Anda di halaman 1dari 37

ASKEP KLIEN

DENGAN
VENTILATOR
Pokok Bahasan
• Definisi dan Fungsi Ventilator
• Indikasi
• Anatomi dan Fisiologi Proses Pernapasan
• Setting Ventilator
• Mode Ventilasi
• Komplikasi
• Penyapihan (weaning) dan Pelepasan (extubation)
• ASKEP Klien dengan Ventilator
Definisi

* Ventilasi mekanik adalah alat bantu napas dengan tekanan


positif atau negatif yang bisa menjaga ventilasi dan
pengiriman O2 untuk periode yang lama (Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008)
* Ventilasi mekanik adalah proses pemecahan masuknya
oksigen (FIO2) sebesar 21% atau lebih yang masuk dan keluar
dari paru dengan alat ventilator mekanik (Lewis, Heitkemper,
Dirkson, 2007).
Fungsi Ventilasi Mekanik

* Fungsi ventilator:
1. Mendukung atau manipulasi
pertukaran udara pulmoner
2. Meningkatkan volume paru
3. Mengurangi atau manipulasi kerja
pernapasan
Indikasi

1. Kegagalan pernapasan
* Apnea / Respiratory Arrest/ henti napas
* Ketidakadekuatan ventilasi
* Ketidakadekuatan oksigenasi
* insufisiensi pernafasan kronis
2. Penurunan fungsi jantung
* Pernapasan bekerja secara minimal
* Penurunan konsumsi oksigen
3. Disfungsi neurologis
* Hipoventilasi
* Pasien koma dengan GCS < 8
* Ketidakmampuan untuk melindungi jalan napas
Indikasi Klinis
Kriteria Range Normal Level kritis Komentar
Performa otot Dapat diukur dengan
pernapasan manometer Burdon yang
Maximum -50 - -100 cm Lebih positif dihubungakan dengan
Inspiratory H2O dari -20 cm masker, mouthiece, atau
Pressure (MIP) H2O ET. Idealnya pengukuran
MIP dilakukan saat
ekshalasi maksimal
Maximum < 40 cm
Ekspiratory +100 cm H2O H2O
Pressure (MEP)

Kapasitas Vital 65-75 Ml/kg <15 Ml/kg Diukur di sisi tepat tidur
dengan pneumo-
Tidal Volume 5-8 Ml/kg <5 mL/kg tachometer atau spirometer
Frekuensi 12-20 kali/min >35 kali/min Indikasi pe🡩 kerja
napas pernapasan dan risiko
kelelahan otot pernapasan
Indikasi Klinis
Kriteria Range Level kritis Komentar
Normal

Ventilasi
pH 7,35 – <7,25 Penurunan pH akibat asidosis
7,45 respiratorik merupakan tanda dari
kelelahan otot pernapasan

PaCO2 35-45 >55


mmHg mmHg

VD/VT 0,3-0,4 >0,6 Dead-space vetilasi dapat dihitung


dengan capnometry dan analisis AGD

PaO2 80-100 <60 Nilai PaO2 <60 mmHg nenunjukkan titik


mmHg mmHg keitika penguraian oxy-hemoglobin
berubah. Nilai PaO2 turun menyebabkan
SpO2 menurun dengan tajam

PO2 0,75 <0,15 Proporsi PaO2/PAO2 merupakan


arterial/alve proporsi O2 di alveolus yang akan masuk
olar ke kapiler pulmoner darah
Indikasi Klinis Gagal Nafas
(disederhanakan)

