Anda di halaman 1dari 14

Journal of Marine and Coastal Science Vol.

9 (3) – September 2020

Analisis Hubungan Kondisi Oseanografi Kimia terhadap Ekosistem Terumbu


Karang di Perairan Damas, Trenggalek, Jawa Timur

Analysis of Relationship between Chemical Oceanography Conditions and


Coral Reef Ecosystems in Damas Waters, Trenggalek, East Java

Valessa Senshi Moira1 , Oktiyas Muzaky Luthfi 1 , Andik Isdianto*1


1Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Indonesia

Koresponding: Andik Isdianto, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Jalan Veteran, Malang, Indonesia, 65145

E-mail: andik.idsianto@ub.ac.id

Abstrak

Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati laut dunia dengan kekayaan
terumbu karangnya. Pertumbuhan karang tergantung pada kondisi lingkungannya, yang pada
kenyataannya tidak selalu tetap karena adanya gangguan yang berasal dari alam atau aktivitas
manusia. Pertumbuhan terumbu karang di suatu perairan laut sangat dipengaruhi oleh kualitas
perairannya tersebut seperti faktor oseanografi kimia yaitu salinitas, pH, DO, nitrat dan fosfat.
Pengambilan data ini dilaksanakan dua kali pada bulan September dan November 2019 di Perairan
Damas, Trenggalek, Jawa Timur. Perairan Pantai Damas ini terletak di Desa Karanggandu
Kecamatan Watulimo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang di
Perairan Damas, untuk mengetahui pengaruh kualitas perairan terhadap terumbu karang buatan di
kimia di Perairan Damas serta untuk mengetahui hubungan parameter kualitas perairan kimia dengan
terumbu karang buatan di Perairan Damas, Trenggalek, Jawa Timur. Metode pengambilan sampel
dilakukan secara purposive random sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Titik lokasi yang digunakan sebanyak 20 stasiun yang tersebar yaitu pada terumbu buatan, terumbu
karang alami, laut lepas dan area sekitar pelabuhan. Pengukuran yang dilakukan meliputi kualitas
perairan secara in situ dengan alat pengukuran multiparameter yaitu AAQ. Hasil yang didapatkan
bahwa di semua stasiun yang ditemukan kondisi perairan bagus untuk kehidupan terumbu karang,
dan juga analisis hubungan kedalaman, salinitas, pH, DO, nitrat, fosfat dan terumbu karang saling
mempengaruhi.

Kata kunci : Terumbu Karang, Oseanografi Kimia, AAQ, Trenggalek, Teluk Prigi

Abstract

Indonesia is known as one of the world's marine biodiversity centers with its rich coral reefs. Coral
growth depends on environmental conditions, which in reality do not always remain due to disruptions
originating from nature or human activities. The growth of coral reefs in a sea water is strongly
influenced by the quality of its waters such as chemical oceanographic factors namely salinity, pH,
DO, nitrate and phosphate. The data collection was carried out twice in September and November
2019 in Damas Waters, Trenggalek, East Java. The waters of Damas Beach are located in
Karanggandu Village, Watulimo District. The purpose of this study was to determine the condition of
coral reefs in Damas Waters, to determine the effect of water quality on artificial reefs in chemistry in
Damas Waters and to determine the relationship of quality parameters of chemical waters with artificial
coral reefs in Damas Waters, Trenggalek, East Java. The sampling method is done by purposive
random sampling that is determining the sample with certain considerations. The location points used
by 20 stations are spread, namely on artificial reefs, natural coral reefs, open seas and the area
around the harbor. Measurements made include in situ water quality with a multiparameter
measurement tool, namely AAQ. The results obtained that in all stations found good water conditions
for the life of coral reefs, and also the analysis of the relationship of each parameter and coral reefs
influence each other.

Keywords : Coral Reef, Chemical Oceanography, AAQ, Trenggalek, Prigi Bay

113
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

berbagai aktivitas tersebut, terdapat aliran


1. Pendahuluan
Sungai Cengkrong yang bermuara di
Terumbu karang merupakan salah Teluk Prigi (Ermawan, 2018). Perairan
satu ekosistem dengan keberagaman, Pantai Damas terletak di Desa Karang-
kompleksitas, dan produktivitas tinggi di gandu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten
muka bumi yang menjadi tempat Trenggalek (Prasetya, 2016). Kondisi
pembenihan, pembesaran, dan tempat terumbu karang yang ditemukan di
mencari makan bagi biota laut lainya. wilayah perairan Pantai Damas termasuk
Kondisi karang di Indonesia pada tahun kedalam kategori buruk karena banyak
2015 hanya memiliki 5% dengan kondisi ditemukan jaring-jaring nelayan yang
sangat baik, 27,01% kondisi baik, 37,97% tersangkut di karang (Wibowo dan Adrian,
kondisi sedang, dan 30,02% dalam 2013).
kondisi buruk. Kerusakan ekosistem Pertumbuhan terumbu karang di
karang ini disebabkan oleh adanya peru- suatu perairan laut sangat dipengaruhi
bahan kondisi oseanografi baik secara oleh kualitas perairannya tersebut.
alamiah ataupun antropogenik. Ekosistem Adapun faktor-faktor yang dapat
terumbu karang alami yang mengalami mempengaruhi kehidupan terumbu karang
kerusakan merupakan ancaman bagi ke- berdasarkan oseanografi kimianya adalah
langsungan kehidupan biota laut yang salinitas, pH, DO, nitrat dan fosfat. Tujuan
tinggal di daerah terumbu karang karena dari penelitian ini adalah untuk
membutuhkan waktu yang sangat lama mengetahui kondisi perairan berdasarkan
dalam pemulihan terumbu karang faktor kimia di Perairan Damas, Treng-
(Nugraha, 2019). Perubahan kualitas galek, Jawa Timur serta untuk mengetahui
perairan baik secara langsung maupun pengaruh kualitas perairan terhadap te-
tidak langsung dapat mempengaruhi rumbu karang buatan di kimia di Perairan
kondisi terumbu karang. Pencemaran Damas, Trenggalek, Jawa Timur serta
yang berasal dari daratan secara tidak untuk mengetahui hubungan setiap
langsung akan mengubah kualitas parameter kualitas perairan kimia dengan
perairan sehingga dapat merusak terumbu terumbu karang buatan di Perairan
karang (Wibawa dan Luthfi, 2017). Damas, Trenggalek, Jawa Timur.
Secara administratif Teluk Prigi
terletak di wilayah Kabupaten Trenggalek, 2. Material dan Metode

