Anda di halaman 1dari 191

LAPORAN KAJIAN

Status Kesehatan Dasar Masyarakat


Di Daerah Tertinggal Indonesia
(Analisis data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018)

Oleh:
Dr.dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes dan Tim

Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi


Organisasi Riset Kesehatan
Badan Riset dan Inovasi Nasional
Tahun 2022
LEMBAR PENGESAHAN
PESETUJUAN ATASAN YANG BERWEWENANG

Jakarta, September 2022

Ketua Pelaksana,

Dr.dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes


NIP. 196209121991031002

Menyetujui:

Ketua Kelompok Riset Kepala


Kesehatan Rural dan Kelompok Marginal Pusat Riset Kesehatan Masyarakat
PR Kesmaszi OR Kesehatan BRIN, dan Gizi – OR Kesehatan BRIN,

Dr. Donny K. Mulyantoro, SKM, M.Kes Dr. Wahyu Pudji Nugraheni, SKM, M.Kes
NIP. 196804051990021001 NIP. 197307071999032002
KEPUTUSAN
KEPALA PUSAT RISET KESEHATAN MASYARAKAT DAN GIZI,
ORGANISASI RISET DAN KESEHATAN,
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
NOMOR 5/IV/HK/2022
TENTANG
TIM KAJIAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH TERTINGGAL DI
INDONESIA TAHUN 2022

KEPALA PUSAT RISET KESEHATAN MASYARAKAT DAN GIZI,


ORGANISASI RISET KESEHATAN,
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan


kegiatan Kajian Status Kesehatan Masyarakat daerah
Tertinggal di Indonesia yang dilaksanakan oleh Pusat
Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Organisasi
Riset Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional
Tahun Anggaran 2022, perlu menetapkan Tim Kajian
Status Kesehatan Masyarakat Daerah Tertinggal di
Indonesia;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat
dan Gizi, Organisasi Riset Kesehatan, Badan Riset
dan Inovasi Nasional tentang Tim Kajian Status
Kesehatan Masyarakat Daerah Tertinggal di
Indonesia Tahun 2022;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021 tentang


Badan Riset dan Inovasi Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 192);
2. Peraturan Badan Riset dan Inovasi Nasional Nomor 1
Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Riset dan Inovasi Nasional (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 977);

3. Peraturan Badan Riset dan Inovasi Nasional Nomor


13 Tahun 2021 tentang Tugas, Fungsi, dan Struktur
Organisasi Riset Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 218);

4. Keputusan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional


Nomor 8/HK/2021 tentang Pelimpahan Wewenang
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Kepada
Pelaksana Tugas di Lingkungan Badan Riset dan
Inovasi Nasional;

5. Keputusan Kepala Organisasi Riset Kesehatan Nomor


B-1093/III.9/HK.01.00/4/2022 tentang Kelompok
Riset di Lingkungan Organisasi Riset Kesehatan

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSAT RISET KESEHATAN


MASYARAKAT DAN GIZI, ORGANISASI RISET
KESEHATAN, BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
TENTANG TIM KAJIAN STATUS KESEHATAN
MASYARAKAT DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA
TAHUN 2022.

KESATU : Membentuk Tim Kajian Status Kesehatan Mayarakat


daerah Tertinggal di Indonesia Tahun 2022 yang
selanjutnya disebut dengan Tim Kajian dengan susunan
keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Kepala Pusat ini.

KEDUA : Tim Kajian sebagaimana dimaksud dalam Diktum


KESATU mempunyai tugas menyusun dan
menyampaikan hasil pelaksanaan kajian kepada Kepala
Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Organisasi
Riset Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional.
KETIGA : Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDUA, Tim Kajian bertanggung jawab
kepada Kepala Program Riset Kesehatan Masyarakat
dan
Gizi;
KEEMPAT : Masa tugas Tim Kajian sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU terhitung mulai tanggal 1 Januari 2022
sampai dengan tanggal 31 Desember 2022

KELIMA : Biaya untuk melaksanakan Keputusan Kepala Pusat


Riset ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Badan Riset dan Inovasi Nasional yang
berkenaan dan/atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

KEENAM : Keputusan Kepala Pusat Riset ini mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Cibinong
Pada tanggal 13 Juni 2022
PELAKSANA TUGAS
KEPALA PUSAT RISET KESEHATAN
MASYARAKAT DAN GIZI,
ORGANIASI RISET KESEHATAN,
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

DWI HAPSARI TJANDRARINI

SALINAN Keputusan Kepala Pusat Riset ini disampaikan kepada Yth.:


1. Kepala Organisasi Riset Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional;
2. Masing-masing yang bersangkutan.

Dokumen ini ditandatangani


secara elektronik menggunakan
sertifikat dari BSrE, silahkan
lakukan verifikasi pada
dokumen elektronik yang dapat
diunduh dengan melakukan scan
QR Code
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSAT RISET
KESEHATAN MASYARAKAT DAN GIZI
ORGANISASI RISET KESEHATAN,
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
NOMOR : 5/IV/HK/2022
TANGGAL: 13 Juni 2022
TENTANG TIM KAJIAN STATUS
KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH
TERTINGGALDI INDONESIA TAHUN 2022

TIM KAJIAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH TERTINGGAL DI


INDONESIA TAHUN 2022

No Nama Keahlian/kesarjanaan Kedudukan Uraian Tugas


dalam tim
1 Prof Ni Luh Profesor Riset, Pelindung Memberikan
Putu Indi Kepala Organisasi arahan dalam
Dharmayanti Riset Kesehatan pelaksanaan
PhD kegiatan kajian
2 Dr Dwi Doktor Kesehatan Pengarah Memberikan
Hapsari Masyarakat masukan pada
Tjandrarini, analisis data dan
SKM, M.Kes laporan dalam
pelaksanaan
kegiatan kajian
3 Dr. dr. Doktor Kesehatan Ketua Bertanggung
Felly Masyarakat Pelaksana/ jawab untuk
Philipus Principal koordinasi,
Senewe, Investigator penyusunan
M.Kes proposal/protokol,
analisis data,
penyusunan
laporan dan buku
4 Dr. Donny Doktor Kesehatan Wakil Membantu PI
Kristanto Masyarakat Ketua dalam semua
Mulyantoro, Pelaksana/ tahap
SKM, M.Kes Peneliti pelaksanaan
kajian, analisis
data, penyusunan
laporan dan buku
5 Ina Kusrini, Magister Kesehatan Anggota Membantu dalam
SKM, M.K.M Masyarakat Peneliti analisis data,
penyusunan
laporan, buku,
dan pembuatan
artikel
internasional
6 Alfons Magister Epidemiologi Anggota Membantu dalam
Maryono dan Biostatistik Peneliti analisis data,
Letelay, penyusunan
S.Kep., Ns, laporan, buku,
M.Epid dan pembuatan
artikel
internasional
7 Basuki Magister Kesehatan Anggota Membantu dalam
Rachmat, Masyarakat Peneliti analisis data,
ST, MKM penyusunan
laporan, buku dan
pembuatan artikel
internasional
8 Hadi Ashar, Magister Kesehatan Anggota Membantu dalam
SKM, MPH Masyarakat Peneliti analisis data,
penyusunan
laporan, buku dan
pembuatan artikel
internasional

9 Muhamad Magister Kesehatan Anggota Membantu dalam


Arif Masyarakat Peneliti analisis data,
Musoddaq, penyusunan
S.Si, M.K.M laporan, buku dan
pembuatan artikel
internasional

Plt. KEPALA PUSAT RISET


KESEHATAN MASYARAKAT DAN GIZI
BADAN RISET DAN INOVASI
NASIONAL

DWI HAPSARI TJANDRARINI

8
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas pernyataanNya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kajian Status Kesehatan Masyarakat di Daerah Tertinggal Indonesia tahun 2022. Status
kesehatan masyarakat yang berdomisili di Daerah Tertinggal masih perlu mendapat perhatian. Masih
banyak hal yang perlu diperbaiki misalnya akses terhadap air bersih, akses ke fasilitas kesehatan,
status kesehatan ibu dan anak, status penyakit dan status gizi penduduk. Daerah Tertinggal menurut
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang penetapan daerah tertinggal Menurut Perpres

63 tahun 2020, Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.
Kajian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran status kesehatan masyarakat bermukim
di daerah tertinggal, sehingga dapat memberikan masukan untuk kebijakan sector
kesehatan di daearah tertinggal. Dengan menggunakan data Riskesdas 2018 BKPK Kemkes RI
dengan mengambil 62 Kabupaten Daerah Tertinggal. Kami atas nama tim kajian
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kepala OR Kesehatan, Plt. Kepala PR Kesmaszi dan
Kepala PR Kesmaszi yang telah memberi kesempatan untuk kami melakukan kajian ini. Juga
kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BKPK, Sekretaris BKPK dan staf DATIN BKPK
yang telah memberikan ijin penggunaan data Riskesdas tahun 2018. Akhirnya banyak terima
kasih kepada teman-teman tim analisis kajian ini yang telah melakukan analisis data dan
menyusun laporan kajian ini. KiraNya Tuhan menyertai kita semua. Amin

Jakarta, September 2022.


