Anda di halaman 1dari 264

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN


PUSAT PERBUKUAN

Buku Panduan Guru


Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan

Ali Usman, dkk.


2022

SMA/SMK/MA KELAS XII


Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Dilindungi Undang-Undang.

Disclaimer: Buku ini disiapkan oleh Pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan buku
pendidikan yang bermutu, murah, dan merata sesuai dengan amanat dalam UU No. 3 Tahun
2017. Buku ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku ini merupakan dokumen hidup yang
senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan
perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis atau
melalui alamat surel buku@kemdikbud.go.id diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


untuk SMA/SMK/MA Kelas XII

Penulis
Ali Usman
Hatim Gazali
Abdul Waidl
Tedi Kholiludin
Ahmad Asroni

Penelaah
Dadang Sundawa
Mukhlisin

Penyelia/Penyelaras
Supriyatno
E. Oos M. Anwas
Futri F. Wijayanti
Arifah Dinda Lestari
Meylina

Ilustrator
Muhammad Kodim
Editor
Muhammad Kodim

Desainer
Muhamad Isnaini

Penerbit
Pusat Perbukuan
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kompleks Kemdikbudristek Jalan RS. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan
https://buku.kemdikbud.go.id

Cetakan pertama, 2022


ISBN 978-602-244-330-8 (no.jil.lengkap)
ISBN 978-602-244-658-3 (jil.3)

Isi buku ini menggunakan huruf Adobe Caslon 11/13,2 pt. Wiliam Caslon.
x, 254 hlm.: 17,6 x 25 cm.
Pengantar

Pusat Perbukuan; Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan; Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memiliki tugas dan fungsi
mengembangkan buku pendidikan pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah. Buku yang dikembangkan saat ini mengacu pada
Kurikulum Merdeka, dimana kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi satuan/
program pendidikan dalam mengembangkan potensi dan karakteristik yang dimiliki
oleh peserta didik. Pemerintah dalam hal ini Pusat Perbukuan mendukung implementasi
Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah dengan mengembangkan Buku Teks Utama.
Buku teks utama merupakan salah satu sumber belajar utama untuk digunakan
pada satuan pendidikan. Adapun acuan penyusunan buku teks utama adalah Capaian
Pembelajaran PAUD, SD, SMP, SMA, SDLB, SMPLB, dan SMALB pada Program
Sekolah Penggerak yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Nomor 028/H/KU/2021 Tanggal 9 Juli 2021. Sajian
buku dirancang dalam bentuk berbagai aktivitas pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dalam Capaian Pembelajaran tersebut. Buku ini digunakan pada satuan
pendidikan pelaksana implementasi Kurikulum Merdeka.
Sebagai dokumen hidup, buku ini tentu dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan
kebutuhan serta perkembangan keilmuan dan teknologi. Oleh karena itu, saran dan
masukan dari para guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat sangat dibutuhkan
untuk pengembangan buku ini di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, Pusat
Perbukuan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan buku ini, mulai dari penulis, penelaah, editor, ilustrator, desainer, dan
kontributor terkait lainnya. Semoga buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi peserta
didik dan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

Jakarta, Juni 2022


Kepala Pusat,

Supriyatno
NIP 19680405 198812 1 001

iii
Prakata Penulis

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata


pelajaran wajib untuk semua jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat SD
sampai SMA. PPKn mengemban amanah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai
Pancasila setiap anak bangsa Indonesia. Sebuah amanah yang sangat mulia—pada
satu sisi—dan tidak ringan, pada sisi yang lain.
Melalui mata pelajaran PPKn ini, peserta didik diharapkan tidak hanya memahami
sebuah konsep ataupun teori dan sejarah tentang Pancasila dan kewarganegaraan.
Lebih dari itu, PPKn diharapkan menjadi wahana edukatif dalam mengembangkan
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Atas dasar itulah, PPKn berorientasi pada penguatan karakter dan wawasan
kebangsaan melalui pembentukan sikap mental, penanaman nilai, moral, dan budi
pekerti yang menekankan harmonisasi aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
serta menekankan pada sikap kekeluargaan dan bekerja sama pada proyek belajar
kewarganegaraan.
Buku ini merupakan ikhtiar untuk menerjemahkan Capaian Pembelajaran PPKn
yang telah ditetapkan Kemendikbud ke dalam sejumlah aktivitas pembelajaran
di kelas. Tak hanya menyediakan bahan bacaan, tetapi juga menawarkan sejumlah
aktivitas pembelajaran yang perlu dilakukan. Tentu saja, guru memiliki kewenangan
dan kemerdekaan untuk mendayagunakan secara maksimal apa yang ada dalam buku
ini. Karena, apa yang tertulis dalam buku ini tak lebih dari sekedar acuan minimum
pembelajaran di kelas. Selebihnya, kreaktivitas dan inovasi guru dalam mengajarkan
PPKn adalah ujung tombak kesuksesan dalam pembelajaran PPKn.
Sebagai buku ajar yang lahir dalam konteks semangat Merdeka Belajar, buku ini
barangkali membutuhkan penyempurnaan dan kontekstualiasasi sesuai dengan konteks
guru mengajar. Karena itulah, berbagai masukan, saran, dan kritik mutlak diperlukan
sebagai upaya untuk menghadirkan buku PPKn yang lebih bermakna dan berdampak
terhadap seluruh peserta didik.
Jakarta, Oktober 2021

Tim Penulis

iv
Daftar Isi
Pengantar.......................................................................................................................... iii
Prakata Penulis................................................................................................................ iv
Daftar Isi............................................................................................................................ v

Pendahuluan
Panduan Umum.................................................................................................................. 1
A. Maksud dan Tujuan................................................................................................................ 2
B. Profil Pelajar Pancasila........................................................................................................... 3
C. Karakteristik Mata Pelajaran PPKn..................................................................................... 4
D. Elemen Mata Pelajaran PPKn............................................................................................... 5
E. Tujuan dan Capaian Pembelajaran..................................................................................... 7
F. Pendekatan dan Strategi Umum Pembelajaran................................................................ 12
G. Gambaran Umum ................................................................................................................... 23
H. Petunjuk Penggunaan Buku................................................................................................. 25
I. Penilaian/Asesmen.................................................................................................................. 27
J. Catatan Penting bagi Guru.................................................................................................... 29

Bagian 1
Pancasila............................................................................................................................. 31
A. Gambaran Umum.................................................................................................................... 32
B. Peta Konsep.............................................................................................................................. 32
C. Capaian Pembelajaran............................................................................................................ 33
D. Strategi Pembelajaran............................................................................................................. 33
E. Skema Pembelajaran............................................................................................................... 34
F. Unit 1
Pemikiran Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara........................................................... 36
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 36
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 36
3. Deskripsi............................................................................................................................ 37
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 38
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 39
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 41
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 46
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 47
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 49
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 49
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 50

v
G. Unit 2
Analisis Penerapan Pancasila dalam Konteks Berbangsa dan Bernegara.................. 51
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 51
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 51
3. Deskripsi............................................................................................................................ 52
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 52
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 52
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 56
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 60
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 61
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 63
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 63
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 64
H. Unit 3
Peluang dan Tantangan Penerapan Pancasila.................................................................. 65
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 65
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 65
3. Deskripsi............................................................................................................................ 66
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 66
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 67
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 71
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 75
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 76
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 78
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 78
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 79
I. Unit 4
Proyek Gotong Royong Kewarganegaraan....................................................................... 80
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 80
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 80
3. Deskripsi............................................................................................................................ 81
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 81
5. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 82
6. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 88
7. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 88
8. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 90
9. Refleksi Guru.................................................................................................................... 91
10. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 91

Bagian 2
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945................................. 93
A. Gambaran Umum.................................................................................................................... 94
B. Peta Konsep Materi................................................................................................................. 94

vi
C. Capaian Pembelajaran............................................................................................................ 95
D. Strategi Pembelajaran............................................................................................................. 96
E. Skema Pembelajaran............................................................................................................... 97
F. Unit 1
Menjawab Masalah Pelanggaran Norma dan Konstitusi............................................... 99
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 99
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 99
3. Deskripsi............................................................................................................................ 99
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 100
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 100
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 105
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 108
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 109
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 111
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 111
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 111
G. Unit 2
Musyawarah dalam Perumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945....................... 112
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 112
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 112
3. Deskripsi............................................................................................................................ 113
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 113
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 114
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 116
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 117
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 117
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 121
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 121
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 121
H. Unit 3
Simulasi Musyawarah para Pendiri Bangsa...................................................................... 122
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 122
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 123
3. Deskripsi............................................................................................................................ 123
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 123
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 124
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 126
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 126
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 126
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 128
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 128
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 128

vii
I. Unit 4
Analisis Regulasi Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945............................................................................................................. 129
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 129
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 129
3. Deskripsi............................................................................................................................ 129
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 130
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 130
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 133
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 135
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 136
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 138
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 138
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 138

Bagian 3
Bhinneka Tunggal Ika.................................................................................................................... 139
A. Gambaran Umum.................................................................................................................... 140
B. Peta Konsep.............................................................................................................................. 140
C. Capaian Pembelajaran........................................................................................................... 140
D. Strategi Pembelajaran............................................................................................................. 141
E. Skema Pembelajaran............................................................................................................... 142
F. Unit 1
Menjadi Warga Dunia............................................................................................................ 145
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 145
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 145
3. Deskripsi............................................................................................................................ 146
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 146
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 146
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 147
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 151
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 152
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 155
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 155
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 156
G. Unit 2
Kolaborasi dan Kerja Sama Lintas Budaya........................................................................ 157
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 157
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 158
3. Deskripsi............................................................................................................................ 158
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 158
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 159
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 160
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 164
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 164

viii
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 166
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 167
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 168
H. Unit 3
Kampanye Keragaman Budaya............................................................................................ 169
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 169
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 169
3. Deskripsi............................................................................................................................ 170
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 170
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 170
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 171
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 173
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 174
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 176
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 177
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 177
I. Unit 4
Menjadi Duta Perdamaian..................................................................................................... 179
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 179
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 179
3. Deskripsi............................................................................................................................ 180
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 180
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 181
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 182
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 185
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 186
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 188
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 189
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 190

Bagian 4
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)........................................................................... 191
A. Gambaran Umum.................................................................................................................... 192
B. Peta Konsep ............................................................................................................................. 192
C. Capaian Pembelajaran............................................................................................................ 193
D. Strategi Pembelajaran............................................................................................................. 193
E. Skema Pembelajaran............................................................................................................... 194
F. Unit 1
Sengketa Batas Wilayah Laut Natuna................................................................................ 196
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 196
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 196
3. Deskripsi............................................................................................................................ 197
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 197
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 198
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 199

ix
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 203
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 204
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 207
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 207
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 208
G. Unit 2
Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan................................................................................... 209
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 209
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 209
3. Deskripsi............................................................................................................................ 209
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 210
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 211
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 212
7. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 216
8. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 217
9. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 220
10. Refleksi Guru.................................................................................................................... 220
11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 221
H. Unit 3
Mengantisipasi Sengketa Batas Wilayah dan Penegasan Indonesia
sebagai Negara Kepulauan.................................................................................................... 222
1. Pertanyaan Kunci............................................................................................................ 222
2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................................... 222
3. Deskripsi............................................................................................................................ 223
4. Skema Pembelajaran....................................................................................................... 223
5. Sumber Bacaan................................................................................................................ 224
6. Proses Pembelajaran di Kelas....................................................................................... 225
7. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 229
8. Lembar Kerja Peserta Didik.......................................................................................... 229
9. Asesmen/Penilaian.......................................................................................................... 230
10. Kegiatan Tindak Lanjut................................................................................................. 232
11. Refleksi Guru.................................................................................................................... 233
12. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali........................................................................... 233

Glosarium.......................................................................................................................... 235
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 239
Daftar Sumber Gambar................................................................................................... 243
Indeks................................................................................................................................. 244
Profil Penulis.................................................................................................................... 246
Profil Penelaah................................................................................................................. 251
Profil Ilustrator................................................................................................................ 253
Profil Editor...................................................................................................................... 253
Profil Desainer.................................................................................................................. 254

x
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA, 2022
Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Penulis: Ali Usman, dkk.
ISBN : 978-602-244-658-3 (jil.3)

Pendahuluan
Panduan Umum
A. Maksud dan Tujuan
Secara umum, penyusunan Buku Guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) ini dimaksudkan untuk membantu dan memfasilitasi
guru dalam mengajarkan PPKn di kelas. Dengan Buku Guru ini, guru PPKn dapat
mengajarkan Pancasila dan Kewarganegaraan secara lebih bermakna, kontekstual, dan
menyenangkan.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki visi yang sangat mulia, yakni
sebagai wahana pendidikan demokrasi untuk mengembangkan peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Ta­hun 1945 (UUD NRI
Tahun 1945) untuk membangunan warga negara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
PPKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, sebagaimana yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Dengan mengacu kepada Profil Pelajar Pancasila, Buku Guru ini juga disusun untuk
menerjemahkan Capaian Pembelajaran PPKn ke dalam bentuk yang lebih operasional
dalam konteks pembelajaran. Dengan demikian, guru lebih mudah mencapai Capaian
Pembelajaran PPKn di kelas.
Hasil kajian dan analisis dari berbagai pihak dan lembaga terkait dengan pembela­
jaran PPKn menunjukkan bahwa pembelajaran PPKn lebih banyak bermuatan aspek
kognitif, sementara porsi afektif dan psikomotorik terlalu sedikit. Dampaknya, pembela­
jaran PPKn lebih banyak kepada hafalan dan mengingat untuk kemudian dikeluarkan
dan dituliskan ulang pada saat ujian.
Idealnya, pembelajaran PPKn lebih menekankan aspek afektif dengan tetap tidak
meninggalkan aspek pengetahuan dan keterampilan. Artinya, penyajian materi PPKn
dilakukan secara menyeluruh, holistik, dan integratif, sebagimana yang dicita-citakan
oleh Ki Hadjar Dewantara: Rasa-Karsa-Cipta-Karya. Ki Hadjar menulis:

“Pendidikan. Umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan


bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak; … tidak
boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar supaya dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak
yang kita didik selaras dengan dunianya.”

2 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Model pembelajaran yang hanya menekankan aspek kognitif, sebagaimana yang
sering terjadi, menimbulkan dampak yang sangat serius. Pertama, pembelajaran di kelas
tidak menyenangkan, karena peserta didik lebih banyak dituntut untuk menghafal
peristiwa dan tanggal. Sementara itu, makna atas peristiwa tersebut jarang dianalisis
dan dikaji secara mendalam.
Kedua, tujuan pembelajaran PPKn yang secara konseptual harus menitikberatkan
pada pembentukan karakter peserta didik tentu tidak dapat dicapai jika pendekatan
dan metode pembelajarannya hanya menitikberatkan satu dimensi: kognitif. Akibat­
nya, tujuan pembentukan karakter peserta didik tidak dapat dicapai sehingga degradasi
moral (karakter) di kalangan peserta didik tetap tinggi jumlahnya.
Berdasarkan fakta tersebut, penyusunan Buku Guru mata pelajaran PPKn ini
bertujuan untuk:
1. Memberikan pemahaman guru PPKn terkait dengan misi dan tujuan dari pela­jaran
PPKn, subtansi dan karakteristiknya, serta strategi pembelajaran dan penilaian
PPKn.
2. Meningkatkan kemampuan guru PPKn dalam melaksakan sistem dan strategi
pembelajaran PPKn secara tepat, mengoptimalkan pemanfaatan media dan sum­
ber belajar, dan memberikan penilaian autentik secara tepat dalam pembelajaran.
3. Menjadi salah satu acuan dalam merancang strategi, metode, dan model
pembelajaran secara lebih kontekstual dan bermakna, serta merancang dan
melaksanakan penilaian kompetensi peserta didik secara menyeluruh, holistik,
dan integratif sesuai dengan prinsip penilaian yang sahih, objektif, sistematis, dan
berkesinambungan.

B. Profil Pelajar Pancasila


Profil Pelajar Pancasila dirumuskan dalam satu pernyataan yang komprehensif, yaitu:

“Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang


hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.”

Pernyataan ini memuat tiga kata kunci: (1) pelajar sepanjang hayat (lifelong learner),
(2) kompetensi global (global competencies), dan (3) pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Hal ini menunjukkan adanya paduan antara penguatan identitas khas bangsa Indonesia,
yaitu Pancasila, dengan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang sesuai
dengan konteks abad ke-21.

Pendahuluan | Panduan Umum 3


Dari pernyataan Profil Pelajar Pancasila tersebut, enam karakter/kompetensi
dirumuskan sebagai dimensi kunci. Keenamnya saling berkaitan dan menguatkan.
Karena itu, upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang utuh membutuhkan
berkembangnya keenam dimensi tersebut secara bersamaan, tidak parsial. Keenam
dimensi tersebut adalah: (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong-royong, (4) mandiri, (5)
bernalar kritis, dan (6) kreatif. Enam dimensi ini menunjukkan bahwa Profil Pelajar
Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku
sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

Beriman, Bertakwa
kepada Tuhan YME
dan Berakhlak
Mulia

Mandiri Kebinekaan
Global

Pelajar
Pancasila
Bernalar Bergotong
Kritis Royong
?

Kreatif

Gambar 1.1 Profil Pelajar Pancasila dan dimensi

C. Karakteristik Mata Pelajaran PPKn


1. Wahana edukatif dalam mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat
Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
2. Berorientasi pada penguatan karakter dan wawasan kebangsaan melalui pembentukan
sikap mental, penanaman nilai, moral, dan budi pekerti yang menekankan
harmonisasi aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan, serta me­ne­kankan pada
sikap kekeluargaan dan bekerja sama pada proyek belajar kewarganegaraan.
3. Berorientasi pada pengembangan misi keadaban Pancasila, yang mampu
membudayakan dan memberdayakan peserta didik menjadi warga negara yang
cerdas dan baik, serta menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa
depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab.
4. Wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila, dan pengembangan kapasitas
psikososial (psikologi dan sosial) kewarganegaraan Indonesia sangat koheren
(runut dan terpadu) dengan komitmen pengembangan watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat, serta perwujudan warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
5. Wahana untuk mempraktikkan perilaku gotong royong, kekeluargaan, dan keadilan
sosial yang dijiwai nilai-nilai Pancasila guna terwujudnya persatuan dan kesatuan
bangsa dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika.

D. Elemen Mata Pelajaran PPKn


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki empat elemen kunci beserta
subtansinya, sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tabel Elemen dan Deskripsi Mata Pelajaran PPKn

No Elemen Deskripsi Elemen

1 Pancasila Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan


ideologi negara. Oleh karena itu, peserta didik mengkaji secara
kritis makna dan nilai-nilai Pancasila, proses perumusan Pancasila,
implementasi Pancasila dari masa ke masa, dan reaktualisasi
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik juga menerapkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan keseharian secara individual sesuai dengan
fase perkembangan peserta didik. Peserta didik juga menerapkan
nilai-nilai Pancasila secara kolektif dalam beragam kegiatan
kelompok dengan membangun kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Dengan penerapan Pancasila tersebut, peserta didik
terus mengembangkan potensinya sebagai kualitas personal yang
bermanfaat dalam kehidupannya, dengan mengupayakan memberi
bantuan yang dianggap penting dan berharga kepada orang-orang
yang membutuhkan di masyarakat yang lebih luas dalam konteks
Indonesia dan kehidupan global.

Pendahuluan | Panduan Umum 5


No Elemen Deskripsi Elemen

2 Undang- Mengkaji secara kritis dan analitis konstitusi dan perwujudan norma
Undang yang berlaku, mulai dari lingkup terkecil (keluarga dan masyarakat)
Dasar sampai pada lingkup negara dan global. Dengan demikian, peserta
Negara didik dapat mengetahui serta mempraktikkan hak dan kewajibannya
Republik baik sebagai manusia, bangsa Indonesia, maupun sebagai warga
Indonesia negara Indonesia dan dunia, termasuk menyuarakan secara kritis
Tahun 1945 terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Dengan mempraktikkan
sistem musyawarah dari lingkup kelas, sekolah, dan keluarga,
peserta didik menyadari dan menjadikan musyawarah sebagai
pilihan penting dalam mengambil keputusan, menjaga persatuan,
dan kehidupan yang demokratis. Peserta didik dapat menganalisis
konstitusi dan hubungan antarregulasi yang berlaku, sehingga segala
peraturan perundang-undangan dapat diterapkan secara kontekstual
dan aktual.

3 Bhinneka Peserta didik mengenali dan menunjukkan rasa bangga terhadap


Tunggal Ika jati dirinya sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila,
sikap hormat kepada bangsa yang beragam, serta memahami dirinya
menjadi bagian dari warga dunia. Peserta didik dapat menanggapi
secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan
dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang
lebih baik. Peserta didik juga menerima adanya kebinekaan bangsa
Indonesia, baik dari segi suku, ras, bahasa, agama, dan kelompok
sosial. Terhadap kebinekaan tersebut, peserta didik dapat bersikap
adil dan menyadari bahwa dirinya setara dengan yang lain, sehingga
ia tidak membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA. Terhadap
kebinekaan itu, peserta didik juga dapat memiliki sikap tenggang
rasa, penghargaan, toleransi, dan cinta damai sebagai bagian dari
jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta didik secara aktif
mempromosikan kebinekaan, mempertautkan kearifan lokal dengan
budaya global, serta mendahulukan produk dalam negeri.

4 Negara Dengan mengkaji karakteristik bangsa Indonesia, sejarah


Kesatuan kemerdekaan Indonesia serta kearifan lokal masyarakat sekitarnya,
Republik peserta didik mulai mengenali bahwa dirinya adalah bagian dari
Indonesia lingkungan sekitarnya, sehingga muncul kesadaran untuk menjaga
lingkungan sekitarnya agar tetap nyaman. Bermula dari kepedulian
untuk mempertahankan lingkungan sekitarnya yang nyaman, peserta
didik dapat mengembangkan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu
negara, sehingga dapat berperan dalam mempertahankan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menumbuh
kembangkan jiwa kebangsaan akan hak dan kewajiban bela negara
sebagai suatu kehormatan dan kebanggaan. Peserta didik dapat
mengkaji secara kritis sebagai bagian dari sistem keamanan dan
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta berperan
aktif dalam kancah global.

6 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
E. Tujuan dan Capaian Pembelajaran
Pancasila merupakan nilai luhur dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang kemudian
ditetapkan sebagai dasar dan ideologi negara. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
musyawarah-mufakat, dan keadilan adalah nilai-nilai yang harus ditumbuhkembangkan
dan diinternalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai itu kemudian ditetapkan sebagai norma dasar atau grundnorm Indonesia dan
diberi nama Pancasila, hingga menjadi landasan yuridis bagi pengembangan seluruh
aturan negara Republik Indonesia.
Sebagai falsafah hidup bangsa, nilai-nilai Pancasila semestinya mewujud dalam
setiap sikap dan perbuatan segenap warga negara Indonesia. Keterwujudan dalam sikap
dan perbuatan tersebut akan dapat mengantarkan seluruh bangsa pada kehidupan
yang adil makmur sebagaimana cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun,
gambaran ideal cita-cita bangsa tersebut masih jauh dari terwujud walaupun negara
Indonesia telah menempuh perjalanan lebih dari tiga perempat abad. Masih banyak
tantangan yang harus diatasi, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa
dan bernegara.
Dalam konteks berbangsa dan bernegara, setiap warga negara perlu diarahkan
menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good citizen), sehingga dapat
memahami negara dan bangsa Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki
rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air. Dengan demikian, mereka
dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, juga turut aktif
membentengi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia dari berbagai ancaman
dan hambatan yang akan merusak ketahanan bangsa dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pendidikan merupakan kunci untuk menumbuhkembangkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasar Pancasila sesuai tujuan pendidikan
nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Tujuan tersebut diterjemahkan secara lebih operasional dalam ruang lingkup
lembaga pendidikan menjadi Profil Pelajar Pancasila, dengan mengkontekstualisasi
tantangan abad ke-21 dan visi Indonesia 2045.
Dengan merujuk pada keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila, sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
mengemban amanah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila kepada
setiap anak bangsa Indonesia. Oleh karena itu, proses pembelajaran PPKn harus
mengintegrasikan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif, memberi
penguatan pendidikan karakter, literasi, dan pembelajaran berbasis keterampilan/
kecakapan abad ke-21 yang karakteristik pembelajarannya mengarah pada High Order

Pendahuluan | Panduan Umum 7


Thinking Skill (HOTS), 4C (Creativity and Innovation, Critical Thinking and Problem
Solving, Collaboration, Communication) agar peserta didik antusias untuk memupuk
nilai-nilai luhur Pancasila yang ada di dalam dirinya sendiri.
PPKn mempunyai visi menjadi program pendidikan sekolah yang melakukan
transmisi dan transformasi sikap serta perilaku peserta didik melalui proses pembe­
lajaran. Dalam upaya meningkatkan keyakinan dan pemahaman filosofi bangsa, perlu
dilakukan perbaikan secara konten maupun proses pembelajaran pada mata pelajaran
PPKn yang di dalamnya terkandung penguatan karakter, literasi, dan kecakapan abad
ke-21 yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Penerapannya harus
dapat mendorong proses berpikir kritis, analitis, reflektif, dan keterampilan “high order
thinking ” melalui interaksi yang kontekstual dan kolaboratif. Dengan demikian, PPKn
akan mampu menghasilkan warga negara yang mampu berpikir global (think globally)
dengan cara-cara bertindak lokal (act locally) berdasarkan Pancasila sebagai jati diri
dan identitas bangsa.
Dengan demikian, mata pelajaran PPKn mempunyai kedudukan strategis dalam
upaya mewariskan nilai-nilai Pancasila kepada setiap warga negara, khususnya generasi
muda, sehingga dapat menumbuhkembangkan sikap, perbuatan, dan keterampilannya
dalam upaya mencapai Indonesia gemilang pada 2045 mendatang.

1. Tujuan Mata Pelajaran PPKn


Setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), peserta
didik dapat:
a. berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa melalui sikap mencintai sesama manusia dan lingkungannya serta
menghargai kebinekaan untuk mewujudkan keadilan sosial;
b. memahami makna dan nilai-nilai Pancasila serta proses perumusannya sebagai
dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi negara melalui kajian kritis
terhadap nilai dan kearifan luhur bangsa Indonesia sebagai pedoman dan perspektif
dalam berinteraksi dengan masyarakat global, serta mempraktikkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, rumah, masyarakat sekitar,
maupun dalam konteks yang lebih luas;
c. menganalisis secara kritis konstitusi dan norma yang berlaku, serta menyelaraskan
hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
di tengah-tengah masyarakat global;
d. memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang berbineka,
mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA,
serta memiliki sikap toleransi, penghargaan, dan cinta damai sebagai bagian dari
jati diri bangsa yang perlu dilestarikan; dan
e. menganalisis secara cerdas karakteristik bangsa Indonesia, sejarah kemerdekaan
Indonesia dan kearifan lokal masyarakat sekitarnya, dengan kesadaran untuk
menjaga lingkungan sekitarnya dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI
serta berperan aktif dalam kancah global.

8 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
2. Capaian Pembelajaran
Adapun Capaian Pembelajaran pada kelas XII ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Peserta didik dapat
a. menganalisis pengaruh keanggotaan kelompok lokal, regional, nasional, dan global
terhadap pembentukan identitas;
b. menghargai keragamaan budaya yang ada;
c. memahami pentingnya sikap saling menghormati dalam mempromosikan
pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling terhubung;
d. aktif mempromosikan kebinekaan, mempertautkan kearifan lokal dengan budaya
global, mendahulukan produk dalam negeri;
e. menganalisis secara kritis kasus-kasus yang merusak kebinekaan dan secara kreatif
dan inovatif memberikan solusinya;
f. membangun tim dan mengelola kerja sama untuk mencapai tujuan bersama sesuai
dengan target yang sudah ditentukan;
g. menyinkronkan kelompok agar para anggota kelompok dapat saling membantu
satu sama lain memenuhi kebutuhan mereka baik secara individual maupun
kolektif;
h. menanggapi secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan
dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik;
i. mengupayakan memberi hal yang dianggap penting dan berharga kepada orang-
orang yang membutuhkan di masyarakat yang lebih luas (negara, dunia);
j. mengkaji kasus-kasus pelanggaran terhadap norma dan aturan dengan berdasarkan
ketentuan normatif dalam konstitusi, serta mencari solusi dan inovasi untuk
memecahkan kasus tersebut;
k. mengevaluasi pelaksanaan kesepakatan bersama di sekolah;
l. menghubungkannya dengan konstitusi dan norma sebagai kesepakatan bersama,
sehingga muncul kesadaran untuk mematuhi konstitusi dan norma;
m. mengklasifikasi dan mensimulasikan musyawarah para pendiri bangsa berdasarkan
ide-ide yang lebih kompleks tentang rumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun
1945;
n. menganalisis secara kritis hubungan satu regulasi dengan regulasi turunannya;
o. mengkaji secara kritis kasus wilayah yang sering diperebutkan, serta secara
kreatif dan inovatif terlibat mempromosikan perlunya menjaga keutuhan wilayah
Indonesia sebagai satu kesatuan;
p. mengkampanyekan praktik baik dan sikap menjaga keutuhan NKRI serta
kerukunan bangsa di lingkungan lokal dan regional;
q. mengidentifikasi tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai negara kesatuan;
r. menganalisis peran Indonesia sebagai negara kesatuan dalam pergaulan antarbangsa
dan negara di dunia;

Pendahuluan | Panduan Umum 9


s. menganalisis secara kritis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara;
t. menganalisis perdebatan para pendiri bangsa tentang rumusan dan isi Pancasila;
u. mempresentasikan peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan global; dan
v. menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kesehariannya sesuai dengan
perkembangan dan konteks peserta didik.

Merujuk kepada Capaian Pembelajaran kelas XII tersebut, pelajaran PPKn ini
meliputi 4 komponen penting: (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, (3) Bhinneka Tunggal Ika, dan (4) Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jika Capaian Pembelajaran kelas XII tersebut diklasifikasikan berdasarkan
keempat komponen ini, dapat ditemukan rumusan sebagai berikut:

Peserta didik dapat menganalisis perdebatan para pendiri


bangsa tentang rumusan dan isi Pancasila; menganalisis
secara kritis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara; mempresentasikan
peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan global. Peserta didik dapat membangun
tim dan mengelola kerja sama untuk mencapai tujuan

1. bersama sesuai dengan target yang sudah ditentukan;


menyinkronkan kelompok agar para anggota kelompok
dapat saling membantu satu sama lain memenuhi
Pancasila
kebutuhan mereka, baik secara individual maupun kolektif.
Peserta didik juga dapat mengupayakan memberi bantuan
kepada orang yang membutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta masyarakat
yang lebih luas (regional dan global); menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan kesehariannya sesuai dengan
perkembangan dan konteks peserta didik.

10 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Peserta didik dapat menganalisis kasus-kasus pelanggaran
terhadap norma dan aturan dengan berdasarkan ketentuan
normatif dalam konstitusi; mencari solusi dan inovasi

2.
untuk memecahkan kasus tersebut. Peserta didik mampu
mengevaluasi pelaksanaan kesepakatan bersama di sekolah;
menghubungkannya dengan konstitusi dan norma sebagai
Undang-Undang kesepakatan bersama, sehingga muncul kesadaran untuk
Dasar Negara mematuhi konstitusi dan norma. Peserta didik juga dapat
Republik Indonesia mengklasifikasi dan menyimulasikan musyawarah para
Tahun 1945 pendiri bangsa berdasarkan ide-ide yang lebih kompleks
tentang rumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945;
menganalisis secara kritis hubungan satu regulasi dengan
regulasi turunannya.

Peserta didik dapat menganalisis pengaruh keanggotaan


kelompok lokal, regional, nasional, dan global terhadap
pembentukan identitas; menghargai keragamaan budaya
yang ada; menanggapi secara memadai terhadap kondisi
dan keadaan yang ada di lingkungan dan masyarakat untuk

3. menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik. Peserta


didik dapat memahami pentingnya dan menunjukkan sikap
saling menghormati dalam mempromosikan pertukaran
Bhinneka
Tunggal Ika budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling terhubung;
aktif mempromosikan kebinekaan; mempertautkan kearifan
lokal dengan budaya global; mendahulukan produk dalam
negeri; menganalisis secara kritis kasus-kasus yang merusak
kebinekaan dan secara kreatif dan inovatif memberikan
solusinya.

Peserta didik dapat mengkaji secara kritis kasus wilayah


yang sering diperebutkan sebagai bagian dari sistem
keamanan dan pertahanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, berperan aktif di kancah global, serta secara

4. kreatif dan inovatif terlibat mempromosikan perlunya


menjaga keutuhan wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan.
Peserta didik dapat mendemonstrasikan praktik baik dan
Negara Kesatuan
Republik Indonesia sikap menjaga keutuhan NKRI dan kerukunan bangsa di
lingkungan lokal dan regional; mengidentifikasi tantangan
yang dihadapi Indonesia sebagai negara kesatuan;
menganalisis peran Indonesia sebagai negara kesatuan
dalam pergaulan antarbangsa dan negara di dunia.

Pendahuluan | Panduan Umum 11


F. Pendekatan dan Strategi Umum Pembelajaran
Sebelum membahas tentang strategi umum pembelajaran PPKn, pertama-tama,
perlu ditegaskan kembali bahwa mata pelajaran PPKn tidak hanya berorientasi pada
penguasaan materi yang lebih banyak, menekankan pada aspek kognitif. Mata pelajaran
PPKn ini bersifat menyeluruh, holistik, dan integratif: Rasa-Karsa-Cipta-Karya. Karena
itulah, mata pelajaran PPKn ini diharapkan dapat membentuk peserta didik yang
memiliki kecapakan yang holistik dan integratif. Dengan kata lain, mata pelajaran ini
tidak hanya mengisi aspek kognisi peserta didik, tetapi juga dapat membentuk sikap
mental sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pendekatan pembelajaran PPKn perlu dirancang
sebagai acuan bagi guru. Paling tidak, ada 4 (empat) kata kunci penting, yaitu:

1. Pembelajaran Berbasis Proyek


Ada banyak definisi tentang apa itu Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based
Learning/PjBL). Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis
Proyek sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran
dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Definisi lain dikemukakan
oleh Grant (2002), pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan
suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara konstruktif
melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.
Tentu saja, ada banyak definisi lain yang dapat kita jumpai di sejumlah literatur.
Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik dasar dari Pembelajaran Berbasis
Proyek. Sekurang-kurangnya, terdapat 4 karakteristik (Gora, 2010) Pembelajaran
Berbasis Proyek, yaitu:
a. Mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti pembelajaran harus
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.
b. Memiliki hubungan dengan dunia nyata, berarti bahwa pembelajaran yang autentik
dan peserta didik dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia nyata. 
c. Menekankan pada tanggung jawab peserta didik, merupakan proses peserta didik
untuk mengakses informasi guna menemukan solusi yang sedang dihadapi. 
d. Penilaian, dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil proyek
yang dikerjakan peserta didik.

Zineb Djoub (EduLearn2Change, 2018) menyebutkan tiga karakteristik


Pembelajaran Berbasis Proyek, yaitu:
a. Mengajar melalui proyek. PjBL harus ditempatkan sebagai komponen penting
dalam proses pembelajaran. Ini berarti bahwa guru mengajar menggunakan
pendekatan proyek, bukan mengajar lalu melakukan proyek. Karena itulah,

12 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
PjBL harus terhubung dengan kurikulum dan capaian pembelajaran. Beberapa
pertanyaan kunci yang perlu direfleksikan dan dijawab: 1) apa yang kalian harapkan
dari peserta didik dalam melakukan PjBL, 2) bagaimana pembelajaran PjBL
berkaitan dengan capaian pembelajaran, dan 3) peluang belajar apa yang bisa
didapatkan oleh peserta didik dari PjBL ini.
b. Berhubungan dengan kehidupan nyata. Melaksanakan PjBL menuntut peserta
didik melakukan refleksi, mengambil keputusan, bekerja sama, mengumpulkan
data, menulis, dan lain sebagainya. Ini tentu hal yang menantang bagi peserta didik.
Karena itu, proyek dilakukan harus berkaitan dengan kehidupan nyata, khususnya
berkaitan dengan dunia peserta didik.
c. Kemandirian peserta didik. Dalam PjBL, peserta didik bertanggung jawab dalam
meran­cang dan menentukan pembelajarannya. Namun demikian, bukan berarti
pe­serta didik dilepas sendirian, tanpa proses pembimbingan dan pendampingan.
Guru dapat memandu dalam menstimulasi ide-ide tentang proyek, mem­­bayangkan
apa yang akan dilakukan oleh peserta didik, dan mem­­berikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengubah desain proyeknya.

Dari elaborasi di atas, dapat dipahami bahwa PjBL akan memberikan pengalaman
berharga kepada peserta didik karena peserta didik akan belajar merespons tantangan,
masalah, dan kebutuhan dunia nyata. Hal ini terkait dengan kemampuan berpikir kritis
dan reflektif, merancang proyek secara lebih detail (step by step), bekerja sama dan gotong
royong melalui pembagian tugas dan tanggung jawab, melakukan evaluasi dan refleksi
diri tentang hal yang dapat dikontribusikan dalam proyek, membangun keterampilan
komunikasi baik dalam satu kelompok proyek maupun dengan pihak lain, serta melakukan
inovasi-inovasi berdasarkan pengetahuan, skill, dan konteks dari pelaksanaan proyek
tersebut.
Lalu, bagaimana proyek ini dapat dilaksanakan? Secara sederhana, PjBL dapat
dilaksanakan dalam enam tahap penting.

Menyusun Membuat Pelaksanaan Menguji hasil,


perencanaan jadwal dan monitoring memberikan
proyek proyek proyek umpan balik

01 02 03 04 05 06

Penentuan proyek Evaluasi dan


yang dapat refleksi
dimulai dari pengalaman
pertanyaan dasar dari proyek

Gambar 1.2 Enam tahap PjBL

Pendahuluan | Panduan Umum 13


d. Penentuan proyek dari pertanyaan penting. Guru mengajukan sejumlah
pertanyaan penting terkait dengan apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
Tentunya, pertanyaan yang diajukan berasal dari kehidupan nyata peserta didik
melalui investigas mendalam. Jenis pertanyaan yang diajukan berada pada
level tinggi, tidak mudah dijawab, bersifat terbuka (divergen), menantang, dan
mengarahkan peserta didik untuk melakukan proyek.
e. Menyusun perencanaan proyek. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara
guru dan peserta didik. Dengan cara ini, peserta didik mempunyai rasa memiliki
(sense of belonging) terhadap proyek yang akan dilakukan. Guru menerjemahkan
capaian pembelajaran ke dalam perencanaan proyek secara lebih detail, misalnya
terkait dengan capaian bekerja sama, berpikir kritis, dan sebagainya. Dalam
penyusunan proyek ini, sudah mulai tergambar tentang aturan main proyek, tugas,
dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, jenis kegiatan, serta tujuan
yang hendak dicapai dari proyek ini.
f. Menyusun Jadwal. Secara kolaboratif, guru dan peserta didik menyusun jadwal
proyek, mulai dari tahap awal, pelaksanaan. hingga akhir proyek. Ini penting, agar
jadwal yang disusun tidak bertabrakan dengan jadwal-jadwal lainnya. Jadwal ini
kemudian disepakati bersama dalam kelompok.
g. Pelaksanaan dan monitoring proyek. Pelaksanaan PjBL bukan berarti guru berlepas
diri dari kegiatan ini, melainkan harus terlibat dengan melakukan pemantauan
perkembangan proyek. Guru berperan menjadi mentor sehingga ketika terdapat
beberapa tantangan yang muncul, guru bersama peserta didik dapat saling bekerja
sama untuk merespons tantangan tersebut. Untuk memudahkan proses penilaian,
guru sebaiknya mencatat hasil pemantauan perkembangan proyek.
h. Penilaian hasil. Penilaian ini dilakukan oleh guru untuk mengukur Capaian
Pembelajaran: apakah capaian pembelajaran yang dirancang oleh guru dapat
tercapai melalui proyek ini, termasuk di dalamnya adalah memberikan umpan
balik terhadap pelaksanaan proyek dan tingkat pemahaman yang telah dicapai
oleh peserta didik. Hal ini nantinya akan membantu guru dalam menentukan
kegiatan belajar berikutnya.
i. Evaluasi dan refleksi. Proses akhir dari PjBL adalah melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan proyek yang sudah dijalankan. Masing-masing individu dapat
melakukan refleksi tentang, misalnya: hal apa yang telah berjalan sesuai dengan
rencana, hal apa yang perlu diperbaiki jika memiliki kesempatan melakukan proyek
yang sama, dan apa tantangan yang dihadapi. Refleksi dan evaluasi juga meliputi
aspek kerja sama, kolaborasi, dan gotong royong dalam kelompok.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah


(Problem Based Learning)
Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) seringkali
dipertukarkan dengan Project Based Learning. Ini terjadi karena keduanya memiliki
karakteristik, tujuan, dan langkah-langkah yang serupa. Kemiripan antara PBL dan

14 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
PjBL terletak pada, di antaranya: (1) posisi guru sebagai pembimbing/fasilitator, (2)
berhubungan dengan masalah riil, (3) pembelajaran berbasis peserta didik, dan (4)
penilaian dan refleksi diri dan sejawat.
Secara definitif, Duch (2001) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Masalah
sebagai model pengajaran di mana masalah riil yang kompleks digunakan sebagai media
dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan
memecahkan masalah, dan keterampilan berkomunikasi.
Sementara Kamdi (2007) mendefinisikan PBL sebagai “model pembelajaran
yang di dalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan
melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari
pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan
akan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah”.
Duch, Groh dan Allen (2001) menyebutkan beberapa karakteristik dari PBL ini,
yaitu:
a. Masalah yang diberikan harus dapat memotivasi peserta didik untuk menggali
pemahaman konsep secara lebih mendalam.
b. Masalah yang diberikan mengharuskan peserta didik membuat keputusan yang
rasional sekaligus mempertahankan keputusannya.
c. Masalah yang diberikan harus berkaitan dengan capaian pembelajaran sebelumnya.
d. Jika PBL dijalankan secara berkelompok, masalah yang diberikan harus lebih
kompleks ketimbang PBL yang dilakukan secara mandiri.

Secara sederhana, berikut langkah-langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis


Masalah.
PENGETAHUAN
Guru meminta peserta didik untuk

diketahui (prior knowledge) dari masalah ter-


sebut, dan hal apa yang diperlukan
untuk memecahkan masalah tersebut.

SUMBER
Guru meminta peserta
MASALAH didik untuk menggali
Dimulai dari masalah hal-hal baru yang dapat
skenario yang telah digunakan untuk meme-
ditentukan oleh guru cahkan masalah.
sesuai dengan capaian
pembelajaran yang hen-
dak dicapai. Guru me-
minta peserta didik untuk
membaca dengan
seksama masalah
yang diberikan. SOLUSI
Berdasarkan sumber yang dipelajari,
peserta didik menerapkan langkah-lang-
kah pemecahan masalah. Berikan
kebebasan kepada peserta didik untuk
memecahkan masalah tersebut.

Gambar 1.3 Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah.

Pendahuluan | Panduan Umum 15


Hal penting yang perlu diingat ketika hendak menerapkan PBL adalah, pertama,
guru perlu mengecek dan menganalisis Capaian Pembelajaran (CP). Dengan mengacu
pada capaian tersebut, masalah atau skenario bisa disusun oleh guru. Kedua, masalah
yang dihadirkan harus bersifat tidak fiktif dan sesuai dengan konteks peserta didik.
Semakin dekat dengan konteks peserta didik, semakin relevan bagi peserta didik
untuk memecahkan masalah. Ketiga, guru harus tetap mendampingi, memfasilitasi
peserta didik untuk memastikan ketercapaian pembelajaran. Keempat, guru tidak
diperkenankan menentukan solusi atas masalah tersebut, tetapi membiarkan peserta
didik mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan masalah yang ada. Kelima, berikan
dan ciptakan kesempatan untuk melakukan refleksi dan evaluasi, baik terhadap diri
sendiri (self-reflection & evaluation) maupun kepada rekan sejawat (peer evaluation).

3. Holistik-Integratif
PPKn diorientasikan tidak sekadar mengisi
aspek kognitif peserta didik. Lebih dari
itu, PPKn harus dapat membentuk sikap
mental peserta didik sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Karena itu, proses pembelajaran
harus mengintegrasikan berbagai potensi yang
dimiliki oleh manusia, yang dalam bahasa Ki
Hadjar Dewantara disebut Rasa-Karsa-Cipta-
Karya.
Peserta didik tidak dapat dinilai hanya
pada aspek karsa, cipta, dan karya, tetapi
juga harus meliputi aspek rasa. Ini penting Gambar 1.4 Model Pembelajaran
RKCK Ki Hadjar Dewantara
ditekankan agar proses pembelajaran PPKn
tidak sekadar menekankan pada aspek kognitif
semata: manusia yang pintar secara otak, tetapi tumpul pada aspek rasa. Dengan
memosisikan peserta didik sebagai manusia yang utuh, proses pembelajaran diharapkan
tidak sekadar menyenangkan, tetapi juga bermakna bagi peserta didik. Kebermaknaan
pembelajaran selama di kelas akan menjadi modal penting dalam membentuk sikap
mental peserta didik. Peserta didik perlu terus dilatih mengasah rasa yang dimilikinya
sehingga dalam hatinya terpatri rasa cinta kepada sesama, kepada semesta, dan kepada
negara. Dengan “rasa” yang dimiliki, peserta didik tidak hanya bisa membedakan mana
benar dan salah menurut kalkulasi akal, tetapi juga dapat memiliki moral-etis (berakhlak
mulia) dalam kehidupan kesehariannya. Jika mengikuti taksonomi Bloom, dimensi ini
dapat dikategorikan ke dalam ranah afektif.
Bloom membagi ranah afektif ini ke dalam lima kategori: 1) Penerimaan, semacam
kepekaan dalam menerima rangsangan atau stimulasi dari luar yang datang kepada
peserta didik, seperti peserta didik dapat menerima peraturan yang ada di sekolah.
2) Menanggapi, yang berarti peserta didik dapat berpartisipasi aktif, seperti turut

16 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
serta dalam kegiatan diskusi. 3) Penilaian, di mana peserta didik tidak sekadar dapat
menerima dan merespons apa yang ada di sekitarnya, tetapi juga dapat menilai baik
dan buruk. 4) Mengelola, yang meliputi konseptualisasi nilai yang ada di sekitarnya
menjadi sistem nilai yang diyakininya sehingga peserta didik dapat mengharmoniskan
berbagai perbedaan nilai yang ada dan menyelaraskan perbedaan. 5) Karakterisasi,
kondisi keterpaduan sistem nilai yang dimiliki peserta didik dengan perilakunya, seperti
kebersediaan mengubah pendapatnya jika terbukti bersalah.
Agar peserta didik dapat memiliki rasa, diperlukan beragam cara dan strategi.
Misalnya, guru dapat mengajak peserta didik untuk keluar dari “situasi nyaman”,
seperti mengajak peserta didik untuk merasakan bagaimana jika ia berada dalam situasi
minoritas, mendapatkan bullying, diperlakukan secara tidak adil. Peserta didik juga
dapat diajak mendiskusikan perbedaan nilai budaya sehingga tumbuh pemahaman
yang utuh agar terhindar dari prasangka, stereotip, dan diskriminasi.
Singkat kata, guru perlu terus menerus memperhatikan perkembangan aspek afektif
peserta didiknya, tidak sekadar berhenti pada aspek kognitif. Dengan cara demikian,
keberhasilan belajar peserta didik tidak serta merta ditentukan dari memberikan
jawaban atas soal-soal, tetapi juga memperhatikan perilaku dan sikap.

4. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik


Pembelajaran berpusat kepada peserta didik (student-centered learning) berarti
menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran. Peserta
didik tidak boleh diposisikan sebagai objek pasif yang hanya mendengarkan dan
menerima apa yang dijelaskan oleh guru. Lebih dari itu, guru perlu melibatkan peserta
didik dalam proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan yang bermakna.
Kerangka kerja pembelajaran berpusat pada peserta didik, secara sederhana dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Bagaimana guru tahu Bagaimana guru dapat merespon


bahwa peserta didiknya kebutuhan peserta didik
“belajar”, bukan sekedar R MEN Apakah peserta didik memiliki gaya
ITO YE belajar yang berbeda-beda? Memiliki
datang ke kelas.
ON kecepatan belajar yang berbeda-beda?
SU
M
ME

AIK
AN
MEL

N
KA
IB

TK
NA

A
A

Bagaimana materi belajar, AN NC Pengetahuan, kompetensi atau


M ERE
pedagogi dan teknologi keterampilan seperti apa yang
dapat melibatkan peserta perlu peserta didik miliki,
didik dalam proses sehingga guru perlu merencana-
pembelajaran? kannya secara memadai?

