Koresponding: Andik Isdianto, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Jalan Veteran, Malang, Indonesia, 65145
E-mail: andik.idsianto@ub.ac.id
Abstrak
Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati laut dunia dengan kekayaan
terumbu karangnya. Pertumbuhan karang tergantung pada kondisi lingkungannya, yang pada
kenyataannya tidak selalu tetap karena adanya gangguan yang berasal dari alam atau aktivitas
manusia. Pertumbuhan terumbu karang di suatu perairan laut sangat dipengaruhi oleh kualitas
perairannya tersebut seperti faktor oseanografi kimia yaitu salinitas, pH, DO, nitrat dan fosfat.
Pengambilan data ini dilaksanakan dua kali pada bulan September dan November 2019 di Perairan
Damas, Trenggalek, Jawa Timur. Perairan Pantai Damas ini terletak di Desa Karanggandu
Kecamatan Watulimo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang di
Perairan Damas, untuk mengetahui pengaruh kualitas perairan terhadap terumbu karang buatan di
kimia di Perairan Damas serta untuk mengetahui hubungan parameter kualitas perairan kimia dengan
terumbu karang buatan di Perairan Damas, Trenggalek, Jawa Timur. Metode pengambilan sampel
dilakukan secara purposive random sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Titik lokasi yang digunakan sebanyak 20 stasiun yang tersebar yaitu pada terumbu buatan, terumbu
karang alami, laut lepas dan area sekitar pelabuhan. Pengukuran yang dilakukan meliputi kualitas
perairan secara in situ dengan alat pengukuran multiparameter yaitu AAQ. Hasil yang didapatkan
bahwa di semua stasiun yang ditemukan kondisi perairan bagus untuk kehidupan terumbu karang,
dan juga analisis hubungan kedalaman, salinitas, pH, DO, nitrat, fosfat dan terumbu karang saling
mempengaruhi.
Kata kunci : Terumbu Karang, Oseanografi Kimia, AAQ, Trenggalek, Teluk Prigi
Abstract
Indonesia is known as one of the world's marine biodiversity centers with its rich coral reefs. Coral
growth depends on environmental conditions, which in reality do not always remain due to disruptions
originating from nature or human activities. The growth of coral reefs in a sea water is strongly
influenced by the quality of its waters such as chemical oceanographic factors namely salinity, pH,
DO, nitrate and phosphate. The data collection was carried out twice in September and November
2019 in Damas Waters, Trenggalek, East Java. The waters of Damas Beach are located in
Karanggandu Village, Watulimo District. The purpose of this study was to determine the condition of
coral reefs in Damas Waters, to determine the effect of water quality on artificial reefs in chemistry in
Damas Waters and to determine the relationship of quality parameters of chemical waters with artificial
coral reefs in Damas Waters, Trenggalek, East Java. The sampling method is done by purposive
random sampling that is determining the sample with certain considerations. The location points used
by 20 stations are spread, namely on artificial reefs, natural coral reefs, open seas and the area
around the harbor. Measurements made include in situ water quality with a multiparameter
measurement tool, namely AAQ. The results obtained that in all stations found good water conditions
for the life of coral reefs, and also the analysis of the relationship of each parameter and coral reefs
influence each other.
113
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
Provinsi Jawa Timur. Perairan Teluk Prigi Pengambilan data dilakukan di Pantai
dikenal sebagai tempat rekreasi, Damas hingga Teluk Prigi, Trenggalek,
ekowisata, pariwisata dan juga sebagai Jawa Timur. Penelitian ini dlakukan dua
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN kali pada tanggal 20-22 September 2019
Prigi) (Sidabutar et al., 2019). Selain dan 20-22 November 2019. Ada 20 titik
114
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
stasiun yang tersebar di wilayah terumbu (Sidabutar et al., 2019). Data yang diambil
karang alami, terumbu buatan, laut lepas adalah salinitas, pH, oksigen terlarut,
dan juga area dekat dengan pelabuhan. nitrat dan fosfat.
Berikut lokasi penelitian dapat dilihat pada
Pengambilan Data
Gambar 1.
