Anda di halaman 1dari 31

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH
Jl.Yudapati No. 05 Telp (0233) 510584 Rajagaluh 45472
Email: puskesmasdtprajagaluh@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH


NOMOR : //SK_UKP/2023

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Rajagaluh


dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Rajagaluh
perlu memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menajmin pelayanan klinis dilaksnakan
sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan pasien, bermutu
dan memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di UPTD
Puskesmas Rajagaluh.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 14
tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka.

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD
PUSKESMAS RAJAGALUH.
Kesatu : Menetapkan kebijakan tentang pelayanan klinis di UPTD
Puskesmas Rajagaluh seperti dalam lampiran Surat
Keputusan ini.
Kedua : Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjamin pelayanan
klinis dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu
dan mempertimbangkan keselamatan pasien.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan
penetapannya, amakan akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Rajagaluh
Pada tanggal : 02 Januari 2023

KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH

EDI KUSNADI

2
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
RAJAGALUH
NOMOR :
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD
PUSKESMAS RAJAGALUH

A. PENDAFTARAN PASIEN

1. PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

a. Registrasi Pasien
1) Registrasi Pasien merupakan kegiatan pendaftaran berupa
pengisian data identitas dan data sosial pasien rawat jalan,
rawat darurat, dan rawat inap.
2) Data identitas paling sedikit berisi nomor Rekam Medis, nama
pasien, dan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Data sosial
paling sedikit meliputi agama, pekerjaan, pendidikan, dan
status perkawinan.
3) Pasien yang tidak memiliki atau tidak diketahui identitasnya,
pengisian data identitas didapat melalui wawancara
keluarga / penanggungjawab.
4) Setiap satu nomor rekam medis digunakan oleh satu pasien
dan berlaku seumur hidup.
5) Setiap pasien yang akan mendapat pelayanan medis atau
penunjang medis harus terdaftar di pendaftaran pasien.
6) Informasi hak dan kewajiban pasien dan pelayanan yang
ada di puskesmas diberikan kepada pasien oleh petugas
puskesmas. bila informasi sudah cukup jelas maka
pasien/keluarga diminta untuk menandatangani formulir
persetujuan umum (General Consent).
b. Pendistribusian Rekam Medis
Pendistribusian data Rekam Medis Elektronik dilakukan dengan
pengiriman data Rekam Medis Elektronik dari satu unit pelayanan ke
unit pelayanan lain di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pendistribusian rekam medis bagi puskesmas yang masih
mengunakan dokumen rekam medis:
1) Dokumen rekam medis harus selalu dalam keadaan
tertutup menggunakan map.
2) Dokumen rekam medis tidak dibawa sendiri oleh pasien,
akan tetapi dibawa oleh petugas pendaftaran ke poli tujuan

3
atau diambil oleh petugas poli tujuan di meja pendaftaran.

c. Pencatatan Isi Rekam Medis dan Pengisian Informasi Klinis


1) Pengisian isi rekam medis mencakup identitas pasien, tanggal
pemeriksaan, hasil anamnesis, hasil pemeriksaan, diagnosa,
tindakan, dan pelayanan kesehatan lain yang telah dan akan
diberikan kepada Pasien.
2) Pencatatan dan pendokumentasian harus dilakukan secara
berurutan, lengkap, jelas, dan dilakukan setelah pasien
menerima pelayanan Kesehatan dengan mencantumkan nama,
waktu, dan tandatangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan
Kesehatan.
3) Dalam hal terjadi kesalahan pencatatan atau
pendokumentasian dalam pengisian informasi klinis, Tenaga
Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan dapat melakukan
perbaikan
4) Pengisian informasi klinis secara terintegrasi merupakan
pengisian Rekam Medis Elektronik dalam satu dokumen yang
meliputi beberapa catatan/informasi kesehatan Pasien dari
Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan, dan waktu
pemberian pelayanan kesehatan secara berurutan
5) Selain pengisian informasi klinis secara terintegrasi, Tenaga
Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas
Rajagaluh dapat melakukan pengisian informasi klinis dalam
data keluarga (family folder) dengan tetap mempertimbangkan
privasi masing-masing anggota keluarga
6) Pengisian rekam medis manual di Puskesmas Rajagaluh untuk
dokter menggunakan tinta berwarna hitam, perawat dan bidan
menggunakan tinta berwarna biru, serta gizi dan farmasi atau
tenaga kesehatan lainnya menggunakan tinta berwarna hijau.
7) Yang berhak mengisi rekam medis di Puskesmas Rajagaluh
adalah dokter umum dan dokter gigi yang melayani pasien dan
mempunyai SIP, tenaga para medis perawatan dan non
perawatan yang terlibat langsung dalam pelayanan antara lain :
1) Perawat
2) Perawat Gigi
3) Bidan
4) Tenaga Laboratorium Klinik
5) Petugas kesehatan lainnya yang melakukan pelayanan

