Anda di halaman 1dari 14

• Menerapkan SMM dan SMK3L

• Melakukan komunikasi dan koordinasi di tempat kerja


• Mempelajari peta formasi rawa dan masterplan pengembangan rawa dan pantai
• Membuat rencana teknis reklamasi rawa dan pantai berdasarkan hasil studi kelayakan
• Melakukan analisis lintas sektor
• Membuat analisis wilayah terkait kawasan lindung dan budidaya
• Melakukan analisis ekosistem wilayah rawa dan pantai
• Melakukan analisis sosial ekonomi dan budaya
• Membuat rencana strategis usulan pengembangan wilayah pesisir pulau-pulau kecil
• Melakukan perencanaan reklamasi rawa dan pantai
• Melakukan pengendalian reklamasi rawa dan pantai sesuai dengan renstra
• Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi reklamasi rawa dan pantai
• Melakukan kajian hasil reklamasi rawa dan pantai
• Membuat laporan pekerjaan
Menerapkan SMM dan SMK3L
1. Mengidentifikasi peraturan dan dokumen K3
• Lingkup pekerjaan K3 diidentifikasi sesuai dengan peraturan dan dokumen K3.
• Daftar/checklist peraturan dan dokumen K3 dibuat sesuai dengan format yang ditentukan.
• Peraturan dan dokumen K3 divalidasi sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
2. Melaksanakan ketentuan K3
• Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja diidentifikasi sesuai dengan ketentuan K3.
• Penggunaan APD dan APK dilakukan sesuai dengan ketentuan.
• Prosedur pencegahan dan penanganan terhadap bahaya dan risiko kecelakaan kerja serta keadaan darurat
diterapkan sesuai dengan ketentuan K3 pada pelaksanaan pekerjaan.
3. Mengevaluasi pelaksanaan peraturan dan dokumen K3
• Pelaksanaan ketentuan K3 di lingkungan kerja diperiksa sesuai dengan peraturan dan dokumen K3.
• Hasil pelaksanaan K3 dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku.
• Hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan K3 diuraikan sesuai dengan kondisi pelaksanaan.
• Kesimpulan hasil evaluasi dibuat sesuai dengan format yang ditentukan sebagai bahan rekomendasi
perbaikan pelaksanaan K3.
Melakukan komunikasi dan koordinasi di tempat kerja
Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan untuk
mampu melakukan komunikasi timbal balik ditempat kerja dengan atasan, dan rekan kerja
1. Menginterpretasikan informasi di tempat kerja
• Informasi yang terkait dengan tugas baik verbal maupun tulisan diidentifikasi untuk memastikan berasal dari
sumber yang benar.
• Pertanyaaan disampaikan untuk memperoleh informasi tambahan dan pemahaman terhadap instruksi yang
diberikan sesuai prosedur.
• Media penyampaian informasi dipilih sesuai dengan prosedur.
2. Melakukan koordinasi dengan unit-unit terkait
• Jadwal koordinasi disusun sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
• Materi koordinasi dibuat sesuai dengan kebutuhan.
• Materi dipresentasikan pada unit-unit terkait.
• Koordinasi dengan pihak terkait dilakukan sesuai dengan jadwal.
3. Melakukan kerjasama dalam kelompok kerja
• Tujuan kelompok kerja diidentifikasi berdasarkan sumber yang benar.
• Tugas dan tanggung jawab individu dalam kelompok kerja diidentifikasi untuk mencapai kinerja yang efektif
dan efisien.
1. Kegiatan Persiapan
a. Survei Pendahuluan merupakan tahap awal pelaksanaan pekerjaan dan juga untuk pengenalan lapangan, pengambilan data-
data visual dan data sekunder awal yang digunakan dalam pengecekan kondisi lokasi. Dalam tahap ini juga di identifikasi
permasalahan - permasalahan yang mungkin timbul nantinya selama pelaksanaan survei teknis, sehingga tim survei teknis
nantinya akan dapat melakukan persiapan yang lebih baik secara teknis. Selain itu juga untuk melakukan pendekatan pada
instansi terkait sehingga dapat dicapai koordinasi yang optimal.
b. Persiapan Administrasi dan Teknis Merupakan persiapan administrasi surat menyurat inter office, office to office dan office to
owners. Dari administrasi kantor yang tertata dengan baik memudahkan dalam kontrol pekerjaan secara keseluruhan.
Diperolehnya proses administrasi yang baik, tertata rapi yang pada akhirnya menunjang kinerja penyedia jasa. c.
Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang sangat diperlukan dalam mendukung keakuratan hasil
analisa secara keseluruhan. Sebagian besar data sekunder merupakan data historis yang mampu memberikan informasi
proses yang terjadi di lokasi pekerjaan. Beberapa data seperti; Data topografi, hidroklimatologi, hidrologi, kondisi sosial
masyarakat, Pasang Surut, Peta Geologi, Data Angin, Data statistic, dan Hasil studi terdahulu merupakan data-data yang
sangat diperlukan. Dengan data yang cukup, diharapkan hasil pekerjaan mampu optimal dan sesuai dengan kondisi yang
terjadi di lapangan. Hal ini penting dipahami mengingat erosi pantai merupakan proses yang terjadi secara bertahap, dan hal
ini tentunya tidak dapat diselesaikan tanpa data sekunder (historis) yang lengkap.
2. Pengumpulan Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dilapangan. Sebagai data terbaru, tentunya data ini
merupakan hasil kondisi terakhir di lapangan seperti; peta dasar (Data Topogarfi, Data Bathimetri), Data Pasang
Surut, kondisi fisik area pekerjaan seperti kondisi tanah, kondisi perairan dll. Beberapa kegiatan pengumpulan data
primer antara lain:
1). Survey Topografi (Topographic Survey) Survei ini dilakukan untuk mendapatkan situasi pantai di darat. Survei ini
dilakukan oleh Tenaga Ahli Geodesi. Lokasi survei adalah sepanjang pantai dan selebar sempadan pantai (biasanya diambil
100 meter ke arah darat). Hasil :
• Peta situasi berukuran skala 1:2.000 atau 1:1000.
• Longitudinal cross section pantai pada elevasi HWL, MSL dan LWL.
• Cross section sesuai ketentuan yang ada dan detail bangunan rencana.
• Jarak antar cross section maksimal tiap 100m
2). Survey Bathimetri (Bathimetric Survey) Survei ini dilakukan untuk mendapatkan peta di laut. Survei ini dilakukan
(diawasi) oleh Tenaga Ahli Geodesi. Survey ini menggunakan echosounder minimal single beam, bukan menggunakan fish
finder yang memiliki tingkat akurasi yang kurang. Survei Batimetri di rekomendasikan untuk dilakukan seluas-luasnya karena
berguna dalam simulasi numeric (minimal 1km kearah offshore). Hal ini diperlukan mengingat simulasi akan menghasilkan
produk lebih baik apabila dilakukan untuk area akan disurvei dengan lebar ke arah laut sampai ke kedalaman yang disebut
closure depth. Closure Depth adalah kedalaman perairan dimana sudah tidak terjadi lagi pergerakan sedimen aktif. Hasil :
• Menghasilkan peta bathimetry skala 1 : 2.000 detail dengan interval kontur tiap 1 meteran dan 5 meteran.
• Potongan melintang beberapa posisi yang dianggap mewakili kondisi “khusus” dalam daerah studi.yang luas.
Biasanya dilakukan sepanjang pantai yang
3). Investigasi Mekanika Tanah (Soil Mechanics Investigation) Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan guna mendapatkan data -
data serta gambaran mengenai keadaan, jenis dan sifat-sifat mekanis tanah di lokasi pekerjaan. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini
dilakukan beberapa titik cone penetration test (sondir) untuk mengetahui daya dukung yang ada. Hasil : Daya dukung tanah
pondasi di bawah rencana bangunan.
3. Pengolahan Data
• Pengolahan Data Topografi, Bathimetry dan Pasang Surut, Selanjutnya data hasil survei topografi dan batimetri akan
diolah dengan menjadikan elevasi titik-titik yang diukur dalam satu referensi yakni muka air terendah (LLWL = Lowest
Low Water Level) yang didapat dari pengolahan hasil survei pasang surut. Jadi dapat dilihat bahwa survei topografi,
batimetri dan pasang surut adalah suatu survei yang merupakan satu kesatuan. Keseluruhan hasil survei topografi dan
batimetri menghasilkan titik-titik dengan koordinat X,Y,Z dengan referensi yang sama. Hasil : Diperolehnya elevasi yang
tepat pada hasil penggambaran peta denah rencana (merupakan perpaduan bathimetry, topografi dan pasut)
• Pengolahan Data Mekanika Tanah Data yang diperoleh dari pembacaan tahanan konus terhadap friksi dan tekanan ke
bawah. Selain itu, dilakukan pengambilan sample undisturb dari test pit yang digali. Hasil : Diketahuinya daya dukung
tanah di bawah pondasi dengan analisa data sondir.
