suntikan pada lengan kiri bagian atas
secara IM, diberikan 2 kali dengan interval 28 hari.dan booster dengan interval 3 bulan
diberikan dengan dosis 0.5 ml.
10. Astra Zeneka
Vaksin ini diberikan pada usia 18 tahu ke atas , di suntikkan secara IM pada lengan kiri
bagian atas, di berikan senyak 2 kali dengan interval 12 minggu dan di berikan juga
untuk booster dengan interval 3 bulan setelah suntik kedua, dosis pemberian 0.5 ml
untuk dosis primer , 0.25ml untuk dosis booster
11. Pfizer
Vaksin ini diberikan pada usia 12 tahun atau lebih dari 12 tahun , disuntikkan secara IM
pada lengan atas sebelah kiri sebanyak 2 kali dengan interval 21 hari dosis pemberian
0.3ml, dan booster dengan interval 3 bulan dari dosis primer ke 2 dengan dosis
pemberian 0.15 ml. Sebelumnya dioplos dulu dengan Nacl 1,8 ml dan di putar pelan.
Jadwal Kegiatan Program Imunisasi
No Kegiatan BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pendataan bayi √
2 Pendataan anak √
sekolah
3 Penberian imunisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
rutin dan lanjutan
4 Pemberian imunisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Td rutin
5 Pemberian imunisasi √
BIAS MR
6 Pemberian imunisasi √
BIAS Td,DT
7 Pemantauan KIPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Pemeliharaan Rantai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dingin vaksin
9 Perencanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kebutuhan vaccine
10 Pengambilan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Vaccine
10 Pendistribusian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
vaccine
11 Pencatatan dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pelaporan
Dokumentasi
A. Pencatatan dan pelaporan Imunisasi di Puskesmas
1. Hasil kegiatan Imunisasi di lapangan dicatat di kohort dan direkap di buku pencatatan
Imunisasi puskesmas .
2. Hasil Imunisasi anak sekolah di rekap di buku hasil Imunisasi anak sekolah
3. Laporan hasil Imunisasi di pelayanan swasta menggunakan lembar formatyang telah di
berikan sebelumnya
4. Semua kegiatan di catat pada kohort bayi
5. Dalam menghitung persentase cakupan, yang dihitung hanya pemberian Imunisasi
pada kelompok sasaran dan dilaporkan setiap bulan mulai dari 1Januari sampai dengan
31 Desember pada tahun tersebut , dan dilaporkan kepada dinas kesehatan setiap
bulan sebelum tanggal 10.
B. Tahapan pelaporan imunisasi ;
1. Buku Pencatatan Imunisasi- buku kohort bayi dan kohort ibu
Pencatatan pelaporan di kerjakan setiap hari setelah pelayanan., kemudian akan
direkap setiap bulannya dan dilaporkan Kepala Puskesmas dan kedinas kesehatan
setiap sebelum tanggal 5 setiap bulannya melalui aplikasi PWS Imunisasi dan di email
ke Survim/Imunisasi
Selain itu petugas juga mengisi E Kohort bayi setiap selesai pelayanan.
2. Kartu Imunisasi (Buku KIA,KMS,Kartu TT) kartu ini di isi pada saat pelayanan imunisasi
dilakukan dan di bawa pulang kembali.
3. Buku Stok Vaksin untuk stok vaksin di kerjakan oleh Farmasi dan di koordinasikan
dengan Koordinator program Imunisasi.
4. Buku Grafik Pencatatan Suhu di isi 2 kali dalam sehari pagi dan siang hari sebelum
pulag dikerjakan di Farmasi .
5. Format Pelaporan berupa aplikasi PWS Imunisasi dan Manual konsultasi imunisasi
sebagai data yang di simpan oleh koordinator program.
6. Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Vaksin dikerjakan oleh Farmasi
7. Notulen
8. Foto-foto hasil kegiatan
e. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok
masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
anemia gizi besi.
2) Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas
3) Lokasi: di tempat praktek bidan, Posyandu.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara
lain:
- Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun.
- Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas.
- Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
- Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas :
Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas
Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
f. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS
1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia
gizi besi pada kelompok sasaran
2) Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara
lain:
- Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara mandiri.
- Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga gizi puskesmas
merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian
TTD kepada kelompok sasaran.
- Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas.
- Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
- Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS a) Pencegahan: 1
tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu b) Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar
Hb Normal
2) PMT Pemulihan
- Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK (Kurang Energi
Kronik).
- PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan
kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.
- PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan kandungan
500 kalori energi dan 15 gram protein.
- Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari makan
anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
- Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil
KEK antara lain :
Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran selama satu tahun.
Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah kerja Puskesmas.
Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK wilayah kerja
Puskesmas.
h. Surveilans Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala
Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi
dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk
perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan
bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku
Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan RI, 2014. Tujuan :
1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah gizi dan
perkembangan di masyarakat.