Provinsi Jawa Timur. Perairan Teluk Prigi Pengambilan data dilakukan di Pantai
dikenal sebagai tempat rekreasi, Damas hingga Teluk Prigi, Trenggalek,
ekowisata, pariwisata dan juga sebagai Jawa Timur. Penelitian ini dlakukan dua
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN kali pada tanggal 20-22 September 2019
Prigi) (Sidabutar et al., 2019). Selain dan 20-22 November 2019. Ada 20 titik

114
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

stasiun yang tersebar di wilayah terumbu (Sidabutar et al., 2019). Data yang diambil
karang alami, terumbu buatan, laut lepas adalah salinitas, pH, oksigen terlarut,
dan juga area dekat dengan pelabuhan. nitrat dan fosfat.
Berikut lokasi penelitian dapat dilihat pada
Pengambilan Data
Gambar 1.
Metode pengambilan sampel dilaku- Pengambilan data pengukuran

Gambar 1. Lokasi Penelitian

kan secara purposive random sampling. kualitas air pada ekosistem terumbu
Purposive random sampling, yaitu karang buatan perairan Pantai Damas
penentuan sampel dengan pertimbangan menggunakan metode in-situ atau
tertentu (Rachman et al., 2019), dengan pengambilan data secara langsung
menggunakan metode ini diharapkan (Wibawa dan Luthfi, 2017). Data yang
dapat mewakili lokasi penelitian yang diambil adalah kedalaman, salinitas, pH,
diambil dengan. Titik lokasi yang DO, nitrat dan fosfat. Sebelum melakukan
digunakan sebanyak 20 stasiun yang pengambilan data, dilakukan observasi
tersebar yaitu pada terumbu karang dengan penentuan titik koordinat lokasi
buatan, terumbu karang alami, laut lepas dengan Google Earth pada perairan yang
dan area sekitar pelabuhan. Pengukuran digunakan untuk pengambilan data.
yang dilakukan meliputi pengukuran Setelah itu, pengambilan data ke lapang
kualitas perairan secara in situ dengan untuk pengambilan data dilokasi sekitar
alat pengukuran multiparameter yaitu titik korrdinat yang telah dibuat. Data
AAQ pada kedalaman 0-6 meter, hal ini parameter kimia diambil dari 20 titik lokasi
dilakukan karena mempertimbangkan sampel dengan menggunakan AAQ dan
keamanan alat AAQ yang digunakan nitrat fosfat diukur dengan kit uji Prodac.

115
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

Pengolahan Data sebelumnya yang terkait dengan kualitas


perairan pada terumbu karang.
Pengolahan data pada penelitian ini
terdiri dari pengolahan data salinitas, pH,
3. Hasil dan Pembahasan
DO, nitrat dan fosfat dengan menggu-
nakan software Google Earth, Microsoft Kondisi Terumbu Karang Alami
Excel, dan Arcgis. Pengolahan data Presentase tutupan karang dilakukan
dilakukan untuk mendapatkan data untuk melihat seberapa baik keadaan
sekunder seperti tutupan karang di karang dalam suatu lokasi. Menurut hasil
wilayah Teluk Prigi. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Alifia pada
melakukan pengolahan data untuk tahun 2017, tutupan karang alami di
mendapatkan hasil secara visual atau Pantai Damas sebesar 39,52 %. Namun,
berupa gambar mengenai pengukuran di Pantai Damas sendiri diperkirakan
parameter oseanografi kimia. tutupan karang sehat atau karang yang
hidup diduga tidak lebih dari 20 %.
Analisis Data
Keseluruhan karang yang ditampilkan
Data yang didapatkan diplotkan
pada peta dapat dilihat pada Gambar 2.
kedalam software Arcgis yang kemudian
Tutupan terumbu karang di Teluk
akan dibuat visualisasi distribusi vertikal
Prigi secara keseluruhan dikelilingi oleh

