mendengar kokok ayam milik ayahku dan juga tetangga yang bersahutan. Sejenak aku duduk di pinggiran kasur kayu, lalu berdoa agar dilancarkan dalam menjalani aktivitas. Setelah itu, aku segera membereskan tempat tidurku dan menyapu lantai rumah yang sudah mulai berdebu. Kucingku yang mulai kelaparan selalu mengikuti langkahku saat melakukan aktivitas di rumah. Tak tega melihatnya terus mengeong dan merayuku, aku pun segera memberinya 1 ekor ikan pindang yang dicampur dengan nasi kemarin. Setelah itu, aku bergegas mandi dan segera berdandan karena hari ini aku ada janji untuk bertemu dengan sahabat lamaku. Tepat pukul 08.30 pagi, sahabatku tiba di depan rumahku dan kebetulan sekali aku baru saja selesai bersiap-siap. Aku tidak mengecek ponsel sama sekali saat sahabatku mengatakan bahwa dia sedang menuju ke rumahku. Lalu kami berdua pergi ke supermarket untuk membei beberapa buah, kue dan susu. Kemudian, kami mampir ke toko aksesoris untuk membeli beberapa jedai kecil. Sahabatku yang bernama kesya, membelikanku gelang dengan insial J sesuai nama depanku sebagai tanda persahabatan kita. Setelah puas kami menjelajahi supermarket dan toko aksesoris, lalu kami memutuskan untuk pulang karena kesya sudah mulai merasa lapar. Selama perjalanan ke rumah kesya, aku membuka aplikasi tiktok dan scroll up hingga aku menemukan satu konten yang menarik untukku. Aku membuka kolom komentar, lalu aku berhenti pada satu komentar dan iseng untuk ikut mengomentarinya. Setelah sekitar 10 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di rumah kesya. Aku segera turun dari mobil dan kesya segera memarkirkan mobilnya di garasi samping rumahnya. Hari ini, di rumah kesya sangat sepi. Orang tuanya pergi ke luar negeri dan kakaknya sedang berlibur ke luar kota. Maka dari itu, dia memintaku untuk menemaninya sehari saja. Aku kembali menghidupkan ponselku dan ternyata ada notif yang muncul dari tiktok. “Oh iya, kamu pakai aja wifi rumah. Lumayan hemat kuota” ujar kesya mengahampiriku sambil menyodorkan segelas air putih. “wah kamu udah pasang wifi ternyata. boleh tuh, apanih passwordnya?” tanyaku kepada kesya. Kesya pun segera memberiku secarik kertas yang sudah tertulis ID dan passwordnya. Setelah tersambung dengan wifi, aku segera menerima permintaan pertemanan dari salah seorang lelaki yang aku jawab komentarnya di sebuah konten tadi. Dia menghubungiku melalui chat di tiktok dan mengajak untuk berkenalan. Kesya yang sedari tadi memperhatikan raut wajahku yang terlihat senang, segera bertanya sambil mengintip ponselku. “lagi chat sama siapa sih? Kok kayaknya seru banget sampe senyum-senyum sendiri” ujarnya sambil membuka bungkus roti. “ada deh, ntar aja aku kasih tau” ujarku menjawab pertanyaannya. Aku masih belum berani memberi tahu kesya jika ada seseorang yang mengajakku kenalan. Kesya tau bahwa aku sudah jomblo sejak dua tahun lalu dan enggan membuka hati terhadap lelaki. Aku tidak menyadari bahwa aku senyum sendiri saat membalas chat dari seorang lelaki bernama william yang baru aku kenal lewat tiktok. Aku membalas pesannya terus menerus dan menghabiskan waktu di rumah kesya hingga malam. Tepat pukul 21.00, ayahku menelponku dan memintaku untuk segera pulang. Kesya pun mengantarkanku pulang dan berterima kasih kepadaku karena sudah menemaninya seharian. Tak terasa, sudah dua bulan aku berkenalan dengan william dan mulai mengetahui satu sama lain via chat. William memutuskan untuk segera menemuiku di bulan Oktober, karena ingin melihatku secara langsung. Sebelum bertemu, william menyatakan cintanya kepadaku melalui chat dan dia juga tiba-tiba mengirim boneka serta bunga ke rumahku yang dia pesan melalui toko online tanpa sepengetahuanku. Entah menngapa aku memperbolehkannya mulai masuk ke dalam hidupku untuk mengenalku lebih jauh. Aku pun mulai menceritakannya kepada kesya. Kesya sangat senang melihatku bisa membuka hati kembali kepada seorang lelaki. Namun dia juga berpesan kepadaku untuk tetap berhati-hati agar tidak tersakiti lagi. Aku merasa nyaman selama menjalani virtual dengan william, dia sangat mengerti akan diriku yang masih suka overthinking dan bisa menenangkanku. Dia juga bisa menghandle sifatku yang moody. Tepat pada tanggal 3 Oktober, William menemuiku di Jember. Ia sudah memesan tiket kereta jauh-jauh hari dari stasiun Pasar Senin. Dia rela mengambil cuti dan memesan hotel di jember yang dekat dengan rumahku. Dia menepati janjinya dan aku sangat menghargai usahanya untuk bisa menemuiku. Setelah william sampai di hotel, ia segera membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap untuk ke rumahku. Pukul 15.00, ia memberi tahu bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju rumahku. Setelah beberapa menit, aku melihat mobil putih yang mulai memasuki gapura pintu masuk menuju rumahku. William menyadari bahwa aku menunggunya di depan pintu gerbang rumahku yang berwarna hitam dan tinggi. Aku senang sekali melihat kedatangannya. Aku segera mengajaknya masuk dan mengenalkan kepada orang tuaku. Kami berbincang hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 17.00 sore. Wiliam meminta izin kepada ayahku untuk mengajakku keluar dan berjanji untuk tidak membawaku pulang kemalaman. Akhirnya aku dan william bisa menghabiskan waktu berdua mengelilingi kota jember dengan mobil yang disewanya dan mampir ke sebuah café yang nyaman dan tidak terlalu ramai. Waktu menunjukkan pukul 20.00, william segera mengantarkanku pulang. William menghabiskan waktu cuti selama lima hari di jember untuk bisa menghabiskan waktu bersamaku. Setelah itu, ia kembali ke kota kelahirannya untuk melanjutkan kerja. Saat ini, hubunganku dengan william sudah berjalan satu tahun. Dia bagaikan rumah yang nyaman dimana aku bisa berkeluh kesah dan bercerita banyak hal. Aku dan william juga saling memberikan love language meskipun kami sedang berjauhan. Aku benar- benar merasakan seperti sedang pulang ke rumah yang tepat setelah sekian lama aku merasakan beberapa pengalaman cinta yang pahit untukku. William pun mengatakan padaku bahwa ia akan segera menikahiku tahun depan. Ia sedang mengusahakan yang terbaik untukku. Aku tidak menyangka bahwa aku telah menemukan seorang lelaki yang begitu dewasa dan bertanggung jawab seperti dirinya meskipun dia lebih muda dariku. Aku sangat bersyukur sekali memilikinya, karena dia bagaikan rumah ternyaman dibandingkan yang aku temui sebelumnya.
Selesai Tentang Penulis
Jesica Putri atau yang lebih sering disapa dengan nama
Jesica adalah seorang pemuda kelahiran Banyuwangi, 2 Maret 2000. Menulis artikel atau pun cerpen ternyata sudah menjadi hobinya sejak duduk di bangku SMA. Hobi menulisnya semakin berkembang sejak ia pernah menjuarai lomba menulis di sekolahnya dan mengikuti pelatihan kepenulisan.