2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab masalah
gizi dan faktor-faktor terkait
3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
4) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk, sasaran,
dan tempat) Lingkup data surveilans gizi antara lain:
- Data status gizi
- Data konsumsi makanan
- Data cakupan program gizi
- Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia.
5) Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi dengan tenaga
surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain :
- Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan, dan penggunanaan
data
- Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa
data, melaksanakan diseminasi informasi
- Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi di posyandu
- Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
- Membuat laporan surveilans gizi
B. Langkah Kegiatan
1) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi. Apabila
tenaga
kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk
memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi
dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi :
a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran Tinggi
Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA),
Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll
b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan
dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi
atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian
tubuh tertentu, dll.
c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu secara
pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif :
- Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
- Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat
gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan
food model.
- Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia
darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan
diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk
menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil
pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah,
kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.
C. Permintaan Pemeriksaan
1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dari unit
layanan lain.
2. Petugas laboratorium melakukan identifikasi pasien dan mencatat data pasien serta jenis
pemeriksaan di buku register laboratorium lalu.
3. Petugas laboratorium menjelaskan prosedur pengambilan spesimen dan pemeriksaan
kepada pasien setelah itu.
4. Petugas laboratorium mempersiapkan peralatan yang diperlukan dan memberikan label
berupa nomor register, nama, umur, jenis pemeriksaan pada tabung sesuai dengan
identitas pasien.
5. Petugas laboratorium mengambil spesimen dan melakukan pemeriksaan laboratorium
sesuai permintaan pemeriksaan.
D. Pengambilan Sampel
1. Pengambilan spesimen pemeriksaan darah
Pengambilan spesimen darah vena:
1. Petugas memposisikan pasien duduk dengan posisi tangan harus lurus setelah itu.
2. Petugas mempersiapkan alat dan bahan.
3. Petugas meminta pasien untuk mengepalkan tangan dan memasang tourniquet 10cm
diatas siku pasien.
4. Petugas memilih bagian vena mediana cubiti.
5. Petugas membersihkan bagian yang akan diambil darah menggunakan kapas alkohol
70% tunggu hingga kering, dan tidak dipegang lagi.
6. Petugas menusuk bagian vena dengan jarum dan hisap darah ke spuit lalu meminta
pasien membuka kepalan tangannya, dan melepaskan tourniquet.
7. Petugas mencabut spuit jika telah terisi oleh darah dan tutup bekas pengambilan darah
dengan kapas dan mikropor.
8. Petugas memasukan sampel/ spesimen pada tabung sesuai kebutuhan pemeriksaan.
Pengambilan spesimen darah kapiler
1. Petugas membersihkan bagian jari yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan
hingga kering.
2. Petugas memegang bagian jari supaya tidak bergerak dan tekan sedikit untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Petugas menusuk dengan menggunakan lanset steril dengan posisi tegak lurus dengan
garis-garis sidik jari.
4. Petugas mengusap darah pertama yang keluar, darah kedua yang keluar yang
digunakan untuk pemeriksaan.
2. Pengambilan spesimen urinee
1. Petugas laboratorium menerima formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
2. Petugas laboratorium memeriksa kelengkapan dengan menanyakan kesesuaian
identitas pasien yang tertera di formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan
verifikasi kesesuaian jenis pemeriksaan pada formulir pemintaan laboratorium.
3. Petugas laboratorium memberikan label pada bagian badan pot urinee dengan
menuliskan nomor register, nama, umur dan jenis pemeriksaan yang diminta.
4. Petugas memberi botol urinee yang telah diberi label kepada pasien dan menyuruh
pasien untuk menampung urinee.
5. Petugas menerima urinee dari pasien dan menyampaikan perkiraan waktu
pengambilan hasil pemeriksaan.
E. Pemeriksaan
I. Hematologi dengan Menggunakan Dirui
1. Petugas menggunakan alat pelindung diri.
2. Petugas menghidupkan alat Hematologi Dirui dan melakukan pengontrolan alat.
3. Petugas menghomogenkan sampel darah pada tabung EDTA.
4. Petugas membuka tutup tabung.
5. Petugas memasukan probe ke dalam tabung.
6. Petugas menekan aspirate.
7. Petugas meununggu hasil keluar.
8. Petugas melakukan pencacatan hasil ke buku lebar kerja hematologi.
+ - + + A RH +
- + + + B RH +
+ + + + AB RH +
- - - + O RH +
+ - + - A RH -
- + + - B RH -
+ + + - AB RH -
- - - - O RH -
IV.Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan HBsAg
1. Petugas menggunakan APD.
2. Petugas membuka kaset dari plastic.
3. Petugas meneteskan darah/ serum/ plasma pada kaset reagen HBsAg rapid tidak
melebihi batas maksimum yang tertera pada reagen.