4
2. Pengolahan data dan pengkodean
a. Pengolahan informasi Rekam Medis Elektronik terdiri atas:
1) Pengkodean merupakan merupakan kegiatan pemberian kode
klasifikasi klinis sesuai dengan klasifikasi internasional penyakit
dan tindakan medis yang terbaru International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems (ICD-10),
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2) Pelaporan terdiri atas pelaporan internal dan pelaporan
eksternal dari fasilitas pelayanan Kesehatan kepada Dinas
Kesehatan serta pemangku kepentingan terkait
3) Penganalisisan dilakukan terhadap data Rekam Medis
Elektronik secara kuantitatif dan kualitatif
b. Selain pengolahan informasi Rekam Medis Elektronik, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang dengan alasan tertentu tidak dapat
menyelenggarakan Rekam Medis Elektronik harus melakukan
pengindeksan.
c. Pengindeksan merupakan kegiatan pengelompokan data paling
sedikit berupa indeks nama Pasien, alamat, jenis penyakit,
tindakan/operasi; dan kematian.
3. Klaim Pembiayaan
Penginputan data untuk klaim pembiayaan merupakan kegiatan
penginputan kode klasifikasi penyakit pada aplikasi pembiayaan
berdasarkan hasil diagnosis dan tindakan yang ditulis oleh Tenaga
Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan sesuai dengan Rekam Medis,
dalam rangka pengajuan penagihan biaya pelayanan.
4. Penyimpanan Rekam Medis
a. Dokumen Rekam Medis Elektronik menggunakan penyimpanan
berbasis digital pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang berupa E-
Puskesmas selama 25 tahun.
b. Penyimpanan Rekam Medis Elektronik harus menjamin keamanan,
keutuhan, kerahasiaan, dan ketersediaan data Rekam Medis
Elektronik.
c. Dokumen rekam medis manual disimpan dalam satu ruangan
tertutup yang aman dari kehilangan, bahaya api, bebas banjir
dan terlindung dari kerusakan
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan penyimpanan
melalui media penyimpanan berbasis digital wajib memiliki
cadangan data (backup system) yang dilakukan secara periodik.

5
5. Penjaminan Mutu
a. Penjaminan mutu dilakukan secara internal oleh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan cara audit mutu Rekam Medis
Elektronik yang dilakukan berkala oleh tim reviu Rekam Medis yang
dibentuk oleh pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
dilakukan sesuai dengan pedoman Rekam Medis Elektronik.
b. Selain penjaminan mutu secara internal, pemerintah dapat
melakukan audit mutu Rekam Medis Elektronik dan dapat
melibatkan pihak terkait, sebagai bagian dari pembinaan dan
pengawasan
c. Kelengkapan pengisian merupakan salah satu penjamin mutu
rekam medis, dengan melakukan analisis kuantitatif rekam medis.
analisis kuantitatif merupakan kegiatan telaah isi rekam medis
dengan tujuan menemukan kekurangan khusus terkait pencatatan
rekam medis pada komponen sebagai berikut:
1) Identitas Pasien;
2) Tanggal dan Waktu;
3) Hasil anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit);
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;
5) Diagnosa;
6) Pengobatan dan atau tindakan;
7) Autentikasi petugas kesehatan;
6. Transfer Isi Rekam Medis Elektronik
a. Transfer isi Rekam Medis Elektronik merupakan kegiatan
pengiriman Rekam Medis dalam rangka rujukan pelayanan
kesehatan perorangan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan penerima
rujukan
b. Transfer isi Rekam Medis Elektronik dilakukan melalui platform
layanan interoperabilitas dan integrasi data kesehatan yang dikelola
oleh Kementerian Kesehatan

7. Kepemilikan dan Isi Rekam Medis


a. Dokumen Rekam Medis milik Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab atas hilang,
rusak, pemalsuan dan/atau penggunaan oleh orang, dan/atau
badan yang tidak berhak terhadap dokumen Rekam Medis. Isi
Rekam Medis milik Pasien dan disampaikan kepada Pasien.

6
b. Selain kepada Pasien, Rekam Medis dapat disampaikan kepada
keluarga terdekat atau pihak lain, dalam hal :
1) Pasien di bawah umur 18 (delapan belas) tahun; dan/atau
2) Pasien dalam keadaan darurat
c. Penyampaian Rekam Medis kepada pihak lain dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Pasien.
d. Rekam Medis harus dibuat oleh penanggung jawab pelayanan. Isi
Rekam Medis paling sedikit terdiri atas:
1) Identitas Pasien
2) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
3) Diagnosis, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan
kesehatan
4) Nama dan tanda tangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan
e. Rekam Medis harus diberikan kepada Pasien rawat inap dan rawat
darurat pada saat pulang, atau kepada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan penerima rujukan pada saat melakukan rujukan. Selain
untuk Pasien rawat inap dan rawat, Rekam Medis dapat diberikan
kepada Pasien rawat jalan apabila dibutuhkan
f. Rekam Medis yang ditujukan kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
penerima rujukan menjadi bagian dari surat rujukan dalam sistem
rujukan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
g. Rekam Medis yang diberikan pada saat Pasien pulang berupa surat
yang dikirimkan dan diterima dalam bentuk elektronik dengan
menggunakan jaringan komputer atau alat komunikasi elektronik
lain termasuk ponsel atau dalam bentuk tercetak
h. Isi Rekam Medis Elektronik terdiri atas dokumentasi administrative
dan dokumentasi klinis. Dokumentasi paling sedikit berisi
dokumentasi pendaftaran. Dokumentasi klinis berisi seluruh
dokumentasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Pasien di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Pelepasan Informasi Kesehatan

a. Pembukaan isi Rekam Medis dapat dilakukan atas persetujuan


Pasien dan/atau tidak atas persetujuan Pasien.

b. Pembukaan isi Rekam Medis atas persetujuan Pasien dilakukan


untuk:

1) kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan,

7
penyembuhan, dan perawatan Pasien;

