Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH LAPORAN KASUS RESIKO PERILAKU KEKERASAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA II

DISUSUN OLEH KELOMPOK I:

1. AGNES HERU 2207004


2. AGUSTINA DWISEPTI L 2207005
3. ARBAI 2207006
4. AWAL 2207007

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA

SEMARANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai
rentang dimana agresiv verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) disisi yang
lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal
ini kan mempengaruhi perilaku seseorang berdasarkan keadaan emosi secara mendalam
tersebut terkadang perillaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping
yang kurang bagus (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan
dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari
kerugian yang di timbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu
di lakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga professional (Keliat, Model praktik
keperawatan profesional jiwa, 2012).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai orang lain atau secara fisik maupun psikologis ( Berkowitz dalam
Hernawati 1993. Hasil riset WHO dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan
jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 %, saat ini
gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 % (Dayly
lost (1998) dalam Rasmun,2001).
WHO menyatakan satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental atau
jiwa.Who memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat Depkes) mengatakan angka itu menunjukan jumlah penderita gangguan
kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk
indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, setress, depresi, penyalahgunaan
obat, kenakalan remaja, sampai skizofrenia (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal
dan fisik ( Ketner et al., 1995 dalam Keliat, Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas,
2012).
Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien
dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga
profesional. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa individu yang sakit jiwa
adalah aib dan memalukan, tidak bermoral bahkan tidak beriman.Pada umumnya
pasien gangguan jiwa di bawa keluarga ke rumah sakit jiwa atau unit pelayanan
kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu merawat dan terganggu perilaku
pasien. Masalah tindakan kekerasan perilaku agresi merupakan kejadian kompleks yang
bukan hanya mencakup aspaek perilaku (behavior) tapi merupakan suatu problema
kesehatan jiwa yang dapat dialami oleh siapapun. Fenomena social yang terjadi
beberapa tahun belakangan ini seperti krisis berkepanjangan, adakan penduduk yang
tidak merata karena sulitnya mencari kehidupan layak sehingga penduduk melakukan
migrasi (urbanisasi) ke wilayah yang lebih menjanjikan pendapatan layak secara
ekonomi seperti di negara Indonesia banyak terjadi PHK, antara lapangan pekerjaan
yang sedikit . Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan jiwa
yang salah satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk menulis
makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan, guna membantu
klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang di hadapi melalui
penerapan asuhan keperawatan jiwa.

B. Tujuan penulis makalah


1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori dan memberikanAsuhan Keperawatan
dan Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku
kekerasan
b. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Perilaku Kekerasan
c. Mahasiswa mampu mengetahui Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
d. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien
dengan perilaku kekerasan meliputi pengkajian, pohon masalah, diagnose
keperawatan serta tindakan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Definisi prilaku kekerasan Menurut Kusumawati dan hartono (2010), prilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain, disertai dengan
amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Herman, 2011: 131). Menurut Stuart dan
Laraia (2005), prilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau
ketakutan (panic) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman
secara fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stressor eksternal
(penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal
perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan
penyakit fisik (Kemenkes RI, 2012: 176).
Prilaku kekerasan merupakan: 1) respon emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina), 2)
ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa keinginan
tidak tercapai, tidak puas), 3) prilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal diarahkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Kemenkes RI, 2012: 176). Prilaku
kekerasan adalah suatu bentuk prilaku yang bertujuan untuk melukai secara fisik
maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka prilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,orang lain, dan lingkungan. Prilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung prilaku kekerasan atau
riwayatprilaku kekerasan (Dermawan, 2013: 94). Prilaku kekerasan merupakan suatu
bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-
tindakan yang dapat membahayakan atau Rentang Respon Menurut Yosep (2010) :
Adaptif Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK Asertif : Klien mampu
mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan
Frustasi : Klien gagal mencapai tujuan kepuasan atau saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatifnya Pasif : Klien marasa tidak dapat mengungkapkan perasaanya
tidak berdaya dan menyerah Agresif : Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih
terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman Kekerasan : Perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai amuk, merusak lingkungan
1. Faktor Presipitasi Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat
mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaian dengan :
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perklahian masal dan sebagainya
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosia
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengasumsikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik .
d. Adanya riwayat perilaku antisosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.

2. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep(2010), factor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah :
a. Teori biologis
Neurologic factor Beragam komponen dari system saraf seperti sinar,
neurotrasmitter, dendrite, akson terminalis mempunyai peran
menfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan- pesan yang
akan mempengaruhi sifat agresif system limbik sangat terlibat
timbulnya bermusuhan dan respon agresif.
1) Genetic factor Adanya gen yang diturunkan melalui orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif menurut riset kazuo
murakami( 2007) dalam gen manusia terdapat dormant
( potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika
terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitian genetic
tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh
penghuni pelaku tindak criminal, serta orang- orang yang
tersangkut akibat perilaku agresif .
2) Cycardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan
pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti
menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang mudah
terstimulasi untuk bersifat agresif.
3) Biochemistry factor (factor biokimia tubuh)seperti
neurotranmiter di otak (epineprin, norepineprin, dopamine,
asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian
informasi melalui system persyarafan dalam tubuh, adanya
stimulus dari luar tubuh yang di anggap mengancam atau
membahayakan akan di hantar melalui impuls neurotransmitter
ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan
hormone androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin
dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebral dapat menjadi
factor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
4) Brain area disorder Gangguan pada system limbik can lonus
temporal syndrome otak organic, tumor otak, trauma otak,
penyakit ensepalitis, epilepsy ditemukan sangat berpengaruh
perilaku agresif dan tindak kekerasan
b. Teori psikologis
1) Teori psikoanalisa Agresifitas dan kekerasan dapat di
pengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang. Teori ini
menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia
0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang utuh cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada
lingkungan. Tidak terpenuhi kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat kosep
diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri perilaku tindak
kekerasan.
2) Imitation, modeling, and information processing teory
Menurut teori ini perilaku kerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolerin kekerasan. Adanya contoh , model
dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton
tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif pula
(makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain
menonton tayangan cara mengasihi dan mencium boneka
tersebut dengan rewerd positif pula (makin baik belaiannya
mendapat hadiah coklat).setelah anak- anak keluar dan diberi
boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai
tontonan yang pernah dialaminya
3) Learning teori Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar
individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati
bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan
mengamati respon ibu saat marah ia juga belajar bahwa
agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya,
menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut
untuk diperhitungkannya
B. Tanda dan gejala
Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan
gejala perilaku kekerasan:
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot atau pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Jalan mondar mandir
6. f..Masalah Keperawatan
7. Resiko perilaku kekerasan, (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)
8. Perilaku kekerasan
9. Harga diri rendah kronis
C. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, oranglain, lingkungan dan verbal)
Effect

Perilku kekerasan Core problem

Harga diri rendah kronis

Causa

D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan,
2. Harga diri rendah kronik,

E. Asuhan Keperawatan Jiwa Prilaku Kekerasan

Asuhan keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerja sama
yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lainnya. Standar
asuha keperawatan terdiri dari lima tahap standar yaitu : pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, evaluasi (Muhith, 2015: 2).

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: nama perawat, nama panggilan, nama pasien, nama panggilan
pasien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan,
tanyakan dan catat umur, jenis kelamin, agama, alamat lengkap, tanggal
masuk, dannomor rekam medik.

