DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH
Jl.Yudapati No. 05 Telp (0233) 510584 Rajagaluh 45472
Email: puskesmasdtprajagaluh@gmail.com
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH
1
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Rajagaluh
Pada tanggal : 02 Januari 2023
EDI KUSNADI
2
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
RAJAGALUH
NOMOR :
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD
PUSKESMAS RAJAGALUH
A. PENDAFTARAN PASIEN
a. Registrasi Pasien
1) Registrasi Pasien merupakan kegiatan pendaftaran berupa
pengisian data identitas dan data sosial pasien rawat jalan,
rawat darurat, dan rawat inap.
2) Data identitas paling sedikit berisi nomor Rekam Medis, nama
pasien, dan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Data sosial
paling sedikit meliputi agama, pekerjaan, pendidikan, dan
status perkawinan.
3) Pasien yang tidak memiliki atau tidak diketahui identitasnya,
pengisian data identitas didapat melalui wawancara
keluarga / penanggungjawab.
4) Setiap satu nomor rekam medis digunakan oleh satu pasien
dan berlaku seumur hidup.
5) Setiap pasien yang akan mendapat pelayanan medis atau
penunjang medis harus terdaftar di pendaftaran pasien.
6) Informasi hak dan kewajiban pasien dan pelayanan yang
ada di puskesmas diberikan kepada pasien oleh petugas
puskesmas. bila informasi sudah cukup jelas maka
pasien/keluarga diminta untuk menandatangani formulir
persetujuan umum (General Consent).
b. Pendistribusian Rekam Medis
Pendistribusian data Rekam Medis Elektronik dilakukan dengan
pengiriman data Rekam Medis Elektronik dari satu unit pelayanan ke
unit pelayanan lain di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pendistribusian rekam medis bagi puskesmas yang masih
mengunakan dokumen rekam medis:
1) Dokumen rekam medis harus selalu dalam keadaan
tertutup menggunakan map.
2) Dokumen rekam medis tidak dibawa sendiri oleh pasien,
akan tetapi dibawa oleh petugas pendaftaran ke poli tujuan
3
atau diambil oleh petugas poli tujuan di meja pendaftaran.
4
2. Pengolahan data dan pengkodean
a. Pengolahan informasi Rekam Medis Elektronik terdiri atas:
1) Pengkodean merupakan merupakan kegiatan pemberian kode
klasifikasi klinis sesuai dengan klasifikasi internasional penyakit
dan tindakan medis yang terbaru International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems (ICD-10),
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2) Pelaporan terdiri atas pelaporan internal dan pelaporan
eksternal dari fasilitas pelayanan Kesehatan kepada Dinas
Kesehatan serta pemangku kepentingan terkait
3) Penganalisisan dilakukan terhadap data Rekam Medis
Elektronik secara kuantitatif dan kualitatif
b. Selain pengolahan informasi Rekam Medis Elektronik, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang dengan alasan tertentu tidak dapat
menyelenggarakan Rekam Medis Elektronik harus melakukan
pengindeksan.
c. Pengindeksan merupakan kegiatan pengelompokan data paling
sedikit berupa indeks nama Pasien, alamat, jenis penyakit,
tindakan/operasi; dan kematian.
3. Klaim Pembiayaan
Penginputan data untuk klaim pembiayaan merupakan kegiatan
penginputan kode klasifikasi penyakit pada aplikasi pembiayaan
berdasarkan hasil diagnosis dan tindakan yang ditulis oleh Tenaga
Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan sesuai dengan Rekam Medis,
dalam rangka pengajuan penagihan biaya pelayanan.
4. Penyimpanan Rekam Medis
a. Dokumen Rekam Medis Elektronik menggunakan penyimpanan
berbasis digital pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang berupa E-
Puskesmas selama 25 tahun.
b. Penyimpanan Rekam Medis Elektronik harus menjamin keamanan,
keutuhan, kerahasiaan, dan ketersediaan data Rekam Medis
Elektronik.
c. Dokumen rekam medis manual disimpan dalam satu ruangan
tertutup yang aman dari kehilangan, bahaya api, bebas banjir
dan terlindung dari kerusakan
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan penyimpanan
melalui media penyimpanan berbasis digital wajib memiliki
cadangan data (backup system) yang dilakukan secara periodik.
