Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dengan Dosen Pengampu Ns.Tuti Anggarawati,M.Kep,

DI SUSUN OLEH :

FITRIANA NOOR SABRINA


(20101440119048)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV DIPONEGORO
TA 2021 / 2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. DEFNISI ISOLASI SOSIAL


Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain.( Rita Sitorus,et all.2019).
Selain itu Menarik diri atau isolasi sosial merupakan suatu percobaan
untuk menghindari interaksi dan hubungan dengan orang lain (Rawlins,
1993 dalam El azizah,et all.2016).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.(Rita
Sitorus,et all.2019).

B. PENYEBAB TERJADINYA ISOLASI SOSIAL


Menurut (Rita Sitorus,et all.2019) proses terjadinya isolasi sosial pada
pasien akan di jelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Stuart
yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial meliputi :
a) Faktor biologis
Hal yang di kaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter dimana ada riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu di temukan
adanya kondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil
pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dengan fungsi
otak (Thomb, 2000).
b) Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami
kegagalan yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal
ini mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya
akan berdampak dalam membina hubungan dengan orang lain.
Koping individual yang di gunakan pada pasien dengan isolasi
sosial dalam mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping
yang biasa di gunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan
proyeksi. Perilaku isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan
bersalah atau menyalahkan lingkungan, sehingga pasien merasa
tidak pantas berada di antara orang lain dilingkungannya.
Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data pengkajian
keterampilan verbal pada pasien dengan masalah isolasi sosial, hal
ini di sebabkan karena pola asuh keluarga yang kurang
memberikan kesempatan pada pasien untuk menyampaikan
perasaan maupun pendapatnya. Kepribadian introvert merupakan
tipe kepribadian yang sering di miliki pasien dengan masalah
isolasi sosial. Ciri-ciri pasien dengan kepribadian ini adalah
menutup diri dari orang di sekitarnya. Selain itu pembelajaran
moral yang tidak adekuat dari keluarga merupakan faktor lain yang
dapat menyebabkan pasien tidak mampu menyesuaikan
perilakunya di masyarakat, akibat pasien merasa tersisih ataupun di
sisihkan dari lingkungannya. Faktor psikologis lain yang dapat
menyebabkan isolasi sosial adalah kegagalan dalam melaksanakan
tugas perkembangan. Kegagalan dalam melaksanakan tugas
perkembangan akan mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kondisi
di atas, dapat penyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai
berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari terabaikan ( Stuard &
Laraia, 2005).
c) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasien dengan isolasi sosial,
seringkali di akibatkan karena pasien berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi tersebut memicu timbulny
stres yang terus menerus, sehingga fokus pasien hanya pada
pemenuhan kebutuhannya dan mengakibatkan hubungan sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Stuard & Laraia ( 2005) dan
Townsend (2005) mengatakan bahwa faktor usia merupakan salah
satu penyebab isolasi sosial. Hal ini di karenakan rendahnya
kemampuan pasien dalam memecahkan masalah dan kurangnya
kematangan pola berfikir. Pasien dengan masalah isolasi sosial
umumny memiliki riwayat penolakan lingkungan pada usia
perkembangan anak, sehingga tidak mampu menyelesaikan
masalah tugas perkembangan dengan sempurna sehingga tidak
mampu membina hubungan saling percaya dengan orang lain.
Pengalaman yang tidak menyenangakan tersebut menimbulkan
rasa kurang percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain
yang pada akhirnya timbulah rasa takut terhadap penolakan dari
lingkungan. Lebih lanjut Stuard & Laraia (2005) mengatakan
bahwa, tingkat pendidikan merupakan salah satu tolak ukur
kemampuan pasien berinteraksi secara efektif. Karena faktor
pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam
menyelesaikan masalah yang di hadapi. Pasien denga masalah
isolasi sosial biasanya memiliki riwayat kurang mampu melakukan
interaksi dan menyelesaikan masalah., hal ini di karenakan
rendahnya tingkat pendidikan pasien.
2. Faktor Presipitasi
Di temukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam
keluarga. Penerapan aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan nilai, budaya pasien, serta adanya
konflik antar masyarakat. Selain itu pada pasien dengan isolasi sosial
di karenakan adanya pengalaman negatif yang tidak menyenangkan
terhadap gambaran dirinya, ketidakjelasan atau berlebihannya peran
yang di miliki serta pengalaman akan kejadian krisis identitas diri,.
Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan atau
cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari diri sendri maupun
lingkungan, Faktor-faktor di atas, menyebabkan gangguan dalam
berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada akhirnya menjadi
masalah isolasi sosial.