4. Petugas membaca ada tidaknya garis pada bagian bawah garis control.
Bila terjadi terdapat garis merah pada zona control dan test, maka hasil dibaca sebagai
reaktif.
Bila hanya terdapat satu garis merah pada zona kontrol maka hasil dibaca sebagai non
reaktif.
Bila hanya terdapat satu garis merah pada zona test maka hasil invalid.
Pemeriksaan Sifilis
1. Petugas membuka kemasan strip yang tersedia.
2. Petugas memasukkan ke dalam pipet 10µ serum atau plasma.
3. Petugas menuangkan serum atau plasma pada lubang sampel.
4. Petugas menambahkan 4 tetes diluent secara vertikal ke dalam lubang sampel.
5. Petugas membaca hasil antara 15 - 20 menit setelah menambahkan diluent.
Bila hasil positif: terbentuk 2 atau 3 garis warna merah muda, 1 garis pada zona garis tes
SIFILIS dan 1 garis pada zona garis kontrol.
Bila hasil negatif: terbentuk 1 garis warna merah muda pada zona garis kontrol saja.
Bila hasil tidak valid: tidak terbentuk garis warna merah muda pada zona garis kontrol.
Pemeriksaan HIV
a) HIV SD Bioline
1. Petugas membuka kemasan strip yang tersedia.
2. Petugas memasukkan serum atau plasma 10µ ke dalam pipet.
3. Petugas menuangkan serum atau plasma pada lubang sampel.
4. Petugas menambahkan 4 tetes diluent secara vertikal ke dalam lubang sampel.
5. Petugas membaca hasil antara 10 - 20 menit setelah menambahkan diluent.
Bila hasil positif : terbentuk 2 atau 3 garis warna merah muda , 1 garis pada zona garis
tes HIV 1 atau tes HIV 2 dan 1 garis pada zona garis kontrol.
Bila hasil negatif : terbentuk 1 garis warna merah muda pada zona garis kontrol saja.
Bila hasil Tidak Valid : tidak terbentuk garis warna merah muda pada zona garis kontrol.
b) HIV Oncoprobe
1. Petugas membuka kemasan strip yang tersedia.
2. Petugas meneteskan 1 tetes serum atau plasma pada lubang sampel.
3. Petugas menambahkan 1 tetes buffer secara vertikal ke dalam lubang sampel.
4. Petugas membaca hasil antara 5 - 30 menit setelah menambahkan buffer.
Bila hasil positif : terbentuk 2 atau 3 garis warna merah muda , 1 garis pada zona garis
tes HIV 1 atau tes HIV 2 dan 1 garis pada zona garis kontrol.
Bila hasil negatif : terbentuk 1 garis warna pada zona garis kontrol saja.
Bila hasil Tidak Valid : tidak terbentuk garis pada zona garis kontrol.
c) HIV Vikia
1. Petugas membuka kemasan strip yang tersedia.
2. Petugas meneteskan 3 tetes serum atau plasma pada lubang.
3. Petugas membaca hasil dalam 30 menit setelah menambahkan buffer.
Bila hasil positif : terbentuk 2 garis warna , 1 garis warna biru pada zona garis tes HIV 1 /
HIV 2 dan 1 garis warna merah muda pada zona garis kontrol.
Bila hasil negatif : terbentuk 1 garis warna merah muda pada zona garis kontrol saja.
Bila hasil tidak Valid : tidak terbentuk garis pada zona garis kontrol.
d) HIV Intec
1. Petugas membuka kemasan strip yang tersedia.
2. Petugas meneteskan 1 tetes serum atau plasma pada lubang sampel.
3. Petugas menambahkan larutan buffer kedalam lubang sampel.
4. Petugas membaca hasil dalam 30 menit.
Bila hasil positif : terbentuk 2 atau 3 garis warna merah muda , 1 garis pada zona garis
tes HIV 1 / HIV 2 dan 1 garis pada zona garis kontrol.
Bila hasil negatif : terbentuk 1 garis warna pada zona garis kontrol saja.
Bila hasil Tidak Valid : tidak terbentuk garis pada zona garis kontrol.
V. Pemeriksaan Urinalisa
Kimiawi Urine
1. Petugas menggunakan APD.
2. Petugas menghomogenkan sampel urine yang akan diperiksa.
3. Petugas mengamati urine secara makroskopis meliputi warna dan kekeruhan kemudian
menulis di buku bantu urine dan menuang urine yang akan diperiksa kedalam tabung.
4. Petugas mencelupkan strip tes urine kedalam tabung hingga tercelup semua.
5. Petugas mengangkat strip tersebut kemudian bandingkan perubahan warna yang terjadi
pada strip dengan standar warna yang ada pada botol reagen.