Gambar 1.5 Kerangka kerja pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Pendahuluan | Panduan Umum 17


a. Menyesuaikan. Guru perlu merespons bagaimana kebutuhan peserta didiknya.
Perlu diingat bahwa gaya belajar dan level kecepatan dalam belajar setiap peserta
didik berbeda-beda. Ini disebabkan mereka berasal dari latar belakang keluarga,
status sosial, agama, dan etnis/suku yang berbeda sehingga akan memengaruhi
bagaimana mereka belajar di kelas. Karena itu, guru perlu mengetahui secara lebih
detail tentang profil peserta didiknya secara baik sehingga guru dapat menyesuaikan
berdasarkan kebutuhan mereka.
b. Merencanakan. Setiap guru pasti memiliki rencana dan keinginan tertentu terkait
dengan pengetahuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didiknya.
Karena itu, guru perlu merancangnya secara cermat dan saksama, agar tepat dan
mengena.
c. Melibatkan. Semua sumber daya yang direncanakan, baik terkait dengan sumber
belajar, pedagogi, fasilitas maupun teknologi, harus dirancang untuk melibatkan
peser­ta didik secara aktif. Semua sumber daya tersebut, difokuskan kepada peserta
didik.
d. Memonitor. Guru senantiasa perlu memantau apakah peserta didiknya belajar
atau hanya sekadar datang ke kelas. Kenyataan yang sering terjadi, “Guru mengajar,
sementara murid tidak belajar”. Maknanya, guru seringkali terlalu sibuk menjelaskan
materi belajar tanpa memantau apakah peserta didiknya sedang belajar sesuatu
dari penjelasan guru tersebut.

Dengan merujuk kepada keempat pendekatan di atas, berikut adalah strategi atau
model belajar mata pelajaran PPKn yang dapat diterapkan oleh guru.

Tabel 1: Strategi atau Model Belajar Mata Pelajaran PPKn

No Nama Model Deskripsi Model

1. Pembiasaan Peserta didik perlu terus dilatih dan dibiasakan bersikap


dan berperilaku yang baik, sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila yang dapat dipantau oleh guru secara berkala,
misalnya penugasan sikap dan tindakan di lingkungan
masyarakat.

2. Keteladanan Guru adalah teladan bagi peserta didik, yang akan


dicontoh. Dalam penugasan, guru dapat meminta
peserta didik untuk membuat daftar sikap dari guru
dan seluruh unsur manajemen sekolah, serta keluarga di
rumah dan lingkungannya yang layak diteladani.

18 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
No Nama Model Deskripsi Model

3. Gotong Royong Secara bertahap, peserta didik diajak melakukan


dan Proyek kegiatan gotong royong dan proyek kewarganegaraan
Kewarganegaraan sehingga ia akan peduli terhadap lingkungan sekitarnya,
dapat memberikan solusi dan invoasi atas suatu masalah
tertentu, hingga dapat menghasilkan karya tertentu.
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai pada pelaporan atau
eksebisi. Beberapa contoh yang dapat dilakukan adalah
gotong royong menjaga kebinekaan, proyek stop bullying
di sekolah, dan proyek pelestarian lingkungan.

4. Penyuasanaan Guru melibatkan peserta didik untuk ikut menata


Lingkungan lingkungan di sekolah, rumah, dan lingkungan
sekitarnya. Dalam konteks sekolah, misalnya, peserta
didik dilibatkan dalam membuat suasana belajar yang
nyaman, termasuk juga turut serta melengkapi simbol-
simbol kemasyarakatan/kenegaraan, seperti bendera
merah putih, Garuda Pancasila, foto presiden dan wakil
presiden.

5. Bekerja dalam Dalam pembelajaran, guru juga dapat merancang


Kelompok kegiatan belajar kelompok dengan diberikan tugas
khusus terkait dengan hak dan kewajiban sebagai warga
negara.

6 Mendengarkan Penuh Peserta didik perlu dilatih untuk menjadi pendengar


Perhatian yang baik, misalnya menyimak pidato kenegaraan
ataupun narasumber lainnya, dan mencatat pokok-
pokok pikirannya.

7, Bertanya Tingkat Peserta didik perlu dilatih untuk dapat mengajukan


Tinggi pertanyaan tingkat tinggi, misalnya terkait sejarah
Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

8. Berdiskusi Peristiwa Peserta didik diminta mengangkat topik yang sedang


Publik aktual di lingkungan sekitarnya, untuk kemudian
direspons oleh peserta didik lainnya, sehingga terjadi
diskusi.

Pendahuluan | Panduan Umum 19


No Nama Model Deskripsi Model

9. Partisipasi dalam Peserta didik perlu didukung untuk berpartisipasi dalam


Masyarakat kegiatan-kegiatan yang terjadi di lingkungan sekitarnya,
misalnya terkait dengan kebersihan lingkungan, dan
kegiat­an dalam rangka memperingati kemerdekaan
Indonesia.

10. Mengelola Konflik Perta didik berlatih menengahi suatu konflik antar-
peserta didik di sekolahnya melalui bermain peran
sebagai pihak yang terlibat konflik dan yang menjadi
mediator konflik secara bergantian, dengan menerapkan
mediasi konflik yang cocok.

11. Memanfaatkan Peserta didik difasilitasi/ditugaskan untuk


Teknologi Informasi mengumpulkan informasi tertentu melalui internet
dan Komunikasi atau membuat karya multimedia sehingga TIK dapat
(TIK) digunakan untuk mendukung proses belajarnya.

12. Mewawancarai Guru menugaskan peserta didik secara perseorangan


Narasumber untuk melakukan wawancara dengan pejabat
setempat (Ketua RT/RW/Lurah/Camat), mencatat
inti wawancara, dan menyu­sun laporan singkat hasil
wawancara tersebut.

13. Melaksanakan Peserta didik difasilitasi untuk merencanakan dan


Pemilihan melaksanakan pemilihan panitia karyawisata kelas, ketua
kelas, atau ketua OSIS sekolah.

14. Mengajukan Usul/ Diadakan simulasi menyusun usulan/petisi dari


Petisi masyarakat adat yang merasa dirugikan oleh pemerintah
setempat yang akan membuat jalan melewati tanah
miliknya, tanpa ganti rugi yang memadai. Petisi
disampaikan secara damai.

15. Menuliskan Gagasan Masing-masing peserta didik diminta untuk meyiapkan


gagasan tertulis terkait dengan topik Pancasila, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,
Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) sesuai dengan konteks lingkungan
peserta didik.

20 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
No Nama Model Deskripsi Model

16. Berbicara di Depan Secara perorangan, peserta didik difasilitasi untuk


Publik menyam­paikan sebuah pidato singkat sebagai
generasi muda yang mencintai budaya setempat dan
melestarikannya untuk memperkaya budaya nasional
Indonesia.

17. Mengklarifikasi Nilai Peserta didik difasilitasi secara dialogis untuk mengkaji
suatu nilai, mengambil posisi atas nilai tersebut, dan
menjelaskan mengapa ia memilih posisi itu.

18. Bermain/Simulasi Guru menentukan tema atau bentuk permainan/


simulasi yang menyentuh nilai atau moral Pancasila.
Peserta didik difasilitasi untuk bermain/bersimulasi
terkait nilai atau moral Pancasila, yang diakhiri dengan
refleksi penguatan nilai atau moral tersebut.

21. Pembelajaran Berbasis Guru menggunakan unsur kebudayaan (seperti lagu


Budaya daerah) untuk mengantarkan nilai/moral, atau guru
melibatkan peserta didik dalam peristiwa budaya, seperti
lomba baca puisi perjuangan atau pentas seni Bhinneka
Tunggal Ika.

22. Kajian Karakter Peserta didik difasilitasi mencari dan memilih satu
Ketokohan tokoh dalam masyarakat dalam bidang apa saja;
menemukan karakter dari tokoh tersebut; dan
menjelaskan mengapa tokoh tersebut menjadi idolanya.

23. Kajian Kearifan Lokal Peserta didik difasilitasi untuk menggali kearifan lokal
yang, secara sosial-kultural, masih diterima sebagai suatu
nilai/norma/moral/kebajikan yang memberi maslahat
dalam kehidupan saat ini.

24. Latihan Peserta didik difasilitasi untuk berlatih mengambil


Bermusyawarah keputusan bersama secara musyawarah untuk mufakat,
dan mem­beri alasan mengapa musyawarah diperlukan.

25. Penyajian/Presentasi Secara bergiliran, setiap peserta didik diminta untuk


Gagasan mempersiapkan dan melaksanakan sajian lisan tanpa
atau dengan menggunakan media tentang sesuatu yang
dianggap perlu untuk disampaikan kepada publik.

Pendahuluan | Panduan Umum 21


No Nama Model Deskripsi Model

26. Berlatih Demonstrasi Guru merancang skenario mengenai kebijakan publik


Damai yang merugikan hajat hidup orang banyak, misalnya
penguasaan aset negara oleh orang asing. Kemudian
peserta didik difasilitasi secara kelompok untuk
melakukan demonstrasi damai kepada pihak pemerintah
pusat.

27. Berlatih Empati dan Guru mengangkat suatu kasus yang terjadi dalam
Toleransi lingkungan masyarakat Indonesia, misalnya kemiskinan,
ketertinggalan, dan kebodohan. Peserta didik difasilitasi
secara kelompok untuk menyepakati langkah atau
kegiatan yang perlu dilakukan untuk membantu
meringankan masalah, disertai alasan mengapa perlu
melakukan hal tersebut.

28. Kunjungan Lapangan Secara berkala, peserta didik diprogramkan untuk


melakukan kunjungan lapangan ke situs/tempat/pusat
kewarganegaraan, seperti lembaga publik/birokrasi guna
membangkitkan kesadaran dan kepekaan terhadap
masalah di lingkungan masyarakatnya.

29. Dialog Mendalam dan Peserta didik, baik secara perseorangan maupun
Berpikir Kritis kelompok, difasilitasi untuk mencari dan menemukan
permasalahan yang pelik/kompleks dalam masyarakat,
seperti konflik horizontal yang tengah terjadi dalam
masyarakat. Kemudian secara berkelompok (3–5 orang)
ditugaskan untuk mengkajinya secara mendalam dan
kritis guna menemukan alternatif solusi terhadap
masalah tersebut.

30. Refleksi Nilai-Nilai Secara selektif, guru membuat daftar nilai luhur
Luhur Pancasila yang selama ini dilupakan dalam kehidupan
sehari-hari. Secara klasikal, guru memfasilitasi curah
pendapat mengapa hal itu terjadi. Selanjutnya, setiap
kelompok peserta didik (2–3 orang) menggali apa
kandungan nilai/moral yang perlu diwujudkan dalam
perilaku sehari-hari.

22 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
G. Gambaran Umum
Buku ini terdiri atas empat bagian: (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, (3) Bhinneka Tunggal Ika, dan( 4) Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dalam masing-masing bagian terdapat: (1) Gambaran Umum,
(2) Peta Konsep, (3) Capaian Pembelajaran, (4) Strategi Pembelajaran, (5) Skema
Pembelajaran, dan (6) Unit Pembelajaran.

1. Pancasila
Di kelas X, peserta didik telah menggali ide-ide pokok pemikiran para pendiri bangsa
tentang dasar negara: Pancasila. Selain itu, peserta didik juga menelaah bagaimana
praktik berbangsa, serta bagaimana tantangan dan peluang menerapkan Pancasila
dalam kehidupan dunia yang terkoneksi ini. Di kelas XI, peserta didik mempelajari
topik-topik tersebut dengan kajian yang lebih mendalam.
Di kelas XII ini, peserta didik akan belajar mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dalam mencermati penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Peserta didik juga akan mempresentasikan ide-ide pokok tentang dasar
negara serta mempresentasikan bagaimana tantangan dan peluang ber-Pancasila dalam
kehidupan global berdasarkan pengalaman dan konteks masing-masing peserta didik.
Karena itulah, materi pelajaran di kelas X dan kelas XI akan menjadi modal penting
bagi kesuksesan belajar di kelas XII ini.

2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945
Pada bagian ini, kita memiliki 3 bahasan utama, yakni: (1) Menjawab Pelanggaran
Norma dan Konstitusi, (2) Musyawarah dalam Perumusan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945, dan (3) Analisis Regulasi Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasia. Di bagian
pertama, kita akan mencari dan menemukan solusi atas masalah pelaksanaan norma dan
aturan, serta hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kita tahu ada banyak pelanggaran
terhadap norma yang telah disepakati bersama. Selain tentang norma, pembahasan
juga akan diperluas dengan membahas konstitusi, terutama terkait dengan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.
Pada bahasan kedua, kita akan menghubungkan proses pembuatan dan pelaksanaan
kesepakatan di sekolah dengan proses dan pelaksanaan konstitusi dan norma NKRI,
sehingga muncul kesadaran perlunya mematuhi konstitusi dan norma tersebut sebagai
kesepakatan bangsa Indonesia. Membuat sebuah kesepakatan di sekolah maupun
kesepakatan awal para pendiri bangsa, keduanya memerlukan niat dan usaha yang kuat.
Selanjutnya, kita akan melakukan simulasi musyawarah para pendiri bangsa berdasarkan
ide-ide yang lebih kompleks tentang rumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

Pendahuluan | Panduan Umum 23


Sedangkan pada bahasan ketiga, kita akan memberikan catatan kritis terhadap isi
regulasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Bagian ini
ingin memastikan semua regulasi yang ada di Indonesia merujuk kepada nilai-nilai
Pancasila dan pasal dan ayat dalam UUD NRI Tahun 1945. Jangan sampai Pancasila
dan UUD NRI Tahun 1945 sudah menyatakan hal-hal yang baik, tetapi di dalam
regulasi turunan justru berbeda.
Ketiga bahasan di atas akan kita kupas dengan beberapa contoh dan melalui
proses belajar yang interaktif serta menyenangkan. Keterlibatan aktif peserta didik
sangat diharapkan. Hal demikian akan membuat proses belajar kita menjadi lebih
menggembirakan, target dari setiap unit akan tercapai secara efektif.

3. Bhinneka Tunggal Ika


Di kelas X, peserta didik telah mempelajari bagaimana sebuah identitas terbentuk.
Identitas, baik individu maupun kelompok, adakalanya tercipta secara natural, juga
dibentuk secara sosial. Peserta didik telah mempelajari bagaimana pentingnya mengenali,
menghargai, dan membangun upaya kolaborasi kebudayaan. Terakhir, peserta didik
juga telah mempelajari bagaimana menanamkan kebanggaan akan kekayaan atau jati
diri yang dimilikinya, tanpa merendahkan identitas yang dimiliki oleh kelompok lain,
serta menunjukkan contoh kekayaan yang dimiliki oleh bangsa kita.
Sebagian besar materi pada kelas XI juga merupakan penajaman dari apa yang
peserta didik pelajari di kelas X. Sebagai tambahan, di kelas XI, peserta didik juga
mempelajari dengan objektif bagaimana kasus atau peristiwa yang merusak kebinekaan.
Peserta didik telah mengenali bagaimana latar belakang diskriminasi terjadi, siapa yang
melakukan, dan siapa yang menjadi korbannya.
Apa yang peserta didik dapatkan di kelas X dan XI akan menjadi fondasi untuk
memahami pembahasan mengenai jati diri dan kebinekaan di kelas XII. Bedanya hanya
ada pada pengembangan untuk mengkajinya secara kritis, terutama pada kasus-kasus
yang berkaitan dengan diskriminasi, pelabelan negatif, dan perundungan.

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Pada bagian ini, guru mendampingi peserta didik untuk mencari informasi selengkap
mungkin mengenai penyelesaian kasus tertentu dalam konteks sengketa batas wilayah
sebagai bagian dari sistem keamanan dan pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam metode pembelajaran, cara memperoleh pengetahuan ini disebut discovery
learning, yaitu pada setiap pelaku atau pembelajar berusaha mencari, mengumpulkan,
dan menyusun informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan.

24 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Pada bagian-bagian sebelumnya, peserta didik telah mempelajari beragam sengketa
batas wilayah Indonesia dengan negara-negara tetangga. Meski demikian, contoh kasus
yang disebutkan itu sebenarnya hanya sebagian kecil saja. Peserta didik diminta untuk
berpartisipasi aktif dalam mengumpulkan informasi kasus-kasus lain terkait dengan
sengketa batas wilayah.
Materi yang ditampilkan pada setiap unit di bagian ini sekadar sebagai inspirasi
dan pemantik untuk dikembangkan lebih lanjut oleh setiap peserta didik. Guru bersama
peserta didik, jika melakukan penelusuran, baik melalui mesin pencarian internet
maupun dengan membaca langsung versi cetak beberapa jurnal, hasil penelitian, dan
buku, akan ditemukan banyak kasus-kasus lain.
Selain berusaha mencari tahu secara mandiri kasus-kasus yang menunjukkan
sengketa batas wilayah, guru meminta peserta didik untuk memberi penjelasan dan
menyimpulkan bagaimana posisi dan sikap pemerintah dalam kasus tersebut.
Akhir dari proses pembelajaran ini akan memberikan kesadaran tentang
pentingnya menjaga kedaulatan NKRI. Di samping itu, dalam konteks sengketa batas
wilayah, semakian menyadarkan kita sebagai bangsa besar yang memiliki banyak pulau,
dikelilingi laut, dan karenanya disebut sebagai negara maritim.

H. Petunjuk Penggunaan Buku

Bagian
Masing-masing bagian berisi Masing-masing unit berisi
1 Pancasila

A Gambaran Umum 1. Pertanyaan Kunci

2. Tujuan Pembelajaran

B Peta Konsep 3. Deskripsi


Bagian UUD NRI
2 Tahun 1945 4. Skema Pembelajaran

C Capaian Pembelajaran 5. Sumber Bacaan

ISI 6. Proses Pembelajaran


Bagian
D Strategi Pembelajaran 7. Lembar Kerja Peserta Didik
Bagian Bhinneka
3 Tunggal Ika 8. Asesmen/Penilaian

E Skema Pembelajaran 9. Kegiatan Tindak Lanjut

10. Refleksi Guru

F Unit-Unit Pembelajaran ISI 11. Interaksi Guru-Orangtua


Unit
Bagian NKRI
4

Pendahuluan | Panduan Umum 25


Masing-masing bagian terdiri dari beberapa unit pembelajaran. Di setiap unit
pembelajaran, berisi beberapa komponen penting meliputi:
1. Pertanyaan Kunci, berisi pertanyaan-pertanyaan penting dengan merujuk
kepada tujuan pembelajaran sehingga kemampuan peserta didik dalam menjawab
pertanyaan kunci menjadi indikator ketercapaian pembelajaran.
2. Tujuan Pembelajaran, disusun dengan merujuk kepada Capaian Pembelajaran
yang telah ditetapkan.
3. Deskripsi, menjelaskan gambaran khusus tentang topik di masing-masing unit.
4. Persiapan Mengajar, berisi tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pendidik
sebelum memulai pembelajaran.
5. Kosa Kata, kata kunci akademik yang akan menjadi bahasan dari topik. Catatan,
kosa kata ini bisa ditambah oleh masing-masing pendidik sesuai dengan kebutuhan
pendidik dan sekolah.
6. Materi Pembelajaran, berisi rangkuman pelajaran dari suatu topik yang akan
dibahas. Penjelasan yang lebih detail dapat dibaca di Buku Siswa.
7. Proses Pembelajaran, menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran di
kelas, dilengkapi dengan jumlah menit yang dibutuhkan. Sebagaimana umumnya
pembelajaran, proses pembelajaran terdiri dari tiga bagian: (1) pendahuluan, (2)
kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup, yaitu refleksi.
8. Jam Pelajaran, jam pelajaran yang dicantumkan di sini diasumsikan bahwa dalam
setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit pelajaran, yaitu 90 menit.
Namun demikian, jam pelajaran ini dapat disesuaikan dengan jadwal yang disusun
oleh sekolah, sehingga beberapa aktivitas belajar di kelas disesuaikan dengan jam
pelajaran yang tersesuaikan.
9. Kegiatan Pembelajaran Alternatif, berisi tentang langkah-langkah pembelajaran
alternatif jika proses pembelajaran utama tidak dapat dijalankan. Dengan adanya
kegiatan pembelajaran alternatif ini, memungkinkan pendidik memiliki alternatif
metode pembelajaran.
10. Lembar Kerja Peserta Didik, berisi instruksi dan penjelasan dari Lembar Kerja
Peserta Didik yang terdapat dalam Buku Siswa.
11. Asesmen/Penilaian, penilaian idealnya meliputi tiga aspek: penilaian pengetahuan,
penilaian sikap, dan penilaian keterampilan. Penjelasan lebih detail tentang
asesmen/penilaian ini akan dijelaskan di bagian berikutnya.
12. Refleksi, berisi pertanyaan-pertanyaan kunci untuk melakukan refleksi di setiap
akhir pembelajaran ataupun dalam satu unit pembelajaran.

26 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
I. Penilaian/Asesmen

1. Definisi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
disebutkan bahwa “Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis
yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar".
Dengan demikian, tujuan penilaian oleh pendidik adalah, untuk:
a. mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;
b. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;
c. menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan
kompetensi; dan
d. memperbaiki proses pembelajaran.

2. Prinsip Dasar Penilaian


Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 telah disebutkan beberapa prinsip dasar
penilaian oleh pendidik, sebagai berikut:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;
d. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.

Pendahuluan | Panduan Umum 27


3. Cakupan dan Teknik Penilaian
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik harus meliputi 3 (tiga) aspek, yaitu: penilaian
sikap, penilaian pengetahuan (kognitif ), dan penilaian keterampilan. Dengan demikian,
ketercapaian capaian pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek
tersebut, melainkan harus mencakup ketiganya.

a. Penilaian Sikap
Pengertian penilaian sikap di sini adalah sebuah penilaian yang didasarkan pada sikap,
perilaku, ketertarikan (interest), dan nilai (value) peserta didik. Jika merujuk kepada
Profil Pelajar Pancasila, penilaian sikap ini meliputi:
1) Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Termasuk
di dalam bagian ini adalah pelaksanaan ajaran agama/kepercayaan, integritas, merawat
diri secara fisik, mental dan spiritual, mengutamakan persamaan dengan orang lain,
menghargai perbedaan, berempati kepada orang lain, turut serta menjaga lingkungan,
dan melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
2) Kebinekaan global, seperti bersikap adil di dalam kebinekaan (tidak melakukan
stereotip, prasangka, dan diskriminasi), aktif membangun masyarakat yang inklusif
dan adil, pembangunan yang berkelanjutan, dan berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan bersama.
3) Gotong royong, seperti dapat bekerja sama dan berkomunikasi, memberi hal yang
dianggap penting dan berharga kepada orang lain yang membutuhkan.
4) Mandiri, seperti melakukan regulasi emosi, menunjukkan inisiatif dalam bekerja
sama, memiliki pengendalian dan disiplin diri, percaya diri, dan adaptif.

Penilaian sikap ini dapat dilakukan melalui berbagai cara. Dalam melakukan
penilaian sikap, instrumen penilaian yang paling mungkin dilakukan adalah
menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale). Berikut beberapa teknik
melakukan penilaian sikap:
1) Observasi, kegiatan pengamatan kepada peserta didik secara indrawi dengan
menggunakan pedoman observasi yang di dalamnya terdapat sejumlah indikator
sikap yang dapat diamati. Untuk mendapatkan penilaian yang objektif, observasi
harus dilakukan secara berkesinambungan.
2) Penilaian diri, sebuah teknik penilaian yang dilakukan secara reflektif oleh setiap
peserta didik dalam mencapai capaian pembelajaran. Dalam melakukan penilaian
diri, pendidik dapat mengembangkan instrumen yang berisi daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) dengan disertai rubrik penilaian.
3) Penilaian antar-peserta, sebuah teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi sikap tertentu.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar-peserta didik
menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.

28 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Instrumen teknik ini pada dasarnya sama dengan teknik penilaian diri, tetapi
diisi oleh teman. Oleh karena itu, lembar penilaian antar-peserta didik dapat
menggunakan lembar penilaian diri.
4) Jurnal Pendidik, adalah catatan sikap yang dapat dilakukan oleh pendidik terhadap
peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pendidik dapat memiliki
satu buku khusus yang berisi catatan-catatan penting terkait dengan sikap.
Untuk mendapatkan penilaian yang objektif, dalam jurnal pendidik, sebaiknya
mendeskripsikan sikap peserta didik dengan dilengkapi nama dan tanggal/bulan/
tahun, bukan untuk menghakiminya.
5) Jurnal Peserta Didik, merupakan catatan reflektif yang dilakukan oleh peserta
didik terkait dengan sikap kesehariannya. Pendidik dapat meminta peserta didik
untuk mencatat sikap keseharian peserta didik secara jujur, apa adanya.

b. Penilaian Pengetahuan
Pada umumnya, pendidik terbiasa melakukan penilaian pengetahuan berupa ujian
tertulis, ujian lisan, ataupun penugasan, baik individual maupun kelompok. Penilaian
pengetahuan ini dilakukan untuk mengukur ketercapaian capaian pembelajaran yang
berisi aspek pengetahuan. Jika mengikuti taksonomi pendidikan, penilaian pengetahuan
melalui tahapan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.

c. Penilaian Keterampilan
Merupakan penilaian terhadap kinerja dan keterampilan peserta didik. Perkembangan
pencapaian kompetensi keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.

J. Catatan Penting bagi Guru


1. Guru diharapkan mempersiapkan diri dengan membaca berbagai literatur atau
sumber bahan ajar yang relevan dengan materi pembelajaran, baik yang tersedia
di Buku Guru, Buku Siswa, maupun melalui referensi lain.
2. Guru menggunakan isu-isu aktual dan dekat dengan dunia peserta didik untuk
mengajak peserta didik dalam mengembangkan kemampuan analisis dan evaluatif
dengan mengambil contoh kasus dari situasi yang berkembang saat ini.
3. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif, guru dapat
menampilkan foto, gambar, dan dokumentasi audiovisual (film) yang relevan
dengan materi pelajaran.
4. Guru harus memberikan motivasi dan mendorong peserta didik secara aktif
(active learning) untuk mencari sumber dan contoh-contoh konkret dari ling­
kungan sekitar.

Pendahuluan | Panduan Umum 29


5. Guru harus menciptakan situasi belajar yang memungkinkan peserta didik
melakukan observasi dan refleksi. Observasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya membaca buku yang relevan disertai dengan analisis yang bersifat
kritis, membuat laporan tertulis secara sederhana, melakukan wawancara
dengan narasumber, menonton film, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
pembahasan materi.
6. Peserta didik dirangsang untuk berpikir kritis dengan membuat pertanyaan-
pertanyaan berdasarkan wacana/gambar, memberikan pertanyaan-pertanyaan,
dan mempertahankan pendapatnya pada setiap jalannya diskusi dalam proses
pembelajaran di kelas.
7. Guru dapat mengaitkan konteks materi pelajaran dengan konteks lingkungan
tempat tinggal peserta didik (kabupaten/kota, provinsi, pulau) pada proses
pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
8. Peserta didik harus selalu dimotivasi agar memiliki kemampuan dalam
mengomunikasikan hasil proses pengumpulan dan analisis data terkait dengan
materi yang sedang diajarkan.
9. Penggunaan media/alat/bahan pelajaran hendaknya memperhatikan situasi dan
kondisi lingkungan sekolah, khususnya ketersediaan sarana dan prasarana di
sekolah. Jika dipandang perlu, pendidik dapat memanfaatkan teknologi informasi
atau membuat media pembelajaran yang bersifat sederhana yang menunjang
penguasaan materi pembalajaran secara efektif dan efisien.
10. Dalam rangka efektivitas dan efisiensi penyerapan materi pelajaran, guru dapat
membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta
didik dalam kelas. Kelompok yang telah ditetapkan ditugaskan untuk membuat
bahan presentasi kelompok dan mempresentasikannya sesuai dengan tugas yang
telah diberikan kepadanya.
11. Dalam pelaksanaan proyek kewarganegaraan di dalam kelompok, dapat melakukan
kerja sama dengan lembaga/instansi terkait sehingga peserta didik mendapatkan
informasi secara lengkap, seperti: tokoh agama/masyarakat, pengurus RT/RW,
dan kepala kelurahan/pemangku.

30 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA, 2022
Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Penulis: Ali Usman, dkk.
ISBN : 978-602-244-658-3 (jil.3)

Bagian 1
Pancasila
A. Gambaran Umum
Di kelas X, peserta didik telah menggali ide-ide pokok pemikiran para pendiri bangsa
tentang dasar negara: Pancasila. Peserta didik juga telah menelaah bagaimana praktik
berbangsa serta bagaimana tantangan dan peluang menerapkan Pancasila dalam
kehidupan dunia yang terkoneksi ini. Di kelas XI, topik-topik tersebut dipelajari
kembali dengan kajian yang lebih mendalam.
Di kelas XII ini, peserta didik akan belajar untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dengan cara mencermati penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Peserta didik juga akan mempresentasikan ide-ide pokok tentang dasar
negara serta bagaimana tantangan dan peluang ber-Pancasila dalam kehidupan global
berdasarkan pengalaman dan konteks masing-masing peserta didik.
Oleh karena itu, materi pelajaran di kelas X dan kelas XI akan menjadi modal
penting bagi kesuksesan belajar di kelas XII ini.

B. Peta Konsep

Perumusan Pandangan Pendiri Bangsa

Pancasila Konteks Berbangsa


dan Bernegara

Berpancasila dalam
Penerapan
Kehidupan Global

Gotong Royong dan


Proyek Kewarganegaraan

32 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
C. Capaian Pembelajaran
1. Mempresentasikan bagaimana perdebatan para pendiri bangsa tentang rumusan
dan isi Pancasila.
2. Mempresentasikan peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan global.
3. Memberikan catatan kritis terhadap penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam sikap dan tindakan keseharian.

D. Strategi Pembelajaran
Untuk mencapai capaian pembelajaran di atas, beberapa strategi yang dapat dilakukan
meliputi:
1. Refleksi, kegiatan yang ditujukan untuk memeriksa pencapaian peserta didik pada
akhir pembelajaran. Kegiatan ini membantu proses asesmen pada diri sendiri. 
2. Proyek, kegiatan yang meminta peserta didik menghasilkan sebuah produk (media
visual) dari hasil pengolahan dan sintesis informasi. Kegiatan ini membantu peserta
didik mengekspresikan pemahaman dalam bentuk yang variatif.
3. Diskusi Kelompok, berdiskusi dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan peran
setiap anggota kelompok. Dilanjutkan dengan berbagi informasi dari kelompok
sebelumnya serta berdiskusi dalam kelompok baru untuk memperoleh tanggapan
lebih banyak.
4. Bermain Peran, kegiatan ini memberikan kesempatan peserta didik untuk secara
aktif menempatkan diri sesuai dengan peran/penokohan pada materi yang dibahas
sehingga bisa memahami lebih baik.
5. Studi Kasus: kegiatan yang mengasah kemampuan analisis sebuah kasus
berdasarkan kriteria tertentu untuk menunjukkan pemahaman.
6. Analisis SWOT, kegiatan yang melatih kemampuan peserta didik untuk menganalisis
sebuah situasi dilihat dari empat sisi: kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan.
7. Lembar Kerja Peserta Didik, kegiatan yang mengukur pemahaman peserta didik
pada topik-topik tertentu.
8. Presentasi, kegiatan yang dapat mengukur pemahaman peserta didik melalui apa
yang disampaikannya kembali terkait topik tertentu dengan menggunakan visual
peraga.
9. Penilaian Individual, peserta didik mengukur pemahaman dirinya sendiri dengan
memberikan penilaian dengan skala 1-10 serta memberikan keterangan pendukung
untuk skala yang diberikan.

Bagian 1 | Pancasila 33
34
E. Skema Pembelajaran
Metode Alternatif Metode Sumber Belajar
Judul Unit Saran Periode Tujuan Pembelajaran Pokok Materi Kata Kunci
Pembelajaran Pembelajaran

Pemikiran Pendiri 2 x pertemuan, Peserta didik mampu • Menuju Titik Temu • Indonesia Merdeka • Membuat • Membuat Sumber Utama
Bangsa tentang masing-masing mempresentasikan • Tujuh Kata dalam • Preambule presentasi presentasi secara • Bacaan Unit 1 Buku Guru
Dasar Negara pertemuan 2 jam bagaimana perdebatan Piagam Jakarta • Sidang BPUPK individual berkelompok • Bacaan Unit 1 Buku Siswa
pelajaran dan diskusi di kalangan • Nasionalis Sekuler • Bermain peran • Membuat karikatur Sumber Pengayaan
para pendiri bangsa • Nasionalis Muslim • Refleksi • Yamin, M. 1959. Naskah
tentang dasar negara; • Ketuhanan Persiapan Undang-
bagaimana argumentasi • Internasionalisme Undang Dasar 1945.
masing-masing pendiri • Musyawarah Jilid 1, Jakarta: Yayasan
bangsa dipresentasikan, • Integralistik Prapantja
serta bagaimana titik temu • Gotong royong • Sri Soeprapto, Konsep
perbedaan pandangan • Kekeluargaan Muhammad Hatta Tentang
tentang dasar negara, • Philosophische Implementasi Pancasila
termasuk penghapusan grondslag atau Dalam Perspektif Etika
tujuh kata dalam Piagam weltanschauung Pancasila. Jurnal Filsafat
Jakarta. • Kemanusiaan Vol. 23, Nomor 2, Agustus
2013
• Daniel Hutagalung,
Menapaki Jejak-jejak
Pemikiran Soepomo
Mengenai Negara
Indonesia, Jurnal Hukum
Jentera Vol. 3 (10)
(Oktober 2005)
Analisis Penerapan 2 x pertemuan, Peserta didik diharapkan • Penerapan • Ideologi • Diskusi • Diskusi kelompok Sumber Utama
Pancasila dalam masing-masing mampu menganalisis Pancasila Dalam • Nilai dasar kelompok besar kecil • Bacaan Unit 2 Buku Guru
Konteks Berbangsa pertemuan 2 jam bagaimana penerapan Kehidupan Sehari– • Nilai instrumental • Refleksi • Membuat video • Bacaan Unit 2 Buku Siswa

Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
dan Bernegara pelajaran nilai-nilai Pancasila, hari • Nilai praksis
sehingga secara reflektif • Studi Kasus:
peserta didik dapat melihat
praktik bermasyarakat
dan bernegara yang ideal
ataupun yang belum
ideal menurut nilai-nilai
Pancasila.
Metode Alternatif Metode Sumber Belajar
Judul Unit Saran Periode Tujuan Pembelajaran Pokok Materi Kata Kunci
Pembelajaran Pembelajaran

Peluang dan 2 x pertemuan, peserta didik diharapkan • Tantangan • Ujaran Kebencian • Membuat • Membuat Sumber Utama
Tantangan masing-masing dapat memetakan peluang Penerapan • Hoaks presentasi inforgrafis • Bacaan Unit 3 Buku Guru
Penerapan Pancasila pertemuan 2 jam dan tantangan penerapan Pancasila di • Egosentrisme • Presentasi • Gallery walk • Bacaan Unit 3 Buku Siswa
pelajaran Pancasila dalam kehidupan dunia yang saling • Invididualisme kelompok besar • Membuat video
global serta mampu terhubung • Media Sosial • Refleksi (konten media Pengayaan
meningkatkan peluang dan • Peluang Penerapan • Crowdfunding social) • Artikel, Nurul Fadilah,
menghadapi tantangan Pancasila di • Borderless Society Tantangan dan penguatan
penerapan Pancasila. dunia yang saling • Pandemi Ideologi Pancasila dalam
terhubung Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0, 2019, Journal
of Digital Education,
Communication, and
Art, Vol 2 No 2. https://
jurnal.polibatam.ac.id/
index.php/DECA/ article/
download/1546/ 895/ 

Proyek Gotong 2 x pertemuan, Peserta didik diharapkan • Penghijauan • Bibit • Proyek Sumber Utama
Royong dan masing-masing dapat membangun sebuah Lingkungan Sekolah • Cangkul berkelompok • Bacaan Unit 4 Buku Guru
Kewarganegaraan pertemuan 2 jam tim untuk mencapai tujuan • Donor Darah • Skop • Bacaan Unit 4 Buku Siswa
pelajaran bersama berdasarkan target • Ember
yang telah ditentukan. • Gunting Pengayaan
Juga diharapkan dapat • Kompos • Artikel yang terkait
membangun kerja sama • Sekam • Media masa
(sinergi) tim yang solid • Pot • Lingkungan sekitar
dan membuat kegiatan • Kertas HVS
penting dan berharga • Alat tulis

Bagian 1 | Pancasila
yang bermanfaat bagi •
masyarakat luas.

35
Unit 1
Pemikiran Pendiri Bangsa
tentang Dasar Negara

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dibahas dalam unit ini adalah bagaimana isi pidato, diskusi
dan perdebatan di kalangan para pendiri bangsa tentang dasar negara? Bagaimana dasar
pemikiran atau argumentasi masing-masing usulan dasar negara yang disampaikan
para pendiri bangsa? Apa dan bagaimana perbedaan pemikiran tentang dasar negara
dapat dipertemukan atau dikompromikan, termasuk penghapusan tujuh kata dalam
Piagam Jakarta?

2. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, peserta didik akan belajar mempresentasikan bagaimana perdebatan dan
diskusi di kalangan para pendiri bangsa tentang dasar negara, bagaimana argumentasi
masing-masing pendiri bangsa dipresentasikan, dan bagaimana titik temu perbedaan
pandangan tentang dasar negara, termasuk penghapusan tujuh kata dalam Piagam
Jakarta.

36
3. Deskripsi

Menuju Titik Temu


Sebagaimana yang dijelaskan dalam Buku PPKn kelas X dan kelas XI, ada banyak
usulan, masukan, dan pemikiran tentang dasar negara. Para anggota BPUPK memiliki
antusiasme dan cita-cita yang tinggi untuk membentuk negara Indonesia yang merdeka.
Pengalaman bertahun-tahun melawan kolonialisme telah memberi kesadaran yang
mendalam dan semangat yang tinggi bagi para pendiri negara untuk segera mengakhiri
penjajahan dan memasuki masa kemerdekaan Indonesia.
Tentunya, kita yang hidup di zaman kemerdekaan ini tidak bisa merasakan secara
langsung bagaimana perjuangan menuju Indonesia merdeka. Kita hanya bisa membaca
sejarah perjuangan perlawanan terhadap penjajah melalui buku-buku, ataupun
menonton ulasan di media sosial, seperti YouTube.
Gagasan tentang Indonesia Merdeka sudah disuarakan, baik melalui diskusi-
diskusi maupun tulisan-tulisan di majalah dan buku. Pada tahun 1930, Soekarno telah
menulis naskah yang berjudul Indonesia Menggugat. Naskah yang ditulis di balik jeruji
penjara ini adalah pidato pembelaan yang dibacakan oleh Bung Karno pada persidangan
di Landraad, Bandung (1930). Pada tahun 1933, Soekarno juga menulis buku Mencapai
Indonesia Merdeka. Buku ini ditulis sebagai respons atas tulisan Profesor Veth, “Bahwa
Indonesia tidak pernah merdeka, dari zaman purbakala sampai sekarang. Indonesia akan
tetap menjadi negara jajahan, yang semula jajahan Hindia lalu dijajah Belanda”. Para
mahasiswa Hindia di Belanda juga bersuara cukup lantang untuk menuju kemerdekaan.
Majalah Hindia Poetra yang diterbitkannya berubah nama menjadi Indonesia Merdeka.
Puncaknya, antusiasme dan cita-cita yang tinggi untuk menuju Indonesia yang
merdeka semakin membara ketika Jepang berjanji untuk memberikan kemerdekaan
Indonesia melalui pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPK). BPUPK dibentuk pada 29 April
1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito, atas ijin Panglima Letnan
Jenderal Kumakichi Harada.
Dari BPUPK sampai PPKI, sejumlah gagasan-gagasan penting tentang Indonesia
Merdeka ditumpahkan. Berbagai usulan, diskusi, dan bahkan perdebatan di antara
anggota BPUPK dan PPKI tak terelakkan. Semula gagasan-gagasan tentang Indonesia
merdeka itu belum menyatu. Masing-masing tokoh bergerak dan merumuskan tentang
Indonesia Merdeka melalui kelompok diskusi dan organisasi-organisasi. Ketika bertemu
dalam sidang BPUPK, terjadi diskusi panjang.
Berbagai usulan dikemukakan. Hingga masa sidang BPUPK berakhir, berbagai
usulan itu belum juga menemukan titik temu. Akhirnya, dibentuklah sejumlah panitia
kecil. Salah satu panitia kecil tersebut bertugas untuk menampung berbagai usulan
tentang Indonesia Merdeka. Panitia ini dikenal dengan Panitia Delapan karena
anggotanya berjumlah delapan orang. Sementara tentang dasar negara dirumuskan
oleh Panitia Sembilan.

Bagian 1 | Pancasila 37
Pokok-pokok pemikiran sebagian pendiri bangsa telah dijelaskan di buku
kelas X dan kelas XI. Untuk mengingat kembali, peserta didik perlu membuka dan
mempelajari ulang buku kelas X dan kelas XI. Di buku kelas sebelumnya, peserta didik
mencermati bagaimana usulan pemikiran dari Moh. Yamin, Soepomo, Soekarno, Ki
Bagus Hadikusumo, Hatta, dan KH. Wahid Hasyim, serta bagaimana argumentasi
masing-masing tokoh tersebut, termasuk bagaimana penyusunan preambule sampai
pada penghapusan tujuh kata dalam preambule tersebut.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4
Jam Pelajaran
2 JP

2 JP
Menuju Titik Temu

Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Indonesia Merdeka • Spidol/kapur tulis Sumber Utama


• Preambule • Kertas A4 • Bacaan Unit 1 Buku Guru
• Sidang BPUPK sebanyak 5 • Bacaan Unit 1 Buku Siswa
• Nasionalis Sekuler lembar/kertas
• Nasionalis Muslim untuk peserta Sumber Pengayaan
• Ketuhanan didik mencatat • Yamin, M. 1959. Naskah Persiapan
• Internasionalisme hasil diskusi Undang-Undang Dasar 1945. Jilid 1,
• Musyawarah • Kertas poster Jakarta: Yayasan Prapantja
• Integralistik • Sri Soeprapto, Konsep Muhammad
• Gotong royong Hatta Tentang Implementasi Pancasila
• Kekeluargaan Dalam Perspektif Etika Pancasila. Jurnal
• Philosophische Filsafat Vol. 23, Nomor 2, Agustus 2013
grondslag atau
• Daniel Hutagalung, Menapaki Jejak-
weltanschauung
jejak Pemikiran Soepomo Mengenai
• Kemanusiaa
Negara Indonesia, Jurnal Hukum Jentera
Vol. 3 (10) (Oktober 2005)

38 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
5. Sumber Bacaan

Informasi Umum
a. Ada banyak tokoh yang menyampaikan pidato pada sidang pertama
BPUPK. Beberapa di antaranya adalah Margono, Sosrodiningrat, Soemitro,
Wiranatakoesoema, Woerjaningrat, Soerjo, Soesanto, Soedirman, Dasaad, Rooseno,
dan Aris. Kemudian ada Hatta, H. Agoes Salim, Samsoedin, Wongsonagoro,
Soerachman, Soewandi, A. Rachim, Soekiman, dan Soetardjo, Abdul Kadir,
Soepomo, Hendromartono, Muhammad Yamin, Sanoesi, Liem Koen Hian,
Moenandar, Dahler, Soekarno, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Koesoema Atmaja,
Oei Tjong Hauw, Parada Harahap, Boentaran, Baswedan, Mudzakkir, Otto
Iskandardinata, dan Soekarno (Yamin, 1959).
b. Sementara dalam Koleksi Pringgodigdo, pidato Moh. Yamin berbeda isinya dengan
Naskah Persiapan karya Moh. Yamin sendiri. Dalam koleksi Pringgodigdo, pidato
Moh. Yamin tidak menyinggung tentang dasar negara. Karena itulah ia diinterupsi
oleh anggota sidang.
c. Setelah sidang BPUPK, dibentuk Panitia Delapan dan Panitia Sembilan. Panitia
Delapan bertugas untuk mengumpulkan berbagai usulan para anggota, sementara
Panitia Sembilan bertugas menyusun Pembukaan Hukum Dasar.
d. Ada 9 pokok usulan yang berhasil dirangkum oleh Panitia Delapan, yaitu usulan
yang meminta (1) Indonesia merdeka selekas-lekasnya, (2) mengenai dasar negara,
(3) mengenai soal unifikasi atau federasi, (4) mengenai bentuk negara dan kepala
negara, (5) mengenai warga negara, (6) mengenai daerah, (7) mengenai agama dan
negara, (8) mengenai pembelaan, dan (9) mengenai keuangan.
e. Panitia Sembilan mengadakan rapat pada 22 Juni 1945 tentang dasar negara.
Diskusi berlangsung alot ketika membahas bagaimana relasi agama dan negara,
sebagaimana juga yang tergambar dalam sidang BPUPK. Beberapa anggota
BPUPK menghendaki bahwa dasar negara Indonesia harus berlandaskan Islam,
mengingat penduduk mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam. Sementara itu,
sebagian kelompok lain menolak menjadikan agama (dalam hal ini Islam) sebagai
dasar negara.

Peta Pemikiran
a. Dalam Naskah Persiapan yang ditulis oleh Moh. Yamin disebutkan bahwa Moh.
Yamin menyampaikan pidato dalam sidang BPUPK pada 29 Mei 1945, berisi
tentang (1) Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusiaan, (3) Peri Ketuhanan, (4) Peri
Kerakyatan—poin keempat ini memiliki anak poin lagi, yaitu, permusyawaratan,
perwakilan, dan kebijakan— dan (5) Kesejahteraan Rakyat. Penjelasan lebih detail
tentang pokok-pokok pemikiran Moh. Yamin ini dapat dibaca di buku kelas XI
dan kelas X.
b. Soepomo menyampaikan pidato pada 31 Mei 1945. Ia berbicara mengenai struktur
sosial bangsa Indonesia yang ditopang oleh semangat persatuan hidup, semangat
kekeluargaan, keseimbangan lahir batin masyarakat, yang senantiasa bermusyawarah

Bagian 1 | Pancasila 39
dengan rakyatnya demi menyelenggarakan keinsyafan keadilan rakyat. Soepomo
juga menyebutkan mengenai aliran pikiran (staatsidee) Indonesia nantinya, yaitu
negara yang integralistik. Penjelasan lebih detail tentang pokok-pokok pemikiran
Soepomo ini dapat dibaca di buku kelas XI dan kelas X.
c. Soekarno menyampaikan pidato pada 1 Juni 1945, yang berisi 5 dasar negara,
yaitu: (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Peri Kemanusiaan atau internasionalisme, (3)
Mufakat atau demokrasi, (4) Kesejahteraan sosial, dan (5) Ketuhanan. Terhadap
kelima dasar tersebut, Soekarno mengusulkan nama Pancasila. Penjelasan lebih
detail tentang pokok-pokok pemikiran Soekarno ini dapat dibaca di buku kelas
XI dan kelas X
d. Menurut Moh. Hatta, Pancasila sebenarnya tersusun atas dua dasar. Pertama,
berkaitan dengan moral, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, berkaitan dengan
aspek politik, yaitu kemanusiaan, persatuan Indonesia, demokrasi kerakyatan,
dan keadilan sosial. Ketuhanan, menurut Hatta, menjadi dasar yang memimpin
cita-cita kenegaraan Indonesia untuk menyelenggarakan segala yang baik bagi
rakyat dan masyarakat. Kemanusiaan menegaskan pentingnya perbuatan yang
baik dalam penyelenggaraan pemerintah, sehingga ia menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Persatuan Indonesia menegaskan sifat negara Indonesia sebagai
negara nasional yang satu, tidak terbagi-bagi ke dalam ideologi, golongan, dan
kelompok tertentu. Dasar kerakyatan menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh
negara harus sesuai dengan kemauan, kehendak, dan aspirasi rakyat. Dasar keadilan
sosial ini merupakan pedoman dan tujuan bagi adanya Indonesia.