2) permintaan Pasien sendiri; dan/atau

3) keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan


pembiayaan kesehatan.

c. Dalam hal Pasien tidak cakap, persetujuan pembukaan isi Rekam


Medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat atau pengampunya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Keluarga terdekat meliputi suami/istri, anak yang sudah dewasa,


orang tua kandung, dan/atau saudara kandung Pasien.

e. Pembukaan isi Rekam Medis tidak atas persetujuan Pasien


dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
untuk kepentingan:

a) pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka


penegakan hukum, penegakan etik atau disiplin, audit medis;

b) penanganan kejadian luar biasa/wabah penyakit


menular/kedaruratan kesehatan masyarakat/ bencana;

c) pendidikan dan penelitian;

9. Pemusnahan rekam Rekam Medis


a. Penyimpanan data Rekam Medis Elektronik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dilakukan paling singkat 25 (dua puluh
lima) tahun sejak tanggal kunjungan terakhir Pasien.
b. Setelah batas waktu data Rekam Medis Elektronik dapat
dikecualikan untuk dimusnahkan apabila data tersebut masih
akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
c. Dokumen rekam medis manual yang sudah melewati masa
aktif dilakukan pemusnahan oleh petugas rekam medis atas
persetujuan Kepala Puskesmas Rajagaluh. Jangka waktunya
adalah 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir berobat.

10. Keamanan dan Perlindungan Data


a. Rekam Medis Elektronik harus memenuhi prinsip keamanan
data dan informasi, meliputi, kerahasiaan, integritas dan
ketersediaan, yaitu:
1) Kerahasiaan merupakan jaminan keamanan data dan
informasi dari gangguan pihak internal maupun eksternal
yang tidak memiliki hak akses, sehingga data dan informasi

8
yang ada dalam Rekam Medis Elektronik terlindungi
penggunaan dan penyebarannya.
2) Integritas merupakan jaminan terhadap keakuratan data dan
informasi yang ada dalam Rekam Medis Elektronik, dan
perubahan terhadap data hanya boleh dilakukan oleh orang
yang diberi hak akses untuk mengubah.
3) Ketersediaan merupakan jaminan data dan informasi yang ada
dalam Rekam Medis Elektronik dapat diakses dan digunakan
oleh orang yang telah memiliki hak akses yang ditetapkan oleh
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

b. Dalam rangka keamanan dan perlindungan data Rekam Medis,


pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan memberikan hak akses
kepada Tenaga Kesehatan dan/atau tenaga lain di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

11. Hak dan Kewajiban Pasien


a. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
b. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Pendidikan minimal : DIII
b) Pelatihan : Pelatihan management, pelatihan simpus
c) Pengalaman : sudah bekerja di unit pendaftaran > 3 tahun
c. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
d. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari
cara identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir
pasien, alamat/tempat tinggal dan nomor rekam medis.
e. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif,
jenis pelayanan, dan informasi tentang kerjasama dengan fasilitas
kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran
f. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan
proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran
A. Hak-hak pasien meliputi :
a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Puskesmas.
b) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

9
c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
d) Memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional.
e) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
f) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di puskesmas.
h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritanya kepada
dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar puskesmas.
i) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
j) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
k) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
l) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak menggangu pasien lainnya;
n) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di puskemas;
o) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas
terhadap dirinya.
p) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
q) Menggugat atau menuntut puskesmas apabila puskesmas itu
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana;
r) Mengeluhkan pelayanan puskesmas yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10
B. Kewajiban pasien meliputi :
a) Mematuhi peraturan yan berlaku di Puskesmas;
b) Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;
c) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
d) Memberi informasi yang lengkap dan jujur, lengkap dan akurat
sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya.
e) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan Kesehatan yang dimilikinya;
f) Mematuhi rencana therapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Puskesmas dan disetujui oleh Pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan;
g) Menerima segala konsekkuensi atas keputusan pribadinya
untuk menolak rencana therapy yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit;
h) Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

2. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN


1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang
kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu.
5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP.
7. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam
pelayanan .
8. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional yang kompeten.
9. Jika dilakukan pelayanan secara tim, tim kesehatan antar profesi
harus tersedia.

11
10. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian mapun keputusan layanan
harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
11. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan.
12. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan
dengan peralatan dan tempat yang memadai.
13. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien
dan petugas.
14. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur
klinis yang dibakukan.
15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana
layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara kolaboratif dalam
tim layanan yang terpadu.
16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien.
17. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya
pasien.
18. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
meperhatikan efisiensi sumber daya.
19. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi.
20. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus
diinformasikan kepada pasien.
21. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis .
22. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.

3. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam
rekam medis.
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam
rekam medis.
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada
pasien sebelum mendapatkan persetujuan.

12
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
8. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak
lanjut.
9. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut.
10. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan
sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
11. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur
pelayanan kasus berisiko tinggi.
12. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya
infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan
(kewaspadaan universal).
13. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti
prosedur aseptik.
14. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas.
15. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian
layanan.
16. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan
ditindak lanjuti.
17. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu.
18. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian
obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang atau dirujuk harus
dijamin kesinambungannya.
19. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
20. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.
21. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan
dipandu oleh prosedur yang baku.
22. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan
informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari
keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan
tersebut.
23. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur
baku.

13
24. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas
yang kompeten.
25. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan
informed consent.
26. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
27. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai
dengan rencana layanan.