35:50:50:5
* RR >35
* PO2 <50
* PCO2 >50
* TV <5
Anatomi dan Fisiologi Proses
Pernapasan
* Fungsi pernapasan yang adekuat membutuhkan interaksi
harmonis antara respirasi, sirkulasi, dan sistem neuromuskular.
* Tahapan proses pertukaran gas:
1. Langkah 1 – VENTILASI: perubahan volume atau proses
perpindahan udara antara atmosfer dan alveoli & distribusi
udara dalam paru untuk menjaga konsentrasi O2 dan CO2
yang sesuai di alveoli.
2. Langkah 2 – DIFUSI: Proses ketika udara di alveolar
berpindah melintasi membran alveolar-kapiler ke kapiler
pulmoner, terjadi akibat penurunan gradien dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
3. Langkah 3 – TRANSPORTASI GAS KE SIRKULASI
Langkah 1 – VENTILASI
* Komponen struktural yang terlibat
dalam vetilasi:
1. Paru
2. Jalan napas: hidung s/d terminal
bronkus dimana udara mengalir tapi
tidak bertukar
3. Gas exchange airways: membran
semipermeabel yang memfasilitasi
pergerakan udara berdasar gradien
tekanan. Jalan napas ini tidak
berkontribusi pada resistensi airflow
tapi berkontribusi pada
pengembangan paru.
* Ventilasi Alveolar: bagian ketika total
ventilasi melakukan pertukaran gas
* Mekanika paru:
1. Movement of the diaphragm
2. Changes in the transpulmonary
pressure
3. Lung compliance
4. Airway resistance
Langkah 2 – DIFUSI
* Kerja napas dilaksanakan oleh
otot pernapasan dan jantung
yang menciptakan gradien
melintasi membran alveolar-
kapiler.
* Difusi ditentukan oleh:
1. Luas permukaan membran
u/ pertukaran gas
2. Integritas membran
alveolar-kapiler
3. Jumlah Hb dalam darah
4. Koefisien difusi udara
5. Perbedaan tekanan udara
alveolar dan tekanan udara
kapiler pulmoner
Siklus Mekanikal Ventilation
* Time Cycle ventilator
* Volume Cycle ventilator
* Pressure Cycle ventilator
Setting Ventilator
Setting Deskripsi Range nilai
Respiratory Rate (RR) Jumlah pernapasan yang 4-20 napas/menit
diberikan ventilator per
menit
Tidal Volume (Vt) Volume udara yang 5-15 cc/kg
diberikan setiap
pernapasan ventilator
Fractional Inspired Jumlah oksigen yang 21% - 100% ; biasanya di
Oxygen (FIO2) diberikan ventilator ke set untuk menjaga nilai
pasien PaO2 >60 mmHg atau
SaO2>90%
Inspiratory:Ekspiratory Lamanya inspirasi Biasanya 1:2 atau 1:1,
dibandingkan dengan kecuali rasio kebalikan
lamanya ekspirasi ventilasi diperlukan
Pressure Limit Jumlah maksimum 10-20 cmH2O di atas
tekanan ventilator yang Peak Inspiratory Pressure;
bisa digunakan untuk maksimum 35 cmH2O
mengantarkan
pernapasan
Setting Ventilator
Setting Deskripsi Range nilai
Possitive and Ekspiratory Tekanan positif yang 3-5 cm H2O
Pressure (PEEP) diberikan saat akhir
ekspirasi pernapasan
ventilator
Pressure Support Tekanan positif untuk 5-10 cm H2O
menambah tekanan
inspirasi pasien
Sensitivity Menentukan jumlah usaha Pressure triggering
pasien yang harus (inspirasi): 0,3-1,3 cm
dihasilkan untuk H2O di bawah garis
menginisiasi pernapasan dasar tekanan
ventilator; dapat disetting Flow triggering
menjadi pressure (ekspirasi): 1-3 Ml/MENIT
truggering atau flow di bawah gars dasar
triggering aliran (initial peak flow)
Flow Kecepatan udara yang 30-60 L/menit
berjalan selama inspirasi
(L/menit)
Mode Ventilasi
• Volume-cycled modes
• Control Ventilation (CV) atau Controlled Mandatory Ventilation
(CMV)
• Assist-Control (AC) atau Assisted Mandatory Ventilation (AMV)
• Synchronous Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)

• Pressure-cycled modes
• Pressure Support Ventilation (PSV)
• Pressure Control Inverse Ratio Ventilation (PC-IRV)
• CPAP
• PEEP
• BiPAP
MODE
Mode
FUNCTION
Ventilasi
CLINICAL USE
Control Ventilation Menyampaikan volume atau tekanan Biasa diaplikasikan pada pasien
(CV)  yang diseting dengan tidak apneu
mengindahkan usaha inspirasi pasien
sendiri.