Tentang Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta


Dalam buku kelas X dan kelas XI, sudah dijelaskan secara detail tentang rancangan
preambule yang disusun oleh Panitia Sembilan, serta bagaimana preambule ini
menimbulkan polemik di kalangan pendiri bangsa. Komitmen untuk menjaga keutuhan
NKRI membuat para pendiri bangsa akhirnya berkompromi dan bersepakat untuk
menghapus tujuh kata dalam preambule/Piagam Jakarta tersebut. Sebelum berkompromi,
kita perlu mencermati pokok-pokok pikiran dari dua kubu yang berseberangan tersebut.
Berikut adalah poin penting dari buku kelas X dan kelas XI.
a. Setelah melewati diskusi panjang, akhirnya Panitia Sembilan menyepakati preambule
yang disampaikan oleh Soekarno, selaku Ketua Panitia Sembilan, dalam sidang
BPUPK kedua pada 10 Juli 1945. Preambule ini merupakan persetujuan antara
kalangan Islam dan kalangan kebangsaan.
b. Dalam preambule, terdapat tujuh kata yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Preambule tersebut menjadi polemik di
kalangan pendiri bangsa. Mohammad Hatta, misalnya, tetap berpandangan bahwa
Islam tidak perlu menjadi dasar negara secara formal. Islam tetap menjadi semangat
dan dasar moral.

40 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
c. Jika diklasifikasikan secara sederhana, pemikiran pendiri bangsa terbagi dalam dua
kelompok besar: Nasionalis Sekuler dan Nasionalis Muslim.
d. Kelompok Nasionalis Sekuler memandang bahwa negara Indonesia tidak bisa
didasarkan kepada agama, secara spesifik kepada Islam, meskipun pemeluk
agama Islam di Indonesia jumlahnya terbanyak di antara agama-agama lain.
Argumentasinya adalah agama dan negara memiliki domain yang berbeda.
Agama berkaitan dengan urusan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
kebenaran absolut, dan bersifat suci. Sementara itu, negara menyangkut persoalan
dunia dan kemasyarakatan. Karena itulah, bagi kelompok ini, negara tidak memiliki
kewenangan untuk mengatur urusan internal agama masing-masing, apalagi
memaksakan agama kepada warga negaranya.
e. Kelompok Nasionalis Muslim berpandangan bahwa Islam bukan saja mencakup
moral, tetapi juga berkaitan dengan sosial dan politik. Islam tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
manusia. Lebih dari itu, dalam pandangan M. Natsir, Islam adalah agama mayoritas
bangsa Indonesia sehingga Islam perlu menjadi dasar negara. Menurut Natsir, Islam
memiliki nilai-nilai sempurna bagi kehidupan bernegara dan dapat menjamin
keragaman hidup antargolongan dengan penuh toleransi. Bahkan, jika pun Islam
tidak menjadi dasar negara, bagi Natsir, tidaklah masalah, dengan catatan hukum
Islam dapat diterapkan. “Negara bukanlah tujuan, melainkan hanyalah alat untuk
mewujudkan ajaran-ajaran Islam,” tulis Natsir dalam Pandji Islam (15 Juli 1940).
a. Akhirnya, dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18
Agustus 1945, tujuh kata dalam preambule, “dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Alasannya, sejumlah pihak “keberatan”
dengan adanya tujuh kata tersebut sehingga berpotensi terjadi perpecahan. Diskusi
dan lobi-lobi dilakukan kepada sejumlah tokoh yang selama ini mengusulkan
Indonesia berasaskan Islam, seperti Ki Bagus Hadikusumo dan K.H.A. Wachid
Hasyim.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Menuju Titik Temu

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik mampu mempresentasikan bagaimana perdebatan


 Pembelajaran para pendiri bangsa tentang rumusan dan isi Pancasila

Bagian 1 | Pancasila 41
Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Masing-masing
kelompok
mempresentasikan
30' hasil diskusi

20' Pendahuluan 35' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Presentasi kelompok
Diskusi: "Hal apa Memahami dan 30' dengan cara 2 Stay 3
sajakah yang menjadi berdiskusi topik Stray
poin berbeda antara bacaan: "Menuju Titik
masing-masing Temu"
pendiri bangsa terkait
dasar negara?"

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik untuk berefleksi materi pada kelas XI dengan menjawab
pertanyaan berikut:

“Hal apa sajakah yang menjadi poin berbeda antara masing-masing pendiri
bangsa terkait dasar negara?”

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik dibagi ke dalam kelompok kecil.
2) Guru meminta peserta didik untuk membaca materi yang berjudul “Menuju Titik
Temu”.
3) Di dalam kelompok, peserta didik mendiskusikan
a) pokok pikiran tentang dasar negara dari setiap pendiri bangsa,
b) proses kompromi antar-pendiri bangsa,
c) proses penyusunan preambule, dan
d) proses terjadinya mufakat penghapusan tujuh kata di preambule.
4) Hasil diskusi akan dipresentasikan ke depan kelas.
5) Anggota kelompok yang lain akan menanggapi presentasi yang diberikan.

Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif


Presentasi masing-masing kelompok dilakukan dengan cara 2 Stay 3 Stray, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

42 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
2 Stay 3 Stray
a) 2 orang dari kelompok akan tetap berada di kelompok dan bertugas men-
jelaskan hasil diskusi kepada para pengunjung dari kelompok lain.
b) 3 orang lainnya berkunjung dari satu kelompok ke kelompok yang lain
untuk mendengarkan dan memberi tanggapan dari presentasi kelompok
yang dikunjungi.
c) Guru membatasi waktu kunjungan di setiap kelompok, 7-10 menit untuk
setiap putaran.

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Gambar 3.1 Lembar Refleksi Peserta Didik

1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui
lebih dalam tentang ….
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari…..

Bagian 1 | Pancasila 43
 Topik Tujuh Kata dalam Piagam Jakarta

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik mampu mempresentasikan bagaimana perdebatan


 Pembelajaran para pendiri bangsa tentang rumusan dan isi Pancasila

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Masing-masing
kelompok
mempresentasikan
30' hasil diskusi

10' Pendahuluan 45' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Presentasi kelompok
Diskusi: "Bagaimana 30'
Memahami dan dengan cara Gallery
proses terjadinya
mufakat?" berdiskusi topik Walk
bacaan: "Tujuh Kata
dalam Piagam Jakarta"
dan membuat poster

a. Kegitan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali topik pembahasan dalam
pertemuan sebelumnya dengan mengulang kembali pertanyaan kunci pada unit ini.

Bagaimana proses mufakat terjadi atas perbedaan pandangan pendiri


bangsa terkait "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya"?

b. Kegiatan Inti
1) Guru meminta peserta didik membaca materi yang berjudul “Tentang Tujuh Kata
dalam Piagam Jakarta”
2) Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mencatat informasi penting
terkait topik bacaan. Beberapa pertanyaan kunci yang diberikan kepada peserta
didik adalah:

44 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Apa dan bagaimana perbedaan pemikiran tentang dasar negara dapat dipertemukan
atau dikompromikan, termasuk penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta?
3) Setelah peserta didik selesai mencari informasi, dilanjutkan dengan membuat
poster (alat peraga presentasi) yang menggambarkan alur kompromi hingga menuju
kesepakatan penghapusan tujuh kata di preambule.

Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif


1) Presentasi hasil diskusi dapat dilakukan dengan cara Gallery Walk, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

Gallery Walk
a) Setelah selesai membuat poster, peserta didik menempel poster pada
tempat yang diinginkan.
b) Lalu, setiap kelompok bergiliran mengunjungi poster dari kelompok
lainnya.
c) Setiap berkunjung ke satu poster, para pengunjung memberi tanggap­an
dengan menuliskan apa yang disetujui dan apa yang ingin dipertanyakan.
d) Setelah selesai mengunjungi poster-poster dari kelompok lain, setiap ang-
gota kelompok kembali ke poster masing-masing dan membahas pernya-
taan dan pertanyaan yang diberikan.

2) Setiap pengunjung galeri akan memberikan komentar yang ditulis pada post-it/
kertas yang disediakan.
3) Komentar yang diberikan berupa:

Saya setuju dengan …. Saya tidak setuju dengan ….

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskannya di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Bagian 1 | Pancasila 45
Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Gambar 3.2 Lembar Refleksi Peserta Didik

1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui
lebih dalam tentang …
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari…

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa, terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

 Lembar Kerja 1 Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

46 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, untuk menguji pemahaman peserta didik, asesmen diberikan kepada
peserta didik sebagai berikut:
a. Membuat media presentasi pemahaman konten.
b. Mempresentasikan hasil diskusi yang disertai tanya jawab dengan audiens.

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian


• Pemahaman materi • Penilaian diri sendiri hasil diskusi (presentasi)
(presentasi) • Penilaian teman sebaya • Penyampaian hasil
diskusi

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;

Bagian 1 | Pancasila 47
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 3.3 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

48 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
9. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru sebagai berikut:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capaian pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?

Bagian 1 | Pancasila 49
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dilibatkan
secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua /wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua atau wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua atau wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan sesama peserta didik untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi
anak di lingkungan keluarga, latar belakang kehidupannya, dan tentang masalah-
masalah yang dihadapinya dalam keluarga, sekaligus dapat mengobservasi langsung
cara anak didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua atau
wali murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan
yang memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah
satu orang tua/wali murid dari peserta didik yang mengalami kendala belajar
atau menghadapi masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat
dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

50 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 2
Analisis Penerapan Pancasila
dalam Konteks Berbangsa
dan Bernegara

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dikaji pada unit ini adalah:
Bagaimana praktik penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
a. Praktik-praktik apa yang telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?
b. Praktik-praktik apa yang belum sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?

2. Tujuan Pembelajaran
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, peserta didik diharapkan mampu
menganalisis bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila, sehingga secara reflektif
peserta didik dapat melihat praktik bermasyarakat dan bernegara yang ideal ataupun
yang belum ideal menurut nilai-nilai Pancasila.

51
3. Deskripsi
Pada unit ini, peserta didik akan mengkaji bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara hari ini. Melalui unit ini, guru
mengajak peserta didik untuk berefleksi tentang penerapan Pancasila dalam kehidupan
kesehariannya, berpikir kritis dan reflektif tentang apakah kehidupan masyarakat di
sekitarnya dan kehidupan bernegara sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau
belum. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara seperti apa yang dapat
disebut telah menerapkan nilai-nilai Pancasila. Karena itulah, pada unit ini, setiap guru
dapat melakukan refleksi dan kajian terhadap peristiwa atau fenomena yang terjadi di
sekitarnya, mengkaji penyelenggaraan negara apakah sesuai dengan nilai-niai Pancasila.

4. Skema Pembelajaran

4
Jam Pelajaran
2 JP

2 JP
Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari–hari

Studi Kasus

Hal yang Perlu


Kosa Kata Penting Sumber Belajar
Dipersiapkan

• Kerukunan • Spidol/kapur tulis Sumber Utama


• Nilai dasar • Kertas A4 sebanyak 5 • Bacaan Unit 2 Buku Guru
• Nilai instrumental lembar/kertas untuk • Bacaan Unit 2 Buku Siswa
• Nilai praksis peserta didik mencatat
hasil diskusi
• Kertas poster
• Contoh Kasus
Pelanggaran Penerapan
Pancasila

5. Sumber Bacaan
Pancasila tidak cukup hanya dihafalkan. Lebih dari itu, Pancasila harus dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari level penerapan individual sampai kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Jika praktik-praktik ber-Pancasila dapat diterapkan
dalam kehidupan pribadi-individual, bermasyarakat, dan bernegara, dapat dipastikan
cita-cita pendiri bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka, adil, makmur,
dan sentosa dapat terwujud.

52 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Perlu dicatat, bahwa masing-masing sila dalam Pancasila saling menjiwai dan
dijiwai satu sama lain. Artinya, sila pertama menjiwai dan dijiwai oleh sila kedua,
sila ketiga, sila keempat, dan sila kelima. Sila kedua menjiwai dan dijiwai oleh sila
pertama, sila ketiga, sila keempat dan sila kelima. Sila ketiga menjiwai dan dijiwai
oleh sila pertama, sila kedua, sila keempat dan sila kelima. Sila keempat menjiwai dan
dijiwai oleh sila pertama, sila kedua, sila ketiga, dan sila kelima. Sila kelima menjiwai
dan dijiwai oleh sila pertama, sila kedua, sila ketiga, dan sila keempat. Tidak dapat
disebut Pancasila jika salah satu silanya dipisahkan. Contohnya, tidak dapat disebut
ber-Pancasila jika hanya menjunjung tinggi sila pertama dan mengabaikan sila-sila
lainnya. Begitu juga, tidak dapat disebut ber-Pancasila jika hanya memercayai dan
mempraktikkan sila ketiga dan mengabaikan sila-sila lainnya.
Dengan demikian, yang disebut dengan “manusia Pancasila” adalah manusia
yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, kita harus mulai dari menganalisis diri terhadap penerapan
Pancasila, kemudian analisis terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Jika
setiap individu di suatu daerah dapat menerapkan Pancasila, struktur dan sistem
masyarakatnya pasti menggambarkan sila-sila Pancasila. Pada ujungnya, jika semua
kelompok bangsa Indonesia menerapkan Pancasila, kehidupan bernegara akan sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

Praktik ber-Pancasila dalam Kehidupan Individual


Pada sesi ini, peserta didik kembali diajak untuk melakukan refleksi dan analisis diri
tentang “Berapa kali berbuat baik dan berikan simpulan perbuatan tersebut termasuk
pengamalan nilai Pancasila, sila ke berapa?"
Untuk melakukan refleksi dan analisis diri, ajak peserta didik untuk mengingat
kembali beberapa pertanyaan kunci (di kelas X) yang dapat digunakan untuk
menganalisis diri mengenai penerapan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Tentunya, sejumlah pertanyaan lain dapat dikembangkan sesuai dengan makna dari
masing-masing sila tersebut.

Sila ke-1 1. Apakah kalian telah menjalankan perintah agama/


kepercayaan dan menjauhi larangan agama/kepercayaan?
Perintah dan larangan di sini tidak hanya terkait dengan
aspek ibadah atau ritual, melainkan juga perintah dan
larangan dalam kehidupan sosial-bermasyarakat.
2. Apakah kalian dapat menghormati dan dapat bekerja sama
dengan kelompok agama/kepercayaan yang berbeda?
3. Apakah kalian dapat membantu teman kalian yang berbeda
agama/kepercayaan dalam melaksanakan ibadah secara nyaman?
4. Apa peran yang dapat kalian berikan untuk
menciptakan kerukunan antaragama/kepercayaan?

Bagian 1 | Pancasila 53
Sila ke-2 1. Apakah kalian dapat menempatkan bahwa setiap manusia,
apapun latar belakang dan identitasnya, dalam posisi setara?
2. Apa yang telah dan akan kalian lakukan jika
salah satu dari teman, tetangga kalian, atau
bahkan orang asing mengalami kesulitan?
3. Apakah kalian dapat menjalankan norma sosial-
budaya yang berlaku di sekitar kalian?
4. Apa kira-kira yang dapat kalian berikan jika salah satu/
kelompok manusia di negara lain mengalami kesulitan?
Sila ke-3 1. Sebagai peserta didik, kontribusi apa yang dapat kalian berikan
untuk menjaga persatuan di tengah kemajemukan bangsa?
2. Apa yang bisa kalian lakukan untuk menjaga
keutuhan negara, tidak terjadi separatisme?
3. Apakah kalian dapat menempatkan produk dalam negeri
sebagai prioritas dibanding produk luar negeri?
4. Apa yang dapat kalian lakukan jika salah satu dari
teman kalian terlibat tawuran dan permusuhan?
5. Apa yang bisa kalian lakukan untuk
menciptakan ketertiban dunia?
Sila ke-4 1. Apakah kalian pernah memberikan usulan, pemikiran,
dan saran dalam suatu kegiatan musyawarah?
2. Apakah yang akan kalian lakukan jika usulan/ide kalian
tidak diterima dalam suatu kegiatan musyawarah?
3. Apa yang akan kalian lakukan jika keputusan musyawarah
tidak sesuai dengan apa yang menjadi kehendak kalian?
4. Apa yang akan kalian lakukan jika kalian
menjumpai orang atau sekelompok orang yang tidak
mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara?
Sila ke-5 1. Bagaimana cara kalian agar hak dan kewajiban kalian,
baik sebagai peserta didik, anggota keluarga, maupun
generasi masa depan bangsa, dapat dilaksanakan?
2. Apakah kalian dapat memberikan hukuman/
sanksi yang setimpal kepada antara teman dekat
kalian dengan orang yang tidak dikenal?
3. Apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu teman
kalian yang secara ekonomi lebih rendah dari kalian?
4. Jika kalian laki-laki, apakah kalian dapat bersikap adil kepada
teman kalian yang berjenis kelamin perempuan? Sebaliknya,
jika kalian perempuan, apakah kalian dapat bersikap adil
terhadap teman kalian yang berjenis kelamin laki-laki?

54 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat
Kehidupan bermasyarakat tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kita dapat
menjumpai sejumlah praktik yang tidak sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Sila pertama merefleksikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga siapa saja dapat melaksanakan ajaran-ajaran agamanya
secara nyaman dan saksama, tanpa mengalami gangguan. Akan tetapi, masih banyak
dijumpai sejumlah kasus pelarangan ataupun gangguan terhadap orang yang hendak
melaksanakan ibadah.
Sila kedua berarti pengakuan dan perlakuan yang setara setiap manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya selaku ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itulah,
seluruh warga negara Indonesia harus ditempatkan sebagai manusia seutuhnya, memiliki
hak dan kewajiban yang setara. Namun, berbagai bentuk pelanggaran terhadap nilai-
nilai kemanusiaan, seperti perundungan, diskriminasi, dan kekerasan antar-sesama
masih sering kita jumpai.
Sila ketiga menuntut kepada segenap warga negara Indonesia untuk bersatu dan
menjaga persatuan. Persatuan ini menjadi prasyarat mutlak yang harus dimiliki oleh
setiap warga negara untuk mencapai Indonesia maju. Akan tetapi, berbagai praktik yang
merusak persatuan bangsa Indonesia, seperti ajakan untuk menghasut dan memusuhi,
hate speech, dan lain sebagainya, masih banyak dijumpai di tengah-tengah masyarakat
kita.
Sila keempat perlu menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. Melalui sila
ini, segala keputusan perlu diambil dengan mempertimbangkan aspirasi rakyat,
mengedepankan kebijaksanaan, dan melakukan musyawarah. Namun, kita masih
sering menjumpai perilaku masyarakat yang “main hakim sendiri”, bertindak sewenang-
wenang, anti-kritik, dan selalu ingin menang sendiri.
Sila kelima menempatkan keadilan sosial sebagai cita-cita dan tujuan yang harus
diwujudkan bagi seluruh rakyat Indonesia. Soekarno mengatakan “keadilan sosial ialah
suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua
orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada penghisapan”. Akan tetapi,
praktik-praktik kehidupan bermasyarakat tak selalu sesuai dengan prinsip keadilan.

Ajaklah peserta didik untuk menganalisis sejumlah praktik bermasyarakat yang


sesuai atau tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila melalui studi kasus yang
dilakukan secara berkelompok.

Bagian 1 | Pancasila 55
Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Bernegara
Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku kelas XI, untuk menelaah bagaimana
penerapan Pancasila dalam praktik bernegara, perlu diketahui bahwa dalam ideologi
Pancasila, menurut Moerdiono, terdapat tiga tataran nilai.
1. Nilai Dasar, suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari pengaruh
perubahan ruang dan waktu. Nilai dasar mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar,
dan ciri khasnya. Nilai dasar itu berbunyi lima sila dalam Pancasila. Nilai-nilai dasar
dari Pancasila tersebut meliputi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat serta nilai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Nilai Instrumental, nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental merupakan
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan kinerja untuk kurun waktu
tertentu dan untuk kondisi tertentu. Dari kandungan nilainya, nilai instrumental
merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan
proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang
berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR.
3. Nilai Praksis, nilai yang terdapat dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik dalam
konteks kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Nilai praksis adalah wujud
dari penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis,
baik dilakukan oleh lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif ) maupun
dilakukan oleh organisasi masyarakat, bahkan warga negara secara perseorangan.

Dengan menggunakan 3 tataran nilai di atas, peserta didik diajak untuk melakukan
studi kasus secara kelompok untuk kemudian dipresentasikan di kelas.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari–hari

2 Jam Pelajaran
Saran
秊 Periode
(guru dapat menyesuaikan dengan
kondisi pembelajaran aktual)

Memberikan catatan kritis terhadap penerapan


Tujuan
 Pembelajaran
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

56 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Diskusi hasil refleksi


bersama teman
30' sekelas

10' Pendahuluan 45' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Diskusi hasil refleksi


Diskusi: "Sudahkah Berefleksi melalui 30' dengan teman
saya ber- lembar kerja: "Berapa kelompok kecil
Pancasila?" kali saya berbuat baik?"

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru meminta peserta didik untuk melakukan refleksi “Sudahkah saya ber-
Pacasila?"
2) Peserta didik dapat memberikan berbagai respons dan guru memberi tanggapan.

b. Kegiatan Inti
1) Guru meminta peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap pertanyaan
“Berapa kali berbuat baik dan berikan kesimpulan perbuatan tersebut termasuk
pengamalan Pancasila sila ke berapa?” yang ada pada lembar kerja peserta didik.
2) Peserta didik menjawab dengan menggunakan skala likert (1-10) yang dilanjutkan
dengan keterangan tambahan berbentuk esai.
3) Setelah selesai, guru mempersilakan peserta didik untuk membagikan hasil
refleksinya kepada teman-teman di kelas.

Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif


Peserta didik yang telah menyelesaikan diskusi kelompok, dapat mempresentasikan
hasil diskusi kepada anggota kelompok lainnya dengan metode 2 Stay 3 Stray.

2 Stay 3 Stray
a) 2 orang dari kelompok akan tetap berada di kelompok dan bertugas men-
jelaskan hasil diskusi kepada para pengunjung dari kelompok lain.
b) 3 orang lainnya berkunjung dari satu kelompok ke kelompok yang lain
untuk mendengarkan dan memberi tanggapan dari presentasi kelompok
yang dikunjungi.
c) Guru membatasi waktu kunjungan di setiap kelompok, 7-10 menit untuk
setiap putaran.

Bagian 1 | Pancasila 57
c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Gambar 3.4 Lembar Refleksi Peserta didik

1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui
lebih dalam tentang …
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari…

 Topik Studi Kasus

2 Jam Pelajaran
Saran
秊 Periode
(guru dapat menyesuaikan dengan
kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila


dalam sikap dan tindakan kesehariannya. Peserta didik
Tujuan
 Pembelajaran
juga mampu memberikan catatan kritis terhadap
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

58 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Mempresentasikan
30' hasil diskusi

10' Pendahuluan 45' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Membuat video studi


Diskusi: "Bagaimana Studi kasus: Praktik 30' kasus
karakter warga ber-Pancasila"
negara Indonesia
yang ber-Pancasila"

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru memberikan potongan kertas yang berisi kata-kata yang merepresentasikan
“Bagaimana karakter warga negara Indonesia yang ber-Pancasila?"
2) Masing-masing peserta didik diminta untuk mengambil satu kertas dan menuliskan
pendapatnya, lalu menempelkannya di kertas poster yang disiapkan oleh guru.

b. Kegiatan Inti
1) Guru membagi peserta didik dalam kelompok. Di dalam kelompok, masing-masing
peserta didik akan menentukan perannya dalam kelompok serta menentukan tata
cara jalannya diskusi.
2) Di setiap kelompok, akan diberikan satu kasus yang berkaitan dengan Praktik
Ber-Pancasila untuk mereka bahas. Peserta didik juga boleh mencari contoh kasus
sendiri. (Contoh lengkap praktik Ber-Pancasila dapat dilihat di Buku Siswa)
3) Berikut adalah pertanyaan yang dapat digunakan peserta didik saat berdiskusi:
a) Bagaimana awal mula terjadinya kasus tersebut?
b) Siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut?
c) Menurut kalian, siapa/apa yang menjadi sumber masalah dalam kasus tersebut?
d) Menurut kalian, siapa yang dapat berperan untuk merespons kasus tersebut
secara tepat?
e) Apa komentar/kritik/saran/pemikiran terhadap kasus tersebut?
4) Peserta didik membuat presentasi dengan berbagai pilihan media, seperti power
point, prezi, dan lainnya.

Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif


Hasil diskusi kelompok dapat dibuat dalam bentuk video. Konten video harus dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan diskusi yang telah diberikan.

Bagian 1 | Pancasila 59
c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.
Sebelum kelas berakhir, guru memberi tahu proyek di rumah (home project) yang
dilakukan peserta didik selama seminggu ke depan, yaitu membuat Jurnal Harian
Penerapan Pancasila. (Lebih lengkap di Buku Siswa)

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

 Lembar Kerja 1 Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
1. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
3. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

60 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara:
1. Membuat refleksi terhadap diri sendiri kaitannya dengan penerapan Pancasila
(Lembar Kerja).
2. Membuat presentasi dari hasil studi kasus.

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Analisis studi kasus • Observasi guru • Penyajian presentasi


• Partisipasi diskusi • Penilaian diri sendiri • Penyampaian presentasi
• Pemahaman materi • Penilaian teman sebaya • Partisipasi dalam
(lembar kerja) diskusi

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;

Bagian 1 | Pancasila 61
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 3.5 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

62 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
9. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan motivasi
belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik, dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?

Bagian 1 | Pancasila 63
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua /wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua atau wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua atau wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi
anak di lingkungan keluarga, latar belakang kehidupannya, dan tentang masalah-
masalah yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung
cara anak didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

64 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 3
Peluang dan Tantangan
Penerapan Pancasila

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dikaji pada unit ini adalah:
a. Apa dan bagaimana peluang penerapan Pancasila bagi peserta didik dalam
kehidupan di dunia yang saling terhubung ini?
b. Apa dan bagaimana tantangan penerapan Pancasila bagi peserta didik dalam
kehidupan di dunia yang saling terhubung ini?

2. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, peserta didik diharapkan dapat memetakan peluang dan tantangan
penerapan Pancasila dalam kehidupan global. Dengan demikian, peserta didik juga
dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan peluang ber-Pancasila di kehidupan
global, pada satu sisi, dan bagaimana menghadapi tantangan penerapan Pancasila di
kehidupan global, di sisi yang lain.

65
3. Deskripsi
a. Pada unit ini, peserta didik akan menganalisis dan mempresentasikan peluang
dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global. Kita tahu
bahwa zaman terus berubah. Peserta didik hari ini hidup di dunia saling terhubung
satu dengan yang lainnya, sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi informasi.
Apa yang terjadi di suatu tempat dapat dengan mudah diakses di tempat lain.
Peristiwa-peristiwa tertentu di beberapa wilayah dan negara yang berbeda, dengan
cepat dapat diketahui oleh peserta didik kita.
b. Situasi tersebut, pada satu sisi, memberikan peluang bagi bangsa Indonesia, dalam
konteks ini adalah peserta didik, untuk dapat menerapkan Pancasila secara lebih
masif dan mengglobal, sehingga nilai-nilai luhur Pancasila dapat menjadi acuan
dalam pergaulan global. Namun, pada sisi lain, hal tersebut juga menjadi tantangan
dalam penerapan Pancasila, karena informasi dan pengalaman peserta didik yang
lintas batas tersebut akan berpengaruh terhadap cara pandang, sikap, dan perilaku
peserta didik, termasuk dalam konteks penerapan Pancasila.
c. Untuk memudahkan dalam menganalisis peluang dan tantangan, kita dapat
menggunakan analisis S.W.O.T (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini

4
Tantangan Penerapan Pancasila di
2 JP
Dunia yang Saling Terhubung
Peluang Penerapan Pancasila di
Jam Pelajaran 2 JP
Dunia yang Saling Terhubung

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Ujaran kebencian • Kertas poster/A3 Sumber Utama


• Hoaks • Berita terkait • Bacaan Unit 3 Buku Guru
• Egosentrisme tantangan • Bacaan Unit 3 Buku Siswa
• Invididualisme implementasi
• Media sosial Pancasila pada era Pengayaan
• Crowdfunding digital • Artikel, Nurul Fadilah, Tantangan
• Borderless society • Contoh leaflet/booklet dan penguatan Ideologi
• Pandemi Pancasila dalam Menghadapi
Era Revolusi Industri 4.0, 2019,
Journal of Digital Education,
Communication, and Art, Vol 2
No 2. https://jurnal.polibatam.
ac.id/index.php/DECA/article/
download/1546/895/

66 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
5. Sumber Bacaan
Upaya untuk menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang
paling menantang dari materi Pancasila, apalagi pada era Revolusi Industri 4.0 ini
yang salah satunya ditandai dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Tentu
saja, tantangan dan peluang mengimplementasikan Pancasila pada 30 tahun yang lalu
berbeda dengan hari ini, karena perubahan kodrat zaman dan kodrat alam.
Karena itu, marilah kita mengulas sejumlah tantangan dan peluang penerapan
Pancasila pada era ini. Untuk memudahkan memetakan dan mempresentasikan peluang
dan tantangan penerapan Pancasila dalam kehidupan global, kita perlu menggunakan
model analisis sederhana, yaitu analisis S.W.O.T (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).
Strength (kekuatan) adalah hal-hal yang dimiliki secara internal oleh bangsa dan
negara; Weakness (kelemahan) adalah kelemahan internal apa saja yang dimiliki oleh
bangsa dan negara Indonesia. Sementara itu, Opportunity dan Threats adalah faktor-
faktor eksternal, yakni di luar diri bangsa dan negara Indonesia. Opportunity berarti
peluang apa saja yang mendukung, sementara Threats berarti tantangan apa saja yang
sekiranya menghambat.

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

Strength Weakness Opportunity Threats


S (Kekuatan) W (Kelemahan) O (Kesempatan) T (Tantangan)

Kekuatan-kekuatan Kelemahan- Peluang apa saja Tantangan apa saja


apa yang dimiliki kelemahan apa yang yang mendukung yang menghambat
oleh bangsa dan dimiliki oleh bangsa penerapan Pancasila penerapan
negara Indonesia dan negara Indonesia dalam kehidupan Pancasila dalam
untuk penerapan untuk penerapan global? kehidupan global?
Pancasila dalam Pancasila dalam
kehidupan global? kehidupan global?

Berikut beberapa data penting untuk menggunakan analisis S.W.O.T. Peserta


didik dapat mencari data-data yang relevan, serta menganalisis keadaan Indonesia
untuk melakukan analisis S.W.O.T ini.
Beberapa kekuatan (strength) Indonesia, sebagai berikut:
a. Pancasila sebagai ideologi, falsafah, dan pandangan hidup merupakan satu kekuatan
yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia. Indonesia bukan negara yang
menganut ideologi komunisme, di mana dalam ideologi komunisme semua
sumber daya dikuasai oleh negara, tidak ada kepemilikan mutlak rakyat, dan
rakyat sepenuhnya tanggung jawab negara. Indonesia bukan juga negara yang

Bagian 1 | Pancasila 67
menganut ideologi kapitalisme-liberalisme, di mana negara tidak melakukan
intervensi terhadap perekonomian rakyat Indonesia, karena diserahkan kepada
hukum pasar. Indonesia memilih Pancasila sebagai ideologinya yang berada di
antara dua ideologi besar dunia itu.
b. Indonesia mempunyai wilayah negara yang luas, daratan dan lautan. Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari 17.504 pulau.
Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas 93 ribu
km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di
dunia.
c. Memiliki sumber daya manusia yang banyak (250 juta lebih), serta memiliki
beragam budaya dan kesenian. Indonesia merupakan negara dengan suku bangsa
yang terbanyak di dunia. Terdapat lebih dari 740 suku bangsa/etnis. Negara dengan
bahasa daerah yang terbanyak, yaitu, 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk
yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia.
d. Pro perdamaian dan kerukunan. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang suka
berkonflik. Karakteristik umum bangsa Indonesia adalah mengedepankan
perdamaian dan kerukunan terhadap sesama. Buktinya, meskipun bangsa Indonesia
sangat beragam, tetapi mereka dapat hidup rukun dan damai dengan sesama.
e. Bonus demografi. Rentang waktu 2020-2035, diprediksi Indonesia akan mendapat
bonus demografi dengan masa puncak sekitar tahun 2030. Artinya, pada saat-saat
itulah jumlah masyarakat dengan usia produktif, yaitu dengan kisaran umur 15-64
tahun, jauh lebih banyak melebihi mereka yang termasuk dalam usia non-produktif
(anak-anak dan lansia).
f. Memiliki sumber daya alam yang luar biasa. Indonesia adalah pengekspor terbesar
kayu lapis (plywood), yaitu sekitar 80% di pasar dunia. Indonesia mempunyai
cadangan sumber energi minyak yang berlimpah. Indonesia mempunyai cadangan
sumber energi batu bara terbesar di dunia. Indonesia mempunyai hutan tropis
terbesar di dunia. Hutan tropis ini memiliki luas 39.549.447 hektar, dengan
keanekaragaman hayati dan plasma nutfah terlengkap di dunia. Letaknya di pulau
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Bumi ini sangat bergantung dengan hutan
tropis untuk menjaga keseimbangan iklim, karena hutan hujan Amazon tak cukup
kuat untuk menyeimbangkan iklim bumi. Mempunyai cadangan emas, tembaga,
aspal, bijih besi, dan bahan tambang lain yang luar biasa banyaknya.
g. Dengan banyaknya penduduk di Indonesia, jumlah pengguna internet pada tahun
2020, menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia sebanyak 197
juta orang. Angka ini terus meningkat seiring dengan penambahan dan peningkatan
infrastruktur internet yang ada.

Beberapa kelemahan Indonesia, sebagai berikut:


a. Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang rendah. Indeks Modal Manusia
atau Human Capital Index (HCI) Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-
negara lain. Tak hanya dibandingkan dengan negara maju, Indonesia bahkan

68 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
tertinggal jauh dari negara-negara ASEAN, seperti Vietnam. Indeks Modal
Manusia Indonesia sebesar 0,53 atau berada pada peringkat 87 dari 157 negara.
Berdasarkan capaian pendidikan dan status kesehatan saat ini, anak-anak Indonesia
yang lahir saat ini pada 18 tahun kemudian diperkirakan hanya dapat mencapai
53% dari potensi produktivitas maksimumnya.
b. Pembangunan tidak merata. Pembangunan Indonesia masih belum merata,
terutama disebabkan selama puluhan tahun pembangunan Indonesia terkonsentrasi
di pulau Jawa.
c. Kesenjangan ekonomi. Pendapatan rakyat Indonesia juga belum merata, dibuktikan
dengan kesenjangan ekonomi yang tinggi. Segelintir orang memiliki kekayaan
yang sangat melimpah, sementara jumlah orang dengan pendapatan rendah
sangat tinggi. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
melaporkan, hampir separuh aset nasional dimiliki oleh 1 persen masyarakat saja.
Hal ini tercermin dalam Indeks Gini, yakni indeks untuk mengukur ketimpangan
dalam sebuah negara dari 0 (kesetaraan sempurna) sampai 100 (ketidaksetaraan
sempurna). Data yg dikeluarkan Bank Dunia tahun 2018 mengungkapkan, Indeks
Gini Indonesia meningkat dari 30,0 pada dekade 1990-an menjadi 39,0 pada 2017.
d. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) belum dikelola dengan maksimal. Di dalam
sumber daya alam terdapat beberapa komponen penting, yaitu komponen abiotik
dan komponen biotik. Komponen abiotik terdiri atas berbagai jenis tanah, air,
logam, gas alam, dan minyak bumi. Sedangkan untuk komponen biotik terdiri
atas tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Sumber daya alam laut Indonesia,
misalnya, diperkirakan memiliki potensi kurang lebih Rp17 ribu triliun setiap
tahun jika itu dikelola dengan maksimal. Belum lagi sumber daya alam lainnya
yang juga sangat melimpah. Peserta didik bisa mencari secara spesifik tentang
kekayaan sumber daya alam Indonesia tersebut.
e. Korupsi masih merajalela. Pada 2019, ICW (Indonesia Corruption Watch) mencatat
ada 271 kasus korupsi yang ditangani oleh Kejaksaan Agung, Kepolisian dan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan jumlah tersangka 580 orang,
kerugian negara Rp8,4 triliun, jumlah suap Rp200 miliar, pungutan liar Rp3,7
miliar dan jumlah pencucian uang Rp108 miliar. KPK mencatat total kerugian
negara akibat kasus korupsi mencapai Rp168 triliun. Kerugian ini merupakan
akumulasi penanganan kasus korupsi selama 2004-2019.
f. Pungutan liar yang merajalela. Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber
Pungli) berhasil melakukan 8.424 operasi tangkap tangan (OTT). Hasil tersebut
terhitung sejak Oktober 2016 hingga Oktober 2018.
g. Biaya produksi yang tinggi. Biaya produksi tinggi mengakibatkan hasil produksi
dalam negeri menjadi tidak kompetitif dan lebih mahal dibandingkan dengan
produk impor. Pada akhirnya, banyak orang yang berpikir untuk mengambil
langkah melakukan impor dibanding mendirikan pabrik.

Bagian 1 | Pancasila 69
Tentu masih ada banyak kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Peserta didik dapat mencari sejumlah sumber lain untuk mengkaji kekuatan
dan kelemahan Indonesia, baik dilakukan secara individual maupun berkelompok.
Misalnya, peserta ddik dapat secara spesifik mengkaji kekuatan dan kelemahan
Indonesia dari sudut pandang ekonomi, budaya, sosial, pertahanan, keamanan, geografis,
dan lain sebagainya.
Ada beberapa peluang yang dimiliki Indonesia dalam kehidupan global, beberapa
di antaranya:
a. Laporan McKinsey tentang Indonesia yang berjudul “The archipelago economy:
Unleashing Indonesia’s potential” dikatakan bahwa Indonesia berpotensi untuk
menjadi kekuatan ekonomi ke-7 di dunia pada tahun 2030. Tentu saja hal tersebut
dapat tercapai dengan beberapa syarat, seperti: peningkatan sumber daya manusia,
peningkatan produktivitas, pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan pemecahan
masalah terkait dengan infrastruktur.
b. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, akan
memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia, yaitu terbukanya wawasan
masyarakat Indonesia terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan penting
sehingga dapat bersaing di kancah global.
c. Sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia menjadi daya tarik
bagi masuknya berbagai investasi ke Indonesia. Hal tersebut akan membantu
tumbuhnya perekonomian Indonesia.
d. Keberagaman budaya dan kekayaan tempat wisata yang dimiliki Indonesia akan
menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia.
Hal tersebut akan turut membantu perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata
ini masuk kategori salah satu penyumbang pendapatan terbesar bagi negara.
Berdasarkan catatan Penanaman Modal Asing (PMA), sepanjang periode Januari
– Desember 2018, setidaknya Indonesia mendapat investasi pariwisata untuk
hotel bintang senilai US$525,18 juta. Jumlah investasi pariwisata ini diprediksi
akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan asing
yang datang ke Indonesia. Tercatat di tahun 2013 ada sekitar 8,8 juta wisatawan
mancanegara, sementara di penghujung tahun 2018 jumlahnya meningkat hampir
50% menembus angka 15,8 juta orang.
e. Pusat industri halal dunia, mengingat Indonesia sebagai negara dengan penduduk
Muslim terbesar di dunia. Saat ini, halal telah menjadi tren gaya hidup (life style)
dunia. Produk-produk halal tak lagi hanya dikonsumsi oleh umat Muslim sebagai
salah satu pemenuhan standar hukum syariah. Industri halal global terus mengalami
perkembangan yang pesat. Tercatat dalam State of The Global Economy Report
2018/19 bahwasanya pendapatan pada industri produk halal telah diproyeksikan
akan mencapai $ 3,007 triliun pada tahun 2023. Industri produk halal ini terdiri dari
beberapa kategori produk dan layanan, yaitu halal food, islamic finance, halal travel,
modest fashion, halal media and recreation, regular halal pharmaceuticals and cosmetic.

70 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan yang besar dalam kehidupan
global ini, beberapa di antaranya:
a. Dengan masifnya teknologi informasi masuk ke Indonesia, berbagai ideologi luar
masuk ke Indonesia dan akan memengaruhi kebudayaan, tradisi, kebiasaan, dan
ideologi bangsa Indonesia. Konsumerisme, radikalisme, dan terorisme internasional,
akan mudah menyebar dan menjangkiti masyarakat Indonesia. Radikalisme dan
terorisme yang berkembang di Indonesia merupakan ideologi luar yang masuk
ke Indonesia.
b. Dengan kemajuan teknologi informasi juga akan mengancam Indonesia terkait
dengan pertahanan dan keamanan, secara fisik-riil maupun keamanan data di
internet. Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa dunia dapat memiliki data
warga negara yang lebih lengkap dan valid ketimbang negara Indonesia sendiri.
Contohnya, ketika kita menggunakan media sosial, kita akan diminta untuk
memasukkan identitas diri. Bahkan, penggunaan algoritma akan menjadikan
perusahaan teknologi tersebut mengetahui kesukaan kita, lokasi kita berada, dan
lain sebagainya.
c. Salah satu dampak dari globalisasi adalah penyeragaman budaya. Masyarakat
Indonesia yang memiliki kekayaan dan kekuatan budaya akan ditantang
oleh budaya-budaya dunia. Budaya Hollywood, dan K-pop, misalnya, banyak
digandrungi oleh generasi muda, pada satu sisi, dan kebanggaan terhadap budaya
sendiri makin berkurang, pada sisi yang lain. Begitu juga dengan bahasa yang
digunakan. Beberapa generasi muda lebih bangga menggunakan bahasa asing
ketimbang bahasa Indonesia.
d. Image Indonesia dalam kehidupan global tak sepenuhnya positif. Penduduk
Indonesia sering dianggap sebagai orang yang terbelakang, berasal dari suku
pedalaman, ditempatkan sebagai negara miskin. Ini akan memengaruhi kepercayaan
dunia terhadap bangsa Indonesia dalam pergaulan global.

Tentu saja, masih ada banyak peluang dan tantangan lain yang dihadapi oleh
Indonesia. Oleh karena itu, peserta didik perlu menggali dan mengkaji melalui sumber-
sumber lain.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

Tantangan Penerapan Pancasila di


 Topik
Dunia yang Saling Terhubung

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik mampu mempresentasikan peluang dan tantangan


 Pembelajaran penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global

Bagian 1 | Pancasila 71
Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Membuat presentasi
dan mempresentasikan
30' hasil diskusi

10' Pendahuluan 45' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Membuat infografis dan


Diskusi kelompok: 30' melakukan gallery walk
Diskusi: "Menurut
Kekuatan dan
kalian, apa
kelemahan Indonesia
keuntungan dan
kerugian dari
kehidupan yang
saling terhubung
seperti saat ini?"

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru membuka diskusi: “Menurut kalian, apa keuntungan dan kerugian dari
kehidupan yang saling terhubung seperti saat ini?”
2) Peserta didik akan memberikan pendapatnya kemudian guru menanggapi.

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik diberikan tugas Riset Mandiri dan bekerja dalam kelompok.
2) Peserta didik diminta untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan bangsa dan negara
Indonesia dari sudut pandang yang lebih spesifik. Beberapa topik yang dapat dipilih
peserta didik sebagai berikut:
a) sumber daya manusia,
b) penegakan hukum,
c) infrastruktur,
d) politik,
e) kebudayaan, dan
f ) pertahanan dan keamanan.
3) Jika peserta didik memiliki usulan bidang lain, diperbolehkan.
4) Proses pencarian informasi dapat dilakukan dari berbagai sumber, seperti:
a) internet (guru memastikan peserta didik menggunakan sumber yang terpercaya),
b) buku, dan
c) wawancara ahli.
5) Peserta didik membuat presentasi untuk menyampaikan hasil diskusi.

72 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif
a. Peserta didik dapat menuangkan hasil diskusi melalui infografis poster.
b. Guru meminta peserta didik berbagi hasil dari diskusi kelompok menggunakan
teknik Gallery Walk.

Gallery Walk
a) Setelah selesai membuat poster, peserta didik menempel poster pada tem-
pat yang diinginkan.
b) Setelah itu, setiap kelompok bergiliran mengunjungi poster dari kelompok
lainnya.
c) Setiap berkunjung pada satu poster, para pengunjung memberi tanggapan
dengan menuliskan apa yang disetujui dan apa yang ingin dipertanyakan.
d) Setelah selesai mengunjungi poster-poster dari kelompok lain, setiap ang-
gota kelompok kembali ke poster masing-masing dan membahas pernya-
taan dan pertanyaan yang diberikan.

c. Kegiatan Penutup
Sebelum kelas berakhir, peserta didik diminta untuk berefleksi dari hasil diskusi dan
analisis berita yang didapat serta memikirkan sebuah ide peluang penerapan Pancasila
pada era digital. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang …
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

Bagian 1 | Pancasila 73
Peluang Penerapan Pancasila di
 Topik
Dunia yang Saling Terhubung

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik mampu mempresentasikan peluang dan tantang­


 Pembelajaran an penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Membuat presentasi
dan mempresentasikan
30' hasil diskusi

10' Pendahuluan 45' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Mepresentasikan
Diskusi: "Tantangan Diskusi kelompok: 30' video hasil diskusi dan
dan peluang di Peluang dan Tantangan mengunggah ke media
kehidupan yang penerapan Pancasila di sosial
saling terhubung" berbagai bidang

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru memberikan pertanyaan diskusi, “Dalam kehidupan yang saling terhubung,
bidang apa sajakah yang menurut kalian memiliki tantangan atau peluang besar
untuk mengimplementasikan Pancasila?”

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik tetap bekerja sama dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya.
2) Lalu, peserta didik diminta untuk mengkaji peluang dan tantangan bangsa dan
negara Indonesia dari sudut pandang yang lebih spesifik. Beberapa topik yang
dapat dipilih adalah:
a) kebudayaan,
b) ekonomi,
c) sumber daya alam,
d) sumber daya manusia, dan
e) keamanan.
3) Guru memastikan setiap kelompok memiliki pilihan bidang yang berbeda.
4) Proses pencarian informasi dapat dilakukan dari berbagai sumber, seperti:
a) internet (guru memastikan peserta didik menggunakan sumber yang terpercaya),
b) buku, dan
c) wawancara ahli.

74 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
5) Setelah itu, peserta didik membuat presentasi untuk menyampaikan hasil diskusi.

Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif


1) Hasil diskusi Peserta didik dibuat dalam bentuk video yang dipresentasikan dan
didiskusikan bersama teman sekelas.
2) Setelah mendapat umpan balik, video dapat diunggah ke media sosial peserta didik.
3) Peserta didik meminta umpan balik dari para netizen yang dapat diberikan secara
online melalui kolom komentar.
Pertanyaan umpan balik:
a) Pesan apa yang didapat setelah menonton video tersebut?
b) Hal yang perlu diapresiasi dari video tersebut?

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa, terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:
 Lembar Kerja 1 Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

Bagian 1 | Pancasila 75
8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara:
a. Peserta didik diminta untuk membuat presentasi hasil diskusi terkait kelemahan
dan kekuatan Indonesia di bidang tertentu.
b. Peserta didik diminta untuk membuat presentasi hasil diskusi terkait peluang dan
tantangan penerapan Pancasila di bidang tertentu.

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Pemahaman materi • Observasi guru • Efektivitas penggunaan


(presentasi) • Penilaian diri sendiri media presentasi
• Partisipasi diskusi • Penilaian teman sebaya • Penyampaian pendapat dan
• Konten poster/video argumentasi
(alternatif ) • Efektivitas penyajian
booklet/leaflet/poster/video

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;

76 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan
1.
2.
3.
dst.

Gambar 3.6 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

Bagian 1 | Pancasila 77
9. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?

78 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua /wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
peserta didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

Bagian 1 | Pancasila 79
Unit 4
Proyek Gotong Royong
Kewarganegaraan

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dikaji pada unit ini adalah:
a. Bagaimana cara membangun sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama
berdasarkan target yang telah ditentukan?
b. Bagaimana cara membangun kerja sama tim yang solid?
c. Kegiatan penting dan berharga seperti apa yang dapat dilakukan untuk masyarakat
luas?

2. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, peserta didik diharapkan dapat membangun sebuah tim untuk mencapai
tujuan bersama berdasarkan target yang telah ditentukan. Selain itu, peserta didik
juga diharapkan dapat membangun kerja sama (sinergi) tim yang solid dan membuat
kegiatan penting dan berharga yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

80
3. Deskripsi
Pada unit ini, peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan bersama yang disebut
dengan proyek gotong royong kewarganegaraan. Proyek gotong royong kewarganegaraan
merupakan manifestasi dari implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Dinamakan proyek gotong royong kewarganegaraan karena gotong royong
merupakan budaya khas masyarakat Indonesia yang telah mengakar dalam kehidupan
sosial masyarakat Indonesia. Selain itu, gotong royong merupakan manifestasi dari
Pancasila itu sendiri. Gotong royong yang dimaksud di sini tidak hanya sebatas pada
kegiatan bersama yang bersifat fisik saja, tetapi lebih dari itu. Gotong royong dapat
dimaknai sebagai kerja bersama (collaborative work) yang dilakukan untuk mencari
solusi bersama atas sebuah persoalan, memberikan gagasan/ide, memberikan bantuan,
dan menginisiasi kegiatan bersama yang memiliki arti penting dan berharga bagi
masyarakat, bangsa, negara, bahkan dunia.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4
Jam Pelajaran
2 JP

2 JP
Penghijauan Lingkungan Sekolah

Donor Darah

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Kerusakan lingkungan • Bibit Sumber Utama


• Pembalakan liar • Cangkul • Bacaan Unit 3 Buku Guru
• Banjir • Skop • Bacaan Unit 3 Buku Siswa
• Tanah longsor • Ember
• Penghijauan • Gunting Pengayaan
• Pelestarian alam • Kompos • Artikel yang relevan
• Climate change • Sekam • Media massa
• Donor darah • Pot • Lingkungan sekitar
• PMI • Kertas HVS
• Menyelamatkan nyawa • Alat tulis

Bagian 1 | Pancasila 81
5. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Penghijauan Lingkungan Sekolah

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik mampu membangun sebuah tim untuk


mencapai tujuan bersama berdasarkan target yang
Tujuan
 Pembelajaran
telah ditentukan serta membangun kerja sama (sinergi)
tim yang solid dan membuat kegiatan penting dan
berharga yang bermanfaat bagi masyarakat luas

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Pelaksa-
Jadwal
Identifikasi Rancangan naan Proyek
Pelaksanaan Refleksi
Masalah Proyek dan
Proyek
Monitoring

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Identifikasi Masalah
a) Guru menjelaskan fakta empiris tentang kerusakan lingkungan hidup yang
terjadi di Indonesia kepada peserta didik.
b) Guru menunjukkan data kepada peserta didik beberapa akibat yang ditimbulkan
karena kerusakan alam.
c) Guru menunjukkan foto-foto yang menggambarkan akibat yang ditimbulkan
oleh kerusakan ekologi.

Gambar 3.7 Pembalakan liar Gambar 3.8 Banjir


Sumber: pexels.com/Pok Rie (2018) Sumber: commons.wikimedia.org/Adamadnann (2021)

82 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Gambar 3.9 Longsor Gambar 3.10 Perubahan Iklim
Sumber: merdeka.com/ /Ange Kasongo (2019) Sumber: pixabay.com/Enriquelopezgarre (2019)

d) Guru mengajak peserta didik membangun tim untuk mencari solusi dari
masalah tersebut.
e) Guru mengajak peserta didik membuat kegiatan yang penting dan berharga
untuk mengatasi problem tersebut, yakni proyek gotong royong kewarganegaraan
yang diberi nama “Penghijauan Lingkungan Sekolah”.

b. Kegiatan Pendahuluan
1) Rancangan proyek
a) Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari 6-10 orang.

b) Guru mengajak peserta didik untuk berkumpul dengan teman satu kelompoknya
dan menunjuk salah satu orang menjadi ketua.
c) Guru menjelaskan proyek gotong royong kewarganegaraan bertajuk “Peng­
hijauan Lingkungan Sekolah” yang akan dilaksanakan oleh masing-masing
kelompok.
d) Guru meminta masing-masing ketua kelompok membagi tugas (job description)
kepada anggotanya untuk membawa alat dan bahan yang diperlukan dalam
pelaksaan proyek.
e) Guru meminta setiap kelompok membawa bibit tanaman yang berbeda.
Kelompok 1 membawa bibit tanaman hias. Kelompok 2 memabawa bibit
tanaman buah. Kelompok 3 membawa bibit tanaman obat. Kelompok 4
membawa bibit sayuran.

Bagian 1 | Pancasila 83
Gambar 3.11 Contoh bibit tanaman hias Gambar 3.13 Contoh bibit tanaman buah
Sumber: unsplash.com/ Mark Carlo Allones (2019) sumber:popbela.com (2020), bloggerbonsai.blogspot.com(2018)

Gambar 3.12 Contoh bibit tanaman obat Gambar 3.14 Contoh bibit tanaman sayur
Sumber: antaranews.com (2020) Sumber: pexels.com/Jatuphon Buraphon (2017)

f ) Guru meminta setiap kelompok membawa peralatan berkebun, seperti cangkul,


sekop, garuk, gunting, ember, kantong tangan, dan sebagainya.
g) Guru meminta setiap kelompok mem­bawa pot, pupuk kompos, sekam, dan
ember.
2) Jadwal Pelaksanaan Proyek
a) Membuat perencanaan: 1 kali pertemuan
b) Mempersiapkan alat dan bahan: 3 hari
c) Pelaksanaan proyek: 1 kali pertemuan
3) Pelaksanaan Proyek
a) Guru meminta peserta didik berkumpul bersama teman sekolompoknya di lahan
yang telah ditentukan.
b) Guru memberikan penjelasan tentang tata cara menanam yang baik dan benar.
c) Guru meminta peserta didik mengeluarkan alat dan bahan yang telah ditentukan.
d) Guru meminta peserta didik menggali tanah sebagai tempat menamam bibit
tanaman.
e) Guru meminta peserta didik meletakkan sekam dan pupuk kompos yang telah
disiapkan.
f ) Guru meminta peserta didik menaruh bibit tanaman di atas sekam dan pupuk
kompos.
g) Guru meminta peserta didik menutup kembali galian dengan tanah.
h) Guru meminta peserta didik menyiram bibit tanaman tersebut.
i) Guru meminta peserta didik merawat dan menyiram tanaman tersebut secara
rutin.

84 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
c. Monitoring
a) Guru membuat chek list untuk memeriksa tahapan-tahapan proyek yang
dilakukan oleh peserta didik.
b) Guru memeriksa secara berkala perkembangan tanaman yang telah ditanam
oleh peserta didik.

d. Kegiatan Penutup
1) Guru menggali informasi secara lisan tentang apa yang telah peserta didik dapatkan
dari proyek yang telah dilakukan.
2) Guru menggali informasi kepada peserta didik tentang soliditas masing-
masing anggota kelompok dengan mengisi kolom refleksi proyek gotong royong
kewarganegaraan.

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang …
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

 Topik Donor Darah Sekolah

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik mampu menginisiasi sebuah kegiatan


Tujuan bersama, menetapkan tujuan dan target bersama serta
 Pembelajaran mengidentifikasi hal-hal penting dan berharga yang dapat
diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan

Bagian 1 | Pancasila 85
Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Pelaksa-
Jadwal
Identifikasi Rancangan naan Proyek
Pelaksanaan Refleksi
Masalah Proyek dan
Proyek
Monitoring

a. Kegitan Pendahuluan
1) Identifikasi Masalah
a) Guru menjelaskan kebutuhan kantong darah di Indonesia yang sangat besar
kepada peserta didik.
b) Guru menjelaskan manfaat kantong-kantong darah tersebut adalah untuk
membantu pasien yang menderita thalasemia, gagal ginjal, kanker, demam
berdarah, ibu pasca-melahirkan, dan lain sebagainya.
c) Guru menunjukkan fakta empiris mengenai jumlah pasokan darah yang ada
di PMI masih belum mampu mencukupi kebutuhan yang ada.
d) Guru mengajak peserta didik membuat kegiatan bersama yang penting dan
berharga untuk mengatasi jumlah pasokan darah yang belum mencukupi
kebutuhan, yakni proyek kewarganegaraan yang bertajuk “Donor Darah
Sekolah”.

b. Kegiatan Inti
1) Membuat Rancangan Proyek
a) Guru mengajak peserta didik berkoordinasi dengan seluruh peserta didik kelas
XII untuk melaksanakan proyek ini.
b) Guru mengajak peserta didik berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak
sekolah.
c) Guru mengajak peserta didik berkoordinasi dengan Rumah Sakit (RS) atau
Palang Merah Indonesia (PMI).
d) Guru meminta peserta didik mencari tahu tata cara donor darah yang benar.
e) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang akan ditugaskan
untuk mengedukasi para peserta didik tentang pentingnya donor darah,
persyaratannya, dan tata caranya.
2) Jadwal Pelaksanaan Proyek
a) Koordinasi dengan seluruh peserta didik kelas XII: 1 hari.
b) Koordinasi dan komunikasi dengan pihak sekolah: 1 hari.
c) Koordinasi dengan pihak RS atau PMI: 2 hari.

86 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
d) Mengumumkan kepada semua peserta didik: 1 hari.
e) Mendata para peserta didik yang siap untuk melakukan donor darah: 3 hari.
3) Pelaksanaan Proyek
a) Guru meminta peserta didik masuk ke kelas-kelas untuk memberikan
pengumuman tentang pelaksanaan donor darah di sekolah.
b) Guru meminta peserta didik masuk ke kelas-kelas untuk mengedukasi peserta
didik-peserta didik tentang pentingnya donor darah, persyaratannya, dan tata
caranya.
c) Guru meminta peserta didik menyiapkan tempat untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.
d) Guru meminta peserta didik dapat mendata peserta didik lain yang memenuhi
syarat sebagai pendonor.
e) Guru meminta peserta didik dapat menyiapkan tempat yang akan digunakan
untuk melakukan donor darah (misalnya menggunakan salah satu ruang kelas).
f ) Guru meminta peserta didik dapat mendatangkan pihak medis (RS) atau PMI
untuk melakukan pengambilan darah terhadap para peserta didik.
g) Guru meminta peserta didik dapat memanggil peserta didik lain yang siap
melakukan donor darah secara bergantian.

c. Monitoring
1) Guru mendampingi peserta didik berkoordinasi dengan seluruh peserta didik kelas
XII untuk melaksanakan donor darah.
2) Guru mendampingi peserta didik berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak
sekolah.
3) Guru mendampingi peserta didik berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Rumah
Sakit (RS) atau Palang Merah Indonesia (PMI).

d. Kegiatan Penutup
1) Guru menggali informasi secara lisan tentang apa yang telah peserta didik dapatkan
dari proyek yang telah dilakukan.
2) Guru menggali informasi kepada peserta didik tentang soliditas masing-
masing anggota kelompok dengan mengisi kolom refleksi proyek gotong royong
kewarganegaraan.

Bagian 1 | Pancasila 87
6. Lembar Kerja Peserta Didik

Kolom Refleksi Proyek Gotong Royong Kewarganegaraan

Indikator Tim yang Solid


No. Nama Kerja
Disiplin Komunikasi Motivasi Koordinasi Kepedulian
Sama

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keterangan:
(+) untuk menilai indakor tim yang solid
(-) untuk menilai indikator tim yang kurang/tidak solid

7. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, untuk menguji pemahaman peserta didik, asesmen diberikan kepada
peserta didik sebagai berikut:
a. Bagaimana cara membangun sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama
berdasarkan target yang telah ditentukan?
b. Bagaimana cara membangun kerja sama tim yang solid?
c. Kegiatan penting dan berharga seperti apa yang dapat dilakukan untuk masyarakat
luas?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Respons peserta didik terhadap • Kerja sama • Komunikasi


instruksi guru • Disiplin • Koordinasi
• Motivasi
• Kepedulian

88 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Bagian 1 | Pancasila 89
Sikap yang harus
No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 3.15 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

8. Kegiatan Tindak Lanjut


Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.

90 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik, dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

9. Refleksi Guru
Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

10. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.

Bagian 1 | Pancasila 91
Interaksi guru dan orang tua /wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
peserta didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

92 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA, 2022
Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Penulis: Ali Usman, dkk.
ISBN : 978-602-244-658-3 (jil.3)

Bagian 2
Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
A. Gambaran Umum
Pada bagian ini, kita memiliki 3 bahasan utama, yakni: 1) Menjawab Pelanggaran
Norma dan Konstitusi, 2) Musyawarah dalam Perumusan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945, dan 3) Analisis Regulasi Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasia. Di bagian
pertama, kita akan mencari dan menemukan solusi atas masalah pelaksanaan norma
dan aturan, hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kita tahu ada banyak pelanggaran
terhadap norma yang telah disepakati bersama. Selain tentang norma, pembahasan
juga akan diperluas dengan pembahasan konstitusi, terutama terkait dengan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.
Pada bahasan kedua, kita akan menghubungkan proses pembuatan dan pelaksanaan
kesepakatan di sekolah dengan proses dan pelaksanaan konstitusi dan norma NKRI,
sehingga muncul kesadaran perlunya mematuhi konstitusi dan norma tersebut sebagai
kesepakatan bangsa Indonesia. Membuat sebuah kesepakatan di sekolah ataupun negara,
keduanya memerlukan niat dan usaha yang kuat. Selanjutnya, kita akan melakukan
simulasi musyawarah para pendiri bangsa berdasarkan ide-ide yang lebih kompleks
tentang rumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Pada bahasan ketiga, kita akan memberikan catatan kritis terhadap isi regulasi
yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Bagian ini ingin
memastikan semua regulasi yang ada di Indonesia merujuk kepada nilai-nilai Pancasila
dan pasal serta ayat dalam UUD NRI Tahun 1945. Jangan sampai Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945 sudah menyatakan hal-hal yang baik, tetapi di dalam regulasi turunan
justru berbeda.
Ketiga bahasan di atas akan kita kupas dengan beberapa contoh dan melalui
proses belajar yang interaktif dan menyenangkan. Keterlibatan para peserta didik
sangat diharapkan. Hal demikian akan membuat proses belajar kita menjadi lebih
menggembirakan, target dari setiap unit akan tercapai secara efektif.

B. Peta Konsep Materi


Pelanggaran Norma dan Konstitusi
Seharusnya pelanggaran terhadap
norma dan konstitusi tidak terjadi
Mengapa, karena keduanya merupakan
01 Pelanggaran Tetap Terjadi
Buktinya pelanggaran
tetap terjadi, termasuk di
kesepakatan bersama. Keduanya merupakan
lingkungan sekolah.
hal yang dihasilkan dari sebuah proses
Hasil kesepakatan diabaikan.
musyawarah yang matang, dari sebuah
rapat/sidang yang mendialogkan
berbagai kepentingan.
02 Hasil Musyawarah
Jika kita lihat sejarah
perumusan Pancasila
Pelanggaran in Detail
Sering pelanggaran terjadi diaturan detilnya.
Pancasila seharusnya menginternalisasi
03 dan UUD NRI Tahun
1945, keduanya lahir dari
serangkaian musyawarah yang
seluruh perundang-undangan di bawahnya.
serius dan melelahkan.
Nyatanya tidak otomatis demikian.

94 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Bila kita cermati interaksi sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, kita sering
menyaksikan berbagai pelanggaran terhadap norma-norma yang ada dan berlaku di
sekitar masyarakat, termasuk pelanggaran terhadap konstitusi. Terjadinya berbagai
pelanggaran terhadap norma dan konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara karena berbagai macam penyebab dan alasan. Pelanggaran bisa terjadi
karena orang tersebut tidak tahu ada norma atau aturan, pura-pura tidak tahu, atau
memang tidak menyadari betapa pentingnya keberadaan norma dan aturan itu untuk
mengatur kehidupan masyarakat agar tertib dan damai.
Namun demikian, apapun penyebab dan alasannya, pelanggaran tetap pelanggaran.
Artinya, bagi siapa pun yang melakukan pelanggaran, akan dikenai sanksi sesuai jenis
pelanggrannya, terlebih kalau pelanggaran itu dilakukan terhadap aturan perundang-
undangan, tidak ada alasan bagi seseorang untuk mengatakan tidak tahu. Peraturan
perundang-undangan sanksinya sudah sangat jelas dan tegas. Hal ini berbeda dengan
sanksi yang terdapat dalam norma kehidupan masyarakat yang kadang-kadang tidak
bisa diterapkan secara penuh. Keberadaan sanksi terhadap berbagai pelanggaran, baik
terhadap norma maupun Peraturan Perundang-undangan, salah satunya, adalah untuk
menimbulkan efek jera, tetapi kenyataannya pelanggaran terus terjadi.
Jika kita menyadari bahwa sebuah norma dan konstitusi didapatkan dari proses
musyawarah yang tidak mudah dan panjang, kita akan menghormati dan melaksanakan
aturan yang disepakati dalam norma dan konstitusi. Kita dapat mempelajari sejarah
perumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, betapa alot prosesnya.
Pelanggaran dapat terjadi justru ketika sebuah kesepakatan (norma dan konstitusi)
diturunkan lebih praktis. Seperti halnya Pancasila yang menjadi falsafah dan ideologi
negara kita, 5 sila sudah ideal. Ketika turun ke dalam UUD NRI Tahun 1945, norma
hukumnya masih dapat dikatakan ideal. Namun, ketika turun lagi ke dalam Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Daerah, kita tidak bisa memastikan
bahwa regulasi turunan tersebut dapat benar-benar ideal. Kita punya banyak contoh
peraturan daerah, misalnya, yang justru membatasi terhadap kebebasan beragama.
Kita juga masih temukan banyak regulasi turunan kurang memperhatikan kewajiban
negara melayani warga negara.

C. Capaian Pembelajaran
Peserta didik dapat mencari dan menemukan solusi atas masalah pelaksanaan norma dan
aturan, hak dan kewajiban sebagai warga negara. Peserta didik dapat menghubungkan
proses pembuatan dan pelaksanaan kesepakatan di sekolah dengan proses dan
pelaksanaan konstitusi dan norma NKRI, sehingga muncul kesadaran perlunya
mematuhi konstitusi dan norma tersebut sebagai kesepakatan bangsa Indonesia. Peserta
didik dapat menyimulasikan musyawarah para pendiri bangsa berdasarkan ide-ide
yang lebih kompleks tentang rumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, serta
memberikan catatan kritis terhadap isi regulasi yang bertentangan dengan Pancasila
dan UUD NRI Tahun 1945.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 95


D. Strategi Pembelajaran
Kita akan menggunakan setidaknya 3 strategi pembelajaran dalam bagian ini, yakni
pembelajaran partisipatif, pembelajaran kontekstual, dan bermain peran.
1. Pembelajaran partisipatif meletakkan posisi guru tidak hanya berceramah, tetapi juga
menjadikan dialog dan diskusi aktif peserta didik sebagai cara mendapatkan hasil
pembelajaran. Peserta didik memiliki kesempatan yang besar untuk menyampaikan
pendapat. Dalam pembelajaran partisipatif, pemahaman dan proses refleksi juga
dilaksanakan oleh guru dan peserta didik.
2. Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara
teori dengan kenyataan hidup sehari-hari. Dalam pembelajaran ini, seorang guru
harus dapat membandingkan antara teori dan praktik. Pengalaman peserta didik
diletakkan menjadi bagian dari proses pembelajaran.
3. Bermain peran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik memahami dan meresap materi secara lebih nyata. Bermain peran
membuat proses pembelajaran juga lebih bisa dihayati, termasuk hasil pembelajaran
juga dapat diterima lebih mudah.

96 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
E. Skema Pembelajaran

Saran Metode Alternatif Metode


Judul Unit Tujuan Pembelajaran Pokok Materi Kata Kunci Sumber Belajar
Periode Pembelajaran Pembelajaran

Menjawab 4 JP Peserta didik dapat mencari • Contoh Pelanggaran Contoh Brainstorming, Ceramah dan Tanya • Bacaan Unit 1 Buku
Masalah dan menemukan solusi atas Norma dan Pelanggaran, Diskusi Kelompok, Jawab, Diskusi Guru
Pelanggaran masalah pelaksanaan norma Konstitusi, Mengapa Norma, Pleno Presentasi, Kelompok, Pleno • Bacaan Unit 1 Buku
Norma dan dan aturan, hak dan kewajiban Terjadi Pelanggaran, Konstitusi, dan Refleksi Presentasi, Siswa
Konstitusi sebagai warga negara. • Bagaimana Sebab-sebab
Mengatasi Pelanggaran,
Pelanggaran Norma Bagaimana
dan Konstitusi, dan Mengatasi
Sanksi yang Efektif Pelanggaran,
Sanksi

Musyawarah 4 JP Peserta didik dapat • Musyawarah para Musyawarah, Memorizing, Ceramah dan Dialog, • Bacaan Unit 2 Buku
dalam menghubungkan proses Pendiri Bangsa Pancasila, UUD Brainstorming, Refleksi, Tugas Guru
Perumusan membuat dan pelaksanaan Dalam Merumuskan NRI Tahun 1945, Diskusi Kelompok Pribadi Identifikasi • Bacaan Unit 2 Buku
Pancasila dan kesepakatan di sekolah Pancasila dan UUD Perbedaan dan Presentasi Siswa
UUD NRI Tahun dengan proses dan NRI Tahun 1945, Pendapat,
1945 pelaksanaan konstitusi dan • Akomodasi Akomodasi
norma NKRI, sehingga muncul Perbedaan Perbedaan
kesadaran perlunya mematuhi Kepentingan
konstitusi dan norma tersebut untuk Kemajuan
sebagai kesepakatan bangsa Bangsa dan Negara
Indonesia. Indonesia

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


97
98
Saran Metode Alternatif Metode
Judul Unit Tujuan Pembelajaran Pokok Materi Kata Kunci Sumber Belajar
Periode Pembelajaran Pembelajaran

Simulasi 2 JP Peserta didik dapat Pidato dan Debat para Simulasi, Bermain peran dan Bermain peran dan • Bacaan Unit 3 Buku
Musyawarah menyimulasikan musyawarah pendiri bangsa dalam Pidato, Debat, brainstorming brainstorming dengan Guru
Para Pendiri para pendiri bangsa Musyawarah untuk Musyawarah, pilihan peran yang • Bacaan Unit 3 Buku
Bangsa berdasarkan ide-ide yang lebih merumuskan Pancasila Pendiri Bangsa, berbeda. Siswa
kompleks tentang rumusan dan UUD NRI Tahun Merumuskan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 Pancasila dan
1945. UUD NRI Tahun
1945

Analisis 4 JP Peserta didik dapat Internalisasi Nilai-nilai Internalisasi, Baca Teks Brainstorming, Studi • Bacaan Unit 4 Buku
Regulasi memberikan catatan kritis Pancasila dan UUD Nilai-nilai Perundang- kasus pasal dan ayat Guru
Berdasarkan terhadap isi regulasi yang NRI Tahun 1945 dalam Pancasila dan undangan, Peraturan Perundang- • Bacaan Unit 4 Buku
Nilai-nilai bertentangan dengan Peraturan Perundang- UUD NRI Tahun Diskusi Kelompok, undangan, dan Siswa
Pancasila dan Pancasila dan UUD NRI Tahun undangan, dan 1945, Peraturan Presentasi, Dialog Refleksi
UUD NRI Tahun 1945. Eksplorasi Peraturan Perundang- Pendalaman dengan
1945 Perundang-undangan: undangan, guru, dan Refleksi
Apakah Mencerminkan Pendidikan,
Nilai-nilai Pancasila Kesehatan,
dan UUD NRI Tahun Kemiskinan, dll
1945.

Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 1
Menjawab Masalah Pelanggaran
Norma dan Konstitusi

1. Pertanyaan Kunci
a. Apa saja contoh pelanggaran norma dan konstitusi di negara kita? Sebutkan
beberapa!
b. Bagaimana menyelesaikan berbagai pelanggaran norma dan konstitusi serta siapa
saja yang seharusnya terlibat?

2. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat mencari dan menemukan solusi atas masalah pelaksanaan norma
dan aturan, juga hak dan kewajiban sebagai warga negara.

3. Deskripsi
Sesi ini banyak menyajikan beberapa contoh pelanggaran norma dan konstitusi, serta
beberapa alasan mengapa pelanggaran dapat terjadi, terutama terhadap norma. Salah
satu hal yang ditekankan bahwa sanksi sering sekali tidak memberi efek jera, bahkan
terkadang tidak dapat diterapkan.

99
Sesi ini juga menyampaikan adanya hak dan kewajiban warga negara dalam
konstitusi kita. Setiap warga negara memiliki banyak kewajiban yang harus dilaksanakan,
seperti bela negara. Namun, warga negara juga memiliki banyak hak, seperti memperoleh
akses pendidikan dan layanan kesehatan yang bermutu.

4. Skema Pembelajaran

4 2 JP Contoh Pelanggaran Norma dan Konstitusi

Bagaimana Mengatasi Pelanggaran Norma dan


Jam Pelajaran 2 JP Konstitusi, dan Sanksi yang Efektif

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Contoh pelanggaran • Guru perlu menyiapkan • Bacaan Unit 1 Buku Guru


norma beberapa jenis • Bacaan Unit 1 Buku Siswa
• Contoh pelanggaran pelanggaran norma
konstitusi dan konstitusi,
• Penyebab pelanggaran
sebab-sebabnya, dan
• Mengatasi pelanggaran
• Sanksi bagaimana mengatasi
pelanggaran tersebut.

5. Sumber Bacaan

Pelanggaran Norma dan Konstitusi

Norma merupakan sebuah aturan bersama yang disepakati. Oleh karena itu, ia se­
harusnya ditaati oleh seluruh elemen yang ada dalam komunitas yang menyepakati.
Namun, faktanya tidaklah demikian. Masih banyak kita jumpai pelanggaran terha­
dapnya.
Kenapa seseorang bisa melanggar kesepakatan? Setidaknya ada 5 alasan. Pertama,
ia tidak mengetahui adanya sebuah kesepakatan norma di sana. Sebuah norma yang
tidak tersosialisasikan dengan baik, dapat menyebabkan seseorang tidak mengetahuinya.

100 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Mengapa 01 Tidak Tahu
Norma perlu disosialisasikan, terlebih
untuk norma tak tertulis.

Melanggar
02 Tidak Paham
Norma harus dirumuskan dengan kalimat yang
Norma? mudah dipahami dan tidak multi tafsir.

03 Tidak Setuju
Kesepakatan yang tidak bulat, biasanya
menyisakan kekecewaan. Orang-orang yang
tak puas, terkadang melampiaskannya dengan
cara melanggar kesepakatan tersebut.

04 Menyepelekan Norma
Mungkin karena merasa kaya atau punya
kekuasaan, seseorang terkadang menyepelekan
norma dengan cara melanggarnya.

05 Tidak Sengaja (Terpaksa)


Kondisi tertentu bisa membuat orang tidak
sengaja atau terpaksa melanggar sebuah
norma yang telah disepakati sebelumnya

Kedua, tidak paham terhadap norma tersebut. Isi dan maksud norma terkadang
sulit dimengerti. Sebuah norma yang dirumuskan dengan kalimat yang rumit me­
nyebabkan seseorang tidak memahami maksudnya. Demikian pula dengan kata-kata
bersayap, membuat seseorang salah tafsir. Oleh karena itu, sebuah norma hendaknya
mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam.
Ketiga, menyepelekan norma. Seseorang terkadang melanggar norma sekalipun
ia paham dan mengerti atas norma tersebut. Mengapa demikian? Ia merasa dirinya
di atas norma tersebut sehingga bisa menabrak semaunya. Rasa tinggi hati ini boleh
jadi disebabkan ia merasa memiliki harta-kekayaan melimpah, memiliki pertali­an
keluarga atau koneksi dengan penguasa, atau merasa kapasitas dan posisinya lebih
tinggi dibanding sebuah kesepakatan bersama.
Keempat, tidak setuju terhadap isi norma. Sebuah kesepakatan terkadang diambil
tidak bulat. Ini hal yang lumrah. Dalam sebuah musyawarah, seluruh suara tak mesti
sama. Namun, ketika sudah menjadi kesepakatan, harusnya dihormati dan dilaksana­
kan bersama. Celakanya, pihak-pihak yang tidak setuju terkadang melawan dengan
cara tidak melaksanakan norma tersebut. Pelanggaran dianggap sebagai cara ampuh
untuk menunjukkan bahwa ia punya kuasa yang lebih tinggi dibanding orang lain yang
telah menyepakati sebuah norma.
Kelima, tidak sengaja atau terpaksa. Sebuah kondisi tertentu dapat membuat se­
seorang tidak sengaja atau terpaksa melanggar sebuah norma yang telah disepakati
sebelumnya. Hal seperti ini sangat mungkin terjadi.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 101


Pelanggaran norma dapat terjadi di mana saja, termasuk dalam lembaga pendidikan
formal (sekolah). Setiap sekolah memiliki tata tertib dan kesepakatan yang berbeda,
misalnya terkait dengan iuran sekolah. Namun, aturan yang ada itu acap kali dilanggar,
baik oleh peserta didik, orang tua, guru, maupun manajemen sekolah.

Bentuk-Bentuk Pelanggaran Norma


Norma dibuat bukan sebagai cara untuk melegalkan tindakan yang bertentangan de­
ngan sumber-sumber norma itu sendiri, yakni agama, hukum, sosial, dan kesusilaan.
Namun, dalam praktiknya, tak jarang kita jumpai pelanggaran terhadap norma. Ada
banyak jenis pelanggaran norma.
Sebuah pelanggaran, terkadang tak hanya menabrak satu sumber norma. Mencuri,
membunuh, dan berzina merupakan perbuatan yang melanggar keempat sumber
norma tersebut sekaligus. Tidak ada pandangan agama atau keyakinan apa­pun yang
mengizinkan tiga perbuatan itu dilakukan. Hukum negara juga tegas me­larangnya.
Demikian pula adat susila dan sosial, menganggap ketiganya merupakan perbuatan
tercela dan tidak boleh dilakukan.
Tak terkecuali di sekolah, ada banyak kesepakatan yang dilanggar. Misalnya pe­
langgaran terhadap peraturan harus tepat waktu, harus bersikap jujur, menghormati
guru dan orang tua, dan tidak boleh mengaktifkan handphone di ruang kelas ketika
pelajaran berlangsung. Itu adalah contoh kesepakatan umum yang hampir sama di
lembga-lembaga pendidikan. Beberapa contoh tersebut juga merupakan ketentuan
umum (common sense) yang biasa berlaku di sekolah tingkat paling bawah sampai
perguruan tinggi.
Pelaku pelanggaran pun beragam. Bukan hanya dilakukan oleh peserta didik, te­
tapi bahkan oleh figur teladan di lembaga pendidikan, seperti guru dan kepala seko­
lah. Kita sering mendengar adanya pungutan liar di sekolah atau jual beli kursi dalam
penerimaan peserta didik baru, yang dilakukan oleh oknum
Oleh karena itu, kita harus ma­was diri dan berhati-hati agar tidak melanggar
ketentuan yang telah di sepakati. Jika tidak, akibatnya bisa fatal. Misalnya, korupsi.
Perbuatan tersebut bukan semata-mata dosa dalam pandangan agama, melainkan
juga dapat berurusan dengan apa­rat penegak hukum, mulai dari pihak kepolisian,
kejaksaan, hingga pera dilan. Menjadi pesakitan atau terdakwa bukanlah keadaan yang
menyenangkan. Pasti menanggung malu, bukan hanya diri sendi­ri, melainkan juga
keluarga. Menjadi terdakwa, apalagi sampai diputuskan bersalah, akan membuat masa
depan diri sendiri dan keluarga menjadi tidak baik.
Marilah membiasakan diri untuk melaksanakan kesepakatan. Kita adalah anggota
masyarakat atau komunitas tertentu, seperti sekolah. Apabila sebuah ketentuan telah
disepakati bersama, harus kita laksanakan. Apabila tidak setuju, silakan menggunakan
mekanisme yang ada, yang juga telah disepakati bersama. Ketidaksetujuan tentu saja
diperkenankan, tetapi cara harus diperhatikan. Tidak boleh menggunakan cara semau
sendiri.

102 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Memberikan Sanksi
Kesepakatan (norma) berpotensi dilanggar siapa pun. Oleh karena itu, sebuah norma
sebaiknya ada sanksi. Siapa pun yang melanggarnya, harus mendapat ganjaran, tan­
pa ada pembedaan atau pengecualian. Sekalipun dia memiliki kekuasaan atau keka­
yaan, jika melanggar, harus tetap menerima sanksi sebagaimana ketentuan yang te­lah
disepakati.
Dahulu, di dalam masyarakat yang memegang erat adat istiadat, pimpinan
mendapat mandat yang kuat dari masyarakat. Posisi pimpinan komunitas sangat
dihormati dan disegani. Apa yang disampaikan oleh pimpinan juga ditaati. Sehingga
sanksi dapat diberikan oleh seorang pemimpin komunitas terhadap anggota yang
melanggar.
Zaman berkembang, salah satunya berdampak kepada posisi seorang pemimpin.
Titahnya terkadang kurang dihormati, bahkan terkadang tidak direspons oleh anggota
masyarakat. Bila mengandalkan pemimpin untuk bisa menjaga norma, tentu saja tidak
bisa lagi.
Sebuah norma harus dijaga bersama, bukan hanya oleh pemimpin. Partisipasi
anggota masyarakat menjadi penting, termasuk ketika ada pelanggaran. Sanksi
akan diterapkan oleh anggota masyarakat, dipimpin oleh sang pemimpin. Dengan
cara demikian, posisi sanksi menjadi lebih diperhatikan. Orang yang bersalah atau
melanggar, tidak hanya berhadapan dengan seorang, tetapi menghadapi seluruh anggota
masyarakat. Dengan cara tersebut, diharapkan sebuah sanksi dapat diterapkan.
Dalam masyarakat modern, kita menghadapi keadaan sebuah sanksi yang
terkadang tidak dapat dilaksanakan. Banyak yang lebih menyandarkan terhadap hukum
formal negara. Karena itu, sebuah norma bersama terkadang dilanggar bersama-sama
pula. Dalam kejadian yang ekstrem, korupsi dilakukan secara bersama-sama. Korupsi
dan sejenisnya dianggap sebagai pelanggaran, hanya ketika tertangkap. Meskipun
masyarakat menaruh curiga terhadap keadaan kekaya­an seseorang, lantaran belum
tersentuh hukum formal negara, seseorang tersebut da­pat melenggang.
Pada titik ini, maka sanksi sosial merupakan cara yang efektif. Pengecualian secara
sosial, diharapkan menjadi cara agar seseorang tidak melakukan tindakan tercela.
Diperbincangkan oleh masyarakat dalam nada negatif, diharapkan menjadi sebuah
pembelajaran yang efektif.
Sebuah sanksi diharapkan akan memberi efek jera, bukan memberi hukuman.
Dengan menerima sanksi, perbuatan yang merugikan komunitas atau masyarakat tidak
akan terulang. Kesalahan yang tidak terulang akan membuat tujuan bersama lebih
mudah diraih bersama-sama. Kita tidak disibukkan dengan menghukum salah satu
anggota masyarakat. Namun, semua anggota masyarakat menjadi bagian dari potensi
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 103


Pelanggaran Konstitusi
Dalam sebuah negara hukum yang melatakkan konstitusi sebagai sumber hukum
tertinggi, melanggar konstitusi merupakan pelanggaran yang sangat berat. Makna
melanggar konstitusi adalah tidak melaksanakan mandat yang telah ditetapkan oleh
konstitusi. Konstitusi tertulis kita adalah UUD NRI Tahun 1945. Melanggar konstitusi
maknanya adalah melanggar ketentuan yang telah disepakati dan ditulis dalam UUD
NRI Tahun 1945.
Di dalam UUD NRI Tahun 1945 ada ketentuan hak dan kewajiban yang disediakan
untuk warga negara. Berdasarkan Pasal 26 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, “yang
menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara."
Setiap warga negara memiliki banyak hak dan banyak kewajiban yang
menyertainya. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun
1945, setiap warga negara wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 28J ayat (1)
memberikan kewajiban setiap warga negara untuk menghormati hak asasi orang lain.
Dan masih banyak lagi kewajiban yang diembang oleh warga negara.
Selain kewajiban juga ada hak yang dimiliki oleh setiap warga negara. Pasal 28A
sampai 28J, misalnya, memuat berbagai macam hak asasi manusia yang harus dipenuhi
oleh negara. Misalnya, hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan [Pasal
28B ayat (1)]; hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil [Pasal 28D ayat (1)]; hak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali
[Pasal 28E ayat (1)]; dan lain sebagainya. Pasal 29 memastikan bahwa setiap warga
negara berhak menjalankan agama dan keyakinannya.
Masih banyak lagi hak yang dimiliki oleh warga negara. Jika kewajiban bermakna
bahwa setiap warga negara harus patuh dan menjalankan, demikian pula dengan hak
yang dimiliki warga negara. Negara wajib bersungguh-sungguh memastikan bahwa
hak warga negara dapat terpenuhi.
Jika kewajiban memberi konsekuensi hukum terhadap warga negara yang tidak
patuh, hak bagi warga negara juga memiliki konsekuensi bagi negara untuk dituntut.
Baik negara maupun warga negara, keduanya punya hak dan kewajiban. Dapat dituntut
ketika melanggar atau tidak memenuhi amanat dari UUD NRI Tahun 1945.
Sebagai contoh, Pasal 34 ayat (1) menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara dan ayat (3) menyebutkan bahwa negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitasi pelayanan umum yang
layak. Sebagai warga negara, kita berhak menuntut pertanggungjawaban negara bila
kondisi kemiskinan tidak kunjung baik atau pelayanan kesehatan tidak bisa diakses
oleh masyarakat.

104 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 29 ayat (2) menyatakan bahwa negara
menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Bila warga negara merasa bahwa
negara tidak maksimal menjamin kedua pasal (ayat) tersebut, negara, dalam hal ini
pemerintah, sebagai penyelenggara pemerintahan juga dapat digugat.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Contoh Pelanggaran Norma dan Konstitusi

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik dapat mengidentifikasi


 Pembelajaran pelanggaran Norma dan Konstitusi

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Diskusi Kelompok Penutup


Pendahuluan Brainstorming Refleksi
dan Presentasi

15' 20' 40' 10' 5'


Materi Apa Tentang Siapa Berhak Mengaitkan Hasil Ringkasan Hasil
dan Capaian Pelanggaran Memberi Sanksi, Diskusi dengan Pembelajaran
Pembelajaran, Sekolah dan dan Bagaimana Materi Utama
Juga Mengingat Sanksi Efektif Bisa Efektif
Kembali Norma
dan Konstitusi

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Peserta didik menerima penjelasan tentang materi apa saja yang akan dipelajari
dan apa capaian dalam proses pembelajaran dalam unit ini, terutama dalam sesi
pertemuan saat ini.
2) Peserta didik mengingat beberapa hal yang telah dipelajari di kelas sebelumnya,
tentang norma dan konstitusi. Hal ini dilakukan dengan menjawab 2 pertanyaan:
a) Apa perbedaan antara norma dan konstitusi?
b) Mengapa norma dan konstitusi itu penting?

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 105


b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik memperdalam pembahasan norma dan konstitusi dengan cara
brainstorming pengalaman peserta didik yang dikaitkan dengan pelanggaran aturan
di sekolah. Guru mengajukan pertanyaan:
a) Apakah kalian punya pengalaman melanggar aturan sekolah?
b) Mengapa pelanggaran bisa kalian lakukan?
2) Peserta didik mendapat penjelasan dari guru terkait dengan hal-hal yang
diperdebatkan dalam presentasi dan dialog.

Î Pembelajaran Alternatif (Kegiatan Inti)


1) Peserta didik menerima penyampaian materi dari guru dan dialog tentang 2 hal: a)
Kewajiban dan hak warga negara yang terdapat dalam konstitusi; dan b) Pelanggaran
dapat dilakukan oleh warga negara karena tidak melaksanakan kewajiban dan bisa
dilakukan oleh negara karena tidak memenuhi hak warga negara.
2) Peserta didik dipersilakan memberikan tanggapan atau pertanyaan. Guru dan
peserta didik melakukan brainstorming atas pertanyaan yang diajukan peserta didik.
3) Peserta didik menerima penjelasan dari guru atas permasalahan yang belum
terjawab dalam presentasi dan dialog.

c. Kegiatan Penutup
Guru mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan materi yang telah
didiskusikan.

Bagaimana Mengatasi Pelanggaran Norma dan Konstitusi,


 Topik
dan Sanksi yang Efektif

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik dapat mencari dan menemukan


Tujuan
 Pembelajaran
solusi atas masalah pelaksanaan norma dan aturan,
hak dan kewajiban sebagai warga negara

106 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Menggali Diskusi Kelompok


Pendahuluan Brainstorming Penutup
Pemahaman dan Presentasi

10' 20' 25' 30' 5'


Review dan Mengingat Memori Menjawab tentang Mengaitkan Hasil Ringkasan Hasil
Mengaitkan dengan dan Pemahaman Bagaimana Diskusi dengan Pembelajaran
Materi yang Materi yang Pernah Seharusnya Materi Utama
Sama di Kelas dipelajari Musyawarah
Sebelumnya di Kelas Sebelumnya Diselenggarakan

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Peserta didik menerima penjelasan tentang materi apa saja yang akan dipelajari
dan apa capaian dalam proses pembelajaran dalam unit ini, terutama dalam sesi
pertemuan saat ini.
2) Peserta didik mengingat beberapa hal yang telah dipelajari sebelumnya, tentang
contoh-contoh norma dan konstitusi.

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik memperdalam pembahasan khusus pelanggaran norma dan konstitusi,
terutama tentang sangsi yang efektif. Hal ini dilakukan dengan cara diskusi
kelompok untuk menjawab tabel berikut ini:

No. Siapa yang Berhak Bagaimana Agar Sanksi Efektif


Memberi Sanksi ( Jera dan Tidak Terulang)

2) Peserta didik dipersilakan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Cara


presentasi berurut, namun tidak boleh mengulang jawaban yang telah disampaikan
sebelumnya oleh kelompok lain. Presentasi dilanjutkan dengan dialog.
3) Peserta didik mendapat penjelasan dari guru terkait dengan hal-hal yang
diperdebatkan dalam presentasi dan dialog.

Î Pembelajaran Alternatif (Kegiatan Inti)


1) Peserta didik menerima penyampaian materi dari guru dan dialog tentang siapa
yang berhak memberi sangsi dan bagaimana agar sangsi bisa efektif.
2) Peserta didik berdiskusi kelompok untuk menjawab tabel berikut:

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 107


Apa yang Harus Dilakukan Untuk Mengatasi Pelanggaran Konstitusi

No. Pemerintah/DPR Masyarakat Pelajar

3) Peserta didik dipersilakan mempresentasikan hasil diskusinya. Presentasi dilakukan


secara berurut, namun tidak boleh mengulang jawaban dari presenter sebelumnya.
Peserta didik dipersilakan melakukan dialog atau tanya jawab.
4) Peserta didik menerima penjelasan dari guru atas permasalahan yang belum
terjawab dalam presentasi dan dialog.

c. Kegiatan Penutup
1) Guru mengakhiri pertemuan dengan memberikan kesimpulan materi yang telah
didiskusikan.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Setelah membaca uraian materi di atas, peserta didik diminta mengidentifikasi
perwujudan hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Perwujudan Hak Warga Negara

No. Jenis Hak Warga Negara Contoh Perwujudannya

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani berbagai kasus
pelanggaran hak dan kewajiban. Namun, sampai sekarang, kasus-kasus tersebut masih
terjadi, seperti masih tingginya angka putus sekolah dan pengangguran serta kurangnya
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Berkaitan dengan hal tersebut,
jawablah pertanyaan berikut:
a. Mengapa hal tersebut masih terjadi?
b. Siapa yang harus bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya kasus-kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara?
c. Apa saja solusi yang kalian ajukan untuk mencegah terjadinya kasus-kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara?

108 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
8. Asesmen/Penilaian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara jelas dan akurat:
a. Jelaskan mengapa terjadi pelanggaran norma!
b. Apa yang dapat kalian lakukan untuk mengatasi pelanggaran norma?
c. Kemukakan hak dan kewajiban warga negara yang terdapat dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945!
d. Jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran hak dan penging­kar­an
kewajiban warga negara!
e. Menurut kalian, apa yang harus dilakukan pemerintah dalam memecahkan
persoalan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagai warga negara?
f. Bagimanakah cara kalian menghindari pelanggaran terhadap hak orang lain
dan pengingkaran terhadap kewajiban dalam kehidupan sehari-hari?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi dalam diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian


dan dialog • Penilaian diri sendiri presentasi dalam kelas
• Pemahaman materi (esai • Penilaian teman sebaya • Keterampilan
dan mencatat informasi menyampaikan pendapat
penting)

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 – 4 dengan ketentuan:


1. Jika peserta didik cukup bertanya saja
2. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 109


a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 4.1 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.

110 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

9. Kegiatan Tindak Lanjut


Sesi ini merupakan kelanjutan dari sesi sebelumnya di kelas X dan XI. Oleh karena itu,
guru dapat meminta peserta didik untuk membaca kembali apa yang telah dipelajari di
kelas sebelumnya, terkait dengan norma dan konstitusi. Dalam pertemuan non formal
atau formal di sesi berikutnya, guru diharapkan dapat menyampaikan pembahasan
sekarang dengan pembahasan sebelumnya. Sesi review dalam pertemuan berikutnya
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ini.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.:
a. Manakah di antara 2 tawaran proses pembelajaran di atas yang lebih mudah
dilaksanakan dan dekat kepada pencapaian tujuan pembelajaran?
b. Manakah tahapan belajar yang menurut Anda berhasil?
c. Kesulitan apa yang dialami saat mengajarkan topik ini?
d. Apakah tujuan belajar sudah dicapai oleh peserta didik?
e. Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
f. Apakah seluruh peserta didik mengikuti pelajaran dengan baik?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Dukungan orang tua/wali sangat penting untuk memudahkan pemahaman peserta
didik. Guru perlu melakukan komunikasi dengan orang tua/wali murid untuk bercerita
tentang beberapa bentuk pelanggaran norma dan konstitusi yang biasa ditemukan di
tengah-tengah keseharian hidup masyarakat, serta apa yang selama ini dilakukan oleh
pemerintah atau organisasi lain dalam menghadapi pelanggaran tersebut. Apakah cara
menghadapi selama ini dirasa efektif atau tidak berdampak.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 111


Unit 2
Musyawarah dalam Perumusan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945

1. Pertanyaan Kunci
a. Bagaimana sejarah singkat musyawarah para pendiri bangsa sehingga merumuskan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945? Ceritakan!
b. Bagaimana proses pembuatan dan pelaksanaan kesepakatan di lembaga sekolah?
Apakah sudah akomodatif (menampung semua pendapat dan kepentingan
bersama)?
c. Bagaimana memaknai keragaman warga negara Indonesia (suku, agama, ras, kondisi
ekonomi, sosial, dan pilihan politik) menjadi potensi untuk memajukan Indonesia?

2. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menghubungkan proses pembuatan dan pelaksanaan kesepakatan
di sekolah dengan proses dan pelaksanaan konstitusi dan norma, sehingga muncul
kesadaran perlunya mematuhi konstitusi dan norma tersebut sebagai kesepakatan
bangsa Indonesia.

112
3. Deskripsi
Sesi ini akan bercerita tentang musyawarah para pendiri bangsa. Mereka
menyelenggarakan beberapa kali sidang dalam forum BPUPK dan PPKI. Mereka
bermusyawarah untuk merumuskan dasar bernegara dan konstitusi negara. Forumnya
dinamis, ada pidato dan perdebatan. Bahkan dalam membahas sila pertama Pancasila,
sempat ada ancaman disintegrasi bangsa. Namun, perbedaan pandangan akhirnya dapat
dicarikan titik temu. Hal demikian karena komitmen memajukan bangsa bersama-sama.
Apa yang dilakukan oleh para pendiri bangsa adalah sebuah rujukan bagaimana
seharusnya proses pengambilan keputusan dilakukan. Sebuah kesepakatan norma
atau konstitusi harus melibatkan banyak pihak, selalu mencari jalan keluar terhadap
perbedaan, dan memegang teguh komitmen persatuan dan kesatuan. Jangan sampai
sebuah musyawarah atau rapat dilaksanakan dengan mengedepankan kepentingan
sepihak. Dalam sebuah masyarakat atau lembaga pendidikan, musyawarah adalah jalan
terbaik untuk mencapai permufakatan. Keputusan harus memperhatikan kepentingan
dan kemampuan semua pihak agar tidak ada dominasi dan perasaan tertindas dari
sebagian peserta musyawarah.