6. Petugas mencatat hasil di buku urine.
Mikrokopis
1. Petugas menggunakan APD.
2. Petugas mencentrifuge sampel urinee dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit.
3. Petugas menuangkan supernatant sampai tersisa endapan urine.
4. Petugas memasukkan endapan urine ke dalam pipet.
5. Petugas meneteskan endapan urune ke objek glass dan ditutup dengan deck glass.
6. Petugas melakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x.
7. Petugas mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan yang terdiri dar eritrosit, lekosit,
epitel, bakteri, parasit, silinder, jamur dan kristal.
2. Pemeriksaan tes kehamilan/ HCG
a. Petugas menggunakan APD.
b. Petugas memasukan strip tes kehamilan ke dalam urine pasien didalam pot urine hingga
tanda batas yang tertera pada strip.
c. Petugas menunggu hingga 3 – 5 menit.
d. Petugas membaca hasil.
e. Petugas menulis hasil pada formulir hasil laboratorium interpretasi hasil :
Positif : terdapat 2 garis, satu garis warna merah muda pada zona kontrol dan 1 garis
merah muda pada zons kontrol.
Bila hasil negatif : terbentuk 1 garis warna pada zona garis kontrol saja.
Bila hasil Tidak Valid : tidak terbentuk garis pada zona garis kontrol.
XXIII. Pelabelan
Saat petugas menerima reagen dari unit gudang farmasi hal pertama yang harus
dilakukan adalah memeriksa reagen yang didapat dengan melihat tahun kadaluarsa,
kelayakan kondisi fisik reagen. Selanjutnya petugas menuliskan tanggal penerimaan
reagen, jumlah reagen yang diterima dan tanggal kadaluarsa pada kartu stok. Petugas
kemudian menempelkan label berwarna yang disesuaikan dengan tahun kadaluarsa pada
bagian kemasan reagen. Petugas juga menuliskan tanggal pertama kali reagen di buka
pada kemasan atau botol reagen serta memastikan label terpasang dengan benar dan
tidak mudah lepas.
e. Penyimpanan
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di
fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus
mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi. Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus. Tempat penyimpanan
Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Narkotika. Tempat
penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Psikotropika. Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku
dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi dalam
bentuk bahan baku. Lemari penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Terbuat dari bahan yang kuat
2) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda
3) Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah
4) Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan
5) Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Instalasi Farmasi Pemerintah yang menyimpan Narkotika atau Psikotropika
harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika berupa ruang
khusus
atau lemari khusus. Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan harus memiliki tempat penyimpanan
Narkotika atau Psikotropika berupa lemari khusus. Lemari khusus berada dalam
penguasaan Apoteker Penanggung Jawab.
f. Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya
dilakukan dalam hal:
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan/atau tidak dapat diolah kembali
2) Telah kadaluarsa
3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan
4) Dibatalkan izin edarnya
5) Berhubungan dengan tindak pidana.
6) Pemusnahan dilaksanakan oleh Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi
Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, Dokter atau Toko Obat.
7) Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang memenuhi kriteria
pemusnahan yang berada di Puskesmas harus dikembalikan kepada Instalasi
Farmasi Pemerintah Daerah setempat.
8) Instalasi Farmasi Pemerintah yang melaksanakan pemusnahan harus melakukan
penghapusan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
9) Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang berhubungan
dengan tindak pidana dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan
dengan tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat. Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Penanggung jawab fasilitas menyampaikan surat pemberitahuan dan
permohonan saksi kepada:
a) Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi
Farmasi Pemerintah Pusat.
b) Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi.
c) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi
Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko
Obat.
2) Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan di antaranya :
a) Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi
pemusnahan sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.
b) Penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yang melaksanakan
pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus membuat
Berita Acara Pemusnahan.
3) Berita Acara Pemusnahan paling sedikit memuat:
a) hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
b) tempat pemusnahan;
c) nama penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/dokter praktik perorangan;
d) nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana
tersebut;
e) nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
dimusnahkan;
f) cara pemusnahan; dan
g) tanda tangan penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/ dokter praktik perorangan dan saksi.
Berita Acara Pemusnahan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan tembusannya
disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai
menggunakan Formulir yang telah ditetapkan.
g. Pelaporan
Pencatatan paling sedikit terdiri atas:
1) nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi;
2) jumlah persediaan;
3) tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
4) jumlah yang diterima;
5) tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
6) jumlah yang disalurkan/diserahkan;
7) nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
8) paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Pencatatan yang dilakukan harus dibuat sesuai dengan dokumen
penerimaan dan dokumen penyaluran termasuk dokumen impor, dokumen ekspor
dan/atau dokumen penyerahan. Seluruh dokumen pencatatan, dokumen
penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau dokumen penyerahan termasuk surat
pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib disimpan secara
terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Laporan dapat menggunakan sistem
pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi secara elektronik.
Laporan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi diatur oleh Direktur Jenderal.