4. Pra Desain, Detail Design dan Produk Akhir Tahapan pradesain dan desain rinci (Detail Design) adalah penentuan tata
letak (layout) bangunan pantai dan perhitungan kestabilan struktur pantai. Karakteristik tanah di bawah bangunan
pantai perlu diketahui untuk mengetahui kestabilan lereng, penurunan tanah akibat beban bangunan pantai dan daya
dukung tanah di bawahnya.
Detail desain yang dilakukan dalam perencanaan bangunan pantai adalah sebagai berikut:
• Perhitungan struktur bangunan yang dipakai dalam perencanaan bangunan pengaman pantai yang sesuai. Untuk struktur bangunan pantai,
perhitungan dilakukan oleh Tenaga Ahli Teknik Pantai.
• Analisa Geoteknik dalam perencanaan bangunan pengaman pantai, dilihat kekuatan tanah untuk menahan bangunan diatasnya. Tugas ini
dilakukan oleh Tenaga Ahli Geoteknik.
• Penggambaran dan analisa volume pekerjaan yang akan dilakukan oleh Draftman.
Melakukan perencanaan reklamasi pantai
Perencanaan Reklamasi
• Material Reklamasi
Material timbunan tidak boleh berupa pasir halus berbutir homogen 100% atau material yang memili
kandungan lempung ≥20%. Timbunan reklamasi di dalam laut dengan material pasir halus berbutir
homogen 100% akan mengalami liquefaction saat terjadi gempa seismik. Liquefaction adalah naiknya harga
tegangan pori (u) hingga sama dengan nilai tegangan overburden (σo), sehingga mengakibatkan tegangan
efektifnya (σ’) sama dengan nol. Untuk timbunan reklamasi di dalam laut dengan material dengan
kandungan lempung ≥20%, akan mengakibatkan instabilitas didalam timbunan reklamasi tesebut akibat dari
kembang susut yang besar, settlement yang besar, partikel tanah mudah bergerak, dll). Apabila kondisi-
kondisi diatas terjadi pada timbunan reklamasi, maka tanah timbunan reklamasi akan runtuh atau rupture.
Persyaratan teknis yang biasa digunakan dalam merencanakan sebuah timbunan reklamasi adalah sebagai
berikut:
• Berupa tanah pasir bercampur kerikil dan sedikit lanau.
• Bersih dan bebas dari bahan organis dan kotoran.
• Mempunyai diameter maksimum butiran = 20 cm.
• Memiliki persentase material berdimensi halus ( lebih kecil dari 0.08 mm) adalah kurang dari 20%.
• Mempunyai Relative Density (Dr) minimum sebesar 80% untuk zona diatas permukaan air pasang dan
minimum 60% untuk zona dibawah muka air pasang.
• Memiliki permeabilitas (k) minimum = 1x10-5 m/s.
• Settlement
Settlement merupakan peristiwa penurunan tanah akibat beban di atas tanah. Penurunan tanah
akibat keluarnya air dari pori-pori tanah merupakan penurunan tanah yang disebut konsolidasi.
Penurunan tanah tersebut akan mengakibatkan tanah dasarnya menjadi padat dan keras.
Konsolidasi dapat terjadi secara alami seiring berjalannya waktu, namun prosesnya dapat
menyebabkan kerusakan bagi struktur diatas tanah tersebut. Karena itu, dilakukan terlebih
dahulu pekerjaan perbaikan tanah dengan cara mempercepat laju keluarnya air dari pori-pori
tanah. Untuk mempercepat waktu konsolidasi tanah, salah satu metode yang dapat digunakan
adalah menggunakan Vertical Drain yang seringkali dilakukan bersama perbaikan tenah
menggunakan preloading
• Berat Batuan dan Dimensi Tanggul
Tanggul ini digunakan untuk melindungi tanah reklamasi sehingga tidak lepas ke laut bebas
akibat serangan gelombang dan arus. Untuk menanggulangi terjadinya scouring di kaki tanggul
maka di kaki tanggul dipasang berm. Sebelum itu dibawah atau dibalik batu dipasang fibercloth
berupa geotextile non woven sehingga air tetap bisa mengalir tetapi tidak untuk material
reklamasi. Untuk perhitungan tanggul laut digunkan “ Hudson Forumula”.

Anda mungkin juga menyukai