C. RENTANG RESPONS SOSIAL

D. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN ISOLASI SOSIAL


Tanda dan gejala isolasi sosial dapat di nilai dari ungkapan pasien yang
menunjukan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan di dukung
denga data observasi.
Data Subjektif:
Pasien mengungkapkan tentang
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4. Ketidakmampuan berkosentrasi
5. Perasaan di tolak
Data Objektif:
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Ekspresi datar dan dangkal
7. Kontak mata kurang

E. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien isolasi sosial dapat di lakukan melalui wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial
dapat di temukan denga wawancara melalui bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?
2. Bagaimana perasaan anda ketika berhubungan dengan orang lain? Apa
yang anda rasakan? Apakah anda merasa nyaman?
3. Bagaimana penilaian anda terhadap orang-orang di di sekeliling anda
(keluarga atau tetangga)?
4. Apakah anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila
punya siapa anggota keluarga dan teman terdekat itu?
5. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan anda?
Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
6. Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat di temukan melalui observasi
adalah sebagai berikut:
1. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat
3. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
4. Kontak mata kurang
Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat
pasien di puskesmas. Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai
berikut:
Data : Pasien tampak menyendiri, tidak ada kontak mata, ekspresi
datar,mengatakan malas bicara dengan orang lain.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan di rumuskan berdasarkan tanda dan gejala isolasi
sosial yang di temukan. Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan gejala
isolasi sosial, maka diagnosis keperawatan yang di tegakan adalah:

Berdasarkan gambar dapat di jelaskan sebagai berikut: Masalah utama


(Core Problem) pada gambar di atas adalah isolasi sosial. Penyebab pasien
mengalami isolasi sosial si karenakan pasien memiliki harga diri rendah.
Apabila pasien isolasi sosial tidak di berikan asuhan keperawatan akan
mengakibatkan gangguan sensori persepsi halusinasi.
Jadi diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
gangguan jiwa dengan isolasi sosial adalah:
1. Isolasi sosial
2. Gangguan persepsi sensori
3. Harga diri rendah kronis
4. Harga diri rendah situasional

G. ANALISA DATA
N DIAGNOSA PROBLEM / ETIOLOGI / TTD
O KEPERAWATAN MASALAH PENYEBAB
DAN DATA FOKUS

1. Isolasi sosial Isolasi sosial 1. Keterlambatan FITRI


MAYOR (D.0121) perkembangan
DS: Ketidakmampu 2. Ketidakmampua
- Merasa ingin an untuk n menjalin
sendirian membina hubungan yang
- Merasa tidak aman hubungan yang memuaskan
ditempat umum erat ,hangat, 3. Ketidaksesuaian
DO : terbuka ,dan minat dengan
- Menarik diri interdependen tahap
- Tidak berminat / dengan orang perkembangan
menolak lain 4. Ketidaksesuaian
berinteraksi dengan nilai – nilai
orang lain atau dengan norma
lingkungan 5. Perubahan

MINOR penampilan fisik

DS: 6. Perubahan status

- Merasa berbeda mental

dengan orang lain 7. Ketidakadekuata

- Merasa asyik n sumber daya


dengan pikiran personal
sendiri
- Merasa tidak
mempunyai tujuan
yang jelas
DO:
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukkan
permusuhan
- Tidak mampu
memenuhi harapan
orang lain
- Kondisi difabel
- Tindakan tidak
berarti
- Tidak ada kontak
mata
- Perkembangan
terlambat
- Tidak bergairah /
lesu

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI TT
O KEPERAWATAN KRITERIA D
(SIKI)
D HASIL
X
(SLKI)

1 Isolasi sosial Setelah dilakukan PROMOSI FIT


(D.0121) tindakan SOSIALISASI RI
Ketidakmampuan keperawatan (I.13498)
untuk membina diharapkan
OBSERVASI
hubungan yang keterlibatan sosial
erat ,hangat, meningkat - Identifikasi

