Anda di halaman 1dari 49

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH
Jl.Yudapati No. 05 Telp (0233) 510584 Rajagaluh 45472
Email: puskesmasdtprajagaluh@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH


NOMOR : KS.00.00.02/002/SK_UKPP/2023

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Rajagaluh


dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Rajagaluh
perlu memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menajmin pelayanan klinis dilaksnakan
sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan pasien, bermutu
dan memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di UPTD
Puskesmas Rajagaluh.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 14
tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAJAGALUH


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD
PUSKESMAS RAJAGALUH.
Kesatu : Menetapkan kebijakan tentang pelayanan klinis di UPTD
Puskesmas Rajagaluh seperti dalam lampiran Surat
Keputusan ini.
Kedua : Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjamin pelayanan
klinis dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu
dan mempertimbangkan keselamatan pasien.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan
penetapannya, amakan akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Majalengka
Pada tanggal : 2 Januari 2023
Kepala UPTD Puskesmas Rajagaluh,

EDI KUSNADI
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
RAJAGALUH
NOMOR :
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD
PUSKESMAS RAJAGALUH

A. PENDAFTARAN PASIEN DAN REKAM MEDIS

1. PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

a. Registrasi Pasien
1) Registrasi Pasien merupakan kegiatan pendaftaran berupa
pengisian data identitas dan data sosial pasien rawat jalan, rawat
darurat, dan rawat inap.
2) Data identitas paling sedikit berisi nomor Rekam Medis, nama
pasien, dan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Data sosial
paling sedikit meliputi agama, pekerjaan, pendidikan, dan status
perkawinan.
3) Pasien yang tidak memiliki atau tidak diketahui identitasnya,
pengisian data identitas didapat melalui wawancara keluarga /
penanggungjawab.
4) Setiap satu nomor rekam medis digunakan oleh satu pasien dan
berlaku seumur hidup.
5) Setiap pasien yang akan mendapat pelayanan medis atau
penunjang medis harus terdaftar di pendaftaran pasien.
6) Informasi hak dan kewajiban pasien dan pelayanan yang ada
di puskesmas diberikan kepada pasien oleh petugas puskesmas.
bila informasi sudah cukup jelas maka pasien/keluarga diminta
untuk menandatangani formulir persetujuan umum (General
Consent).
b. Pendistribusian Rekam Medis
Pendistribusian data Rekam Medis Elektronik dilakukan dengan
pengiriman data Rekam Medis Elektronik dari satu unit pelayanan ke
unit pelayanan lain di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pendistribusian rekam medis bagi puskesmas yang masih
mengunakan dokumen rekam medis:
1) Dokumen rekam medis harus selalu dalam keadaan tertutup
menggunakan map.
2) Dokumen rekam medis tidak dibawa sendiri oleh pasien, akan
tetapi dibawa oleh petugas pendaftaran ke poli tujuan atau
diambil oleh petugas poli tujuan di meja pendaftaran.
c. Pencatatan Isi Rekam Medis dan Pengisian Informasi Klinis
1) Pengisian isi rekam medis mencakup identitas pasien, tanggal
pemeriksaan, hasil anamnesis, hasil pemeriksaan, diagnosa,
tindakan, dan pelayanan kesehatan lain yang telah dan akan
diberikan kepada Pasien.
2) Pencatatan dan pendokumentasian harus dilakukan secara
berurutan, lengkap, jelas, dan dilakukan setelah pasien menerima
pelayanan Kesehatan dengan mencantumkan nama, waktu, dan
tandatangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan Kesehatan.
3) Dalam hal terjadi kesalahan pencatatan atau pendokumentasian
dalam pengisian informasi klinis, Tenaga Kesehatan pemberi
pelayanan kesehatan dapat melakukan perbaikan
4) Pengisian informasi klinis secara terintegrasi merupakan
pengisian Rekam Medis Elektronik dalam satu dokumen yang
meliputi beberapa catatan/informasi kesehatan Pasien dari
Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan, dan waktu
pemberian pelayanan kesehatan secara berurutan
5) Selain pengisian informasi klinis secara terintegrasi, Tenaga
Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas
Rajagaluh dapat melakukan pengisian informasi klinis dalam data
keluarga (family folder) dengan tetap mempertimbangkan privasi
masing-masing anggota keluarga
6) Pengisian rekam medis manual di Puskesmas Rajagaluh untuk
dokter menggunakan tinta berwarna hitam, perawat dan bidan
menggunakan tinta berwarna biru, serta gizi dan farmasi atau
tenaga kesehatan lainnya menggunakan tinta berwarna hijau.
7) Simbol yang boleh digunakan dalam dokumen rekam medis
manual antara lain :
a) ♀ adalah simbol untuk pasien dengan jenis kelamin
perempuan
b) ♂ adalah simbol untuk pasien dengan jenis kelamin laki-laki
c) Ψ (berwarna biru) adalah simbol untuk alergi
d) ↑ adalah simbol untuk kenaikan
e) ↓ adalah simbol untuk penurunan
f) = adalah simbol sama dengan
g) ≠ adalah simbol note equal/tidak sama dengan
h) ° adalah symbol untuk derajat
i) # adalah fraktur
j) + simbol untuk pasien yang meninggal
Simbol yang tidak boleh digunakan dalam dokumen rekam medis
manual antara lain :
a) Ʒ maksud simbol adalah Dram, namun sangat mirip dengan
“3”
b) x3d maksud simbol adalah for three days, dapat disalah
artikan 3 dosis
c) > and < pada penulisan angka tanpa spasi, dapat disalah
artikan menjadi angka yang lain / pada penulisan dosis jika
ditulis tanpa spasi
d) @ maksud simbol adalah at, namun bisa menjadi “2”
e) & maksud simbol adalah and, namun bisa menjadi “2”
f) ° maksud simbol adalah Hour, namun risiko terbaca zero
(“nol”)
g) Ø or 0 or Φ maksud simbol adalah zero / null sign, namun
risiko terbaca 4,6,8,9
8) Yang berhak mengisi rekam medis di Puskesmas Rajagaluh
adalah dokter umum dan dokter gigi yang melayani pasien dan
mempunyai SIP, tenaga para medis perawatan dan non perawatan
yang terlibat langsung dalam pelayanan antara lain :
1) Perawat
2) Perawat Gigi
3) Bidan
4) Tenaga Laboratorium Klinik
5) Petugas kesehatan lainnya yang melakukan pelayanan

