Anda di halaman 1dari 8

Rumah Ternyaman yang Ku Temui

Cerpen Karangan: Jesica Putri

Aku bergegas membuka jendela kamarku setelah


mendengar kokok ayam milik ayahku dan juga tetangga
yang bersahutan. Sejenak aku duduk di pinggiran kasur
kayu, lalu berdoa agar dilancarkan dalam menjalani
aktivitas. Setelah itu, aku segera membereskan tempat
tidurku dan menyapu lantai rumah yang sudah mulai
berdebu.
Kucingku yang mulai kelaparan selalu mengikuti
langkahku saat melakukan aktivitas di rumah. Tak tega
melihatnya terus mengeong dan merayuku, aku pun
segera memberinya 1 ekor ikan pindang yang dicampur
dengan nasi kemarin. Setelah itu, aku bergegas mandi
dan segera berdandan karena hari ini aku ada janji untuk
bertemu dengan sahabat lamaku.
Tepat pukul 08.30 pagi, sahabatku tiba di depan
rumahku dan kebetulan sekali aku baru saja selesai
bersiap-siap. Aku tidak mengecek ponsel sama sekali
saat sahabatku mengatakan bahwa dia sedang menuju ke
rumahku. Lalu kami berdua pergi ke supermarket untuk
membei beberapa buah, kue dan susu. Kemudian, kami
mampir ke toko aksesoris untuk membeli beberapa jedai
kecil. Sahabatku yang bernama kesya, membelikanku
gelang dengan insial J sesuai nama depanku sebagai
tanda persahabatan kita.
Setelah puas kami menjelajahi supermarket dan
toko aksesoris, lalu kami memutuskan untuk pulang
karena kesya sudah mulai merasa lapar. Selama
perjalanan ke rumah kesya, aku membuka aplikasi tiktok
dan scroll up hingga aku menemukan satu konten yang
menarik untukku. Aku membuka kolom komentar, lalu
aku berhenti pada satu komentar dan iseng untuk ikut
mengomentarinya.
Setelah sekitar 10 menit perjalanan, akhirnya
kami sampai di rumah kesya. Aku segera turun dari
mobil dan kesya segera memarkirkan mobilnya di garasi
samping rumahnya. Hari ini, di rumah kesya sangat sepi.
Orang tuanya pergi ke luar negeri dan kakaknya sedang
berlibur ke luar kota. Maka dari itu, dia memintaku
untuk menemaninya sehari saja.
Aku kembali menghidupkan ponselku dan
ternyata ada notif yang muncul dari tiktok.
“Oh iya, kamu pakai aja wifi rumah. Lumayan
hemat kuota” ujar kesya mengahampiriku sambil
menyodorkan segelas air putih.
“wah kamu udah pasang wifi ternyata. boleh tuh,
apanih passwordnya?” tanyaku kepada kesya.
Kesya pun segera memberiku secarik kertas yang
sudah tertulis ID dan passwordnya. Setelah tersambung
dengan wifi, aku segera menerima permintaan
pertemanan dari salah seorang lelaki yang aku jawab
komentarnya di sebuah konten tadi. Dia menghubungiku
melalui chat di tiktok dan mengajak untuk berkenalan.
Kesya yang sedari tadi memperhatikan raut
wajahku yang terlihat senang, segera bertanya sambil
mengintip ponselku.
“lagi chat sama siapa sih? Kok kayaknya seru
banget sampe senyum-senyum sendiri” ujarnya sambil
membuka bungkus roti.
“ada deh, ntar aja aku kasih tau” ujarku
menjawab pertanyaannya.
Aku masih belum berani memberi tahu kesya jika
ada seseorang yang mengajakku kenalan. Kesya tau
bahwa aku sudah jomblo sejak dua tahun lalu dan
enggan membuka hati terhadap lelaki.
Aku tidak menyadari bahwa aku senyum sendiri
saat membalas chat dari seorang lelaki bernama william
yang baru aku kenal lewat tiktok. Aku membalas
pesannya terus menerus dan menghabiskan waktu di
rumah kesya hingga malam. Tepat pukul 21.00, ayahku
menelponku dan memintaku untuk segera pulang. Kesya
pun mengantarkanku pulang dan berterima kasih
kepadaku karena sudah menemaninya seharian.