terbuka ,dan dengan kriteria kemampuan

interdependen dengan hasil (L.13116): melakukan interaksi

orang lain dengan orang lain


1. Minat
PENYEBAB - Identifikasi
interaksi
1. Keterlambatan hambatan
meningkat
perkembangan melakukan interaksi
dari skala 2
2. Ketidakmampuan dengan orang lain
(cukup
menjalin TERAPEUTIK
menurun) ke
hubungan yang
skala 5 - Motivasi
memuaskan
(meningkat) meningkatkan
3. Ketidaksesuaian
2. Verbalisasi keterlibatan dalam
minat dengan
tujuan yang suatu hubungan
tahap
jelas - Motivasi kesabaran
perkembangan
meningkat dalam
4. Ketidaksesuaian
dari skala 2 mengembangkan
nilai – nilai
(cukup hubungan
dengan norma
menurun) ke - Motivasi
5. Perubahan
skala 5 berpartisipasi dalam
penampilan fisik
(meningkat) aktivitas baru dan
6. Perubahan status
3. Minat kegiatan kelompok
mental
terhadap - Motivasi
7. Ketidakadekuatan
aktivitas berinteraksi diluar
sumber daya
meningkat lingkungan
personal
dari skala 2 - Diskusikan
(cukup kekuatan dan
menurun) ke keterbatasan dalam
skala 5 berkomunikasi
(meningkat) dengan orang lain
4. Verbalisasi - Diskusikan
isolasi perencanaan
menurun dari kegiatan di masa
skala 2 (cukup depan
meningkat ) - Berikan umpan
ke skala 5 balik positif dalam
(menurun) perawatan diri
5. Verbalisasi - Berikan umpan
ketidaknyama balik positif pada
nan ditempat setiap peningkatan
umum kemampuan
menurun dari
EDUKASI
skala 2 (cukup
meningkat ) - Anjurkan

ke skala 5 berinteraksi dengan

(menurun) orang lain secara

6. Perilaku bertahap

menarik diri - Anjurkan ikut serta

menurun dari kegiatan sosial dan

skala 2 (cukup kemasyarakatan

meningkat ) - Anjurkan berbagi

ke skala 5 pengalaman dengan

(menurun) orang lain

7. Verbalisasi - Anjurkan

berbeda meningkatkan

dengan orang kejujuran diri dan

lain menurun menghormati hak

dari skala 2
(cukup orang lain
meningkat ) - Anjurkan
ke skala 5 penggunaan alat
(menurun) bantu
8. Verbalisasi - Anjurkan membuat
preokupasi perencanaan
dengan kelompok kecil
pikiran sendiri untuk kegiatan
menurun dari khusus
skala 2 (cukup - Latih bermain peran
meningkat ) untuk
ke skala 5 meningkatkan
(menurun) kemampuan
9. Afek murung / berkomunikasi
sedih - Latih
menurun dari mengekspresikan
skala 2 (cukup marah dengan tepat
meningkat )
TERAPI AKTIVITAS
ke skala 5
(I.050186)
(menurun)
10. Perilaku OBSERVASI

bermusuhan - Identifikasi defisit


menurun dari tingkat aktivitas
skala 2 (cukup - Identifikasi
meningkat ) kemampuan
ke skala 5 berpartisipasi dalam
(menurun) aktivitas tertentu
11. Perilaku - Identifikasi sumber
sesuai dengan daya untuk aktivitas
harapan orang yang diinginkan
lain membaik - Identifikasi strategi
dari skala 2 untuk
(cukup meningkatkan
memburuk) ke partisipasi dalam
skala 5 aktivitas
(membaik) - Identifikasi makna
12. Perilaku aktivitas rutin
bertujuan - Monitor respon
membaik dari emosional fisik
skala 2 (cukup sosial dan sepiritual
memburuk) ke terhadap aktivitas
skala 5
TERAPEUTIK
(membaik)
13. Kontak mata - Fasilitasi fokus

membaik dari pada kemampuan

skala 2 (cukup bukan defisit yang

memburuk) ke dialami

skala 5 - Sepakati komitmen

(membaik) untuk

14. Tugas meningkatkan

perkembangan frekuensi dan

sesuai usia rentang aktivitas

membaik dari - Fasilitasi memilih

skala 2 (cukup aktivitas dan

memburuk) ke tetapkan tujuan

skala 5 aktivitas yang

(membaik) konsisten sesuai


kemampuan
fisik,psikologis,dan
sosial
- Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi aktivitas
yang dipilih
- Fasilitasi
transportasi untuk
menghadiri
aktivitas
- Fasilitasi keluarga
dan pasien dalam
menyesuaikan
lingkungan

EDUKASI

- Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari
– hari
- Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilh
- Anjurkan
melakukan aktivitas
fisik sosial seritual
dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi jika sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Rita Sitorus,et all.2019.Program Studi Diploma 3 Keperawatan Fakultas Vokasi


Universitas Kristen Indonesia.Jakarta.

El azizah,et all.2016.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Dasar.


Jakarta:Indonesia Pustaka

Tim Pokja PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan:PPNI

Tim Pokja PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan :


PPNI

Tim Pokja PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan :


PPNI

Anda mungkin juga menyukai