Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan Ventilator

Oleh Vera Tantia Kinanti, 1606834365, Kelompok C4

1. Definisi dan Fungsi Ventilator


Ventilasi mekanik adalah alat bantu napas dengan tekanan positif atau negatif
yang bisa menjaga ventilasi dan pengiriman O2 untuk periode yang lama
(Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Sedangkan menurut Lewis,
Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014), ventilasi mekanik adalah proses
pemecahan masuknya oksigen (FiO2) sebesar 21% atau lebih yang masuk dan
keluar dari paru dengan alat ventilator mekanik.
Fungsi dari ventilator adalah:
a. Mendukung atau manipulasi pertukaran udara di paru
b. Meningkatkan volume paru
c. Mengurangi atau manipulasi kerja pernapasan

2. Indikasi Pemakaian Ventilator


Indikasi pemakaian ventilator antara lain:
a. Kegagalan pernapasan
 Apnea/ Respiratory Arrest/ henti napas
 Ketidakadekuatan ventilasi
 Ketidakadekuatan oksigenasi
b. Penurunan fungsi jantung
 Pernapasan bekerja secara minimal
 Penurunan konsumsi oksigen
c. Disfungsi neurologis
 Hipoventilasi
 Pasien koma dengan GCS <8
 Ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas

Indikasi klinis pemakaian ventilator yaitu:


a. Performa otot pernapasan

Maximum Inspiratory Pressure (MIP): lebih positif dari -20 cm H2O

Maximum Expiration Pressure (MEP): < 40 cm H2O

Kapasitas Vital: < 15mL/kg

Volume Tidak: < 5mL/kg

Frekuensi napas >35 kali/menit
b. Ventilasi

pH <7,25

paCO2 >55 mmHg

paO2 <60 mmHg

pO2 arterial/alveolar <0,15

3. Klasifikasi Ventilator dan Mode Ventilator


Menurut sifatnya ventilator dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Volume-cycled ventilator
Pada modus ini volume tidal umumnya dihantarkan dengan pola flow yang
telah diatur sebelumnya sehingga merupakan volume-cycled. Karena volume
tidal dan waktu inspirasi sudah diatur oleh mesin maka untuk mencegah
barp trauma tidak boleh terjadi peningkatan tekanan jalan napas misalnya
batuk, pasien berontak, atau bronkospasme.
b. Pressure-cycled ventilator
Pada modus ini saat mesin secara otomatis memberikan napas, tekanan jalan
napas segera mencapai peak airway pressure dan selanjutnya menurun
sampai titik awal.
c. Time-cycled ventilator
Prinsip kerja ventilator tipe ini adalah siklusnya berdasarkan waktu ekspirasi
atau waktu inspirasi yang telah ditentukann. Waktu inspirasi ditentukan oleh
waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas per menit)

Terdapat beberapa mode ventilator, yaitu (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata,


Setiyohadi, & Syam, 2014):
a. Mode Control
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan
ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator,
tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien
sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan
dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi tabrakan antara udara
inspirasi dan ekspirasi, tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat
alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah:
CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation),
IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)

b. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized


Intermitten Mandatory Ventilation
Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekuensi yang di
set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi
sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu
pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV).
Sehingga pernapasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien.
c. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan
d. CPAP (Continous Positive Air Pressure)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan
pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.Tujuan pemberian
mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot
pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

4. Komplikasi
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas bagian atas
5. Penyapihan dan Pelepasan Ventilator
Parameter yang harus ada sebelum melakukan penyapihan pada pasien adalah
sebagai berikut (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata, Setiyohadi, & Syam,
2014):
a. Pasien harus memperoleh oksigenasi yang adekuat (ditentukan oleh PaO2
pasien), PEEP fisiologis dan FiO2 tidak lebih besar dari 50%. Secara
obyektif harus ditemukan PaO2 lebih besar dari 70%.
b. Pasien harus memperolah ventilasi yang adekuat (ditentukan oleh PaCO2
pasien) yang harus kurang dari 45 sebelum dilakukan ekstubasi.
 Sapihlah sampai frekuensi 2-4. Jika AGD memperlihatkan ventilasi
yang adekuat (PaCO2 normal) maka ubah setting ventilator ke CPAP.
Perhatikan laju pernapasan pasien dengan baik. Jika pasien mengalami
takipnea pada frekuensi yang rendah atau setelah disetting CPAP, maka
penyapihan jangan diteruskan terlebih dahulu.
 Penentuan kemampuan mekanik bernapas pasien harus dilakukan
dengan parameter respirasi atau faktor mekanik pernapasan, yaitu
volume tidal (VT), negative inspiratory force (NIF), dan vital capacity
(VC). Agar ekstubasi berjalan lancar, maka NIF harus 25 cmH2O atau
lebih besar (lebih negatif). Volume tidak harus 400 pada ukuran
dewasa.
c. Mempersiapkan ekstubasi
 Tentukan tingkat kesadaran pasien, pasien harus sadar (bangun) dan
kooperatif. Mintalah pasien untuk mengangkat kepalanya untuk
memperlihatkan kekuatan untuk memperlihatkan kekuatan yang
adekuat dan kemampuan untuk mengikuti perintah.
 Berilah oksigenasi dan ventilasi yang adekuat, PaO2 dan PaCO2 harus
mencukupi pada CPAP +5 cmH2O dan FiO2 tidak lebih dari 50%.
Pernapasan mekanik harus memperlihatkan NIF tidak kurang dari 25
dengan tidal volume 400 ml atau lebih besar. Frekuensi pernapasan
harus 25 atau kurang.
 Tanda vital stabil atau tidak ada risiko aspirasi atau tidak terkontrolnyaa
pernapasan.
d. Hal yang harus diperhatikan setelah ekstubasi
 Pasang oksigen 40-50%
 Suction bila perlu
 Bila pasien telah mengalami bantuan pernapasan dalam waktu lama,
biarkan ventilator disamping pasien dalam 24 jam bila terjadi hal
kegawatan yang memerlukan ventilator kembali
 Cek AGD setiap 30-60 menit
 Periksa spirometri tiap jam
 Rangsang batuk dan napas dalam
 Perhatikan adanya takipnea
6. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ventilator