b. Alasan Masuk
Alasan klien masuk biasanya pasien sering mengungkapkan kalimat yang
bernada ancaman, kata- kata kasar, ungkapan ingin memukul serta
memecahkan perabotan rumah tangga. Pada saat berbicara wajah pasien
terlihat memerah dan tegang, pandangan mata tajam, mengatupkan rahang
dengan kuat, mengepalkan tangan, biasanyatindakan keluarga pada saat itu
yaitu dengan mengurung pasien atau mamasung pasien. Tindakan yan
dilakukan keluarga tidak dapat merubah kondisi ataupun prilaku pasien.
c. Faktor predisposisi
Pasien prilaku kekerasan biasanya sebelumnya pernah mendapatkan
perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang dilakukan masihmeninggalkan
gejala sisa. Biasanya gejala yang timbul merupakan akibat trauma yang
dialami pasien yaitu penganiayaan fisik, kekerasan didalam keluarga atau
lingkungan, tindakan kriminal yang pernah disaksikan, dialami ataupun
melakukan kekerasan tersebut.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu: pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah, nadi, dan pernafasan, biasanya pasien prilaku
kekerasan tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan akan
meningkat ketika klien marah.
e. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat tiga generasi yang menggambarkan hubungan
klien dengan keluarganya dan biasanya pada genogram akanterlihat
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pola
komunikasi klien, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Biasanya klien prilaku kekerasan menyukai semua bagian
tubuhnya, tapi ada juga yang tidak.
b) dentitas Diri
Biasanya klien prilaku kekerasan tidak puas terhadap
pekerjaan yang sedang dilakukan maupun yang sudah
dikerjakannya.
c) Peran diri
Biasanya klien prilaku kekerasan memiliki masalah dalam
menjalankan peran dan tugasnya.
d) Ideal Diri
Biasanya klien prilaku kekerasan memiliki harapan yangtinggi
terhadap tubuh, posisi, status peran, dan kesembuhan dirinya
dari penyakit.
e) Harga Diri
Biasanya klien prilaku kekerasan memiliki harga diri yang
rendah.
3) Hubungan Sosial
Biasanya klien prilaku kekerasan tidak mempunyai orangterdekat
tempat ia bercerita dalam hidupnya, dan tidak mengikuti kegiatan
dalam masyarakat.
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya pasien prilaku kekerasan meyakini agama yang
dianutnya dengan melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan
keyakinannya
b) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya
5) Status Mental
a) Penampilan
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan penampilan kadang
rapi dan kadang-kadang tidak rapi. Pakaian diganti klien ketika
ia dalam keadaan yang normal.
b) Pembicaraan
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan berbicara dengan
nada yang tinggi dan keras
c) Aktifitas Motorik
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan aktifitas motorik
klien tampak tegang, dan agitasi (gerakan motorik yang
gelisah), serta memiliki penglihatan yang tajam jika ditanyai
hal-hal yang dapat menyinggungnya.
d) Alam Perasaaan
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan alam perasaan klien
terlihat sedikit sedih terhadap apa yang sedang dialaminya.
e) Afek
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan selama berinteraksi
emosinya labil. Dimana klien mudah tersinggung ketika
ditanyai hal-hal yang tidak mndukungnya, klien
memperlihatkan sikap marah dengan mimik muka yang tajam
dan tegang.
f) Interaksi selama wawancara
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan bermusuhan,tidak
kooperatif, dan mudah tersinggung serta Biasanya pasien
dengan prilaku kekerasan defensif, selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
g) Persepsi
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan tidak ada
mendengar suara-suara, maupun bayangan-bayangan yang
aneh.
h) Proses atau arus fikir
Biasanya klien berbicara sesuai dengan apa yang ditanyakan
perawat, tanpa meloncat atau berpindah-pindah ketopik lain.
i) Isi Fikir
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan masih memiliki
ambang isi fikir yang wajar, dimana ia selalu menanyakan
kapan ia akan pulang dan mengharapkan pertemuan dengan
keluarga dekatnya.
j) Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan tingkat kesadaran
klien baik, dimana ia menyadari tempat keberadaanya dan
mengenal baik bahwasanya ia berada dalam pengobatan atau
perawatan untuk mengontrol emosi labilnya.
k) Memori
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan daya ingat jangka
panjang klien baik, dimana ia masih bisa menceritakan
kejadian masa-masa lampau yang pernah dialaminya, maupun
daya ingat jangka pendek, seperti menceritakan penyebab ia
masuk ke rumah sakit jiwa.
l) Tingkat kosentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan yang pernah
menduduki dunia pendidikan, tidak memiliki masalahdalam
hal berhitung, (penambahan maupun pengurangan).
m) Kemampuan penilaian
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan masih memiliki
kemampuan penilaian yang baik, seperti jika dia disuruh
memilih mana yang baik antara makan dulu atau mandidulu,
maka dia akan menjawab lebih baik mandi dulu.
n) Daya tarik diri
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan menyadari bahwa
dia berada dalam masa pengobatan untuk mengendalikan
emosinya yang labil.
f. Kebutuhan persiapan pulang

