Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

SUPERVISI KEPERAWATAN

Di Susun Oleh :

Siti Kirana P1337421021119


Neril Aura Arthadita P1337421021120
Ulil Azmi Fajri Arafah P1337421021121
Aliyah Rahmahwati P1337421021122
Intan Ayu Loka Indah P1337421021123

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL
Jl. Dewi Sartika, No. 01, Rt/Rw 01/01, Debong Kulon, Kota Tegal
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
1.2.1 umum
1.2.2 khusus

1.3 Manfaat
1.3.1 bagi perawat
1.3.2 bagi pasien
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Supervisi Supervisi Keperawat Keperawatan


Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang
telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000). Supervisi keperawatan adalah
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh
supervisor mencakup masalah  pelayanan  pelayanan keperawatan, keperawatan, masalah
masalah ketenagaan ketenagaan dan peralatan peralatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap saat.

2.2 Unsur –   Unsur


Dalam melaksanakan supervisi terdapat beberapa unsur pokok. Unsurunsur pokok
yang dimaksud adalah pelaksana; sasaran; frekuensi; tujuan dan teknik .

1. Pelaksana
Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan, yakni
mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering
dikaitkan dengan status yang lebih tinggi (supervisor) dan karena itu fungsi supervisi
memang dimiliki oleh atasan.

Namun untuk keberhasilan keberhasilan supervisi, supervisi, yang lebih diutamakan


diutamakan adalah kelebihan pengetahuan atau keterampilan

Menurut Ali Zaidin, dalam bukunya yang berjudul  dasar-dasar Kepemimpin


Kepemimpin dalam Keperawatan Keperawatan, membagi tingkatan atas kelas
manajer dalam melakukan supervisi, yaitu sebagai berikut:
a. Manajer puncak (Top Manager)
Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan
serta proses manajamen organisasi. Tugas utamanya menetapkan kebijaksanaan
( policy), memberi petunjuk atau pengarahan umum berkaitan dengan tujuan,
misalnya, Kakanwil Depkes Provinsi, Kadinkes Daerah, Direktur RS, dan
sebagainya.
b. Manajer Menengah ( Middle Manager )
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama. Tugasnya
menjabarkan kebijaksanaan top manajer ke dalam program-program. Misalnya,
Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Bidang, Kasubdin Propinsi, dan
Kasubbag Dati II.
c. Manajer Tingkat Pertama (First Line, Firs Line, First Level Manager, Supervisor
Manager, Supervisor  Manager)
Manager tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para  pelaksana
pelaksana atau pekerja, pekerja, yaitu melaksanakan melaksanakan supervisi supervisi
sebagai sebagai mandor atau supervisor. Misalnya, Kepala Seksi, Kepala Urusan.
Untuk dapat melasaksanakan supervisi dengan baik diperlukan berapa
beberapa sarat atau karakteristik karakteristik yang harus dimiliki dimiliki oleh
pelaksana supervisi atau supervisor (Azwar, 1996 ) adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi, atau
apabila tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang
dan tanggung jawab yang jelas.
b. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup
untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.
c. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi, artinya
memahami prinsipprinsip pokok serta teknik supervisi.
d. Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif, suportif, dan  bukan otoriter
e. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-tergesa, dan secara
sabar berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bawahan
yang disupervisi. Pelaksana supervisi yang baik memerlukan bekal kemampuan
yang banyak. Selain lima syarat atau karakteristik tersebut, juga dibutuhkan
kemampuan melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan, dan
kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi akan terdapat dua pihak yang melakukan
hubungan kegiatan hubungan kegiatan yaitu pihak supervisor dan pihak yang
disupervisi. Supervisor melakukan kegiatan pelayanan profesional untuk membantu
atau membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi inilah yang menerima
layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan dalam melaksanakan kegiatan secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004).
Menurut WHO (1999) dalam buku Manajemen Pelayanan Kesehatan  Primer ,
proses pengawasan pegawai yang baik harus meliputi hal berikut:
a. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan
pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat.
b. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan
memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang
diinginkan.
c. Minimal, artinya pengawasan harus disediakan sedikit mungkin, yakni
sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesaikan dan
standar dipertahankan.
d. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti senjata
makan tuan, para pekerja akan mencoba menghindarinya.
2. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan  bawahan yang melakukan melakukan pekerjaan. pekerjaan. Sasaran Sasaran
yang dilakukan dilakukan oleh  bawahan disebut sebagai sasaran langsung.
3. Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada  pedoman yang
pedoman yang pasti sebe pasti seberapa serin rapa sering supervisi g supervisi
dilakukan. Pegangan umum dilakukan. Pegangan umum yang digunakan bergantung
pada derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan
dilakukan.
Menurut Nursalam (2002), melakukan supervisi yang tepat harus bisa
menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
Sepanjang kontrol/supervisi penting bergantung bagaimana staf melihatnya.
a. Overcontrol . Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang
diberikan. Staf tidak akan yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tangg
dapat memikul tanggung jawabnya.
b. Undercontrol . Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap
delegasi, di mana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan
berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan
berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir
dan melaksanakan tugas tersebut.
4. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Tujuan dari pengawasan adalah sebagai
berikut:
a. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
b. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas  petugas kesehatan kesehatan dalam hal kemampuan, kemampuan,
pengetahuan, pengetahuan, dan  pemahaman, serta mengatur pelatihan
yang sesuai.
c. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
d. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi  petugas
telah cukup dan dipergu  petugas telah cukup dan dipergunakan dengan
baik.
e. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
5. Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan prioritas; (2) menetapkan penyebab
masalah, prioritas, dan jalan keluarnya; (3) melaksanakan jalan keluar; dan (4)
menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus memperhatikan
hal berikut:
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan.Untuk mencegah keadaan ini, maka  pengamatan  pengamatan
langsung langsung ditujukan ditujukan pada sesuatu sesuatu yang bersifat bersifat
pokok dan strategis saja.
b. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu objektivitas.
Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka diperlukan suatu daftar isian atau check
list yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif,
misal, rasa takut, tidak senang, atau kesan mengganggu  pekerjaan.  pekerjaan.
Dianjurkan Dianjurkan pendekatan pendekatan pengamatan pengamatan dilakukan
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.