4. KEGAWATDARURATAN

5. PELAYANAN GIZI PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI KLINIS

1. Jenis Pelayanan Gizi UPTD Puskesmas Rajagaluh

a. Pelayanan gizi klinik di rawat inap.


Pelayanan gizi yang dilakukan di rawat inap berfokus pada Pelayanan
Asuhan Gizi Terintegrasi yang meliputi Skrining, Assesement,
Diagnosa, Intervensi serta Monitoring dan Evaluasi.
b. Penyelenggaraan makanan untuk pasien.
Penyelenggaraan makanan untuk pasien berfokus untuk membantu
pasien dalam mendukung proses penyembuhann selama dirawat dan
memberikan pengetahuan terkait diit yang sesuai dengan kondisi
penyakitnya.
c. Konsultasi gizi di rawat jalan
Konsultasi gizi yang dilakukan di rawat jalan/ poli berfokus pada
pendekatan personal kepada pasien untuk dapat mengatasi
permasalahan food habits dan tatalaksana diit untuk penyakit yang
diderita pasien tersebut. Pasien dengan obesitas, diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit dan stroke adalah
beberapa penyakit yang sangat memerlukan pengaturan diit sehari-
hari sebagai salah satu tatalaksana penyakitnya.

14
2. Sistem, Mekanisme dan prosedur
a. Pelayanan Rawat Inap
1) Pasien masuk IGD
2) Pasien yang perlu rawat inap dilakukan Skrining Gizi & diantar ke
ruang rawat inap
3) Pasien dengan resiko malnutrisi sedang & tinggi mendapat proses
Asuhan gizi.
4) Pasien dipesankan diet sesuai diagnosa dokter
5) Pasien yang berdiet khusus diberikan konsultasi gizi
6) Pasien pulang/dirujuk
b. Pelayanan Produksi dan distribusi makanan pasien
1) Petugas dapur mengambil buku permintaan diet pasien diruang
rawat inap
2) Petugas dapur merekap permintaan diet pasien
3) Petugas dapur mengolah bahan makanan sesuai dengan menu
4) Petugas dapur mengantar makanan ke pasien sesuai dengan diet
pasien.
c. Perawatan Rawat Jalan
1) Pasien yang dirujuk dari poli menunggu di ruang konseling
2) Petugas memanggil pasien
3) Petugas melakukan anamnesa pasien
4) Petugas memberikan konseling Gizi berdasarkan penyakit pasien.
5) Pasien pulang/dirujuk
3. Jam Pelayanan Gizi UPTD Puskesmas Rajagaluh

a. Hari Senin- Kamis Jam 08.00 – 14.30 WIB

b. Hari Jum’at Jam 08.00 – 11.30 WIB

c. Hari Sabtu Jam 08.00 – 13.00 WIB

4. Tarif Pelayanan Gizi UPTD Puskesmas Rajagaluh : Gratis

5. Mekanisme Pelayanan Konseling Gizi

Pengunjung Pustu,
Langsung Polindes,
Posyandu,
Desa
Pendaftaran

PONED/ BKIA BP
UGD

Konsultasi Gizi
15
RUJUK PULANG
6. RUJUKAN DAN PEMULANGAN
1. Pemulangan pasien rawat inap dipandu oleh prosedur yang baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pemulangan/rujukan.
3. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter
yang menangani.
4. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan
alternatif pelayanan.
5. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
6. Resume klinis meliputi: nama pasien, ondisi klinis, prosedur/tindakan
yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut.
7. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
8. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang
kompeten.
9. Kriteria merujuk pasien meliputi :
a. Pengobatan atau Tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa
dilakukan di Puskesmas
b. Membutuhkan fasilitas atau peralatan yang tidak dimiliki Puskesmas
atau peralatan yang dibutuhkan sedang rusak.
c. Tenaga profedional (ahli) yang tidak dimiliki puskesmas.
d. Ruang rawat inap puskesmas penuh
e. Atas permintaan pasien dan keluarga untuk pindah rawat di rumah sakit
yang dituju.
10. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi informasi
tentang tindak lanjut layanan.

7. KEGIATAN PELAYANAN LABORATORIUM UPTD PUSKESMAS


1. Alur pelayanan laboratorium
a. Permintaan pemeriksaan laboratorium
 Pasien datang membawa rujukan dari Unit Rawat Jalan,
KIA/PONED, Unit Rawat Inap, UGD Setelah menyelesaikan
administrasi di kasir.
 Petugas menerima formulir rujukan dari pasien.
 Petugas mencatat identitas pasien dan jenis pemeriksaan
laboratorium pada buku register
b. Pengambilan Spesimen
 Pengambilan Darah Vena