Assist-Control Menyampaikan pernapasan sebagai Biasa diaplikasikan pada pasien yang


Ventilation (A/C) respon terhadap usaha pasien dan mampu benapas spontan dengan
ketika pasien gagal melakukan usaha kelemahan otot pernapasan. Cth:
napas dalam waktu yang sudah  acute (eg, Guillain-Barré syndrome),
diseting chronic and relapsing (eg, multiple
sclerosis, myasthenia gravis), or
relentlessly progressive (eg,
amyotrophic lateral sclerosis [ALS])

Synchronous Pernapasan ventilator Biasa digunakan saat poses


Intermittent disinkronisasikan dengan usaha penyapihan dari ventilator
Mandatory respirasi pasien 
Ventilation(SIMV)

Pressure Support Tekanan yang diseting agar Biasa diaplikasikan dengan SIMV
Ventilation (PSV) menambah usaha inspirasi pasien selama penyapihan (weaning)
dan menurunkan kerja pernapasan
Mode Ventilasi
MODE FUNCTION CLINICAL USE
Positive End Expiratory Tekanan positif diterapkan di Diaplikasikan bersama dengan CV,
Pressure (PEEP) akhir ekspirasi A/C, dan SIMV u/ meningkatkan
oksigenasi dengan membuka
alveoli yang kolaps

Continuous Positive Airway Mirip dengan PEEP tapi biasa Menjaga tekanan positif konstan
Pressure (CPAP) digunakan jika pasien dapat di jalan napas sehingga
bernapas spontan resistensi menurun
Mode Ventilasi
MODE Keuntungan Kerugian
Volume-Control Konstan tidal volume (Vt) Peningkatan tekanan plateu
Ventilation denga perubahan (Pplat) dengan penurunan
resistensi dan compliance compliance alveolar
paru (alveolar overdistensi)
Aliran inspiratory paten
dapat menimbulkan
asinkronik pernapasan
Pressure-Control Penurunan risiko Perubahan pada Vt dengan
Ventilation overdistensi dengan perubahan resistensi dan
perubahan compliance compliance
Variable aliran
meningkatkan
sinkronisasi pernapasan
pada beberapa pasien
Assist/Control Mode
Ventilator mengirimkan volume tetap
• Control Mode
• Pt menerima sejumlah pernapasan
yang sudah disetting dan tidak
bisa bernapas diantara pernaoasan
ventilator
• Mirip dengan Pressure Control
• Assist Mode
• Pt meninisiasi keseluruhan
pernapasan tapi siklus ventilator
menginisiasi u/ pemberian volume
tidak yang tetap
• Pt kontrol RR tapi selalu menerima
pernapasan ventilator penuh
• Assist/Control Mode
• Mode pembantu ketika RR pasien
gagal/ di bawah nilai yang • Kecepatan napas yang berlebihan
ditetapkan dapat menimbulkan pasien
• Ventilator, kemudian berubah ke overventilasi dan menimbulkan
mode kontrol Alkalosis respiratorik dan
hiperventilasi (auto-PEEP).
IMV and SIMV
Mode Siklus-volume yang berciri menambahkan Pressure Support
• IMV
• Pt menerima sejumlah pernapasan
ventilator
• Berbeda dengan mode kontrol:
pasien dapat menginisiasi pernapsan
spontan
• Berbeda dengan mode assist:
pernapasan spontan tidak dibantu
oleh penetapan Tidal olume
o/ventilator
• Ventilator selalu memberikan
pernapasan, bahkan ketika ekshalasi
• SIMV
• Mode yang umum digunakan
• Pernapasan spontan dan pernapasan
mandatory
• Jika pasien memiliki stimulus
pernapasan, pernapasan mandatory
akan bersinkronisasi dengan usaha
inspirasi pasien
Vent settings to improve <oxygenation>
PEEP dan FiO2 disesuaikan keduanya

• PEEP
• Meningkatkan FRC
• Mencegah atelaktass progresif dan
intrapulmonary shunting
• Mencegah cedera (repetitive
opening/closing)
• Mencegah kolaps alveoli dengan
meningkakan V/Q matching
• mengatasi intrapulmonary shunting
• Menigkatkan compliance paru
• Menjaga keadekuatan PaO2 at dengan
level aman FiO2
• Disadvantages
• Meningkatkan tekanan intrathoracic
• Dapat menyebabkan ARDS
• Rupture: PTX, pulmonary edema
Ventilator management algorithm
Modified from Sena et al, ACS Surgery:
Principles and Practice (2005). Initial intubation
• FiO2 = 50% • RR = 12 – 15
• PEEP = 5 • VT = 8 – 10 ml/kg