Metode pengambilan sampel dilaku- Pengambilan data pengukuran
kan secara purposive random sampling. kualitas air pada ekosistem terumbu
Purposive random sampling, yaitu karang buatan perairan Pantai Damas
penentuan sampel dengan pertimbangan menggunakan metode in-situ atau
tertentu (Rachman et al., 2019), dengan pengambilan data secara langsung
menggunakan metode ini diharapkan (Wibawa dan Luthfi, 2017). Data yang
dapat mewakili lokasi penelitian yang diambil adalah kedalaman, salinitas, pH,
diambil dengan. Titik lokasi yang DO, nitrat dan fosfat. Sebelum melakukan
digunakan sebanyak 20 stasiun yang pengambilan data, dilakukan observasi
tersebar yaitu pada terumbu karang dengan penentuan titik koordinat lokasi
buatan, terumbu karang alami, laut lepas dengan Google Earth pada perairan yang
dan area sekitar pelabuhan. Pengukuran digunakan untuk pengambilan data.
yang dilakukan meliputi pengukuran Setelah itu, pengambilan data ke lapang
kualitas perairan secara in situ dengan untuk pengambilan data dilokasi sekitar
alat pengukuran multiparameter yaitu titik korrdinat yang telah dibuat. Data
AAQ pada kedalaman 0-6 meter, hal ini parameter kimia diambil dari 20 titik lokasi
dilakukan karena mempertimbangkan sampel dengan menggunakan AAQ dan
keamanan alat AAQ yang digunakan nitrat fosfat diukur dengan kit uji Prodac.
115
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
salinitas, pH dan DO, nitrat dan fosfat sedikit gugusan-gugusan karang. Dapat
setiap stasiun penelitian. Data kemudian dilihat juga pada peta tersebut banyak
dideskripsikan untuk memberikan gambar- bagian yang tertutup oleh awan. Pada
an secara menyeluruh dengan acuan gambar tersebut dapat dibedakan antara
kualitas perairan berdasarkan penelitian karang hidup dengan karang mati dengan
116
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
117
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
118
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
119
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
pada perairan bebas (offshore), relatif yang masuk ke perairannya dan run off
lebih kecil dibandingkan dengan perairan dari daratan di sekitarnya juga tidak besar,
pantai. sehingga relatif tidak mempengaruhi
Menurut Naiu et al. (2014), karang sebaran nilai pHnya (Tito et al. 2013).
merupakan pembentuk terumbu sebagai Nilai pH berpengaruh terhadap daya
organisme lautan sejati, tidak dapat tahan organisme dimana pada pH yang
bertahan pada salinitas yang jelas rendah akan mengganggu penyerapan
menyimpang dari salinitas air laut yang oksigen telarut oleh organisme tersebut,
normal yaitu 32-35 ppt. Nilai salinitas yang namun hal tersebut tidak mempunyai
rendah dapat dapat membunuh karang. dampak yang besar karena letaknya jauh
Hal tersebut dperkuat oleh Ompi et al. dengan ekosistem terumbu karang baik
(2019) di penelitiannya bahwa salinitas yang alami maupun yang buatan.
yang baik bagi terumbu karang yang Menurut Barus et al. (2018), secara
terdapat di laut dengan salinitas air yang umum hasil pengukuran pH 7-8,5
tetap diatas 30 ppt tetapi di bawah 35 ppt. merupakan kondisi yang umum ada di
Berdasar pada penjelasan tersebut, maka wilayah perairan Indonesia (tropis). Hal
kadar salinitas di lokasi penelitian masih tersebut sesuai dengan pernyataan
termasuk dalam kategori baik untuk Corvianawatie dan Abrar (2018), bahwa
kelasungan hidup karang. nilai pH perairan di seluruh stasiun
b. pH pengamatan masih sesuai dalam kadar
Salah satu hal yang menyebabkan antara 7,0-8,5 tergolong baik. Batasan pH
variasi pH di perairan Indonesia adalah yang ideal bagi biota laut nilainya berkisar
adanya angin monsun. Adanya angin antara 6,5-8,5. Juliani dan Rahmatsyah
monsun tersebut walaupun tidak (2011) juga menambahkan bahwa nilai pH
berpengaruh secara langsung terhadap baku mutu air laut untuk wisata bahari
nilai pH, namun dapat menyebabkan sekitar 7-8,5 kemudian untuk perikanan
variabilitas nilai pH di permukaan air pH berkisar 6-8,5 dan kadar pH di
karena mampu menghasilkan transpor perairan normal berkisar antara 6-9.