16
 Petugas memasang torniquet
 Petugas laboratorium melakukan desinfeksi daerah vena
mediana cubiti dengan kapas alkohol 70 %
 Petugas laboratorium membiarkan daerah tersebut kering
 Petugas menusukan disposable syringe pada daerah vena
yang telah di desinfeksi
 Petugas melepaskan torniquet
 Petugas mengambil specimen darah sesuai dengan
kebutuhan
 Petugas menaruh kapas diatas jarum
 Petugas mencabut jarum perlahan
 Petugas menutup luka bekas tusukan dengan plester
 Petugas membuang disposible syringe yang telah dipakai
pada safety box
 Pengambilan darah kapiler
 Petugas laboratorium menyiapkan autoclik yang telah diisi
blood lancet yang baru
 Petugas laboratorium membersihkan ujung jari dengan kapas
alkohol 70 %
 Petugas laboratorium membiarkan daerah tersebut kering
 Petugas laboratorium memegang bagian yang akan ditusuk
supaya tidak bergerak
 Petugas laboratorium menusuk autoclik pada jari yang telah
di desinfeksi
 Petugas laboratorium membuang tetesan darah pertama
keluar dengan memakai kapas kering, tetesan darah
berikutnya dipakai untuk pemeriksaan.
 Petugas laboratorium menekan bekas tusukan dengan kapas
kering
 Petugas laboratorium melepaskan blood lancet dari autoclik
 Petugas laboratorium membuang blood lancet ke dalam
safety Box.
 Pengambilan sampel urine
 Petugas laboratorium melabeli tempat urin
 Petugas laboratorium memberikan tempat urin kepada
pasien
 Petugas laboratorium memberikan penjelasan pada pasien

17
 Petugas laboratorium meninta pada pasien untuk mengambil
urin pancar tengah, urin yang keluar pertama dibuang yang
tengah ditampung dan yang terakhir dibuang
 Petugas laboratorium menerima sampel urin.
 Pengambilan Sampel feses
 Petugas laboratorium memberi label identitas pasien pada
tempat feses
 Petugas laboratorium memberikan tempat feses pada pasien
 Petugas laboratorium memberikan penjelasan kepada Pasien
untuk buang air kecil terlebih dahulu karena feses tidak
boleh tercampur urin
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk mengambil bagian yang tidak normal dari feses seperti
lendir dan mengandung darah
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk menutup pot dengan rapat
 Petugas laboratorium menerima sampel feses.
 Pengambilan Sampel Sputum.
 Petugas laboratorium memberikan label identitas pasien pada
pot sputum.
 Petugas laboratorium memberikan penjelasan pada pasien
bagaimana cara memperoleh sputum yang baik.
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk kumur-kumur terlebih dahulu, lalu tarik nafas 2-3
kali tahan beberapa detik kemudian batukkan dengan kuat.
 Petugas laboratorium memberikan gambaran bahwa sputum
yang baik adalah yang kental dan jumlahnya 2 -3 ml/.
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk menutup wadah sputum dengan rapat
 Petugas laboratorium menerima sampel sputum
c. Penerimaan spesimen
Setelah pengambilan specimen, petugas melakukan pemeriksaan
sesuai dengan permintaan pemeriksaan.
d. Penyimpanan specimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang di minta kecuali untuk setiap spesimen

18
yang dilakukan waktu penundaan pemeriksaan atau untuk
rujukan.
2. Waktu Penyerahan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Laboratorium
No Pemeriksaan Waktu Penyampaian Laporan Hasil
Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium ( di hitung dari di
terimanya sampel )
1 Hematologi 120 menit
2 Kimia Darah 60 menit
3 Urinalisa 30 menit
4 Serologi 30 menit
6 BTA 2 hari

3. Waktu Penyerahan hasil Laboratorium CITO


Waktu Penyampaian Laporan Hasil
Pemeiksaan Pemeriksaan Laboratorium Untuk
No
Laboratorium Pasien Urgen / Cito (di hitung dari di
terimanya sampel)
1 Hematologi Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 60 menit
2 Kimia Darah Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 30 menit
3 Urinalisa Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 30 menit
4 Serologi Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 30 menit

4. Jam buka pelayanan


Senin – Kamis : 08.00 – 14.30 WIB
Jumat : 08.00 – 11.30 WIB
Sabtu : 08.00 – 13.00 WIB
5. Pelayanan di luar jam kerja
a. Jenis pemeriksaan
 Hematologi : Hemoglobin, Hematokrit,
Eritrosit,Trombosit, Lekosit
 Kimia Klinik : Glukosa, Cholesretol total, HDL Cholesterol,
LDL Cholesterol,Asam Urat, Ureum, Kreatinin
 Urinalis : Urin Lengkap, Urin Rutin, Pp test
b. Waktu Pelayanan Laboratorium Diluar Jam kerja

19
1. Senin – Kamis : Jam 14.30 s/d 07.30 ( esok harinya )
2. Jum’at : Jam 11.30 s/d 07.30 ( esok harinya )
3. Sabtu : Jam 13.00 s/d 07.30 ( esok harinya )
4. Minggu : Shift I Jam 08.00 – 14.00
Shift II Jam 14.00 – 07.30 ( esok harinya )
c. Petugas yang berhak melakukan pemeriksaan adalah petugas
laboratorium yang bertugas sesuai jadwal yang telah di tentukan
dengan sitem on call bila ada pasien.

a. KESELAMATAN KERJA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


DIRI (APD)
Kegiatan pencegahan bahaya atau resiko terhadap petugas yang berada
di dalam Laboratorium maupun lingkungan sekitarnya merupakan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1. Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
a. Desain tempat kerja yang menunjang K3
 Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja
di laboratorium.
 Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja.
 Pencahayaan cukup dan nyaman.
 Ventilasi cukup dan sesuai.
 Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau
jika diperlukan.
 Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
b. Sanitasi Lingkungan
 Semua ruangan bersih, kering dan higienis
 Tersedia tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan
kantong plastik dan diberi tanda khusus.
 Tata ruang laboratorium baik sehingga tidak dapat dimasuki/
menjadi sarang serangga atau binatang pengerat
 Tersedia tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur.
 Petugas laboratorium tidak diperbolehkan makan dan minum
dalam laboratorium.
2. Proses kerja, Bahan, dan Peralatan Kerja

