Anda di halaman 1dari 6

Psikoborneo, Vol 4, No 2, 2016: 299-304 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

DAMPAK PSIKOSOSIAL PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI PELECEHAN


SEKSUAL DI MASA KANAK-KANAK
Reynald Dylan Immanuel1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. Research on the psychosocial and sexual harassment is intended to determine the psychosocial
impact on individuals who were sexually abused as children kank future. Psychosocial is any change in the lives
of individuals, both psychological and social that have a mutual influence. Sexual harassment is a form of
humiliation or despise someone because of the things pertaining to sex, gender or sexual activity between men
and women. Researchers use qualitative research with phenomenological approach. Researcher using purposive
sampling technique in determining the subject of research. Methods of data collection in this study using
observation and in-depth interviews with two subjects and two informants. The results showed that the two
subjects have psychosocial effects on sexual harassment different. On the subject of the first FE, sexual
harassment experienced Physically, emotionally, verbally abuse, and sexual violence. FE experiencing
psychosocial in childhood and in adulthood today that Industry versus inferiority and Intimacy vs. Isolation. The
second subject NT, sexual harassment experienced physical, emotional and psychosocial. NT experienced in
childhood and in adulthood today that Industry versus inferiority and Intimacy vs. Isolation.

Keywords: psychosocial, childhood, sexual harassment

ABSTRAK. Penelitian tentang pelecehan psikososial dan seksual dimaksudkan untuk mengetahui dampak
psikososial pada individu yang mengalami pelecehan seksual sebagai anak-anak masa depan kank. Psikososial
adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik psikologis maupun sosial yang memiliki pengaruh
timbal balik. Pelecehan seksual adalah bentuk penghinaan atau menghina seseorang karena hal-hal yang
berkaitan dengan seks, gender atau aktivitas seksual antara pria dan wanita. Peneliti menggunakan penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam
menentukan subjek penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan
wawancara mendalam dengan dua subjek dan dua informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek
memiliki efek psikososial pada pelecehan seksual yang berbeda. Pada subjek FE pertama, pelecehan seksual
mengalami pelecehan fisik, emosional, verbal, dan kekerasan seksual. FE mengalami psikososial di masa kanak-
kanak dan di masa dewasa hari ini bahwa Industri versus inferioritas dan Keintiman vs Isolasi. Subjek kedua NT,
pelecehan seksual mengalami fisik, emosional dan psikososial. NT mengalami di masa kanak-kanak dan dewasa
ini bahwa Industri versus inferioritas dan Keintiman vs Isolasi.

Kata kunci: psikososial, masa kecil, pelecehan seksual

1
Email: reynald.dylan@gmail.com
299
Psikoborneo, Vol 4, No 2, 2016: 299-304 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN Bukti empiris menunjukkan bahwa pelecehan