Gambar 2. Peta Tutupan Karang Alami

salinitas, pH dan DO, nitrat dan fosfat sedikit gugusan-gugusan karang. Dapat
setiap stasiun penelitian. Data kemudian dilihat juga pada peta tersebut banyak
dideskripsikan untuk memberikan gambar- bagian yang tertutup oleh awan. Pada
an secara menyeluruh dengan acuan gambar tersebut dapat dibedakan antara
kualitas perairan berdasarkan penelitian karang hidup dengan karang mati dengan

116
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

melihat warnanya. Kemudian karang Coelastrea, Turbinaria, Pavona, Montipora


hidup diberi warna pink muda, sedangkan dan scropora. Tujuh genus yang
untuk karang mati diberi hijau cyan. ditemukan terkena penyakit yaitu Porites
Warna kuning merupakan warna yang di (8,89%), Galaxea (19,05%), Favites
gunakan untuk menjelaskan keberadaan (3,88%), Coelastrean (63,04%), Pavona
pasir. Warna ungu merupakan daratan (3,95%), Mentipora (5,17%) dan Acropora
wilayah desa yang ada di wilayah (2,56%). Sebesar 3,15% terumbu karang
tersebut. Jadi dapat diketahui pada di Pantai Damas yang ditemukan terkena
perairan Teluk Prigi banyak terumbu penyakit yang berbeda-beda. Terumbu
karangnya yang mati dan terumbu karang karang alami yang ditemukan dalam
rusak. keadaan buruk karena dari pengamatan
Luasan terumbu karang di wilayah secara langsung pada saat pengambilan
Teluk Prigi sebesar 351,54 ha. Luasan data, ekosistem terumbu karang alami

Gambar 3. Luasan Karang di Teluk Prigi

tutupan karang tersebut didapatkan memiliki tutupan yang rendah, perairan


dengan cara mendownload data di yang keruh, dan letaknya terlalu dangkal.
Landsat 8 pada bulan September 2019. Di sekitar terumbu karang alami juga
Luasan tutupan karang tersebut dapat ditemukan pecahan atau patahan karang
bertambah maupun berkurang seiring (rubble) yang disebabkan oleh jaring-
dengan berjalannya waktu. Kondisi luasan jaring nelayan yang tersangkut di karang.
terumbu karang di Pantai Damas dapat Jaring tersebut tersangkut ketika mereka
dilihat pada Gambar 3. melakukan aktivitas penangkapan ikan di
Berdasar penelitian yang dilakukan area terumbu karang alami.
oleh Alivia (2017), ada 17 genus karang Menurut nelayan yang ada di perairan
yang ditemukan di Pantai wilayah Teluk Pantai Damas selain faktor alam, kondisi
Prigi. Genus karang tersebut yaitu Porites, terumbu karang yang buruk karena dahulu
Pocillopora, Galaxea, Lobophyllia, Meruli- masyarakat sekitar mencari ikan dengan
na, Hydnophora, Sandalolitha, Fungia, alat-alat yang dapat merusak ekosistem
Leptastrea, Favites, Favia, Cyphastrea, terumbu karang seperti potasium dan

117
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

bom. Hal tersebut sejalan dengan mengalami tekanan karena aktivitas


pendapat Giyanto et al., (2017), bahwa pariwisata yang tinggi, aktivitas pelabuhan
gangguan manusia terhadap terumbu ikan dan sedimentasi berasal dari sungai
karang sangat menentukan kondisi yang mengalir di Teluk Prigi. Terumbu
terumbu karang itu sendiri, bila terus- karang tidak dapat tumbuh diduga karena
menerus mendapatkan gangguan dari adanya beberapa faktor, diantaranya
tangan manusia, maka dapat merusak aktivitas vulkanik, gangguan manusia,
ekosistem terumbu karang kedepannya. peningkatan atau penurunan suhu air laut
Karang merupakan salah satu biota laut secara global, kondisi oseanoografi
yang sensitif terhadap perubahan kualitas lainnya.
air laut. Diduga perubahan kualitas air laut
Kondisi Kualitas Parameter Kimia
juga merupakan salah satu faktor yang
Perairan
dapat mengganggu pertumbuhan maupun
proses resiliensi karang (Obura and Pengambilan data dilakukan selama 2
Grimsditch, 2009). kali yaitu pengambilan data pertama
Luthfi et al. (2019) menambahkan dilakukan pada bulan September 2019
bahwa banyak puing karang dan dan pengambilan data kedua pada bulan
kekeruhan air laut yang tinggi ditemukan November 2019. Dua kali pengambilan
di semua stasiun. Hal tersebut juga data tersebut dilakukan pada tanggal, jam
diperkuat data dari penelitian Giyanto et dan titik koordinat yang hampir sama.
al. (2017), bahwa status terumbu karang Hasil kondisi kimia perairan dapat dilihat
Indonesia 2017 pada lokasi Teluk Prigi pada Tabel 1.
termasuk Pantai Damas ditemukan terum- a. Salinitas
bu karang alami yang semuanya tergo-
long jelek atau buruk. Diperkirakan
terumbu karang yang mati karena telah

118
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kondisi Perairan Oseanografi Kimia