5
5. Penjaminan Mutu
a. Penjaminan mutu dilakukan secara internal oleh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan cara audit mutu Rekam Medis
Elektronik yang dilakukan berkala oleh tim reviu Rekam Medis yang
dibentuk oleh pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
dilakukan sesuai dengan pedoman Rekam Medis Elektronik.
b. Selain penjaminan mutu secara internal, pemerintah dapat
melakukan audit mutu Rekam Medis Elektronik dan dapat
melibatkan pihak terkait, sebagai bagian dari pembinaan dan
pengawasan
c. Kelengkapan pengisian merupakan salah satu penjamin mutu
rekam medis, dengan melakukan analisis kuantitatif rekam medis.
analisis kuantitatif merupakan kegiatan telaah isi rekam medis
dengan tujuan menemukan kekurangan khusus terkait pencatatan
rekam medis pada komponen sebagai berikut:
1) Identitas Pasien;
2) Tanggal dan Waktu;
3) Hasil anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat
penyakit);
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;
5) Diagnosa;
6) Pengobatan dan atau tindakan;
7) Autentikasi petugas kesehatan;
6. Transfer Isi Rekam Medis Elektronik
a. Transfer isi Rekam Medis Elektronik merupakan kegiatan
pengiriman Rekam Medis dalam rangka rujukan pelayanan
kesehatan perorangan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan penerima
rujukan
b. Transfer isi Rekam Medis Elektronik dilakukan melalui platform
layanan interoperabilitas dan integrasi data kesehatan yang dikelola
oleh Kementerian Kesehatan
6
b. Selain kepada Pasien, Rekam Medis dapat disampaikan kepada
keluarga terdekat atau pihak lain, dalam hal :
1) Pasien di bawah umur 18 (delapan belas) tahun; dan/atau
2) Pasien dalam keadaan darurat
c. Penyampaian Rekam Medis kepada pihak lain dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Pasien.
d. Rekam Medis harus dibuat oleh penanggung jawab pelayanan. Isi
Rekam Medis paling sedikit terdiri atas:
1) Identitas Pasien
2) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
3) Diagnosis, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan
kesehatan
4) Nama dan tanda tangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan
e. Rekam Medis harus diberikan kepada Pasien rawat inap dan rawat
darurat pada saat pulang, atau kepada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan penerima rujukan pada saat melakukan rujukan. Selain
untuk Pasien rawat inap dan rawat, Rekam Medis dapat diberikan
kepada Pasien rawat jalan apabila dibutuhkan
f. Rekam Medis yang ditujukan kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
penerima rujukan menjadi bagian dari surat rujukan dalam sistem
rujukan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
g. Rekam Medis yang diberikan pada saat Pasien pulang berupa surat
yang dikirimkan dan diterima dalam bentuk elektronik dengan
menggunakan jaringan komputer atau alat komunikasi elektronik
lain termasuk ponsel atau dalam bentuk tercetak
h. Isi Rekam Medis Elektronik terdiri atas dokumentasi administrative
dan dokumentasi klinis. Dokumentasi paling sedikit berisi
dokumentasi pendaftaran. Dokumentasi klinis berisi seluruh
dokumentasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Pasien di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Pelepasan Informasi Kesehatan
7
penyembuhan, dan perawatan Pasien;
8
yang ada dalam Rekam Medis Elektronik terlindungi
penggunaan dan penyebarannya.
2) Integritas merupakan jaminan terhadap keakuratan data dan
informasi yang ada dalam Rekam Medis Elektronik, dan
perubahan terhadap data hanya boleh dilakukan oleh orang
yang diberi hak akses untuk mengubah.
3) Ketersediaan merupakan jaminan data dan informasi yang ada
dalam Rekam Medis Elektronik dapat diakses dan digunakan
oleh orang yang telah memiliki hak akses yang ditetapkan oleh
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
9
c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
d) Memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional.
e) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
f) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di puskesmas.
h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritanya kepada
dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar puskesmas.
i) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
j) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
k) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
l) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak menggangu pasien lainnya;
n) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di puskemas;
o) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas
terhadap dirinya.
p) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
q) Menggugat atau menuntut puskesmas apabila puskesmas itu
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana;
r) Mengeluhkan pelayanan puskesmas yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
B. Kewajiban pasien meliputi :
a) Mematuhi peraturan yan berlaku di Puskesmas;
b) Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;
c) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
d) Memberi informasi yang lengkap dan jujur, lengkap dan akurat
sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya.
e) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan Kesehatan yang dimilikinya;
f) Mematuhi rencana therapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Puskesmas dan disetujui oleh Pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan;
g) Menerima segala konsekkuensi atas keputusan pribadinya
untuk menolak rencana therapy yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit;
h) Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
11
10. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian mapun keputusan layanan
harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
11. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan.
12. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan
dengan peralatan dan tempat yang memadai.
13. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien
dan petugas.
14. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur
klinis yang dibakukan.
15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana
layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara kolaboratif dalam
tim layanan yang terpadu.
16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien.
17. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya
pasien.
18. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
meperhatikan efisiensi sumber daya.
19. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi.
20. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus
diinformasikan kepada pasien.
21. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis .
22. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.
3. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam
rekam medis.
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam
rekam medis.
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada
pasien sebelum mendapatkan persetujuan.
12
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
8. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak
lanjut.
9. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut.
10. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan
sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
11. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur
pelayanan kasus berisiko tinggi.
12. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya
infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan
(kewaspadaan universal).
13. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti
prosedur aseptik.
14. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas.
15. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian
layanan.
16. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan
ditindak lanjuti.
17. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu.
18. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian
obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang atau dirujuk harus
dijamin kesinambungannya.
19. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
20. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.
21. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan
dipandu oleh prosedur yang baku.
22. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan
informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari
keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan
tersebut.
23. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur
baku.
13
24. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas
yang kompeten.
25. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan
informed consent.
26. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
27. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai
dengan rencana layanan.
4. KEGAWATDARURATAN
14
2. Sistem, Mekanisme dan prosedur
a. Pelayanan Rawat Inap
1) Pasien masuk IGD
2) Pasien yang perlu rawat inap dilakukan Skrining Gizi & diantar ke
ruang rawat inap
3) Pasien dengan resiko malnutrisi sedang & tinggi mendapat proses
Asuhan gizi.
4) Pasien dipesankan diet sesuai diagnosa dokter
5) Pasien yang berdiet khusus diberikan konsultasi gizi
6) Pasien pulang/dirujuk
b. Pelayanan Produksi dan distribusi makanan pasien
1) Petugas dapur mengambil buku permintaan diet pasien diruang
rawat inap
2) Petugas dapur merekap permintaan diet pasien
3) Petugas dapur mengolah bahan makanan sesuai dengan menu
4) Petugas dapur mengantar makanan ke pasien sesuai dengan diet
pasien.
c. Perawatan Rawat Jalan
1) Pasien yang dirujuk dari poli menunggu di ruang konseling
2) Petugas memanggil pasien
3) Petugas melakukan anamnesa pasien
4) Petugas memberikan konseling Gizi berdasarkan penyakit pasien.
5) Pasien pulang/dirujuk
3. Jam Pelayanan Gizi UPTD Puskesmas Rajagaluh
Pengunjung Pustu,
Langsung Polindes,
Posyandu,
Desa
Pendaftaran
PONED/ BKIA BP
UGD
Konsultasi Gizi
15
RUJUK PULANG
6. RUJUKAN DAN PEMULANGAN
1. Pemulangan pasien rawat inap dipandu oleh prosedur yang baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pemulangan/rujukan.
3. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter
yang menangani.
4. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan
alternatif pelayanan.
5. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
6. Resume klinis meliputi: nama pasien, ondisi klinis, prosedur/tindakan
yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut.
7. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
8. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang
kompeten.
9. Kriteria merujuk pasien meliputi :
a. Pengobatan atau Tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa
dilakukan di Puskesmas
b. Membutuhkan fasilitas atau peralatan yang tidak dimiliki Puskesmas
atau peralatan yang dibutuhkan sedang rusak.
c. Tenaga profedional (ahli) yang tidak dimiliki puskesmas.
d. Ruang rawat inap puskesmas penuh
e. Atas permintaan pasien dan keluarga untuk pindah rawat di rumah sakit
yang dituju.
10. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi informasi
tentang tindak lanjut layanan.
16
Petugas memasang torniquet
Petugas laboratorium melakukan desinfeksi daerah vena
mediana cubiti dengan kapas alkohol 70 %
Petugas laboratorium membiarkan daerah tersebut kering
Petugas menusukan disposable syringe pada daerah vena
yang telah di desinfeksi
Petugas melepaskan torniquet
Petugas mengambil specimen darah sesuai dengan
kebutuhan
Petugas menaruh kapas diatas jarum
Petugas mencabut jarum perlahan
Petugas menutup luka bekas tusukan dengan plester
Petugas membuang disposible syringe yang telah dipakai
pada safety box
Pengambilan darah kapiler
Petugas laboratorium menyiapkan autoclik yang telah diisi
blood lancet yang baru
Petugas laboratorium membersihkan ujung jari dengan kapas
alkohol 70 %
Petugas laboratorium membiarkan daerah tersebut kering
Petugas laboratorium memegang bagian yang akan ditusuk
supaya tidak bergerak
Petugas laboratorium menusuk autoclik pada jari yang telah
di desinfeksi
Petugas laboratorium membuang tetesan darah pertama
keluar dengan memakai kapas kering, tetesan darah
berikutnya dipakai untuk pemeriksaan.
Petugas laboratorium menekan bekas tusukan dengan kapas
kering
Petugas laboratorium melepaskan blood lancet dari autoclik
Petugas laboratorium membuang blood lancet ke dalam
safety Box.
Pengambilan sampel urine
Petugas laboratorium melabeli tempat urin
Petugas laboratorium memberikan tempat urin kepada
pasien
Petugas laboratorium memberikan penjelasan pada pasien
17
Petugas laboratorium meninta pada pasien untuk mengambil
urin pancar tengah, urin yang keluar pertama dibuang yang
tengah ditampung dan yang terakhir dibuang
Petugas laboratorium menerima sampel urin.
Pengambilan Sampel feses
Petugas laboratorium memberi label identitas pasien pada
tempat feses
Petugas laboratorium memberikan tempat feses pada pasien
Petugas laboratorium memberikan penjelasan kepada Pasien
untuk buang air kecil terlebih dahulu karena feses tidak
boleh tercampur urin
Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk mengambil bagian yang tidak normal dari feses seperti
lendir dan mengandung darah
Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk menutup pot dengan rapat
Petugas laboratorium menerima sampel feses.
Pengambilan Sampel Sputum.
Petugas laboratorium memberikan label identitas pasien pada
pot sputum.
Petugas laboratorium memberikan penjelasan pada pasien
bagaimana cara memperoleh sputum yang baik.
Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk kumur-kumur terlebih dahulu, lalu tarik nafas 2-3
kali tahan beberapa detik kemudian batukkan dengan kuat.
Petugas laboratorium memberikan gambaran bahwa sputum
yang baik adalah yang kental dan jumlahnya 2 -3 ml/.
Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien
untuk menutup wadah sputum dengan rapat
Petugas laboratorium menerima sampel sputum
c. Penerimaan spesimen
Setelah pengambilan specimen, petugas melakukan pemeriksaan
sesuai dengan permintaan pemeriksaan.
d. Penyimpanan specimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang di minta kecuali untuk setiap spesimen
18
yang dilakukan waktu penundaan pemeriksaan atau untuk
rujukan.
2. Waktu Penyerahan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Laboratorium
No Pemeriksaan Waktu Penyampaian Laporan Hasil
Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium ( di hitung dari di
terimanya sampel )
1 Hematologi 120 menit
2 Kimia Darah 60 menit
3 Urinalisa 30 menit
4 Serologi 30 menit
6 BTA 2 hari
19
1. Senin – Kamis : Jam 14.30 s/d 07.30 ( esok harinya )
2. Jum’at : Jam 11.30 s/d 07.30 ( esok harinya )
3. Sabtu : Jam 13.00 s/d 07.30 ( esok harinya )
4. Minggu : Shift I Jam 08.00 – 14.00
Shift II Jam 14.00 – 07.30 ( esok harinya )
c. Petugas yang berhak melakukan pemeriksaan adalah petugas
laboratorium yang bertugas sesuai jadwal yang telah di tentukan
dengan sitem on call bila ada pasien.
20
a. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan
keselamatan kerja,seperti :
Tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam
kebakaran.
21
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label etiket dan tanda
peringatan
22
Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan
dan mengganti sarung tangan.
3. Pengelolaan Limbah Beresiko Tinggi
Limbah padat seperti Jarum yang telah digunakan harus
diperlakukan sebagai limbah infeksius dan dikumpulkan dalam
safety box dan dikelola oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan.
Sedangkan Limbah cair infeksius ditangani dengan dialirkan ke
Instalasi Pengelolaan Limbah Cair UPTD Puskesmas Rajagaluh.
23
d. BATAS BUFFER STOCK UNTUK MELAKUKAN ORDER
Proses untuk menyatakan jika reagensia dan bahan lain tidak tersedia
adalah ketika buffer stock sudah mulai terpakai atau berkurang, pada
saat itulah melakukan order reagensia dan bahan lain kegudang farmasi
dinas kesehatan atau rekanan pengadaan barang.