2.3 Langkah Supervisi


Menurut Ali Zaidin, teknik atau metode dalam melaksanakan pengawasan
adalah bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengadakan persiapan pengawasan
a. Menentukan tujuan
b. Menentukan metode pengawasan yang tepat
c. Menentukan standar/kriteria pengukuran
2. Menjalankan Pengawasan:
Terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut
a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, dimana rencana pengawasan harus
memuat sistem pengawasan, standar yang dipakai, dan cara pelaksanaan.
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagi sistem, yaitu:
- Sistem preventif, yang dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan
- Sistem represif, yang dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan, misalnya
memberikan laporan-laporan kegiatan
- Sistem verifikatif, yaitu pemeriksaan secara terperinci dengan memberikan
laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi dalam
pelaksanaan rencana
- Sistem inspektif, yaitu suatu sistem pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan
setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui sendiri keadaan yang
sebenarnya.
- Sistem investigatif, yaitu suatu pengawasan dengan jalan mengadakan penelitian,
penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan membongkar adanya
penyelewengan. Sistem ini terdiri atas inspektif dan verifikatif
- Kombinasi sistem preventif dan represif yaitu suatu sistem pengawasan dari suatu
usaha yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah usaha tersebut berjalan
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas,
atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, mendeskripsian, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan
sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Huber, 2000). Menurut Huber
(2000), evaluasi dilakukan sejak perencanaan program berkaitan dengan dimensi
kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada upaya menyiapkan bahan
masukan untuk pengambilan keputusan tentang ketepatan, perbaikan perluasan, atau
pengembangan program terkait dengan pengambilan keputusan tentang penyusunan
rancangan dan isi program.