4. Skema Pembelajaran

4
Musyawarah para Pendiri Bangsa dalam
2 JP Merumuskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945

Akomodasi Perbedaan dalam Musyawarah untuk


Jam Pelajaran 2 JP Kemajuan Bangsa dan Negara

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Musyawarah • Mendalami proses • Bacaan Unit 2 Buku Guru


• Pancasila, musyawarah di antara • Bacaan Unit 2 Buku Siswa
• UUD NRI Tahun pendiri bangsa,
1945, termasuk ketika terjadi
• Perbedaan pendapat perbedaan pandangan/
• Akomodasi perbedaan pendapat.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 113


5. Sumber Bacaan

Musyawarah dalam Perumusan


Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945

Pancasila adalah ideologi dan falsafah bangsa dan negara Indonesia. UUD NRI Tahun
1945 merupakan konstitusi, sumber hukum tertinggi di Indonesia. Perumusan Pancasila
dan UUD NRI Tahun 1945 didapat bukan dari satu orang saja, melainkan dari beberapa
tokoh pendiri bangsa. Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 dirumuskan melalui
beberapa tahap dan secara hati-hati.
Misalnya, Pancasila sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”, perumusannya
melalui diskusi dan debat yang panjang. Proses untuk mencapai kesepakatan melalui
beberapa kali musyawarah dalam sidang BPUPK dan PPKI. Rumusan yang sempat
disetujui oleh berbagai tokoh, semula adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Namun, beberapa utusan dari Sulawesi (Sam
Ratulangi), Kalimantan (Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor), Nusatenggara (I
Ketut Pudja), dan Maluku (Latu Harhary) menyatakan keberatan.
Dalam sidang PPKI I, 18 Agustus 1945, setelah berkonsultasi dengan 4 tokoh
Muslim (Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku
M. Hasan), Bung Hatta mengusulkan perubahan. Tujuh kata setelah “Ketuhanan”
dicoret dan berubah menjadi yang sekarang kita kenal, yakni “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Demi persatuan dan kesatuan, perubahan menjadi dimungkinkan. Para tokoh
muslim mengambil maknanya, bahwa rumusan tersebut tidak mengurangi semangat
ketuhanan bagi pemeluk agama Islam.
Demikian pula dengan 4 sila yang lain: “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”,
“Persatuan Indonesia”, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan”, dan “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Semua berawal dari usulan berbagai tokoh, seperti Seokarno, Soepomo, Moh. Yamin.
Dimusyawarahkan berkali-kali, berpidato, dan saling beradu argumentasi.
Dalam sidang BPUPK antara 29 Mei sampai 1 Juni 1945, dalam pidato singkatnya
di hari pertama, Mohammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia
Merdeka, yaitu kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan
rakyat. Soepomo pada hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu persatuan,
kekeluargaan, mufakat dan demokrasi, musyawarah, dan keadilan sosial. Pada hari
ketiga, Soekarno mengusulkan juga 5 asas. Kelima asas itu adalah, kebangsaan Indonesia,
internasionalisme atau perikemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan sosial,
dan ketuhanan yang Maha Esa. Di akhir pidato, Soekarno menambahkan bahwa kelima
asas tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila, diterima
dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai
hari lahirnya Pancasila.

114 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Musyawarah di antara para pendiri bangsa tidak berjalan mulus begitu saja.
Pembahasan sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” di atas, disertai oleh ancaman
disintegrasi bangsa di awal pendirian negeri kita. Namun, pada akhirnya, semua
peserta sidang bermufakat untuk melatakkan persatuan dan kesatuan di atas ego
dan kepentingan semua pihak. Akhirnya, Pancasila diterima sebagai dasar bernegara,
menjadi ideologi final oleh semua pihak.
Oleh karena itu, hendaknya para tokoh yang sekarang masih memperebutkan sejarah
pencetus istilah “Pancasila” agar mengambil langkah untuk bermufakat, berkompromi
demi kemaslahatan bangsa dan negara. Istilah “Pancasila” telah menjadi miliki kita
semua, milik semua anak bangsa dan negara. Biarlah tetap menjadi “Pancasila”, menjadi
rahasia sampai kapan pun sehingga tetap menjadi amal baik pencetus istilahnya tanpa
perlu kita bersitegang berebut sejarah. Panggung sejarah saat ini adalah milik kita.
Mari kita isi dengan mengamalkan 5 sila dalam Pancasila, bukan berebut mengambil
sisi sejarah dan mengabaikan substansi Pancasila yang luhur.
UUD NRI Tahun 1945 sejarahnya lebih dramatis. Mengalami perubahan, bukan
hanya bunyi pasal dan ayatnya, tetapi juga nama dan isinya. Dari UUD 1945, menjadi
UUD RIS, UUD Sementara, dan kembali menjadi UUD 1945 pada tahun 1959 melalui
Dekrit Presiden. Pada tahun 1999 sampai 2002, setelah melalui musyawarah MPR
(Majelis Permusyawaratan Rakyat), banyak perubahan isi UUD 1945. Istilah yang
dipakai juga menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(sering disingkat menjadi UUD NRI Tahun 1945).
Semua dilakukan melalui proses bermusyawarah. Menghadirkan berbagai pihak
dan bermacam-macam pandangan. Bukan hanya berbeda sebagai alternatif pandangan,
bahkan berseberangan. Ideologi-ideologi dunia memberikan pengaruh kepada para
tokoh kita di tingkat nasional. Hal tersebut membuat jalannya musyawarah menjadi
lebih seru.
Hari ini, Indonesia adalah milik kita semua. Generasi muda saat ini adalah
para pemimpin di masa yang akan datang. Regenerasi dan pergantian tampuk
kepemimpinan pasti terjadi. Terpenting adalah semangat kita yang harus tetap sama:
membangun Indonesia di atas fondasi keragaman. Keragaman adalah potensi maju
bersama. Keragaman adalah fitrah, untuk disyukuri dan dimanfaatkan bagi Indonesia
yang adil, makmur, dan sejahtera. Keragaman hendaknya tidak dipandang sebagai
potensi perpecahan.
Kemerdekaan Indonesia harus kita isi dengan memupuk kebersamaan, bersama
menjaga kesatuan dan persatuan. Indonesia adalah negeri surga yang indah. Ada banyak
pihak dari berbagai negara yang menginginkan Indonesia. Potensi sumber daya alam
yang kita miliki menjadi daya tarik bagi negara-negara yang lain untuk mengambil.
Mereka ingin datang untuk menjajah dan mengeksploitasi. Kita adalah generasi yang
akan menjaga dengan sebaik-baiknya. (Artikel lengkap terdapat di Buku Siswa Kelas
XII).

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 115


6. Proses Pembelajaran di Kelas

Musyawarah Para Pendiri Bangsa dalam Merumuskan


 Topik
Pancasila dan UUD NRI 1945

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik dapat mengetahui sejarah para


Tujuan
 Pembelajaran
pendiri bangsa dalam bermusyawarah dan
merumuskan Pancasila dan UUD NRI 1945

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Menggali Diskusi Kelompok


Pendahuluan Brainstorming Penutup
Pemahaman dan Presentasi

10' 20' 25' 30' 5'


Review dan Mengingat Memori Menjawab tentag Mengaitkan Hasil Ringkasan Hasil
Mengaitkan dengan dan Pemahaman Bagaimana Diskusi dengan Pembelajaran
Materi yang Materi yang Pernah Seharusnya Materi Utama
Sama di Kelas dipelajari Musyawarah
Sebelumnya di Kelas Sebelumnya Diselenggarakan

a. Kegiatan Pendahuluan
1) Peserta didik dipandu guru me-review apa yang ditelah dipelajari dalam pertemuan
sebelumnya, dan mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari dalam pertemuan
ini.
2) Peserta didik mendapatkan penjelasan bahwa sejarah perumusan Pancasila
dan UUD NRI Tahun 1945 telah dipelajari di kelas-kelas sebelumnya. Dalam
pertemuan ini, yang akan didalami adalah musyawarah dengan semangat persatuan
dan membangun bangsa dan negara dengan fondasi ideologi yang kokoh.

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik diminta untuk bercerita tentang perumusan Pancasila dan apa kesan
yang mereka tangkap. Setidaknya, 5 peserta didik diberi kesempatan untuk bercerita.
2) Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi siapa saja para pendiri bangsa yang
terlibat dalam sidang BPUPK dan PPKI, dan apa peran mereka.
3) Peserta didik diminta untuk presentasi hasil identifikasi. Setidaknya 7 peserta didik
dipersilakan untuk menyampaikan pendapatnya. Selanjutnya, semua peserta didik
diminta untuk mengumpulkan jawabannya.

116 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
4) Peserta didik mendapat tambahan penjelasan dari guru. Terutama terkait dengan
diskusi yang belum ketemu titik temu.

Î Pembelajaran Alternatif (Kegiatan Inti)


1) Peserta didik dibagi ke dalam 3-4 kelompok, untuk mengidentifikasi mengiden-
tifikasi siapa saja para pendiri bangsa yang terlibat dalam sidang BPUPK dan
PPKI, dan apa peran mereka.
2) Peserta didik diminta untuk presentasi hasil diskusi kelompok.
3) Peserta didik mendengarkan paparan guru terkait dengan materi. Peserta didik
juga dapat menyampaikan pertanyaan dan tanggapan.

c. Kegiatan Penutup
Guru mengakhiri sesi pertemuan dengan menyampaikan kesimpulan yang didapat
dari kelas hari ini.

Akomodasi Perbedaan Dalam Musyawarah untuk Kemajuan


 Topik
Bangsa dan Negara

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik dapat menghubungkan proses membuat


dan pelaksanaan kesepakatan di sekolah dengan proses
Tujuan
 Pembelajaran
dan pelaksanaan konstitusi dan norma NKRI, sehingga
muncul kesadaran perlunya mematuhi konstitusi dan
norma tersebut sebagai kesepakatan bangsa Indonesia

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Menggali Diskusi Kelompok


Pendahuluan Brainstorming Penutup
Pemahaman dan Presentasi

10' 20' 25' 30' 5'


Review dan Mengingat Memori Menjawab tentag Mengaitkan Hasil Ringkasan Hasil
Mengaitkan dengan dan Pemahaman Bagaimana Diskusi dengan Pembelajaran
Materi yang Materi yang Pernah Seharusnya Materi Utama
Sama di Kelas dipelajari Musyawarah
Sebelumnya di Kelas Sebelumnya Diselenggarakan

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 117


a. Kegiatan Pendahuluan
1) Peserta didik dipandu guru mereview apa yang ditelah dipelajari dalam pertemuan
sebelumnya, dan mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari dalam pertemuan
ini.
2) Peserta didik mendapatkan penjelasan bahwa ada perbedaan pendapat dalam
bermusyawarah, termasuk dalam merumuskan Pancasila dan UUD NRI 1945.

b. Kegiatan Inti
1) Peserta mendengarkan penjelasan guru bahwa dalam sejarah perumusan Pancasila
dan UUD NRI 1945 ada banyak perbedaan pendapat. Ada beberapa contoh
perbedaan pendapat. Namun, para pendiri bangsa berhasil mengakomodir
perbedaan pendapat.
2) Peserta didik melakukan brainstorming dengan guru untuk menjawab pertanyaan
berikut: a) Apakah untuk mendapatkan keputusan bersama harus selalu dilakukan
dengan jalan musyawarah; b) Siapa yang seharusnya terlibat dalam musyawarah;
dan c) Bagaimana cara menghindari dominasi dalam musyawarah?
3) Peserta didik mendengarkan kesimpulan sesi yang akan diberikan oleh guru.

Î Kegiatan Inti Alternatif


1) Peserta didik diminta untuk refleksi apa yang terjadi dalam musyawarah para pendiri
bangsa dengan melihat musyawarah yang terjadi dalam mengambil keputusan di
sekolah: a) Siapa saja yang terlibat dalam musyawarah di sekolah; dan b) Apakah
hasilnya dianggap akomodatif.
2) Peserta didik melanjutkan sesi dengan diskusi kelompok untuk menjawab: Apa
ciri-ciri keputusan musyawarah yang mengakomodir kepentingan peserta?
3) Peserta didik dipersilakan presentasi hasil diskusi kelompok dan melakukan dialog
dengan para peserta didik yang lain.

c. Kegiatan Penutup
Peserta didik mendengarkan kesimpulan dari guru terkait dengan materi. Peserta didik
juga dapat menyampaikan pertanyaan dan tanggapan.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


a. Tuliskan secara ringkas sejarah perumusan Pancasila (cukup 3 alinea)!
b. Bagaimana pendapatmu tentang makna musyawarah?

8. Asesmen/Penilaian
a. Siapa saja yang mengusulkan rumusan Pancasila?
b. Ceritakan secara ringkas proses muyawarah para pendiri bangsa dalam sejarah
perumusan Pancasila

118 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
c. Bagaimana seharusnya musyawarah diselenggarakan, apakah perlu kita memilih
orang-orang tertentu untuk ikut dalam musyawarah?
d. Bagaimana memaknai keragaman warga negara Indonesia (suku, agama, ras, kondisi
ekonomi, sosial, dan pilihan politik) menjadi potensi memajukan Indonesia?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi dalam diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian


dan dialog • Penilaian diri sendiri presentasi dalam kelas
• Pemahaman materi (esai • Penilaian teman sebaya • Keterampilan
dan mencatat informasi menyampaikan pendapat
penting)

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 – 4 dengan ketentuan:


1. Jika peserta didik cukup bertanya saja
2. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 119


d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 4.2 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

120 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
9. Kegiatan Tindak Lanjut
Untuk mendalami materi, guru dapat meminta peserta didik untuk menggali informasi
tentang musyawarah perumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 melalui media
sosial. Ada banyak informasi tertulis dan video yang dapat memperkaya wawasan dan
pemahaman terhadap materi.

10. Refleksi Guru


Sebagai guru, coba pikirkan beberapa hal penting berikut ini:
a. Apakah proses belajar telah mencapai tujuan?
b. Apakah metode belajar telah membuat peserta didik bisa lebih aktif?
c. Apa yang belum dicapai dalam pembelajaran ini?
d. Bagaimana Anda menindaklanjuti kekurangan dari proses ini?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Dukungan orang tua/wali murid sangat penting untuk memudahkan pemahaman
peserta didik. Guru perlu melakukan komunikasi dengan orang tua/wali murid
untuk bercerita tentang beberapa bentuk pelanggaran norma dan konstitusi yang
biasa ditemukan di tengah-tengah keseharian hidup masyarakat. Apa yang selama
ini dilakukan oleh pemerintah atau organisasi lain dalam menghadapi pelanggaran
tersebut. Apakah cara menghadapi selama ini dirasa efektif atau tidak berdampak.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 121


Unit 3
Simulasi Musyawarah
para Pendiri Bangsa

1. Pertanyaan Kunci
a. Apa yang kita ketahui tentang pengertian Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945?
b. Apa saja yang disampaikan oleh para pendiri bangsa dalam musyawarah
merumuskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945?
c. Bagaimana suasana musyawarah di antara para pendiri bangsa dalam merumuskan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945

2. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat menyimulasikan musyawarah para pendiri bangsa berdasarkan
ide-ide yang lebih kompleks tentang rumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

122
3. Deskripsi
Dalam sesi ini, peserta didik akan mendalami materi musyawarah para pendiri
bangsa dengan cara simulasi. Mereka akan memperagakan peran-peran para tokoh,
bagaimana mereka berpidato, dan bagaimana mereka berdebat. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam simulasi ini adalah isi atau substansi yang disampaikan sama dengan
yang disampaikan para tokoh.
Guru akan menentukan pilihan, apakah simulasi atas pidato ataukah debat
antartokoh pendiri bangsa. Kalimat yang digunakan tidak harus sama persis. Simulasi
bisa dengan cara membaca. Guru dapat menugaskan siapa yang akan memerankan
tokoh tertentu. Gaya berbicara dan gerak tubuh diharapkan dapat menyesuaikan sang
tokoh sehingga simulasi terasa lebih hidup.

4. Skema Pembelajaran

2
Jam Pelajaran
Pidato dan Debat para pendiri bangsa dalam Musyawarah
untuk merumuskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945

Kosa Kata Hal yang Perlu Dipersiapkan Sumber


Penting Belajar

• Simulasi • Pidato Soekarno, Moh. Yamin, Soepomo, • Bacaan Unit 3


• Pidato Hatta, dan lain-lain dalam sejarah perumusan Buku Guru
• Debat Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 • Bacaan Unit 3
• Musyawarah • Menyiapkan 2 skenario simulasi. Apakah Buku Siswa
• Pendiri khusus menampilkan pidato ataukah debat
bangsa para tokoh pendiri bangsa
• Merumuskan • Memilih peserta didik, siapa memerankan apa
Pancasila dan • Menyiapkan setting kelas akan seperti apa
UUD NRI sehingga lebih terasa musyawarah zaman
Tahun 1945 dahulu

5. Sumber Bacaan
Kita telah mengetahui sejarah perumusan Pancasila dan sejarah perubahan UUD
NRI Tahun 1945. Semua melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Musyawarah
dilakukan secara elegan dan setara, tidak ada yang diberi posisi dominan di atas
yang lain. Semua pihak berhak menyampaikan pendapat, termasuk keberatan atas
rumusan semua sila Pancasila. Semangat yang dipegang adalah persatuan dan kesatuan.
Hal tersebut yang membuat ideologi negara dapat diterima oleh semua. Kita dapat
menyelenggarakan negara dengan aman dan sentosa.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 123


Kali ini peserta didik akan melakukan simulasi bagaimana proses musyawarah itu
berjalan, bagaimana pidato disampaikan, dan bagaimana debat seru terjadi. Sebagian
peserta didik akan bermain peran menjadi para tokoh yang sedang berpendapat,
sebagian lagi menjadi peserta sidang. Permainan peran tidak dilakukan dalam beberapa
kelompok (regu), melainkan bersama-sama satu kelas sekaligus. Semua berperan dalam
posisi tertentu. Diharapkan dapat secara total memainkan peran yang telah diberikan.
Guru akan memandu dan mengarahkan permainan peran untuk semua peserta
didik. Guru juga akan memilih siapa yang akan memerankan tokoh tertentu, dengan
memperhatikan gaya bicara dan gerak tubuh. Diharapkan kelas dapat ditata sedemikian
rupa sehingga membuat suasana musyawarah masa lampau terasa hadir. Jika perlu,
pakaian juga disiapkan menyerupai pakaian para tokoh pendiri bangsa yang sedang
musyawarah pada saat itu.
Salah satu bahan untuk simulasi adalah video berjudul “Sidang BPUPK”, bisa
diakses melalui tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=zkAw7gtUg9c.
Namun, mengingat durasi video tersebut cukup panjang, peserta didik diminta untuk
menonton terlebih dahulu di rumah. Agar peserta didik juga punya waktu yang lebih
leluasa untuk menonton video yang lain. Video-video yang lain juga dimungkinkan
untuk ditonton, untuk memperkaya pemahaman sejarah perumusan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Simulasi Musyawarah Para Pendiri Bangsa

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik dapat mensimulasikan musyawarah para


Tujuan
 Pembelajaran
pendiri bangsa berdasarkan ide-ide yang lebih kompleks
tentang rumusan Pancasila dan UUD 1945

Langkah-Langkah Pembelajaran

Berbagi Peran Simulasi


Pendahuluan Refleksi Penutup
Simulasi Musyawarah
10' 20' 30' 20' 10'
Review dan Memilih Tema. Peran Pidato, Tanggapan Ringkasan Hasil
Penjelasan Berbagi Peran Debat, dan Peserta Didik Pembelajaran
Sesi Simulasi Peserta Didik, Menjadi Peserta Dikaitkan dengan dan Apresiasi
dan Persiapan. Musyawarah Materi Utama

124 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Peserta didik diminta untuk mereviu apa yang telah dipelajari dalam pertemuan
sebelumnya.
2) Peserta didik menerima penjelasan bahwa materi sebelumnya akan diperdalam
dengan cara simulasi. Dalam simulasi, peserta didik akan memainkan para tokoh
pendiri bangsa.

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik akan dibagi, sebagian memainkan peran tokoh dan sebagian menjadi
audiens. Simulasi kali ini adalah pidato para tokoh, setidaknya Soekarno, Moh.
Yamin, dan Hatta yang telah menyampaikan pidato usulan rumusan Pancasila atau
perubahan rumusan sila pertama Pancasila. Peserta didik dipandu oleh guru akan
menyiapkan kalimat yang akan dipidatokan, dengan merujuk kepada substansi
yang disampaikan para tokoh.
2) Peserta didik melakanakan simulasi. Pembagiannya adalah sebanyak 5 peserta didik
akan duduk di depan menjadi pimpinan sidang. Tiga peserta didik memerankan
Soekarno, Yamin, dan Hatta juga duduk di depan. Bersiap untuk pidato satu
persatu. Sementara itu, peserta didik yang lain berperan menjadi peserta rapat.
3) Guru meminta Peserta didik untuk menanggapi simulasi yang telah dimainkan:
a) Bagaimana perasaan kalian menjadi Soekarno, Yamin, Hatta, Pimpinan Sidang,
atau Peserta Sidang?
b) Apakah ada aura semangat yang kalian rasakan?
c) Apakah ada yang perlu disampaikan, selain yang disampaikan para tokoh
tersebut?

Î Pembelajaran Alternatif (Kegiatan Inti)


1) Guru memandu peserta didik untuk menyiapkan simulasi debat antara pendiri
bangsa dalam perumusan sila pertama Pancasila. Ada ketua sidang, Hatta, para
tokoh Muslim, seperti Ki Bagus Hadikusuma, Wahid Hasyim, Teuku M. Hassan,
dan Kasman Singodimejo. Ada Sam Ratulangi (Sulawesi), Tadjoedin Noor
(Kalimantan), I Ketut Pudja (Nusa Tenggara), dan Latu Harhary (Maluku). Mereka
adalah yang menyampaikan penolakan rumusan sila pertama dari Piagam Jakarta.
Ada 5 pimpinan sidang, lainnya menjadi peserta sidang. Peserta didik bersama
dengan guru akan membagi peran dan menyiapkan skenario.
2) Peserta didik siap melaksanakan simulasi. Bermain peran dalam simulasi
dilaksanakan.
3) Peserta didik melakukan brainstorming untuk menjawab beberapa pertanyaan dari
guru:
a) Bagaimana rasanya menjadi tokoh?
b) Apakah yang kalian sampaikan sudah sesuai dengan yang disampaikan para
tokoh?
c) Apakah ada suasana kebatinan yang kalian rasakan?

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 125


d) Apakah ada hal lain yang seharusnya disampaikan oleh para tokoh?
e) Apa pesan yang kalian tangkap dari sidang (musyawarah) para tokoh?
4) Peserta didik mendapat tambahan penjelasan dari guru terkait dengan materi.

c. Kegiatan Penutup
Peserta didik mendapat tambahan penjelasan dari guru tentang perlunya musyawarah
yang harus menjunjung tinggi keragaman dan mengakomodasi semua kepentingan
agar sebuah keputusan dapat disepakati secara bulat dan dapat dilaksanakan oleh
sebanyak-banyaknya peserta musyawarah. Guru mengakhiri pertemuan dan membuat
kesimpulan atas apa yang sudah dipelajari bersama.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


a. Siapa tokoh yang paling menarik bagi peserta didik?
b. Apa isi pesan yang disampaikan sang tokoh tersebut?

8. Asesmen/Penilaian
a. Sebutkan satu kalimat penting yang disampaikan oleh setidaknya 2 pendiri bangsa
dalam sidang perumusan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
b. Bagaimana pendapat peserta didik, bila kalimat penting tersebut dikaitkan dengan
keadaan saat ini?
c. Setelah sesi ini, apakah peserta didik tertarik untuk terlibat dalam musyawarah-
musyawarah pemuda di tingkat RT atau Desa (Kelurahan)?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi dalam diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian presentasi


dan dialog • Penilaian diri sendiri dalam kelas
• Pemahaman materi (esai • Penilaian teman sebaya • Keterampilan menyampaikan
dan mencatat informasi pendapat
penting)

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

126 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Skala nilai 1 – 4 dengan ketentuan:
1. Jika peserta didik cukup bertanya saja
2. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan
1.
2.
3.
4.
dst.

Gambar 4.3 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 127


memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

9. Kegiatan Tindak Lanjut


Guru dapat meminta kepada para peserta didik untuk memperkaya pengalaman
bermusyawarah dengan cara mereka membuat musyawarah sederhana di antara
mereka. Ada materi yang secara khsusus dibahas, temanya terkait dengan pengalaman
keseharian peserta didik. Peserta didik diminta agar musyawarah mencapai sebuah
kesepakatan, meskipun ada perbedaan pandangan dan kepentingan.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Apakah materi hubungan antara Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 telah
dipahami dengan baik oleh peserta didik?
b. Apakah metode yang digunakan dapat mendorong pemahaman materi secara
efektif?
c. Apakah peserta didik dapat merefleksikan materi dengan apa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakatnya?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Guru dapat menyampaikan kepada orang tua/wali murid tentang tema yang sedang
dibahas dalam pertemuan ini. Diharapkan, orang tua/wali murid akan memberi
tambahan penjelasan berdasarkan pengalaman mereka melakukan musyawarah atas
sesuatu yang sangat penting. Bisa terkait dengan keluarga, masyarakat, atau sebagai
pejabat di tingkat RT atau kelurahan/desa. Hal yang penting juga disampaikan
oleh orang tua/wali kota adalah bagaimana mengatur sebuah musyawarah dengan
kepentingan atau pandangan yang berbeda dan bagaimana sebuah kesepakatan
dapat diputuskan di atas perbedaan. Dengan demikian, peserta didik akan semakin
memahami dan memiliki komitmen untuk terlibat dalam musyawarah yang ada di
sekeliling mereka, di sekolah ataupun di dalam masyarakat.

128 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 4
Analisis Regulasi Berdasarkan
Nilai-Nilai Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945
UUD 1945

TAP MPR

UU/PERPU
PP

PERPR
ES

PERDA PROVINSI

PERDA KAB/KOTA

1. Pertanyaan Kunci
a. Apakah nilai-nilai Pancasila telah terinternalisasi dalam UUD NRI Tahun 1945
dan Peraturan Perundang-undangan di bawahnya?
b. Bagaimana bentuk internalisasi Pancasila dalam UUD NRI Tahun 1945 dan
Peraturan Perundang-undangan di bawahnya?

2. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat memberikan catatan kritis terhadap isi regulasi yang bertentangan
dengan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

3. Deskripsi
Sesi ini akan mengeksplorasi nilai-nilai Pancasila yang seharusnya terinternalisasi dalam
UUD NRI Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya.
Hal pertama yang akan dilakukan adalah menghubungkan antara 5 sila dengan UUD

129
NRI Tahun 1945. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara persis bahwa rumusan
UUD NRI Tahun 1945 sudah mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam 5
sila Pancasila.
Peserta didik juga akan diajak melihat rumusan peraturan perundang-undangan,
seperti undang-undang dan peraturan daerah. Misalnya, dengan membaca Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal demikian
untuk memastikan adanya internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam peraturan perundang-
undangan di bawah UUD NRI Tahun 1945.

4. Skema Pembelajaran

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan UUD NRI

4
2 JP Tahun 1945 dalam Peraturan Perundang-undangan
Eksplorasi Peraturan Perundang-undangan: Apakah
Jam Pelajaran 2 JP Mencerminkan Nilai-Nilai Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Internalisasi • Menyiapkan UU No. 20 • Bacaan Unit 4


• Nilai-Nilai Pancasila Tahun 2003 tentang Sistem Buku Guru
dan UUD NRI Tahun Pendidikan Nasional dan • Bacaan Unit 4
1945 Perundang-undangan yang Buku Siswa
• Peraturan Perundang- lain di tingkat nasional
undangan • Menyiapkan satu atau dua
• Pendidikan Peraturan Derah tingkat
• Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/
• Kemiskinan Kota

5. Sumber Bacaan

Pancasila Tercermin dalam UUD NRI 1945

Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Sedangkan UUD NRI Tahun 1945
adalah sumber hukum tertinggi di Indonesia. Maknanya adalah bahwa Pancasila sebagai
falsafah dan ideologi negara harus tercermin dalam UUD NRI Tahun 1945. UUD
NRI Tahun 1945 menjadi konstitusi, dirumuskan dalam norma hukum, yang dapat

130 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
menerjemahkan 5 sila Pancasila. Selanjutnya, semua produk perundang-undangan yang
ada di Indonesia harus merujuk kepada UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi,
sebagai sumber hukum tertinggi.
Kita mulai dengan memeriksa pasal-pasal dalam UUD NRI Tahun 1945. Jika kita
hubungkan dengan Pancasila, akan ketemu pengelompokan sebagai berikut:

No. Sila Pancasila UUD NRI Tahun 1945

1 Ketuhanan Pasal 29, Bab Agama


Yang Maha Esa
2 Kemanusiaan yang Pasal 28A-28J, Bab Hak Asasi Manusia
Adil dan Beradab
3 Persatuan Indonesia Pasal 1, Bab Bentuk dan Kedaulatan
Pasal 25, Bab Wilayah Negara
Pasal 26-28, Bab Warga Negara dan Penduduk
Pasal 30, Bab Pertahanan dan Keamanan Negara
Pasal 35-36C, Bab Bendera, Bahasa dan
Lambang Indonesia, serta Lagu Kebangsaan
4 Kerakyatan Pasal 2-3, Bab Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
yang Dipimpin
Pasal 4-16, Bab Kekuasaan Pemerintah
Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Pasal 17, Bab Kementerian Agama
Permusyawaratan Pasal 18 -18B, Bab Pemerintah Daerah
Perwakilan Pasal 19-22B, Bab Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 22C-22D, Bab Dewan Perwakilan Daerah
Pasal 22E, Bab Pemilihan Umum
Pasal 23-23D, Bab Hak Keuangan
Pasal, 23E-23G, Bab Badan Pemeriksa Keuangan
Pasal 24-25, Bab Kekuasaan Kehakiman
5 Keadilan Sosial Pasal 31-32, Bab Pendidikan dan Kebudayaan
Bagi Seluruh Pasal 33-34, Bab Perekonomian Nasional
Rakyat Indonesia dan Kesejahteraan Sosial

Sila yang paling sedikit diterjemahkan dalam UUD NRI Tahun 1945 adalah sila
pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hanya ada Pasal 29 yang terdiri dari ayat (1)
dan (2). Namun, 1 pasal tersebut telah menunjukkan posisi negara yang melindungi
kebebasan beragama. Sila kedua diterjemahkan ke dalam 10 pasal yang rinci mengenai
ragam hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh negara. Paling banyak adalah sila
keempat, pasalnya mencakup tata aturan penyelenggaraan dan kelembagaan negara.
Mulai dari MPR, DPR, DPD, BPK, sampai terkait dengan Pemilihan Umum,
Kekuasaan Pemerintah dan Keuangan Negara. Sila kelima hanya 4 pasal, tetapi
posisinya powerfull karena mengatur pendidikan, kebudayaan, perekonomian nasional,
dan kesejahteraan sosial.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 131


Apakah pasal-pasal dalam UUD NRI Tahun 1945 tersebut cukup? Masing-
masing kita bisa berbeda pendapat. Apabila kita memiliki usulan penambahan atau
pengurangan pasal UUD NRI Tahun 1945, boleh ditulis dan diberikan penjelasan atau
argumentasi yang kuat. Apabila MPR melakukan sidang untuk meninjau UUD NRI
Tahun 1945, usul kita bisa disampaikan.

Internalisasi Pancasila dalam Peraturan Perundang-undangan


Pancasila diterjemahkan ke dalam UUD NRI Tahun 1945. Berikutnya, UUD NRI
Tahun 1945 menjadi sumber hukum peraturan perundang-undangan di bawahnya,
terdiri dari TAP MPR, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi,
dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, diharapkan peraturan
perundang-undangan mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam 5 sila Pancasila.
Berikut adalah tulisan dari Dr. Ali Taher Parasong, Anggota DPR periode 2014-
2019 dan 2019-2024, kelahiran Flores Timur. Tulisan ini lebih jauh menyampaikan
tentang internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pembentukan perundang-undangan.

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila


dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Oleh: Dr. Ali Taher Parasong, SH. MH.

Secara teoritis, Pancasila merupakan falsafah negara (philosofische gronslag).


Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara dan dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Ada lima prinsip sebagai philosofische
grondslag bagi Indonesia, yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau
peri-kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan
yang berbudaya.
Dari sudut sejarah, Pancasila sebagai dasar negara pertama-tama diusulkan
oleh Ir.Soekarno pada sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia tanggal 1 Juni 1945, yaitu pada waktu membahas
Pancasila sebagai dasar negara. Sejak saat itu pula Pancasila digunakan sebagai
nama dari dasar falsafah negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia,
meskipun untuk itu terdapat beberapa tata urut dan rumusan yang berbeda.
Pancasila sebagai dasar negara, hal ini berarti bahwa setiap tindakan rakyat
dan Negara Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Secara historis, Pancasila
diambil dari budaya bangsa Indonesia sendiri, sehingga mempunya fungsi dan
peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

132 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Sejarah membuktikan pada 1 Oktober 1965, persatuan dan kesatuan segenap
kekuatan yang setia kepada Pancasila mampu mematahkan pemberontakan
G30S/PKI yang bertujuan mengubah Pancasila dan meninggalkan UUD NRI
Tahun 1945. Peristiwa tersebut membuktikan usaha mengganti Pancasila dengan
ideologi lain akan mendapat perlawanan rakyat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal, sehingga harus diinternalisasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk pembangunan hukum.
Dalam kaitannya dengan pembangunan, hukum mempunyai fungsi sebagai
pemelihara ketertiban dan keamanan, sarana pembangunan, penegak keadilan,
dan pendidikan masyarakat.
Pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai bagian dari
pembangunan hukum yang diarahkan untuk mencapai tujuan negara harus
berpijak kepada nilai-nilai Pancasila.
Makalah ini akan membahas tentang negara hukum Pancasila dan nilai-
nilai Pancasilan dalam pembentukan peraturan perundangan-undangan. (Tulisan
lengkap ada di Buku Siswa)
Sumber: https://fh.umj.ac.id/internalisasi-nilai-nilai-pancasila-dalam-pembentukan-peraturan-perundang-undangan/

6. Proses Pembelajaran di Kelas

Internalisasi Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam


 Topik
Peraturan Perundang-undangan

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengankondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik dapat memahami bagaimana


Tujuan menginternalisasi nilai-nilai dalam Sila Pancasila dan
 Pembelajaran Pembukaan dan Pasal-pasal UUD NRI 1945 dalam
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Langkah-Langkah Pembelajaran

Baca Teks Diskusi Kelompok Penutup


Pendahuluan Perundang- Refleksi
dan Presentasi
undangan
10' 25' 40' 10' 5'
Review Pencapaian Peserta Didik Menjawab Lembar Tanggapan Guru Ringkasan Hasil
Beberapa Membaca Pertanyaan Dikaitkan dengan Pembelajaran
Pertemuan Perundang- yang Dikaitkan Materi Utama
Sebelumnya undangan dengan Materi
yang Dipilih.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 133


a. Kegiatan Pendahuluan
1) Peserta didik melakukan review atas apa yang telah dicapai dalam pertemuan
sebelumnya. Peserta didik juga mendapatkan penjelasan dari guru tentang apa
yang akan dipalajari dalam pertemuan saat ini dan hubungan dengan materi-
materi sebelumnya.
2) Peserta didik menyampaikan apa saja yang sudah di dapat dari beberapa pertemuan
sebelumnya. Dengan cara setiap peserta menyebutkan 1 kata kunci dari materi-
materi sebelumnya.

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik membaca materi yang ada dalam Buku Siswa.
2) Peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan menjawab pertanyaan reflektif
dari guru: a) Apakah menurut Anda, UUD NRI 1945 sudah benar-benar
mencerminkan nilai 5 sila Pancasila; dan b) Bagaimana cara menginternalisasi
Pancasila ke dalam UUD NRI 1945 dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya,
3) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan dialog dengan peserta
yang tidak presentasi.

Î Pembelajaran Alternatif (Kegiatan Inti)


4) Peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi beberapa
kegiatan keseharian yang mencerminkan internalisasi Pancasila dan UUD NRI
1945. Setiap kelompok memilih 1 Sila dalam Pancasila dan 1-2 Pasal dalam
UUD NRI 1945, kemudian diberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang
menunjukkan adanya internalisasi.
5) Peserta didik dipandu guru melakukan brainstoming dan memberi contoh
internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
6) Peserta didik beberapa di antaranya akan ditanya secara langsung oleh guru, untuk
mengukur tingkat pemahaman.

c. Kegiatan Penutup
Guru mengakhiri sesi memberi penjelasan guru terkait beberapa hal yang tidak dapat
diselesaikan dalam presentasi dan diskusi.

Eksplorasi Peraturan Perundang-undangan: Apakah


 Topik
Mencerminkan Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945
Saran 2 Jam Pelajaran
秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)
Tujuan Peserta didik dapat memberikan catatan kritis terhadap isi
 Pembelajaran regulasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945

134 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Peserta didik akan mendengarkan penjelasan dari guru tentang apa materi yang
akan dikaji hari ini.
2) Peserta didik dipandu guru akan melakukan review atas apa yang telah dicapai
dalam pembelajaran sebelumnya, dan apa kaitan dengan materi dalam sesi hari ini.

b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik membaca 1 peraturan perundang-undangan yang disediakan oleh
guru. Peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk menjawab pertanyaan
sebagai berikut: “Cocokkan pasal dan ayat dalam peraturan perundang-undangan
yang Anda baca dengan sila dalam Pancasila”.
2) Peserta didik memastikan apakah nilai-nilai Pancasila juga tercermin dalam
peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Hal demikian dilakukan
dengan cara mendengarkan presentasi dan berdialog dengan guru.
3) Peserta didik akan mendengarkan penjelasan guru yang akan menambah materi
terkait dengan apa peran masyarakat, termasuk pelajar, agar Pancasila tercermin
dalam peraturan perundang-undangan.

Î Kegiatan Inti Alternatif


4) Produk perundang-undangan yang dibuka bukan hanya 1 undang-undang untuk
semua kelompok, tetapi dapat dilakukan terhadap 3-4 produk perundang-undangan
(tingkat nasional, daerah, dan desa), disesuikan jumlah kelompok diskusi.
5) Masing-masing kelompok akan melakukan diskusi. Lankah-langkahnya mengikuti
dalam Kegiatan Inti di atas.

c. Kegiatan Penutup
Guru akan mengakhiri sesi dengan memberikan kesimpulan dan menyampaikan materi
apa yang akan dipelajari dalam pertemuan selanjutnya.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Bacalah salah satu peraturan perundang-undangan di bawah UUD NRI Tahun 1945.
Periksalah setidaknya 15 pasal dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Lakukan
identifikasi pasal-pasal tersebut merupakan cerminan dari sila ke berapa dari Pancasila.
Kerjakan dengan mengisi tabel berikut:

No. Pasal dalam Peraturan Mencerminkan Pengamalan


Perundang-undangan Sila Keberapa
1.
2.
3.

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 135


8. Asesmen/Penilaian
a. Berikan contoh internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam UUD NRI Tahun 1945
dan Peraturan Perundang-undangan di bawahnya.
b. Apa perasaan kalian jika menemukan peraturan perundang-undangan tidak
mencerminkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945?
c. Apa yang akan kalian lakukan bila menemukan pasal dan ayat dalam peraturan
perundang-undangan tidak mencerminakn nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi dalam diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian


dan dialog • Penilaian diri sendiri presentasi dalam kelas
• Pemahaman materi (esai • Penilaian teman sebaya • Keterampilan
dan mencatat informasi menyampaikan pendapat
penting)

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 – 4 dengan ketentuan:


1. Jika peserta didik cukup bertanya saja
2. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4. Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;

136 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan
1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 4.4 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

Bagian 2 | Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 137


9. Kegiatan Tindak Lanjut
Guru dapat meminta kepada peserta didik untuk membaca peraturan perundang-
undangan di berbagai tingkatan (nasional sampai daerah dan desa) dalam berbagai
tema. Bisa membaca undang-undang atau peraturan daerah dengan berbagai tema,
seperti pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, pertanahan, pariwisata,
dan seterusnya. Hal tersebut akan menambah wawasan dan pemahaman peserta didik
tentang peraturan perundang-undangan.
Hal yang juga penting ditegaskan kepada peserta didik adalah keharusan peraturan
perundang-undangan mengacu kepada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 sehingga
terpatri dalam benak peserta didik tentang pelayanan kepada warga negara. Perspektif
ini akan menjadi cara pandang peserta didik terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan dari tingkat nasional sampai desa, dengan berbagai tema. Semua kembali
kepada pelayanan dan perlindungan warga negara.

10. Refleksi Guru


Guru perlu melakukan refleksi setelah proses pembelajaran selesai, dengan cara
menjawab beberapa pertanyaan berikut:
a. Apakah materi telah diserap dengan baik oleh peserta didik?
b. Apakah peserta didik telah mendapat pengalaman baru?
c. Apakah metode yang digunakan dan langkah-langkah pembelajaran berjalan
efektif?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Orang tua/wali murid memiliki pengalaman yang banyak terkait dengan pelaksanaan
perundang-undangan, baik di tingkat nasional maupun daerzah, terutama dikaitkan
dengan pertanyaan apakah peraturan perundang-undangan telah memenuhi hajat hidup
orang banyak atau tidak. Semua pengalaman tersebut menjadi bahan yang sangat baik
untuk disampaikan kepada peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu menyampaikan
kepada orang tua/wali murid tentang perlunya mereka berbagi pengalaman dengan
anak-anaknya.

138 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA, 2022
Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Penulis: Ali Usman, dkk.
ISBN : 978-602-244-658-3 (jil.3)

Bagian 3
Bhinneka Tunggal Ika
A. Gambaran Umum
Di kelas X, peserta didik telah mempelajari bagaimana sebuah identitas terbentuk.
Identitas, baik individu maupun kelompok, adakalanya tercipta secara natural, juga
dibentuk secara sosial. Peserta didik telah mempelajari bagaimana pentingnya,
mengenali, menghargai, dan membangun upaya kolaborasi kebudayaan. Terakhir,
Peserta didik juga telah mempelajari bagaimana menanamkan kebanggaan akan
kekayaan atau jati diri yang dimilikinya, tanpa merendahkan identitas yang dimiliki
oleh kelompok lain, serta menunjukkan contoh kekayaan yang dimiliki oleh bangsa kita.
Sebagian besar materi pada kelas XI merupakan penajaman dari apa yang peserta
didik pelajari di kelas X. Sebagai tambahan, di kelas XI peserta didik juga mempelajari
dengan objektif bagaimana kasus-kasus atau peristiwa yang merusak kebinekaan.
Peserta didik telah mengenali bagaimana latar belakang diskriminasi terjadi, siapa
yang melakukan dan siapa yang menjadi korbannya.
Apa yang peserta didik dapatkan di kelas X dan XI akan menjadi fondasi untuk
memahami pembahasan mengenai jati diri dan kebinekaan di kelas XII. Bedanya hanya
pada pengembangan untuk mengkajinya secara kritis, terutama pada kasus-kasus yang
berkaitan dengan diskriminasi, pelabelan negatif, dan perundungan.

B. Peta Konsep

  
Warga Dunia Kolaborasi Kampanye dan Menjadi
Duta Perdamaian

C. Capaian Pembelajaran
Pembelajaran yang ingin dicapai pada bagian ini adalah kemampuan peserta didik untuk:
1. menganalisis pengaruh keanggotaan kelompok lokal, regional, nasional, dan global
terhadap pembentukan identitas;
2. berespons secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan
dan masyarakat, untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik;
3. memahami pentingnya dan menunjukkan sikap saling menghormati dalam
mempromosikan pertukaran budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling
terhubung;

140 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
4. aktif mempromosikan kebinekaan, mempertautkan kearifan lokal dengan budaya
global, serta mendahulukan produk dalam negeri; dan
5. menganalisis secara kritis kasus-kasus yang merusak kebinekaan dan secara kreatif
dan inovatif memberikan solusinya.

D. Strategi Pembelajaran
Untuk mencapai capaian pembelajaran di atas, ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan. 
1. Group Resume (Resum Kelompok) adalah salah satu model pembelajaran
kelompok yang biasanya menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu.
Resume akan menarik dilakukan dalam grup dengan tujuan membantu peserta
didik menjadi lebih akrab.
2. Grafik Pengorganisasi TIK, grafik yang digunakan untuk membantu peserta
didik mengorganisasikan informasi sebelum, saat, dan setelah pembelajaran. Grafik
ini membantu peserta didik untuk mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dan
mengaitkan dengan pengetahuan yang baru. 
3. Refleksi, kegiatan yang ditujukan untuk memeriksa pencapaian peserta didik pada
akhir pembelajaran. Kegiatan ini membantu proses asesmen pada diri sendiri. 
4. Proyek, kegiatan yang meminta peserta didik menghasilkan sebuah produk (media
visual) dari hasil pengolahan dan sintesis informasi. Kegiatan ini membantu peserta
didik mengekspresikan pemahaman dalam bentuk yang variatif. 
5. Diskusi kelompok, berdiskusi dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan peran
setiap anggota kelompok. Dilanjutkan dengan berbagi informasi dari kelompok
sebelumnya serta berdiskusi dalam kelompok baru untuk memperoleh tanggapan
lebih banyak. 
6. Metode Socratic Circles merupakan suatu metode pembelajaran yang digunakan
dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan.
Peserta didik dibagi menjadi 2 peran, circle yang pertama sebagai peserta diskusi,
circle yang kedua sebagai observer.
7. Jurnal Harian, mencatat aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan topik yang
sedang dibicarakan. Kegiatan ini membantu proses penilaian capaian yang berkaitan
dengan penerapan nilai. 
8. The Power of Two (Kekuatan Dua Kepala), aktivitas pembelajaran ini digunakan
untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta
manfaat sinergi dua orang. Strategi ini memiliki prinsip bahwa berpikir berdua
jauh lebih baik daripada berpikir sendiri.
9. Project Based Learning, metode pembelajaran berbasis proyek/kegiatan. Project
based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (Student Centered Learning) di mana peserta didik melakukan investigasi yang
mendalam terhadap suatu topik. Dalam konteks ini, peserta didik secara konstruktif
dan kolaboratif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis
riset terhadap suatu permasalahan.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 141


142
E. Skema Pembelajaran
Judul Saran Tujuan Pokok Materi Kata Kunci Metode Alternatif Metode Sumber Belajar
Unit Periode Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Menjadi Warga 2 x pertemuan, Peserta didik • Ragam Identitas • Warga Dunia • Diskusi Kelompok • Diskusi Kelompok Sumber Utama
Dunia masing-masing diharapkan mampu dalam Diri Kita • Keragaman • Presentasi • Presentasi • Bacaan Unit 1 Buku Guru
pertemuan 2 menganalisis • Menemukan “Kita” • Pancasila • Refleksi • Tanya Jawab • Bacaan Unit 1 Buku Siswa
jam pelajaran pengaruh dari pada Diri “Mereka”
keanggotaan
kelompok lokal,
regional dan
nasional terhadap
pembentukan
identitas. Peserta
didik juga diharapkan
mampu menjelaskan
fenomena identitas
ganda, bineka atau
multiple identities
yang melekat pada
diri individu atau
kelompok.

Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Judul Saran Tujuan Pokok Materi Kata Kunci Metode Alternatif Metode Sumber Belajar
Unit Periode Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Kolaborasi dan 2 x pertemuan, Peserta didik • Pentingnya • Kolaborasi • Diskusi • 2 Stay 3 Stray/Gallery Sumber Utama
Kerja sama masing-masing memahami promosi pertukaran budaya • Membahas hasil Walk • Bacaan Unit 2 Buku Guru
Lintas Budaya pertemuan 2 pentingnya promosi dan kolaborasi • Multikultural diskusi • Bacaan Unit 2 Buku Siswa
jam pelajaran pertukaran budaya budaya dalam • Komunikasi • The Power of Two
dan kolaborasi dalam dunia yang saling lintas budaya • Socrative circles Pengayaan
dunia yang saling terhubung • Internet
terhubung. Peserta • Menunjukkan • Media masa
didik juga diharapkan sikap saling • Lingkungan sekitar
mampu menunjukkan menghormati
sikap saling dalam
menghormati dalam mempromosikan
mempromosikan pertukaran dan
pertukaran dan kolaborasi budaya
kolaborasi budaya.