SaO2 < 90% SaO2 > 90%

SaO2 < 90% SaO2 > 90%


• Increase FiO2 (keep SaO2>90%) No injury • Adjust RR to maintain PaCO2 = 40 Pass SBT
• Increase PEEP to max 20 • Reduce FiO2 < 50% as tolerated Extubate
Airway stable
• Identify possible acute lung injury • Reduce PEEP < 8 as tolerated
• Identify respiratory failure causes • Assess criteria for SBT daily
Acute lung injury Fail SBT
Airway stable

Acute lung injury Persistently fail SBT


• Low TV (lung-protective) settings • Consider tracheostomy Pass SBT
• Reduce TV to 6 ml/kg • Resume daily SBTs with CPAP or
tracheostomy collar
• Increase RR up to 35 to keep
pH > 7.2, PaCO2 < 50
• Adjust PEEP to keep FiO2 < 60% Intubated > 2 wks

SaO2 < 90% SaO2 > 90%


Prolonged ventilator
SaO2 < 90% SaO2 > 90% dependence
Pass SBT
• Dx/Tx associated conditions • Continue lung-protective • Consider PSV wean (gradual
(PTX, hemothorax, hydrothorax) ventilation until: reduction of pressure support)
• Consider adjunct measures • PaO2/FiO2 > 300 • Consider gradual increases in SBT
(prone positioning, HFOV, IRV) • Criteria met for SBT duration until endurance improves
Alarms and Common Causes
High Pressure Low Pressure High Respiratory Low Exhaled
Limit Rate Volume
Secretions Vent tubing not Patient anxiety or Vent tubing not
in ETT/airway or connected pain connected
condensation in Displaced ETT or Secretions in Leak in cuff or
tubing trach tube ETT/airway
inadequate cuff
Kink in vent tubing Hypoxia seal
Patient biting on Hypercapnia
ETT Occurrence of
Patient coughing, another alarm
gagging, or trying preventing full
to talk delivery of breath
Increased airway
pressure from
bronchospasm or
pneumothorax
Komplikasi
Kompikasi Jalan Napas Komplikasi Kardiovaskular:
Edema laringeal Mengurangi venous return
Trauma mukosal trakea Mengurangi caridac output
Kontaminasi jalan napas bawah Hipotensi
Kehilangan fungsi melembabakan jalan
napas bagian atas
Komplikasi Mekanis: Komplikasi GI dan Nutrisi:
Diskoneksi tube dan selang Perdarahan GI
Kebocoran sirkuit ventilator Malnutrisi
Kehilangan energi listrik
Kompikasi Ginjal:
Kehilangan tekanan udara
Mengurangi urin output
Meningkatkan produksi ADH
Komplikasi Pulmoner: Kompikasi Neuromuskular:
Ventilator mengaibatkan cedera paru Gangguan tidur
Barotrauma Peningkatan TIK
Keracunan oksigen Kelemahan
Atelactasis
Kompkasi Asam-Basa:
Pneumonia nosocomial
Asidosis respiratorik
Inflamasi
Alkalosis Respiratorik
Auto-PEEP (terperangkapnya udara)
Asinkron pernapasan
Penyapihan (weaning) dan
Pelepasan (extubation)
* The purpose of mechanical ventilation is to “breathe for the
patient” until he or she is sufficiently recovered to breathe on his
or her own. This process is usually a gradual one, and is referred
to as weaning. During the ventilatory weaning process, the
modes of mechanical ventilation are gradually changed to allow
the patient to initiate more breaths while the ventilator provides
fewer breaths.
* Weaning is accomplished by decreasing the number of breaths
supplied by the ventilator, as well as by changing the way in
which those breaths are delivered to the patient.
* There are three primary methods used to wean patients from the
ventilator. These include T-piece/CPAP trials, Synchronized
Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV), and Pressure Support
Ventilation (PSV).
Indications for Weaning/Extubation
No weaning parameter completely accurate when used alone
• Clinical parameters Numerical Normal Weaning
Parameters Range Threshold
• Resolution/Stabilization of
PaO2/FiO2 > 400 > 200
disease process
Tidal volume 5 - 7 ml/kg 5 ml/kg
• Hemodynamically stable Respiratory rate 14 - 18 breaths/min < 25 breaths/min
• Intact cough/gag reflex Vital capacity 65 - 75 ml/kg 10 ml/kg
• Spontaneous respirations Minute volume 5 - 7 L/min < 10 L/min
• Acceptable vent settings
Greater Predictive Normal Weaning
• FiO2< 50%, PEEP < 8, PaO2 > Value Range Threshold
75, pH > 7.25 NIF (Negative > - 90 cm H2O > - 25 cm H2O
Inspiratory Force)
• General approaches RSBI (Rapid < 50 < 100
Shallow Breathing
• SIMV Weaning Index) (RR/TV)
• Pressure Support Ventilation
Marino P, The ICU Book (2/e). 1998.
(PSV) Weaning
• Spontaneous breathing trials
• Demonstrated to be superior
Pengkajian