3. Memperbaiki Penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang kurang atu
salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih efisien. Setelah data melalui
pengawas diperoleh, maka dianalisis dan masalah yang timbul dicarikan
pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada waktu mendatang. Pembinaan
yang efktif dapat digambarkan melalui lima Langkah pokok yang berurutan. Kelima
Langkah itu adalah sebagai berikut:
A. Mengumpulkan informasi
Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang benar-benar
terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan
informasi yang dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
B. Mengidentifikasi masalah
Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam Langkah
pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian dengan atu
penyimpangan dari kegiatan yang telah direncanakan. Ketidaksesuaian atau
penyimpangan menyebabkan adanya jarak (perbedaan) antara kegiatan yang
seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak atau
perbedaan antara kegiatan inilah yang disebut masalah.
C. Menganalisis Masalah
Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui beberapa jenis masalah dan factor-
faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Factor-faktor itu mungkin dating
dari para pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, kegiatan, biaya, proses, waktu dan
kondisilingkungan. Disamping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumber-
sumber dan potensi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
timbul. Hasil analisis ini penting untuk diperhatikan dalam Upaya pemecahan
masalah
D. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi alternatif Upaya
yang dapat dipertimbangkan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun
setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan
yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah. Kegiatan selanjutnya adalah
menetapkan prioritas Upaya pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif yang
tersedia
E. Melaksanakan upaya pemecahan masalah
Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi dua macam, yaitu
pertama, pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang dilakukan
terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina memberikan dorongan,
bantuan, dan bimbingan langsung pada pelaksana kegiatan. Cara ini tepat
dilakukan apabila pihak yang dibina mempunyai kegiatan beraneka ragam atau
memerlukan pembinaan bervariasi. Teknik-teknik yang dapat digunakan anatara
lain adalah dialog, diskusi, bimbingan individual, dan peragaan. Kedua,
pembinaan kelompok. Pihak supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara
kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan apabila para pelaksana kegiatan atau
pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan atau kesamaan permasalahan yang
dihadapi. Pembinaan kelompok dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok anatara lain
diskusi, penataran, rapat kerja, demonstrasi, dan lokakarya. Secara tidak
langsungupaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak pembina itu
dilakukan melalui pihak lain, seperti melalui orang lainatau media tertulis. Melalui
orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh pejabat dari organisasi yang
lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi tugas pembinaan. Sementara
itu, yang melalui media tertulis antara lain adalah pembinaan yang dilakukan
dalam bentuk pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan korespondensi. Teknik-teknik
pembinaan tidak langsung mencakup kegiatan memberikan petunjuk, pedoman,
dan informasi kepada pihak yang dibina tentang kegiatan yang harus dikerjakan.
Alat atau media cetak (lembaran pedoman, brosur, dan buletin).
2.4 Manfaat
Supervisi mempunyai tiga kegunaan
1. Supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan supervisor dalam
memberikan layanan kepada para pelaksana kegiatan (perawat). Kemaantapan
kemampuan akan dialami apabila supervisor sering melakukan supervise.
2. Supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan
3. Hasil supervisi berguna untuk Menyusun pedoman atau petunjuk pelaksana
layanan profesional kepada pelaksana kegiatan. Proses memberikan layanan,
format-format yang digunakan, catatan dan laporan supervisi, serta interaksi
melalui hubungan kemanusiaan antara supervisor dan yang disupervisi merupakan
informasi yang bermanfaat untuk Menyusun patokan-patokan supervise
berdasarkan pengalaman lapangan.
Dengan demikian, supervisi berguna untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampila, dan sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan.
Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan
atas dua macam:
a. Meningkatkan efektivitas kerja
Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya dengan makin
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan “bawahan”, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmaonis antara “atasan”
dan “bawahan”.
b. Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan oleh “bawahan”, sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila kegiatannya
dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu pengakuan dan
penghargaan, objektivitas, serta kesejawatan. Hubungan kemanusiaan
mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar, terbuka, dan
partisipatif. Pengakuan dan penghargaan berkaitan dengan sikap supervisor
untuk mengakui potensi dan penampilan pihak yang disupervisi dan
menghargai bahwa pihak yang disupervisi dapat dan harus mengembangkan
diri. Objektivitas berkaitan dengan informasi dan permasalahan yang telah
ditemukan yang diperlakukan oleh supervisor sebagaimana adanya, sedangkan
upaya pemecahan permasalahn dilakukan secara rasional. Kesejawatan
memberi corak bahwa kegiatan pelayanan dilangsungkan dalam suasana akrab
dan kekrabatan. Hubungan kemanusiaan mendasari pelayanan profesional.
Titik berat hubungan kemanusiaan ialah siakp dan ekspresi yang menunjukkan
pengakuan, pujian, dan penghargaan, bukna sebaliknya yaitu mencerminkan
pengabaian, penentangan, dan makin terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
pihak yang disupervisi.
2.5 Tujuan
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan tugas.
2.6 Prinsip

1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi

2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan


hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan

3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan


melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.

4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara


supervisor dan perawat pelaksana

5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang


spesifik

6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,


kreativitas, dan motivasi

7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam


pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer.

2.7 Pelaksana Supervisi


1. Kepala Ruang:
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien di ruang perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang didelegasikan.
2. Pengawas keperawatan, bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya.

3. Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan


tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung
2.8 Alur Supervisi
memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
b. Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga
mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis

2.12 Peran Kepala Ruangan, PP, & PA Dalam MAKP – Primer


1. Peran kepala ruang
a. Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
b. Mengorientasi dan merencanakan karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada PP
d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf
2. Peran perawat/ners primer (PP)
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
b. Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain atau perawat
e. Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
f. Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
g. Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait
h. Mengadakan kujungan rumah bila perlu
3. Peran perawat/ners associate (PA)
a. Peran PA adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah disusun oleh PP.

2.13 Delegasi
Delegasi adalah pendelegasian penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan
melalui orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi (Nursalam,
2002).Unsur - unsur dalam proses delegasi meliputi R-A-A, yaitu:

1. Tanggung Jawab (responsibility), adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus


diselesaikan oleh seseorang pada jabatan tertentu.

2. Kemampuan (accountability), adalah kompeten dalam memberikan


pertanggungjawaban atas pelimpahan yang diberikan kepadanya.

3. Kewenangan (authority), adalah hak atau wewenang untuk memutuskan


segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya. Dari uraian ketiga unsur di
atas, jelas bahwa authority (kekuasaan) dan responsibility (tugas) dapat
didelegasikan, sedangkan accountability

(kemampuan) tidak dapat didelegasikan. Ini berarti bahwa seseorang pemimpin


yang mendelegasikan tugas dan kekuasaannya kepada bawahannya tidak berarti
mendelegasikan pertanggungjawabannya, tetapi ia tetap bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas yang didelegasikan kepada bawahannya

2.14 Tugas – Tugas Yang Didelegasikan


Tugas yang dapat didelegasikan dari atasan kepada bawahan, dapat dibedakan
menjadi dua, yang dapat ditinjau dari aspek berikut.
a. Ditinjau dari tugas proses (Manullang, 2001: 113 –1 14)

Pada Figur 1 di atas, terlihat bahwa fungsi manajer (supervisor)disederhanakan


menjadi tiga fungsi, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Pada Figur 2 di atas, terlihat bahwa para bawahan yang menerima delegasi
tugas dan kekuasaan, selanjutnya mendelegasikan tugas dan kekuasaan kepada
bawahannya. Pada keadaan ini manajer terdahulu lebih banyak lagi
mendelegasikan perencanaan dan pelaksanaan dan semakin banyak ia
memusatkan perhatian dalam pengawasan. Kalau diperhatikan, kedua gambar di
atas tampak bahwa tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagaian besar
dapat didelegasikan, sedangkan tugas pengawasan tidak dapat didelegasikan
(hanya sebagian kecil saja).
b. Ditinjau dari aspek bidang (spesialisasi)
Pendelegasian dari aspek ini sesuai dengan struktur organisasi karena
masing-masing bidang mempunyai uraian tugas sesuai fungsi masing masing
bidang. Delegasi yang efektif memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:
- Unsur delegasi harus lengkap dan jelas
- Harus mendelegasikan kepada orang yang tepat
- Pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan
keadaan lingkungan yang efisien
- Yang memberi delegasi harus memberikan insentif atau rangsangan materi
atau nonmateri
BAB III

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2000. Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi ke 3. Jakarta: Bina


Rupa Aksara, hlm 287 –3 21

Huber, D. L. Leadership and Nursing Care Management. 3rd ed. Philadelphia:


Saunders Elsevier

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika


________________________. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam

Praktik Keperawatan Professional Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika


Marquis, B.L. dan C.J. Huston .1998. Management Decision Making for
Nurses,124. Case Studies. Edisi 3. Philadelphia: JB. Lippincott

Anda mungkin juga menyukai