2. Pengolahan data dan pengkodean


a. Pengolahan informasi Rekam Medis Elektronik terdiri atas:
1) Pengkodean merupakan merupakan kegiatan pemberian kode
klasifikasi klinis sesuai dengan klasifikasi internasional penyakit
dan tindakan medis yang terbaru International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems (ICD-10),
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2) Pelaporan terdiri atas pelaporan internal dan pelaporan eksternal
dari fasilitas pelayanan Kesehatan kepada Dinas Kesehatan serta
pemangku kepentingan terkait
3) Penganalisisan dilakukan terhadap data Rekam Medis Elektronik
secara kuantitatif dan kualitatif
b. Selain pengolahan informasi Rekam Medis Elektronik, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang dengan alasan tertentu tidak dapat
menyelenggarakan Rekam Medis Elektronik harus melakukan
pengindeksan.
c. Pengindeksan merupakan kegiatan pengelompokan data paling sedikit
berupa indeks nama Pasien, alamat, jenis penyakit, tindakan/operasi;
dan kematian.
3. Klaim Pembiayaan
Penginputan data untuk klaim pembiayaan merupakan kegiatan
penginputan kode klasifikasi penyakit pada aplikasi pembiayaan
berdasarkan hasil diagnosis dan tindakan yang ditulis oleh Tenaga
Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan sesuai dengan Rekam Medis,
dalam rangka pengajuan penagihan biaya pelayanan.
Pembiayaan pelayanan Klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
dibayar dengan kapitasi, yaitu berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
di Fasilitas Kesehatan tersebut tanpa pengenaan iur biaya kepada
peserta.
Pembiayaan pelayanan Klaim Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
dibayar dengan paket per hari rawat dengan besaran Rp100.000,00 per
hari. Pasien tidak boleh ditarik iur biaya. Pengajuan klaim RITP atas
pelayanan yang sudah diberikan kepada peserta pada bulan sebelumnya
diajukan secara kolektif setiap bulan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional Kabupaten BPJS
Kesehatan, dengan menyampaikan kelengkapan administrasi umum.
Dengan menggunakan aplikasi PCare atau Primary Care BPJS Kesehatan
memudahkan akses melakukan pendaftaran untuk berobat,
mendapatkan layanan kesehatan dan laboratorium.
4. Penyimpanan Rekam Medis
a. Dokumen Rekam Medis Elektronik menggunakan penyimpanan
berbasis digital pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang berupa E-
Puskesmas selama 25 tahun.
b. Penyimpanan Rekam Medis Elektronik harus menjamin keamanan,
keutuhan, kerahasiaan, dan ketersediaan data Rekam Medis
Elektronik.
c. Dokumen rekam medis manual disimpan dalam satu ruangan
tertutup yang aman dari kehilangan, bahaya api, bebas banjir dan
terlindung dari kerusakan
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan penyimpanan melalui
media penyimpanan berbasis digital wajib memiliki cadangan data
(backup system) yang dilakukan secara periodik.
5. Penjaminan Mutu
a. Penjaminan mutu dilakukan secara internal oleh Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan cara audit mutu Rekam Medis Elektronik yang
dilakukan berkala oleh tim reviu Rekam Medis yang dibentuk oleh
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan dilakukan sesuai dengan
pedoman Rekam Medis Elektronik.
b. Selain penjaminan mutu secara internal, pemerintah dapat melakukan
audit mutu Rekam Medis Elektronik dan dapat melibatkan pihak
terkait, sebagai bagian dari pembinaan dan pengawasan
c. Kelengkapan pengisian merupakan salah satu penjamin mutu rekam
medis, dengan melakukan analisis kuantitatif rekam medis. analisis
kuantitatif merupakan kegiatan telaah isi rekam medis dengan tujuan
menemukan kekurangan khusus terkait pencatatan rekam medis pada
komponen sebagai berikut:
1) Identitas Pasien;
2) Tanggal dan Waktu;
3) Hasil anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit);
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;
5) Diagnosa;
6) Pengobatan dan atau tindakan;
7) Autentikasi petugas kesehatan;
6. Transfer Isi Rekam Medis Elektronik
a. Transfer isi Rekam Medis Elektronik merupakan kegiatan pengiriman
Rekam Medis dalam rangka rujukan pelayanan kesehatan perorangan
ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan penerima rujukan
b. Transfer isi Rekam Medis Elektronik dilakukan melalui platform
layanan interoperabilitas dan integrasi data kesehatan yang dikelola
oleh Kementerian Kesehatan
7. Kepemilikan dan Isi Rekam Medis
a. Dokumen Rekam Medis milik Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Fasilitas
Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan dan/atau penggunaan oleh orang, dan/atau badan yang
tidak berhak terhadap dokumen Rekam Medis. Isi Rekam Medis milik
Pasien dan disampaikan kepada Pasien.
b. Selain kepada Pasien, Rekam Medis dapat disampaikan kepada
keluarga terdekat atau pihak lain, dalam hal :
1) Pasien di bawah umur 18 (delapan belas) tahun; dan/atau
2) Pasien dalam keadaan darurat
c. Penyampaian Rekam Medis kepada pihak lain dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Pasien.
d. Rekam Medis harus dibuat oleh penanggung jawab pelayanan. Isi
Rekam Medis paling sedikit terdiri atas:
1) Identitas Pasien
2) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
3) Diagnosis, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan
kesehatan
4) Nama dan tanda tangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan
kesehatan
e. Rekam Medis harus diberikan kepada Pasien rawat inap dan rawat
darurat pada saat pulang, atau kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
penerima rujukan pada saat melakukan rujukan. Selain untuk Pasien
rawat inap dan rawat, Rekam Medis dapat diberikan kepada Pasien
rawat jalan apabila dibutuhkan
f. Rekam Medis yang ditujukan kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
penerima rujukan menjadi bagian dari surat rujukan dalam sistem
rujukan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
g. Rekam Medis yang diberikan pada saat Pasien pulang berupa surat
yang dikirimkan dan diterima dalam bentuk elektronik dengan
menggunakan jaringan komputer atau alat komunikasi elektronik lain
termasuk ponsel atau dalam bentuk tercetak
h. Isi Rekam Medis Elektronik terdiri atas dokumentasi administrative
dan dokumentasi klinis. Dokumentasi paling sedikit berisi
dokumentasi pendaftaran. Dokumentasi klinis berisi seluruh
dokumentasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada Pasien di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Pelepasan Informasi Kesehatan
a. Pembukaan isi Rekam Medis dapat dilakukan atas persetujuan Pasien
dan/atau tidak atas persetujuan Pasien.
b. Pembukaan isi Rekam Medis atas persetujuan Pasien dilakukan
untuk:
1) Kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan,
dan perawatan Pasien;

2) permintaan Pasien sendiri; dan/atau

3) keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan


pembiayaan kesehatan.

c. Dalam hal Pasien tidak cakap, persetujuan pembukaan isi Rekam


Medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat atau pengampunya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Keluarga terdekat meliputi suami/istri, anak yang sudah dewasa,


orang tua kandung, dan/atau saudara kandung Pasien.

e. Pembukaan isi Rekam Medis tidak atas persetujuan Pasien dilakukan


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk
kepentingan:

a) pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka


penegakan hukum, penegakan etik atau disiplin, audit medis;

b) penanganan kejadian luar biasa/wabah penyakit


menular/kedaruratan kesehatan masyarakat/ bencana;

c) pendidikan dan penelitian;


9. Pemusnahan rekam Rekam Medis
a. Penyimpanan data Rekam Medis Elektronik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dilakukan paling singkat 25 (dua puluh lima) tahun sejak
tanggal kunjungan terakhir Pasien.
b. Setelah batas waktu data Rekam Medis Elektronik dapat dikecualikan
untuk dimusnahkan apabila data tersebut masih akan dipergunakan
atau dimanfaatkan.
c. Dokumen rekam medis manual yang sudah melewati masa aktif
dilakukan pemusnahan oleh petugas rekam medis atas persetujuan
Kepala Puskesmas Rajagaluh. Jangka waktunya adalah 2 (dua) tahun
terhitung dari tanggal terakhir berobat.
10. Keamanan dan Perlindungan Data
a. Rekam Medis Elektronik harus memenuhi prinsip keamanan data dan
informasi, meliputi, kerahasiaan, integritas dan ketersediaan, yaitu:
1) Kerahasiaan merupakan jaminan keamanan data dan informasi dari
gangguan pihak internal maupun eksternal yang tidak memiliki hak
akses, sehingga data dan informasi yang ada dalam Rekam Medis
Elektronik terlindungi penggunaan dan penyebarannya.
2) Integritas merupakan jaminan terhadap keakuratan data dan
informasi yang ada dalam Rekam Medis Elektronik, dan perubahan
terhadap data hanya boleh dilakukan oleh orang yang diberi hak
akses untuk mengubah.
3) Ketersediaan merupakan jaminan data dan informasi yang ada
dalam Rekam Medis Elektronik dapat diakses dan digunakan oleh
orang yang telah memiliki hak akses yang ditetapkan oleh pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Dalam rangka keamanan dan perlindungan data Rekam Medis,
pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan memberikan hak akses
kepada Tenaga Kesehatan dan/atau tenaga lain di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
11. Hak dan Kewajiban Pasien
a. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
b. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1) Pendidikan minimal : DIII
2) Pelatihan : Pelatihan management, pelatihan simpus
3) Pengalaman : sudah bekerja di unit pendaftaran > 3 tahun
c. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
d. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara
identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien,
alamat/tempat tinggal dan nomor rekam medis.
e. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi
lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis
pelayanan, dan informasi tentang kerjasama dengan fasilitas
kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran
f. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan
proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran
A. Hak-hak pasien meliputi :
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di Puskesmas.
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
4) Memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di puskesmas.
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritanya kepada
dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar puskesmas.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
10) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
11) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak menggangu pasien lainnya;
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di puskemas;
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas
terhadap dirinya.
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;
17) Menggugat atau menuntut puskesmas apabila puskesmas itu
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana;
18) Mengeluhkan pelayanan puskesmas yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Kewajiban pasien meliputi :
1) Mematuhi peraturan yan berlaku di Puskesmas;
2) Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;
3) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak
Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di
Puskesmas;
4) Memberi informasi yang lengkap dan jujur, lengkap dan
akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang
masalah kesehatannya.
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan Kesehatan yang dimilikinya;
6) Mematuhi rencana therapi yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan disetujui oleh Pasien
yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan;
7) Menerima segala konsekkuensi atas keputusan pribadinya
untuk menolak rencana therapy yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit;
8) Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

A. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN


1. Dilakukan skrining dan pengkajian awal secara paripurna oleh tenaga
yang kompeten untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan sesuai
dengan panduan praktik klinis, termasuk penangan nyeri dan dicatat
dalam rekam medis;
2. Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga medis, dapat
dilakukan pelimpahan wewenang tertulis kepada perawat dan/atau
bidan yang telah mengikuti pelatihan, untuk melakukan kajian awal
medis dan pemberian asuhan medis sesuai dengan kewenangan
3. Rencana asuhan dibuat berdasarkan hasil pengkajian awal,
dilaksanakan dan dipantau, serta direvisi berdasarkan hasil kajian
lanjut sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien
4. Dilakukan asuhan pasien, termasuk jika diperlukan asuhan secara
kolaboratif sesuai dengan rencana asuhan dan panduan praktik klinis
dan/atau prosedur asuhan klinis agar tercatat di rekam medis dan
tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu perubahan kebutuhan
pasien
5. Dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan evaluasi serta
tindak lanjut bagi pasien dan keluarga dengan metode yang dapat
dipahami oleh pasien dan keluarga
6. Pasien atau keluarga pasien memperoleh informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan dilakukan sebelum
memberikan persetujuan atau penolakan (informed consent), termasuk
konsekuensi dari keputusan penolakan tersebut
7. Dilakukan Asuhan pasien termasuk jika diperlukan asuhan secara
kolaboratif