seksual di masa kanak-kanak dikaitkan dengan
Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa
masalah sosial dan masalah penyesuaian psikologis
Indonesia banyak menghadapi masalah pelecehan,
di masa dewasa. Kerusakan persepsi diri, reaksi
baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan
emosional, kesulitan hubungan, dan masalah
secara individual. Pelecehan seksual yang terjadi di
seksualitas dengan pasangan. Individu dengan
masa kanak-kanak merupakan suatu peristiwa
pengalaman pelecehan seksual di masa kanak-kanak
krusial terlebih hingga perlakuan kekerasan seksual
mungkin juga menderita perasaan bersalah dan malu
karena membawa dampak negatif pada kehidupan
yang disebabkan oleh perlakuan yang diterima di
korban di masa dewasanya. Kekerasan seksual pada
masa kanak-kanak. Penelitian menunjukkan bahwa
anak memberikan dampak traumatis yang berbeda-
individu dengan sejarah korban pelecehan seksual
beda pada seseorang dan dapat menjadi sangat
cenderung kurang puas dengan kualitas hubungan
mengkhawatirkan sebab dapat menimbulkan dampak
seksual, mengalami perasaan bersalah, hilangnya
jangka panjang di sepanjang kehidupan anak. Angka
rasa kenikmatan seksual dan disfungsi seksual yang
kasus kekerasan seksual pada anak meningkat setiap
lebih besar dibandingkan individu tanpa sejarah
tahunnya. Secara umum anak yang menjadi korban
pelecehan seksual (Andreas, Melissa, dan Steven,
tindak pelecehan seksul tidak dibatasi oleh
2004).
perbedaan jenis kelamin, perempuan maupun laki-
laki. Menurut (Harkrisnowo, 2012) hal tersebut di
TINJAUAN PUSTAKA
karenakan perbandingan anak laki-laki secara umum
dengan anak perempuan tidak jauh berbeda. Pelecehan Seksual
pelecehan. Berdasarkan informasi yang diterima Menurut kamus besar Indonesia (1990)
oleh Komisi Nasional perlindungan anak, pada tahun pengertian pelecehan seksual adalah pelecehan yang
2013 kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada berupa bentuk pembendaan dari kata kerja
anak di Indonesia semakin meningkat, 40% melecehkan yang berarti menghinakan, memandang
diantaranya terjadi di lingkungan sekolah, 30% di rendah dan mengabaikan sedangkan, seksual
lingkungan keluarga, dan 30% di lingkungan sosial. memiliki arti hal yang berkenan dengan seks atau
Jumlah kasusnya meliputi sodomi sebanyak 52 jenis kelamin, hak yang berkenan dengan perkara
kasus, perkosaan 280 kasus, pencabulan 182 kasus, persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
dan incest (hubungan seks sedarah) 21 kasus Berdasarkan pengertiaan tersebut maka, pelecehan
Khususnya di Samarinda tidak sedikit anak-anak seksual berarti suatu bentuk penghinaan atau
yang mengalami pelecehan seksual. Tidak hanya memandang rendah seseorang karena hal-hal yang
anak-anak, namun ada kasus pelecehan seksual yang berkenaan dengan seks, jenis kelamin atau aktivitas
terjadi pada remaja. Pelecehan seksual yang dialami seksual antara laki-laki dan perempuan. Tindakan
oleh remaja dapat terjadi pada remaja wanita dan pelecehan seksual, baik yang bersifat ringan (verbal)
laki-laki, pelecehan tersebut dapat berupa pelecehan maupun yang berat (perkosaan) merupakan tindakan
fisik, dan pelecehan verbal, seperti sumber menyerang dan merugikan individu yang berupa
ProKaltim (Edwfar, 2012), Pencabulan di Benua hak-hak privasi dan berkaitan dengan seksualitas.
Etam tercatat ada 30 kasus. Jumlah itu meningkat 10 Demikian juga, hal itu menyerang kepentingan
kasus setahun kemudian, hingga Maret 2014, tercatat umum berupa jaminan hak-hak asasi yang harus
9 kasus yang telah terjadi. Tidak hanya pencabulan, dihormati secara kolektif.
persetubuhan anak di bawah umur pun mengalami Secara umum pengertian pelecehan seksual pada
grafik peningkatan. Pada 2012 terdapat 76 kasus anak adalah keterlibatan seorang anak dalam segala
yang ditangani, sedangkan pada 2013 meningkat bentuk aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak
menjadi 78 kasus hingga Maret 2014, terdapat 18 mencapai batasan umur tertentu yang ditetapkan
kasus yang dilaporkan, kata Kasubudit Renakta oleh hukum negara yang bersangkutan. Orang
Polda Kaltim AKBP Suroso. Menurut Suroso, dewasa atau anak lain yang usianya lebih tua atau
kejadian tersebut banyak terjadi di dua kota besar orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih
Benua Etam, Balikpapan dan Samarinda. dari anak memanfaatkannya untuk kesenangan