Kampanye 1 x pertemuan Peserta didik diajak • Demo Masak atau • Nusantara • Project Based Sosialisasi di Media Sosial Sumber Utama
Keragaman dengan 4 jam untuk turut aktif dalam Menghidangkan • Kampanye Learning • Bacaan Unit 3 Buku Guru
Budaya pelajaran mempromosikan Kuliner Daerah • Keragaman • Demo Masak • Bacaan Unit 3 Buku Siswa
kebinekaan, • Kuliner • Mencari dan
mempertautkan Menghidangkan
kearifan lokal dengan Kuliner Nusantara
budaya global, dan • Refleksi
mendahulukan produk
dalam negeri.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika


143
144
Judul Saran Tujuan Pokok Materi Kata Kunci Metode Alternatif Metode Sumber Belajar
Unit Periode Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Menjadi Duta 3 x pertemuan, Peserta didik • Menganalisis • Diskriminasi • Diskusi Kelompok Sumber Utama
Perdamaian masing-masing menganalisis secara secara Kritis • Keragaman • Studi Kasus • Bacaan Unit 4 Buku Guru
pertemuan 2 kritis kasus-kasus Kasus-kasus • Tradisi • Presentasi • Bacaan Unit 4 Buku Siswa
jam pelajaran yang merusak Diskriminasi dan • Memahami yang • Tanya Jawab
kebinekaan. Peserta Intoleransi Lain • Refleksi
didik diharapkan • Menjadi Duta • Intoleransi Pengayaan
mampu memberikan Perdamaian
https://sains.kompas.com/read/2
solusi atas persoalan • Memahami
018/12/20/140400723/toleransi-
yang merusak Orang Lain
yang-sebenarnya-di-indonesia-
kebinekaan tersebut (Understanding
bukan-hal-mustahil?page=all.
secara kreatif dan Others)
dan bacaan-bacaan lain yang
inovatif. Peserta
relevan dengan tema di unit ini.
didik merespon
terhadap kondisi dan
keadaan yang ada
di lingkungan dan
masyarakat untuk
menghasilkan kondisi
dan keadaan yang
lebih baik.

Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 1
Menjadi Warga Dunia

1. Pertanyaan Kunci
Unit ini hendak mengkaji tentang eksistensi kita sebagai warga dunia. Untuk memahami
bagaimana hubungan tersebut, kita bisa menelusurinya melalui pertanyaan, “Sebagai
warga dunia, apa sikap yang harus kita tunjukkan terhadap ragam jati diri serta identitas
yang ada di berbagai belahan dunia?”

2. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, peserta didik diharapkan mampu menganalisis pengaruh dari keanggotaan
kelompok lokal, regional, dan nasional terhadap pembentukan identitas. Peserta didik
juga diharapkan mampu menjelaskan fenomena identitas ganda, bineka atau multiple
identities yang melekat pada diri individu atau kelompok.

145
3. Deskripsi
Setiap identitas yang melekat pada diri kita, sesungguhnya tak pernah tunggal. Jika
ditelusuri, kita menyimpan ragam identitas. Pada unit ini, peserta didik akan diajak
untuk mengenali bahwa dalam diri kita ada bermacam-macam identitas. Semakin kita
mencari identitas tunggal, semakin tidak mudah kita menemukannya. Dengan kata
lain, pada diri kita ada mereka, begitu juga pada diri mereka ada kita.
Pemahaman terhadap hal seperti ini diharapkan akan membangun kesadaran,
bahwa dalam konteks yang lebih kecil seperti individu sekalipun, di dalamnya ada
keragaman.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4 2 JP Ragam Identitas dalam Diri Kita

Jam Pelajaran 2 JP Menemukan “Kita” pada Diri “Mereka”

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Warga dunia • Spidol/kapur tulis Sumber Utama


• Keragaman • Kertas A4 sebanyak 5 lembar/ • Bacaan Unit 1 Buku Guru
• Pancasila kertas untuk peserta didik • Bacaan Unit 1 Buku Siswa
mencatat hasil diskusi
• Contoh diagram peta pikiran
dan diagram Venn

5. Sumber Bacaan
Guru meminta peserta didik membaca artikel di bawah ini.

PF Dahler, Tokoh Pergerakan Nasional


Keturunan Indo-Belanda

Pieter Frederich Dahler, atau lebih dikenal sebagai PF Dahler atau Frits Dahler,
adalah seorang politisi dan aktivis keturunan Indo-Belanda dalam pergerakan
nasional. Lahir di Semarang pada 21 Februari 1883, ia mengawali karier sebagai
pejabat di kantor pemerintah kolonial Belanda. Setelah itu, PF Dahler terjun

146 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
ke dunia pergerakan nasional, menjadi guru di sekolah-sekolah kolonial, hingga
menjadi anggota BPUPKI. Pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, PF
Dahler resmi memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Amir Dahlan.
Namun, menjelang akhir hidupnya, ia sempat ditangkap oleh Belanda karena
dianggap sebagai pengkhianat. (Artikel lengkap ada di Buku Siswa)

Sumber: https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/11/100000479/pf-dahler-tokoh-pergerakan-nasional-keturunan-indo-belanda?page=all.

Terhadap bacaan di atas, peserta didik diajak untuk merefleksikan indentitas,


keragaman, serta nilai-nilai kehidupan bersama sebagai masyarakat dunia.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Ragam Identitas dalam Diri Kita

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik mampu menggambarkan tentang jati diri


Tujuan
 Pembelajaran
yang melekat pada diri seseorang atau sebuah kelompok
yang sesungguhnya terbentuk dari keragaman.

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Membaca Diskusi Kelas


Mengisi
dan Membuat Besar dan Refleksi
Grafik TIK
Catatan Penting Presentasi

15’ 20’ 40’ 15’

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik mengisi grafik TIK tentang identitas untuk mengetahui
apa yang telah dipelajari di kelas sebelumnya, serta apa yang hendak diketahui lebih
mendalam.
Peserta didik mengisi tabel KWL. KWL adalah kepanjangan dari What I Know,
What I Want to Know, dan What I Learned, yang berarti “Apa yang saya tahu”, “apa yang
saya ingin ketahui”, dan “apa yang telah saya ketahui”.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 147


Tabel 5.1 Lembar Kerja Peserta Didik

Saya Tahu .. Saya Ingin Tahu … Saya Telah Ketahui ...


diisi di awal pembelajaran diisi di awal pembelajaran diisi di akhir pembelajaran

Keterangan
• Pada kolom Saya Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ketahui tentang Identitas
Majemuk/Bineka (diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Ingin Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ingin tahu lebih ba-
nyak tentang Identitas Majemuk/Bineka (diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Telah Ketahui, peserta didik menuliskan hal baru yang mereka pelajari
tentang Identitas Majemuk/Bineka (diisi di akhir pembelajaran).

b. Kegiatan Inti
1) Guru meminta peserta didik untuk membaca materi pembelajaran serta artikel
yang disediakan.
2) Peserta didik membuat catatan-catatan mengenai poin penting yang akan menjadi
bahan diskusi mereka di kelas besar.
3) Guru memandu peserta didik untuk mendiskusikan:
a) Siapa sesungguhnya “kita” dalam kaitannya dengan demografi penduduk dunia?
b) Pada contoh yang ditemukan dalam bahan bacaan, bagaimana jati diri seseorang
terbentuk atau tercipta?
c) Silakan dielaborasi hakikat dari jati diri kita, apakah kita beridentitas tunggal,
beridentitas ganda, atau beridentitas majemuk?
4) Guru memfasilitasi peserta didik untuk mendiskusikan poin-poin di atas serta hal
lain yang memiliki relevansi dengannya.
5) Peserta didik bisa saling menguji argumennya masing-masing dengan difasilitasi
oleh guru.

Î Alternatif Kegiatan Belajar


1) Guru memberikan sebuah artikel mengenai pengaruh globalisasi terhadap
kehidupan sehari-hari.
Tautan artikel: https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/dampak-globalisasi-di-­
bidang-sosial-budaya
2) Guru membagikan sebuah lembar kerja kepada setiap peserta didik untuk menjawab
beberapa pertanyaan terkait dengan artikel tersebut.

148 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
3) Setiap peserta didik diminta untuk mengisi bagian pertama dan kedua.
4) Setelah itu, peserta didik diminta untuk berkelompok maksimal 3 orang.
5) Setiap kelompok diberikan 3 menit untuk membagikan pandangannya masing-
masing.
6) Setiap peserta didik diminta untuk menuliskan informasi yang didapat dari teman
satu kelompoknya.
7) Terakhir, setiap kelompok akan membuat sebuah kesimpulan.

Tabel 5.1 Lembar Kerja Peserta Didik

Hal apa yang perlu


Apa dampak positif Apa dampak negatif
dilakukan dalam memahami
dari globalisasi? dari globalisasi
fenomena globalisasi?

Respons anggota 1 Respons anggota 2 Kesimpulan kelompok

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskannya di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

 Topik Menemukan “Kita” pada Diri “Mereka”

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan tentang


Tujuan
 Pembelajaran
bagaimana mereka yang memiliki kesamaan-kesamaan
identitas dengan kita, ternyata juga ada di tempat yang lain

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 149


Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Review materi Diskusi


Diskusi Kelas Refleksi
sebelumnya Kelompok Kecil

15’ 20’ 40’ 15’

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali topik pembahasan dari
pertemuan sebelumnya dan mengajak peserta didik untuk membuka wawasan mengenai
eksistensi dari kelompok masyarakat atau individu yang memiliki kesamaan ciri atau
identitas dengan kita yang ada di Indonesia.

b. Kegiatan Inti - Ide Pembelajaran


1) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok.
2) Masing-masing kelompok mencoba mengenali:
a) Siapa saja yang memiliki kesamaan identitas dengan kita yang telah menjelajahi
belahan negara lain di dunia dan menetap di sana.
b) Kelompok masyarakat yang tinggal di negara lain yang mulanya adalah mereka
yang beridentitas sama dengan kita.
3) Buatlah infografis sederhana untuk mengidentifikasi hal tersebut, bisa secara
individu atau berkelompok. Gunakan perangkat handphone untuk mencari bahan
sebanyak-banyaknya sebagai pendukung materi ini.
4) Guru memandu peserta didik untuk mendiskusikan hasil temuan mereka.

Contoh infografis sederhana.

Barrack Obama
Presiden Amerika Serikat 2008 dan 2012

Ayah tirinya warga Indonesia

Pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta


Barrack Obama [biography.com]

150 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Kampung Jawa
di Bangkok, Thailand

Mulai tinggal di Bangkok


awal abad ke-19

Sudah 3 generasi
Mulai tinggal di Bangkok

Sudah 4000 populasi


mereka di Sathorn, Thailand

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

 Lembar Kerja 1 Grafik TIK

Saya Tahu .. Saya Ingin Tahu … Saya Telah Ketahui ...


diisi di awal pembelajaran diisi di awal pembelajaran diisi di akhir pembelajaran
Foto: Kemendikbudristek/Tedi Kholiludin (2018)

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 151


Keterangan
• Pada kolom Saya Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ketahui tentang Pancasila
(diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Ingin Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ingin tahu lebih ba-
nyak tentang Pancasila (diisi di awal pembelajaran)
• Pada kolom Saya Telah Ketahui, peserta didik menuliskan hal baru yang mereka pelajari
tentang Pancasila (diisi di akhir pembelajaran)

 Lembar Kerja 2 Kolom Refleksi

Tanggal :

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang …
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, untuk menguji pemahaman peserta didik, asesmen diberikan kepada
peserta didik sebagai berikut:
a. Membuat infografis pemahaman konten yang berjudul “Kita, Masyarakat Global
dan Pancasila”.
b. Mempresentasikan hasil diskusi yang disertai tanya jawab dengan audiens.

152 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Konten dan identifikasi • Kerja sama tim. • Presentasi di hadapan peserta


peserta didik terhadap • Kontribusi terhadap didik yang lain
eksistensi kita sebagai apa yang dihasilkan • Efektivitas penyajian
bagian dari warga dunia oleh tim tersebut infografis
• Penugasan kepada peserta
didik untuk mengelaborasi
lebih lanjut contoh dari
eksistensi kita dalam
masyarakat global
• Konten infografis

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan
solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 153


d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1
2
3
4
5
dst.

Gambar 5.1 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

154 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
9. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik, dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 155


k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua /wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
anak didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

156 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 2
Kolaborasi dan Kerja Sama
Lintas Budaya

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dikaji pada unit ini adalah:
a. Bagaimana memahami pentingnya promosi pertukaran budaya dalam dunia yang
saling terhubung?
b. Bagaimana memahami pentingnya kolaborasi budaya dalam dunia yang saling
terhubung?
c. Bagaimana cara menunjukkan sikap saling menghormati dalam mempromosikan
pertukaran budaya di dunia yang saling terhubung?
d. Bagaimana cara menunjukkan sikap saling menghormati dalam kolaborasi budaya
di dunia yang saling terhubung?

157
2. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, peserta didik diajak untuk memahami pentingnya promosi pertukaran
budaya dan kolaborasi dalam dunia yang saling terhubung. Selain itu, peserta didik juga
diharapkan mampu menunjukkan sikap saling menghormati dalam mempromosikan
pertukaran dan kolaborasi budaya.

3. Deskripsi
Pada unit ini, peserta didik diajak untuk mendiskusikan tentang kolaborasi budaya
dan bagaimana mempromosikan hal tersebut. Seperti halnya yang dilakukan di kelas
XI, yang dilakukan di kelas XII juga mendiskusikan topik serupa. Perbedaannya hanya
pada bagaimana kolaborasi itu dipromosikan dengan menggunakan media sederhana
yang ada di lingkungan sekolah. Peserta didik akan belajar mempromosikan kolaborasi
tersebut melalui media majalah dinding atau mading yang sudah tersedia atau sengaja
dibuat untuk kepentingan tersebut.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4
Pentingnya Promosi Pertukaran dan Kolaborasi
2 JP Budaya dalam Dunia yang Saling Terhubung

Menunjukkan Sikap Saling Menghormati dalam


Jam Pelajaran 2 JP Mempromosikan Pertukaran dan Kolaborasi Budaya

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Kolaborasi • Kertas HVS Sumber Utama


budaya • Kertas manila/asturo/ • Materi Unit 2 Buku Guru
• Multikultural • styrofoam • Materi Unit 2 Buku Siswa
• Komunikasi • Spidol warna-warni
Sumber Pengayaan
lintas budaya • Pensil
• Internet
• Bolpoin warna-warni
• Media massa
• Penggaris
• Lingkungan sekitar
• Penghapus

158 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
5. Sumber Bacaan

Membangun Dialog dan Kolaborasi Budaya


Penghormatan terhadap kebudayaan bangsa lain adalah sikap adiluhung yang penting
untuk ditunjukkan siapa pun. Menghormati kebudayaan lain berarti mengakui bahwa
pada masing-masing tradisi, ada nilai yang diyakini dan menjadi pedoman hidup serta
norma penduduknya.
Menghormati dan penerimaan (respect and recognition) adalah prasyarat untuk
hidup bersama. Betapa pun ada perbedaan di antara elemen-elemen yang tumbuh
di satu ruang, tetapi hal tersebut tidak lantas menjadi alasan untuk menafikan satu
dengan yang lainnya.
Dalam situasi apa pun, terutama pada konteks masyarakat global yang sedemikian
plural, dialog harus menjadi pokok dari aktivitas promosi dan kolaborasi antarbudaya.
Dialog menjadi jembatan penghubung bagi elemen yang berbeda. Promosi dari
kolaborasi hanya mungkin dilakukan jika respek dan rekognisi disambungkan dengan
dialog.
Swidler dan Mojzes mengajukan prinsip yang mereka sebut sebagai dialog
mendalam atau deep-dialogue. (Swidler dan Mojzes: 2000, 156). Artinya, apa yang
menjadi dasar dari fakta kepelbagaian haruslah dikelola dengan menggunakan
manajemen “dialog yang mendalam”. Proses yang berkesinambungan menjadi karakter
dari dialog atau biasa juga dikenal dengan the continuum principle.
Pada kampung dunia, pada awalnya, masing-masing peradaban tidak bergerak ke
mana-mana. Mereka ada di tempatnya masing-masing. Semua elemen itu terpolarisasi
satu dengan yang lainnya. Tidak ada perjumpaan antarkelompok, bahkan terkesan
saling berhadap-hadapan, karenanya belum ada dialog dalam posisi tersebut. Inilah
yang disebut sebagai ”destructive dialogue”.
Setelah melewati fase itu, ada satu tahap dialog yang disebut sebagai ”disinterested
dialogue”. Semua elemen sudah tidak lagi saling memusuhi. Mereka berupaya sekeras
mungkin menerapkan prinsip toleransi satu dengan yang lain. Meskipun begitu, mereka
masih tetap memiliki kemutlakannya masing-masing. Hanya sekadar mengakui bahwa
yang lain ada.
Level berikutnya adalah “dialogical dialogue”. Berbeda dengan dua level awal,
tahapan ini ditandai dengan kemauan dari masing-masing pihak untuk tidak hanya
mengakui eksistensi yang lain, tetapi juga belajar dari yang berbeda. Hanya saja,
kemauan untuk belajar tersebut tetap tidak membuat cara pandang mereka tentang
yang lain berubah.
Tahap keempat adalah “deep-dialogue”. Masa ini sudah tidak lagi sekadar
memahami, mentoleransi, dan belajar dari peradaban yang berlainan, tetapi juga
melakukan transformasi dari tiap-tiap perbedaan itu.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 159


Prasyarat dialog adalah semua partisipan yang ada di dalamnya harus dalam posisi
setara. Tidak boleh ada yang mengaku lebih tinggi dari partisipan lainnya. Semuanya
ada dalam posisi yang sama serta memiliki hak yang juga sepadan dengan lainnya.
Dialog adalah cara lain dari kolaborasi. Tanpa dialog, kolaborasi lintas budaya
menjadi sulit dilakukan. Setelah proses kolaborasi itu dilakukan, promosi bisa
ditunjukkan dengan berbagai cara.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

Pentingnya Promosi Pertukaran dan Kolaborasi Budaya


 Topik
dalam Dunia yang Saling Terhubung

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik diharapkan mampu memahami pentingnya pertu-


 Pembelajaran karan dan kolaborasi budaya dalam dunia yang saling terhubung

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Warming Up Kegiatan Inti Refleksi

Review materi The Power of Two Menjawab


sebelumnya (Kekuatan Dua pertanyaan kunci
Kepala) secara lisan
dan mengisi
kolam refleksi

a b c

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik untuk mendiskusikan materi unit pertama, sebelum
melanjutkan ke unit kedua.

b. Kegiatan Inti - Ide Pembelajaran


1) Guru mengajukan dua pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran
kepada peserta didik.

160 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
a) Bagaimana memahami pentingnya promosi pertukaran budaya dalam dunia
yang saling terhubung?
b) Bagaimana memahami pentingnya kolaborasi budaya dalam dunia yang saling
terhubung?
2) Guru meminta peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individual.
3) Setelah seluruh peserta didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, guru
meminta mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain
dan membahasnya.
4) Guru meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap
pertanyaan sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5) Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru, guru meminta peserta
didik membandingkan jawaban setiap pasangan di dalam kelas.
6) Guru meminta seluruh peserta didik memilih jawaban terbaik untuk setiap
pertanyaan.

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskannya di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Menunjukkan Sikap Saling Menghormati dalam


 Topik
Mempromosikan Pertukaran dan Kolaborasi Budaya

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik mampu menunjukkan sikap saling


Tujuan
 Pembelajaran
menghormati dalam mempromosikan pertukaran dan
kolaborasi budaya dalam dunia yang saling terhubung

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Warming Up Kegiatan Inti Refleksi

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 161


Penari Indonesia Sukses Besar pada Acara
Pertukaran Budaya Internasional di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para penari Indonesia dengan profesional berhasil


membawakan empat tarian daerah Indonesia untuk acara pertukaran budaya internasional
di Tokyo Jepang baru-baru ini.
“Baru pertama kali saya melihat tarian seindah ini langsung dengan mata kepala saya
sendiri,” papar Kumiko Kawarabayashi khusus kepada Tribunnews.com seusai acara
tersebut Minggu lalu (27/9/2015).
Ternyata, tambahnya, “Indonesia itu terdiri dari banyak sekali suku bangsa dan negaranya
sangat luas sekali ya, kaget saya mendengarnya dari penjelasan yang ada mengenai
Indonesia,” tekannya lagi.
Sorak tangan meriah setiap kali tarian Indonesia selesai dibawakan oleh masing-masing
penari di gedung Katedral Tokyo yang terletak di depan Hotel Four Seasons Tokyo dekat
stasiun Edogawabashi, Yurakucho Line. Jumlah penonton sekitar 500 orang.
Selain Indonesia juga berbagai negara berpartisipasi di acara tersebut seperti dari
Myanmar, Filipina, Korea dan sebagainya.
Empat tarian Indonesia masing-masing dari Sumatera Utara yaitu Gondang Hata
Sopisik yang dibawakan oleh Sofia, Pheppy dan Wisda.
Kemudian tarian dari Betawi atau Jakarta “Tari Lenggang Nyai” yang dibawakan oleh
Dewi, Sutini dan Gini.
Tarian ketiga dari Sunda adalah Tari Es Lilin yang dibawakan oleh Annisa dan tarian
keempat dari Bali, Tari Sekar Jagat yang dibawakan oleh Lenni Wayan.
“Warna warni baju para penari sangat menarik sekali bagi kami,” papar seorang pastor,
Okada, kepada Tribunnews.com pula.
Pada sesi pemotretan pun, jumlah pemirsa yang paling banyak melakukanh pemotretan
dilakukan kepada rombongan Indonesia tersebut.
Semua penari, delapan orang bersatu dan tampil mengucapkan terima kasih serta berpose
untuk difoto para penonton semua.
“Wah seperti artis terkenal saja ya mereka dijeprat jepret sana sini oleh foto dengan
flashnya luar biasa lama waktunya,” ungkap Yoshiko Terada yang merasa puas dengan
penampilan para penari Indonesia tersebut.
Semua penari tersebut memang tergabung ke dalam Komunitas Spesialis Budaya
Indonesia di Jepang (KSBIJ) yang memang merupakan kumpulan para ahli budaya
Indonesia yang ada di Jepang, baik penari, penyanyi, pemain musik dan sebagainya,
dipersiapkan untuk ikut mempromosikan budaya Indonesia di berbagai event di Jepang.

Sumber: https://www.tribunnews.com/internasional/2015/09/30/penari-indonesia-sukses-besar-pada-acara-pertukaran-budaya-internasional-di-jepang.

162 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Bacalah berita di atas
Berita di atas menunjukkan keberhasilan bangsa Indonesia dalam mempromosikan
pertukaran dan kolaborasi budaya di dunia internasional. Sebagai warga negara
Indonesia, tentu kita merasa bangga dan bahagia mendengar berita tersebut. Ternyata,
jika kita mau bersungguh-sungguh dan bekerja keras, dunia pun akan mengakui
kehebatan bangsa Indonesia. Selain itu, berita di atas juga mengabarkan bahwa kerja
sama antarnegara dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan pertukaran dan
kolaborasi budaya.

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengajukan dua pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran kepada
peserta didik.
1) Mengapa kita harus bangga dengan budaya Indonesia?
2) Apa saja manfaat yang didapatkan dari kolaborasi dan kerja sama budaya
antarnegara?

b. Kegiatan Inti - Ide Pembelajaran


1) Guru membagi peserta didik menjadi 2 kelompok
2) Kelompok pertama akan menjadi inner circle, kelompok kedua akan berperan
sebagai outer circle.
3) Guru meminta peserta didik yang berperan
sebagai inner circle untuk duduk melingkar.
Sedangkan peserta didik yang berperan sebagai
outer circle duduk melingkar mengelilingi
lingkaran dalam, dengan sedikit berjarak.
4) Guru meminta peserta didik yang duduk di
tengah untuk saling mengutarakan pendapatnya
terkait dua pertanyaan di atas. Lalu, peserta didik
yang duduk di luar melakukan observasi dan
mencatat pendapat-pendapat teman-temannya,
baik yang pro maupun kontra.
5) Guru meminta perwakilan beberapa peserta didik yang duduk di luar untuk
membacakan hasil observasinya dan respons terhadap diskusi yang berlangsung.
6) Guru kemudian mengajak peserta didik untuk membuat kesimpulan diskusi
mereka.

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 163


7. Lembar Kerja Peserta Didik
Dalam Buku Siswa, terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

 Lembar Kerja Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang …
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ....

8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, untuk menguji pemahaman peserta didik, asesmen diberikan kepada
peserta didik sebagai berikut:
a. Bagaimana memahami pentingnya promosi pertukaran budaya dalam dunia yang
saling terhubung?
b. Bagaimana memahami pentingnya kolaborasi budaya dalam dunia yang saling
terhubung?
c. Bagaimana cara menunjukkan sikap saling menghormati dalam mempromosikan
pertukaran budaya di dunia yang saling terhubung?
d. Bagaimana cara menunjukkan sikap saling menghormati dalam kolaborasi budaya
di dunia yang saling terhubung?

164 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi diskusi • Observasi guru • Komunikasi


• Pemahaman materi • Penilaian diri sendiri
• Presentasi • Penilaian teman sebaya

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan
solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 165


Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting
lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
dst.

Gambar 5.2 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

9. Kegiatan Tindak Lanjut


Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:

166 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik, dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 167


11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali
Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua /wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
anak didik belajar.
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

168 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 3
Kampanye Keragaman Budaya

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan menjadi bahan diskusi pada unit ini adalah:
a. Bagaimana cara mempromosikan kebinekaan?
b. Bagaimana cara mempertautkan kearifan lokal dengan budaya global?
c. Bagaimana cara mengutamakan produk dalam negeri?

2. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, peserta didik diajak untuk turut aktif dalam mempromosikan kebinekaan,
mempertautkan kearifan lokal dengan budaya global, dan mendahulukan produk dalam
negeri.

169
3. Deskripsi
Peserta didik diajak untuk belajar mengenai kampanye keragaman budaya nusantara.
Jika di kelas X dan XI peserta didik mempromosikan keragaman tersebut melalui parade
busana daerah, di kelas XII peserta didik akan mendemonstrasikan kekayaan budaya
daerah itu dengan demo memasak kuliner khas nusantara. Selain untuk mengenali,
cara ini diharapkan bisa menumbuhkan rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap
kebudayaan nusantara.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4
Jam Pelajaran
Demo Masak Kuliner Daerah

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Nusantara • Peralatan memasak • Bacaan Unit 3 Buku Guru


• Kampanye • Bacaan Unit 3 Buku Siswa
• Keragaman
• Kuliner

5. Sumber Bacaan

Mempromosikan Kearifan Lokal dan


Mengenali Budaya Global
Ada dua pilihan yang bisa diambil ketika kita hidup di desa global yang ditandai oleh
berbagai keanekaragaman agama, etnis, budaya, bahasa, tradisi, dan lainnya. Pilihan
pertama adalah negasi, sementara yang kedua adalah sinergi.
Menegasikan atau menafikan yang lain adalah jalan yang diambil oleh sebuah
kelompok jika dirasakan bahwa kehadiran “yang lain” berpotensi merusak atau
menggerogoti nilai atau budaya kelompoknya. Kelompok ini memilih untuk tidak
melakukan interaksi dengan yang lain, dengan meyakini bahwa mereka bisa bertahan
dengan kemampuan yang dimilikinya.

170 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Cara berikutnya adalah sinergi atau membangun kerja sama. Pilihan ini dianggap
realistis, karena pada dasarnya satu kelompok dengan kelompok lain saling terhubung.
Relasi kesalingan seperti ini tidak dapat dihindari dalam sebuah dunia yang terhubung.
Karena itu, daripada menegasikan satu dengan lainnya, memilih untuk membangun
sinergi dirasakan lebih realistis.
Untuk mempromosikan segala bentuk keragaman yang dimiliki, maka sebuah
kelompok atau negara dalam lingkup yang lebih luas, tidak bisa mengisolasi diri. Juga
tidak bijak rasanya kalau sebuah negara menegasikan kehadiran negara-negara lainnya.
Era yang sekarang kita hadapi adalah era kolaborasi, sinergi sekaligus meniscayakan
kompetisi di dalamnya. Pilihan untuk membangun sinergi, mengharuskan kita untuk
mendialogkan antara apa yang kita miliki dengan kebudayaan di luar kita.
Sumber daya kebudayaan yang kita miliki sudah saatnya kita angkat, promosikan,
dan dikenalkan ke dunia internasional. Di saat yang sama, kita juga dituntut untuk
mampu menghargai dan menerima keragaman budaya bangsa lain. Mempromosikan
kearifan lokal sekaligus mengenali budaya global.
Sebagai anak negeri, kebanggaan terhadap apa yang kita miliki mutlak diperlukan.
Salah satu cara yang diambil untuk menunjukkan hal tersebut adalah mendahulukan
produk lokal sebagai prioritas untuk digunakan. (Bacaan lengkap ada di Buku Siswa)

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Demo Masak Kuliner Daerah

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik mampu mempromosikan kebinekaan, memperta-


Tujuan
 Pembelajaran
utkan kearifan lokal dengan budaya global, dan mendahulukan
produk dalam negeri

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Pelaksanaan
Jadwal Proyek
Identifikasi Rancangan
Pelaksanaan dan Presentasi
Masalah Proyek
Proyek Monitoring

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 171


Indonesia memiliki segudang tradisi dan kebudayaan yang masih belum dikenal
oleh dunia. Padahal tradisi dan kebudayaan tersebut telah lama hidup dan tumbuh
subur dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kekayaan tradisi dan budaya yang dimiliki
Indonesia mulai dari seni tari, seni musik, seni rupa, pakaian adat, rumah adat, kuliner,
dan sebagainya. Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mampu
mempromosikan tradisi dan budaya yang kita memiliki, sehingga dunia akan semakin
mengenal kekayaan tradisi dan budaya nusantara.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mempromosikan tradisi dan
budaya Indonesia adalah dengan menunjukkan warisan kuliner yang dimiliki bangsa
ini. Warisan kuliner yang dimiliki Indonesia tentu berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Oleh karena itu, peserta didik dapat menunjukkan kekhasan kuliner
daerah masing-masing.

a. Rancangan Proyek
1) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
2) Guru meminta peserta didik membuat daftar kuliner yang ada di daerahnya
masing-masing.
3) Guru meminta masing-masing kelompok memilih satu kuliner yang akan
didemonstrasikan.
4) Guru meminta peserta didik menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam
demo masak kuliner daerah.
5) Guru meminta peserta didik menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam demo
masak kuliner daerah, seperti, kompor, peralatan masak, tempat untuk menyajikan,
dan sebagainya.

b. Jadwal Pelaksanaan Proyek


1) Persiapan alat dan bahan: 1 hari.
2) Pelaksanaan demo masak masakan kuliner: 1 hari.

c. Pelaksanaan Proyek
1) Guru meminta peserta didik berkumpul dengan teman-teman kelompoknya.
2) Guru meminta peserta didik mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
demo masak kuliner daerah.
3) Guru meminta peserta didik mengeluarkan peralatan yang diperlukan dalam demo
masak kuliner daerah.
4) Guru meminta masing-masing kelompok mulai mendemonstrasikan masak kuliner
daerah.
5) Jika memungkinkan, guru meminta peserta didik mengambil foto atau video pada
saat demo berlangsung.

172 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
d. Monitoring
1) Guru memastikan semua alat dan bahan untuk demo masakan kuliner yang
diperlukan peserta didik telah siap.
2) Guru mendampingi peserta didik dalam melakukan demo masak kuliner daerah.

e. Presentasi
1) Guru meminta peserta didik menyajikan hasil masakan kuliner daerah dengan
semenarik mungkin.
2) Guru meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil masakan tersebut,
yang mencakup informasi asal usul masakan, bahan-bahan yang diperlukan, dan
peralatan yang dibutuhkan.
3) Jika memungkinkan, guru meminta peserta didik membuat video demo masakan
kuliner daerah dan diunggah ke kanal media sosial.

f. Kegiatan Penutup
1) Guru menggali informasi secara lisan tentang apa yang telah peserta didik dapatkan
dari proyek yang telah dilakukan.
2) Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami.
3) Guru meminta peserta didik menuliskan pengalaman belajarnya di kolom refleksi
(Buku Siswa) atau menyampaikannya secara lisan.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa, terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

 Lembar Kerja Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 173


Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas, beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan menjawab pertanyaan berikut:
a. Jika ada keragaman dalam sebuah negara, apa yang perlu dilakukan agar negara
itu menjadi kuat? Kolaborasi, kompetisi, atau negasi?
b. Mengapa kolaborasi dan kerja sama itu penting bagi sebuah bangsa?
c. Apa contoh atau model kolaborasi kebudayaan yang ideal menurut kalian?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi diskusi • Observasi guru • Demonstrasi masak


• Pemahaman materi • Penilaian diri sendiri
• Presentasi • Penilaian teman sebaya

Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

174 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:
1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan
solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 5.3 Lembar Observasi

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 175


Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya
Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

9. Kegiatan Tindak Lanjut


Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

176 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
10. Refleksi Guru
Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua /wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 177


Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:
a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
anak didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

178 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Unit 4
Menjadi Duta Perdamaian

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dikaji pada unit ini adalah:
a. Bagaimana memahami konflik, intoleransi, dan diskriminasi sebagai fenomena
yang kompleks?
b. Dengan cara apa generasi muda menunjukkan semangat mempromosikan
perdamaian dengan kreatif dan inovatif?
c. Bagaimana merespons dan mengubah kondisi dan keadaan yang ada di sekitar
menjadi lebih baik?

2. Tujuan Pembelajaran
Ada tiga tujuan pembelajaran yang pokok dari unit ini. Pertama, peserta didik diharapkan
mampu melakukan analisis secara kritis terhadap kasus-kasus yang merusak kebinekaan.
Kedua, secara kreatif dan inovatif, peserta didik diharapkan mampu memberikan
solusi atas persoalan yang merusak kebinekaan tersebut. Ketiga, peserta didik mampu
merespons secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan
masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik.

179
3. Deskripsi
Jika pada kelas XI peserta didik diminta untuk mengenali secara objektif kasus-kasus
yang berpotensi merusak kebinekaan, daya analisis di kelas XII ditingkatkan ke level
kritis. Peserta didik tidak hanya mendeskripsikan kasus-kasus tersebut, tetapi juga
menelaahnya secara kritis. Dengan perangkat analisis sosial yang sederhana, peserta
didik diharapkan dapat menganalisis masalah hingga akarnya.
Pembelajaran pada unit ini juga mengajak peserta didik untuk menjadi duta
perdamaian serta menginternalisasinya melalui upaya untuk memahami yang lain
atau understanding others. Peserta didik membuat perencanaan bagaimana ia menjadi
duta perdamaian mulai dari lingkungan terkecil dan terdekat, tetapi memiliki nilai
yang luhur.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

Menganalisis secara Kritis Kasus-Kasus


2 JP

6
Diskriminasi dan Intoleransi
2 JP Menjadi Duta Perdamaian
Jam Pelajaran
2 JP Memahami Orang Lain (Understanding Others)

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Diskriminasi • Spidol/kapur tulis Sumber Utama


• Keragaman • Kertas A4 sebanyak • Bacaan Unit 4 Buku Guru
• Tradisi 5 lembar/kertas • Bacaan Unit 4 Buku Siswa
• Memahami untuk peserta didik
Sumber Pengayaan
yang Lain mencatat hasil diskusi
• https://sains.kompas.com/read/
• Intoleransi • Contoh diagram peta
2018/12/20/140400723/toleran
pikiran dan diagram
si-yang-sebenarnya-di-indonesia-
Venn
bukan-hal- mustahil?page=all
• dan bacaan-bacaan lain yang
relevan dengan tema pada unit ini

180 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
5. Sumber Bacaan
Di kelas X, peserta didik telah mengenali sejumlah kasus di Indonesia yang berpotensi
merusak kebinekaan. Begitu juga di kelas XI, peserta didik telah mengenali secara
objektif kasus-kasus yang menimpa, khususnya kelompok minoritas di Indonesia. Tak
jauh berbeda dengan apa yang telah peserta didik pelajari di kelas-kelas sebelumnya, di
kelas XII kita tetap akan menelisik secara kritis kasus-kasus yang merusak kebinekaan,
dan berupaya memberi solusi kreatif dan inovatif.

Mengenali dan Menganalisis Masalah

Problem keberagaman, di mana pun, selalu menyisakan tantangan yang tak


ringan, yakni potensi konflik di antara kelompok yang ada di dalamnya. Di negeri
multikultur seperti Indonesia, memang tidak mudah mengelola kemajemukan.
Masyarakat multi-etnis, multi-budaya, dan multi-agama adalah tantangan
sekaligus modal untuk membangun masyarakat politik yang unifikatif. Negara
yang didasarkan atas satu model identitas dengan sendirinya akan memarginalkan
kelompok lain dan tak jarang memproduksi kekerasan. (Bertrand, 2004: 223)
Konflik berarti percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Konflik sebagai
perselisihan terjadi akibat adanya perbedaan, persinggungan, dan pergerakan.
Ketika berpikir tentang konflik, maka akan tertuju pada bayangan rasa sakit,
penderitaan, dan kematian yang muncul sebagai dampak dari kekerasan atau
peperangan. (Francis, 2006:1).
Konflik senantiasa melekat dalam setiap masyarakat, tetapi makna konflik
tersebut tergantung dari tingkat intensitasnya. (Nurhadiantomo, 2004: 29).
Bentuk konflik yang paling ringan adalah perbedaan pendapat, yang jika dikelola
dengan baik justru akan bermanfaat. Level berikutnya dari konflik adalah unjuk
rasa atau demonstrasi tanpa kekerasan. Seperti halnya perbedaan pendapat, di
negara demokrasi, demonstrasi adalah saluran untuk menyuarakan pendapat
yang bisa dibenarkan. Meningkat pada level berikutnya, konflik tercermin dalam
tindakan kerusuhan yang diwarnai dengan kekerasan fisik. Di sini, intensitas
konflik mulai meninggi. Sementara itu, intensitas konflik yang paling tinggi
adalah peperangan bersenjata. (Artikel lengkapnya ada di Buku Siswa)

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 181


6. Proses Pembelajaran di Kelas

Pertemuan 1

Menganalisis secara Kritis Kasus-Kasus


 Topik
Diskriminasi dan Intoleransi

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik mampu menganalisis kasus-kasus


 Pembelajaran diskriminasi dan intoleransi di Indonesia secara kritis

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Analisis Diskusi Kelas/


Membaca
Kasus Kelompok Refleksi
materi
Besar

15’ 30’ 30’ 15’

a. Mari kita mengenali masalah dengan menggunakan analisis pohon masalah seperti
yang ditulis dalam artikel di atas (artikel selengkapnya di Buku Siswa).
b. Ambil contoh satu kasus yang pernah terjadi dan berpotensi merusak kebinekaan.
c. Analisis kasus tersebut dengan menggunakan pohon masalah. Identifikasi, mana
yang merupakan akar, inti, dan dampaknya. Untuk mencari bahan, peserta didik
bisa memanfaatkan handphone.
d. Secara berkelompok, peserta didik mempresentasikan hasil analisis yang telah
mereka lakukan.

Refleksi
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

182 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Pertemuan 2

 Topik Menjadi Duta Perdamaian

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik mampu membuat perencanaan


Tujuan
 Pembelajaran
praktik mempromosikan perdamaian, baik secara
langsung maupun melalui media sosial

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Membuat
rencana praktik
Review materi Presentasi
menjadi duta Refleksi
sebelumnya rencana praktik
perdamaian

15’ 30’ 30’ 15’

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengajukan pertanyaan reflektif pada peserta didik:

“Sebagai generasi muda, langkah konkret apa yang bisa dilakukan untuk
menjaga kearifan lokal masyarakat kita?”

b. Kegiatan Inti - Ide Pembelajaran


1) Guru membimbing peserta didik membuat perencanaan terlibat dalam praktik
menjadi duta perdamaian.
2) Peserta didik diminta membaca artikel tentang toleransi di Buku Siswa.
3) Peserta didik mengisi jurnal harian seperti yang tertera dalam contoh. Kolom
jurnal bisa dikembangkan.
4) Peserta didik mempresentasikan rencana praktik menjadi duta perdamaian.

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 183


Pertemuan 3

 Topik Memahami Orang Lain (Understanding Others)

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Merespons dan mengubah kondisi dan keadaan


 Pembelajaran yang ada di sekitar menjadi lebih baik

Langkah-Langkah Kegiatan 3

Identifikasi
Diskusi Presentasi
Masalah

Manusia hidup dalam budaya dan lingkungan yang berbeda. Realitas inilah yang
melahirkan beragam kebiasaan dan cara bersikap setiap orang. Saat kita memperlakukan
orang lain sama seperti kebiasaan kita, apakah orang tersebut akan senang?
Beragam budaya yang ada di dunia tentu saja banyak perbedaannya. Oleh karena
itu, apa yang kita lakukan belum tentu membuat orang lain senang dan nyaman.
Komunikasi dan interaksi sosial antara satu orang dengan orang lain yang berbeda
budaya, agama/keyakinan, lingkungan, dan kebiasaan sangat mungkin menyebabkan
konflik manakala kita tidak berupaya memahami perbedaan tersebut. Lingkungan
sekolah dapat menjadi salah satu tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk
memahami perbedaan dengan cara berinteraksi sosial dengan orang lain yang memiliki
perbedaan latar belakang.
1) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 6-8
orang.
2) Guru meminta peserta didik mencatat hal-hal yang ada pada orang lain yang
menurut peserta didik tidak ada pada dirinya atau tidak dapat dilakukannya.
3) Guru meminta peserta didik mencatat perbedaan latar belakang mereka dengan
dirinya dalam berbagai hal, seperti agama, ras/etnis/suku, status keluarga dan
lingkungan keluarga, gender, ekonomi, dan kemampuan individual.
4) Guru meminta setiap peserta didik secara individual memisahkan mana yang
mereka senangi, mereka angggap bisa, dan yang tidak mereka senangi.
5) Guru meminta setiap kelompok mendiskusikan cara-cara untuk mengurangi
ketidaksenangan mereka kepada orang lain yang disebabkan oleh perbedaan.
6) Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi mereka di depan kelas.

184 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Refleksi
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa, terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

 Lembar Kerja 1 Menganalisis Masalah

No. Kasus Akar Inti Dampak

1.

2.

3.

4.

 Lembar Kerja 2 Jurnal Harian Sebagai Duta Perdamaian

Hari/Tanggal

Waktu

Tempat

Deskripsi kegiatan Mengikuti kegiatan silaturahmi tokoh-tokoh agama


di pendopo kabupaten/kota

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 185


 Lembar Kerja 3 Memahami Orang Lain (Understanding Others)

Hal-hal yang ada pada orang lain yang


tidak ada pada diri saya atau tidak biasa
saya lakukan

Perbedaan latar belakang mereka 1. Agama


2. Ras/etnis/suku
3. Status keluarga dan lingkungan keluarga
4. Gender
5. Ekonomi
6. Kemampuan individual

Yang saya senangi

Yang saya anggap biasa

Yang saya tidak senangi

Cara mengurangi ketidaksenangan saya


kepada orang lain karena perbedaan

8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara:
a. Membuat infografis secara berkelompok tentang contoh kearifan lokal masyarkaat
di Indonesia.
b. Mempresentasikan hasil diskusi dan menjawab pertanyaan yang diajukan.

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Pengisian jurnal harian aktivitas • Observasi guru • Presentasi di hadapan


sebagai Duta Perdamaian • Penilaian diri peserta didik yang lain
• Partisipasi diskusi sendiri
• Pemahaman materi • Penilaian teman
sebaya

186 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Asesmen Diskusi

No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan
solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 187


Sikap yang harus
No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 5.4 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

9. Kegiatan Tindak Lanjut


Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.

188 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

Bagian 3 | Bhinneka Tunggal Ika 189


11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali
Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua/wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
peserta didik belajar.
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

190 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA, 2022
Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Penulis: Ali Usman, dkk.
ISBN : 978-602-244-658-3 (jil.3)

Bagian 4
Negara Kesatuan
Republik Indonesia
(NKRI)
A. Gambaran Umum
Pada bagian ini, guru mendampingi peserta didik untuk mencari informasi selengkap
mungkin mengenai kasus sengketa batas wilayah. Dalam metode pembelajaran, cara
memperoleh pengetahuan ini disebut discovery learning, yaitu pada setiap pelaku atau
pembelajar berusaha mencari, mengumpulkan, dan menyusun informasi yang ada untuk
mendeskripsikan suatu pengetahuan.
Pada bagian-bagian sebelumnya, peserta didik telah mempelajari beragam sengketa
batas wilayah Indonesia dengan negara-negara tetangga. Meski demikian, contoh kasus
yang disebutkan itu sebenarnya hanya sebagian kecil saja, dan di sinilah, peserta didik
diminta untuk berpartisipasi aktif dalam mengumpulkan informasi kasus-kasus lain
terkait dengan sengketa batas wilayah.
Materi yang ditampilkan pada setiap unit di bagian ini sekadar sebagai inspirasi
dan pemantik untuk dikembangkan lebih lanjut oleh setiap peserta didik. Guru bersama
peserta didik, jika melakukan penelusuran, baik melalui mesin pencarian internet
maupun dengan membaca langsung versi cetak beberapa jurnal, hasil penelitian, dan
buku, akan ditemukan banyak kasus-kasus lain.
Selain berusaha mencari tahu secara mandiri kasus-kasus yang menunjukkan
sengketa batas wilayah, pada akhirnya, guru meminta peserta didik untuk memberi
penjelasan dan menyimpulkan, bagaimana posisi dan sikap pemerintah dalam kasus
tersebut.
Akhir dari proses pembelajaran ini akan memberikan kesadaran tentang pentingnya
menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di samping itu,
dalam konteks sengketa batas wilayah, semakian menyadarkan kita sebagai bangsa
besar yang memiliki banyak pulau, dikelilingi laut, dan karenanya disebut sebagai
negara kepulauan.

B. Peta Konsep

Sengketa Batas Kontroversi:


Wilayah Laut Natuna Indonesia vs China

Negara Kesatuan Pulau Sipadan dan


Sengketa Pulau
Republik Indonesia Ligitan menjadi Hak
Sipadan dan Ligitan
(NKRI) Milik Malaysia

Mengantisipasi
Pengembangan
Sengketa Batas
Zona Bersama
Wilayah

192 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
C. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran pada bagian ini adalah peserta didik dapat melakukan beberapa
hal berikut:
1. Mengkaji secara kritis kasus wilayah yang sering diperebutkan dan secara kreatif dan
inovatif terlibat mempromosikan perlunya menjaga keutuhan wilayah Indonesia
sebagai satu kesatuan.
2. Mengkampanyekan praktik baik dan sikap menjaga keutuhan NKRI dan kerukunan
bangsa di lingkungan lokal dan regional.
3. Mengidentifikasi konsep sistem pertahanan dan keamanan nasional secara internal
maupun eksternal dalam konteks global.
4. Menganalisis peran Indonesia sebagai negara kesatuan dalam pergaulan antarbangsa
dan negara di dunia.