B. PELAKSANAAN LAYANAN
a. Pelayanan Poli Umum
a. Pasien mengambil nomor urut dan menyerahkan persyaratan di
loket pendaftaran (UMUM,BPJS/KIS) serta kartu berobat
bagi pasien lama
b. petugas menyanyakan keperluan pasien untuk berobat ke poli yang
dibutuhkan.
c. petugas rekam medik mencarikan data rekam medik pasien sesuai
nomor urut,jika pasien baru maka dibuatkan rekam medik baru
d. petugas mengantarkan rekam medik ke poli umum
e. pasien menunggu panggilan diruang tunggu
f. petugas ruangan memanggil pasien sesuai urutan dan
melakukan
kajian klinis awal berupa Vital Sign dan Anamnesa singkat
g. Dokter melakukan Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
Menentukan apakah pasien memerlukan rujukan ke laboratorium
/ruang konsultasi gizi/ sanitasi
h. dokter menentukan diagnosis dan terapi
i. untuk pasien yang memerlukan tindakan medis diruangan
tindakan, langsung menuju ruangan tindakan.
j. petugas melakukan kajian klinis awal
k. petugas melakukan informed consent pada pasien atas tindakan
medis yang akan dilakukan
l. dokter/perawat melakukan tindakan medis sesuai diagnosa
pasien
m. pasien mengambil resep diruangan farmasi
n. Petugas mencatat hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien
kedalam rekam medis
o. Petugas mencatat dalam register pasien
b. Pelayanan MTBS
a. Petugas melakukan pengisian identitas anak
b. Petugas melakukan penilaian dan klasifikasi
balita sakit
1) Memeriksa tanda bahaya umum
2) Memeriksa batuk dan kesukaran
bernafas
3) Memeriksa Diare
4) Memeriksa Deman
5) Memeriksa masalah telinga
6) Memeriksa status gizi
7) Memeriksa anemia
8) Memeriksa status HIV pada Balita
9) Memeriksa status imunisasi
10) Memeriksa pemberin vitamin A
11) Menilai masalah atau keluhan lain pada
balita
12) Penilai pemberian makan
g. Petuga memberikan tindakan atau pengobatan balita sakit segera
h. Petugas melakukan pelayanan tindak lanjut balita sakit
i. Petugas melakukan pencegahan cedera pada anak
j. Petugas melakukan pencatatan balita sakit
3. Pelayanan Gigi dan Mulut
a. Anamnesa
b. Pelayanan Gigi dan Mulut
1) Persiapan pelayanan poli gigi dan mulut
2) Pengkajian awal klinis pasien gigi dan mulut
3) Pengisian Odontogram pada rekam medis gigi
4) Pengoperasian dental unit
5) Sterilisasi alat
6) Penyimpanan alat medis
7) Pencabutan gigi tetap
8) Pencabutan gigi sulung
9) Penumpatan tetap dengan gic
10) Penumpatan sementara
11) Scaling
12) Anastesi gigi
13) Penatalakasanaan gangrene radix
14) Penatalaksanaan periodontitis
15) Penatalaksanaan gingivitis
16) Penatalaksanaan persistensi
17) Penatalaksanaan pulpitis irreversibel
c. Memberikan peresepan obat yang dibutuhkan
d. Kasus yang tidak dapat ditangani, dirujuk ke dokter spesialis atau
rumah sakit
4. Pelayanan KIA/KB
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan kebidanan dan
imunisasi
c. Assessment
d. Melakukan tindakan atau intervensi yang bias dilakukan di
Puskesmas
e. Memberikan peresepan obat yang
dibutuhkan
f. Kasus yang tidak dapat ditangani, dirujuk ke dokter spesialis atau
Rumah Sakit
5. Pelayanan Gizi
1. Jenis Pelayanan Gizi UPTD Puskesmas Rajagaluh

a. Pelayanan gizi klinik di rawat inap.


Pelayanan gizi yang dilakukan di rawat inap berfokus pada
Pelayanan Asuhan Gizi Terintegrasi yang meliputi Skrining,
Assesement, Diagnosa, Intervensi serta Monitoring dan Evaluasi.
b. Penyelenggaraan makanan untuk pasien.
Penyelenggaraan makanan untuk pasien berfokus untuk
membantu pasien dalam mendukung proses penyembuhann selama
dirawat dan memberikan pengetahuan terkait diit yang sesuai dengan
kondisi penyakitnya.
c. Konsultasi gizi di rawat jalan
Konsultasi gizi yang dilakukan di rawat jalan/ poli berfokus pada
pendekatan personal kepada pasien untuk dapat mengatasi
permasalahan food habits dan tatalaksana diit untuk penyakit yang
diderita pasien tersebut. Pasien dengan obesitas, diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit dan stroke adalah
beberapa penyakit yang sangat memerlukan pengaturan diit sehari-
hari sebagai salah satu tatalaksana penyakitnya.
2. Sistem, Mekanisme dan prosedur
a. Pelayanan Rawat Inap
1) Pasien masuk IGD
2) Pasien yang perlu rawat inap dilakukan Skrining Gizi & diantar
ke ruang rawat inap
3) Pasien dengan resiko malnutrisi sedang & tinggi mendapat
proses Asuhan gizi.
4) Pasien dipesankan diet sesuai diagnosa dokter
5) Pasien yang berdiet khusus diberikan konsultasi gizi
6) Pasien pulang/dirujuk
b. Pelayanan Produksi dan distribusi makanan pasien
1) Petugas dapur mengambil buku permintaan diet pasien diruang
rawat inap
2) Petugas dapur merekap permintaan diet pasien
3) Petugas dapur mengolah bahan makanan sesuai dengan menu
4) Petugas dapur mengantar makanan ke pasien sesuai dengan
diet pasien.
c. Perawatan Rawat Jalan
1) Pasien yang dirujuk dari poli menunggu di ruang konseling
2) Petugas memanggil pasien
3) Petugas melakukan anamnesa pasien
4) Petugas memberikan konseling Gizi berdasarkan penyakit
pasien.
5) Pasien pulang/dirujuk
3. Jam Pelayanan Gizi UPTD Puskesmas Rajagaluh

a. Hari Senin- Kamis Jam 08.00 – 14.30 WIB

b. Hari Jum’at Jam 08.00 – 11.30 WIB

c. Hari Sabtu Jam 08.00 – 13.00 WIB

4. Tarif Pelayanan Gizi UPTD Puskesmas Rajagaluh : Gratis

C. PELAYANAN KEGAWAT DARURATAN


c. Pasien diprioritaskan atas dasar kegawatdaruratan sebagai tahap triase
sesuai dengan kebijakan, pedoman dan prosedur yang ditetapkan .
d. Pasien datang di UGD, sementara keluarga/ pengantar pasien
mengurus pendaftaran di loket pendaftaran
e. Petugas triase melakukan melakukan triase kemudian dilanjutkan
dengan dokter melakukan anamnesa primer dan sekunder
f. Dilakukan tindakan medis
g. Rawat jalan jika kondisi bagus dan memungkinkan
h. Pasien gawat darurat yang perlu dirujuk ke FKRTL diperiksa dan
distabilisasi terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan Puskesmas dan
dipastikan dapat diterima di FKRTL sesuai dengan kebijakan, pedoman
dan prosedur yang ditetapkan

D. PELAYANAN ANASTESI LOKAL DAN TINDAKAN DI PUSKESMAS


DILAKSANAKAN SESUAI STANDAR
A. Jenis-jenis anestesi local yang tersedia
dan Petugas yang Obat:
a. Lidocain 2%
b. Chloretyl
Petugas berwenang;
a. Dokter/Dokter Gigi
b. Perawat/ Bidan/Perawat gigi yang mendapatkan delegasi wewenang
dari Dokter/Dokter Gigi
B. Jenis-jenis pembedahan minor yang dapat diberikan di unit pelayanan
Puskesmas Rajagaluh

1. Penanganan Vulnus (Laceratum, Appertum, dan Ictum) derajat ringan

2. Incisi abcess

3. Extraksi Kuku

4. Pengambilan corpus alienum superficial

5. Debridement luka

6. Pemasangan KB implant

7. Ekstraksi KB Implant

8. Ekstraksi Gigi

E. RUJUKAN DAN PEMULANGAN

1. KEBIJAKAN RUJUKAN PASIEN

a. Rujukan Eksternal dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke


tingkat yang lebih tinggi di lakukan apabila :
1) Pasien membutuhkan pelayanan yang lebih spesifik atau sub
spesialistik
2) Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan ketenagaan
b. Rujukan Eksternal dari tingkat pelayanan yang lebih tinggi
ketingkatan yang lebih rendah di lakukan apabila :
1) Permasalahan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
yang lebih rendah sesuai kompetensi dan kewenangan
2) Kompetensi dan kewenangan pelayanan Tingkat I dan Tingkat II
lebih baik dalam melayani pasien
3) Pasien memerlukan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang.
c. Rujukan Internal merupakan rujukan antara pelayanan dalam satu
tingkatan
1) Rujukan internal dilakukan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan ketenagaan yang
sifatnya sementara