No Diagnosis Keperawatan NOC NIC


1. Bersihan jalan napas tidak Bersihan Jalan Napas (L.01001) Manjemen Jalan Napas Buatan (I.01012)
efektif berhubungan dengan
Kriteria Hasil: Tindakan
hipersekresi mukus akibat
inflamasi jalan napas - Produksi sputum menurun Observasi :
- Dyspnea menurun
1. Kaji kepatenan jalan napas
- Sianosis menurun
2. Monitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah mengubah posisi
Ditandai dengan: - Frekuensi napas membaik
3. Monitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam
- Pola napas membaik
 Produksi sputum Terapeutik :
 Adanya suara napas
1. Cegah ETT terlipat (kinking)
tambahan
2. Berikan pre-oksigenasi 100% selama 30 detik (3-6 kali ventilasi) sebelum dan
 Sianosis
setelah penghisapan
 Dispnea 3. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik jika perlu (bukan secara
 Pola napas berubah berkala/rutin)
4. Lakukan perawatan mulut
Edukasi :

1. Jelaskan pasien dan/atau keluarga tujuan dan prosedur pemasangan jalan napas
buatan
Kolaborasi :

1. Berikan bronkodilator intravena (IV)


No Diagnosis Keperawatan NOC NIC
2. Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan Kriteria Hasil: Observasi:
adanya penumpukan cairan
di alveolus akibat - Dispnea menurun 1. Auskultasi bunyi napas
peningkatan permeabilitas - PCO2 membaik 2. Monitor saturasi oksigen
- PO2 membaik 3. Monitor nilai AGD
membran alveolus
- Sianosis membaik 4. Monitor hasil x-ray toraks
- Pola napas membaik Terapeutik:
Ditandai dengan:
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dispnea
Keseimbangan asam-basa (L.02009) 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
 Penurunan PCO2
 Penurunan PO2 Kriteria Hasil:
 pH meningkat • Frekuensi napas membaik Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013)
 Adanya bunyi napas • pH membaik Observasi:
tambahan • Kadar C02 membaik
 Sianosis • Kadar bikarbonat membaik 1. Monitor efek ventilator terhadap status oksigenasi
2. Monitor efek negatif ventilator
3. Monitor kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen (misalnya demam,
menggigil, kejang, dan nyeri)
Terapeutik:

1. Atur posisi 45-60 derajat untuk mencegah aspirasi


2. Siapkan bagvalve mask di samping tempat tidur
3. Dokumentasikan respon terhadap ventilator
Kolaborasi:
No Diagnosis Keperawatan NOC NIC
1. Kolaborasi pemilihan mode ventilator
2. Kolaborasi pemberian sedatif sesuai kebutuhan

Manajemen asam-basa : Alkalosis Respiratorik (I. 01008)

Observasi:

1. Monitor terjadinya hiperventilasi


2. Monitor gejala perburukan (misal. periode apnea, dyspnea, peningkatan ansietas,
peningkatan denyut nadi, sakit kepala, diaphoresis, mulut kering)
3. Monitor hasil analisa gas darah
Terapeutik:

1. Pertahankan kepatenan jalan napas


2. Hindari koreksi PCO2 terlalu cepat
Daftar Pustaka:
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical
Surgical Nursing: Assessment And Management Of Clinical Problem
(Vol. 8th). Missouri: John Wiley & Sons.
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., & Syam,
A.F. (2014).Buku ajar: Ilmu penyakit dalam, 6 ed. Jakarta: Interna
Publishing.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth's : Textbook of Medical-Surgical Nursing (12 ed.). Philadelphia:
Wolters Kluwer Health / Lippincott Williams & Wilkins.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia :
Definisi dan indikator diagnostik. Jakarta : PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia :
Definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta : PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervemsi keperawatan Indonesia :
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta : PPNI.

Anda mungkin juga menyukai