20
a. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan
keselamatan kerja,seperti :
Tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam
kebakaran.

b. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium,


masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama
bekerja.
c. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus-menerus
selama bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta
ditinggalkan di laboratorium.
d. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah,
jarum atau benda tajam dan barang sisa laboratorium
ditempatkan di bak / peti dalam laboratorium dan diberi
keterangan.
e. Sarung tangan bekas pakai ditempatkan dalam bak / peti
kuning (menjadi limbah medis / infeksius) yang diberi tanda
khusus.
f. Semua tumpahan segera dibersihkan.
g. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan
karet penghisap.
h. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium.
i. Tas / kantong / tempat sampah ditempatkan di tempat yang
ditentukan.
j. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
k. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.
3. Pengelolaan bahan kimia yang benar
a. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia
yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia
yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan
penyimpanan.
b. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan
mempunyai pengetahuan serta ketrampilan untuk menangani
kecelakaan.

21
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label etiket dan tanda
peringatan

b. PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM BERESIKO TINGGI


Jenis Pelayanan Laboratorium beresiko tinggi di Laboratorium UPTD
Puskesmes Rajagaluh antara lain : BTA dan HIV.
1. Prosedur Kerja
Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat
menimbulkan bahaya / resiko terhadap petugas yang berada di
dalam laboratorium maupun lingkungan sekitarnya. Untuk
mengurangi / mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas
laboratorium harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Dalam melaksanakan praktek laboratorium yang benar, petugas
laboratorium mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan
terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap
peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan
kerja dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila terjadi
kecelakaan di laboratorium.
Kemudian untuk pencegahan tersebut, petugas wajib memakai alat
pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki
tertutup dan apron) yang sesuai selama bekerja. Jas laboratorium
yang bersih dipakai selama bekerja dalam laboratorium dan
dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium setelah selesai
melakukan pekerjaan. Petugas mencuci tangan secara higienis dan
menyeluruh sebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas
laboratorium .
2. Pengelolaan Spesimen
 Setiap specimen diperlakukan sebagai bahan infeksius.
 Setiap petugas mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan,
pengiriman dan pengolahan specimen dengan benar.
 Semua specimen darah dan cairan tubuh disimpan pada wadah
yang memiliki konstruksi yang baik
 Setiap orang yang memproses specimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan
sarung tangan dan masker.

22
 Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan
dan mengganti sarung tangan.
3. Pengelolaan Limbah Beresiko Tinggi
 Limbah padat seperti Jarum yang telah digunakan harus
diperlakukan sebagai limbah infeksius dan dikumpulkan dalam
safety box dan dikelola oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan.
 Sedangkan Limbah cair infeksius ditangani dengan dialirkan ke
Instalasi Pengelolaan Limbah Cair UPTD Puskesmas Rajagaluh.

c. JENIS REAGEN ESENSIAL DAN BAHAN LAIN YANG HARUS TERSEDIA


Berikut Janis reagen dan bahan lainnya yang harus tersedia di
laboratorium UPTD Puskesmas Rajagaluh
NO Reagen esensial NO Reagen esensial

dan bahan lainnya dan bahan lainnya

1 Reagen kit Glukosa 31 Larutan Drabkin


2 Reagen kit Cholesterol 32 Aquadest
3 Reagen kit Trigliserida 33 Kapas
4 Reagen kit HDL cholesterol 34 Na citrat 3,8 %
5 Reagen kit Asam Urat 35 salmonella typhi O
6 Reagen kit Ureum 36 salmonella typhi H
7 Reagen kit Creatinin 37 salmonella pratyphi AH
8 Poch pack D 38 Catridge
9 Poch pack L 39 Reagen Ziehl Nielsen
10 Cell pack 40 Autiklik
11 stromatolyzer 41 Mikropipet
12 Cell clean 42 Tabung Reaksi (besar & kecil
)
13 Golongan darah Anti A 43 Rak tabung reaksi
14 Golongan darah Anti B 44 Rak Westergreen
15 Golongan darah Anti D 45 Tabung Westergreen
16 e-check 46 Imersi oil
17 Urine test strip 3 Parameter 47 Plester
18 Urine test strip 10 Parameter 48 Pot Sputum
19 Pp test 49 Botol Sampel
20 Lancet 50 Pot Urine
21 Tip biru 51 Objek Glass
22 Tip kuning 52 Deck Glass
23 Tabung EDTA 3 ml 53 Tissue Gulung
24 Torniquet 54 Larutan Desinfektan
25 Serbuk EDTA 55 Tusuk sate
26 Larutan Alkohol 56 Bunsen
27 Batang pengaduk 57 Rak pewarnaan BTA
28 Timer 58 Rotator
29 Larutan pembersih 59 Centrifuge
30 HIV test strip 60 Mikroskop