* Tanda-tanda vital
* Bukti adanya hipoksia
* Frekuensi dan pola pernafasan
* Bunyi nafas
*

* neurologis
* Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
* Kebutuhan pengisapan
* Upaya ventilasi spontan klien
* Status nutrisi
* Status psikologis
Pengkajian Alat
*
* Jenis ventilator
* Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
* Pengaturan volume tidal dan frekunsi
* Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
* Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
* Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau
terlipatnya selang.
* Humidifikasi
* Alarm
* PEEP
ASKEP Klien dengan Ventilator:
Diagnosa
* Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d terpasangnya jalan
napas artifisial, masalah dengan posisi, akumulasi sekret, dan
imobilitas dtandai dengtan keabnormalan suara napas, tidak
adanya releks batuk, adanya sekret yang kental.
* Gangguan mobilitas fisik b.d restriksi pergerakan ditandai
dengan terbatasnya ROM, kesulitan merubah posisi, dan
kelemahan otot
* Risiko cedera b.d pemasangan jalan napas artifisial,
kemungkinan malfungsi ventilator, diskoneksi tidak
sengaja/ekstubasi, ketidakmampuan bernapas tanpa bantuan,
asinkron napas dengan ventilator, dan setting ventilator tidak
effektif menjaga keadekuatan oksigenasi.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d terpasangnya jalan
napas artifisial, masalah dengan posisi, akumulasi sekret, dan
imobilitas dtandai dengtan keabnormalan suara napas, tidak
adanya releks batuk, adanya sekret yang kental.
* Tujuan: pasien akan memiliki bunyi napas normal dengan resposisioning, fisioterapi dada, dan
suctioning
* Kriteria evaluasi: klien akan menunjukkan kemudahan bernapas; jalan napas bersih dari sputum
* Intervensi:
1. Bantuan Ventilasi:
✔ Auskultasi suara napas, tandai area yang terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
dan kenali adanya suara napas tambahan. Untuk mendeteksi risiko ketidakadekuatan
ventilasi
✔ Monitor efek perubahan posisi dari oksigenasi: AGD, SaO2, SVO2, dan level vol.tidal
CO2. untuk monitor keefektifan intervensi
✔ Bantu pasien u/ melakukan perubahan posisi secara rutin. Untuk memoilisasi sekret
2. Ventilasi mekanik
* Lakukan fisioterapi dada untuk menjaga bertumpuknya sekret pada jalan napas
* Stop pemberian makan melalui NGT selama suctioning dan 30-60 menit sebelum
fisioterapi dada untuk mencegah aspirasi
* Lakukan suctioning dengan berpanduan pada hasil auskultasi adanya suara napas
tambahan dan atau peningkatan tekanan inspirasi untuk memindahkan sekret
* Lakukan teknik aseptik untuk mencegah mikroorganisme memasuki sistem pernapasan
Gangguan mobilitas fisik b.d restriksi pergerakan ditandai
dengan terbatasnya ROM, kesulitan merubah posisi, dan
kelemahan otot
* Tujuan: menjaga ROM; tidak mengalami konsekuensi fisiologis akibat imobilitas
* Krteria evaluasi: tidak adanya luka tekan, kontraktur sendi, hipoaktif motilitas usus,
dan tidak adanya trombosis vena
* Intervensi:
1. Latihan: mobilitas sendi (ROM)
✔ Lakukan latihan ROM pasif atau aktif untuk menjaga fungsi sendi pasien dan
fungsi otot dan meningkatkan sirkulasi darah
✔ bantu pasien u. Menjaga keoptimalan posisi tubuh agar pergerakan sendi baik
aktif maupun pasif untuk mencega kontraktur dan komplikasi neuromuskular.
✔ Dorong dan bantu pasien untuk duduk di tempat tidur atau di tempat duduk
untuk meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi dan memfasilitasi latihan
2. Positioning
✔ Gunakan alat bantu untuk menjaga tungkai/lengan, seperti hand roll/trochanter
roll untuk mencegah kontraktur sendi
✔ Ganti poisisi tiap 2 jam, sesuai jadwal yang telah dibuat untuk menjaga integritas
kulit, memobilisasi sekresi pernapasan, dan mencegah stasis vena
Risiko cedera b.d pemasangan jalan napas artifisial, kemungkinan
malfungsi ventilator, diskoneksi tidak sengaja/ekstubasi,
ketidakmampuan bernapas tanpa bantuan, asinkron napas dengan
ventilator, dan setting ventilator tidak effektif menjaga keadekuatan
oksigenasi