Parameter
Waktu
Sal. pH DO
Pengam-
(ppt) - (mg/l) (mg/l) (mg/l)
bilan
Sept. Nov. Sept. Nov. Sept. Nov. Sept. Nov. Sept. Nov.
St. 1 34,5 33,6 8,0 8,1 6,7 11,7 0,02 0,03 0,023 0,023
St. 2 34,6 33,9 8,1 8,1 6,9 11,0 0,03 0,05 0,345 0,042
St. 3 34,5 34,0 8,1 7,8 6,8 11,2 0,01 0,02 0,067 0,023
St. 4 34,5 34,0 8,2 8,1 7,1 11,3 0,02 0,04 0,213 0,025
St. 5 34,6 33,9 8,2 8,1 7,1 12,2 0,1 0,01 0,071 0,036
St. 6 34,6 33,7 8,3 8,1 7,1 12,2 0,04 0,03 0,148 0,063
St. 7 34,6 33,7 8,3 8,1 6,9 11,8 0,08 0,05 0,012 0,057
St. 8 34,5 33,8 8,3 8,1 7,1 11,8 0,01 0,07 0,275 0,035
St. 9 34,4 34,0 6,9 8,1 6,9 11,5 0,09 0,02 0,018 0,063
St. 10 34,5 34,0 8,4 8,1 6,9 11,3 0,02 0,01 0,123 0,053
St. 11 34,5 33,9 8,3 8,2 7 10 0,08 0,04 0,045 0,033
St. 12 34,6 33,6 8,4 8,2 7 12 0,04 0,06 0,093 0,085
St. 13 34,5 33,3 8,3 8,2 7 13 0,05 0,04 0,146 0,035
St. 14 34,6 34,0 8,3 8,3 6,9 11,6 0,05 0,02 0,231 0,211
St. 15 34,6 32,3 8,4 8,2 7 14 0,01 0,05 0,241 0,201
St. 16 34,6 33,3 8,4 8,3 7 13 0,1 0,07 0,075 0,242
St. 17 34,4 32,9 8,3 8,3 7 14 0,09 0,08 0,202 0,031
St. 18 34,3 32,8 8,4 8,3 6,9 13,5 0,08 0,07 0,249 0,052
St. 19 34,6 32,6 8,3 8,4 7 13 0,07 0,06 0,189 0,063
St. 20 33,5 32 8,2 8,3 7 11 0,05 0,07 0,176 0,057
Pola sebaran salinitas di Laut Jawa Selat Karimata ke Laut Jawa dan pada
akan mengikuti pola musim, dimana angin musim timur massa air salinitas tinggi
dan gelombang pada musim barat atau (maksimum) bergerak dari arah timur
musim timur di perairan Laut Jawa akan (Laut Flores dan Selat Makasar) masuk ke
menghasilkan lapisan turbulensi atau Laut Jawa. Hal tersebut sesuai dengan
lapisan tercampur (mixer layer). Hal hasil pengamatan bahwa hasil salinitas di
tersebut sesuai dengan pernyataan Alifia bulan November lebih rendah dibandingan
(2017) bahwa faktor yang mempengaruhi pengamatan saat bulan September. Pada
nilai salinitas adalah cuaca dan angin. bulan September rentang nilai salinitas
Arus di Laut Jawa pada musim timur (Mei antara 33,5-34,6 ppt, sedangkan pada
- September) mengalir menuju ke arah bulan November rentang salinitas yang
barat. Sebaliknya pada musim barat didapatkan yaitu antara 31,5-34 ppt.
(November - Maret) arus mengalir ke arah Kadar salinitas yang didapatkan di laut
timur. Saat musim barat massa air lepas hampir sama dan perubahannya
salinitas rendah (minimum) bergerak dari tidak terlalu signifikan, perubahan salinitas

119
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

pada perairan bebas (offshore), relatif yang masuk ke perairannya dan run off
lebih kecil dibandingkan dengan perairan dari daratan di sekitarnya juga tidak besar,
pantai. sehingga relatif tidak mempengaruhi
Menurut Naiu et al. (2014), karang sebaran nilai pHnya (Tito et al. 2013).
merupakan pembentuk terumbu sebagai Nilai pH berpengaruh terhadap daya
organisme lautan sejati, tidak dapat tahan organisme dimana pada pH yang
bertahan pada salinitas yang jelas rendah akan mengganggu penyerapan
menyimpang dari salinitas air laut yang oksigen telarut oleh organisme tersebut,
normal yaitu 32-35 ppt. Nilai salinitas yang namun hal tersebut tidak mempunyai
rendah dapat dapat membunuh karang. dampak yang besar karena letaknya jauh
Hal tersebut dperkuat oleh Ompi et al. dengan ekosistem terumbu karang baik
(2019) di penelitiannya bahwa salinitas yang alami maupun yang buatan.
yang baik bagi terumbu karang yang Menurut Barus et al. (2018), secara
terdapat di laut dengan salinitas air yang umum hasil pengukuran pH 7-8,5
tetap diatas 30 ppt tetapi di bawah 35 ppt. merupakan kondisi yang umum ada di
Berdasar pada penjelasan tersebut, maka wilayah perairan Indonesia (tropis). Hal
kadar salinitas di lokasi penelitian masih tersebut sesuai dengan pernyataan
termasuk dalam kategori baik untuk Corvianawatie dan Abrar (2018), bahwa
kelasungan hidup karang. nilai pH perairan di seluruh stasiun
b. pH pengamatan masih sesuai dalam kadar
Salah satu hal yang menyebabkan antara 7,0-8,5 tergolong baik. Batasan pH
variasi pH di perairan Indonesia adalah yang ideal bagi biota laut nilainya berkisar
adanya angin monsun. Adanya angin antara 6,5-8,5. Juliani dan Rahmatsyah
monsun tersebut walaupun tidak (2011) juga menambahkan bahwa nilai pH
berpengaruh secara langsung terhadap baku mutu air laut untuk wisata bahari
nilai pH, namun dapat menyebabkan sekitar 7-8,5 kemudian untuk perikanan
variabilitas nilai pH di permukaan air pH berkisar 6-8,5 dan kadar pH di
karena mampu menghasilkan transpor perairan normal berkisar antara 6-9.
massa air laut dari suatu perairan ke Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut
perairan lain. Selain angin monsun, faktor sehingga dapat diasumsikan bahwa pH
utama yang mempengaruhi tingkat yang didapatkan pada stasiun penelitian
keasaman air laut di daerah pesisir adalah masih mendukung untuk kehidupan
aktivitas fitoplankton dan tumbuhan air, terumbu karang. Sebagian besar permu-
aliran yang berasal dari darat, pasang- kaan air Pasifik memiliki nilai pH 7,9-8,1.
surut dan cuaca yang mempengaruhi c. DO
fluktuasi kimiawi perairan. Wilayah Pantai Tingginya kadar oksigen bulan
Damas, tidak ada aliran sungai besar September pada stasiun 5 diperkirakan