1. Makan
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan yang tidak memiliki masalah
dengan nafsu makan maupun sistem pencernaannya, maka akan
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi makanan yang diberikan.
2. BAB/BAK
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan masih bisa BAK/BAB
ketempat yang disediakan atau ditentukan seperti, wc ataupun kamar
mandi.
3. Mandi
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan untuk kebersihan diri seperti
mandi, gosok gigi, dan gunting kuku masih dapat dilakukan seperti
orang-orang normal, kecuali ketika emosinya sedang labil.
4. Berpakaian
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan masalah berpakaian tidak
terlalu terlihat perubahan, dimana klien biasanya masih bisa berpakaian
secara normal.
5. Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan untuk lama waktu tidursiang
dan malam tergantung dari keinginan klien itu sendiri dan efek dari
memakan obat yang dapat memberikan ketenangan lewat tidur. Untuk
tindakan seperti membersihkan tempat tidur, dan berdoa sebelum tidur
maka itu masih dapat dilakukan klien seperti orang yang normal

6. Penggunaan obat
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan menerima keadaan yang
sedang dialaminya, dimana dia masih dapat patuh makan obat sesuai
frekuensi, jenis, waktu maupu cara pemberian obat itu sendiri.
7. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan menyatakan keinginan yang
kuat untuk pulang, dimana ia akan mengatakan akan melanjutkan
pengobatan dirumah maupun kontrol ke puskesmas dan akan dibantu
oleh keluarganya.
8. Aktivitas didalam rumah
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan masih bisa diarahkan untuk
melakukan aktivitas didalam rumah, seperti: merapikan tempat tidur
maupun mencuci pakaian.
9. Aktifitas diluar rumah
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan Ini disesuaikan dengan jenis
kelamin klien dan pola kebiasaan yang biasa dia lakukan diluar rumah.

g. Mekanisme koping
Biasanya pada pasien dengan prilaku kekerasan, data yang didapatkan saat
wawancara pada pasien, bagaimana pasien mengendalikan diri ketika
menghadapi masalah:
1. Koping adaptif
a) Bicara dengan orang lain
b) Mampu menyelesaikan masalah
c) Teknik relaksasi
d) Aktifitas kontruksif
e) Olahraga
2. Koping maladaptive
a) Minum alcohol
b) Reaksi lambat/berlebihan
c) Bekerja berlebihan
d) Menghindar
e) Mencederai diri

h. Masalah psikososial dan lingkungan


Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan akan mengungkapakan masalah
yamg menyebabkan penyakitnya maupun apa saja yang dirasakannya
kepada perawat maupun tim medis lainnya, jika terbinahubungan yang baik
dan komunikasi yang baik serta perawat maupun tim medis yang lain dapat
memberikan solusi maupun jalan keluar yang tepat dan tegas.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai data yang didapatkan, walaupunsaat ini


tidak melakukan prilaku kekerasan tetapi pernah melakukan atau mempunyai
riwayat prilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah/
mengontrol prilaku kekerasan tersebut (keliat, 2009: 131).

Pohon Masalah Prilaku

Kekerasan Resiko Bunuh Diri


Effect

Prilakekerasan Cor

Harga Diri Rendah Causa

Pohon Masalah Prilaku Kekerasan


Menurut Muhith (2015: 164), diagnosa keperawatan yang muncul adalah
sebagai berikut:
a. Prilaku Kekerasan
b. Resiko Bunuh Diri
c. Harga diri rendah.
1. Perilaku Kekerasan
No Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko perilaku Kontrol diri (L. 09076) Setelah dilakukan Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
kekerasan bd Riwayat tindakan keperawatan selama 3 kali Observasi:
atau ancaman pertemuan diharapkan kontrol diri 1. Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis.
kekerasan terhadap diri pasien meningkat dengan kriteria hasil: Benda tajam, tali)
sendiri atau orang lain 2. Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung, dan
atau destruksi property Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan
orang lain(D. 0146) (mis. Pisau cukur
Terapeutik:
1. Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin, dan
libatkan keluarga alam perawatan.
Edukasi:
1. Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien, Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif, dan
latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis.
Relaksasi, bercerita)

Promosi Koping (I.09312)