Ketua Pelaksana

Dr.dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes


NIP. 196209121991031002

9
Daftar Isi

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………………………… 2


SK Tim Pelaksana ………………………………………………………………………………………. 3
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………… 8
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. 9

Abstrak ………………………………………………………………………………………. 11

Bab I. Pendahuluan ………………………………………………………………………………………. 13

1.1. Latar belakang ………………………………………………………………………………………. 13


1.2. Pertanyaan penelitian ……………………………………………………………………………………….. 16
1.3. Tujuan penelitian ………………………………………………………………………………………. 16
1.4. Manfaat penelitian ……………………………………………………………………………………….. 16
1.5. Ruang lingkup penelitian …………………………………………………………………………………… 17

Bab II. Konsep dan Metodologi…………………………………………………………………….…………… 18

2.1. Kerangka konsep ………………………………………………………….……………..……………. 18

2.2. Desain penelitian ……………………………………………………………………………………….. 19

2.3. Lokasi dan waktu ……………………………………………………………………………………….. 19

2.4. Populasi dan sampel ………………………………………………………................................... 19

2.5. Hipotesis ………………………………………………………………………………………. 21

2.6. Definisi Operasional ……………………………………………………………………………………… 21

2.7. Manajemen dan analisis data ……………………………………………………………………………… 23

2.8. Rencana kegiatan dan sumber biaya ………………………………………………………………….. 24

Hasil dan Pembahasan .…………………………………………………………………………. 30

Bab III. Akses Fasilitas Kesehatan …………………………………………………………………………… 31

Bab IV. Kesehatan Lingkungan …………………………………………………………………………… 35

Bab V. Penyakit Menular ………………………………………………………………………….. 59

Bab VI. Penyakit Tidak Menular ………………………………………………………………………….. 70

Bab VII. Disabilitas dan Cedera …………………………………………………………………….……. 83

Bab VIII. Pelayanan Kesehatan Tradisional ……………………………………………………………….. 91

Bab IX. Perilaku Kesehatan ………………………………………………………………………….. 98

Bab X. Kesehatan Ibu ………………………………………………………………………….. 136

Bab XI. Kesehatan Anak ………………………………………………………………………….. 155

Bab XI. Status Gizi, IMT & Lingkar perut orang dewasa ………………………………………………………. 164

10
Bab XII. Kesimpulan, saran dan rekomendasi ……….……………………………………………………. 55

Bab XIII. Ucapan terima kasih …………………………………………………………………………………….. 60

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………… 66

Lampiran:

Tabel 1. Daftar 62 Kabupaten Daerah Tertinggal ……………………………………………………….. 13

11
ABSTRAK

Latar belakang: Status kesehatan masyarakat yang berdomisili di Daerah Tertinggal masih
perlu mendapat perhatian. Menurut Perpres No 63 tahun 2020, Daerah Tertinggal adalah
daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional. Kajian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
status kesehatan masyarakat bermukim di daerah tertinggal.
Metode: Menggunakan data Riskesdas 2018 BKPK Kemkes RI dengan mengambil 62
Kabupaten Daerah Tertinggal. Data Kabupaten diolah secara aggregate sehingga yang
dikeluarkan memberi gambaran daerah tertinggal Indonesia. Jumlah sampel Rumah Tangga
sebesar 19.779 RT dan jumlah sampel Individu sebesar 82.616 orang.
Hasil: Dalam kajian ini kami temukan pengetahuan RT terhadap keberadaan RS (75,3%),
proporsi pemakaian air ≥ 20 liter/orang/hari di RT (75,8%), prevalensi ISPA (7,2%), hipertensi
(6,6%), gangguan mental emosional (13,91%), disabilitas (5-17 tahun) 3,7%, cedera (10%),
pemanfaatan TOGA (46,1%), penggunaan kelambu LLIN’S (52,8%), konsumsi sayur buah
yang cukup (5,8%), perilaku cuci tangan benar (29%), ANC K1 (78,4%), K4 (72,4%), dan
prevalensi obesitas sentral (22,3%).
Kesimpulan: Di daerah tertinggal masih tinggi prevalensi penyakit menular dan tidak
menular, akses ke fasilitas kesehatan masih kurang memadai, perilaku hidup bersih sehat
masih belum memuaskan.
Kata kunci: status kesehatan, daerah tertinggal, riskesdas

12
ABSTRACT

Background: The health status of people living in disadvantaged areas still needs attention.
According to Presidential Decree No. 63 of 2020, Disadvantaged Regions are districts whose
territories and communities are less developed than other regions on a national scale. This
study was conducted to obtain an overview of the health status of the people living in
disadvantaged areas.
Method: Using Riskesdas 2018 data from the Indonesian Ministry of Health by taking 62
Disadvantaged Regions. District data is processed in aggregate so that what is issued gives
an overview of Indonesia's underdeveloped regions. The number of household samples is
19,779 households and the number of individual samples is 82,616 people.
Results: In this study, we found household knowledge of the presence of hospitals (75.3%),
the proportion of water use 20 liters/person/day in the household (75.8%), ARI prevalence
(7.2%), hypertension (6,6%), mental emotional disorder (13.91%), disability (5-17 years)
3.7%, injury (10%), use of TOGA (46.1%), use of LLIN'S mosquito nets (52.8% ), sufficient
consumption of fruit and vegetables (5.8%), correct hand washing behavior (29%), ANC K1
(78.4%), K4 (72.4%), and prevalence of central obesity (22.3%).
Conclusion: In underdeveloped areas, the prevalence of infectious and non-communicable
diseases is still high, access to health facilities is still inadequate, and healthy clean life
behavior is still not satisfactory.
Keywords: health status, disadvantaged areas, riskesdas

13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi masalah Kesehatan di semua
penduduk. Tahun 2017, UHH orang Indonesia telah mencapai 71,5 tahun,di mana UHH
perempuan lebih tinggi 5 tahun dibandingkan dengan laki-laki (perempuan 74 tahun, laki-
laki 69 tahun). Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 346 kematian per 100.000 KH
pada tahun 2010 (Sensus Penduduk 2010) menjadi 305 kematian per 100.000 KH pada
tahun 2015 (SUPAS 2015). Angka Kematian Bayi (AKB) juga menurun dari 32 kematian per
1.000 KH pada tahun 2012 menjadi 24 kematian per 1.000 KH pada tahun 2017 (SDKI 2017).
Prevalensi stunting pada balita dari 37,2% (Riskesdas 2013) turun menjadi 30,8% (Riskesdas
2018) dan 27,67% (SSGBI 2019). Prevalensi wasting menurun dari 12,1% pada tahun 2013
(Riskesdas 2013) menjadi 10,2% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018). Begitu pula untuk kasus
gemuk, prevalensi gemuk pada balita terjadi penurunan dari 11,8% (Riskesdas 2013)
menjadi 8% (Riskesdas 2018). Capaian tersebut didukung oleh berbagai upaya dalam rangka
pemerataan akses pelayanan kesehatan di seluruh wilayah melalui peningkatan kinerja
sistem kesehatan (upaya kesehatan, SDM kesehatan, farmasi dan alat kesehatan,
pengawasan obat dan makanan), serta perlindungan finansial bagi penduduk. (Permenkes
No.21 tahun 2020)
Dilihat dari beban penyakit (diseases burden) yang diukur dengan Disability Adjusted
Life Years (DALYs), telah terjadi transisi epidemiologi dalam tiga dekade terakhir; penyakit
menular/KIA/gizi telah menurun dari 51,3% pada tahun 1990 menjadi 23,6% pada tahun
2017, penyakit tidak menular (PTM) naik dari 39,8% pada tahun 1990 menjadi 69,9% pada
tahun 2017, serta cedera turun dari 8,9% pada tahun 1990 menjadi 6,5% pada tahun 2017.
Indonesia mengalami beban ganda, di satu sisi PTM naik dengan signifikan, namun masih
dihadapkan pada penyakit menular yang belum tuntas. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2020-2024 bahwa Renstra Kemkes Tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, program dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan
yangberpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Renstra

14
Kementerian Kesehatan 2020-2024 harus dijadikan acuan bagi seluruh satuan kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan dalam menyusun perencanaan tahunan dan
penyelenggaraan program pembangunan kesehatan. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025,
sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan Makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Tatanan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur, khususnya dalam bidang kesehatan ditandai dengan: 1)
Terjaminnya keamanan kesehatan negara melalui kemampuan dalam melakukan
pencegahan, deteksi, dan respon terhadap ancaman kesehatan global; 2) Kesejahteraan
masyarakat yang terus meningkat yang ditunjukkan dengan jangkauan bagi setiap warga
negara terhadap lembaga jaminan sosial yang lebih menyeluruh; 3) Status kesehatan dan
gizi masyarakat yang semakin meningkat serta proses tumbuh kembang yang optimal, yang
ditandai dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dan Healthy Adjusted Life
Expectancy (HALE).
Ancaman kesehatan masyarakat lainnya yang tidak dapat diabaikan adalah ancaman
dalam bentuk risiko biologi, kimia, terorisme, radio-nuklir, penyakit zoonosis (penyakit tular
hewan), kedaruratan Kesehatan masyarakat, dan ancaman penyakit yang baru muncul (new
emerging diseases). Adanya pandemi COVID-19 di tahun 2020 harus dipergunakan sebagai
pembelajaran terkait kesiapsiagaan menghadapi penyakit baru muncul (new emerging
diseases), khususnya dalam menyiapkan sistem kesehatan yang mampu merespon
kegawatdaruratan Kesehatan masyarakat. Sekitar 70% dari penyakit infeksi pada manusia
yang baru adalah penyakit zoonosis, yang sangat dipengaruhi oleh interaksi antara manusia
dan lingkungannya. Penduduk Indonesia yang padat dengan geografis yang luas
menyebabkan terbukanya transportasi di dalam negeri maupun antar negara yang dapat
menyebabkan masuknya agen penyakit baru.
Kerangka regulasi yang ditetapkan tentunya harus sejalan dengan tugas fungsi
kementerian dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan kementerian/lembaga untuk
melaksanakan program pemerintah. Berkaitan dengan program pemerintah dalam
pembangunan bidang kesehatan diprioritaskan pada indikator-indikator pembangunan
kesehatan dalam narasi RPJMN Tahun 2020-2024 sebagai berikut: 1. meningkatnya status