120
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

karena optimalnya proses fotosistesis menghasilkan suplai oksigen di area


karena suplai cahaya matahari yang tersebut menjadi meningkat tajam.
cukup dan sumber nutrien dari sungai. Pernyataan tersebut sesuai dengan
Sedangkan rendahnya kadar oksigen keadaan di lapang pada saat pengambilan
pada stasiun 1 diperkirakan karena lokasi data, karena di stasiun 17 merupakan
stasiun 1 berada di dekat kawasan pantai wilayah yang dekat dengan dinding
dan pada saat pengukuran sedang terjadi batuan besar yang dapat menyebabkan
surut, sehingga lokasi di sekitar stasiun 1 benturan gelombang yang keras.
menjadi sedikit keruh karena material Rendahnya kadar oksigen terlarut di
yang terbawa air dari pesisir pantai. Tipe stasiun 11 daripada stasiun lainnya
substrat disekitar stasiun yaitu pasir halus berkaitan erat dengan tingginya keke-
hingga pasir sedang, dimana ketika terjadi ruhan air di lokasi tersebut.
pergerakan air maka substrat tersebut Rata-rata kadar DO pada bulan
dapat terbawa ke permukaan dan September lebih rendah dari bulan
menyebabkan perairan menjadi keruh. November. Kadar oksigen terlarut yang
Kekeruhan merupakan faktor yang dapat didapatkan pada saat pengambilan data
mempengaruhi sebaran kadar oksigen jika di kaitkan dengan pernyataan
terlarut di perairan (Patty, 2013). Prasetyo et al. (2018) termasuk kedalam
Kadar oksigen pada DO bulan kondisi baik karena kadar oksigen pada
November tertinggi di stasiun 17 dapat baku mutu perairan lebih dari 5 mg/L.
dimengerti karena stasiun tersebut Maka nilai DO di perairan wilayah Pantai
merupakan wilayah yang dominan terdiri Damas baik atau memenuhi baku mutu air
dari habitat dan ekosistem terumbu laut dan untuk kehidupan karang. Hal
karang alami dimana suplai oksigen yang tersebut dipertegas dengan pernyataan
memadai berasal dari hasil proses Sumarno dan Muryanto (2014), bahwa
fotosintesis zooxanthellae yang hidup di karang dapat tumbuh pada kondisi DO
polyp karang, meskipun total karang yang dengan kadar di atas 3,5 mg/L.
sehat atau karang alami tidak terlalu d. Nitrat
banyak. Menurt Yusuf et al. (2012), suplai Adapun yang menyebabkan berbeda-
oksigen yang cukup juga berasal dari nya konsentrasi nitrat pada stasiun 1
sirkulasi arus dan gelombang yang terjadi sampai dengan stasiun 20 yaitu
dan terbentuk di perairan setempat, kemungkinan besar disebabkan oleh
terutama berasal dari arus gelombang dan adanya pembusukan bahan-bahan orga-
pasut yang tiba ke area terumbu karang nik. Stasiun tertinggi pada bulan Septem-
baik yang mengenai dan membentur ber dan November ditemukan pada
terumbu karang di daerah barrier reef stasiun 16 dan 17 yang merupakan
maupun fringing reefs, sehingga dapat wilayah terumbu karang alami yang

