Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Diri Praktik KOLABKES Hari Ke-1

Oleh: Anindya Kirana Widowati, NPM. 1906428303

Deskripsi

Pada hari Senin, 5 Juni 2023 saya menjalani praktik profesi stase kolabkes di RSCM
Gedung A di lantai 7 Zona A Penyakit Dalam. Melalui kolabkes ini mahasiswa diberikan
kesempatan untuk belajar mengenai bagaimana melakukan kolaborasi bersama profesi
kesehatan lain dalam mengelola pasien bersama. Sebelum kami melakukan praktik
lapangan, kami melakukan pre conference dengan pembimbing akademik untuk
diberikan arahan mengenai target capaian pada stase kolabkes. Kami menyampaikan
rencana tindakan harian kepada pembimibing dan membuat evaluasi pada post
conference. Pada praklinik keperawatan kami telah dibekali ilmu manajemen
keperawatan untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah dalam kolaborasi dan
kerjasama kesehatan. Sehingga sejak hari pertama praktik saya sudah dapat menganalisis
bagaimana proses timbang terima yang dilakukan oleh perawat serta bagaimana safety
briefing di ruangan dilakukan. Selain itu saya juga mengelola satu kasus pasien yang
dalam proses asuhannya dilakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Pada hari
pertama praktik saya langsung mendapati salah satu pasien di lantai 7 yang mengalami
kondisi kegawatdaruratan medis (code blue) pada kondisi tersebut saya menganalisis
bagaimana proses kolabirasi yang terjadi saat resusitasi pasien.

Feeling

Saya merasa penasaran pada stase kolabkes ini, karena meskipun saya sudah bekerja di
RSCM, dengan praktik kolabkes ini saya juga mengevaluasi diri saya sendiri dalam
melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien. Saya ingin
mengetahui apa yang masih menjadi kekurangan dalam melakukan interkolaborasi
professional dengan dokter, farmasi, dietisien dan lainnya. Pada stase kolabkes ini, kami
belajar untuk menganalisis proses kolaborasi. Seperti yang saya lakukan pada hari ini
saya menganalisis proses kolaborasi antara perawat dengan dokter saat melakukan
resustasi pada pasien.

Evaluation

Dari hasil analisis saya mengenai proses kolaborasi saat resusitasi pasien, sudah terjadi
komunikasi yang baik antara perawat dengan dokter untuk menolong pasien dalam
kondisi kritis. Perawat yang menemukan adanya perburukan pasien mengkomunikasikan
kepada dokter jaga untuk dilakukan aktivasi code blue. Reaksi cepat tanggap perawat
serta dokter sudah sesuai dalam kondisi tersebut. Dalam tim tersebut tiap orang dengan
inisiatif mengambil peran dalam resusitasi airway, breathing, & circulation (ABC).
Perawat cekatan dalam memberikan intervensi mandiri seperti memposisikan pasien
untuk mencegah aspirasi, melakukan komunikasi terpeutik kepada keluarga dalam
menjelaskan kondisi perburukan pasien, serta memberikan rekomendasi kepada dokter
jaga untuk dilakukannya pemasangan IV-line untuk resusitasi cairan. Dokter yang
bertugas saat itu juga melakukan komunikasi dengan baik dalam berkolaborasi
memberikan tatalaksana terapi medis. Kondisi tersebut menunjukkan adanya kolaborasi
yang baik antara perawat dengan dokter dalam kondisi kritis.

Analisis

Kolaborasi interprofessional dalam kondisi kritis sangat diperlukan untuk


menyelamatkan nyawa pasien. Kolaborasi dan kerjasama tim merupakan hal yang krusial
dalam penanganan kondisi kritis pasien hal ini disebutkan dalam penilitian yang
dilakukan oleh Hosseini M., dkk (2022) bahwa komunikasi, leadership, & situation
awareness dapat menjadi kunci penting dalam memaksimalkan golden time resusitasi
pasien. Tujuan dilakukan kolaborasi interprofesi yaitu untuk menjamin keselamatan
pasien dan meningkatkan mutu pelayanannya, mempersingkat lama rawat, dan
meringankan biaya rawat. Hunziker, S., dkk. (2011) mengatakan kerja tim yang buruk
dalam resusitasi akan membahayakan keselamatan pasien dan akan menghasilkan kinerja
dan hasil tim yang buruk. DeKeyser Ganz et al. (2016), dalam penelitiannya mengatakan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kolaborasi dalam
pengambilan keputusan di ruang rawat yaitu faktor individu dan faktor sistem. Faktor
sistem yang menjadi faktor utama dari ketidaksinambungan antara tim profesional yang
dapat ditemukan dalam proses resusitasi.

Kesimpulan
Melalui refleksi diri ini, saya mengevaluasi diri untuk lebih memahami kembali
kolaborasi dan kerjasama interprofesi dalam proses resusitasi pasien. Dimana kolaborasi
interprofesi ini memberikan dampak pada pelayanan serta keselamatan pasien. Perawat
tidak bisa merawat pasien sendiri sehingga menjaga komunikasi dengan tim kesehatan
lain sangatlah penting agar tidak terjadi missinformation.

Rencana Tindak Lanjut


Pada stase kolabkes ini mendorong saya untuk memberikan pelayanan keperawatan
pasien dengan lebih baik lagi. Pada hari berikutnya saya akan lebih dalam lagi dalam
menganalisis bagaimana proses koordinasi antar peran untuk melakukan tugas masing-
masing. Saya akan mempelajari lebih banyak proses kolaborasi yang terjadi di ruangan
seperti halnya komunikasi pertelepon, ronde bersama, visit pasien, dan sebagainya.

Referensi
Hosseini, M., Heydari, A., Reihani, H., & Kareshki, H. (2022). Elements of Teamwork in
Resuscitation: An Integrative Review. Bulletin of emergency and trauma, 10(3), 95–
102. https://doi.org/10.30476/BEAT.2021.91963.1291
Hunziker, S., Johansson, A. C., Tschan, F., Semmer, N. K., Rock, L., Howell, M. D., &
Marsch, S. (2011). Teamwork and leadership in cardiopulmonary
resuscitation. Journal of the American College of Cardiology, 57(24), 2381–2388.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2011.03.017
Less, L. (2013). The nurse’s role in hospital ward rounds. Nursing Times, 109(12), hlm.
12–14. Retrieved from http://www.nursingtimes.net/5056510.article?
WT.tsrc=email&WT.mc_id=Newsletter1%5Cn

Anda mungkin juga menyukai