2. KRITERIA PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN


a. Apabila pihak puskesmas mengizinkan pasien meninggalkan
puskesmas dalam satu waktu tertentu untuk hal tertentu, seperti
cuti ada kebijakan dan prosedur tetap untuk proses tersebut :
2) Merujuk atau memulangkan pasien berdasarkan atas status
kesehatan dan kebutuhan pelayanan selanjutnya
3) Ada ketentuan atau kriteria bagi pasien yang siap untuk
dipulangkan.
4) Apabila diperlukan, perencanaan untuk merujuk dan
memulangkan pasien dapat diproses lebih awal dan apabila perlu
mengikut sertakan keluarga.
5) Pasien dirujuk dan dipulangkan berdasarkan atas kebutuhannya.
6) Pasien yang meninggalkan puskesmas dalam waktu tertentu
berdasar atas kebijakan puskesmas.

b. Puskesmas bekerjasama dengan para praktisi kesehatan dan badan


di luar puskesmas untuk memastikan bahwa rujukan dilakukan
pada waktu yang tepat.
Harus ada perencanaan untuk melaksanakan rujukan yang
tepat waktu ke praktisi kesehatan, rumah sakit dan badan-badan
lainnya di luar puskesmas. Puskesmas mengenal penyedia jasa
kesehatan lain yang ada di lingkungannya dan membangun
hubungan yang bersifat formal maupun informal.
Apabila pasien datang dari masyarakat yang berbeda, puskesmas
berusaha membuat rujukan ke individu yang mampu atau
penyedia jasa kesehatan yang ada dimasyarakat dari mana pasien
berasal.
Selain itu pada waktu pulang mungkin pasien membutuhkan
pelayanan penunjang dan pelayanan medis seperti pelayanan
sosial, nutrisi, finansial, psikologi dan pelayanan penunjang
lainnya. Perencanaan pemulangan pasien akan menentukan jenis
pelayanan penunjang apa yang dibutuhkan pasien.
1) Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan
penunjang dan kelanjutan
2) Pelayanan medis.
3) Puskesmas mengidentifikasi organisasi dan individu penyedia
pelayanan kesehatan di lingkungannya dan membangun
kerjasama yang baik
4) Apabila memungkinkan rujukan keluar Puskesmas ditujukan
kepada individu secara spesifik dan badan dari mana pasien
berasal.
5) Apabila memungkinkan rujukan dibuat untuk pelayanan
penunjang.

c. Rekam medis pasien berisi salinan resume pelayanan medis pasien


pulang :
Resume pelayanan pasien disiapkan waktu pasien pulang dari
rumah sakit. Staf yang mampu mengkompilasi resume tersebut,
misalnya dokter, dokter ruangan atau staf lain. Salinan resume
pelayanan pasien pulang ditempatkan dalam rekam medis dan
sebuah salinan diberikan kepada pasien atau keluarganya, jika ada
indikasi dan sesuai peraturan perundang- undangan.Salinan
resume pelayanan tersebut diberikan kepada praktisi kesehatan
yang akan bertanggung jawab untuk pelayanan berkelanjutan bagi
pasien atau tindak lanjutnya.
1) Resume pelayanan pasien pulang disiapkan oleh tenaga yang
mampu pada waktu pasien pulang.
2) Ringkasan berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.
3) Salinan ringkasan pelayanan pasien didokumentasikan dalam
rekam medis.
4) Kalau tidak bertentangan dengan kebijakan rumah sakit, hukum
atau budaya, pasien juga diberikan salinan ringkasan pelayanan
pasien pulang.
5) Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi
kesehatan yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut
pelayanan.
6) Kebijakan dan prosedur menetapkan kapan resume pasien pulang
harus dilengkapi dan dimasukkan ke status pasien.

d. Resume pelayanan pasien pulang lengkap.


Resume pelayanan pasien pulang menggambarkan tindakan yang
dilakukan selama pasien tinggal di rawat di puskesmas. Resume
dapat dipergunakan oleh praktisi kesehatan yang bertanggung
jawab untuk pelayanan selanjutnya dan mencakup:
1) Alasan masuk rumah sakit.
2) Penemuan kelainan fisik dan lainnya yang penting.
3) Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan.
4) Pemberian medikamentosa dan pemberian obat waktu pulang.
5) Status/ kondisi pasien waktu pulang.
6) Instruksi follow-up / tindak lanjut.

e. Pasien dan keluarga yang tepat, diberikan pengertian tentang instruksi


tindak lanjut.
Untuk pasien yang tidak langsung dirujuk ke rumah sakit lain
instruksi yang jelas dimana dan bagaimana menerima pelayanan
lanjutan adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai dengan yang dibutuhkan.
Instruksi mencakup nama dan lokasi untuk pelayanan lanjutan,
kapan kembali ke puskesmas untuk kontrol dan kapan pelayanan
yang mendesak harus didapatkan. Keluarga di ikutsertakan dalam
proses apabila pasien kurang dapat mengerti dan mengikuti
instruksi. Keluarga juga diikutsertakan apabila mereka berperan
dalam proses pemberian pelayanan lanjutan.
Puskesmas memberikan instruksi kepada pasien dan
keluarganya yang tepat dengan cara sederhana dan gampang
dimengerti. Instruksi diberikan dalam bentuk tertulis yang sangat
mudah dimengerti pasien.
1) Instruksi untuk tindak lanjut diberikan dalam bentuk dan
cara yang mudah dimengerti pasien dan keluarganya.
2) Instruksi mencakup kapan kembali untuk pelayanan tindak
lanjut.
3) Instruksi mencakup kapan mendapatkan pelayanan yang
mendesak.
4) Keluarga diberikan instruksi untuk pelayanan bila diperlukan
berkenaan dengan kondisi pasien.

f. Puskesmas mempunyai proses untuk penatalaksanaan dan tindak


lanjut bagi pasien yang pulang karena menolak nasehat medis.
Apabila pasien rawat inap atau pasien rawat jalan memilih
pulang karena menolak nasehat medis, ada risiko berkenaan
dengan pengobatan yang tidak adekuat yang dapat berakibat cacat
permanen atau kematian. Puskesmas perlu mengerti alasan kenapa
pasien menolak nasehat medis sehingga dapat berkomunikasi
secara lebih baik dengan mereka. Apabila pasien mempunyai
keluarga dokter, maka untuk mengurangi risiko, puskesmas dapat
memberitahukan dokter tersebut. Proses dilaksanakan sesuai
dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
1) Ada proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien
rawat inap dan pasien rawat jalan yang pulang karena menolak
nasehat medis.
2) Apabila diketahui ada keluarganya yang dokter, kepadanya
diberitahu.
3) Proses dilaksanakan sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.

F. KEGIATAN PELAYANAN LABORATORIUM UPTD PUSKESMAS


1. Alur pelayanan laboratorium
a. Permintaan pemeriksaan laboratorium
 Pasien datang membawa rujukan dari Unit Rawat Jalan,
KIA/PONED, Unit Rawat Inap, UGD Setelah menyelesaikan
administrasi di kasir.
 Petugas menerima formulir rujukan dari pasien.
 Petugas mencatat identitas pasien dan jenis pemeriksaan
laboratorium pada buku register
b. Pengambilan Spesimen
 Pengambilan Darah Vena
 Petugas memasang torniquet
 Petugas laboratorium melakukan desinfeksi daerah vena
mediana cubiti dengan kapas alkohol 70 %
 Petugas laboratorium membiarkan daerah tersebut kering
 Petugas menusukan disposable syringe pada daerah vena yang
telah di desinfeksi
 Petugas melepaskan torniquet
 Petugas mengambil specimen darah sesuai dengan kebutuhan
 Petugas menaruh kapas diatas jarum
 Petugas mencabut jarum perlahan
 Petugas menutup luka bekas tusukan dengan plester
 Petugas membuang disposible syringe yang telah dipakai pada
safety box
 Pengambilan darah kapiler
 Petugas laboratorium menyiapkan autoclik yang telah diisi blood
lancet yang baru
 Petugas laboratorium membersihkan ujung jari dengan kapas
alkohol 70 %
 Petugas laboratorium membiarkan daerah tersebut kering
 Petugas laboratorium memegang bagian yang akan ditusuk
supaya tidak bergerak
 Petugas laboratorium menusuk autoclik pada jari yang telah di
desinfeksi
 Petugas laboratorium membuang tetesan darah pertama keluar
dengan memakai kapas kering, tetesan darah berikutnya
dipakai untuk pemeriksaan.
 Petugas laboratorium menekan bekas tusukan dengan kapas
kering
 Petugas laboratorium melepaskan blood lancet dari autoclik
 Petugas laboratorium membuang blood lancet ke dalam safety
Box.
 Pengambilan sampel urine
 Petugas laboratorium melabeli tempat urin
 Petugas laboratorium memberikan tempat urin kepada pasien
 Petugas laboratorium memberikan penjelasan pada pasien
 Petugas laboratorium meninta pada pasien untuk mengambil
urin pancar tengah, urin yang keluar pertama dibuang yang
tengah ditampung dan yang terakhir dibuang
 Petugas laboratorium menerima sampel urin.
 Pengambilan Sampel feses
 Petugas laboratorium memberi label identitas pasien pada
tempat feses
 Petugas laboratorium memberikan tempat feses pada pasien
 Petugas laboratorium memberikan penjelasan kepada Pasien
untuk buang air kecil terlebih dahulu karena feses tidak boleh
tercampur urin
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien untuk
mengambil bagian yang tidak normal dari feses seperti lendir
dan mengandung darah
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien untuk
menutup pot dengan rapat
 Petugas laboratorium menerima sampel feses.
 Pengambilan Sampel Sputum.
 Petugas laboratorium memberikan label identitas pasien pada
pot sputum.
 Petugas laboratorium memberikan penjelasan pada pasien
bagaimana cara memperoleh sputum yang baik.
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien untuk
kumur-kumur terlebih dahulu, lalu tarik nafas 2-3 kali tahan
beberapa detik kemudian batukkan dengan kuat.
 Petugas laboratorium memberikan gambaran bahwa sputum
yang baik adalah yang kental dan jumlahnya 2 -3 ml/.
 Petugas laboratorium menginstruksikan kepada pasien untuk
menutup wadah sputum dengan rapat
 Petugas laboratorium menerima sampel sputum