121
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

diduga karena adanya pembusukan yang lokasinya dekat dengan laut lepas
bahan organik yang berasosiasi di yang diduga wilayah tersebut tidak
ekosistem terumbu karang yakni berupa terdapat terumbu karang. Bulan Novem-
beraneka ragam avertebrata (hewan tak ber, nilai fosfat yang didapatkan yaitu
bertulang belakang), reptil ikan, krustasea, berkisar antara 0,023-0,242 mg/l. Kadar
moluska, ekinodermata dan lain-lain fosfat tertinggi ditemukan pada stasiun 16
(Ritonga, 2012). Dengan banyaknya sebesar 0,242 mg/l yang lokasinya
organisme yang mati tenggelam di dasar terletak di dekat pelabuhan. Sedangkan
perairan, dan diuraikan oleh detritus dan kadar fosfat terendah yaitu ditemukan
mikroba, sehingga dapat di manfaatkan pada stasiun 3 sebesar 0,023 mg/l yang
oleh bakteri. letak pengamatannya tidak jauh dari
Berdasar hasil pengamatan di semua lokasi rumah apung.
stasiun selama dua bulan (September dan Tinggi rendahnya kadar fosfat di
November), kadar nitrat yang terkandung suatu perairan adalah salah satu indikator
dalam perairan tersebut sesuai dengan untuk menentukan kesuburan suatu per-
penyataan Patty et al. (2015) bahwa kadar airan. Menurut Isnaeni et al. (2015),
nitrat yang normal di perairan laut sungai sebagai pembawa hanyutan-
umumnya berkisar antara 0,001-0,007 hanyutan sampah maupun sumber fosfat
mg/l. Terumbu karang sebenarnya daratan lainnya akan mengakibatkan
mampu hidup dalam lingkungan yang konsentrasi di muara lebih besar dari
rendah nutrien (nitrat, fosfat, air) karena sekitarnya. Kandungan fosfat umumnya
kemampuan karang untuk memproduksi semakin menurun semakin jauh ke arah
nutrien sendiri, dengan demikian dapat laut (off shore). Kadar fosfat tertinggi pada
diasumsikan bahwa kontribusi terbesar bulan September ditemukan pada stasiun
produktivitas perairan adalah organisme 2 yang merupakan wilayah dekat dengan
karang itu sendiri. pesisir pantai, kemungkinan besar dise-
e. Fosfat babkan oleh adanya sumbangan material
Bulan September, hasil penelitian organik dari daratan. Pada bulan Novem-
menunjukkan bahwa kandungan fosfat di ber konsentrasi fosfat tertinggi ditemukan
daerah penelitian berkisar 0,012-0,345 pada stasiun 16 yang merupakan wilayah
mg/L. Kisaran tersebut umumnya masih dekat dengan pelabuhan yang kemung-
tergolong baik untuk terumbu karang. kinan dipengaruhi oleh limbah daratan
Kadar fosfat tertinggi ditemukan pada yang berasal dari pelabuhan. Sumber
stasiun 2 yang merupakan wilayah yang utama fosfat secara alami berasal dari
masih dekat dengan pantai, sungai dan perairan itu sendiri melalui proses pengu-
rumah apung. Sedangkan kandungan raian, pelapukan, dekomposisi tumbuhan,
fosfat terendah ditemukan pada stasiun 7 sisa-sisa organisme mati, buangan limbah

122
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

daratan (domestik, industri, pertanian, Analisis statistik digunakan untuk


peternakan, dan sisa pakan) yang akan mengetahui pengaruh data kualitas
terurai oleh bakteri menjadi zat hara perairan kimia terhadap terumbu karang.
(Makatita et al., 2014). Analisis yang digunakan yaitu PCA atau
Kadar fosfat untuk biota laut yaitu analisis komponen satu yang merupakan
sebesar 0,015 mg/l. Ilyas et al. (2017) model statistik deskriptif yang bertujuan
yang menyatakan bahwa kadar fosfat untuk menampilkan hasil perhitungan
untuk parameter kimia perairan terumbu dalam suatu informasi maksimum dari
karang berkisar antara 0,27-5,51 mg/L. matriks data. Matriks data yang dimaksud
Jika mengacu pada kategori kesuburan terdiri dari stasiun pengamatan sebagai
yang dikemukakan oleh kedua pendapat faktor (baris) dan variabel sebagai
di atas, maka perairan Pantai Damas kuantitatif (kolom). Hasil uji PCA di
termasuk ke dalam kategori cukup subur dapatkan nilai salinitas (0,929), pH
dan masih baik untuk pertumbuhan dan (0,625), DO (0,744), nitrat (0,847) dan
perkembangan terumbu karang. Pening- fosfat (0,690). Hasil tersebut menunjukkan
katan konstrasi fosfat dapat disebabkan nilai variabel yang diteliti apakah mampu
oleh limbah buangan yang terdapat pada untuk menjelaskan hubungan dengan
daerah sekitar perairan yang terbawa oleh terumbu karang atau tidak. Variabel
arus perairan. Tingkat antropogenik dapat dianggap mampu menjelaskan faktor jika
menyebabkan peningkatan nutrisi di nilai extraction lebih besar dari 0,50.
perairan yang berakibat pada perubahan Berdasarkan output di atas, diketahui nilai
kualitas air di daerah ekosistem terumbu extraction untuk semua variabel adalah
karang. lebih besar dari 0,50. Dengan demikian

Tabel 2. Uji Statistik Korelasi Kualitas Perairan Kimia dengan Terumbu Karang
Komp. Parameter
PCA Sal. pH DO
Tutupan
cc 0,929 0,625 0,744 0,847 0,690
Karang