15
kesehatan ibu dan anak; 2. meningkatnya status gizi masyarakat; 3. meningkatnya
pengendalian penyakit menular dan faktor risiko penyakit tidak menular; 4. meningkatnya
kinerja sistem kesehatan dan meningkatnya pemerataan akses pelayanan kesehatan
berkualitas; 5. meningkatnya perlindungan sosial bagi seluruh penduduk.
Dibutuhkan dukungan regulasi yang akan mendukung pelaksanaan beberapa strategi
dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024, yaitu:
1. Regulasi terkait pengembangan kebijakan khusus untuk pelayanan kesehatan di daerah
terpencil, sangat terpencil dan daerah dengan karakteristik geografis tertentu
(kepulauan) termasuk sistem rujukan, pola pembiayaan, dan kelembagaan.
2. Regulasi yang mendukung peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan dan
pemenuhan standar pelayanan Kesehatan
3. Regulasi yang mendorong afirmasi pendayagunaan dan mekanisme redistribusi tenaga
kesehatan yang ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Regulasi yang mendorong pemerintah pusat dan daerah serta swasta untuk
menerapkan pembangunan berwawasan kesehatan dan mendorong hidup sehat
termasuk pengembangan standar dan pedoman untuk sektor non kesehatan,
peningkatan harga dan cukai rokok secara bertahap dengan mitigasi dampak bagi
petani tembakau dan pekerja industri hasil tembakau, pelarangan total iklan dan
promosi rokok, perbesaran pencantuman peringatan bergambar bahaya merokok, dan
perluasan pengenaan cukai pada produk pangan yang berisiko tinggi terhadap
kesehatan, dan pengaturan produk makanan dengan kandungan gula, garam dan
lemak.
5. Regulasi yang mendukung pencapaian penurunan target AKI/AKB/AKN, TB, stunting,
dan mendukung pencapaian target penanggulangan penyakit menular dan penyakit
tidak menular.
Menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 tahun 2020 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal tahun 2020-2024. Ada 62 daerah yang ditetapkan tertinggal. Daerah
Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang
dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Suatu daerah ditetapkan sebagai
daerah tertinggal berdasarkan kriteria: a. perekonomian masyarakat; b. sumber daya
manusia; c. sarana dan prasarana; d. kemampuan keuangan daerah; e. aksesibilitas; dan f.
karakteristikdaerah. Sebaran daerah tertinggal ini berada di sejumlah Provinsi yaitu

16
Sumatera Utara ada 4 kabupaten, Sumatera Barat ada 1 kabupaten, Sumatera Selatan ada 1
kabupaten, Lampung ada 1 kabupaten, Nusa Tenggara Barat ada 1 kabupaten, Nusa
Tenggara Timur ada 13 kabupaten, Sulawesi Tengah ada 3 kabupaten, Maluku ada 6
kabupaten, Maluku Utara ada 2 kabupaten, Papua Barat ada 8 kabupaten dan Papua ada 22
kabupaten.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dilaksanakan oleh Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan. Riskesdas telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan interval 5
tahun. Riskesdas dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan kepada masyarakat di
seluruh Indonesia. Sampai saat ini profil status Kesehatan dasar penduduk di daerah
tertinggal belum diketahui. Untuk itu kami merencanakan akan melakukan analisis dari Data
Riskesdas tahun 2018 tentang profil status Kesehatan di daerah tertinggal.

1.2. Pertanyaan penelitian


1. Bagaimana Profil status Kesehatan dasar masyarakat yang tinggal di daerah
tertinggal saat ini
2. Bagaimana faktor risiko dari penduduk di daerah tertinggal

1.3. Tujuan:
Tujuan Umum: Diketahuinya status Kesehatan dasar di Daerah Tertinggal (DT)
Tujuan Khusus:
1) Diketahuinya karakteristik individu, akses faskes, dan Kesehatan lingkungan di DT
2) Diketahuinya penyakit menular, penyakit tidak menular dan Kesehatan jiwa di DT
3) Diketahuinya disabilitas, cedera dan pelayanan Kesehatan tradisonal di DT
4) Diketahuinya perilaku Kesehatan, pengetahuan HIV/AIDS, dan konsumsi tablet
tambah darah di DT
5) Diketahuinya Kesehatan ibu, Kesehatan anak, status gizi, pengukuran dan
pemeriksaan di DT

1.4. Manfaat:
1. Diharapkan dari analisis ini dapat diketahuinya profil Kesehatan dasar masyarakat
yang berada di daerah tertinggal

17
2. Dengan diketahuinya kondisi Kesehatan masyarakat di DT diharapkan ada perhatian
dan intervensi Kesehatan bagi masyarakat di DT
3. Memberi masukan kepada stakeholder terkait misal Kementerian Desa (Kemendes)
untuk mengambil intervensi selanjutnya.

1.5. Ruang lingkup


Kajian ini bertujuan untuk diketahuinya status kesehatan dasar di Daerah Tertinggal.
Kajian ini dilakukan karena sekarang ini menghadapi masalah Kesehatan dasar penduduk
atau masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal makin meningkat. Ada perubahan
lingkungan, perilaku berisiko masyarakat, status ekonomi dan sosial budaya berhubungan
dengan status Kesehatan dasar masyarakat. Juga perlu diketahui Profil status Kesehatan di
daerah tertinggal. Kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-
sectional, dengan menganalisis data riset kesehatan dasar secara utuh dari data Riskesdas
tahun 2018 secara nasional dan pada 62 kabupaten klasifikasi daerah tertinggal. Kajian ini
akan dilakukan pada bulan Mei – Desember 2022.

18
BAB II
KONSEP DAN METODOLOGI

2.1. Kerangka Konsep


Variabel Dependen: Status Kesehatan dasar penduduk di Daerah Tertinggal
Variabel Independen yaitu karakteristik individu, akses faskes, Kesehatan lingkungan,
penyakit menular, penyakit tidak menular, Kesehatan jiwa, disabilitas, cedera, pelayanan kes
tradisional, perilaku Kesehatan, pengetahuan HIV/AIDS, konsumsi tablet tambah darah,
Kesehatan ibu, Kesehatan anak, pengukuran dan pemeriksaan.

Karakteristik individu,
Akses faskes,
Kesehatan lingkungan

Penyakit Menular, Disabilitas,


Penyakit Tidak Cedera,
Menular, Kesehatan
Kesehatan Jiwa tradisional
Status Kesehatan
Dasar Daerah
Tertinggal

Perilaku Kesehatan, Kesehatan Ibu,


Pengetahuan Kesehatan Anak,
HIV/AIDS Status gizi,
Pengukuran

Status Kesehatan Dasar merupakan esehatan penentu (determinan) status esehatan


seperti yang dijelaskan pada konsep HL Blum yaitu pelayanan Kesehatan, perilaku,
lingkungan dan keturunan / biomedis. Capaian indicator tersebut digunakan untuk
mengukur progress pembangunan esehatan menuju Sustainable Development Goals (SDGs),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) bisang Kesehatan dan menghitung

19
Indeks Pembangunan Kesehatan. Pemilihan esehatan esehatan dasar berdasarkan (1) SDGs;
(2) RPJMN; (3) Renstra; (4) SPM; (5) IPKM; (6) PIS-PK; dan (7) Germas, meliputi :
1. Akses pelayanan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan Tradisional
3. Kesehatan dan Gangguan Jiwa
4. Kesehatan Lingkungan
5. Penyakit Menular
6. Penyakit Tidak Menular
7. Kesehatan Jiwa
8. Disabilitas dan Cedera
9. Perilaku
10. Kesehatan Ibu dan Reproduksi
11. Gizi
12. Kesehatan anak

2.2. Desain penelitian:


Desain studi secara cross- sectional atau potong lintang.

2.3. Lokasi dan waktu:


Lokasi analisis data akan dilakukan di Jakarta pada bulan Mei sd Desember 2022

2.4. Populasi dan sampel:


Populasi : semua penduduk di Indonesia
Sampel: semua penduduk yang berada di daerah tertinggal. Jumlah sampel 62 Kabupaten
Daerah Tertinggal. Menurut PERPRES No.63 tahun 2020 tentang penetapan daerah
tertinggal yaitu:

Table 1. Daftar 62 Kabupaten daerah Tertinggal Berdasarkan Perpres No. 63 Tahun 2020
No. PROVINSI No. KABUPATEN
I. Sumatera Utara 1 Nias
2 Nias Selatan
3 Nias Utara
4 Nias Barat

20
II. Sumatera Barat 5 Kepulauan Mentawai
III. Sumatera Selatan 6 Musi Rawas Utara
IV. Lampung 7 Pesisir Barat
V. Nusa Tenggara Barat 8 Lombok Utara
VI. Nusa Tenggara Timur 9 Sumba Barat
10 Sumba Timur
11 Kupang
12 Timor Tengah Selatan
13 Belu
14 Alor
15 Lembata
16 Rote Ndao
17 Sumba Tengah
18 Sumba Barat Daya
19 Manggarai Timur
20 Sabu Raijua
21 Malaka
VII. Sulawesi Tengah 22 Donggala
23 Tojo Una-una
24 Sigi
VIII. Maluku 25 Maluku Tenggara Barat
26 Kepulauan Aru
27 Seram Bagian Barat
28 Seram Bagian Timur
29 Maluku Barat Daya
30 Buru Selatan
IX. Maluku Utara 31 Kepulauan Sula
32 Pulau Talibu
X. Papua Barat 33 Teluk Wondama
34 Teluk Bintuni
35 Sorong Selatan
36 Sorong
37 Tambrauw
38 Maybrat
39 Monokwari Selatan
40 Pegunungan Arfak
XI Papua 41 Jayawijaya
42 Nabire
43 Paniai
44 Puncak Jaya
45 Boven Digoel
46 Mappi
47 Asmat
48 Yahukimo
49 Pegunungan Bintang
50 Tolikara