Observasi:
1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki, Identifikasi sumber daya
yang tersedia untuk memenuhi tujuan, Identifikasi pemahaman
proses penyakit.
3. Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan.
4. Identifikasi metode penyelesaian masalah, dan Identifikasi
kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial.
Terapeutik:
1. Diskusikan perubahan peran yang dialami, Gunakan pendekatan
yang tenang dan meyakinkan
2. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
3. Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
4. Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
5. Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri.
6. Memberikan fasilitas informasi yang diperlukan
7. Memberikan pilihan yang nyata mengenai bagian-bagian dalam
perawatan
8. Dorong untuk membuat harapan yang nyata,
9. Melihat Kembali dalam mengambil keputusan
10. Jauhi pengambilan keputusan saat pasien sedang banyak pikiran
11. Berikan dukungan agar dapat bersosisalisasi dengan lingkungan
yang ada
12. Berikan dukungan agar mendapatkan sistem pendukung yang
banyak
13. Berikan dukungan dengan mendekatkan diri saat mengalami duka
cita.
14. Mengenalkan dengan orang sekitar yang mempunyai peran yang
sama
15. Dorong untuk menggunakan kemampuan melindungi diri dengan
tepat, dan Hindari dorongan lingkungan yang dapat menyebabkan
bencana
Edukasi
1. Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama
2. Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
4. Anjurkan keluarga terlibat
5. Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
6. Ajarkan cara memecahkan masalah secara kosntruktif
7. Latih penggunaan Teknik relaksasi, Latih ketrampilan sosial,
sesuai kebutuhan
8. Latih mengembangkan penilaian obyektif
2. Harga Diri Rendah
No Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Harga Diri Rendah Setelah diberikan tinndakan asuhan Manajemen Perilaku (I.12463) Observasi :
Situasiona berhubungan keperawatan selama …x… menit, 1. Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku Terapeutik
dengan perubahan pada diharapkan harga diri pasien meningkat 2. Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
citra tubuh, perubahan dengan kriteria hasil : 3. Jadwalkan kegiatan terstruktur
peran sosial, (L.09069) 4. Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten
ketidakadekuatan setiap dinas
1. Penilaian diri meningkat -Kontak
pemahaman, perilaku 5. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
mata meningkat
tidak konsisten dengan 6. Batasi jumlah pengunjung
2. Aktif meninngkat
nilai, kegagalan hidup 7. Bicara dengan nada rendah dan tenang
3. Perasaan malu menurun
berulang, riwayat 8. Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
4. Postur tubuh menampakan wajah
kehilangan, riwayat 9. Cegah perilaku pasif dan agresif
meningkat
penolakan, transisi 10. Berikan penguatan positif terhdapa keberhasilan
5. Percaya diri berbicara meningkat
11. Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
6. Penerimaan penilaian positif terhadap
12. Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan.
diri sendiri meningkat
13. Hindari sikap mengancam dan berdebat.
14. Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah ditetapkan
Yoseph (2007 dalam Muhith 2014: 165), mangatakan rencana intervensi keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul setelah melakukan pengkajian dan rencana intervensi keperawatan
dilihat dari tujuan khusus.

a. Tindakan keperawatan untuk pasien


1. .Tujuan umum
Klien dapat mengontrol prilakunya dan dapat mengungkapkan kemarahannya
secara asertif (Dermawan, 2013: 101)
2. Tujuan khusus
Menurut Kemenkes RI (2012: 179), tujuan khusus sebagaberikut:
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya

b. Pasien mampu menjelaskan penyebab marah

c. Pasien mampu menjelaskan perasaan saat terjadinyamarah/prilaku


kekerasan

d. Pasien mampu menjelaskan prilaku yang dilakukan saatmarah

e. Pasien mampu menyebutkan cara mengontrol rasa marah/prilaku


kekerasan

f. Pasien mampu melatih kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan

g. Pasien mampu memakan obat secara teratur

h. Pasien mampu melatih bicara yang baik saat marah

i. Pasien mampu melatih kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah.