massa air laut dari suatu perairan ke Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut
perairan lain. Selain angin monsun, faktor sehingga dapat diasumsikan bahwa pH
utama yang mempengaruhi tingkat yang didapatkan pada stasiun penelitian
keasaman air laut di daerah pesisir adalah masih mendukung untuk kehidupan
aktivitas fitoplankton dan tumbuhan air, terumbu karang. Sebagian besar permu-
aliran yang berasal dari darat, pasang- kaan air Pasifik memiliki nilai pH 7,9-8,1.
surut dan cuaca yang mempengaruhi c. DO
fluktuasi kimiawi perairan. Wilayah Pantai Tingginya kadar oksigen bulan
Damas, tidak ada aliran sungai besar September pada stasiun 5 diperkirakan
120
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
121
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
diduga karena adanya pembusukan yang lokasinya dekat dengan laut lepas
bahan organik yang berasosiasi di yang diduga wilayah tersebut tidak
ekosistem terumbu karang yakni berupa terdapat terumbu karang. Bulan Novem-
beraneka ragam avertebrata (hewan tak ber, nilai fosfat yang didapatkan yaitu
bertulang belakang), reptil ikan, krustasea, berkisar antara 0,023-0,242 mg/l. Kadar
moluska, ekinodermata dan lain-lain fosfat tertinggi ditemukan pada stasiun 16
(Ritonga, 2012). Dengan banyaknya sebesar 0,242 mg/l yang lokasinya
organisme yang mati tenggelam di dasar terletak di dekat pelabuhan. Sedangkan
perairan, dan diuraikan oleh detritus dan kadar fosfat terendah yaitu ditemukan
mikroba, sehingga dapat di manfaatkan pada stasiun 3 sebesar 0,023 mg/l yang
oleh bakteri. letak pengamatannya tidak jauh dari
Berdasar hasil pengamatan di semua lokasi rumah apung.
stasiun selama dua bulan (September dan Tinggi rendahnya kadar fosfat di
November), kadar nitrat yang terkandung suatu perairan adalah salah satu indikator
dalam perairan tersebut sesuai dengan untuk menentukan kesuburan suatu per-
penyataan Patty et al. (2015) bahwa kadar airan. Menurut Isnaeni et al. (2015),
nitrat yang normal di perairan laut sungai sebagai pembawa hanyutan-
umumnya berkisar antara 0,001-0,007 hanyutan sampah maupun sumber fosfat
mg/l. Terumbu karang sebenarnya daratan lainnya akan mengakibatkan
mampu hidup dalam lingkungan yang konsentrasi di muara lebih besar dari
rendah nutrien (nitrat, fosfat, air) karena sekitarnya. Kandungan fosfat umumnya
kemampuan karang untuk memproduksi semakin menurun semakin jauh ke arah
nutrien sendiri, dengan demikian dapat laut (off shore). Kadar fosfat tertinggi pada
diasumsikan bahwa kontribusi terbesar bulan September ditemukan pada stasiun
produktivitas perairan adalah organisme 2 yang merupakan wilayah dekat dengan
karang itu sendiri. pesisir pantai, kemungkinan besar dise-
e. Fosfat babkan oleh adanya sumbangan material
Bulan September, hasil penelitian organik dari daratan. Pada bulan Novem-
menunjukkan bahwa kandungan fosfat di ber konsentrasi fosfat tertinggi ditemukan
daerah penelitian berkisar 0,012-0,345 pada stasiun 16 yang merupakan wilayah
mg/L. Kisaran tersebut umumnya masih dekat dengan pelabuhan yang kemung-
tergolong baik untuk terumbu karang. kinan dipengaruhi oleh limbah daratan
Kadar fosfat tertinggi ditemukan pada yang berasal dari pelabuhan. Sumber
stasiun 2 yang merupakan wilayah yang utama fosfat secara alami berasal dari
masih dekat dengan pantai, sungai dan perairan itu sendiri melalui proses pengu-
rumah apung. Sedangkan kandungan raian, pelapukan, dekomposisi tumbuhan,
fosfat terendah ditemukan pada stasiun 7 sisa-sisa organisme mati, buangan limbah
122
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
Tabel 2. Uji Statistik Korelasi Kualitas Perairan Kimia dengan Terumbu Karang
Komp. Parameter
PCA Sal. pH DO
Tutupan
cc 0,929 0,625 0,744 0,847 0,690
Karang
123
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
4. Kesimpulan Acknowledgement
124
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
Isnaeni, N., Suryanti., & Purnomo, P.W. Ompi, B. N., Rembet, U. N. W.J., &
(2015). Kesuburan perairan berda- Rondonuwu, A. B. (2019). Coral reef
sarkan nitrat, fosfat, dan klorofil-a di conditions of Hogow and Dakokayu
perairan ekosistem terumbu karang Islands Southeast Minahasa
Pulau Karimunjawa. Diponegoro Regency. Jurnal Ilmiah PLATAX,
Journal of Maquares, 4(2):75-81. 7(1):186-192.