Tabel 3. Komponen Transformasi Matrik


Component 1 2 3
1 0,998 -0,057 0,028
2 0,050 0,975 0,216
3 -0,039 -0,214 0,976
dapat disimpulkan bahwa semua variabel
Analisis Hubungan Kondisi Kimia Perairan
dapat dipakai sebagai faktor yang
terhadap Terumbu Karang
mempengaruhi terumbu karang. Hasil uji
statistik untuk mengetahui hubungan

123
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

kualitas perairan kimia dengan terumbu September dan November 2019,


karang dapat dilihat pada Tabel 2. kondisi kualitas kimia perairan di
Memastikan suatu variabel masuk wilayah Pantai Damas hingga Teluk
dalam kelompok faktor, maka dapat Prigi tergolong baik untuk kehidupan
ditentukan dengan melihat nilai korelasi karang.
terbesar antara variabel dengan faktor 3. Analisis statistik pengaruh kualitas
yang terbentuk. Berdasarkan Tabel 3, perairan kimia terhadap terumbu
komponen 1 nilai korelasinya sebesar karang dihasilkan komponen 1 nilai
0,998 > 0,5, pada komponen dua nilai korelasinya 0,998, komponen 2 nilai
korelasinya sebesar 0,975 > 0,5, dan korelasinya 0,975, dan komponen 3
komponen 3 nilai korelasinya sebesar nilai korelasinya 0,976. Karena nilai
0,976 > 0,5. Karena nilai korelasi semua korelasi semua komponen > 0,5, maka
komponen > 0,5, maka dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor
bahwa ketiga faktor yang terbentuk dapat yang terbentuk dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa layak untuk merang- bahwa layak untuk merangkum kualitas
kum kualitas kimia perairan yang kimia perairan yang di analisis sebagai
dianalisis sebagai parameter yang parameter yang mempunyai pengaruh
mempunyai pengaruh untuk kehidupan untuk kehidupan terumbu karang pada
terumbu karang pada umumnya. umumnya.

4. Kesimpulan Acknowledgement

Dari beberapa penjelasan tersebut, Ucapan terimakasih kasih kepada


dapat disimpulkan bahwa : Maulana Fikri, Anda Putra R. Sirait, Shafa
1. Luasan terumbu karang di wilayah Thasya Thaeraniza dan Mayshita Yonar
Teluk Prigi sebesar 351,54 ha. karena telah membantu persiapan hingga
Terumbu karang alami di Teluk Prigi pengambilan data. Serta terima kasih
tergolong rendah, ditemukan banyak kepada pengelola pantai Damas, Bapak
karang yang mati atau tidak sehat dan Jianto dan Bapak Ali karena telah
ditemukan banyak puing karang. menyediakan tempat tinggal selama
Terumbu karang buatan yang pengambilan data dan transportasi berupa
ditemukan tidak sesuai dengan jumlah kapal untuk mengambil data di lapang.
yang ditenggelamkan, kemungkinan
Daftar Pustaka
mati atau hilang, bebebrapa kondisi
artificial reef juga terkena sedimentasi Alifia, R. (2017). Hubungan prevalensi
penyakit karang keras (Scleractinia)
tinggi.
dan kualitas air pada musim
2. Secara keseluruhan di seluruh lokasi peralihan I di Perairan Teluk Prigi,
stasiun pada pengamatan bulan

124
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

Trenggalek, Jawa Timur. Disertasi. anto & Soegianto, A.S. (2019).


Malang: Universitas Brawijaya. Water quality impact to coral
compromised health prevalence of
Barus, B. S., Prartono, T., & Soedarma, D. Prigi Bay, East Java, Indonesia.
(2018). Pengaruh lingkungan Ecology Environment and
terhadap bentuk pertumbuhan Conservation, 25:(S211-S219).
terumbu karang di Perairan Teluk
Lampung. Jurnal Ilmu dan Teknologi Makatita, J. R., Susanto, A. B., &
Kelautan Tropis, 10(3):699-709. Mangimbulude, J.C. (2014). Kajian
zat hara fosfat dan nitrat pada air
Corvianawatie, C., & Abrar, M. (2018). dan sedimen padang lamun Pulau
Kesesuaian kondisi oseanografi Tujuh Seram Utara Barat Maluku
dalam mendukung ekosistem Tengah. Artikel Ilmiah. Seminar
terumbu karang di Perairan Pulau Nasional FMIPA-Universitas Terbu-
Pari. Jurnal Kelautan Nasional, ka. 13 hal.
13(3):155-161.
Naiu, C. A., Sahami, F. M., & Hamzah, S.
Ermawan, R. W. (2008). Kajian N. (2014). Kondisi terumbu karang
sumberdaya pantai untuk di perairan Desa Bintalahe Keca-
kesesuaian ekowisata di Pantai matan Kabila Bone Kabupaten Bone
Prigi, Kabupaten Trenggalek, Bolango Provinsi Gorontalo. Nikè:
Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Bogor: Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Institut Pertanian Bogor. Kelautan, II(1):33-39.