300
Psikoborneo, Vol 4, No 2, 2016: 299-304 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

seksual atau aktivitas seksual (Maslihah, 2013). kualitatif adalah suatu penelitian untuk memahami
Salah satu praktek seks yang dinilai menyimpang masalah-masalah manusia atau sosial dengan
adalah bentuk pelecehan seksual artinya praktik menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks
hubungan seksual dilakukan dengan cara kekerasan, yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan
bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai agama pandangan terinci dari para sumber informan serta
serta melanggar hukum yang berlaku. Kekerasan dilakukan dalam latar yang alamiah.
ditunjukan untuk membuktikan bahwa pelakunya Moleong (2008) menjelaskan fenomenologi
meliliki kekuatan baik fisik maupun non fisik, dan merupakan pandangan berpikir yang menekankan
kekuatan tersebut dapat dijadikan alat untuk pada fokus kepada pengalaman subjektif manusia.
melakukan usaha-usaha jahat (Nainggolan, 2008). Peneliti dalam pandangan fenomenologi berusaha
Menurut Hayati (2000) mengatakan bahwa memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
kekerasan pada dasarnya adalah sebuah bentuk terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-
perilaku, baik verbal maupun nonverbal yang situasi tertentu. Konsep fenomenologi bermula dari
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang pandangan Edmund Husserl (dalam Idrus, 2009)
terhadap seseorang atau kelompok orang lainnya yang meyakini objek ilmu itu tidak terbatas pada
sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, hal-hal yang empiris (terindra), tetapi juga mencakup
emosional dan psikologis terhadap orang yang fenomena yang berasa di luar itu, seperti persepsi,
menjadi sasarannya. pemikiran, kemauan, dan keyakinan subjek tentang
“sesuatu” di luar dirinya. Penelitian yang
Psikososial berlandaskan fenomenologi melihat objek penelitian
Psikososial adalah setiap perubahan dalam dalam satu konteks naturalnya artinya, seorang
kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik peneliti kualitatif yang menggunakan dasar
maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal fenomenologis melihat suatu peristiwa tidak secara
balik. Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang parsial, lepas dari konteks sosialnya karena satu
mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat fenomena yang sama dalam situasi yang berbeda
terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial akan pula memiliki makna yang berbeda pula untuk
dalam masyarakat yang dapat menimbulkan itu, dalam mengobservasi data di lapangan seorang
gangguan jiwa (Depkes, 2011). peneliti tidak dapat melepas konteks atau situasi
Istilah psikososial pertama kali digunakan oleh yang menyertainya.
Erik Erikson, seorang psikolog yang meneliti Metode fenomenologi dalam pengumpulan data
tentang tahapan perkembangan emosional manusia dari fenomena yang diteliti dapat dikumpulkan
(Desmita, 2008). Menurut Erik Erikson menjelaskan dengan berbagai cara, diantaranya adalah observasi
bahwa istilah psikososial dalam kaitannya dengan dan wawancara, seperti wawancara mendalam (in
perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap depth interview). In depth dalam penelitian
kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk fenomenologi bermakna mencari sesuatu yang
oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman
dengan suatu organisme yang menjadi matang secara yang mendetail tentang fenomena sosial pendidikan
fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga yang diteliti.
bisa diartikan berhubungan dengan perubahan-
perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
perubahan dalam bagaimana individu berhubungan
dengan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian kedua subjek
yaitu FE dan NT sama-sama memiliki latar belakang
METODE PENELITIAN pelecehan seksual di masa kanak-kanak yang
berdampak pada psikososial subjek. Ada kesamaan
Jenis penelitian mengenai dampak psikososial diantara mereka bahwa pada dasarnya kedua subjek
pada individu yang mengalami pelecehan seksual berusaha menyimpan masalah pelecehan pribadinya
menggunakan jenis penelitian pendekatan kualitatif ini engan alasan berbeda dan tertentu. FE dengan
deskriptif. Menurut Creswell (2013) penelitian alasan anggota keluarga seperti paman dan juga
301
Psikoborneo, Vol 4, No 2, 2016: 299-304 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