Juliani, R., & Rahmatsyah. (2011). Pola Patty, S. I., Arfah, H., & Abdul, M. S.
penentuan parameter kerusakan te- (2015). Zat hara (fosfat, nitrat),
rumbu karang di daerah Sibolga. oksigen terlarut dan pH kaitannya
Jurnal Penelitian Saintika, 11(1):53- dengan kesuburan di Perairan
65. Jikumerasa, Pulau Buru. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis, 3(1):43-50.
Luthfi, O. M., Rosyid, A., Isdianto, A.,
Jauhari, A., Setyohadi, D., Rosdi-
125
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS
Journal of Marine and Coastal Science Vol. 9 (3) – September 2020
Patty, S.I. (2013). Distribusi suhu, salinitas Litkayasa Sumber Daya dan Pe-
dan oksigen terlarut di Perairan nangkapan, 12(2):121-126.
Kema, Sulawesi Selatan. Jurnal
Ilmiah PLATAX, 1(3):148-157. Tito, C.K., Ampou, E.E., Widagti, N., &
Triyulianti, I. (2013). Kondisi pH dan
Prasetya, S, P. (2016). Faktor-faktor yang suhu pada ekosistem terumbu
mempengaruhi perbedaan jumlah karang di Perairan Nusa Penida dan
pengunjung Pantai Karanggongso, Pemuteran, Bali. Artikel Ilmiah.
Pantai Prigi, Pantai Cengkrong dan Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Pantai Damas di Kecamatan 2013, Badan Penelitian dan
Watulimo Kabupaten Trenggalek. Pengembangan Kelautan dan
Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial. Perikanan. Jakarta. 13 hal.
Universitas Negeri Surabaya.
Wibawa, I. G. N. A., & Luthfi, O. M.
Prasetyo, A. B. T., Yuliadi, L. P. S., Astuty, (2017). Kualitas air pada ekosistem
S., Prihadi, D.J. (2018). Keterkaitan terumbu karang di Selat Sempu,
tipe substrat dan laju sedimentasi Sendang Biru, Malang. Jurnal
dengan kondisi tutupan terumbu Segara, 13(1):25-35.
karang di perairan Pulau Panggang,
Taman Nasional Kepulauan Seribu. Wibowo, K., & Adrim, M. (2013).
Jurnal Perikanan Kelautan, IX(2):1- Komuntas ikan-ikan karang di Teluk
7. Prigi Trenggalek, Jawa Timur. Zoo
Indonesia, 22(2):29-38.
Rachman, D., Kushartono, E. W., &
Santosa, G. W. (2019). Kecocokan Yusuf, M., Handoyo, G., Muslim, M.,
habitat bertelur penyu sisik Wulandari, S. Y., & Setiyono, H.
Eretmochelys imbricate, Linnaeus, (2012). Karakteristik pola arus
1766 (Reptilia: Cheloniidae) di Balai dalam kaitannya dengan kondisi
Taman Nasional Laut Kepulauan kualitas perairan dan kelimpahan
Seribu, Jakarta. Journal of Marine fitoplankton di perairan kawasan
Research, 8(2):168-176. Taman Nasional Laut Karimunjawa.
Buletin Oseanografi Marina, 1(5):63-
Ritonga, I. R. (2012). Distribusi nutrien 74.
dan pH pada ekosistem terumbu
karang dan lamun di Perairan Beras
Basah Kota Bontang. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
8 p.
126
https://e-journal.unair.ac.id/JMCS