Tak terasa, sudah dua bulan aku berkenalan
dengan william dan mulai mengetahui satu sama lain via
chat. William memutuskan untuk segera menemuiku di
bulan Oktober, karena ingin melihatku secara langsung.
Sebelum bertemu, william menyatakan cintanya
kepadaku melalui chat dan dia juga tiba-tiba mengirim
boneka serta bunga ke rumahku yang dia pesan melalui
toko online tanpa sepengetahuanku.
Entah menngapa aku memperbolehkannya mulai
masuk ke dalam hidupku untuk mengenalku lebih jauh.
Aku pun mulai menceritakannya kepada kesya. Kesya
sangat senang melihatku bisa membuka hati kembali
kepada seorang lelaki. Namun dia juga berpesan
kepadaku untuk tetap berhati-hati agar tidak tersakiti
lagi. Aku merasa nyaman selama menjalani virtual
dengan william, dia sangat mengerti akan diriku yang
masih suka overthinking dan bisa menenangkanku. Dia
juga bisa menghandle sifatku yang moody.
Tepat pada tanggal 3 Oktober, William
menemuiku di Jember. Ia sudah memesan tiket kereta
jauh-jauh hari dari stasiun Pasar Senin. Dia rela
mengambil cuti dan memesan hotel di jember yang dekat
dengan rumahku. Dia menepati janjinya dan aku sangat
menghargai usahanya untuk bisa menemuiku.
Setelah william sampai di hotel, ia segera
membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap untuk ke
rumahku. Pukul 15.00, ia memberi tahu bahwa ia sedang
dalam perjalanan menuju rumahku. Setelah beberapa
menit, aku melihat mobil putih yang mulai memasuki
gapura pintu masuk menuju rumahku. William
menyadari bahwa aku menunggunya di depan pintu
gerbang rumahku yang berwarna hitam dan tinggi.
Aku senang sekali melihat kedatangannya. Aku
segera mengajaknya masuk dan mengenalkan kepada
orang tuaku. Kami berbincang hingga tak terasa waktu
menunjukkan pukul 17.00 sore. Wiliam meminta izin
kepada ayahku untuk mengajakku keluar dan berjanji
untuk tidak membawaku pulang kemalaman.
Akhirnya aku dan william bisa menghabiskan
waktu berdua mengelilingi kota jember dengan mobil
yang disewanya dan mampir ke sebuah café yang
nyaman dan tidak terlalu ramai. Waktu menunjukkan
pukul 20.00, william segera mengantarkanku pulang.
William menghabiskan waktu cuti selama lima
hari di jember untuk bisa menghabiskan waktu
bersamaku. Setelah itu, ia kembali ke kota kelahirannya
untuk melanjutkan kerja.
Saat ini, hubunganku dengan william sudah
berjalan satu tahun. Dia bagaikan rumah yang nyaman
dimana aku bisa berkeluh kesah dan bercerita banyak
hal. Aku dan william juga saling memberikan love
language meskipun kami sedang berjauhan. Aku benar-
benar merasakan seperti sedang pulang ke rumah yang
tepat setelah sekian lama aku merasakan beberapa
pengalaman cinta yang pahit untukku.
William pun mengatakan padaku bahwa ia akan
segera menikahiku tahun depan. Ia sedang
mengusahakan yang terbaik untukku. Aku tidak
menyangka bahwa aku telah menemukan seorang lelaki
yang begitu dewasa dan bertanggung jawab seperti
dirinya meskipun dia lebih muda dariku. Aku sangat
bersyukur sekali memilikinya, karena dia bagaikan
rumah ternyaman dibandingkan yang aku temui
sebelumnya.

Selesai
Tentang Penulis

Jesica Putri atau yang lebih sering disapa dengan nama


Jesica adalah seorang pemuda kelahiran Banyuwangi, 2
Maret 2000. Menulis artikel atau pun cerpen ternyata
sudah menjadi hobinya sejak duduk di bangku SMA.
Hobi menulisnya semakin berkembang sejak ia pernah
menjuarai lomba menulis di sekolahnya dan mengikuti
pelatihan kepenulisan.

Anda mungkin juga menyukai