posisi suku dari keluarga FE yang menyebabkan Untuk kasus pelecehan seksual yang dialami
mengurungkan niat untuk menceritakan hal tersebut. subjek FE dan NT terdapat perbedaan, untuk subjek
NT dengan alasan sama dengan FE yaitu anggota FE merasa bahwa kejadian yang di alaminya cukup
keluarga yang melakukan pelecehan seksual, hanya berdampak pada dirinya yang mengalami sentuhan
karena masih dalam pelecehan fisik yang [ada organ intim di masa kanak-kanak. Subjek
menyebabkan NT hanya kesal dan tidak sampai mengatakan bila sangat terguncang akan perbuatan
bertindak lebih lanjut. yang sudah pamannya lakukan, hal ini di karena
Psikososial pertama kali digunakan oleh Erik sang pelaku yaitu sang paman memiiki ciri khas
Erikson, seorang psikolog yang meneliti tentang yaitu berkumis, juga FE kurang bercengkrama
tahapan perkembangan emosional manusia dengan orang tuanya di masa kecil.. Sementara NT
(Desmita, 2008). Menurut Erik Erikson menjelaskan juga merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya
bahwa istilah psikososial dalam kaitannya dengan kerap terjadi tanpa NT sadari saat tertidur di malam
perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap hari. Individu tersebut lebih berhati-hati bila bertemu
kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk ataupun berinteraksi dengan orang yang baru
oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dikenal. Hal tersebut, terjadi karena NT memiliki
dengan suatu organisme yang menjadi matang secara pemikiran bahwa orang terdekat pun dapat berbuat
fisik dan psikologis. jahat, apalagi jika orang lain, sehingga untuk
Pada penelitian awal yang peneliti lakukan pelecehan seksual, FE lebih berat dibandingkan
terhadap dua subjek yaitu satu laki-laki korban dengan NT.
pelecehan seksual hingga pencabulan dan satu Psikososial yang didapatkan kedua subjek
perempuan korban pelecehan seksual, peneliti yaitu FE dan NT hampir sama dimana mereka
melihat dampak psikososial sangatlah beragam mepada dua tahapan, yaitu Industry versus
antara subjek satu dengan yang lainnya. Berdasarkan Inferiority (6-12 tahun) dan Intimacy versus
indikasi penyebab terjadinya pelecehan seksual Isolation (masa dewasa muda). Oleh karena itu,
adalah pewarisan kekerasan antar generasi dalam menjalani kesehariannya pasca pelecehan
(intergenerational transmission of violance), stres seksual diperoleh kesamaan pada tahapan
sosial, isolasi sosial dan keterlibatan masyarakat psikososial pada ketiga subjek yaitu melakukan
bawah, dan struktur keluarga. kegiatan positif, berpikir positif, menjadi lebih
Menurut Finkelhor dan Browne (dalam bersosialisasi dan bertanggung jawab terhadap
Tower, 2002). Korban yang mengalami kekerasan kehidupan dirinya, memiliki keinginan yang kuat
membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun untuk untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dimasa
terbuka pada orang lain. Dari hasil wawancara yang akan datang,
peneliti mendapatkan hasil bahwa kedua subjek Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
mengalami pelecehan seksual menurut Lawson yang dilakukan oleh Pandu Pranadita tahun 2012
(dalam Huraerah, 2007), psikiater internasional yang dengan judul penelitian faktor psikososial yang
merumuskan definisi tentang child abuse, menyebut terjadi pada anak jalanan korban pelecehan seksual
ada empat macam abuse, yaitu emotional abuse, di lingkungan pondok sosial anak. Dari analisa data
verbal abuse, physical abuse, dan sexual abuse. yang dilakukan, maka diketahui bahwa subjek
sehingga menimbulkan tahapan psikososial menurut mengalami kecenderungan emosi negatif seperti
Erik Erikson (Desmita, 2008) mengatakan Trust perasaan benci dan menyimpan dendam, keinginan
versus Mistrust (0-1) tahun, Autonomy versus Shame untuk hidup bebas, penilaian negatif pada diri sendiri
and Doubt (l-3 tahun), Initiative versus Guilt (3-6 dan kehidupan, perilaku seksual yang tidak wajar,
tahun), Industry versus Inferiority (6-12 tahun), penggunaan obat-obatan terlarang dan konsumsi
Identity versus Role Confusion (12-18 tahun), alkohol, serta relasi yang buruk dengan keluarga
Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda), atau lingkungan sekitarnya.
Generativity versus Stagnation (masa dewasa
menengah), dan Ego Integrity versus Despair (masa
dewasa akhir)