21
51 Keerom
52 Waropen
53 Supiori
54 Mamberamo Raya
55 Nduga
56 Lanny Jaya
57 Mamberamo Tengah
58 Yalimo
59 Puncak
60 Dogiyai
61 Intan Jaya
62 Deiyai

2.5. Hipotesis
Ada keterkaitan status Kesehatan dasar di daerah tertinggal dan faktor risikonya

2.6. Definisi Operasional


1. Karakteristik Individu:
a. Umur : lamanya menjalani hidup yang diukur berdasarkan tanggal lahir
sampai pengumpulan data dilakukan (survey).
b. Jenis kelamin : ciri biologi yang dikatagorikan menjadi laki – laki atau
Perempuan.
c. Status kawin : Status pernikahan saat dilakukan pengumpulan data.
d. Status Pendidikan : Tingkat Pendidikan formal terakhir yang ditempuh.
e. Status pekerjaan : Jenis pekerjaan untuk mendapatkan nafkah keluarga.
2. Akses fasilitas Kesehatan : suatu bentuk fasilitas esehatan dengan berbagai macam
jenis pelayanannya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Diukur menggunakan
bberapa pertanyaan ditingkat rumah tangga yang kemudian dianalisis menggunakan
metode Principal Component Analysis (PCA)
3. Gangguan jiwa adalah sekelompok gejala yang ditandai dengan perubahan pikiran,
perasaan dan perilaku seseorang yang menimbulkan hendaya / disfungsi dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari yaitu Gangguan Jiwa Skizofrenia dan Psikosis.
4. Kesehatan Lingkungan : Jumlah pemakaian air per orang per hari dalam ukuran liter,
sanitasi dan keadaan rumah

22
5. Penyakit Menular : Penyakit yang dapat terjadi karena adanya proses penularan
penyakit dari orang per orang, pencemaran lingkungan, esehata maupun melalui
perantara vector penyakit. Dipilih indicator penyakit menular yang berhubungan
dengan indicator SDGs, IPKM, Renstra Kementerian Kesehatan, PIS-PK dan Germas
diantaranya TB Paru, Hepatitis, ISPA, Pneumonia, Diare, Malaria dan Filariasis.
6. Penyakit Tidak Menular : penyakit penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke
orang yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang esehat
(kronis) diantaranya Asma, kanker, Diabetes, Penyakit Jantung, Hipertensi, Stroke,
Penyakit Gagal Ginjal Kronis dan Penyakit Sendi.
7. Kesehatan Jiwa : suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual
dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan keadaan orang lain yaitu Depresi dan Gangguan mental Emosional.
8. Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
9. Cedera atau trauma adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan
timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi dengan baik pada
otot, tendon, ligament, persendian, maupun tulang akibat aktifitas gerak yang
berlebihan atau kecelakaan.
10. Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan / atau perawatan dengan
cara dan obat berdasarkan pengalaman dan keterampilan turun-temurun secara
empiric, yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai norma yang
berlaku di masyarakat (UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) diantaranya
yankestrad ramuan, keterampilan manual, keterampilan olah piker dan keterampilan
energi.
11. Perilaku Kesehatan adalah suatu repson seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan esehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku yang dimaksud berkaitan dengan
penyakit menular (pencegahan penyakit akibat gigitan nyamuk, kebiasaan mencuci
tangan dengan benar, dan buang air besar di jamban) dan penyakit tidak menular
(konsumsi makanan berisiko esehatan, kurang konsumsi sayur dan buah, kebiasaan

23
merokok dan konsumsi tembakau, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman
beralkohol) .
12. Pengetahuan dan Sikap Terhadap HIV/AIDS adalah adalah informasi atau maklumat
yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Sedangkan sikap adalah pernyataan
esehatan terhadap objek, orang atau peristiwa dan mencerminkan perasaan
seseorang terhadap sesuatu tentang Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akan
menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
13. Tablet Tambah Darah dan Status Gizi adalah suplemen gizi penambah darah
berbentuk tablet / kaplet / kapsul yang diperoleh dari program atau mandiri pada
remaja putri.
14. Kesehatan Ibu adalah informasi tentang pelayanan Kesehatan ibu dan morbiditas
maternal (gangguan / komplikasi) sejak masa kehamilan hingga masa nifas, terutama
informasi tentang pengalaman pengalaman reproduksi dan Riwayat kehamilan anak
terakhir.
15. Kesehatan Anak adalah esehat / kondisi Kesehatan, keikutsertaan dalam program
perawatan esehatan dan pertumbuhan anak dari mulai saat lahir sampai saat
dilakukan pengumpulan data (survey)
16. Status Gizi Balita adalah ukuran tinggi badan dan berat badan balita yang disesuaikan
dengan umur.
17. IMT orang dewasa adalah ukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut yang
akan dikonversikan menjadi Indeks Massa Tubuh atau cut off obesitas sentral untuk
mengetahui keadaan status gizi.
18. Pengukuran dan Pemeriksaan adalah pengambilan data tekanan darah, lingkar
lengan atas, nilai Hb, suspect malaria dan diabetes.

2.7. Manajemen dan analisis data

Data yang kami mintakan adalah data secara keseluruhan atau secara utuh dan tidak
secara aggregate dari semua variable yang sesuai tujuan, kerangka konsep dan variable
yang kami butuhkan dari data 62 Kabupaten Daerah Tertinggal (sesuai Tabel 1 diatas).

24
Data akan kami analisis secara :
1. Deskriptif yang menampilkan data prevalensi atau proporsi untuk mendapatkan
gambaran besaran masalah berdasarkan orang, tempat dan waktu.
2. Analitik yang mengukur hubungan atau risiko factor determinan dengan masalah
Kesehatan di Kabupaten Daerah Tertinggal.

Variabel yang dibutuhkan yaitu:


1. Karakteristik Individu: Umur, jenis kelamin, status kawin, status Pendidikan, status
pekerjaan (IV) sbb IV.1 – IV.12
2. Akses fasilitas Kesehatan (V) sbb V.1 – V.15
3. Gangguan jiwa (VI) sbb VI.1 – VI.8
4. Kesehatan Lingkungan (VII) sbb VII.1 – VII.10
5. Penyakit Menular (X.A) sbb A.01 – A.21
6. Penyakit Tidak Menular (X.B) sbb B.01 – B.30
7. Kesehatan Jiwa (X.C) sbb C
8. Disabilitas (X.D) sbb D.01 – D.10
9. Cedera (X.E) sbb E.01 – E.07
10. Pelayanan Kesehatan Tradisional (X.F) sbb F.01 – F.04
11. Perilaku Kesehatan (X.G) sbb G.01 – G.39
12. HIV/AIDS (X.H) sbb H.01 – H.06
13. Tablet Tambah Darah (X.I) sbb I.01 – I.06
14. Kesehatan Ibu (X.J) sbb J.01 – J.58
15. Kesehatan Anak (X.K) sbb K.00 – K.60
16. Status Gizi Balita dan IMT orang dewasa, Pengukuran dan Pemeriksaan (X.L) sbb L.01
– L.12

Analisis Data
Bobot pada Kompleks Sampel
Analisis ini dengan merujuk pada pembuatan bobot kompleks sampel dari Manajemen Data
Balitbangkes 2018 (Lap Riskesdas 2018), sebagaimana di bawah ini.
Desain Sampel pada Survei

• Hampir tidak mungkin untuk menggunakan SRS pada populasi yang sangat besar

25
– Daftar subyek tidak ada
– Subyek terlalu tersebar
– Biaya mahal, waktu lama
• INGAT: Desain terbaik SRS

Desain Sampel pada Survei

• Untuk deskripsi analisis (laporan nasional, lap propinsi)

• Analisis regresi linier

• Analisis regresi logistik

• Analisis survival

Analisis Complex sampel pada SPSS (Contoh):

Langkah-Langkah dalam analisis Complex sampel:

1. Membuat variabel bobot yang dinormalisasi


2. Membuat variabel Stratifikasi (STRATA)
3. Membuat variabel cluster (PSU)
4. Recoding variabel siap analisis sesuai dengan kerangka konsep penelitian
5. Deklarasi Data sebagai data complex sampel (PLAN)
6. Membuat sintax analisis compex sampel

26
Pembobotan:

• Fungsi untuk menyamakan peluang yang diakibatkan pengambilan sampel tdk SRS

• Bukan untuk memperbesar jumlah absolut sampel

• Bobot normalisasi (normalized weight) menjaga jumlah sampel terbobot sama dengan
jumlah sampel pada survei

• Analisa tanpa bobot pada desain multistage  hanya gambaran sampel bukan gambaran
kondisi masyarakat sesungguhnya

Penggunaan Bobot:

• Bobot untuk melihat jumlah n penduduk

• Bobot yang dinormalisasikan untuk melihat gambaran penduduk tetapi menampilkan jumlah
n sampel

Membuat bobot ternormalisasi:

Langkah membuat bobot yg dinormalisasikan:

1. Pastikan perintah weight tidak aktif

2. Hitung nilai mean dari variabel bobot

3. Buat variabel bobot = fwt/mean fwt

27
• Setelah nilai mean di peroleh maka buat variabel bobot : Dengan memastikan tanda titik,
dan bukan koma

28
29
2.8. Rencana kegiatan manajemen data dan sumber biaya:
a) Persiapan proposal permintaan data, mengetahui Plt. Kepala PR Kesehatan
Masyarakat dan Gizi selanjutnya pengajuan proposal ke Sesban BKPK
b) Jika permintaan data sudah disetujui oleh Pimpinan Bpk Sesban BKPK maka
menunggu set data dari DATIN
c) Mendapatkan set data dari bagian manajemen data/DATIN BKPK
d) Setelah kami menerima set data dari DATIN maka kami akan melakukan proses
Cleaning, Coding, dan analisis data
e) Analisis secara Deskriptif (univariat) dan analisis bivariat. Menggunakan Chi-square
untuk mendapatkan nilai OR, 95% Confidence Interval dan nilai p
f) Penyajian dalam nilai akhir analisis, menarasikan, pembahasan dan kesimpulan dan
rekomendasi
g) Menyiapkan untuk membuat Buku Profil Status Kesehatan Dasar Daerah Tertinggal.