c. Penerimaan spesimen
Setelah pengambilan specimen, petugas melakukan pemeriksaan
sesuai dengan permintaan pemeriksaan.
d. Penyimpanan specimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang di minta kecuali untuk setiap spesimen yang
dilakukan waktu penundaan pemeriksaan atau untuk rujukan.
2. Waktu Penyerahan Hasil Pemeriksaan Pelayanan Laboratorium
No Pemeriksaan Waktu Penyampaian Laporan Hasil
Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium ( di hitung dari di
terimanya sampel )
1 Hematologi 120 menit
2 Kimia Darah 60 menit
3 Urinalisa 30 menit
4 Serologi 30 menit
6 BTA 2 hari

3. Waktu Penyerahan hasil Laboratorium CITO


Waktu Penyampaian Laporan Hasil
Pemeiksaan Pemeriksaan Laboratorium Untuk
No
Laboratorium Pasien Urgen / Cito (di hitung dari di
terimanya sampel)
1 Hematologi Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 60 menit
2 Kimia Darah Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 30 menit
3 Urinalisa Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 30 menit
4 Serologi Didahulukan pemeriksaanya dari pasien
yang tidak urgen, maksimal 30 menit

4. Jam buka pelayanan


Senin – Kamis : 08.00 – 14.30 WIB
Jumat : 08.00 – 11.30 WIB
Sabtu : 08.00 – 13.00 WIB
5. Pelayanan di luar jam kerja
a. Jenis pemeriksaan
 Hematologi : Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Trombosit,
Lekosit
 Kimia Klinik : Glukosa, Cholesretol total, HDL Cholesterol, LDL
Cholesterol, Asam Urat, Ureum, Kreatinin
 Urinalis : Urin Lengkap, Urin Rutin, Pp test
b. Waktu Pelayanan Laboratorium Diluar Jam kerja
1. Senin – Kamis : Jam 14.30 s/d 07.30 ( esok harinya )
2. Jum’at : Jam 11.30 s/d 07.30 ( esok harinya )
3. Sabtu : Jam 13.00 s/d 07.30 ( esok harinya )
4. Minggu : Shift I Jam 08.00 – 14.00
Shift II Jam 14.00 – 07.30 ( esok harinya )
c. Petugas yang berhak melakukan pemeriksaan adalah petugas
laboratorium yang bertugas sesuai jadwal yang telah di tentukan
dengan sitem on call bila ada pasien.
2. KESELAMATAN KERJA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
Kegiatan pencegahan bahaya atau resiko terhadap petugas yang
berada di dalam Laboratorium maupun lingkungan sekitarnya
merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
b. Desain tempat kerja yang menunjang K3
 Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses
kerja di laboratorium.
 Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja.
 Pencahayaan cukup dan nyaman.
 Ventilasi cukup dan sesuai.
 Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah
dijangkau jika diperlukan.
 Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
c. Sanitasi Lingkungan
 Semua ruangan bersih, kering dan higienis
 Tersedia tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi
dengan kantong plastik dan diberi tanda khusus.
 Tata ruang laboratorium baik sehingga tidak dapat dimasuki/
menjadi sarang serangga atau binatang pengerat
 Tersedia tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur.
 Petugas laboratorium tidak diperbolehkan makan dan minum
dalam laboratorium.
d. Proses kerja, Bahan, dan Peralatan Kerja
1) Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan
keselamatan kerja,seperti : Tempat cuci tangan dengan air
yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.
2) Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium,
masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama
bekerja.
3) Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus-menerus
selama bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta
ditinggalkan di laboratorium.
4) Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah,
jarum atau benda tajam dan barang sisa laboratorium
ditempatkan di bak / peti dalam laboratorium dan diberi
keterangan.
5) Sarung tangan bekas pakai ditempatkan dalam bak / peti
kuning (menjadi limbah medis / infeksius) yang diberi tanda
khusus.
6) Semua tumpahan segera dibersihkan.
7) Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan
karet penghisap.
8) Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium.
9) Tas / kantong / tempat sampah ditempatkan di tempat yang
ditentukan.
10) Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai
limbah infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
11) Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.
e. Pengelolaan bahan kimia yang benar
1) Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan
kimia yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia,
bahan kimia yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan
persyaratan penyimpanan.
2) Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan
mempunyai pengetahuan serta ketrampilan untuk menangani
kecelakaan.
3) Semua bahan kimia yang ada harus diberi label etiket dan
tanda peringatan
3. PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM BERESIKO TINGGI
Jenis Pelayanan Laboratorium beresiko tinggi di Laboratorium
UPTD Puskesmes Rajagaluh antara lain : BTA dan HIV.
a. Prosedur Kerja
Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat
menimbulkan bahaya / resiko terhadap petugas yang berada di
dalam laboratorium maupun lingkungan sekitarnya. Untuk
mengurangi / mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas
laboratorium harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Dalam melaksanakan praktek laboratorium yang benar, petugas
laboratorium mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan
terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap
peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan
kerja dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila terjadi
kecelakaan di laboratorium.
Kemudian untuk pencegahan tersebut, petugas wajib memakai alat
pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki
tertutup dan apron) yang sesuai selama bekerja. Jas laboratorium
yang bersih dipakai selama bekerja dalam laboratorium dan
dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium setelah selesai
melakukan pekerjaan. Petugas mencuci tangan secara higienis dan
menyeluruh sebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas
laboratorium .
b. Pengelolaan Spesimen
1) Setiap specimen diperlakukan sebagai bahan infeksius.
2) Setiap petugas mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan,
pengiriman dan pengolahan specimen dengan benar.
3) Semua specimen darah dan cairan tubuh disimpan pada wadah
yang memiliki konstruksi yang baik
4) Setiap orang yang memproses specimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan
sarung tangan dan masker.
5) Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci
tangan dan mengganti sarung tangan.
c. Pengelolaan Limbah Beresiko Tinggi
1) Limbah padat seperti Jarum yang telah digunakan harus
diperlakukan sebagai limbah infeksius dan dikumpulkan dalam
safety box dan dikelola oleh pihak ketiga yang bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan.
2) Sedangkan Limbah cair infeksius ditangani dengan dialirkan ke
Instalasi Pengelolaan Limbah Cair UPTD Puskesmas Rajagaluh.
4. JENIS REAGEN ESENSIAL DAN BAHAN LAIN YANG HARUS
TERSEDIA
Berikut Janis reagen dan bahan lainnya yang harus tersedia di laboratorium
UPTD Puskesmas Rajagaluh
NO Reagen esensial NO Reagen esensial

dan bahan lainnya dan bahan lainnya

1 Reagen kit Glukosa 31 Larutan Drabkin


2 Reagen kit Cholesterol 32 Aquadest
3 Reagen kit Trigliserida 33 Kapas
4 Reagen kit HDL cholesterol 34 Na citrat 3,8 %
5 Reagen kit Asam Urat 35 salmonella typhi O
6 Reagen kit Ureum 36 salmonella typhi H
7 Reagen kit Creatinin 37 salmonella pratyphi AH
8 Poch pack D 38 Catridge
9 Poch pack L 39 Reagen Ziehl Nielsen
10 Cell pack 40 Autiklik
11 Stromatolyzer 41 Mikropipet
12 Cell clean 42 Tabung Reaksi (besar & kecil )
13 Golongan darah Anti A 43 Rak tabung reaksi
14 Golongan darah Anti B 44 Rak Westergreen
15 Golongan darah Anti D 45 Tabung Westergreen
16 e-check 46 Imersi oil
17 Urine test strip 3 Parameter 47 Plester
18 Urine test strip 10 Parameter 48 Pot Sputum
19 Pp test 49 Botol Sampel
20 Lancet 50 Pot Urine
21 Tip biru 51 Objek Glass
22 Tip kuning 52 Deck Glass
23 Tabung EDTA 3 ml 53 Tissue Gulung
24 Torniquet 54 Larutan Desinfektan
25 Serbuk EDTA 55 Tusuk sate
26 Larutan Alkohol 56 Bunsen
27 Batang pengaduk 57 Rak pewarnaan BTA
28 Timer 58 Rotator
29 Larutan pembersih 59 Centrifuge
30 HIV test strip 60 Mikroskop