D. Strategi Pembelajaran
Untuk mencapai capaian pembelajaran di atas, ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan. 
1. Teknik Discovery Learning, proses pembelajaran yang terjadi ketika peserta didik
tidak disajikan informasi secara langsung tetapi peserta didik dituntut untuk
mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri. 
2. Grafik Pengorganisasi TIK, grafik yang digunakan untuk membantu peserta
didik mengorganisasikan informasi sebelum, saat, dan setelah pembelajaran. Grafik
ini membantu peserta didik untuk mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dan
mengaitkan dengan pengetahuan yang baru. 
3. Refleksi, kegiatan yang ditujukan untuk memeriksa pencapaian peserta didik pada
akhir pembelajaran. Kegiatan ini membantu proses asesmen pada diri sendiri. 
4. Proyek, kegiatan yang meminta peserta didik menghasilkan sebuah produk (media
visual) dari hasil pengolahan dan sintesis informasi. Kegiatan ini membantu peserta
didik mengekspresikan pemahaman dalam bentuk yang variatif. 
5. 2 Stay 3 Stray, teknik presentasi dan membagikan hasil diskusi kelompok dengan
membagi ke dalam dua peran besar, yaitu ada yang bertugas membagikan hasil
diskusi dan ada yang bertugas mendengarkan hasil diskusi kelompok lain. Teknik
ini membantu peserta didik untuk berlatih tanggung jawab kelompok dan
pemahaman. 
6. Diskusi Kelompok, berdiskusi dalam kelompok kecil untuk memaksimalkan peran
setiap anggota kelompok. Dilanjutkan dengan berbagi informasi dari kelompok
sebelumnya serta berdiskusi dalam kelompok baru untuk memperoleh tanggapan
lebih banyak. 
7. Jurnal Harian, mencatat aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan topik yang
sedang dibicarakan. Kegiatan ini membantu proses penilaian capaian yang berkaitan
dengan penerapan nilai. 

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 193


194
E. Skema Pembelajaran
Tujuan Metode Alternatif Metode Sumber Belajar
Judul Unit Saran Periode Pokok Materi Kata Kunci
Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Sengketa batas wilayah 2 x pertemuan, Peserta didik • Sengketa Batas • Sengketa batas • Teknik • Mengisi Tabel Sumber Utama
Laut Natuna masing-masing diharapkan dapat Wilayah Laut wilayah discovery Pengorganisasian • Bacaan Unit 1 Buku Guru
pertemuan 2 jam menjelaskan dan Natuna • Laut Natuna Utara learning • Membuat • Bacaan Unit 1 Buku Siswa
pelajaran menganalisis • Potensi Alam • Klaim sepihak • Berbagi Rangkuman
permasalahan yang Natuna China secara lisan Sumber Pengayaan
sebenarnya terjadi, • UNCLOS 1982 • Refleksi • https://indonesia.go.id/narasi/
tentang sengketa • Zona Ekonomi indonesia-dalam-angka/
batas wilayah Laut Eksklusif (ZEE) politik/sengketa-di-kawasan-
Natuna Utara. laut-natuna-utara
Diharapkan pula • https://www.liputan6.com/
mengetahui cara- news/read/4154735/menilik-
cara penyelesaian sejarah-sengketa-natuna-
damai yang selama dan-ambisi-china-untuk-
ini ditempuh oleh menguasai
pemerintah dalam
kasus sengketa
batas wilayah Laut
Natuna Utara.
Sengketa Pulau Sipadan 2 x pertemuan, Peserta didik • Sengketa Pulau • Pulau Sipadan • Diskusi • 2 Stay 3 Sumber Utama
dan Ligitan masing-masing diharapkan Sipadan dan dan Ligitan • Membahas Stray/Gallery Walk • Bacaan Unit 2 Buku Guru
pertemuan 2 jam dapat memahami Ligitan • Mahkamah hasil diskusi • Bacaan Unit 2 Buku Siswa
pelajaran permasalahan • Keputusani Internasional • Refleksi
yang menyebabkan Mahkamah • PBB Pengayaan

Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK Kelas XII
sengketa Pulau Internasional • UNCLOS 1982 • Hikmahanto Juwanam,
Sipadan dan Ligitan. • Zona Ekonomi Putusan MI atas Pulau
Diharapkan pula Ekslusif (ZEE) Sipadan dan Ligitan, Vo.1,
dapat memahami No.1, Oktober, 2013, https://
proses penyelesaian media.neliti.com/media/
dalam kasus publications/65193-ID-
sengketa Pulau putusan-mi-atas-pulau-
Sipadan dan Ligitan sipadan-dan-ligita.pdf
tersebut.
Tujuan Metode Alternatif Metode Sumber Belajar
Judul Unit Saran Periode Pokok Materi Kata Kunci
Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
• Hasjim Djalal, Penyelesaian
Sengketa Sipadan-Ligitan,
Interpelasi?, Januari-Maret,
2003, http://jhp.ui.ac.id/
index.php/home/article/
view/1374/1296
Mengantisipasi Sengketa 2 x pertemuan, Pada unit ini Anda • Mengantisipasi • Sengketa Batas • Analisis berita • Gallery walk Sumber Utama
Batas Wilayah dan masing-masing diharapkan mampu Sengketa Batas wilayah • 2 Stay 3 Stray • Sosialisasi booklet di • Bacaan Unit 3 Buku Guru
Penegasan Indonesia pertemuan 2 jam menjelaskan dan Wilayah • Tindakan preventif • Membuat media sosial • Bacaan Unit 3 Buku Siswa
sebagai Negara Kepulauan pelajaran menganalisis • Indonesia • Langkah leaflet/booklet
tindakan preventif sebagai Negara penyelesaian ide Pengayaan
yang perlu dilakukan Kepulauan • Kedaulatan • Sosialisasi • Ummi Yusnita, Penyelesaian
oleh pemerintah. bangsa booklet di Sengketa Batas Laut
Diharapkan pula • Negara kepulauan lingkungan antara Indonesia dan
dapat mengetahui sekolah Malaysia dalam Perspektif
langkah-langkah Internasional, Binamulia
pemerintah dalam Hukum, Vol. 7, No.
membangun 1, Juli 2018, https://
keamanan di media.neliti.com/media/
perbatasan wilayah publications/275407-
teritotrial Indonesia. penyelesaian-sengketa-
batas-laut-antara-6c778cae.
pdf
• Soleman B. Ponto,
Menyukseskan Transportasi
Laut Lewat Pemahaman UU
No. 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan, https://www.gatra.
com/detail/news/488264/
politik/membedah-masalah-
laut-dari-transportasi-hingga-
keamanan

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


195
FUnit 1
Sengketa Batas Wilayah
Laut Natuna

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dikaji dalam unit ini adalah:
a. Bagaimana permasalahan yang menyebabkan sengketa batas wilayah Laut Natuna?
b. Apa yang menjadi daya tarik Pulau Natuna, sehingga menjadi wilayah yang
dipersengketakan?

2. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan dan menganalisis permasalahan yang
sebenarnya terjadi, tentang sengketa batas wilayah Laut Natuna. Peserta didik
diharapkan pula mengetahui cara-cara penyelesaian damai yang selama ini ditempuh
oleh pemerintah dalam kasus sengketa batas wilayah Laut Natuna.

196
3. Deskripsi
Pada unit ini akan dibahas tentang latar belakang yang menyebabkan sengketa batas
wilayah Laut Natuna. Guru maupun peserta didik diajak untuk menelusuri bagaimana
fakta yang sebenarnya, tentang sengketa yang melibatkan antara Indonesia dan China.
Baik Indonesia maupun China mengajukan argumen tentang kepemilikan wilayah
itu. China mengklaim Perairan Natuna masih wilayah mereka, sementara dari perspektif
Indonesa, berdasarkan hukum laut internasional di bawah PBB, UNCLOS 1982
menyatakan Natuna merupakan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Eskalasi politik dan pasang surut hubungan bilateral antara Indonesia dan China
dalam konteks sengketa batas wilayah ini akan dibahas dalam unit ini. Pemerintah
Indonesia pun berang dan tak terima dengan klaim China. Sikap Indonesia sangat tegas,
bahwa perairan Natuna merupakan hak milik yang sah dan menjadi bagian dari NKRI.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4 2 JP Sengketa Batas Wilayah Laut Natuna

Jam Pelajaran 2 JP Potensi Alam Natuna

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Sengketa batas • Spidol/kapur tulis Sumber Utama


wilayah • Kertas A4, sebanyak • Bacaan Unit 1 Buku Guru
• Laut Natuna 5 lembar/kertas untuk • Bacaan Unit 1 Buku Siswa
• Potensi Alam peserta didik mencatat
Natuna hasil diskusi Sumber Pengayaan
• UNCLOS 1982 • Contoh diagram peta • https://indonesia.go.id/narasi/
• Zona Ekonomi pikiran dan diagram indonesia-dalam-angka/politik/
Eksklusif (ZEE) Venn sengketa-di-kawasan-laut-
natuna-utara
• https://www.liputan6.com/
news/read/4154735/menilik-
sejarah-sengketa-natuna-dan-
ambisi-china-untuk-menguasai

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 197


5. Sumber Bacaan
Pada penghujung tahun 2019, publik sempat dihebohkan mengenai sengketa batas
wilayah antara Indonesia dan China. Kapal Coast Guard China pada 19 hingga 24
Desember 2019 terpantau dan disiarkan oleh banyak media, melakukan pelayaran di
perairan Natuna, yang merupakan wilayah Indonesia, bahkan masuk ke dalam Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
China mengklaim bahwa apa yang dilakukannya tidak salah, karena Natuna
dianggap sebagai bagian dari teritorial negaranya. Sementara menurut Indonesia,
Natuna sudah sejak lama sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau.
Natuna, bagi Indonesia, bahkan telah mendapat pengakuan internasioanal dari PBB
melalui UNCLOS 1982, yang memasukkan ke dalam ZEE.
Pemerintah Indonesia saat itu, bahkan hingga sekarang, bersikap tegas bahwa
Natuna secara sah merupakan bagian dari Indonesia. Situasi saat itu sempat tegang.
Pemerintah Indonesia sempat memanggil Duta Besar China. Jumlah pasukan TNI
ditambah untuk menjaga daerah sengketa itu.
Presiden Joko Widodo menunjukkan ketegasan sikap pemerintah dengan
mengunjungi langsung Natuna. Presiden Joko Widodo dalam penjelasannya mengatakan
bahwa Natuna sejak lama telah masuk menjadi bagian dari teritorial Indonesia.
Secara historis, pada 1957, Natuna mulanya masuk ke dalam wilayah Kerajaan
Pattani dan Kerajaan Johor di Malaysia. Setelah Indonesia merdeka, delegasi dari Riau
ikut menyerahkan kedaulatan pada republik yang berpusat di Jawa. Karena alasan
inilah, pemerintah pada 18 Mei 1956 secara resmi mendafatkannya ke PBB sebagai
bagian dari teritorial Indonesia.
Karena secara sah Natuna merupakan bagian dari Indonesia, tidak heran jika
pemerintah telah membangun berbagai infrastrukur di kepulauan yang memiliki luas
3.420 kilometer persegi ini. Berdasarkan presentase etnis, sebanyak 85 persen, penduduk
Natuna etnis Melayu, etnis Jawa 6,34 persen, dan Tionghoa 2,52 persen.

Potensi Alam Natuna


Muncul pertanyaan, apa yang menjadi daya tarik Natuna sehingga diperebutkan oleh
negara China? Di antara faktor penyebabnya adalah potensi kekayaan alam Natuna
yang melimpah. Cadangan gas alam di kepulauan ini, menurut sejumlah ahli, terbesar
di Asia Pasifik, bahkan dunia.
Data pemerintah menyebutkan, Natuna menyimpan cadangan gas dengan volume
222 triliun kaki kubik. Jika kekayaan alam ini dikeruk, konon tidak akan habis untuk
30 tahun mendatang.
Potensi gas di kepulauan Natuna yang bisa diperkirakan (recoverable) sebesar 46
tcf (triliun cibic feet), setara dengan 8,383 miliar barel minyak. Jumlah ini, jika digabung
dengan potensi minyak buminya, mencapai sekitar 500 juta barel cadangan energi.
Jumlah di atas dari sisi volume, jika diuangkan, potensi kekayaan alam berupa gas
di Natuna mencapai Rp6.000 triliun. Angka ini berdasarkan dari asumsi jika dalam
eksploitasi sebesar USD75 per barel dengan kurs rupiah Rp10.000.

198 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Sengketa Batas Wilayah Laut Natuna

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan dan


Tujuan
 Pembelajaran
menganalisis permasalahan sengketa batas wilayah
Laut Natuna antara Indonesia dan China

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Menyampaikan hasil
30' diskusi kelompok

20' Pendahuluan 35' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Review materi Mengisi tabel


Membaca teknik 30'
sebelumnya pengorganisasian
discovery learning

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik mengisi grafik TIK tentang tema paham kebangsaan dan
nasionalisme untuk mengetahui apa yang telah dipelajari di kelas sebelumnya (pada
jenjang SMP), serta apa yang hendak diketahui lebih mendalam.

Tabel 6.1 Lembar Kerja Peserta Didik

Saya Tahu ... Saya Ingin Tahu … Saya Telah Ketahui ...
diisi di awal pembelajaran diisi di awal pembelajaran diisi di akhir pembelajaran

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 199


Keterangan
• Pada kolom Saya Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ketahui tentang sengketa
batas wilayah Laut Natuna Utara (diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Ingin Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ingin tahu lebih ba-
nyak tentang sengketa batas wilayah Laut Natuna Utara (diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Telah Ketahui, peserta didik menuliskan hal baru yang mereka pelajari
tentang sengketa batas wilayah Laut Natuna Utara (diisi di akhir pembelajaran).

b. Kegiatan Inti
1) Guru meminta peserta didik untuk membaca materi yang berjudul “Sengketa
Batas Wilayah Laut Natuna Utara”.
a) Pada tahap ini, guru dapat menerapkan metode membaca discovery learning.

Langkah-langkah membaca discovery learning


a. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.

b. Pada 15 menit pertama, masing-masing kelompok akan mencari informasi


tentang kasus sengketa batas wilayah Laut Natuna Utara.
c. Setelah menemukan informasi tentang sengketa batas wilayah Laut Natuna
Utara, masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikannya dan
memberikan penyimpulan.
d. Setelah masing-masing anggota kelompok mendiskusikan materi, guru
mengajak peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
melalui juru bicara, satu atau dua, pada masing-masing kelompok.

Î Pembelajaran Alternatif
1) Setelah melakukan kegiatan membaca discovery learning, guru dapat melanjutkan
dengan kegiatan diskusi mendalam bersama kelompok besar.

200 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
2) Pilihan lain adalah, setelah berdiskusi, peserta didik membuat
beberapa infografis yang menunjukkan jiwa patriotisme dan
nasionalisme dengan menggunakan media berupa digital
photoshop, canva, coreldraw atau ilustrasi manual. Contohnya
seperti berikut.

e. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskannya di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Gambar 6.1 Lembar Refleksi Peserta Didik

1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui
lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari ...

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 201


 Topik Potensi Alam Natuna

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Diharapkan peserta didik dapat menjelaskan dan


Tujuan
 Pembelajaran
menganalisis potensi alam yang dimiliki Natuna
sebagai satu kesatuan wilayah Indonesia

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Berbagi informasi
30' secara lisan

10' Pendahuluan 35' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Mereviu topik Mencari informasi Membuat rangkuman


30'
sebelumnya penting

f. Kegitan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali topik pembahasan dari
pertemuan sebelumnya dengan mengulang kembali pertanyaan kunci pada unit ini.

“Bagaimana kronologi sejarah timbulnya sengketa batas wilayah


Laut Natuna?”

g. Kegiatan Inti - Ide Pembelajaran


1) Guru meminta peserta didik untuk membaca materi yang berjudul “Sengketa
Batas Wilayah Laut Natuna”, sub “Potensi Alam Natuna”.
2) Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mencatat informasi penting
terkait topik bacaan. Beberapa pertanyaan kunci yang diberikan kepada peserta
didik adalah:
a) Mengapa China, termasuk pula Malaysia, berkepentingan untuk menjadikan
Laut Natuna sebagai bagian dari teritorial negaranya?
b) Apa yang menjadi potensi alam Laut Natuna?
c) Bagaimana sikap kita dalam menyikap sengketa batas wilayah Laut Natuna?

202 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
3) Setelah peserta didik selesai mencari informasi, dilanjutkan dengan membuat
infografis peta pemikiran tentang potensi alam Laut Natuna. Tugas ini dapat
dilakukan secara individual atau berpasangan. Media yang digunakan dapat berupa
digital photoshop, canva, coreldraw atau ilustrasi manual.

Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif


Peserta didik diminta membuat rangkuman terkait dengan materi yang telah dipelajari
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci (pada poin b di atas).

a. Kegiatan Penutup
1) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pelajaran.
2) Guru dan peserta didik melakukan refleksi.
3) Guru dapat memberikan penugasan dan informasi lain sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran.

Peserta didik dapat menuliskan refleksi hasil belajar hari ini pada kolom refleksi (Buku
Siswa).

Tanggal :

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas, beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa, terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 203


 Lembar Kerja 1 Grafik TIK

Tabel 6.1 Lembar Kerja Peserta Didik

Saya Tahu ... Saya Ingin Tahu … Saya Telah Ketahui ...
diisi di awal pembelajaran diisi di awal pembelajaran diisi di akhir pembelajaran

Keterangan
• Pada kolom Saya Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ketahui tentang
sengketa batas wilayah Laut Natuna Utara (diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Ingin Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ingin tahu le-
bih banyak tentang sengketa batas wilayah Laut Natuna Utara (diisi di awal pem-
belajaran).
• Pada kolom Saya Telah Ketahui, peserta didik menuliskan hal baru yang mereka
pelajari tentang sengketa batas wilayah Laut Natuna Utara (diisi di akhir pembel-
ajaran)

 Lembar Kerja 2 Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara:

204 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
a. Membuat infografis/video seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
b. Menjawab pertanyaan terbuka yang ada pada Buku Siswa.
1) Bagaimana sejarah muculnya sengketa batas wilayah Laut Natuna?
2) Bagaimana proses penyelesaian sengketa batas wilayah Laut Natuna?
3) Bagaimana argumen masing-masing negara terhadap sengketa batas wilayah
Laut Natuna?
4) Bagaimana sikap Indonesia dalam menghadapi sengketa batas wilayah Laut
Natuna?
5) Bagaimana argumen yang dibangun oleh Indonesia dalam melakukan klaim
terhadap kepemilikan Laut Natuna?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian


• Pemahaman materi (esai) • Penilaian diri sendiri video/infografis kepada
• Konten infografis/video • Penilaian teman sebaya publik

Asesmen Diskusi
No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan
solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 205


b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
dst.

Gambar 6.2 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

206 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
9. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 207


l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua/wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
anak didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

208 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
G Unit 2
Sengketa Pulau Sipadan
dan Ligitan

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dikaji pada unit ini adalah:
1. Bagaimana permasalahan yang menyebabkan sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan?
2. Bagaimana akhir dari penyelesaian kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan?
3. Apa hikmah yang bisa diambil dari kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan?

2. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat memahami permasalahan yang menyebabkan sengketa
Pulau Sipadan dan Ligitan. Peserta didik diharapkan pula dapat memahami proses
penyelesaian dalam kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan tersebut.

3. Deskripsi
Unit ini membahas tentang sengketa batas wilayah Pulau Sipadan dan Ligitan, antara
Indonesia dan Malaysia. Kasus sengketa ini sangat “dramatis”. Hasil akhirnya adalah
kedua pulau itu sah menjadi hak milik Malaysia berdasarkan keputusan hukum
Internasional.

209
Sengketa ini bermula saat Indonesia dan Malaysia mengadakan pertemuan soal
teknis hukum laut pada 1967. Namun, dua tahun berikutnya, kedua negara beradu
argumen tentang batas landas kontinen negara dan merambat pada kepemilikikan
Pulau Sipadan dan Ligitan. Saling klaim kepemilikan terjadi hingga beberapa tahun.
Kemudian, pada tahun 1988, saat wilayah sengketa dalam status quo, Malaysia
membagun infrastruktur di lokasi, menyebabkan Indonesia melalui menteri luar
negeri Ali Alatas melakukan protes. Situasi semakin memanas, kedua negara pun
akhirnya bersepakat membawa kasus tersebut ke Mahkamah Internasional. Mahkamah
memutuskan, berdasarkan bukti-bukti, Pulau Sipadan dan Ligitan lebih tepat sebagai
bagian dari teritorial Malaysia.
Proses sengketa ini, dari awal hingga akhir, memberi pelajaran berharga bagi
Indonesia, agar menjaga dan mendisiplinkan admisnitasi kenegaraan terkait teritorial
wilayah. Peserta didik dan guru, akan diajak untuk menelusuri fakta-fakta yang
sebenarnya perihal sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan, meski pada akhirnya Indonesia
“kalah” di sidang Mahkamah Internasional.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4 2 JP Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan

Jam Pelajaran 2 JP Keputusan Mahkamah Internasional

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Pulau Sipadan • Spidol/kapur tulis Sumber Utama


dan Ligitan • Kertas A4, • Bacaan Unit 2 Buku Guru
• Mahkamah sebanyak 5 • Bacaan Unit 2 Buku Siswa
Internasional lembar/kertas
• PBB untuk peserta Pengayaan
• UNCLOS 1982 didik mencatat • Hikmahanto Juwanam, Putusan MI
• Zona Ekonomi hasil diskusi atas Pulau Sipadan dan Ligitan, Vo.1,
Eksklusif • Contoh diagram No.1, Oktober, 2013, https://media.
(ZEE) peta pikiran dan neliti.com/media/publications/65193-
diagram Venn ID-putusan-mi-atas-pulau-sipadan-
dan-ligita.pdf
• Hasjim Djalal, Penyelesaian Sengketa
Sipadan-Ligitan, Interpelasi?, Januari-
Maret, 2003, http://jhp.ui.ac.id/index.
php/home/article/view/1374/1296

210 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
5. Sumber Bacaan
Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah yang dipersengketan oleh Indonesia
dengan Malaysia. Kedua pulau ini berada di selat Makassar, perbatasan antara
Kalimantan Timur dan Sabah.
Pulau Sipadan merupakan pucuk gunung merapi di bawah laut yang memiliki
luas 50.000 meter persegi dan terletak 15 mil laut dari Pantai Sabah dan 40 mil laut
dari pantai Pulau Sebatik. Sedangkan Pulau Ligitan merupakan pulau karang yang
terdiri dari semak belukar dan pohon seluas 18.000 meter persegi yang terletak 21
mil laut dari Pantai Sabah dan 57,6 mil dari pantai Pulau Sebatik di ujung timur laut
pulau Kalimantan.
Konflik ini bermula saat Indonesia dan Malaysia mengadakan pertemuan tentang
teknis hukum laut pada tahun 1967. Perbedan pandangan yang kemudian semakin
memanas terjadi setelah dua tahun berikutnya, tepatnya tahun 1969, ketika membahas
tentang batas landas kontinen negara. Baik Indonesia maupun Malaysia, melakukan
klaim yang sama dengan memasukkannya ke dalam peta wilayahnya masing-masing.
Sengketa dalam memperebutkan Pulau Sipadan dan Ligitan juga pernah terjadi,
saat Indonesia dan Malaysia sama-sama mengalami masa kolonialisme. Indonesia
oleh Belanda, sedangkan Malaysia oleh Inggris. Pemerintah Inggris pernah membuat
peraturan perihal perlindungan penyu (turtle preservation ordinance) hingga menagih
pajak ke peternaknya. Terdapat pula mercusuar dengan tulisan “dibangun oleh Inggris".
Sementara Belanda tetap pada pendirinnya, bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan secara
sah milik Belanda.
Tahun 1988, Indonesia dan Malaysia bersepakat untuk masalah perebutan
Pulau Sipadan dan Ligitan masuk dalam status quo, saat PM Mahathir Muhammad
berkunjung ke Jakarta dan dinobatkan kembali ketika presiden Soeharto berada di
Kuala Lumpur. Namun, kedua negara kembali berbeda pendapat dalam memahami
status quo tersebut.
Indonesia mengartikan, dalam masa status quo, kedua pulau tersebut tidak boleh
ada aktivitas atau menempatinya. Sedangkan dari pihak Malaysia, justru sebaliknya.
Kedua pulau itu oleh Malaysia dibangun beberapa tempat penginapan. Ali Alatas,
menteri luar negeri pemerintah Indonesia saat itu, melayangkan nota protes.
Indonesia mengajak Malaysia agar dapat menyelesaikan sengketa Pulau Sipadan
dan Ligitan melalui treaty of amity and corporation, suatu lembaga yang berangggotakan
para menteri luar negari se-ASEAN. Namun, Malaysia menolak, karena juga sedang
bersengketa dengan Singapore atas Pulau Batu Puteh, sehingga Malaysia beranggapan
akan kalah jika diserahkan kepada lembaga ASEAN.

Keputusan Mahkamah Internasional


Tahun 1998, Indonesia dan Malaysia akhirnya bersepakat membawa kasus ini ke
Mahkamah Internasional atau International Court of Justice (ICJ). Indonesia diwakili
oleh oleh pengacara internasional, yang beranggotakan Prof. Alain Pellet dari Perancis,
Prof. Alfred Soons dari Belanda, Sir Arthur Watts dari Inggris, Rodman R. Bundy
dari Amerika, dan Loretta Malintoppi dari Perancis.

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 211


Dari pihak Indonesia maupun Malaysia mengajukan argumennya masing-masing.
Indonesia mengajukan bukti kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan berdasarkan
perjanjian Juanda, sementara Malaysia mengajukan bukti kalau kedua pulau itu bagian
dari negaranya berdasarkan perjanjian Sultan Sulu dengan Inggris (yang menjadi
wilayah Malaysia setelah merdeka dari Inggris).
Namun demikian, hakim ICJ menolak bukti-bukti yang diajukan oleh Indonesia
maupun Malaysia. Perjanjian Juanda, menurut hakim, hanya mengatur pembagian
darat, bukan laut. Begitu pula perjanjian Sultan Sulu dengan Inggris, yang oleh hakim
dianggap tidak relevan.
Pada 17 Desember 2002, ICJ akhirnya memutuskan Pulau Sipadan dan Ligitan
menjadi milik Malaysia atas dasar asas kedaulatan yang pernah dilakukan di pulau ini
sebelum perjanjian Juanda, yaitu penarikan pajak oleh Inggris. Dari 17 hakim ICJ, 16
mendukung putusan dan hanya satu yang menolak.
Indonesia, dengan demikian, harus merelakan kedua pulau tersebut jatuh ke tangan
Malaysia. Tentu, ini menjadi pelajaran berharga agar Indonesia secara serius menjaga
wilayah NKRI. Dukungan terhadap kedaulatan NKRI tidak hanya dilakukan oleh
struktural pemerintah, tetapi juga semua pihak, perlu ikut andil di dalamnya.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan

Saran 2 Jam Pelajaran


秊 Periode (guru dapat menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan dan


Tujuan
 Pembelajaran
menganalisis permasalahan yang menyebabkan
sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Berbagi informasi
30' penting secara lisan

20' Pendahuluan 35' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Me-review topik Membaca materi Unit 2 Membuat rangkuman


30'
sebelumnya

212 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru mengemukakan pertanyaan berikut:

“Bagaimana kita menyikapi terhadap sengketa batas wilayah Laut Natuna?”

2) Guru dapat memberi pertanyaan lanjutan terhadap respons yang diberikan peserta
didik, seperti:
a) Mengapa kamu memberikan persentase yang kecil/besar?
b) Bagaimana bentuk dukungan kita terhadap Indonesia dalam konteks sengketa
batas wilayah Laut Natuna?

b. Kegiatan Inti
1) Guru meminta peserta didik untuk membaca topik bahasan Unit 2 dan juga bisa
menonton video atau membaca berita untuk dikaji setelahnya. Lihat contoh berikut:

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20191116190725-106-448975/big-dan-tni-ungkap-sejarah-konflik-pulau-sipadan-ri-
malaysia

2) Setelah itu, guru memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi, sebagai


berikut:
a) Kegiatan apa saja yang saya lakukan hari ini yang merupakan pengimplementasian
cinta NKRI?
b) Apakah orang–orang di sekitar saya telah mengimplementasikan semangat
kebangsaan dan nasionalisme di kehidupan sehari–hari ?
c) Apa saja contoh kegiatan yang tidak mencerminkan implementasi cinta NKRI?
3) Guru meminta peserta didik untuk menawarkan diri menjawab pertanyaan guru
dan mencatat pada tabel yang dibuat  di papan tulis atau di atas kertas poster yang
telah dipersiapkan oleh guru sebelumnya, seperti contoh di bawah ini. 

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 213


Implementasi Cinta NKRI Bukan Cinta NKRI

4) Setelah peserta didik memberikan tanggapan, guru mengajak peserta didik


mendiskusikan hasil pencatatan bersama-sama. Selain itu, guru juga mengajak
peserta didik berpikir dan membagikan pemikiran tentang apa saja yang menjadi
tantangan sehingga Pancasila tidak diimplementasikan.

Î Pembelajaran Alternatif
Guru meminta peserta didik untuk menjelaskan secara singkat apa yang diketahui
tentang sengketa batas wilayah, masing-masing 1 menit. Langkah berikutnya,
setelah peserta didik menyampaikan pandangannya tentang pokok pembahasan, guru
memberikan penyimpulan.

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskannya di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Gambar 6.3 Lembar Refleksi Peserta didik


1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui
lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari ...

214 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
 Topik Keputusan Mahkamah Internasional

2 Jam Pelajaran
Saran
秊 Periode
(guru dapat menyesuaikan dengan
kondisi pembelajaran aktual)

Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan hasil keputusan


Tujuan
 Pembelajaran
Mahkamah Internasional dan mengambil hikmah dari jatuh-
nya Pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Berbagi informasi
30' penting secara lisan

20' Pendahuluan 35' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Me-review topik Membuat poster cinta


Membaca dan 30' NKRI
sebelumnya
mendiskusikan hasil
keputusan Mahkamah
Internasional

a. Kegitan Pendahuluan
Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali topik pembahasan dari
pertemuan sebelumnya dengan mengulang pertanyaan kunci pada unit ini.

“Apa yang menyebabkan terjadinya sengketa Laut Natuna, antara Indonesia


dan China?“

b. Kegiatan Inti - Ide Pembelajaran


1) Guru meminta peserta didik untuk membaca materi yang berjudul “Sengketa Laut
Natuna”, sub “Keputusan Mahkamah Internasioanl”.
2) Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mencatat informasi penting
terkait topik bacaan. Beberapa pertanyaan kunci yang diberikan kepada peserta
didik adalah:
a) Bagaimana hasil keputusan Mahkamah Internasional terhadap sengketa Pulau
Sipadan dan Ligitan?
b) Apa hikmah yang bisa diambil dari jatuhnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke
Malaysia?

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 215


3) Setelah peserta didik selesai mencari informasi, dilanjutkan dengan membuat
infografis peta pemikiran tentang paham kebangsaan contoh perilaku baik yang
menunjukkan cinta NKRI. Tugas ini dapat dilakukan secara individual atau
berpasangan. Media yang digunakan dapat berupa digital photoshop, canva, coreldraw
atau ilustrasi manual.

Î Kegiatan Pembelajaran Alternatif


Peserta didik diminta membuat rangkuman terkait dengan materi yang telah dipelajari
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci (pada poin b di atas).

c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pelajaran.
2) Guru dan peserta didik melakukan refleksi.
3) Guru dapat memberikan penugasan dan informasi lain sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran.

Peserta didik dapat menuliskan refleksi hasil belajar hari ini pada kolom refleksi (Buku
Siswa).

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

7. Lembar Kerja Peserta Didik


Dalam Buku Siswa, terdapat beberapa lembar kerja peserta didik yang perlu dikerjakan
oleh peserta didik, yaitu:

216 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
 Lembar Kerja:1 Grafik TIK

Tabel 6.1 Lembar Kerja Peserta Didik

Saya Tahu ... Saya Ingin Tahu … Saya Telah Ketahui ...
diisi di awal pembelajaran diisi di awal pembelajaran diisi di akhir pembelajaran

Keterangan
• Pada kolom Saya Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ketahui tentang sengketa
Pulau Sipadan dan Ligitan (diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Ingin Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ingin tahu lebih ba-
nyak tentang sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan (diisi di awal pembelajaran).
• Pada kolom Saya Telah Ketahui, peserta didik menuliskan hal baru yang mereka pelajari
tentang sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan (diisi di akhir pembelajaran)

 Lembar Kerja 2 Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

8. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, untuk menguji pemahaman peserta didik, asesmen diberikan kepada
peserta didik sebagai berikut:
a. Membuat infografis/video seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 217


b. Menjawab pertanyaan terbuka yang ada pada Buku Siswa.
1) Bagaimana sejarah munculnya sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan antara
Indonesia dan Malaysia?
2) Bagaimana proses penyelesaian sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan antara
Indonesia dan Malaysia?
3) Berapa luas Pulau Sipadan dan Ligitan, serta apa keistimewaan dari kedua
pulau itu?
4) Apa hikmah yang bisa diambil dari lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan
menjadi bagian dari negara Malaysia?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian


• Pemahaman materi (esai) • Penilaian diri sendiri video/infografis kepada
• Konten infografis/video • Penilaian teman sebaya publik

Asesmen Diskusi
No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan
solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;

218 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Sikap yang harus


No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 6.4 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 219


9. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

10. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?

220 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

11. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua/wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:
a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
peserta didik belajar
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 221


HUnit 3
Mengantisipasi Sengketa
Batas Wilayah dan Penegasan
Indonesia sebagai Negara Kepulauan

1. Pertanyaan Kunci
Pertanyaan kunci yang akan dibahas pada unit ini adalah:
a. Apa tindakan preventif yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi
terjadinya sengketa batas wilayah?
b. Bagaimana membangun zona aman batas wilayah sehingga tidak terjadi saling
klaim antarnegara?

2. Tujuan Pembelajaran
Pada unit ini, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan dan menganalisis tindakan
preventif yang perlu dilakukan oleh pemerintah. Peserta didik diharapkan pula dapat
mengetahui langkah-langkah pemerintah dalam membangun keamanan di perbatasan
wilayah teritotrial Indonesia.

222
3. Deskripsi
Pada unit ini, peserta didik diajak untuk merefleksikan potensi besar kekayaan alam
Indonesia. Perbatasan teritorial Indonesia dengan negara-negara tetangga seringkali
menjadi titik rawan konflik atau sengketa.
Ada banyak potensi sumber daya alam di sekitar perbatasan laut yang bisa menjadi
sumber sengketa perbatasan. Berkah bagi Indonesia jika sumber daya alam di sekitar
area perbatasan dapat diklaim sebagai bagian dari Indonesia tanpa penolakan yang
persisten dari negara lain (persisted objection). Situasi dapat saja berubah jika negara
tetangga melakukan klaim serupa atas area perbatasan tersebut. Kita mesti bersiap diri
dan mengatur strategi untuk berdiskusi dan bernegosiasi atas klaim tersebut.
Oleh karena itu, penting merefleksikan, selain potensi kekayaan alam Indonesia
yang melimpah, perlunya pengamanan atau penjagaan yang ekstra ketat oleh aparat.
Pemerintah perlu pula terus menjaga hubungan erat dengan negara-negara tetangga,
sehingga ketika terjadi gesekan atau sengketa batas wilayah, dapat ditempuh tindakan-
tindak preventif untuk mencegah kontak senjata.

4. Skema Pembelajaran
Berikut skema pembelajaran unit ini.

4 2 JP Mengantisipasi Sengketa Batas Wilayah

Jam Pelajaran 2 JP Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Kosa Kata Hal yang Perlu Sumber


Penting Dipersiapkan Belajar

• Batas wilayah • Spidol/kapur tulis Sumber Utama


• Sengketa • Kertas A4, • Bacaan Unit 3 Buku Guru
wilayah sebanyak 5 • Bacaan Unit 3 Buku Siswa
• Blok Ambalat lembar/kertas
Pengayaan
• Indonesia untuk peserta
• Ummi Yusnita, Penyelesaian Sengketa Batas
• Malaysia didik mencatat Laut antara Indonesia dan Malaysia dalam
• Kedaulatan hasil diskusi Perspektif Internasional, Binamulia Hukum,
bangsa • Contoh diagram Vol. 7, No. 1, Juli 2018, https://media.
• Negara peta pikiran dan neliti.com/media/publications/275407-
kepulauan diagram Venn penyelesaian-sengketa-batas-laut-antara-
6c778cae.pdf
• Soleman B. Ponto, Menyukseskan
Transportasi Laut Lewat Pemahaman
UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan,
https://www.gatra.com/detail/news/488264/
politik/membedah-masalah-laut-dari-
transportasi-hingga-keamanan

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 223


5. Sumber Bacaan
Upaya mengantisipasi terjadinya konflik atau sengketa batas wilayah dengan negara-
negara lain, Indonesia telah menyiapkan regulasi dan usaha-usaha kelembagaan. Pada
aspek regulasi, telah ada beberapa undang-undang, seperti Undang-Undang Nomor
43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985
tentang Pengesahan Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS 1982).
Sedangkan dari aspek kelembagaan telah dibentuk  Badan Nasional Pengelola
Perbatasan di bawah naungan Menteri Dalam Negeri. Keanggotaannya lintas fungsi
dan lebih bersifat koordinatif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor
44 Tahun 2017.
Upaya untuk menjaga wilayah yang menjadi bagian dari kedaulatan NKRI,
terutama di perbatasan, baik di darat maupun di laut, merupakan implementasi dari visi
kemaritiman, yang dirintis oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
dan dipertajam serta diperluas oleh Presiden Joko Widodo. Indonesia punya banyak
pengalaman dalam penyelesaian sengketa batas wilayah dengan negara-negara lain.
Perbatasan wilayah, terutama di jalur laut, perlu mendapat perhatian lebih. Sebagai
negara maritim, Indonesia wajib melindungi dan mempertahankan kedaulatan pada
setiap teritorial wilayahnya. Perbatasan di laut juga memiliki fungsi penting dari aspek
ekonomi maupun politik.
Setiap sengketa batas wilayah memiliki cara penyelesaian yang berbeda satu
sama lain. Dalam praktiknya, sejauh ini, Indonesia telah mempraktikkan dari tahap
perundingan bilateral, penetapan wilayah status quo, usaha memanfaatkan lembaga
otoritas ASEAN, hingga yang terakhir adalah penyelesaian di Mahkamah Internasional.
Di luar itu, apakah tidak bisa menyelesaikan sengketa batas wilayah dengan cara-
cara kultural atau nor-formal? Mestinya bisa. Bagaimana caranya? Cara yang efektif—
meski ini tradisional—yaitu dengan melakukan zona pembangunan bersama (joint
development zone). Jadi, di wilayah sengketa itu dilakukan model pembangunan yang
dapat dikelola secara bersama oleh kedua belah pihak yang bersengketa.

Indonesia sebagai negara kepulauan


Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Disebut sebagai
negara kepulauan, karena memiliki banyak pulau dan wilayah perairan yang sangat
luas. Itulah sebabnya, selain negara kepulauan, Indonesia juga disebut sebagai negara
maritim.
Wilayah Indonesia mencapai 1.905 juta kilo meter persegi yang terbentang dari
Sabang sampai Marauke. Terdapat sekitar 17.500 pulau yang dimiliki oleh Indonesia.
Pulau-pulau itu dihubungkan oleh laut dan selat yang kemudian menjadi wilayah,
karena itulah sering juga disebut sebagai nusantara.
Menurut Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Pusat Hidrogafi dan Oseanografi
(Pushidros) TNI Angkatan Laut, total luas wilayah perairan Indonesia mencapai 6,32
kilo meter persegi atau lebih besar dibanding luas daratan yang hanya 1.905 juta kilo

224 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
meter persegi. Selain itu, laut Indonesia memiliki aneka ragam kekayaan di dalam laut,
seperti 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu
karang.
Indonesia ditetapkan sebagai negara kepulauan berdasarkan Pasal 46 dan Pasal
47 ayat (1) UNCLOS 1982. Karena itulah, kedaulatan NKRI mencakup tidak hanya
di daratan, tetapi juga di perairan atau laut.

6. Proses Pembelajaran di Kelas

 Topik Mengantisipasi Sengketa Batas Wilayah

2 Jam Pelajaran
Saran
秊 Periode
(guru dapat menyesuaikan dengan
kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik dapat menjelaskan dan menganalisis bagaimana


 Pembelajaran mengantisipasi terjadinya sengketa batas wilayah

Langkah-Langkah Pembelajaran 1

Membuat komik tema


30' cinta NKRI

20' Pendahuluan 35' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Mereviu materi Membuat poster


Berdiskusi tentang 30' dukungan kepada
sebelumnya
bagaimana cara pemerintah
mengantisipasi
terjadinya sengketa

a. Kegiatan Pendahuluan
Guru meminta peserta didik secara sukarela untuk berbagi contoh implementasi cinta
NKRI dalam konteks sengketa batas wilayah antara Indonesia dan negara-negara lain.

b. Kegiatan Inti
1) Guru bersama peserta didik mendiskusikan topik bacaan pada unit ini.
2) Guru memberikan pertanyaan untuk ditanggapi peserta didik saat diskusi kelompok
besar.

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 225


3) Guru mengajak peserta didik menonton video/membaca artikel berita yang
berkaitan dengan contoh penerapan cinta NKRI dan tidak cinta NKRI.

Baca selengkapnya: Sumber: https://mediasulut.co/berita-460-antisipasi-potensi-sengketa-di-wilayah-perbatasan-.html

4) Secara berkelompok (kurang lebih 5 orang) peserta didik membuat grafik


perbandingan untuk kedua contoh penerapan cinta NKRI.
5) Guru meminta peserta didik berbagi hasil dari diskusi kelompok.
6) Setelah itu, guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat video
tema cinta NKRI sebagai sikap pribadi/individu, atau dapat pula berupa dukungan
kepada pemerintah dalam menyikapi kasus sengketa batas wilayah antara Indonesia
dan negara-negara lain.

c. Kegiatan Penutup
Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka menjawab
pertanyaan kunci pada awal diskusi menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskannya di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan.

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Gambar 6.5 Lembar Refleksi Peserta didik

1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui
lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari ...

226 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
 Topik Indonesia sebagai Negara Kepulauan

2 Jam Pelajaran
Saran
秊 Periode
(guru dapat menyesuaikan dengan
kondisi pembelajaran aktual)

Tujuan Peserta didik diharapkan dapat menjelaskan potensi besar ke-


 Pembelajaran kayaan sumber daya alam Indonesia sebagai negara kepulauan

Langkah-Langkah Pembelajaran 2

Menyosialisasikan
leaflet cinta NKRI:
konteks sengketa batas
wilayah (lingkungan
30' sekolah)

20' Pendahuluan 35' Kegiatan Inti atau Kegiatan lanjutan 5' Refleksi

Mereviu materi Mengunggah leaflet


Merefleksikan
30' cinta NKRI ke media
sebelumnya
fenomena sengketa sosial: konteks seng­
batas wilayah keta batas wilayah
Indonesia dengan
negara tetangga

a. Kegitan Pendahuluan
Guru meminta peserta didik membagikan kembali hasil pemikirannya dalam menyikapi
sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia. 

b. Kegiatan Inti - Ide Pembelajaran


1) Guru memberikan review tantangan dan peluang implementasi cinta NKRI dalam
konteks kasus sengketa batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia.
2) Peserta didik diberi tugas untuk membuat produk (booklet/leaflet) yang berisi cinta
NKRI dalam konteks kasus sengketa batas wilayah antara Indonesia dan negara-
negara lain. Tugas ini dapat dilakukan secara individu atau berpasangan.
3) Setelah selesai, guru menerangkan kepada peserta didik bahwa produk yang telah
mereka buat akan disosialisasikan ke audiens yang lebih luas (luar kelas). 
4) Pada saat sosialisasi, peserta didik diharapkan mendapatkan respons dari para
audiens dengan cara memberikan tanggapan terhadap isi produk menggunakan
tabel berikut. 

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 227


Nama Pesan yang Hal yang Hal yang
Saya Dapat Perlu Diapresiasi Perlu Diperbaiki

c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pelajaran.
2) Guru dan peserta didik melakukan refleksi.
3) Guru dapat memberikan penugasan dan informasi lain sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran.

Peserta didik dapat menuliskan refleksi hasil belajar hari ini pada kolom refleksi
(Buku Siswa).

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

228 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
7. Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk
dipelajari oleh peserta, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran, untuk membantu peserta didik dalam mencapai capaian
pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk melakukan remedial,
di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

8. Lembar Kerja Peserta Didik

 Lembar Kerja 1 Jurnal Harian Cinta NKRI


Contoh jurnal:

Hari/Tanggal Senin/28 September 2020

Waktu Pagi hari

Tempat Di rumah

Deskripsi Membuat poster cinta NKRI dan mengunggahnya ke media sosial


kegiatan

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 229


 Lembar Kerja 2 Kolom Refleksi

Tanggal:

Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan sehari-
hari ...

9. Asesmen/Penilaian
Di akhir unit, untuk menguji pemahaman peserta didik, asesmen diberikan kepada
peserta didik sebagai berikut:
a. Membuat infografis/video seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
b. Menjawab pertanyaan terbuka yang ada pada Buku Siswa.
1) Bagaimana cara untuk mengantisipasi agar tidak tejadi sengketa batas wilayah?
2) Apa yang dimaksud dengan joint development zone dalam mengantisipasi
sengketa batas wilayah?
3) Apa urgensi dialog atau negosiasi dalam proses penyelesaian kasus sengketa
batas wilayah?

Aspek Penilaian

Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan

• Partisipasi diskusi • Observasi guru • Efektivitas penyajian


• Pemahaman materi (esai) • Penilaian diri sendiri video/infografis kepada
• Konten infografis/video • Penilaian teman sebaya publik

230 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Asesmen Diskusi
No. Nama Peserta Didik Skor 1 – 4 Nilai = Skor x 25

Skala nilai 1 - 4 dengan ketentuan:


1 = Jika peserta didik cukup bertanya saja
2 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab
3 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis
4 = Jika peserta didik mampu bertanya dan menjawab dengan kritis serta memberikan
solusi

Observasi Guru
Dalam melakukan penilaian sikap, guru dapat melakukan observasi. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
a. kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan
kelompok;
b. dapat menyimak penjelasan guru dan/atau menyimak dengan saksama saat
temannya berbicara;
c. menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran;
d. berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional
dan sistematis, serta disampaikan secara santun;
e. menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat,
ras, suku, agama atau kepercayaan, dan lain sebagainya; serta
f. menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas dan peran yang harus
dilakukan.

Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting


lainnya terkait hal-hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembang-
kannya sesuai dengan kebutuhan guru.

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 231


Sikap yang harus
No. Nama Peserta Didik Sikap Positif
ditingkatkan

1.
2.
3.
4.
5.
dst.

Gambar 6.6 Lembar Observasi

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian capaian pembelajaran, misalnya menggunakan skala
1-10. Jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-hal
yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang
hal-hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
kunci yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri
ataupun teman sebaya, di antaranya:
a. Apakah kalian atau teman kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
b. Jika ya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
c. Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

10. Kegiatan Tindak Lanjut


Kegiatan tindak lanjut dapat berupa dua hal:
a. Pengayaan, kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang
dapat diberikan oleh guru adalah:
1) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari
oleh peserta didik, untuk kemudian disampaikan oleh peserta didik yang
bersangkutan pada sesi pertemuan berikutnya.
2) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capain pembelajaran,
sehingga sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian
pembelajaran.

232 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
b. Remedial, kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk
melakukan remedial, di antaranya:
1) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan
peserta didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan
motivasi belajarnya, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik.
2) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan
secara mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan
dengan gaya belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan
belajarnya.

11. Refleksi Guru


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
a. Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
b. Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran? 
c. Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
d. Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
e. Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
f. Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan
hasil pembelajaran?
g. Apa dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
h. Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
i. Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
j. Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
k. Pada momen apa peserta didik menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir
mereka?
l. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
m. Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

12. Interaksi Guru dan Orang Tua/Wali


Interaksi guru dengan orang tua/wali murid merupakan hal yang penting dalam
kesuksesan belajar peserta didik. Dengan melakukan interaksi ini, orang tua dapat
dilibatkan secara intensif dalam mewujudkan kesuksesan belajar peserta didik.
Interaksi guru dan orang tua/wali murid dapat dilakukan dalam beberapa bentuk,
di antaranya:

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 233


a. Pendampingan. Guru dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
mendampingi belajar anaknya. Pendampingan di sini dapat berupa: menanya dan
mengingatkan tugas-tugas apa yang perlu dilakukan di rumah, mendampingi proses
belajarnya di rumah, termasuk juga mengetahui gaya dan hambatan belajarnya.
Semua proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua/wali murid dapat
dicatat secara sistematis.
b. Observasi. Guru juga dapat meminta bantuan orang tua/wali murid untuk
melakukan observasi kepada anaknya terkait dengan sikap dan perilaku selama di
rumah, ataupun terkait dengan tugas-tugas tertentu yang memerlukan pengamatan
orang tua.