* Tujuan:
1. pasien tidak mengalami efek dari pemasangan ventilasi
mekanik;
2. menjaga nilai AGD dan ventilasi/perfusi dalam parameter
normal;
3. menjaga kesinkronan pernapasan dengan ventilator
* Kriteria evaluasi: respon terhadap pemasangan ventialsi
mekanik yang ditinjau dari kenormalan bunyi napas, nilai RR,
FIO2, PaCO2, PaCO2, SaO2, pH
Cont...

* Intervensi
1. Ventilasi Mekanik
✔ Cek seluruh sambungan ke ventilator secara rutin u/ mencegah diskoneksi secara tidak sengaja
✔ monitor efek samping penggunaan mekanik ventilasi: infeksi, barotrauma, penurunan CO u/
menentukan adanya faktor risiko dan rencana untuk intervensi berikutnya
✔ Monitor settingan ventilator secara rutin (FIO2, RR, Tv, PEEP, tekanan udara, I:E rasio) u/
menentukan kondisi klinis yang sesuai
✔ Pemberian agen paralizing oto, sedatif, dan analgesik opioid sesuai indikasi u/ menimbulkan
sinkronisasi pernapasan dengan ventilator
✔ Yakinkan alarm ventilator dalam keadaan ON u/ mengjai pasien secara cepat dan pemberian
intervensi yang tepat
✔ Pastikan keadaan silence pada alarm ventilator saat suctioning u/ menutunkan frekuensi false
alarm.
✔ Monitor efek ventilator pada perubahan status oksigenasi: nilai AGD, SaO2, SvO2, ScvO2, end-
tidal CO2, respon sibjektif pasien untuk menentukan perubahan yang sesuai normal
2. Manajemen pemasangan jalan napas artifisial
✔ Berikan jalan napas artifisial: OPA atau bite block u/ mencegah tergigitnya ETT, jika dibutuhkan
✔ Berikan peralatan intubasi tambahan dan Ambu bag tersedia dekat dengan pasien u/ kasus
emergency
✔ Auskultasi adanya suara napas bilateral setelah insersi dan setelah mengganti sambungan
endotracheal.tracheostomy u/ meyakinkan penemapatan yang sesuai pada ETT
REFERENSI
* Ahrens, T., Prentice, D., Kleinpell, R. (2007). Critical care nursing certification: preparation, review, &
practice exams 5th ed. Diunggah pada 03/12/2011 pkl: 20.00 dari
http://books.google.co.id/books?id=xs9eXtuEcrcC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=fal
se
* Elliot, D., Aitken, L., & Chaboyer, W. (2012). ACCCN’S critical care nursing 2 nd ed. Diunggah pada
03/12/2011 pkl: 20.00 dari
http://books.google.co.id/books?id=8Yg1lsItNdYC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=fals
e
* Hess, D., Macintyre, N., Mishoe, s., Galvin, W., & Adams, A. (2012). Respiratory care: priciples and
practice 2nd ed. Diunggah pada 03/12/2011 pkl: 20.00 dari
http://books.google.co.id/books?id=BwMRh5BSKKkC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f
=false
* Kaplow, R., & Hardin, S. (2007). Critical care nursing: synergy for optimal outcomes. Diunggah pada
03/12/2011 pkl: 20.00 dari
http://books.google.co.id/books?id=A2kVKTnL5PMC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=f
alse
* Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirkson S.R., O’Brien, P.G., & Bucher, L. (2007). Medical Surgical
Nursing: Assessment and management of Clinical Problems. Missouri: Mosby.
* Plambeck, A. (n.d). Adult ventilation management. Diunggah pada 03/12/2011 pkl: 20.00 dari
http://www.corexcel.com/courses/vent.htm
* Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., Cheever, K. (2008). Brunner & Suddarth’s tektbook of medical-
surgical nursing. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai