Anda di halaman 1dari 3

METODE PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG

Gambar 1 Diagram alir perencanaan pemecah gelombang. (Rezky, 2022)

Secara garis besar penentuan perencanaan pemecah gelombang seperti yang disajikan pada
gambar diatas, pengumpulan data dilakukan untuk menghitung dan menganalisis variabel yang
dibutuhkan dalam mengevaluasi permasalahan serta menjadikannya acuan dalam penentuan
usulan desain pemecah gelombang.

Umumnya data oseanografi yang ditinjau berupa data hasil pengamatan pasang surut, hasil
pengukuran arus, dan hasil pengambilan sampel sedimen. Data oseanografi adalah variabel
yang sangat krusial dalam perencanaan karena data tersebut adalah landasan utama dalam
penentuan struktur sebuah breakwater, namun selain daripada itu masih ada variabel-variabel
yang tidak kalah penting dalam perencanaan sebuah breakwater. Berikut hal-hal umum yang
dibutuhkan dari lapangan sebelum melakukan perencanaan breakwater.

1. Pasang Surut
Data pasang surut diperoleh dari hasil peninjauan langsung di lokasi tempat dibangunnya
breakwater selama 15 hari dengan pembacaan acuan titik nol peilschall. Data yang berhasil
didapatkan selanjutnya dilakukan perhitungan amplitudo dan beda phasa 9 konstanta pasang
surut untuk mendapatkan pola amplop pasang surut. Dari hasil analisis pasang surut maka akan
diketahui tunggang pasang surut di lokasi studi mulai dari Highest Astronomical Tide (HAT)
sampai Lowest Astronomical Tide (LAT) yang akan digunakan sebagai acuan dalam penentuan
elevasi muka air laut rencana.

2. Arus dan sedimen


Kecepatan arus didapatkan dari kecepatan rerata hasil kontribusi fluktuasi muka air dan
gelombang. Pengukuran dilakukan di berbagai kedalaman khususnya di sekitar wilayah tempat
dibangunnya breakwater. Saat melakukan pengukuran arus, pengambilan sampel sedimen juga
dapat dilakukan secara bersamaan, sampel yang didapatkan akan dibawa ke laboratorium untuk
mengetahui spesifikasi jenis sedimen yang berada di lokasi studi. Hasil dari analisis
pengukuran arus dan pengambilan sampel sedimen akan digunakan sebagai acuan dalam
penentuan desain tata letak pemecah gelombang dan mulut kolam Pelabuhan.

3. Topografi & Bathimetri


Analisis topografi dan bathimetri dilakukan untuk mengetahui elevasi kontur darat dan laut
di lokasi dibangunnya breakwater. Pengukuran topografi dan bathimetri merupakan dua
metode pengukuran kontur menggunakan alat/pesawat yang berbeda, umumnya pengukuran
topografi dilakukan menggunakan waterpass atau theodolite, sedangkan pengukuran
bathimetri dilakukan menggunakan echosounder. Hasil dari analisis ini yaitu mendapatkan
bentuk kontur sebenar-benarnya di wilayah tempat breakwater berdiri.

4. Benchmark (BM)
Benchmark merupakan bangunan yang sangat penting dalam melakukan sebuah investigasi
atau pengukuran di lapangan, benchmark merupakan titik acuan atau bangunan yang dijadikan
tolak ukur dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama di lapangan atau lokasi studi.
Bangunan ini merupakan jantung dari semua kegiatan lapangan terutama saat melakukan
pengambilan data, selain untuk pengambilan data lapangan benchmark juga diperlukan untuk
menggabungkan data pengukuran yang didapatkan. Pengukuran dan pengolahan data tidak
dapat dilakukan jika lokasi studi tidak memiliki benchmark.

5. Angin
Data angin dapat diukur menggunakan anemometer, namun karena dalam perencanaan
dibutuhkan data angin minimal 5 tahun terakhir maka data angin yang digunakan diambil dari
bandara terdekat dari lokasi studi. Setelah pengolahan data angin dilakukan maka kita dapat
melakukan peramalan gelombang, peramalan gelombang dibutuhkan dalam menentukan tinggi
sebuah pemecah gelombang.

6. Kesimpulan
Dalam perencanaan sebuah breakwater ada banyak faktor yang perlu diperhatikan, mulai
dari pengumpulan data, analisis data, hingga tujuan dari bangunan breakwater itu sendiri,
namun data primer (hasil pengukuran lapangan) menjadi faktor utama yang sangat penting
dalam mendesain breakwater karena menjadi dasar dalam pengolahan, peramalan, hingga
penentuan struktur breakwater yang ingin dibangun.

Anda mungkin juga menyukai