Sumber biaya: tidak ada.

30
HASIL DAN PEMBAHASAN

31
BAB III
AKSES FASILITAS KESEHATAN

Konsep Analisis
Raw data yang sudah bersih dan diberi nilai penimbang merupakan data final yang dapat
digunakan analisis. Analisis dapat menggunakan modifikasi data yaitu melakukan komposit
beberapa variabel atau mengelompokkan jawaban dari pertanyaan tersebut. Komposit
variabel digunakan untuk indikator pengetahuan akses pelayanan kesehatan. Indikator diukur
melalui indeks yang dihitung dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA)
yaitu salah satu Teknik statistik yang menyatukan beberapa variable menjadi indicator
tunggal. Metode PCA digunakan untuk menyederhanakan banyak variable menjadi satu
dengan membuat skor variabel-variabel tersebut, skor variabel dibentuk berdasarkan
kekuatan korelasi antara variabel. Indeks pengetahuan kemudahan akses pelayanan kesehatan
pada Riskesdas 2018 menggunakan tiga jenis akses pelayanan kesehatan yang dihitung yaitu:
(1) Akses ke fasilitas Rumah Sakit; (2) Akses ke fasilitas Puskesmas; (3) Akses ke fasilitas
Klinik/Praktek Mandiri.

3.1 Pengetahuan Akses ke Fasilitas Kesehatan di Daerah Tertinggal

Indikator pengetahuan akses ke fasilitas kesehatan diukur dengan menggunakan beberapa


pertanyaan ditingkat rumah tangga. Indikator dianalisis menggunakan metode Principal
Component Analysis (PCA) yang dibangun dengan 3 dimensi, yaitu: (1) Jenis alat
transportasi yang digunakan ke fasilitas kesehatan; (2) Waktu tempuh pulang pergi dari
rumah ke fasilitas kesehatan dan (3) Biaya yang dikeluarkan untuk transportasi pulang pergi
ke fasilitas kesehatan. PCA digunakan untuk menyederhanakan beberapa variable menjadi
satu variabel yang memiliki makna.

32
3.1.1. Pengetahuan RT terhadap keberadaan Faskes (RS/Puskes/Klinik)
Menurut Tabel 3.1.1, menunjukkan pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan Rumah
Sakit di Daerah Tertinggal, yang mengatakan ada didalam dan terdekat di kab/kota tersebut
sebesar 75,3% sedangkan yang tidak ada dan tidak tahu sebesar 24,7%. Menurut
Karakteristik tempat tinggal paling banyak RS berada dan dekat di perkotaan (94,1%)
dibandingkan di perdesaan (73,1%).
Tabel 3.1.1.
Pengetahuan RT terhadap keberadaan Rumah Sakit di Daerah Tertinggal 2018
N
Ada di kab/kota
Ada dalam kab/kota Tidak ada Tidak tahu Tertim
Karakteristik terdekat
bang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal                  
Perkotaan 82,0 78,4-85,0 12,1 9,3-15,5 3,0 1,8-4,9 2,9 1,9-4,4 2.180
Perdesaan 53,4 51,6-55,2 19,7 18,3-21,2 12,9 11,5-14,4 14,1 13,1-15,2 17.599
Pendidikan Kepala RT                
Pendidikan Rendah
51,7 49,8-53,7 17,4 16,1-18,9 14,1 12,5-15,9 16,7 15,5-18,0 12.404
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah
63,7 61,2-66,0 20,9 18,8-23,2 8,3 6,9-9,9 7,2 6,2-8,3 6.075
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi
68,8 64,8-72,5 22,3 18,8-26.2 6,5 5,0-8,3 2,5 1,7-3,7 1.300
(Tamat D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan                
Pegawai
(PNS/TNI/Polri/BUM 67,5 63,4-71,3 20,2 17,2-23,5 7,9 5,5-11,1 4,5 3,0-6,8 1.925
N/BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 67,1 63,9-70,1 19,1 16,5-21,9 7,9 5,8-10,5 6,0 4,7-7,5 2.496
Petani,nelayan,buruh,
53,0 51,0-55,0 18,5 17,1-20,1 13,3 11,8-15,0 15,2 14,0-16,4 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 57,4 52,7-61,91 19,4 15,2-24,4 9,6 7,5-12,1 13,7 11,5-16,3 1.507
Daerah Tertinggal 56,5 54,8-58,2 18,8 17,5-20,2 11,8 10,5-13,2 12,9 11,9-13,8 19.779

33
3.1.2. Pengetahuan RT terhadap keberadaan Puskesmas/Pustu/Pusling/Bidan Desa
Menurut Tabel 3.1.2, menunjukkan pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan
Puskesmas/Puskesmas pembantu/Puskesmas keliling/Bidan Desa di Daerah Tertinggal, yang
mengatakan ada didalam dan terdekat di kab/kota tersebut sebesar 96,1% sedangkan yang
tidak ada dan tidak tahu sebesar 3,9%. Menurut Karakteristik tempat tinggal paling banyak
RS berada dan dekat di perkotaan (98,4%) dibandingkan di perdesaan (95,8%).

Tabel 3.1.2.
Pengetahuan RT terhadap keberadaan Puskesmas/Pustu/Pusling/Bidan Desa di daerah
tertinggal 2018
Ada di kab/kota
Ada dalam kab/kota Tidak ada Tidak tahu N
terdekat
Karakteristik Tertim
95%
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % bang
CI
Tempat Tinggal              
Perkotaan 87,9 84,0-91,0 10,5 7,5-14,4 0,2 0,1-0,9 1,4 0,8-2,5 2.180
Perdesaan 77,8 76,2-79,25 18,0 16,6-19,5 2,28 1,7-3,1 2,0 1,6-2,3 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah
77,1 75,4-78,8 18,0 16.4-19.6 2,7 2,0-3,8 2,2 1,8-2,6 12.404
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah
81,2 79,2-83,1 16,5 14,8-18,4 0,9 0,5-1,5 1,4 0,9-2,0 6.075
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi
84,7 81,0-87,8 12,8 10,0-16,3 1,2 0,5-2,5 1,4 0,6-2,81 1.300
(Tamat D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai
(PNS/TNI/Polri/BUM 84,5 81,1-87,3 12,0 9,5-14,9 1,32 0,7-2,4 2,18 1,3-3,8 1.925
N/BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 81,1 77,9-83,9 15,5 13,1-18,2 2,17 0,9-5,2 1,30 0,7-2,4 2.496
Petani,nelayan,buruh,
78,2 76,5-79,8 17,9 16,4-19,5 2,13 1,5-3,1 1,74 1,4-2,1 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 74,1 69,5-78,2 20,0 16,0-24,6 2,16 1,2-3,8 3,78 2,7-5,3 1.507
Daerah Tertinggal 78,9 77,4-80,3 17,2 15,9-18,5 2,1 1,5-2,8 1,9 1,6-2,2 19.779

34
3.1.3. Pengetahuan RT terhadap keberadaan Klinik/Praktek Dokter/Praktek Dokter
Gigi/Praktek Bidan Mandiri
Menurut Tabel 3.1.3, menunjukkan pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan
Klinik/Praktek Dokter/Praktek Dokter Gigi/Praktek Bidan Mandiri di Daerah Tertinggal,
yang mengatakan ada didalam dan terdekat di kab/kota tersebut sebesar 35,4% sedangkan
yang tidak ada dan tidak tahu sebesar 64,6%. Menurut Karakteristik tempat tinggal paling
banyak RS berada dan dekat di perkotaan (77,1%) dibandingkan di perdesaan (30,2%).

Tabel 3.1.3.
Pengetahuan RT terhadap keberadaan Klinik/Praktek Dokter/Praktek Dokter Gigi/Praktek
Bidan Mandiri di daerah tertinggal 2018

Ada dalam Ada di kab/kota N


Tidak ada faskes Tidak tahu
Karakteristik kab/kota terdekat Tertim
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI bang
Tempat Tinggal
                 
Perkotaan 68,5 63,9-72,7 8,6 6,0-12,1 9.6 7,1-12,8 13,4 10,6-16,7 2.180
Perdesaan 24,2 22,7-25,7 6,0 5,3-6,9 36,7 35,0-38,5 33,0 31,4-34,7 17.599
Pendidikan Kepala RT                
Pendidikan Rendah 22,2 20,7-23,7 4,9 4,2-5,7 36,6 34,6-38,6 36,4 34,5-38,3 12.404
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah 39,1 36,9-41,3 8,31 6,9-9,9 29,1 27,0-31,3 23,5 21,8-25,2 6.075
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi 48,5 44,6-52,5 10,0 7,8-12,8 28,4 25,1-32,0 13,0 10,6-15,9 1.300
(Tamat D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan                
Pegawai 49,7 46,1-53,4 10,7 8,6-13,4 25,7 22,4-29,3 13,9 11,8-16,2 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 48,8 45,6-52,0 10,7 8,6-13,2 21,1 18,7-23,8 19,5 17,2-22,0 2.496
Petani,nelayan,buruh, 22,9 21,4-24,4 4,6 3,9-5,4 37,3 35,4-39,2 35,3 33,5-37,1 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 27,5 24,2-31,0 9,1 6,1-13,4 32,3 28,3-36,6 31,1 27,5-34,9 1.507
Daerah Tertinggal 29,1 27,7-30,5 6,3 5,6-7,1 33,7 32,2-35,4 30,9 29,4-32,4 19.779

Kepustakaan:

35
36
BAB IV
KESEHATAN LINGKUNGAN
4.1 Air

Jumlah pemakaian air per orang per hari atau liters per capita per day (LPCD) adalah
jumlah pemakaian air di rumah tangga dalam sehari semalam dibagi dengan jumlah anggota
rumah tangga. Menurut Howard (2003), jumlah pemakaian air per orang per hari atau liters
per capita per day (LPCD) dikelompokan mengacu pada kriteria health concern yang
berhubungan dengan hygiene, yang terdiri dari 5 kategori, sebagai berikut:
1. Pemakaian air lebih kecil dari 5 liter/orang/hari, menunjukkan akses sangat kurang.
2. Pemakaian air antara 5-19,9 liter/orang/hari, menunjukkan akses kurang.
3. Pemakaian air antara 20-49,9 liter/orang/hari, menunjukkan akses dasar.
4. Pemakaian air antara 50-99,9 liter/orang/hari, menunjukkan akses menengah.
5. Pemakaian air lebih besar atau sama dengan 100 liter/orang/hari, menunjukkan akses
optimal

Formula:

4.1.1. Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (5 Kategori) menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

Menunjuk pada Tabel 4.1.1. proporsi pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (5
Kategori) di daerah tertinggal berturut-turut sebagai berikut pemakaian air <5 liter/orang/hari
sebesar 5,4%, selanjutnya pemakaian air 5-19,9 liter/orang/hari sebesar 18,9%, pemakaian air
20-49,9 liter/orang/hari sebesar 31,3%, pemakaian air 50-99,9 liter/orang/hari sebesar 28,6%
dan pemakaian air ≥100 liter/orang/hari sebesar 15,9%. Jika dilihat pemakaian air di rumah
tangga yang <5 liter/orang/hari dan 5-19,9 liter/orang/hari masih besar artinya masih ada 24%
penduduk yang terbatas pemakaian air di RT di daerah tertinggal. Sedangkan di Indonesia
pemakaian air <20 liter sudah berkurang atau sudah tercukupi kebutuhan air.
Sedangkan pemakaian air/orang/hari di RT menurut karakteristik yang tinggal di perdesaan
masih sangat rendah dibandingkan di perkotaan.

37
Tabel 4.1. Proporsi Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (5 Kategori) menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

Pemakaian air
Pemakaian air Pemakaian air Pemakaian air
Pemakaian air antara lebih besar atau
lebih kecil dari 5 antara 5-19,9 antara 50-99,9 N
Karakteristik 20-49,9 liter/orang/hari sama dengan 100
liter/orang/hari liter/orang/hari liter/orang/hari Tertimbang
liter/orang/hari
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal  
Perkotaan 2,2 1,0-4,4 8,8 6,6-11,7 30,9 26,9-35,3 36,7 32,8-40,8 21,4 17,8-25,4 2.171
Perdesaan 5,8 5,0-6,7 20,2 18,8-21,7 31,4 30,0-32,8 27,5 26,3-28,8 15,2 14,1-16,3 16.781
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat
6,7 5,7-7,8 22,5 20,8-24,3 31,3 29,7-32,9 25,9 24,5-27,3 13,7 12,6-14,8 11.830
SD ke bawah)
Pendidikan Menengah
3,3 2,5-4,4 13,1 11,4-14,9 31,6 29,6-33,7 33,2 31,4-35,1 18,8 17,2-20,5 5.853
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat
2,1 1,2-3,7 12,0 9,4-15,3 30,0 26,4-33,8 32,7 29,3-36,3 23,1 19,8-26,8 1.269
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai
(PNS/TNI/Polri/BUMN/BU 1,9 1,2-3,2 11,6 9,5-14,2 32,7 29,6-36,1 33,8 30,8-37,0 19,9 17,3-22,7 1.834
MD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 1,8 1,0-3,1 8,6 6,8-10,8 31,4 28,2-34,8 33,1 30,2-36,2 25,1 22,3-28,2 2.473
Petani,nelayan,buruh,
6,6 5,7-7,8 22,0 20,4-23,8 31,1 29.6-32,6 26,8 25,4-28,2 13,5 12,4-14,5 13.219
pembantu RT,sopir
30,5 27,07-
Tidak bekerja/ Sekolah 4,1 2,7-6,2 17,0 13,1-21,7 31,1 27,4-35,0 17,3 14,8-20,1 1.426
9 34,35
Daerah Tertinggal 5,4 4,6-6,2 18,9 17,6-20,3 31,3 30,0-32,6 28,6 27,4-29,8 15,9 14,9-16,9 18.952
Indonesia 0,5 1,8 12,0 39,3 46,5 261.718
Catatan: Cut off berdasarkan rekomendasi WHO untuk pemakaian rumah tangga (Howard G., Bartram J. Domestic Water Quantity, Service Level and Health. WHO;
Geneva, Switzerland: 2003)

38
4.1.2. Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (2 Kategori) menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

Menurut Tabel 4.1.2. proporsi pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (2
Kategori) di daerah tertinggal berturut-turut sebagai berikut pemakaian air <20
liter/orang/hari sebesar 24,2%, sedangkan pemakaian air ≥20 liter/orang/hari sebesar 75,8%.
Proporsi pemakaian air di rumah tangga ≥20 liter/orang/hari masih rendah jika dibandingkan
dengan di Indonesia sudah sebesar 97,8%. Sedangkan pemakaian air/orang/hari di RT
menurut karakteristik yang tinggal di perdesaan masih sangat rendah dibandingkan di
perkotaan.

Tabel 4.2. Proporsi Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (2 Kategori)
menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

<20 liter >=20 liter N


Karakteristik Tertimban
% 95% CI % 95% CI g
Tempat Tinggal
Perkotaan 11,0 8,4-14,3 89,0 85,7-91,6 2.171
Perdesaan 26,0 24,4-27,6 74.0 72,4-75,6 16.781
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat SD 29,2 27,4-31,1 70,8 68,9-72,6 11.830
ke bawah)
Pendidikan Menengah (Tamat 16,4 14,5-18,6 83,6 81,5-85,5 5.853
SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 14,2 11,2-17,7 85,8 82,3-88,8 1.269
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 13,6 11,3-16,3 86,4 83,7-88,8 1.834
(PNS/TNI/Polri/BUMN/BUM
D, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 10,3 8,3-12,8 89,7 87,2-91,7 2.473
Petani,nelayan,buruh, 28,7 26,9-30,5 71,3 69,5-73,1 13.219
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 21,1 16,9-26,0 78,9 74,0-83,1 1.426
Daerah Tertinggal 24,2 22,8-25,7 75,8 74,3-77,2 18.952
Indonesia 2,2   97,8   261.718
Catatan: Pemakaian air per orang per hari <20 liter mengindikasikan health concern tingkat tinggi (Howard G.,
Bartram J. Domestic Water Quantity, Service Level and Health. WHO; Geneva, Switzerland: 2003)

39
4.2. Sanitasi

Bab Kesehatan lingkungan terdiri dari aspek air dan aspek sanitasi di Rumah Tangga.
Untuk aspek sanitasi Rumah Tangga ini akan kami tunjukkan beberapa hal yaitu :
4.2.1. Penanganan tinja balita
4.2.2. Pembuangan air limbah domestik rumah tangga
4.2.3. Penanganan sampah padat rumah tangga
4.2.4. Perilaku menguras bak mandi/ember besar/drum
4.2.5. Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

4.2.1. Penanganan Tinja Balita

Penanganan tinja balita di rumah tangga dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Menggunakan jamban: balita buang air besar (BAB) langsung di jamban.
2. Dibuang di jamban: tinja dari popok/celana dibuang di jamban.
3. Ditanam: tinja dari popok/celana ditanam di tanah atau popoknya ditanam di tanah.
4. Dibuang di sembarang tempat (termasuk tempat sampah): tinja dari popok/celana atau
popok bersama tinjanya dibuang ke sembarang tempat, termasuk ke tempat sampah.
5. Dibersihkan di sembarang tempat: balita diceboki di tempat tertentu (misalnya di
kamar mandi, namun bukan di jamban) dengan sisa tinja yang dialirkan ke sembarang
tempat (selokan, kali, atau sungai) atau dialirkan ke penampungan air limbah dari
kamar mandi/tempat cuci.

4.2.1.a. Cara Penanganan Tinja Balita oleh Rumah Tangga


Menurut Tabel 4.2.1.a, proporsi cara penanganan tinja balita oleh rumah tangga di daerah
tertinggal berturut-turut sebagai berikut dibuang sembarangan (35,6%), menggunakan
jamban (18,2%), dibersihkan di sembarang tempat (17,8%), dibuang ke jamban (15,9%),
lainnya (8,7%) dan ditanam ke tanah (3,8%). Pola cara penanganan tinja balita di Indonesia
justru berbeda dan paling banyak menggunakan jamban (37,8%) dan dibuang sembarangan
(35,6%). Kalau menurut karakteristik tenpat tinggal maka cara penanganan tinja balita oleh
rumah tangga lebih baik di perkotaan dibandingkan di perdesaan.

40
Tabel 4.3. Proporsi Cara Penanganan Tinja Balita oleh Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Menggunakan Dibuang ke Ditanam ke Dibuang Dibersihkan di
Lainnya N
Karakteristik jamban jamban tanah sembarangan sembarang tempat
Tertimbang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal                        
Perkotaan 28,6 23,5-34,2 21,98 17,7-27,0 4,4 2,2-8,3 29,4 24,8-34,4 8,1 5,1-12,8 7,60 5,23-10,91 815
Perdesaan 16,8 15,5-18,2 15,14 13,7-16,7 3,7 3,1-4,45 36,4 34,4-38,4 19,1 17,6-20,7 8,79 7,61-10,13 6.251
Pendidikan Kepala RT                        
Pendidikan Rendah 13,9 12,5-15,5 13,9 12,3-15,6 3,8 3,0-4,9 36,8 34,4-39,2 23,0 21,1-25,1 8,64 7,34-10,14 4.035
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah 22,9 20,6-25.4 17,40 15,4-19,6 3,9 2,8-5,2 35,3 32,4-38,3 11,6 10,0-13,5 8,98 7,53-10,67 2.501
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 28,5 23,2-34,5 24,79 19,6-30,9 3,4 2,1-5,5 28,1 23,2-33,7 7,9 5,3-11,6 7,23 4,43-11,60 530
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan                        
Pegawai 28,8 24,3-33,8 22,94 18,8-27,6 3,4 2,2-5,2 28,9 24,4-33,8 8,1 5,8-11,2 7,92 5,45-11,36 731
(PNS/TNI/Polri/BUMN/B
UMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 26,5 22,4-31,0 20,44 16,8-24,6 3,7 1,9-7,0 33,5 29,1-28,2 7,7 5,6-10,6 8,26 5,77-11,68 942
Petani,nelayan,buruh, 15,0 13,7-16,5 14,02 12,6-15,6 3,9 3,2-4,8 36,5 34,4-38,8 21,4 19,6-23,3 9,12 7,82-10,61 4.973
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 18,6 13,9-24,5 16,27 12,0-21,7 3,4 1,4-7,8 40,6 32,3-49,5 15,9 11,3-21,9 5,27 3,50-7,84 420
Daerah Tertinggal 18,2 16,9-19,6  15,9  14,6-17,4  3,8 3,2-4,6  35,6  33,7-37,5  17,8  16,5-19,3  8,7  7,6-9,9 
Indonesia 37,8   20,1    3,7   33,5    4,0    0,8    83.662

41
Penanganan tinja balita di rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penanganan
tinja balita yang aman dan tidak aman. Disebut penanganan tinja balita aman jika balita selalu
menggunakan jamban, atau tinja balita dibuang ke jamban atau ditanam, dan disebut
penanganan tinja balita tidak aman jika tinja balita dibuang di sembarang tempat (termasuk
ke tempat sampah) atau balita diceboki/dibersihkan di sembarang tempat.

Proporsi rumah tangga dengan penanganan pembuangan tinja balita aman dihitung dengan
formula:

Menurut Tabel 4.2.2., penanganan tinja balita secara aman oleh Rumah Tangga di daerah
tertinggal sebesar 37,9% dan yang tidak aman sebesar 62,1%. Sedangkan di Indonesia
penanganan tinja balita aman sebesar 61,6% dan tidak aman sebesar 38,4%. Tampak disini
bahwa penanganan tinja balita yang tidak aman di daerah tertinggal masih sangat tinggi dan
belum mendapat perhatian serius.

Tabel 4.2.2. Proporsi Penanganan Tinja Balita Secara Aman oleh Rumah Tangga menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

Aman Tidak Aman N


Karakteristik
% 95% CI % 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal          
Perkotaan 54,9 49,0-60,6 45,1 39,4-51,0 815
Perdesaan 35,7 33,9-37,6 64,3 62,4-66,2 6.251
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat SD ke bawah) 31,6 29,5-33,4 68,4 66,2-70,6 4.035
Pendidikan Menengah (Tamat SMP/SMA) 44,1 41,3-47,0 55,9 53,0-58,7 2.501
Pendidikan Tinggi (Tamat D1/D2/D3/PT) 56,7 50,7-62,6 43,3 37,5-49,3 530
Pekerjaan
Pegawai (PNS/TNI/Polri/BUMN/ BUMD, 55,1 50,0-60,2 44,9 39,8-50,0 731
swasta)
Wiraswasta/lainnnya 50,6 45,6-55,5 49,4 44,5-54,4 942
Petani,nelayan,buruh, 33,0 31,1-34,9 67,0 65,1-68,9 4.973
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 38,2 31,0-46,0 61,8 54,0-69,0 420
Daerah Tertinggal 37,9 36,1-39,7 62,1 60,3-63,9 7.066
Indonesia  61,6    38,4   83.662
Catatan: Aman jika menggunakan jamban, dibuang ke jamban atau ditanam di tanah. Tidak aman jika dibuang
ke sembarang tempat, dibersihkan di sembarang tempat atau lainnya.

42
4.2.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Rumah Tangga

Sumer air limbah domestic rumah tangga umumnya bersumber dari kegiatan higen sanitasi di
kamar mandi dan tempat cuci piring. Sarana pembuangan air limbah dari kamar
mandi/tempat cuci adalah tempat pembuangan air limbah yang berasal dari kamar
mandi/tempat cuci (tidak berasal dari jamban), sedangkan pembuangan air limbah dari dapur
adalah tempat pembuangan air limbah yang berasal dari dapur.

Berikut pengelompokan jenis sarana yang tersedia di rumah tangga berdasarkan jenis
penampungan ankhir pembuangan air limbah domestic rumah tangga, diantaranya sebagai
berikut:
1. Penampungan tertutup, yaitu sarana untuk menampung air limbah yang
konstruksinya berupa kolam/sumur dengan atau tanpa dinding beton/plesteran semen
dan saringan, serta tertutup.
2. Penampungan terbuka: sarana untuk menampung air limbah yang konstruksinya
berupa kolam/sumur dengan atau tanpa dinding beton/plesteran semen dan saringan,
serta terbuka.
3. Tanpa penampungan (di tanah): tidak ada sarana untuk menampung air limbah
rumah tangga. Air limbah menggenang di atas tanah.
4. Langsung ke got/kali/sungai: air limbah rumah tangga dibuang langsung ke
got/selokan di sekitar rumah menggunakan pipa/paralon atau air limbah dibuang ke
kali/sungai menggunakan pipa/paralon.

Proporsi rumah tangga dengan penampungan air limbah tertutup dihitung dengan
formula:

Proporsi rumah tangga dengan penampungan air limbah terbuka dihitung dengan
formula:

Proporsi rumah tangga tanpa penampungan air limbah (di tanah) dihitung dengan
formula:

43
Proporsi rumah tangga yang langsung membuang limbah ke got/kali/sungai dihitung
dengan formula:

4.2.2. Proporsi Tempat Pembuangan Air Limbah Utama dari Kamar Mandi/Tempat Cuci di
Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

44
Tabel 4.2.2.a.
Proporsi Tempat Pembuangan Air Limbah Utama dari Kamar Mandi/Tempat Cuci di Rumah Tangga menurut Karakteristik
di Daerah Tertinggal tahun 2018

Tanpa
Penampungan Penampungan Langsung ke got/
penampungan (di N
Karakteristik tertutup terbuka kali/ sungai
tanah) Tertimbang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 17,9 15,0-21,3 12,8 10,6-15,5 30,5 26,9-34,3 38,8 35,0-42,7 2.180
Perdesaan 5,4 4,8-6,0 9,6 8,7-10,5 56,9 55,1-58,6 28,1 26,5-29,9 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat SD 4,7 4,1-5,4 9,1 8,2-10,2 59,5 57,6-61,5 26,6 24,8-28,5 12.404
ke bawah)
Pendidikan Menengah (Tamat 9,0 7,9-10,2 10,9 9,7-12,2 46,1 43,8-48,3 34,1 31,8-36,4 6.075
SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 16,3 13,5-19,6 13,4 11,1-16,0 37,6 34,0-41,4 32,7 29,2-36,4 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 14,6 12,2-17,3 11,5 9,3-14,1 35,6 32,4-39,0 38,3 34,6-42,2 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 13,6 11,3-16,3 12,3 10,2-14,7 41,2 37,8-44,7 33,0 30,0-36,1 2.496
Petani,nelayan,buruh, 4,5 4,0-5,1 8,9 8,0-10,0 58,7 56,8-60,6 27,8 26,0-29,8 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 6,4 4,8-8,5 13,4 11,0-16,3 55,0 50,5-59,4 25,2 21,3-29,7 1.507
Daerah Tertinggal 6,8 6,2-7,5 9,9 9,1-10,8 54,0 52,4-55,6 29,3 27,8-30,9 19.779
Indonesia 18,8 11,2 18,9 51,0 282.654

Tabel 4.2.2.b.
45
Proporsi Tempat Pembuangan Air Limbah Utama dari Dapur di Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

Tanpa
Penampungan Penampungan Langsung ke got/ N
penampungan
Karakteristik tertutup terbuka kali/ sungai Tertimbang
(di tanah)
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal                  
Perkotaan 12,3 9,6-15,6 12,4 9,9-15,3 34,0 30,2-28,0 41,3 37,5-45,3 2.180
Perdesaan 3,3 2,9-3,8 9,5 8,7-10,4 60,5 58,8-62,1 26,8 25,2-28,4 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat 2,9 2,4-3,4 9,0 8,0-10,1 63,1 61,2-64,9 25,1 23,3-26,9 12.404
SD ke bawah)
Pendidikan Menengah (Tamat 5,9 4,9-7,0 10,7 9,6-11,9 49,6 47,4-51,9 33,8 31,6-36,1 6.075
SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 10,5 8,4-13,1 13,5 11,1-16.3 41,4 37.6-45,3 34,6 31,0-38,5 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 9,1 7,3-11,4 11,5 9,3-14,1 38,9 35,6-42,3 40,5 36.8-44,3 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 9,4 7,4-11,8 13,3 11,2-15,7 43,9 40,6-47,3 33,4 30,4-36,5 2.496
Petani,nelayan,buruh, 2,7 2,3-3.2 8,7 7,8-9,7 62,5 60,6-64,3 26,1 24,4-28,0 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 4,0 2,6-5,9 12,3 10,0-15,2 58,4 53,9-62,9 25,3 21,1-30,0 1.507
Daerah Tertinggal 4,3 3,8-4,8 9,8 9,0-10,7 57,5 56,0-59,1 28,4 26,9-29,9 19.779
Indonesia 14,3 11,8 20,7 53,2 282.654