Batas waktu buffer stock setiap reagen dan bahan lain, diantaranya :
No Nama reagensia dan bahan lain Waktu Buffer stock
1 Reagen kit Glukosa Sisa 1 botol
2 Reagen kit Cholesterol Sisa 1 botol
3 Reagen kit Trigliserida Sisa 1 botol
4 Reagen kit HDL cholesterol Sisa 1 botol
5 Reagen kit Asam Urat Sisa 1 botol
6 Reagen kit Ureum Sisa ½ botol
7 Reagen kit Creatinin Sisa ½ botol
8 Poch pack D Sisa 1 ½ box
9 Poch pack L Sisa ½ botol
10 Cell pack Sisa ½ box
11 stromatolyzer Sisa ½ botol
12 Cell clean Sisa ½ botol
13 Golongan darah Anti A Sisa 1 botol
14 Golongan darah Anti B Sisa 1 botol
15 Golongan darah Anti D Sisa 1 botol
16 e-check Sisa ½ botol
17 Urine test strip 3 Parameter Sisa 1 botol
18 Urine test strip 10 Parameter Sisa 1 botol
19 Pp test Sisa ½ box
20 Lancet Sisa 1 box
21 Tip biru Sisa ½ kantong
22 Tip kuning Sisa ½ kantong
23 Torniquet Sisa 1 dengan kondisi baik
24 Serbuk EDTA Sisa ½ botol
25 Larutan Drabkin Sisa 1 botol
26 Aquadest Sisa 3 botol
27 Kapas Sia ½ gulung
28 Na citrat 3,8 % Sisa ½ botol
29 salmonella typhi O Sisa 1 botol
30 salmonella typhi H Sisa 1 botol
31 salmonella pratyphi AH Sisa 1 botol
24
32 e-check Sisa ½ botol
33 Reagen Ziehl Nielsen Sisa 2 kit
34 Autiklik Sisa 1 dengan kondisi baik
35 Mikropipet Sisa 1 dengan kondisi baik
36 Tabung Reaksi (besar & kecil ) Sisa ½ dari stock lama
37 Rak tabung reaksi Sisa 2 dengan kondisi baik
38 Rak Westergreen Sisa 1 dengan kondisi baik
39 Tabung Westergreen Sisa ½ dari stok lama
40 Imersi oil Sisa ½ botol
41 Plester Sisa 1 gulung
42 Pot Sputum Sisa ½ dari stok
43 Botol Sampel Sisa ½ dari stok
44 Pot Urine Sisa ½ dari stok
45 Objek Glass Sisa ½ dari stok
46 Deck Glass Sisa 1 kotak
47 Tissue Sisa 1 pcs
48 Larutan Desinfektan Sisa ½ botol
49 Tusuk sate Sisa ½ dari stok
50 Larutan Alkohol Sisa ½ dari stok
51 Larutan pembersih Sisa ½ dari stok
52 HIV test strip Sisa 1 box
53 Catridge Sisa 2 box
e. PENGELOLAAN REAGEN
a. Penerimaan Reagensia
a. Memeriksa daftar reagensia yang datang
b. Memeriksa kemasan reagensia dimana reagen dalam keadaan
tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek.
c. Reagen yang datang diperiksa tanggal kadaluarsanya.
2. Penyimpanan Reagensia
a. Menggunakan metode FIFO (first in first out) yaitu reagen yang
lebih dulu masuk persediaan harus digunakan terlebih dahulu.
b. Menggunakan metode FEFO (first expired first out) yaitu reagen
yang masa kadaluarsanya pendek untuk dipakai terlebih
dahulu.
c. Untuk menjaga keamanan dan kualitas reagensia perlu
dilakukan pewadahan dengan kriteria :
25
Botol berwarna gelap / berwarna coklat
Wadah reagen tidak bocor
Wadah reagen harus bermulut kecil dan tertutup rapat.
Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca
Wadah reagen harus steril
d. Tutup segera wadah sediaan reagen setelah cairan dikeluarkan.
e. Menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung
Untuk suhu penyimpanan reagen sebagai berikut :
f. Pemberian label pada botol reagensia, diantaranya
Nama reagensia
Tanggal penerimaan
Tanggal pertama kali reagensia di buka
Tanggal expired
g. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke
dalam sediaan induk
h. Segera menutup dan mengembalikan reagen ke tempat semula
setelah dipergunakan.
i. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang
terjadi pada sediaan reagen
j. Jauhkan reagen dari bahan yang berbahaya seperti api dan
semprotan serangga
k. Membuat kartu stok reagensia
3. Kontrol Kadaluarsa Reagensia
a. Reagen yang baru datang di periksa masa kadaluarsanya.
b. Lakukan penandaan masa kadaluarsa dengan ketentuan
sebagai berikut
Reagen dengan masa kadaluarsa lebih dari satu tahun diberi
label berwarna hijau
Reagen dengan masa kadaluarsa kurang dari enam bulan
diberi label berwarna kuning
Reagen dengan masa kadaluarsa kurang dari 3 bulan diberi
label berwarna merah
c. Pngecekan masa kadaluarsa dilakukan satu bulan sekali
f. RUJUKAN
26
Dalam melaksanakan pemeriksaan specimen yang tidak tersedia atau
tidak mampu melakukan pemeriksaan di Laboratorium UPTD Puskesmas
Rajagaluh, maka specimen atau pasien datang sendiri mengunjungi
laboratorium rujukan ke Laboratorium Kesehatan Daerah. Specimen
yang akan dirujuk dikirim dalam bentuk yang relatif stabil dengan
persyaratan pengiriman spesimen antara lain:
a. Waktu pengiriman tidak melampaui masa stabilitas spesimen.
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
d. Spesimen yang dirujuk diberi label berisi nomor spesimen, nama,
umur, jenis kelamin, alamat, tanggal pengambilan specimen pada
badan wadah.
e. Spesimen yang dirujuk disertai formulir pengiriman data pasien.
27
c. Menyiram wastafel dengan larutan desinfektan dan dibilas dengan air
sampai bersih.
2. Limbah padat
Yang termasuk limbah padat adalah peralatan habis pakai seperti
jarum suntik, sarung tangan, kapas, botol specimen kemasan reagen,
sisa specimen, kertas bekas, tisu bekas (terkena bahan infeksius),
kertas bekas dan limbah umum lainnya dapat di musnahkan dengan
cara :
a. Jarum suntik dan sisa benda tajam lainnya dimasukan kedalam
safety box
b. Sarung tangan, kapas, botol specimen, kemasan reagen dan
bahan-bahan infeksius lainnya ditampung dalam bak sampah
yang berwarna kuning.
c. Kertas bekas dan limbah umum lainnya ( non infeksius ) di
masukkan kedalam tong sampah yang telah dilapisi kantong
kresek hitam.
d. Selanjutnya petugas kebersihan UPTD Puskesmas Rajagaluh
setiap hari membawa limbah ( infeksius ) ke tempat penampungan
sementara yang selanjutnya akan di kirim pada pihak ketiga untuk
dimusnahkan.
3. Limbah infeksius lainnya ( Dahak )
a. Pot sisa dahak dan bahan lain yang telah terkontaminasi dahak
direndam ke dalam suatu tempat penampungan berisi larutan
sodium hipoklorit 5% atau phenol 5% selama semalam.
b. Kemudian bahan – bahan yang sudah direndam dibakar atau
dikubur.
c. Kaca sediaan yang telah dipakai harus dibuang yaitu dengan
dikubur dalam lubang sekali dalam setahun.
4. Bahan Beracun & Korosif
b. Petugas menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
bahan yang ditangani. Alat ini harus terbuat dari bahan yang tahan
terhadap korosif dan mempunyai daya lindung terhadap bahan yang
ditangani.
c. Petugas tidak diperkenankan merokok, minum dan makan didalam
ruang kerja.
d. Petugas memastikan ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi
udara yang baik.
1. Bahan Mudah Terbakar
28
a. Petugas menjauhkan sumber panas yaitu api terbuka/bara,
loncatan api listrik, logam panas, dan tidak diperkenankan
merokok.
b. Petugas memastikan ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi
udara yang baik
6. Bahan reaktif
a. Petugas memastikan bahan reaktif terhindar dari sumber panas dan
matahari
b. Petugas tidak melakukan pengadukan yang menimbulkan panas
c. Petugas menghindarkan bahan reaktif dari benturan dan gesekan
yang kuat
d. Untuk zat reaktif hd air harus disimpan ditempat yang kering,
hindarkan dari uap air dan air.
h. MUTU LABORATORIUM
a. Manfaat
29
Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
b. Cakupan
30
EDI KUSNADI
31