Untuk melakukan interaksi tersebut, dapat ditempuh dengan cara:


a. Kunjungan ke rumah peserta didik. Guru dapat melakukan kunjungan secara
mandiri ataupun secara kolektif bersama dengan guru bimbingan konseling
ataupun bersama dengan peserta didik lain untuk melakukan kunjungan ke
salah satu rumah peserta didik. Dengan melakukan kunjungan ini, memberikan
kesempatan kepada guru untuk dapat melihat secara langsung tentang kondisi anak
dilingkungan keluarga, latar belakang kehidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga sekaligus dapat mengobservasi langsung cara
peserta didik belajar.
b. Mengundang ke sekolah. Guru dapat mengundang salah satu orang tua/wali
murid untuk datang ke sekolah, terutama ketika sekolah membuat kegiatan yang
memungkinkan mengundang orang tua. Guru juga dapat mengundang salah satu
orang tua/wali dari peserta didik yang mengalami kendala belajar atau menghadapi
masalah sehingga bersama dengan orang tua/wali murid dapat dicarikan solusinya.
c. Surat menyurat, baik melalui elektronik maupun cetak. Surat menyurat ini dapat
dilakukan untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik yang sukses dalam
belajar ataupun kepada peserta didik yang mengalami kesulitan/masalah dalam
belajar.

234 Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK/MA Kelas XII
Glosarium

Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai: Dalam Bahasa Komunisme: Paham atau ideologi (dalam
Indonesia disebut Badan Penyelidik bidang politik) yang menganut
Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). ajaran Karl Marx, yang hendak
Sebuah badan yang dibentuk oleh menghapuskan hak milik perseorangan
Pemerintah Jepang pada tanggal 29 April dan menggantikannya dengan hak milik
1945 bertepatan dengan hari ulang tahun bersama yang dikontrol oleh negara
Kaisar Hirohito. Badan ini dibuat sebagai Kapitalisme: Sistem dan paham ekonomi yang
upaya memperoleh dukungan dari bangsa modalnya bersumber pada modal pribadi
Indonesia dengan menjanjikan bahwa atau modal perusahaan swasta dengan
Jepang akan memberikan kemerdekaan ciri persaingan dalam pasar bebas.
kepada bangsa Indonesia di kemudian
Nilai dasar: Suatu nilai yang bersifat abstrak
hari.
dan tetap, terlepas dari pengaruh
Piagam Jakarta: Sebuah bentuk dari dokumen perubahan ruang dan waktu. Nilai dasar
historis yang menjadi hasil kompromi mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar,
silang antara kelompok Islam dengan dan ciri khasnya
kelompok nasionalis (kebangsaan) yang
Nilai instrumental: nilai yang bersifat
terbentuk di dalam BPUPK. Piagam
kontekstual. Dalam konteks PPKn, nilai
Jakarta juga kerap disebut dengan
instrumental merupakan penjabaran
Jakarta Charter karena Piagam Jakarta
dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan
merupakan piagam atau naskah yang
kinerja untuk kurun waktu tertentu dan
disusun pada rapat Panitia Sembilan
untuk kondisi tertentu.
pada tanggal 22 Juni 1945.
Nilai praksis: adalah nilai yang terdapat
Antusiasme: Semangat atau minat besar
dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik
terhadap sesuatu
dalam konteks kehidupan bermasyarakat
Kolonialisme: Paham tentang penguasaan maupun bernegara. Dalam konteks
oleh suatu negara atas daerah atau bangsa PPKn, nilai praksis adalah wujud dari
lain dengan maksud untuk memperluas penerapan nilai-nilai Pancasila, baik
negara itu secara tertulis maupun tidak tertulis, baik
Argumentasi: Alasan untuk memperkuat atau dilakukan oleh lembaga negara (eksekutif,
menolak suatu pendapat, pendirian, atau legislatif, dan yudikatif ) maupun oleh
gagasan

235
organisasi masyarakat, bahkan warga Diskriminasi: Pembedaan perlakuan terhadap
negara secara perseorangan. sesama warga negara (berdasarkan warna
Radikalisme: Paham atau aliran yang kulit, golongan, suku, ekonomi, agama,
menginginkan perubahan atau dan sebagainya)
pembaharuan sosial dan politik secara Konstitusi: Istilah konstitusi dalam banyak
menyeluruh hingga ke akar-akarnya. bahasa berbeda-beda, seperti dalam
Berasal dari kata “radix” yang berarti akar. bahasa Inggris ”constitution”, dalam
Terorisme: Penggunaan kekerasan untuk bahasa Belanda ”constitutie”, dalam
menimbulkan ketakutan dalam usaha bahasa Jerman ”konstitution”, dan dalam
mencapai tujuan. bahasa Latin ”constitutio” yang berarti
undang-undang dasar atau hukum
Konsumerisme: Paham atau gaya hidup yang
dasar. Jadi, konstitusi merupakan
menganggap barang-barang sebagai
hukum dasar tertinggi yang memuat
ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan
hal-hal mengenai penyelenggaraan
sebagainya. Konsumerisme juga dapat
negara. Dalam ungkapan lain, konstitusi
bermakna gaya hidup yang tidak hemat.
adalah kerangka kerja (framework)
Hoaks: Berita atau informasi yang tidak dari sebuah negara yang menjelaskan
benar/bohong/tidak sesuai fakta. tentang bagaimana menjalankan dan
Human Capital Index: Dalam Bahasa Indonesia mengorganisir jalannya pemerintahan.
disebut Indeks Modal Manusia. Human Konstitusi Indonesia adalah Undang-
Capital Index merupakan salah satu Undang Dasar (UUD) 1945.
program Bank Dunia yang didesain Regulasi: Seperangkat peraturan yang
untuk menjelaskan kondisi kesehatan bertujuan untuk mengendalikan.
dan pendidikan berpengaruh terhadap Regulasi merupakan konsep abstrak
produktivitas generasi yang akan datang. pengelolaan sistem yang kompleks
Climate Change: Istilah lainnya adalah sesuai dengan seperangkat aturan dan
Perubahan Iklim yakni perubahan yang tren. Regulasi ada di berbagai bidang
disebabkan baik secara langsung atau kehidupan masyarakat.
tidak langsung oleh aktivitas manusia Norma: Sebuah kesepakatan yang dibangun
sehingga mengubah komposisi dari oleh masyarakat. Norma dibuat sebagai
atmosfer global dan variabilitas iklim aturan bersama, sebagai cara hidup
alami pada perioda waktu yang dapat bersama, dan sekaligus menjadi pemandu
diperbandingkan. untuk mencapai tujuan bersama.
Globalisasi: Proses mendunianya suatu hal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(ideologi, pandangan hidup dan lainnya) (KUHP): Peraturan perundang-
sehingga batas antara negara menjadi undangan yang mengatur mengenai
hilang. perbuatan pidana secara materiil di
Multikultural: Keragaman budaya, adat, etnis Indonesia.
atau tradisi. Batas Wilayah: Garis batas yang merupakan
Kearifan lokal: kebijaksanaan atau pemisah kedaulatan suatu negara yang
kecendekiaan yang berasal dari nilai- didasarkan atas hukum internasional.
nilai sebuah masyarakat yang spesifik. Korupsi: Penyelewengxan atau penyalahgunaan
Intoleransi: Ketidakmauan untuk menerima uang negara untuk keuntungan pribadi
ide, pandangan atau perilaku yang atau orang lain.
berbeda dengan apa yang dimilikinya Blok Ambalat: Suatu wilayah perairan
sendiri. di perbatasan antara Indonesia dan
Malaysia, tepatnya di di Laut Sulawesi

236 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


atau Selat Makassar dan berada di dekat Kolaborasi: Kerja sama untuk membuat
perpanjangan perbatasan darat antara sesuatu
Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Gender: Istilah yang digunakan untuk
Timur. Wilayah ini memiliki luas 15.235 menjelaskan perbedaan peran perempuan
kilometer persegi dan kaya akan sumber dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai
daya alam, khususnya minyak. Penamaan ciptaan Tuhan. Gender merupakan
blok laut ini didasarkan atas kepentingan pembedaan peran, kedudukan, tanggung
eksplorasi kekayaan laut dan bawah laut, jawab, dan pembagian kerja antara laki-
khususnya dalam bidang pertambangan laki dan perempuan yang ditetapkan
minyak. oleh masyarakat berdasarkan sifat
UNCLOS : Singkatan dari United Nations perempuan dan laki-laki yang dianggap
Convention on The Law of the Sea, pantas menurut norma, adat istiadat,
yang sering disebut Konvensi PBB kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
tentang Hukum Laut. Indonesia sudah Minoritas: Golongan sosial yang jumlah
meratifikasi Konvensi ini melalui UU No. warganya jauh lebih kecil jika
17 Tahun 1985. Sejak saat itu Indonesia dibandingkan dengan golongan lain
mengikuti hukum UNCLOS 1982. dalam suatu masyarakat.
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE): Zona yang Bullying: Dalam bahasa Indonesia
luasnya 200 mil laut dari garis dasar diterjemahkan perundungan yaitu
pantai, yang mana dalam zona tersebut aktivitas menyakiti orang lain, baik
sebuah negara pantai mempunyai secara fisik maupun psikis, dalam
hak atas kekayaan alam di dalamnya, bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik
dan berhak menggunakan kebijakan berulang kali dan dari waktu ke waktu,
hukumnya, kebebasan bernavigasi, seperti memanggil nama seseorang
terbang di atasnya, ataupun melakukan dengan julukan yang tidak disukai,
penanaman kabel dan pipa. memukul, mendorong, menyebarkan
Mahkamah Internasional: Sebuah badan rumor, mengancam, atau merongrong
kehakiman utama Perserikatan Bangsa- Norma: Suatu aturan atau ketentuan bersama
Bangsa (PBB). Fungsi utama Mahkamah yang disepakati yang mengikat warga
ini adalah untuk mengadili dan kelompok dalam masyarakat, dipakai
menyelesaikan sengketa antarnegara- sebagai panduan, tatanan, dan pengendali
negara anggota dan memberikan tingkah laku yang sesuai.
pendapat-pendapat bersifat nasihat
Konstitusi: Undang-Undang Dasar suatu
kepada organ-organ resmi dan badan
negara dan segala ketentuan dan aturan
khusus PBB.
tentang ketatanegaraan
Sipadan: Sebuah pulau di negara bagian
Nasionalisme: Paham atau ajaran untuk
Sabah, Malaysia. Letaknya tak jauh
mencintai bangsa dan negara sendiri.
dari pulau Kalimantan/Borneo. Pulau
ini merupakan salah satu pulau yang Blue print: Dalam bahasa Indonesia
dipersengketakan antara Indonesia dan diterjemahkan sebagai cetak biru yang
Malaysia. berarti rencana yang terperinci, program
tindakan, atau rencana program.
Ligitan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah,
Malaysia. Pulau yang terletak 21 mil dari Internalisasi: penghayatan terhadap suatu
pantai daratan Sabah dan 57,6 mil dari ajaran, doktrin, atau nilai sehingga
pantai Pulau Sebatik di ujung timur laut merupakan keyakinan dan kesadaran
pulau Kalimantan/Borneo ini luasnya akan kebenaran doktrin atau nilai yang
7,9 Ha. diwujudkan dalam sikap dan perilaku

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 237


Weltanschauung : Berasal dari bahasa Jerman,
berasal dari akar kata Welt ('dunia') dan
Anschauung ('pandangan'), sehingga
jika digabung menjadi Weltanschauung
bermakna pandangan hidup.
Preambule: Nama lain dari pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 yang tidak
boleh diamandemen.
Philosophische grondslag: Istilah yang muncul
dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK).
Apa Philosophische grondslag dari
Indonesia merdeka? Kata Radjiman
Wedyodiningrat. Philosophische
Grondslag berasal dari bahasa Belanda
yang berarti norma (lag), dasar (grands),
dan yang bersifat filsafat (philosophische).
Kolaborasi: Kerjasama untuk membuat atau
melakukan sesuatu.
Sinergi: kegiatan atau operasi gabungan
Gender: Istilah yang digunakan untuk
menjelaskan perbedaan peran perempuan
dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai
ciptaan Tuhan. Gender merupakan
pembedaan peran, kedudukan, tanggung
jawab, dan pembagian kerja antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan
oleh masyarakat berdasarkan sifat
perempuan dan laki-laki yang dianggap
pantas menurut norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.

238 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


Daftar Pustaka

1. Buku
Adiwijoyo, Suwarno. 2005. Konsolidasi Wawasan Maritim Indonesia. Jakarta: Pakar Pusat Kajian
Reformasi.
Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R., et al (Eds.). 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives . Allyn &
Bacon. Boston, MA (Pearson Education Group).
Aris Hardinanto, Autentisitas Sumber Sejarah Pancasila Dalam Masa Sidang Pertama Badan
Untuk Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Tanggal 29 Mei-1 Juni
1945. Volume 3• Nomor 1.
Bertrand, Jacques, Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia, UK: Cambridge University
Press, 2004.
Budiyono, Hubungan Negara Dan Agama Dalam Negara Pancasila, Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 8 No. 3, Juli-september 2014.
Daniel Hutagalung, Menapaki Jejak-jejak Pemikiran Soepomo Mengenai Negara Indonesia,
Jurnal Hukum Jentera Vol. 3 (10), Oktober 2005.
Danusaputro, Munadjat. 1976. Tata Lautan Nusantara dalam Hukum dan Sejarahnya. Jakarta:
Binacipta.
Dewantara, Ki Hadjar. 2013. Ki Hadjar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Peserta didik.
Duch B.J., Groh S.E., Allen D.E. 2001. Why problem-based learning? A case study of
institutional change in undergraduate education. In B. Duch, S. Groh, & D. Allen
(Eds.). The Power of Problem-Based Learning (pp.3-11). Sterling, VA: Stylus.
Fadilah, Nurul. Tantangan Dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Journal of Digital Education, Communication, And Arts. Vol. 2 No. 2,
September 2019.
Francis, Diana. 2006. Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial, terjemahan Hendrik Muntu
Yogyakarta: Quills.
Grant, M. M. 2002. Getting a Grip on Project-Based Learning: Theory, Cases and Recommendations.

239
Meridian: A Middle School Computer Technologies Journal, 5, 1-17.
Hadiwidjoyjo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara dalam Dimensi Hukum Internasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamsah Hasan, Hubungan Islam Dan Negara: Merespons Wacana Politik Islam Kontemporer
Di Indonesia, Al-Ahkam, Volume 25, Nomor 1, April 2015.
Hisyam, Muhamad. Ki Bagus Hadikusumo dan Problem Relasi Agama-Negara, Jurnal
Masyarakat & Budaya. Volume 13 No. 2 Tahun 2011.
Ilyas, Islam dan Kebangsaan: Pergumulan Dalam BPUPKI, PPKI, dan Piagam Jakarta, Buletin
Al-Turas, Vol. 26 No. 1 January 2020.
Imam Amrusi Jailani, Pergolakan Politik Antara Tokoh Muslim Dan Nasionalis Dalam Penentuan
Dasar Negara Republik Indonesia, Karsa, Vol. 22 No. 2, Desember 2014.
Iqbal, Muhammad. Mohammad Hatta dan Partai Demokrasi Islam Indonesia: Dinamika
Pemikiran Hubungan Agama dan Politik, Madania. Vol. Xviii, No. 2, Desember 2014.
I Wayan Tagel Eddy, Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
Dharma Smrti, Nomor 18 Vol. I Mei 2018: 1 – 134.
Kaligis, OC. 2003. Sengketa Sipadan Ligitan: Mengapa Kita Kalah. Jakarta: OC Kaligis &
Associates.
Koers, Albert W. 1994. Konvensi Peserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Latif, Y. 2017. Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan. Bandung: Mizan.
Nurhadiantomo. 2004. Hukum Reintegrasi Sosial: Konflik-konflik Sosial Pri-NonPri dan
Hukum Keadilan Sosial, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.
Panitia Peringatan Hari Lahir Pancasila, 2017. Kisah Pancasila. Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Polamolo, Susanto. Gelap-terang Pancasila: Otokritik Atas Teks Sejarah Yang Melenceng.
Jurnal Konstitusi, Volume 15, Nomor 2, Juni 2018.
Saifiidin. Lahirnya UUD 1945: Suatu Tinjauan Historis Penyusunan Dan Penetapan UUD 1945.
Unisia. No. 49/Xxvl/In/2002.
Salamah, Lilik. 2017. Analisa Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT): Peluang
dan Tantangan Association of Southeast Asian Nations (Asean) dalam Mewujudkan
Integrasi Asia Tenggara. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik Vol. 30, No. 3,
Tahun 2017, hal. 300-309.
Samekto, Adjie. 2003. Negara dalam Dimensi Hukum Internasional. Bandung: Bakti.
Sholahudin, Umar. Globalisasi: Antara Peluang Dan Ancaman Bagi Masyarakat Multikultural
Indonesia. Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis. Vol 4, No 2, Desember 2019.
Soeprapto, Sri. Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam Perspektif
Etika Pancasila. Jurnal Filsafat Vol. 23, Nomor 2, Agustus 2013.
Soraya, May Rosa Zulfatus. Kontestasi Pemikiran Dasar Negara dalam Perwujudan Hukum
di Indonesia.
Suryani, W. Komunikasi Budaya yang Efektif. Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013.
Swidler, Leonard dan Paul Mojzes. 2000. The Study of Religion in an Age of Global Dialogue,
Temple University Press.
Ubaedillah, A, dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak
Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah-
Kencana Prenada Media.

240 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


Winastwan, Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK.
Jakarta: Flex Media Komputindo.
Yamin, M. 1959. Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945. Jilid 1, Jakarta: Yayasan
Prapantja.
Zaini, H., dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff
Development UIN Sunan Kalijaga.

2. Internet
Ady, Kellie. 2019. The Student-Centered Learning Cycle. https://www.schoology. com/blog/
student-centered-learning-cycle.
Djalal, Hasjim. “Penyelesaian Sengketa Sipadan-Ligitan, Interpelasi?”, Januari-Maret, 2003,
http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/view/1374/1296.
Djoub, Zineb. 2018. 3 Key Characteristics of Project-Based Learning. https://edulearn2change.
com/article-3-key-characteristics-of-project-based-learning/.
Goodman, B., & Stivers, J. 2010. Project-based learning. Educational psychology, 2010, 1-8.
Diunduh dari http://www.fsmilitary.org/pdf/Project_Based_ Learning.pdf.
https://www.researchgate.net/publication/317377196_autentisitas_sumber_sejarah_pancasila_
dalam_masa_sidang_pertama_badan_untuk_menyelidiki_usaha-usaha_persiapan_
kemerdekaan_tanggal_29_mei-1_juni_1945.
Juwanam, Hikmahanto. “Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan”, Vo.1, No.1, Oktober,
2013, https://media.neliti.com/media/publications/65193-ID-putu san-mi-atas-
pulau-sipadan-dan-ligita.pdf.
Kamdi. 2007. Model Pembelajaran Problem Based Learning (online) tersedia: http://www.
sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-bas e d.html?m-1.
Ponto, Soleman B. Menyukseskan Transportasi Laut Lewat Pemahaman UU No. 32 Tahun 2014
tentang Kelautan, https://www.gatra.com/detail/news/488264/politik/membedah-
masalah-laut-dari-transportasi-hingga-keamanan.
Wilson, Leslie Owen. Tanpa Tahun. Three Domains of Learning – Cognitive, Affective,
Psychomotor,https://thesecondprinciple.com/instructional-design/three
domainsoflearning/.
Yusnita, Ummi. Penyelesaian Sengketa Batas Laut antara Indonesia dan Malaysia dalam
Perspektif Internasional, Binamulia Hukum, Vol. 7, No. 1, Juli 2018, https://media.
neliti.com/media/publications/275407-penyelesaian-sengketa-batas-laut-antara-
6c778cae.pdf.

3. Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat
Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Conventions on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 241


Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

4. Berita
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/politik/sengketa-di-kawasan-laut-
natuna-utara.
https://www.liputan6.com/news/read/4154735/menilik-sejarah-sengketa-natunadan-ambisi-
china-untuk-menguasai.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20191116190725-106-448975/big-da n-tni-
ungkap-sejarah-konflik-pulau-sipadan-ri-malaysia.
https://www.matamatapolitik.com/apa-yang-bisa-dipelajari-dari-konflik-laut-natuna-opini/.
https://mediasulut.co/berita-460-antisipasi-potensi-sengketa-di-wilayah-perbatasan-.html.
https://kumparan.com/kumparanNEWS/china-protes-pergantian-nama-laut-natuna-utara-
di-peta-baru-indonesia/full.
https://www.liputan6.com/news/read/4131990/indonesia-relakan-pulau-sipadan-dan-ligitan-
untuk-malaysia-17-tahun-silam.
https://belitung.tribunnews.com/2016/08/18/10-fakta-unik-tentang-indonesia-ini-bikin-
anda-bangga-jadi-bagian-bangsa-ini.
https://sains.kompas.com/read/2018/12/20/140400723/toleransi-yang-sebenarnya-di-
indonesia-bukan-hal-mustahil?page=all.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/11/100000479/pf-dahler-tokoh-pergerakan-
nasional-keturunan-indo-belanda?page=all.

242 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


Daftar Sumber Gambar
ANRI
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3876704/9-fungsi-pancasila-sebagai-dasar-negara-
dan-pedoman-masyarakat-indonesia, diunduh 22 Februari 2021
https://tirto.id/hidup-dalam-keragaman-membikin-kita-lebih-pintar-chc6, diunduh 26 Februari
2021
https://nusantaranews.co/pancasila-dan-globalisasi/, diunduh 26 Februari 2021
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Gotong_royong_membersihkan_sungai_dari_
sampah._Gotong_royong_adalah_salah_satu_ciri_budaya_bangsa_Indonesia.jpg,
diunduh 26 Februari 2021
https://www.pexels.com/id-id/foto/tumpukan-kayu-dari-bird-s-eye-view-1268076/, diunduh
26 Februari 2021
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Pusat_Kota_Pamanukan_Terendam_Banijir.jpg,
diunduh 26 Februari 2021
https://www.merdeka.com/foto/dunia/1128961/20191126225502-tragis-36-orang-tewas-
terkubur-tanah-longsor-005-debby-restu-utomo.html, diunduh 2 Maret 2021
https://pixabay.com/id/photos/lanskap-perubahan-iklim-alam-4684217/, diunduh 2 Maret
2021
https://unsplash.com/photos/DCHv-HRibso, diunduh 2 Maret 2021
https://kalteng.antaranews.com/berita/440328/um-palangkaraya-dorong-remaja-gemar-
budidaya-tanaman-obat, diunduh 2 Maret 2021
https://www.pexels.com/id-id/foto/pemandangan-sayuran-348689/, diunduh 2 Maret 2021
https://www.beritasatu.com/megapolitan/355405/pelanggaran-lalu-lintas-meningkat-17-di-
jakarta, diunduh 2 Maret 2021
https://anri.go.id/download/pameran-arsip-virtual-lahirnya-pancasila-1590913496 , diunduh
2 Maret 2021
https://tirto.id/apa-saja-contoh-akulturasi-dalam-masyarakat-indonesia-gaJk?utm_
source=Tirtoid&utm_medium=Terkait, diunduh 2 Maret 2021
https://tirto.id/adat-agama-dan-budaya-modal-besar-wujudkan-keserasian-bwqF
https://foto.bisnis.com/view/20200909/1289260/ritual-perayaan-gong-perdamaian-dunia-di-
situs-budaya-ciungwanara-jawa-barat, diunduh 2 Maret 2021
https://news.detik.com/foto-news/d-4855860/ketika-kapal-coast-guard-china-potong-haluan-
kri-usman-harun/1, diunduh 2 Maret 2021
https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4c3ab1e18/sumber-konflik-dan-potensi-
ekonomi-laut-natuna-utara, diunduh 2 Maret 2021
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sipadan_island.jpg, diunduh 2 Maret 2021
https://tirto.id/menjaga-kedaulatan-di-batas-perairan-bAtf, diunduh 2 Maret 2021

243
Indeks
A Gender 178, 229, 230, 238
Agama 41, 124, 178, 231, 232, 238, 239, 240, 242, Geografis 233
244, 245 globalisasi 71, 140, 141, 235
Analisis SWOT 33 Globalisasi 228, 232
Antusiasme 227 gotong royong 5, 13, 14, 18, 81, 83, 85, 87
Argumentasi 227 H
ASEAN 69, 203, 216
asesmen 26, 33, 47, 61, 76, 88, 133, 144, 156, 166, Hatta 38, 39, 40, 41, 111, 117, 119, 232
178, 185, 196, 209, 222 Hoaks 35, 66, 228
Asesmen ii, v, vi, vii, viii, ix, x, 26, 47, 61, 76, 88, 89, Hukum 38, 39, 102, 187, 215, 216, 228, 229, 231,
107, 114, 120, 128, 129, 144, 145, 156, 157, 166, 232, 233, 243
178, 179, 196, 197, 209, 210, 222, 223 Human Capital Index 68, 228

B I
Batas Wilayah ix, x, 184, 187, 188, 189, 191, 192, Identitas 24, 132, 134, 138, 139, 140, 242, 243
194, 214, 215, 217, 228 ideologi 5, 7, 8, 40, 56, 67, 68, 71, 95, 111, 112, 113,
bermain peran 19, 96, 118 118, 124, 126, 227, 228
Blok Ambalat 215, 228 Indonesia ii, iii, iv, vii, ix, x, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
Blue print 229 19, 20, 22, 23, 24, 34, 37, 38, 39, 40, 41, 52, 53,
Bullying 229 55, 56, 59, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 74, 76, 81,
82, 86, 87, 93, 94, 95, 97, 104, 107, 109, 111, 112,
C 113, 114, 124, 125, 126, 127, 139, 142, 154, 155,
Climate Change 228 164, 173, 174, 178, 183, 184, 185, 187, 189, 190,
191, 194, 197, 201, 202, 203, 204, 205, 207, 210,
D 214, 215, 216, 217, 218, 219, 227, 228, 229, 230,
demokrasi 2, 40, 111, 125, 173 231, 232, 233, 234, 235, 238, 239, 241, 244, 245
Demokrasi 232, 240, 244 Internalisasi 98, 123, 125, 229
Dialog 22, 97, 98, 151, 152, 244 Intoleransi 136, 172, 174, 228
discovery learning 24, 184, 185, 186, 191, 192 J
Diskriminasi 136, 172, 174, 228, 242
Diskusi kelompok 33, 34, 60, 72, 74, 133, 185 jati diri 4, 6, 8, 24, 132, 137, 139, 140
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai 37, 227 Jurnal harian 185

E K
eksplorasi 229 Kapitalisme 227
Kearifan lokal 228
F kebinekaan 6, 8, 9, 11, 18, 24, 28, 132, 133, 135, 136,
falsafah 7, 67, 95, 111, 124, 125, 126 161, 163, 171, 172, 173, 174, 244
Kebinekaan 28, 244
G Kesepakatan 103
Gagasan 20, 37 Kewarganegaraan i, ii, iv, vi, 1, 2, 5, 7, 8, 18, 31, 35,
Gallery Walk 44, 45, 73, 135, 186 80, 88, 183, 232, 238, 239, 243, 244

244
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 228 persatuan 5, 6, 7, 39, 40, 54, 55, 110, 111, 112, 113,
Kolaborasi viii, 132, 135, 149, 150, 151, 166, 229, 230 118, 126
Kolonialisme 227 Perundang-undangan 95, 98, 122, 123, 125, 127, 128
Komunisme 227 perundungan 24, 55, 132, 229
Konstitusi vii, 23, 94, 97, 99, 100, 104, 105, 106, Philosophische grondslag 230
228, 229, 232, 244 Piagam Jakarta 34, 36, 38, 40, 44, 45, 120, 227, 232
Konsumerisme 71, 228 Preambule 34, 38, 40, 42, 230
Korupsi 69, 103, 228 Presentasi , 33, 35, 42, 44, 45, 97, 98, 105, 106, 113,
127, 134, 136, 139, 145, 157, 163, 165, 175, 176,
L 178
Ligitan x, 184, 186, 187, 201, 202, 203, 204, 207, Project based learning 133
209, 210, 229, 232, 233 Proyek vi, 12, 18, 33, 35, 80, 81, 82, 84, 86, 87, 88,
133, 163, 164, 185
M
Mahkamah Internasional 186, 202, 203, 207, 216, 229 R
Malaysia 184, 187, 190, 194, 201, 202, 203, 204, 207, Radikalisme 71, 228
210, 215, 219, 228, 229, 233 Refleksi vi, vii, viii, ix, x, 14, 22, 26, 33, 34, 35, 42,
Minoritas 229 43, 44, 46, 49, 57, 58, 59, 60, 63, 72, 74, 75, 78,
Moh. Hatta 40 82, 86, 88, 91, 97, 98, 105, 108, 115, 119, 121,
Moh. Yamin 38, 39, 111, 119 127, 129, 133, 134, 135, 136, 139, 142, 144, 147,
Multikultural 135, 150, 228, 232, 239 152, 153, 156, 159, 165, 169, 174, 175, 177, 181,
185, 186, 191, 193, 194, 196, 199, 204, 206, 207,
N 209, 212, 217, 218, 219, 222, 225
Nasionalisme 229 Regulasi viii, 23, 94, 98, 122, 126, 228
Nilai dasar 34, 52, 56, 227 Remedial 49, 63, 78, 91, 147, 159, 168, 181, 199,
Nilai instrumental 34, 52, 56, 227 212, 221, 225
Nilai praksis 34, 52, 56, 227
NKRI ix, 8, 9, 11, 20, 22, 23, 25, 40, 94, 95, 97, 113, S
183, 184, 185, 189, 204, 205, 206, 207, 208, 216, Sekolah iii, 35, 81, 83, 85, 86, 105, 239, 240, 244
217, 218, 219, 221 Sengketa ix, x, 184, 186, 187, 188, 189, 191, 192, 194,
Norma vii, 23, 94, 97, 99, 100, 101, 102, 105, 228, 229 201, 202, 203, 204, 207, 214, 215, 217, 232, 233
Sinergi 230
O Sipadan x, 184, 186, 187, 201, 202, 203, 204, 207,
observasi 28, 29, 47, 48, 50, 61, 62, 64, 76, 77, 79, 89, 209, 210, 229, 232, 233, 235
92, 145, 146, 148, 155, 157, 158, 160, 167, 169, Soekarno 37, 38, 39, 40, 55, 111, 117, 119, 126
179, 182, 197, 198, 200, 210, 211, 213, 223, 226 Soepomo 38, 39, 40, 111, 117, 231
Observasi 28, 29, 47, 48, 50, 61, 62, 64, 76, 77, 79,
88, 89, 90, 92, 145, 146, 148, 157, 158, 160, 166, T
167, 169, 178, 179, 180, 182, 197, 198, 200, 210, Terorisme 228, 239
211, 213, 222, 223, 224, 226 toleransi 6, 8, 41, 136, 151, 172, 234
Toleransi 22, 238, 242
P
Panitia Sembilan 37, 39, 40, 227 U
PBB 186, 189, 190, 202, 216, 229 UNCLOS 186, 189, 190, 202, 216, 217, 229
Pelanggaran vii, 23, 52, 94, 95, 97, 99, 100, 101, Undang-Undang Dasar (UUD) 228
102, 104, 105, 106
Pendidikan i, ii, iii, iv, 1, 2, 5, 7, 8, 26, 31, 98, 123, W
124, 183, 232, 238, 239, 240, 241, 242, 243, 244, Weltanschauung 230
245, 246 Wilayah ix, x, 124, 184, 187, 188, 189, 191, 192, 194,
Penilaian v, vi, vii, viii, ix, x, 12, 14, 16, 26, 27, 28, 214, 215, 216, 217, 228, 229, 234, 242
29, 33, 47, 48, 61, 62, 76, 77, 88, 89, 90, 107, 114,
120, 128, 144, 145, 146, 156, 157, 158, 166, 168, Z
178, 180, 196, 197, 198, 209, 210, 211, 222, 224 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 186, 189, 190, 202,
Peraturan 95, 98, 122, 123, 125, 128, 216, 228, 233 229

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 245


Profil Penulis
Hatim Gazali

Nama Lengkap : Hatim Gazali


Email : gazalihatim@gmail.com
Instansi : Universitas Sampoerna
Alamat Instansi : L'Avenue Building, Jalan Raya Pasar Minggu No.Kav. 16, RT.7/RW.9,
Pancoran, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12780
Bidang Keahlian : Pancasila, Kewarganegaraan Studi Agama-Agama, Islamic Studies

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Dosen Universitas Sampoerna, 2011-sekarang
2. Anggota Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI Pusat),
periode 2020-2025
3. Ketua Umum Persatuan Dosen Agama Islam (PERSADA NUSANTARA), 2019-2024
4. Pemimpin Redaksi Bulletin Islamina, 2020 – sekarang
5. Koordinator Divisi Pengembangan SDM
Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Indonesia (DPP ADPISI), periode 2017-2022

Riwayat Pendidikan dan Tahun Belajar:


1. S2 Center for Religious and Cross-Cultural Studies, UGM
2. S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Islam Untuk Generasi Z- Panduan Mengajarkan Islam
Bagi Guru Pendidikan Agama Islam (Wahid Foundation, 2019)
2. Editor, “Peluang dan tantangan Pendidikan Abad 21” (SSE, 2013)
3. Editor, “Contemporary Issues in Language Research” (SSE, 203)
4. Editor, “Matematika: Aplikasi dan Pembelajaran” (SSE, 2013)
5. Kontributor Agama, Budaya dan Bencana:
Kajian Integratif Ilmu, Agama dan Budaya (Mizan, 2012)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. The Formalization of Islamic Sharia in Public Sphere: A Case Study of Hizbut Tahrir Indonesia,
Journal of DINIKA April 2017
2. Perception of Catholic Lesson Among The Eleventh Grade Muslim Students at SMA Santa Theresia
Jakarta. Al-Albab, Vol 5. No 1. June. 2016
3. Perempuan dalam Citra Ketidakadilan Gender: Kajian Feminis dan Resepsi Atas Kisah Yusuf dalam
Serat Yusuf. Muwazah. Vol. 8 No. 2 Desember. 2016
4. Stereotip Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa pada Siswa SMA Santa Theresia. At. Turast. Vol. 3
No. 1. Januari-Juni. 2016
5. Toleransi Remaja Islam kepada Pemeluk yang berbeda: Studi Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
SMA di Bekasi, Jawa Barat. At.Tarbawi. Vol. 1 No 1. 2016
6. The Implementation of Productive Online Discussion in Flipped Classroom Model in Humanistic
Studies Subject at Sampoerna University, Seamolec, 2014
7. Pandangan Perempuan Ahmadiyah Terhadap The Other: Studi Di Gondrong, Cipondoh,
Tangerang, Kementerian Agama, 2013

246 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


Profil Penulis
Ahmad Asroni

Nama Lengkap : Ahmad Asroni


Email : ahmad.asroni@uii.ac.id
Instansi : Universitas Islam Indonesia
Alamat Instansi : Jalan Kaliurang KM 14,5 Sleman Yogyakarta
Bidang Keahlian : Agama dan Filsafat

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Dosen Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) Universitas Islam Indonesia (2015-sekarang)
2. Dosen Pendidikan Pancasila di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM)
YKPN Yogyakarta (2018)
3. Dosen Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga (2013-2015)

Riwayat Pendidikan dan Tahun Belajar:


1. S1 Filsafat Universitas Gadjah Mada (2001)
2. S1 Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga (2003)
3. S2 Agama dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga (2007)
4. S3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga (Sekarang)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah (2017)
2. Pendidikan Pancasila (2020)
3. Islam Ulil Albab: Telaah Kritis Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (2020)
4. Abdimas Lintas Kampus untuk Bangsa (2020)
5. Pendidikan Kewarganegaraan (2021)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Implementasi Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural
di SMA PIRI 1 Yogyakarta (2018)
2. Kewirausahaan bagi Mantan Narapidana Terorisme (Studi Kasus Semarang) (2019)
3. Pandangan Teologis Jamaah Tabligh dalam Merespons Pandemi Covid-19 (2020)

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 247


Profil Penulis
Ali Usman

Nama Lengkap : Ali Usman


Email : ali.usman@uin-suka.ac.id
Instansi : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Alamat Instansi : Jalan Laksda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Bidang Keahlian : Filsafat dan Agama (Keislaman)

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2019-sekarang
2. Dosen Prodi Ilmu Tasawuf Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran (STAISPA) Yogyakarta,
2014-sekarang

Riwayat Pendidikan dan Tahun Belajar:


1. Sarjana Aqidah dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003
2. Master Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010
3. Doktoral Studi Islam (Kandidat) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Tim Penulis buku Dua Menyemai Damai: Peran dan Kontibusi Muhammadiyah
dan NU dalam Perdamaian dan Demokrasi (UGM Press, 2020)
2. Kontributor buku Khutbah Jumat: Menebar Perdamaian, Membumikan Islam Rahmatan lil Alamin
(Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012)
3. Kiai Mengaji, Santri Acungkan Jari (Pustaka Pesantren-LKiS, 2012)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Terlibat dalam penelitian “Peranan NU dan Muhammadiyah dalam Pembangunan Perdamaian
dan Demokrasi: Perspektif Nasional, Regional, dan Global”, PSKP UGM (2019)
2. Penelitian dan presentasi “Kekerasan Simbolik oleh MUI tentang Fatwa Haram Pluralisme”,
International Annual Conference on Fatwa Studies (2018)
3. Penelitian dan presentasi “Gus Dur, Gusdurian, dan Gus Dur-Gus Duran”, Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (2016)

248 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


Profil Penulis
Abdul Waidl

Nama Lengkap : Abdul Waidl


Email : waidl2020@yahoo.com
Instansi : INFID (International NGO Forum on Indonesian Development)
Alamat Instansi : Jatipadang Pasar Minggu Jakarta Selatan
Bidang Keahlian : Menulis, meneliti, fasilitator, narasumber

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Senior Program Officer HAM dan Demokrsi di International NGO Forum on Indonesian
Development (INFID)
2. Asisten Staf Khusus Presiden Republik Indonesia
3. Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI)
4. Sekretaris Jendral Komisi Anggaran Independen (KAI)
5. Direktur Eksekutif PP Lakpesdam NU

Riwayat Pendidikan dan Tahun Belajar:


1. Sarjana Pendidikan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999
2. Master Filsafat Islam di Universitas Paramadina Jakarta, 2013
3. Doktoral Ilmu Pendidikan (Kandidat) di UNINUS Bandung, 2020

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Panduan Pelatihan Vokasi Untuk Pemangku Kepentingan, INFID, 2019
2. APBN Konstitusional Prinsip dan Pilihan Kebijakan,
Seknas Fitra dan Galang Pustaka, 2015
3. Pendidikan yang Memerdekakan: Membumilandaskan Revolusi Mental dalam Sistem Pendidikan
Indonesia, Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transformasi Pendidikan, 2015.
4. Anggaran Pro Kaum Miskin Sebuah Upaya Menyejahterakan Masyarakat,
LP3ES Jakarta, January 2010

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Potret BLK Komunitas, Kajian Evaluasi BLK Komunitas 2017-2018, Kementerian Tenega Kerja dan
The Prakarsa, 2020
2. Analisis Kebijakan Anggaran Pendidikan, APBN 2016-2020, Yappika-Action Aid, 2020
3. Mendorong Siswa SMK Kita Siap-Hebat, Individu, 2020
4. Kertas Kebijakan enam Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Vokasi, INFID, 2018
5. Kajian Kebijakan Anggaran Pendidikan Vokasi di Negara-Negara OECD, Kementerian Tenega Kerja
dan INFUD, 2017
6. Realisasi APBN 2011: Negara Predator dan Pemenuhan Hak Dasar yang Terus Tertunda serta
Terabaikan, Komisi Anggaran Independen, Januari 2012
7. RAPBN 2012 Masih Konservatif dan Residual, Belum untuk Semua Warga Negara, TIFA dan Komisi
Anggaran Independen, September 2011

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 249


Profil Penulis
Tedi Kholiludin

Nama Lengkap : Tedi Kholiludin


Email : tedikh@gmail.com
Instansi : Universitas Wahid Hasyim
Alamat Instansi : Jalan Menoreh Tengah, Kota Semarang Jawa Tengah
Bidang Keahlian : Sosiologi Agama

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Dosen Metodologi Studi Agama Universitas Wahid Hasyim Semarang (2016-Sekarang)
2. Peneliti di Yayasan Lembaga Studi Sosial dan Agama (ELSA) Semarang (2016-Semarang)
3. Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah (2018-2023)

Riwayat Pendidikan dan Tahun Belajar:


1. S-1 Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang (2001-2006)
2. S-2 Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga (2007-2008)
3. S-2 Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga (2009-2014)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Jalan Sunyi Pewaris Tradisi: Diskriminasi Layanan Publik terhadap Penghayat Kepercayaan
di Jawa Tengah, 2014
2. Menjaga Tradisi di Garis Tepi: Identitas, Pertahanan dan Perlawanan Kultural
Masyarakat Etno-Religius, 2018
3. Bersarung Menatap Salib: Pandangan Muslim tentang Gereja, Kebangsaan dan Kemajemukan, 2019
4. Lebaran di Jawa: Tradisi, Simbol dan Memori, 2019
5. Prahara Tionghoa: Etnis Tionghoa dan Peristiwa “Gedoran Cina” di Caracas-Cilimus,
Kuningan tahun 1947, 2018
6. Pécinan di Pecinan: Santri, Tionghoa dan Tuan Rumah Kebudayaan Bersama di Kota Semarang, 2019

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Toleransi dan Konflik Keagamaan di Jawa Tengah tahun 2020
2. Waria Muslim(ah) dan Konstruksi tentang Islam: Bacaan atas sebuah Fenomena, 2018
3. Agama, Metafora Spasial dan Tempat-tempat yang Terhubung, 2018
4. Sejarah Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Jawa Tengah, 2019

250 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


Profil Penelaah
Dadang Sundawa

Nama Lengkap : Dadang Sundawa


Email : d_sundawa@yahoo.com
Instansi : UPI
Alamat Instansi : Jalan Dr. Setiabudhi 229, Bandung
Bidang Keahlian : PPKn

Riwayat Pendidikan dan Tahun Belajar:


1. S1 PKn – Hukum IKIP Bandung (1981 – 1986)
2. S2 IPS IKIP Bandung (1995 – 1997)
3. S3 PKn UPI (2008 - 2011)

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Ketua Prodi PIPS UPI (2016 - sekarang)
2. Tim Pengembang Kurikulum UPI (2015 - 2019)
3. Koord. PLPG Sertifikasi Guru UPI (2007 - 2017)
4. Tim Teknis Kurikulum 2013 Kemdikbud Jakarta (2012 - 2013)
5. Penelaah Buku PPKn SMP/A Pusbuk Jakarta (2013 - sekarang)
6. Tim Pengembang Instrumen BTP Pusbuk Jakarta (2017 - 2019)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Kemdiknas, 2010
2. Pendidikan Kewarganegaraan, Kemdikbud, 2013 - 2018
3. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Kemdikbud, 2013 - sekarang
4. Modul PPKn SMP Terbuka Dir. SMP, 2020
5. Modul PPKn PJJ Dir. SMP
6. Buku-buku PPKn, Swasta, 2018 - sekarang
7. PPKn SMA, Kemdikbud, 2020

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran, 2014
2. Hubungan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan peningkatan wawasan kebangsaan
dan semangat nasionalisme mahasiswa, 2015
3. Peranan Civic Community dalam Mendorong Pemuda Sebagai Pelopor Kemandirian Bangsa (Studi
Kasus Pada Komunitas “Pasukan Kresek” Di Kabupaten Malang Jawa Timur), 2016
4. Pelestarian Nilai-Nilai Civic Culture dalam Memperkuat Identitas Budaya Masyarakat: Makna
Simbolik Ulos dalam Pelaksanaan Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Sitorang, 2016
5. Penguatan Karakter Mahasiswa Yang Berwawasan Kebangsaan Dalam Menghadapi Tantangan
Disintegrasi Bangsa, 2017
6. Emerging volunteerism for Indonesian millennial generation: Volunteer participation and
responsibility, 2018
7. Implementation of Teaching Model of Jurisprudential Inquiry Analysis as Prevention Effort from
Hoax Among Students, 2018
8. Emerging volunteerism for Indonesian millennial generation: Volunteer participation and
responsibility, 2019

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 251


Profil Penelaah
Muhammad Mukhlisin

Nama Lengkap : Muhammad Mukhlisin


Email : klisin1@gmail.com
Akun Facebook : Muhammad Mukhlisin
Instansi : Yayasan Cahaya Guru
Alamat Instansi : Jalan Jeruk Purut No. 11, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Bidang Keahlian : Menyusun modul pembelajaran

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir):


1. Manajer Program Sekolah Agama ICRP
2. Tim Religious Studies Universitas Pembangunan Jaya
3. Manajer Program Yayasan Cahaya Guru
4. Kepala Sekolah Guru Kebinekaan

Riwayat Pendidikan dan Tahun Belajar:


1. 1994-2000 ​Madrasah Ibtidaiyah (MI Salafiyah TajungsariTlogowungu Pati)
2. 2000-2003 ​Madrasah Tsanawiyah (MTs Khoiriyah Siti Luhur gembong Pati)
3. 2003-2006 Madrasah Aliyah (MA Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati)
4. 2003-2006 P​ ondok Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati
5. 2006-2011 ​Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Tarbiyah Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta

Judul Buku/Karya dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Modul Pendidikan HAM, Demokrasi & Konstitusi Bagi Penyuluh Agama-Agama, Penerbit ICRP
2. Modul Pelatihan Untuk Organisasi Keagamaan Dan Kepemudaan, Search for Common Ground
(SFCG) Indonesia
3. Modul Pelatihan Dasar dan Lanjutan Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak Kewarganegaraan untuk
Pemuda, The Wahid Institute dan Respect and Dialog (Ready)
4. "Merayakan Perbedaan Merajut Perdamaian" yang diterbitkan oleh Departemen Pemuda dan
Remaja PGI, ICRP, dan the Wahid Institute (Editor)
5. Beragam bukan seragam 2 : menjadi rujukan keragaman, kebangsaan dan kemanusiaan, Yayasan
Cahaya Guru, 2016
6. Berguru, berbaur, bersatu: refleksi sekolah guru kebinekaan 2017, Yayasan Cahaya Guru, 2018
7. Cahaya bineka, taman bangsa : nilai Pancasila dalam laku pendidikan, Yayasan Cahaya Guru, 2018
8. Keragaman dari ruang kelas : catatan peserta sekolah guru kebinekaan lanjutan 2018, pertemuan
guru kebinekaan Ambon, dan pelatihan guru kebinekaan Pematangsiantar, Yayasan Cahaya Guru,
2018. (Editor)
9. Cahaya bineka taman bangsa : narasi dan panduan kegiatan pengembangan nilai Pancasila,
Yayasan Cahaya Guru 2019

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


1. Teacher as A Reference To Diversity, Nationality And Humanity An Experience Of Yayasan Cahaya
Guru, Indonesia

252 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII


Profil Ilustrator & Editor
Muhammad Kodim

Nama lengkap : Muhammad Kodim


Email : mh.kodim@gmail.com
Instansi : Maskod Communication
Alamat instansi : Gedung Office 8, Level 18-A, SCBD, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53,
Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Bidang keahlian : Visual communication, creative concept, writing

Pekerjaan
1. Founder & CEO Maskod Communication (PT Maskod Komunika Indonesia, sebuah perusahaan
konsultan yang bergerak di bidang media relation dan digital communication), 2013-sekarang
2. Jurnalis Tabloid Prioritas (Media Group), 2011-2013
3. Redaktur Pelaksana (Redpel) Majalah Intrepreneur, 2009-2011
4. Pemimpin Redaksi (Pemred) Buletin DEPORT on Minority Issues, 2008-2009
5. Kepala Bidang Advokasi Agama dan Kebudayaan DESANTARA Foundation, 2007-2009
6. Penulis Skenario Sinetron dan Film Televisi (FTV), 2006-2007

Pendidikan
S1 UIN Sunan Ampel Surabaya, 1999-2005

Bagian 4 | Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 253


Profil Desainer
Muhamad Isnaini

Nama Lengkap : Muhammad Isnaini


Email : amaxdesain@gmail.com
Instansi : @maxdesain
Alamat Instansi : Jl. Village IV, Komplek Pamulang Village blok F-2, Pondok Petir, Depok
Bidang Keahlian : Desain Grafis
Pendidikan Terakhir : S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

254 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | SMA/SMK Kelas XII

Anda mungkin juga menyukai