Giyanto, Abrar, M., Hadi, T. A., Budiyanto, Nugraha, D. R. W. (2019). Pengaruh


A., Hafizt, M., Salatalohy, A., & faktor hidro-oseanografi terhadap
Iswari, M.Y. (2017). Status terumbu pertumbuhan dan tingkat kelang-
karang Indonesia 2017. Jakarta: sungan hidup (survival rate) hasil
COREMAP-CTI, Puslit Oseanografi transplantasi terumbu karang jenis
LIPI. Acropora sp. di Perairan Paiton
Probolinggo. Disertasi, Surabaya:
Ilyas, I. S., Astuty, S., & Harahap, S. A. UIN Sunan Ampel.
(2017). Keanekaragaman ikan
karang target kaitannya dengan Obura, D., & Grimsditch, G. (2009).
keanekaragaman bentuk pertum- Resilience assessment of coral
buhan karang pada zona inti di reefs: Assessment protocol for
Taman Wisata Perairan Kepulauan coral reefs, focusing on coral
Anambas. Jurnal Perikanan Kelaut- bleaching and thermal stress. Gland,
an, VIII(2):103-111 Switzerland: IUCN.

Isnaeni, N., Suryanti., & Purnomo, P.W. Ompi, B. N., Rembet, U. N. W.J., &
(2015). Kesuburan perairan berda- Rondonuwu, A. B. (2019). Coral reef
sarkan nitrat, fosfat, dan klorofil-a di conditions of Hogow and Dakokayu
perairan ekosistem terumbu karang Islands Southeast Minahasa
Pulau Karimunjawa. Diponegoro Regency. Jurnal Ilmiah PLATAX,
Journal of Maquares, 4(2):75-81. 7(1):186-192.

Juliani, R., & Rahmatsyah. (2011). Pola Patty, S. I., Arfah, H., & Abdul, M. S.
penentuan parameter kerusakan te- (2015). Zat hara (fosfat, nitrat),
rumbu karang di daerah Sibolga. oksigen terlarut dan pH kaitannya
Jurnal Penelitian Saintika, 11(1):53- dengan kesuburan di Perairan
65. Jikumerasa, Pulau Buru. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis, 3(1):43-50.
Luthfi, O. M., Rosyid, A., Isdianto, A.,
Jauhari, A., Setyohadi, D., Rosdi-

125
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020

Patty, S.I. (2013). Distribusi suhu, salinitas Litkayasa Sumber Daya dan Pe-
dan oksigen terlarut di Perairan nangkapan, 12(2):121-126.
Kema, Sulawesi Selatan. Jurnal
Ilmiah PLATAX, 1(3):148-157. Tito, C.K., Ampou, E.E., Widagti, N., &
Triyulianti, I. (2013). Kondisi pH dan
Prasetya, S, P. (2016). Faktor-faktor yang suhu pada ekosistem terumbu
mempengaruhi perbedaan jumlah karang di Perairan Nusa Penida dan
pengunjung Pantai Karanggongso, Pemuteran, Bali. Artikel Ilmiah.
Pantai Prigi, Pantai Cengkrong dan Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Pantai Damas di Kecamatan 2013, Badan Penelitian dan
Watulimo Kabupaten Trenggalek. Pengembangan Kelautan dan
Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial. Perikanan. Jakarta. 13 hal.
Universitas Negeri Surabaya.
Wibawa, I. G. N. A., & Luthfi, O. M.
Prasetyo, A. B. T., Yuliadi, L. P. S., Astuty, (2017). Kualitas air pada ekosistem
S., Prihadi, D.J. (2018). Keterkaitan terumbu karang di Selat Sempu,
tipe substrat dan laju sedimentasi Sendang Biru, Malang. Jurnal
dengan kondisi tutupan terumbu Segara, 13(1):25-35.
karang di perairan Pulau Panggang,
Taman Nasional Kepulauan Seribu. Wibowo, K., & Adrim, M. (2013).
Jurnal Perikanan Kelautan, IX(2):1- Komuntas ikan-ikan karang di Teluk
7. Prigi Trenggalek, Jawa Timur. Zoo
Indonesia, 22(2):29-38.
Rachman, D., Kushartono, E. W., &
Santosa, G. W. (2019). Kecocokan Yusuf, M., Handoyo, G., Muslim, M.,
habitat bertelur penyu sisik Wulandari, S. Y., & Setiyono, H.
Eretmochelys imbricate, Linnaeus, (2012). Karakteristik pola arus
1766 (Reptilia: Cheloniidae) di Balai dalam kaitannya dengan kondisi
Taman Nasional Laut Kepulauan kualitas perairan dan kelimpahan
Seribu, Jakarta. Journal of Marine fitoplankton di perairan kawasan
Research, 8(2):168-176. Taman Nasional Laut Karimunjawa.
Buletin Oseanografi Marina, 1(5):63-
Ritonga, I. R. (2012). Distribusi nutrien 74.
dan pH pada ekosistem terumbu
karang dan lamun di Perairan Beras
Basah Kota Bontang. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
8 p.

Sidabutar, E. A., Sartimbul, A., &


Handayani, M. (2019). Distribusi
suhu, salinitas dan oksigen terlarut
terhadap kedalaman di Perairan
Teluk Prigi Kabupaten Trenggalek.
Journal of Fisheries and Marine
Research, 3(1):46-52.

Sumarno, D., & Muryanto, T. (2014).


Kadar salinitas, oksigen terlarut, dan
suhu air di unit terumbu karang
buatan (TKB) Pulau Kotok Kecil dan
Pulau Harapan Kepulauan Seribu –
Provinsi DKI Jakarta. Buletin Teknik

126
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS

Anda mungkin juga menyukai