302
Psikoborneo, Vol 4, No 2, 2016: 299-304 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

KESIMPULAN DAN SARAN maupun kerabat terdekat, sehingga dapat


mengetahui perasaan yang sedang dialami oleh
Kesimpulan
subjek dan dapat memberi bantuan yang sedang
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dibutuhkan subjek.
yang telah dilakukan maka diperoleh data mengenai
dampak psikososial pada individu yang mengalami 2. Teman Subjek
Tugas sebagai teman ialah memberikan
pelecehan seksual dimasa kanak-kanak. Gambaran
dari kedua subjek dapat disimpulkan sebagai berikut: dorongan dan masukkan yang positif bagi
1. Pelecehan seksual yang dialami subjek subjek, agar subjek mampu menjalankan
menimbulkan perasaan Betrayal (penghianatan), rutinitasnya dengan hal yang bermanfaat.
Traumatic sexualization (trauma secara 3. Peneliti lainnya
seksual), Powerlessness (merasa tidak berdaya), a. Diharapkan kepada peneliti lain yaitu untuk
dan Stigmatization (merasa malu). Dampak memperluas batasan kriteria subjek
psikososial ini berbeda terhadap subjek FE sehingga subjek yang diambil dalam
maupun subje NT penelitian semakin beragam dan semakin
2. Psikososial memiliki delapan tahapan yaitu memperkaya data yang akan digali
Trust versus Mistrust (0-1) tahun, Autonomy b. Dapat membahas tema yang sama, namun
versus Shame and Doubt (l-3 tahun), Initiative dengan konteks faktor psikososial yang
versus Guilt (3-6 tahun), Industry versus lebih spesifik sehingga bahasan yang
Inferiority (6-12 tahun), Identity versus Role didapatkan lebih mendalam dan akurat.
Confusion (12-18 tahun), Intimacy versus
Isolation (masa dewasa muda), Generativity DAFTAR PUSTAKA
versus Stagnation (masa dewasa menengah),
Abar, A. Z, & Tulus. S. 1998. Perkosaan dalam
dan Ego Integrity versus Despair (masa dewasa
Wacana Pers National.Yogyakarta:
akhir).
kerjasama PPK & Ford Foundation.
Psikososial yang dialami subjek adalah Industry
Al-Fayez, Ghenaim A. Jude U. Ohaeri, Osama M.
versus Inferiority (yaitu usia 6-12 tahun) yaitu masa
Gado. 2012. Prevalence of physical,
di masa kecil subjek belajar untuk memperoleh
psychological, and sexual abuse among a
kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas.
nationwide sample of Arab high school
Keterampilan ego yang diperoleh subjek adalah
students: association with family
kompetensi, yaitu anak yang tidak mampu untuk
characteristics, anxiety, depression, self-
menemukan solusi positif dan tidak mampu
esteem, and quality of life. Soc Psychiatry
mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan
Psychiatr Epidemiol 47:53–66
merasa inferior. Dan Intimacy versus Isolation (masa
Agaid, N. 2002. “Penyerangan Seksual Terhadap
dewasa muda), Dalam tahap ini subjek berinteraksi
Anak atau Perlakuan Salah Secara Seksual
dengan orang lain secara lebih mendalam dan
Terhadap Anak” dalam Training Workshop
memperoleh cinta dari keterampilan ego yang di
on Protective Behavior Against Child Sexual
bentuk dengan tingkat yang berbeda-beda antara
Abuse Among Street and Sexually Exploited
kedua subjek.
Children, Jakarta, ICWF-Childhope Asia
Philippines, 3-7 Maret 2002. Jakarta.
Saran
Andreas, Melissa, & Steven, 2004. Journal
Dalam skripsi ini, peneliti menyampaikan
of Family Violence, Vol. 19, No 5, Oktober
beberapa saran-saran yang berguna dan dapat
2004 (C 2004)
dijadikan pertimbangan bagi semua pihak yang
Anthony P. Mannarino · Judith A. Cohen. Esther
terkait:
Deblinger · Robert Steer. 2007. Self-
1. Bagi subjek Penelitian
Reported Depression in Mothers of Children
Diharapkan untuk bisa lebih berpikir positif dan
Who Have Experienced Sexual Abuse. J
membuka diri serta mau menceritakan masalah-
Psychopathol Behav Assess 29:203–210
masalah yang sedang dirasakan kepada keluarga

303
Psikoborneo, Vol 4, No 2, 2016: 299-304 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Desmita, 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Levitan, R. D. N. A. Rector, Sheldon, & Goering, P.
PT Remaja Rosdakarya. 2003. Childhood Adversities.
Detik. 2014. Remaja di Deli Serdang setubuhi ibu Lisa Avery, Ph.D., K. Dianne Hutchinson, M.S.W.
dan adik kandung. Diposting Keitha Whitaker, M.S.W. 2002. Domestic
16Juni2014.http://news.detik.com/read/2014/ Violence andIntergenerational Rates of Child
06/18/125816/2611585/10/remaja-di-deli- Sexual Abuse: A Case Record Analysis.
serdang-setubuhi-ibu-dan-adik-kandung. Di Child and Adolescent Social Work Journal,
akses 04 juli 2014. Vol. 19, No. 1
Edwfar, 2012. http: // balikpapan. Prokal.co / read / Maslihah, Sri. 2013. Play Therapy dalam Identifikasi
news / 123955 - kekerasan - seksual-pada- Kasus Kekerasan Sexual terhadap Anak.
anak-meningkat. Jurnal penelitian psikologi, Vol.04,
Feby, 2013. http :// news. Detik.com /berita/ No.01,21-34.
2388376/anggota -brimob-yang -diduga- Merdeka. 2013. Dua kakek perkosa cucunya belasan
memperkosa-dijadikan-tersangka-dan- kali. Diposting 23 Januari
ditahan 2013.http://merdeka.com/peristiwa/dua-
Ghenaim A, Al-Fayez, Jude U, Ohaeri, Osama. kakek-perkosa-cucunya-belasan-kali.html
2012. GadoSoc Psychiatry Psychiatr Messman-Moore,Terri L, Long, Patricia J. 2000.
Epidemiol. 47:53–66 Child Sexual Abuse and Revictimization in
Hayati. E.N. 2000. Panduan Untuk Pendamping the Form of Adult Sexual Abuse, Adult
Perempuan Korban Kekerasan Berwawasan Physical Abuse, And Adult Psychological
Gender. Yogyakarta: Rifka Annisa. Maltreatment. Journal of Interpersonal
Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Violence (Online). 15(5): 489-502, Tersedia:
Kencana Media Group; 2011. http//www.answers.com/topic/child-abuse.
Kalibonso R, S. 1993. http: //bpi-uinsus kariau3. Nainggolan, L. H. 2008. Bentuk-bentuk kekerasan
Blogspot. co.id/2011_03_01_archive.html seksual pada anak. Jurnal equality. Vol. 13
Kathleen J. Sikkema Nathan B. Hansen Christina S. No. 1
Meade Arlene Kochman Ashley M. Fox. Raquel C. Andr´es-Hyman,1 Melissa A. Cott,1 and
2009. Psychosocial Predictors of Sexual HIV Steven N. Gold. 2004. Ethnicity and Sexual
Transmission Risk Behavior among HIV Orientation as PTSDM itigators in Child
Positive Adults with a Sexual Abuse History Sexual Abuse Survivors. Journal of Family
in Childhood. Arch Sex Behav 38:121–134 Violence, Vol. 19, No. 5
Kuswarno, E. 2009. Metodologi Penelitian Sumadi Suryabrata. 2005. Psikologi Kepribadian.
Komunikasi Fenomenlogi Konsepsi, Jakarta: CV Rajawali
Pedoman, dan Penelitiannya. Bandung: Suryabrata, S. 1995. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Widya Padjadjaran. PT Raja Grafindo Persada.
Lalor, Kevin, Elvaney, Rosaleen. 2010. Child Sexual Taslim, A. 1995. Bila Perkosaan Terjadi. Jakarta:
Abuse, Links to Later Sexual Exploitation Kalyanamitra, Komunikasi dan informasi.
/High-Risk Sexual Behavior, and Warshaw, R. 1994. I Never Called It Rape. New
Prevention/Treatment Programs” Dalam York: Ms. Foundation for Education and
Trauma, Violence &: Abuse (online). 11 (4) Communication, Inc.
159-177 tersedia: http//tva.sagepub.com.

304

Anda mungkin juga menyukai