5. BATAS BUFFER STOCK UNTUK MELAKUKAN ORDER


Proses untuk menyatakan jika reagensia dan bahan lain tidak tersedia
adalah ketika buffer stock sudah mulai terpakai atau berkurang, pada saat
itulah melakukan order reagensia dan bahan lain kegudang farmasi dinas
kesehatan atau rekanan pengadaan barang.
Batas waktu buffer stock setiap reagen dan bahan lain, diantaranya :
No Nama reagensia dan bahan lain Waktu Buffer stock
1 Reagen kit Glukosa Sisa 1 botol
2 Reagen kit Cholesterol Sisa 1 botol
3 Reagen kit Trigliserida Sisa 1 botol
4 Reagen kit HDL cholesterol Sisa 1 botol
5 Reagen kit Asam Urat Sisa 1 botol
6 Reagen kit Ureum Sisa ½ botol
7 Reagen kit Creatinin Sisa ½ botol
8 Poch pack D Sisa 1 ½ box
9 Poch pack L Sisa ½ botol
10 Cell pack Sisa ½ box
11 Stromatolyzer Sisa ½ botol
12 Cell clean Sisa ½ botol
13 Golongan darah Anti A Sisa 1 botol
14 Golongan darah Anti B Sisa 1 botol
15 Golongan darah Anti D Sisa 1 botol
16 e-check Sisa ½ botol
17 Urine test strip 3 Parameter Sisa 1 botol
18 Urine test strip 10 Parameter Sisa 1 botol
19 Pp test Sisa ½ box
20 Lancet Sisa 1 box
21 Tip biru Sisa ½ kantong
22 Tip kuning Sisa ½ kantong
23 Torniquet Sisa 1 dengan kondisi baik
24 Serbuk EDTA Sisa ½ botol
25 Larutan Drabkin Sisa 1 botol
26 Aquadest Sisa 3 botol
27 Kapas Sia ½ gulung
28 Na citrat 3,8 % Sisa ½ botol
29 salmonella typhi O Sisa 1 botol
30 salmonella typhi H Sisa 1 botol
31 salmonella pratyphi AH Sisa 1 botol
32 e-check Sisa ½ botol
33 Reagen Ziehl Nielsen Sisa 2 kit
34 Autiklik Sisa 1 dengan kondisi baik
35 Mikropipet Sisa 1 dengan kondisi baik
36 Tabung Reaksi (besar & kecil ) Sisa ½ dari stock lama
37 Rak tabung reaksi Sisa 2 dengan kondisi baik
38 Rak Westergreen Sisa 1 dengan kondisi baik
39 Tabung Westergreen Sisa ½ dari stok lama
40 Imersi oil Sisa ½ botol
41 Plester Sisa 1 gulung
42 Pot Sputum Sisa ½ dari stok
43 Botol Sampel Sisa ½ dari stok
44 Pot Urine Sisa ½ dari stok
45 Objek Glass Sisa ½ dari stok
46 Deck Glass Sisa 1 kotak
47 Tissue Sisa 1 pcs
48 Larutan Desinfektan Sisa ½ botol
49 Tusuk sate Sisa ½ dari stok
50 Larutan Alkohol Sisa ½ dari stok
51 Larutan pembersih Sisa ½ dari stok
52 HIV test strip Sisa 1 box
53 Catridge Sisa 2 box

6. PENGELOLAAN REAGEN
a. Penerimaan Reagensia
a. Memeriksa daftar reagensia yang datang
b. Memeriksa kemasan reagensia dimana reagen dalam keadaan
tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek.
c. Reagen yang datang diperiksa tanggal kadaluarsanya.
7. Penyimpanan Reagensia
a. Menggunakan metode FIFO (first in first out) yaitu reagen yang
lebih dulu masuk persediaan harus digunakan terlebih dahulu.
b. Menggunakan metode FEFO (first expired first out) yaitu reagen
yang masa kadaluarsanya pendek untuk dipakai terlebih dahulu.
c. Untuk menjaga keamanan dan kualitas reagensia perlu dilakukan
pewadahan dengan kriteria :
 Botol berwarna gelap / berwarna coklat
 Wadah reagen tidak bocor
 Wadah reagen harus bermulut kecil dan tertutup rapat.
 Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca
 Wadah reagen harus steril
d. Tutup segera wadah sediaan reagen setelah cairan dikeluarkan.
e. Menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung
Untuk suhu penyimpanan reagen sebagai berikut :
f. Pemberian label pada botol reagensia, diantaranya
 Nama reagensia
 Tanggal penerimaan
 Tanggal pertama kali reagensia di buka
 Tanggal expired
g. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam
sediaan induk
h. Segera menutup dan mengembalikan reagen ke tempat semula
setelah dipergunakan.
i. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang
terjadi pada sediaan reagen
j. Jauhkan reagen dari bahan yang berbahaya seperti api dan
semprotan serangga
k. Membuat kartu stok reagensia
8. Kontrol Kadaluarsa Reagensia
a. Reagen yang baru datang di periksa masa kadaluarsanya.
b. Lakukan penandaan masa kadaluarsa dengan ketentuan sebagai
berikut
 Reagen dengan masa kadaluarsa lebih dari satu tahun diberi
label berwarna hijau
 Reagen dengan masa kadaluarsa kurang dari enam bulan diberi
label berwarna kuning
 Reagen dengan masa kadaluarsa kurang dari 3 bulan diberi
label berwarna merah
c. Pngecekan masa kadaluarsa dilakukan satu bulan sekali

9. RUJUKAN
Dalam melaksanakan pemeriksaan specimen yang tidak tersedia atau tidak
mampu melakukan pemeriksaan di Laboratorium UPTD Puskesmas
Rajagaluh, maka specimen atau pasien datang sendiri mengunjungi
laboratorium rujukan ke Laboratorium Kesehatan Daerah. Specimen yang
akan dirujuk dikirim dalam bentuk yang relatif stabil dengan persyaratan
pengiriman spesimen antara lain:
a. Waktu pengiriman tidak melampaui masa stabilitas spesimen.
b. Tidak terkena sinar matahari langsung
c. Kemasan memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
d. Spesimen yang dirujuk diberi label berisi nomor spesimen, nama, umur,
jenis kelamin, alamat, tanggal pengambilan specimen pada badan wadah.
e. Spesimen yang dirujuk disertai formulir pengiriman data pasien.
10. PENANGANAN DAN PEMBUANGAN BAHAN BERBAHAYA
Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup,dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya penularan atau infeksi
baik kepada petugas ataupun lingkungan dari segala sesuatu yang
disebabkan oleh bahan berbahaya yang berada di laboratorium ada beberapa
cara penanganan dan pebuangan bahan berbahaya.
1. Limbah cair
Yang termasuk limbah cair adalah pelarut organik bahan kimia untuk
pengujian, bekas pencucian alat dan specimen ( darah dan cairan tubuh )
di musnahkan dengan cara :
a. Sampah klinis cair, sampel darah, sampel urine, zat kimia, air bekas
mencuci dapat dibuang melalui saluran di bawah tanah dan ditampung
dalam septic tank khusus.
b. Sampah klinis padat yang tidak langsung dibuang dan masih bisa
dipakai, seperti botol sampel, tabung reaksi dimasukan dalam tempat
yang telah diberi desinfektan dan detergen, kemudian dicuci, dibilas
dengan air bersih lalu dimasukan dalam oven dengan temperatur yang
telah ditentukan. Alat gelas 120°C selama 2 jam. Alat plastik 37°C
selama 2 jam
c. Menyiram wastafel dengan larutan desinfektan dan dibilas dengan air
sampai bersih.

2. Limbah padat
Yang termasuk limbah padat adalah peralatan habis pakai seperti jarum
suntik, sarung tangan, kapas, botol specimen kemasan reagen, sisa
specimen, kertas bekas, tisu bekas (terkena bahan infeksius), kertas bekas
dan limbah umum lainnya dapat di musnahkan dengan cara :
a. Jarum suntik dan sisa benda tajam lainnya dimasukan kedalam
safety box
b. Sarung tangan, kapas, botol specimen, kemasan reagen dan bahan-
bahan infeksius lainnya ditampung dalam bak sampah yang
berwarna kuning.
c. Kertas bekas dan limbah umum lainnya ( non infeksius ) di
masukkan kedalam tong sampah yang telah dilapisi kantong kresek
hitam.
d. Selanjutnya petugas kebersihan UPTD Puskesmas Rajagaluh setiap
hari membawa limbah ( infeksius ) ke tempat penampungan
sementara yang selanjutnya akan di kirim pada pihak ketiga untuk
dimusnahkan.
3. Limbah infeksius lainnya ( Dahak )
a. Pot sisa dahak dan bahan lain yang telah terkontaminasi dahak
direndam ke dalam suatu tempat penampungan berisi larutan sodium
hipoklorit 5% atau phenol 5% selama semalam.
b. Kemudian bahan – bahan yang sudah direndam dibakar atau dikubur.
c. Kaca sediaan yang telah dipakai harus dibuang yaitu dengan dikubur
dalam lubang sekali dalam setahun.
4. Bahan Beracun & Korosif
b. Petugas menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahan
yang ditangani. Alat ini harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap
korosif dan mempunyai daya lindung terhadap bahan yang ditangani.
c. Petugas tidak diperkenankan merokok, minum dan makan didalam
ruang kerja.
d. Petugas memastikan ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi
udara yang baik.
1. Bahan Mudah Terbakar
a. Petugas menjauhkan sumber panas yaitu api terbuka/bara, loncatan
api listrik, logam panas, dan tidak diperkenankan merokok.
b. Petugas memastikan ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi
udara yang baik.