23
d. BATAS BUFFER STOCK UNTUK MELAKUKAN ORDER
Proses untuk menyatakan jika reagensia dan bahan lain tidak tersedia
adalah ketika buffer stock sudah mulai terpakai atau berkurang, pada
saat itulah melakukan order reagensia dan bahan lain kegudang farmasi
dinas kesehatan atau rekanan pengadaan barang.
Batas waktu buffer stock setiap reagen dan bahan lain, diantaranya :
No Nama reagensia dan bahan lain Waktu Buffer stock
1 Reagen kit Glukosa Sisa 1 botol
2 Reagen kit Cholesterol Sisa 1 botol
3 Reagen kit Trigliserida Sisa 1 botol
4 Reagen kit HDL cholesterol Sisa 1 botol
5 Reagen kit Asam Urat Sisa 1 botol
6 Reagen kit Ureum Sisa ½ botol
7 Reagen kit Creatinin Sisa ½ botol
8 Poch pack D Sisa 1 ½ box
9 Poch pack L Sisa ½ botol
10 Cell pack Sisa ½ box
11 stromatolyzer Sisa ½ botol
12 Cell clean Sisa ½ botol
13 Golongan darah Anti A Sisa 1 botol
14 Golongan darah Anti B Sisa 1 botol
15 Golongan darah Anti D Sisa 1 botol
16 e-check Sisa ½ botol
17 Urine test strip 3 Parameter Sisa 1 botol
18 Urine test strip 10 Parameter Sisa 1 botol
19 Pp test Sisa ½ box
20 Lancet Sisa 1 box
21 Tip biru Sisa ½ kantong
22 Tip kuning Sisa ½ kantong
23 Torniquet Sisa 1 dengan kondisi baik
24 Serbuk EDTA Sisa ½ botol
25 Larutan Drabkin Sisa 1 botol
26 Aquadest Sisa 3 botol
27 Kapas Sia ½ gulung
28 Na citrat 3,8 % Sisa ½ botol
29 salmonella typhi O Sisa 1 botol
30 salmonella typhi H Sisa 1 botol
31 salmonella pratyphi AH Sisa 1 botol

24
32 e-check Sisa ½ botol
33 Reagen Ziehl Nielsen Sisa 2 kit
34 Autiklik Sisa 1 dengan kondisi baik
35 Mikropipet Sisa 1 dengan kondisi baik
36 Tabung Reaksi (besar & kecil ) Sisa ½ dari stock lama
37 Rak tabung reaksi Sisa 2 dengan kondisi baik
38 Rak Westergreen Sisa 1 dengan kondisi baik
39 Tabung Westergreen Sisa ½ dari stok lama
40 Imersi oil Sisa ½ botol
41 Plester Sisa 1 gulung
42 Pot Sputum Sisa ½ dari stok
43 Botol Sampel Sisa ½ dari stok
44 Pot Urine Sisa ½ dari stok
45 Objek Glass Sisa ½ dari stok
46 Deck Glass Sisa 1 kotak
47 Tissue Sisa 1 pcs
48 Larutan Desinfektan Sisa ½ botol
49 Tusuk sate Sisa ½ dari stok
50 Larutan Alkohol Sisa ½ dari stok
51 Larutan pembersih Sisa ½ dari stok
52 HIV test strip Sisa 1 box
53 Catridge Sisa 2 box

e. PENGELOLAAN REAGEN
a. Penerimaan Reagensia
a. Memeriksa daftar reagensia yang datang
b. Memeriksa kemasan reagensia dimana reagen dalam keadaan
tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek.
c. Reagen yang datang diperiksa tanggal kadaluarsanya.
2. Penyimpanan Reagensia
a. Menggunakan metode FIFO (first in first out) yaitu reagen yang
lebih dulu masuk persediaan harus digunakan terlebih dahulu.
b. Menggunakan metode FEFO (first expired first out) yaitu reagen
yang masa kadaluarsanya pendek untuk dipakai terlebih
dahulu.
c. Untuk menjaga keamanan dan kualitas reagensia perlu
dilakukan pewadahan dengan kriteria :

25
 Botol berwarna gelap / berwarna coklat
 Wadah reagen tidak bocor
 Wadah reagen harus bermulut kecil dan tertutup rapat.
 Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca
 Wadah reagen harus steril
d. Tutup segera wadah sediaan reagen setelah cairan dikeluarkan.
e. Menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung
Untuk suhu penyimpanan reagen sebagai berikut :
f. Pemberian label pada botol reagensia, diantaranya
 Nama reagensia
 Tanggal penerimaan
 Tanggal pertama kali reagensia di buka
 Tanggal expired
g. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke
dalam sediaan induk
h. Segera menutup dan mengembalikan reagen ke tempat semula
setelah dipergunakan.
i. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang
terjadi pada sediaan reagen
j. Jauhkan reagen dari bahan yang berbahaya seperti api dan
semprotan serangga
k. Membuat kartu stok reagensia
3. Kontrol Kadaluarsa Reagensia
a. Reagen yang baru datang di periksa masa kadaluarsanya.
b. Lakukan penandaan masa kadaluarsa dengan ketentuan
sebagai berikut
 Reagen dengan masa kadaluarsa lebih dari satu tahun diberi
label berwarna hijau
 Reagen dengan masa kadaluarsa kurang dari enam bulan
diberi label berwarna kuning
 Reagen dengan masa kadaluarsa kurang dari 3 bulan diberi
label berwarna merah
c. Pngecekan masa kadaluarsa dilakukan satu bulan sekali

f. RUJUKAN

26
Dalam melaksanakan pemeriksaan specimen yang tidak tersedia atau
tidak mampu melakukan pemeriksaan di Laboratorium UPTD Puskesmas
Rajagaluh, maka specimen atau pasien datang sendiri mengunjungi
laboratorium rujukan ke Laboratorium Kesehatan Daerah. Specimen
yang akan dirujuk dikirim dalam bentuk yang relatif stabil dengan
persyaratan pengiriman spesimen antara lain:
a. Waktu pengiriman tidak melampaui masa stabilitas spesimen.
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
d. Spesimen yang dirujuk diberi label berisi nomor spesimen, nama,
umur, jenis kelamin, alamat, tanggal pengambilan specimen pada
badan wadah.
e. Spesimen yang dirujuk disertai formulir pengiriman data pasien.

g. PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA


Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup,dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya
penularan atau infeksi baik kepada petugas ataupun lingkungan dari
segala sesuatu yang disebabkan oleh bahan berbahaya yang berada di
laboratorium ada beberapa cara penanganan dan pebuangan bahan
berbahaya.
1. Limbah cair
Yang termasuk limbah cair adalah pelarut organik bahan kimia untuk
pengujian, bekas pencucian alat dan specimen ( darah dan cairan
tubuh ) di musnahkan dengan cara :
a. Sampah klinis cair, sampel darah, sampel urine, zat kimia, air bekas
mencuci dapat dibuang melalui saluran di bawah tanah dan
ditampung dalam septic tank khusus.
b. Sampah klinis padat yang tidak langsung dibuang dan masih bisa
dipakai, seperti botol sampel, tabung reaksi dimasukan dalam tempat
yang telah diberi desinfektan dan detergen, kemudian dicuci, dibilas
dengan air bersih lalu dimasukan dalam oven dengan temperatur
yang telah ditentukan. Alat gelas 120°C selama 2 jam. Alat plastik
37°C selama 2 jam

27
c. Menyiram wastafel dengan larutan desinfektan dan dibilas dengan air
sampai bersih.
2. Limbah padat
Yang termasuk limbah padat adalah peralatan habis pakai seperti
jarum suntik, sarung tangan, kapas, botol specimen kemasan reagen,
sisa specimen, kertas bekas, tisu bekas (terkena bahan infeksius),
kertas bekas dan limbah umum lainnya dapat di musnahkan dengan
cara :
a. Jarum suntik dan sisa benda tajam lainnya dimasukan kedalam
safety box
b. Sarung tangan, kapas, botol specimen, kemasan reagen dan
bahan-bahan infeksius lainnya ditampung dalam bak sampah
yang berwarna kuning.
c. Kertas bekas dan limbah umum lainnya ( non infeksius ) di
masukkan kedalam tong sampah yang telah dilapisi kantong
kresek hitam.
d. Selanjutnya petugas kebersihan UPTD Puskesmas Rajagaluh
setiap hari membawa limbah ( infeksius ) ke tempat penampungan
sementara yang selanjutnya akan di kirim pada pihak ketiga untuk
dimusnahkan.
3. Limbah infeksius lainnya ( Dahak )
a. Pot sisa dahak dan bahan lain yang telah terkontaminasi dahak
direndam ke dalam suatu tempat penampungan berisi larutan
sodium hipoklorit 5% atau phenol 5% selama semalam.
b. Kemudian bahan – bahan yang sudah direndam dibakar atau
dikubur.
c. Kaca sediaan yang telah dipakai harus dibuang yaitu dengan
dikubur dalam lubang sekali dalam setahun.
4. Bahan Beracun & Korosif
b. Petugas menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
bahan yang ditangani. Alat ini harus terbuat dari bahan yang tahan
terhadap korosif dan mempunyai daya lindung terhadap bahan yang
ditangani.
c. Petugas tidak diperkenankan merokok, minum dan makan didalam
ruang kerja.
d. Petugas memastikan ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi
udara yang baik.
1. Bahan Mudah Terbakar

28
a. Petugas menjauhkan sumber panas yaitu api terbuka/bara,
loncatan api listrik, logam panas, dan tidak diperkenankan
merokok.
b. Petugas memastikan ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi
udara yang baik
6. Bahan reaktif
a. Petugas memastikan bahan reaktif terhindar dari sumber panas dan
matahari
b. Petugas tidak melakukan pengadukan yang menimbulkan panas
c. Petugas menghindarkan bahan reaktif dari benturan dan gesekan
yang kuat
d. Untuk zat reaktif hd air harus disimpan ditempat yang kering,
hindarkan dari uap air dan air.

h. MUTU LABORATORIUM

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan


proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini berupa
Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
dan Peningkatan mutu.

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)

Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan


pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara
terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
kesalahan atau penyimpangan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat.

a. Manfaat

 Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan


mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
 Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil
yang salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat
dilakukan segera.
 Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan
pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan
pengolahan dan pemeriksaan spesimen sampai dengan
pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
 Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.

29
 Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)

b. Cakupan

Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas:

 Tahap Pra Analitik


 Tahap Analitik
 Tahap Pasca Analitik
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control )
Pemantapan mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang
bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu eksternal dilaksanakan
oleh pihak pemerintah, swasta, atau internasional.
Setiap laboratorium puskesmas wajib mengikuti pemantapan mutu
eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan
periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium.
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi
laboratorium puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh
dapat menunjukkan performance (penampilan/proficiency)
laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang
ditentukan.
Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara
khusus, harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan
pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan / reagen /
metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu
eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari
penyelenggara dicatat dan di evaluasi untuk mencari penyebab-
penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
8. FARMASI

KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH

30
EDI KUSNADI

31

Anda mungkin juga menyukai