3. Tindakan keperawatan
Menurut Kemenkes RI (2012: 181), tindakan keperawatan sebagai berikut:
a) Membina hubungan saling percaya Tindakan yang harus dilakukan adalah:
1) Mengucapkan salam setiap berinterakssi dengan pasien
2) Perkenalkan diri : nama, nama panggilan yang perawat sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien.
3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan dan tempatnya dimana
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati
7) Penuhi kubutuhan dasar pasien
8) Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah yangmenyebabkan
prilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
a) Diskusikan tanda- tanda pada pasien jika terjadi
prilakukekerasan
(1) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secarafisik
(2) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secarapsikologis
(3) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secarasosial
(4) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secaraspiritual
(5) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secaraintelektual

(6) Tunjukkan sikap empati


(7) Penuhi kubutuhan dasar pasien
b) Diskusikan bersama pasien penyebab rasa marah
yangmenyebabkan prilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu
c) Diskusikan tanda- tanda pada pasien jika terjadi
prilakukekerasan
(7) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secarafisik
(8) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secarapsikologis
(9) Diskusikan tanda dan gejala prilaku kekerasan
secarasosial
(10) Diskusikan tanda dan gejala prilaku
kekerasan secaraspiritual
(11) Diskusikan tanda dan gejala prilaku
kekerasan secaraintelektual
d) Diskusikan bersama pasien prilaku kekerasan yang
bisadilakukan pada saat marah secara:
(1) Verbal

(2) Terhadap orang lain

(3) Terhadap diri sendiri

(4) Terhadap lingkungan

e) Diskusikan bersama pasien akibat prilakunya

f) Latih pasien cara mengontrol prilaku kekerasan secara

(1) Fisik : tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal

(2) Patuh minum obat

(3) Sosial/ verbal: bicara yag baik, meminta,


menolak danmengungkapkan perasaan
(4) Spiritual: sholat / berdo’a sesuai keyakinan pasien.

Tindakan keperawatan terhadap pasien dapat dilakukan


minimalempat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai
pasien dan

keluarga dapat mengontrol/ mengendalikan prilaku


kekerasan. Menurut Kemenkes RI (2012: 182), pada
masing-masing pertemuan dilakukan tindakan
keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP)
sebagai berikut:
a) SP 1 pasien: pengkajian dan latihan napas dalam dan
memukul kasur atau bantal
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan,
prilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dari prilaku
kekerasan, dan jelaskan cara mengontrol prilaku
kekerasan: fisik, obat, verbal dan spiritual. Latihan
cara mengontrol prilaku kekerasan secara fisik: tarik
nafas dalam, pukul kasur dan bantal, masukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
b) SP 2 pasien: latih patuh minum obat

Evaluasi tanda dan gejala prilaku kekerasan, validasi


kemampuan melakukan tarik napas dalam dan pukul
kasur dan bantal, tanyakan manfaat dan beri pujian,
latih mengontrol prilaku kekerasan dengan obat,
jelaskan 6 benar: benar nama, benar jenis, benar
dosis, benar waktu, benar cara, kontinuitas minum
obat dan dampak jika tidak kontinu minum obat,
masukkan pada jadwa kegiatan latihan fisik dan
minum obat
c) SP 3 pasien: latiah cara sosial atau verbal

Evaluasi tanda dan gejala prilaku kekerasan, validasi


kemampuan melakukan tarik napas dalam dan pukul
kasur dan bantal, makan obat dengan patuh dan benar,
tanyakan manfaat dan beri pujian, latih cara
mengontrol prilaku kekerasan secara verbal (tiga cara
yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan
benar), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
fisik minum obat, dan verbal.
d) SP 4 pasien: latihan cara spiritual

Evaluasi tanda dan gejala prilaku kekerasan, validasi


kemampuan melakukan tarik napas dalam dan pukul
kasur dan bantal, minum obat dengan patuh dan
benar, bicarayang baik, tanyakan manfaatnya, beri
pujian, latih mengontrol marah dengan cara spiritual,
masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
minum obat, verbal dan spiritual.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga

Menurut Muhith (2015: 189), tindakan keperawatan untuk


keluarga sebagai berikut:
1. Tujuan

Keluarga dapat merawat pasien di rumah

2. Tindakan

a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam


merawatpasien
b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
kekerasan(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang
muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien
yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti
melempar atau memukul benda/ orang lain
d) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan

(1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien


melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian
kepada pasien bila pasien dapat melakukan
kegiatan tersebut secara tepat.

Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus


dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala
perilaku kekerasan
e) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada


keluarga tentang cara merawat klien perilaku
kekerasan di rumah
(1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien.
(2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku
kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku
yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
(3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi
pasien yang perlu segera dilaporkan kepada
perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-
cara mengontrol Kemarahan
(1) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah.

(2) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien


melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh
perawat.
(3) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian
kepada pasien bila pasien dapat melakukan
kegiatan tersebut secara tepat.
(4) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang
harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-
gejala perilaku kekerasan.
SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga.
Buat perencanaan pulang bersama keluargga
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah orang yang mengalami gangguan pada psikisnya
sehingga pada pengkajian: keluarga mengatakan pasien marah-marah, berbicara sendiri,
melempar barang/rumah, mengurung diri di kamar dan tidak ingin bergaul dengan orang
lain, sering menunduk saat di ajak berkomunikasih, pasien sering berbicara sendiri
dengan nada yang tinggi. Diagnose prioritas yang di angkat pada pasien adalah perilaku
kekerasan. Tindakan yang dilakukan pada pasien adalah membina hubungan saling
percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku
kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekeraan, mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan dan mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasandengan
cara relaksasi nafas dalam.

B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan terkait, diharapkan hasil asuhan keperawatan jiwa ini
dapat menjadi bahan atau materi pembelajaran baik kalangan mahasiswa
pendidikan sarjana maupun profesi agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan
jiwa mengenai masalah resiko perilakun kekerasan dapat menjadi lebih baik lagi.
2. Bagi Rumah Sakit Jiwa
Dapat memberikan pelayanan kesehatan lebih baik lagi, khususnya bagian
mental/jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggit Madhani, Anggit. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko
Perilaku Kekerasan. Diss. Universitas Kusuma Husada Surakarta, 2021.
2. Estika Mei Wulansari, Estika. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
3. Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Dirumah Sakit Daerah Dr Arif Zainuddin Surakarta.
Diss. Universitas Kusuma Husada Surakarta, 2021.
4. Estika Mei Wulansari, Estika. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko
Perilaku Kekerasan Dirumah Sakit Daerah Dr Arif Zainuddin Surakarta. Diss.
Universitas Kusuma Husada Surakarta, 2021.
5. Hasannah, Sumayyah Uswatun. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Dengan Risiko
Perilaku Kekerasan. Diss. STIKes Kusuma Husada Surakarta, 2019.
6. Hastuti, Retno Yuli, and Budi Anna Keliat. "efektivitas rational emotive behaviour
therapy berdasarkan profile multimodal therapy pada klien skizofrenia dengan masalah
keperawatan perilaku kekerasan di rumah sakit dr. H. Marzoeki mahdi bogor tahun
2012." Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama 5.1 (2016).
Hulu F. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko Perilaku Kekerasan Pada
Penderita Skizofrenia: Studi Kasus 2022. doi:10.31219/osf.io/hyd8w
7. Kio, Alfiery Leda, Gede Harsa Wardana, and AA Gede Rai Arimbawa. "Hubungan
Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kekambuhan Klien dengan Resiko Perilaku
Kekerasan." Caring: Jurnal Keperawatan 9.1 (2020): 69-72.
8. Malfasari, Eka, et al. "Analisis Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan pada
Pasien Skizofrenia." Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 3.1 (2020): 65-74.
9. Mare, Meri Natalia Simare, et al. "Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada
Pasien Risiko Perilaku Kekerasan." (2021).
10. Pardede, J. A. (2020, November 12). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Masalah Risiko Perilaku. Kekerasan. https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm
11. Pardede, J. A. (2020, November 12). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Masalah Risiko Perilaku. Kekerasan. https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm
12. Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent Behavior in
Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 3(3), 291-300. https://doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621
13. Pardede, J. A., Keliat, B.A., & Yulia, I. (2015). Kebutuhan Dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberkan Acceptance And Commitment Therapy Dan
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 3(18),
157-166. http://dx.doi.org/10.7454/jki.v18i3.419

Anda mungkin juga menyukai