6. Bahan reaktif
a. Petugas memastikan bahan reaktif terhindar dari sumber panas dan
matahari
b. Petugas tidak melakukan pengadukan yang menimbulkan panas
c. Petugas menghindarkan bahan reaktif dari benturan dan gesekan yang
kuat
d. Untuk zat reaktif hd air harus disimpan ditempat yang kering,
hindarkan dari uap air dan air.

11. MUTU LABORATORIUM


Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan
proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian
dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu
Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan mutu.

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)

Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan


pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.

a. Manfaat

 Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan


mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
 Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang
salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan
segera.
 Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan
pemeriksaan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan
telah dilakukan dengan benar.
 Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
 Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)

b. Cakupan

Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas:

 Tahap Pra Analitik


 Tahap Analitik
 Tahap Pasca Analitik
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control )
Pemantapan mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan
untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam
bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu eksternal dilaksanakan oleh
pihak pemerintah, swasta, atau internasional.
Setiap laboratorium puskesmas wajib mengikuti pemantapan mutu
eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan
periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium.
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi
laboratorium puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat
menunjukkan performance (penampilan/proficiency) laboratorium yang
bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.
Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara
khusus, harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan
pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan / reagen / metoda
yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu eksternal
tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium
yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat
dan di evaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil
langkah-langkah perbaikan.
G. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
Pelayanan kefarmasian di UPTD puskesmas meliputi 2
( dua ) kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik, kegiatan
tersebut harus didukung sumber daya manusia dan sarana
prasarana.

I. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Rajagaluh dilakukan
oleh :

1. 1 orang Apoteker sebagai penanggung jawab


2. 1 orang D III Farmasi memiliki
3. 1 orang S1 Farmasi
II. Jadwal Pelayanan Farmasi
Jam buka pelayanan farmasi mengikuti jam buka pelayanan di
Puskesmas Rajagaluh, senin s/d kamis (jam 07.30 s/d 14.30), hari
jumat (jam 07.30 s/d 11.30), hari sabtu (07.30 s/d 13.00)
Pelayanan farmasi 24 jam dilaksanakan di :
- Pelayanan obat UGD, Rawat Inap dan Poned dilaksanakan oleh
petugas jaga yang diberi kewenangan pengelolaan obat dan telah
diberi pelatihan

III. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS


PAKAI

Tujuan pengelolaan adalah untuk menjamin kelangsungan


ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efisien, efektif dan rasional, dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan.
Puskesmas menetapkan sedian farmasi dan BMHP yang harus selalu
ada dalam pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Rajagaluh
Sediaan Farmasi dan BMHP ditetapkan berdasarkan pertimbangan seberapa
mendesak harus tersedia dikaitkan dengan waktu untuk menjalani pengobatan
(urgency), seberapa serius sediaan farmasi dan BMHP dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pengobatan (Seriousness) dan Seberapa
kemungkinannya ketidaktersediaan atau tanpa pengobatan dikaitkan
kemungkinan masalah penyakit / kesehatan akan makin memburuk kalau
dibiarkan (Growth).

Daftar Sediaan Farmasi dan BMHP harus selalu ada tercantum pada
lampiran II.
Stok pengaman (buffer stock) untuk sediaan farmasi dan BMHP tersedia
diberlakukan khusus, dimana dinyatakan tidak tersedia bila mencapai nilai
buffer stock. Ketidak tersediaan tersebut tidak berarti menghentikan kegiatan
pelayanan kefarmasian. Namun pada saat tidak tersedia, Puskesmas harus
segera melakukan order / permintaan sediaan farmasi dan BMHP tersebut.
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah
satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
A. Perencanaan Obat
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.

Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara


berjenjang (bottom-up). Data diperoleh dari Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) sub unit dan pemakaian / peresepan di UPTD
Puskesmas

Kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi adalah dengan


menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu
kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

B. Permintaan Obat
Kegiatan Permintaan obat meliputi :
a. Menentukan jenis permintaan obat
1) Permintaan Rutin.
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh DinasKesehatan
Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas.
2) Permintaan Khusus.
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila :
 Kebutuhan meningkat.
 Terjadi kekosongan.
 Ada Kejadian Luar Biasa (KLB / Bencana).
b. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
1) Data pemakaian obat periode sebelumnya.
2) Jumlah kunjungan resep.
3) Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
4) Sisa Stok.
c. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Permintaan obat dihitung dengan mengurangi stock optimum dengan sisa
stock
C. Penerimaan Obat
Petugas penerima obat wajib melakukan pengecekan terhadap obatyang
diserahterimakan, meliputi kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuksediaan obat
sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), dan ditanda tangani
oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Petugas penerima dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan
kerusakan obat. Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada
buku penerimaan obat dan kartu stok.

D. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanankesehatan
terjamin mutu dan keamanannya.

1) Persyaratan gudang
a. Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang
disimpan.
b. Ruangan kering dan tidak lembab.
c. Memiliki ventilasi yang cukup.
d. Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung
untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.
e. Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain.
f. Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
h. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
i. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
j. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan terjamin keamanannya.
k. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
2) Pengaturan penyimpanan obat
a. Obat di susun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
b. Obat dimutasi dengan sistem FEFO dan FIFO.
c. Obat disimpan pada rak.
d. Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet.
e. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.
f. Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
g. Sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
h. Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan sebagai
berikut :

a. Kelembaban
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga mempercepat
kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu
dilakukan upaya-upaya berikut :

 Ventilasi harus baik


 Simpan obat ditempat yang kering.
 Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka.
Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas
udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab.

Biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul.

Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.

b. Sinar Matahari
Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh
sinar matahari. Sebagai contoh, Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar
matahari akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal
kadaluwarsa.

Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain:

• Jendela-jendela diberi gorden.


• Kaca jendela dicat putih.
c. Temperatur/Panas
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitive terhadap pengaruh
panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas.
Sebagai contoh, Salep Oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan
tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut.

Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam
lemari pendingin pada suhu 4 – 8 oC, seperti:

• Vaksin
• Sera dan produk darah
• Antitoksin
• Insulin
• Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)
• Injeksi oksitosin
• Injeksi Metil Ergometrin
Untuk DPT, DT, TT, vaksi n atau kontrasepsi jangan dibekukan
karena akan menjadi rusak.

Cara mencegah kerusakan karena panas antara lain :

 Bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara yang memadai.


 Hindari atap gedung dari bahan metal.
 Jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC.
d. Kerusakan Fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain:

Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk pada karton, jika
tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan
dus, karena obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat
pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan obat. Hindari
kontak dengan benda - benda yang tajam

e. Kontaminasi
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat
mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.

f. Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh
karena itu bersihkan ruangan setiap hari. Lantai disapu dan dipel, dinding
dan rak dibersihkan.
Bila ruang penyimpanan kecil :
Dapat digunakan sistem dua rak. Bagi obat menjadi dua bagian.
Obat yang siap dipakai diletakkan di bagian rak A sedangkan sisanya di
bagian rak B. Pada saat obat di rak A hampir habis maka pesanan mulai
dikirimkan ke gudang farmasi, sementara itu obat di rak B digunakan. Pada
saat obat di rak B hampir habis diharapkan obat yang dipesan sudah
datang. Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari
berapa lama waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat
diterima (waktu tunggu). Misalnya permintaan dilakukan setiap satu bulan
dan waktu yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah
dua minggu. Maka jumlah pemakaian satu bulan dibagi sama rata untuk
rak A dan rak B. Apabila waktu tunggu yang diperlukan hanya satu minggu
maka ¾ bagian obat disimpan di rak A dan ¼ bagian di rak B.

3) Tata Cara Penyusunan Obat


a. Penerapan sistem FEFO dan FIFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First Expired First Out (FEFO)
untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa
harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsa kemudian,
dan First In First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang
datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang
kemudian.

Hal ini sangat penting karena obat yang sudah terlalu lama biasanya
kekuatannya atau potensinya berkurang. Beberapa obat seperti antibiotik
mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas waktu dimana obat
mulai berkurang efektivitasnya.

b. Pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak.


c. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar
dari cahaya matahari, disimpan di tempat kering.
d. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari
cahaya dan disimpan dalam lemari pendingin (suhu 4 – 8 oC). Kartu
temperatur yang ada harus selalu diisi setiap pagi dan sore.
e. Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari
langsung.
f. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
pengambilannya menggunakan sendok.
g. Untuk obat dengan waktu kadaluwarsa yang sudah dekat supaya diberi
tanda khusus, misalnya dengan menuliskan waktu kadaluarsa pada dus
luar dengan mengunakan spidol.
h. Penyimpanan obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup rapat,
lemari pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.
i. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.
j. Kondisi penyimpanan beberapa obat.
 Beri tanda/kode pada wadah obat.
 Beri tanda semua wadah obat dengan jelas.
 Apabila ditemukan obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan.
 Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus
tercantum jumlah
- isi dus, misalnya : 20 kaleng @ 500 tablet.
- Kode lokasi.
- Tanggal diterima.
- Tanggal kadaluwarsa.
- Nama produk/obat.
Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun
tersebut. Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit
pelayanan kesehatan (Puskesmas).

4) Pengamatan mutu
Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat secara
berkala, setiap bulan. Pengamatan mutu obat dilakukan secara visual /
organoleptik sebagai berikut :

Tablet :

- Kemasan dan label


- Bentuk fisik (basah, lengket)
- Warna, bau dan rasa

Tablet salut :

- Kemasan dan label


- Bentuk fisik (basah, lengket)
- Warna, bau dan rasa
Kapsul :

- Kemasan dan label


- Bentuk fisik (basah, lengket, terbuka, kosong)
- Warna, bau
Cairan :

- Kemasan dan label


- Kejernihan, homogenitas
- Warna, rasa
Salep :
- Warna konsituen
- Homogenitas
- Kemasan dan label
Injeksi :

- Warna
- Kejernihan untuk larutan injeksi
- Homogenitas untuk serbuk injeksi
- Kemasan dan label
Laporkan perubahan yang terjadi kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
untuk diteliti lebih lanjut.

Jangan menggunakan obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa

Hal ini penting untuk diketahui terutama penggunaan antibiotik yang sudah
kadaluwarsa karena dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi
mikroba berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan.

Obat dapat berubah menjadi toksis

Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi-


substansi yang toksik. Sebagai contoh Tetrasiklin dari serbuk warna kuning
dapat berubah menjadi warna coklat yang toksik.

E. Penyimpanan
Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat terhadap obat emergensi
yang tepat adalah sangat penting. Perlu ditetapkan lokasi penyimpanan
obat emergensi di tempat pelayanan dan obat-obat emergensi yang harus
disuplai ke lokasi tersebut.
Sub Unit yang mengelola Obat Emergensi adalah :
1. Poli Umum
2. BP Gigi
3. PONED
4. UGD
5. Rawat Inap

Pertimbangan sub unit yang mengelola obat emergensi memenuhi aspek


kemudahan akses, kesiapan, dan keamanan
Untuk mencegah penyalahgunaan, pencurian atau kehilangan obat ditetap
kan prosedur pengawasan dan pengendalian.
Prosedur ini memastikan bahwa :
 obat diganti bilamana digunakan,
 rusak atau kedaluwarsa.

F. Distribusi Obat
Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan antara lain :

1) Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas.


2) Puskesmas Pembantu.
3) Posyandu.
4) Pokesdes
5) Polindes
Permintaan dari sub unit dilakukan dengan penyampaian LPLPO sub Unit.

G. Penggunaan Obat-Obat Khusus


Perbekalan farmasi khusus obat-obat narkotik dan
psikotropik, obat- obat High Alert, elektrolit pekat, bahan
berbahaya dan beracun, produk nutrisi, dikelola dengan
prosedur yang telah ditetapkan puskesmas.

a. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan secara berkala


1 bulan sekali ke Dinas Kesehatan atau SIPNAP secara online.
b. Penyimpanan narkotika pada lemari terkunci ganda.
c. Perlu adanya peningkatan keamanan obat yang harus
diwaspadai ( High Alert).
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi yang penampilan dan
penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan / diletakkan secara terpisah dan
harus diberi penandaan berupa label khusus berwarna
kuning bertuliskan LASA untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat.
e. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat High
Alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat.

PELAYANAN FARMASI KLINIK


Pelayanan farmasi klinik di UPTD Puskesmas Rajagaluh meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3. Konseling
4. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5. Rekonsiliasi Obat
6. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Evaluasi Penggunaan Obat

A. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

2. Nama, dan paraf dokter.

3. Tanggal resep.

4. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:


1. Bentuk dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan jumlah Obat.


3. Stabilitas dan ketersediaan.

4. Aturan dan cara penggunaan.

5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:


1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.

2. Duplikasi pengobatan.

3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.

4. Kontra indikasi.

5. Efek adiktif.

B. Penyerahan Resep dan Informasi Obat

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat


merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai.
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien :
1. Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat
2. Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi :
bagaimana cara memakai obat, kapan harus
mengkonsumsi/menggunakan obat, seberapa banyak/dosis
dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan,
frekuensi penggunaan obat/rentang jam penggunaan
3. Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
4. Peringatan atau efek samping obat
5. Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
6. Tata cara penyimpanan obat di rumah
7. Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
Informasi yang perlu disampaikan untuk penyimpanan obat di rumah :
1. Simpan Obat dalam wadah tertutup rapat
2. Simpan obat dalam suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung
3. Jangan menyimpan obat di tempat panas dan lembab
4. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali dinyatakan lain (dalam etiket)
5. Jangan menyimpan obat kadaluarsa atau rusak
6. Jangan menyimpan obat dalam mobil untuk jangka waktu lama
7. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi


pengobatan.

Pendokumentasian kegiatan pemberian informasi obat dilakukan untuk


kriteria :
1. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
2. Adanya multidiagnosis.
3. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
4. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
5. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
6. Obat dengan cara pakai tertentu (misal : Suposutoria, Ovula, dll)
C. Rekonsiliasi Obat
Untuk Obat rekonsiliasi atau obat yang telah digunakan oleh
pasien/ pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke Puskesmas atau yang
diresepkan atau dipesan di Puskesmas dikendalikan dan dicatat dalam
rekam medik pasien
Pengendalian obat rekonsiliasi dilaksanakan di sub unit pelayanan klinis
baik rawat inap, PONED maupun rawat jalan
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan
instruksi pengobatan dengan obat yang telah dibawa pasien.
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan
(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi obat,
kesalahan dosis atau interaksi obat.

Tujuan rekonsiliasi obat:

2. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang


digunakan pasien
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terdokumentasikannya instruksi dokter
4. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya
instruksi dokter.
Pada pasien yang telah membawa obat sendiri, petugas
harus mengkomunikasikan dengan dokter tentang obat - obat
tersebut dan dokter yang menentukan status obat tersebut,
apakah dilanjutkan, ditunda atau dihentikan. Apabila obat
tidak dibawa,maka riwayat pengobatan sebelumnya
dihentikan. Petugas mencatat hasil rekonsiliasi pada lembar
riwayat penggunaan obat di Form Rekam Medis Pasien.

D. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.

2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah


sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping Obat.

2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi


mengalami efek samping Obat.

3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Pihak yang melaporkan ada Efek samping obat adalah Tenaga kesehatan,
dapat meliputi:
 dokter,
 apoteker,
 bidan,
 perawat, dan
 tenaga kesehatan lain.
Yang perlu dilaporkan adalah setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek
sampingobat, baik efek samping yang belumdiketahui hubungan
kausalnya (KTD/AE) maupunyang sudah pasti merupakan suatu ESO
(ADR).

Informasi KTD atau ESO yang hendak dilaporkan diisikan ke dalam


formulir pelaporan ESO/ formular kuning yang tersedia.
Dalam penyiapan pelaporan KTD atau ESO, tenaga kesehatan dapat
menggali informasi dari pasien atau keluarga pasien.
Untuk melengkapi informasi lain yang dibutuhkan dalam pelaporan dapat
diperoleh dari ringkasan rekaman medik pasien.

Laporan ditujukan kepada :


Pusat MESO/Farmakovigilans Nasional
Direktorat Pengawasan Distribusi
Produk Terapetik dan PKRT
Badan POM RI
Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat, 10560
No Telp : 021 - 4244 755 ext.111
Fax : 021 - 4288 3485
Email : pv-center@pom.go.id dan
Indonesia-MESO-BadanPOM@hotmail.com
Laporan dibuat setelah melalui pangkajian internal Puskesmas
dengan menggunakan formulir Kuning seperti pada lampiran III.
Petunjuk Pengisian MESO dan KTD mengacu pada Pedoman Monitoring
Efek Samping Obat Bagi Tenaga Kesehatan, Badan POM RI, 2012

Faktor yang perlu diperhatikan:


1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

E. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Kesalahan pemberian obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan
prosedur baku
Proses termasuk mendefinisikan suatu kesalahan obat dan KNC,
menggunakan format pelaporan yang ditentukan
Pelaporan ditujukan ke Tim Peningkatan Mutu Klinis dan Kesehatan
Pasien (PMKP)

F. Evaluasi Kesesuaian
Evaluasi kesesuaian yang wajib dilaksanakan oleh UPTD Puskesmas ....
adalah :
a. Kesesuaian Formularium Puskesmas dengan Formularium Nasional
Yaitu % Obat dalam Formularium Puskesmas yang sesuai dengan
Formularium Nasional dibanding Formularium Puskesmas
b. Kesesuaian Peresepan dengan Formularium Puskesmas

Yaitu % Item Obat yang diresepkan sesuai dengan Formularium Puskesmas dibanding
item obat dalam Formularium Puskesmas
K
e
p
a
l
a
U
P
T
D

P
u
s
k
e
s
m
a
s
R
a
j
a
g
a
l
u
h
,

EDI KUSNADI

Anda mungkin juga menyukai