46
4.2.3. Penanganan Sampah Padat Rumah Tangga

1. Jenis tempat penampungan sampah organik

Tempat penampungan sampah organik adalah kondisi tempat penampungan/pengumpulan


sampah rumah tangga yang mudah membusuk/terurai yang disimpan didalam rumah dan
berpotensi menarik serangga dan tikus pembawa penyakit serta dapat mencemari udara dalam
rumah. Tempat penampungan sampah organik tersebut dikelompokkan menjadi tempat
sampah tertutup dan terbuka.
Proporsi rumah tangga dengan tempat penampungan sampah basah (organik) tertutup
dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga dengan tempat penampungan sampah basah (organik) terbuka
dihitung dengan formula:

47
Tabel 4.2.3.
Proporsi Jenis Tempat Pengumpulan/Penampungan Sampah Basah (Organik) di Dalam
Rumah menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

Tempat sampah Tempat sampah N


Karakteristik tertutup terbuka Tertimbang
% 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 17,3 14,5-20,5 72,3 68,2-76,1 2.180
Perdesaan 4,4 3,9-5,1 58,6 56,9-60,3 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat 3,2 3,0-4,2 55,2 53,3-57,1 12.404
SD ke bawah)
Pendidikan Menengah 8,2 7,2-9,4 68,1 66,1-70,0 6.075
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 17,2 14,2-20,6 69,2 65,1-73,0 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 16,2 13,5-19,2 71,0 67,4-74,3 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 12,1 10,3-14,1 73,5 70,9-76,0 2.496
Petani,nelayan,buruh, 3,4 2,9-4,0 56,3 54,4-58,1 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 4,9 3,6-6,5 59,4 55,3-63,4 1.507
Daerah Tertinggal 5,9 5,3-6,5 60,1 58,5-61,6 19.779
Indonesia 17,2 77,9 282.654

2. Pengelolaan sampah rumah tangga


Pengelolaan sampah rumah tangga adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Pengelolaan sampah rumah tangga
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Diangkut: jika sampah dari rumah tangga tersebut secara rutin diangkut oleh petugas
kebersihan setempat atau oleh anggota rumah tangga ke tempat penampungan
sampah.
2. Ditimbun dalam tanah (tertutup): jika sampah dari rumah tangga dibuang ke lubang
sampah dan dilakukan penimbunan dengan tanah di sekitar rumah.
3. Dibuat kompos: jika sampah yang dihasilkan tidak dibuang, tetapi langsung
ditampung dan diolah untuk dijadikan kompos untuk pupuk atau biogas.
4. Dibakar di sekitar rumah: jika sampah dibakar sendiri atau bersama rumah tangga
lainnya.
5. Dibuang ke kali/parit/laut; termasuk dibuang ke selokan.

48
6. Dibuang sembarangan.
Upaya pengelolaan sampah rumah tangga dikategorikan baik jika dilakukan dengan cara
diangkut (oleh petugas atau art), ditimbun dalam tanah tertutup dan dibuat kompos.
Dikategorikan tidak baik jika dibakar dan dibuang kesembarang tempat termasuk ke
kali/selokan/laut/sungai.
Formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara diangkut,
dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara ditimbun dalam
tanah, dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibuat kompos,
dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibakar, dihitung
dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibuang ke
kali/parit/selokan, dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibuang
sembarang, dihitung dengan formula:

49
50
Tabel 4.2.4.
Proporsi Cara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Diangkut Ditimbun Dibuang ke Dibuang N
Dibuat kompos Dibakar
Karakteristik petugas dalam tanah kali/selokan sembarangan Tertimbang

% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI


Tempat Tinggal                          
Perkotaan 40,1 34,7-45,8 3,1 1,8-5,4 4,8 1,7-13,3 11,5 10,3-12,8 11.2 9,0-13,8 2,4 1,7-3,4 2.180
59,9 54,2-65,3 96,9 94,6-98,2 95, 86,7-98,3 85,5 87,2-89,7 88,8 86,2-91,0 97,6 96,6-98,3 17.599
Perdesaan
2
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat SD 36,7 33,0-40,4 71,0 65,3-76,1 74, 65,9-81,6 57,8 56,2-59,4 64,9 62,2-67,5 77,6 75,4-79,6 12.404
ke bawah) 6
Pendidikan Menengah (Tamat 45,5 41,6-49,5 23,1 18,7-28,2 21. 15,4-29,8 34,8 33,3-36,3 30,8 28,3-33,4 19,6 17,7-21,5 6,075
SMP/SMA) 7
Pendidikan Tinggi (Tamat 17,8 15,0-21,1 5,9 3,7-9,2 3,7 1,5-8,7 7,4 6,7-8,2 4,3 3,2-5,6 2,9 2,3-3,7 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 26,7 22,8-31,1 8,3 5,7-12,0 7,6 4,0-13,8 11,2 10,3-12,2 6,7 5,3-8,4 3,6 2,9-4,4 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/ BUMD,
swasta)
Wiraswasta/lainnnya 27,5 23,7-31,6 19,2 12,6-28,1 3,4 1,0-11,2 14,9 13,7-16,1 12,6 10,6-14,9 3,7 3,0-4,5 2.496
Petani,nelayan,buruh, 39,0 34,4-43,7 66,0 57,4-73,6 85, 77,2-91,3 66,7 65,0-68,3 72,7 69,6-75,5 84,1 82,1-86,0 13.851
pembantu RT,sopir 6
Tidak bekerja/ Sekolah 6,8 5,0-9,2 6,5 3,9-10,7 3,4 1,4-8,1 7,2 6,6-8,0 8,1 6,6-9,8 8,6 7,1-10,4 1.507
Daerah Tertinggal 7,8 2,6 1,2 50,0 12,4 26,1 19.779
Indonesia 34,9 1,5 0,4 49,5 7,8 5,9 282.654
1
Diangkut artinya diangkut oleh petugas ke TPS atau dibawa sendiri oleh anggota rumah tangga ke TPS

51
Rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara baik adalah rumah tangga
yang mengelola sampah dengan cara diangkut oleh petugas/sendiri, ditimbun atau dibuat
kompos.

Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara baik, dihitung
dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara tidak baik,
dihitung dengan formula:

Tabel 4.2.5.
Proporsi Kualitas Pengelolaan Sampah Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah
Tertinggal tahun 2018

Baik1 Tidak baik2 N


Karakteristik
% 95% CI % 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal          
29,7 25,5-34,2 70, 65,8-74,5 2.180
Perkotaan
3
9,3 8,3-10,3 90, 89,7-91,7 17.599
Perdesaan
7
Pendidikan Kepala RT  
Pendidikan Rendah 8,8 7,9-9,9 91, 90,1-92,1 12.404
(Tamat SD ke bawah) 2
Pendidikan Menengah 14,3 12,7-16,1 85, 83,9-87,3 6.075
(Tamat SMP/SMA) 7
Pendidikan Tinggi 24,1 20,8-27,8 75, 72,2-79,2 1.300
(Tamat D1/D2/D3/PT) 9
Pekerjaan  
Pegawai 24,5 21,2-28,2 75, 71,8-78,8 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/ 5
BUMD, swasta)
21,2 18,2-24,5 78, 75,5-81,8 2.496
Wiraswasta/lainnnya
8
Petani,nelayan,buruh, 8,2 7,3-9,2 91, 90,8-92,7 13.851
pembantu RT,sopir 8
9,7 7,5-12,5 90, 87,5-92,5 1.507
Tidak bekerja/ Sekolah
3
Daerah Tertinggal
Indonesia 36,8 63, 282.654

52
2
1
Jika diangkut oleh petugas atau oleh anggota rumah tangga, ditanam ditanah atau dibuat
kompos
2
Jika dibakar, dibuang ke kali/selokan/laut atau dibuang sembarangan

3. Perilaku Menguras Bak Mandi/Ember Besar/Drum

Perilaku menguras bak mandi/ember besar/drum adalah perilaku rumah tangga dalam
membersihkan bak mandi/ember besar/drum untuk menghindari adanya jentik nyamuk,
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Lebih dari satu kali dalam seminggu: jika rumah tangga menguras bak
mandi/ember/drum lebih dari satu kali dalam seminggu
b. Satu kali dalam seminggu: jika rumah tangga menguras bak mandi/ember/drum satu
kali dalam seminggu
c. 1 - 3 kali dalam sebulan: jika rumah tangga menguras bak mandi/emberbesar/drum
sebanyak 1-3 kali dalam sebulan. Rumah tangga yang sangat jarang menguras
(misalnya dua bulan sekali) atau TIDAK PERNAH SAMA SEKALI masuk dalam
kategori ini.
Formula:
Proporsi rumah tangga yang menguras bak mandi/ember besar/drum sebanyak lebih dari
satu kali dalam seminggu, dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang menguras bak mandi/ember besar/drum sebanyak satu kali
dalam seminggu, dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang menguras bak mandi/ember besar/drum sebanyak


1-3 kali dalam sebulan, dihitung dengan formula:

Tabel porsentase rumah tangga yang menguras bak mandi

53
Tabel 4.2.6.
Proporsi Frekuensi Menguras Bak Mandi/Ember Besar/Drum di Rumah Tangga menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

  Frekuensi Menguras Bak/Ember besar/Drum N


>1 kali Tertim
1x seminggu 1-3 kali sebulan
Karakteristik seminggu bang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal              
40, 36,4-45,1 35, 31,4-40,1 23,7 20,2-27,6 1.909
Perkotaan
7 6
36, 34,7-38,3 33, 31,9-35,3 29,9 28,2-31,7 8.326
Perdesaan
5 6
Pendidikan Kepala RT              
Pendidikan Rendah (Tamat SD 36, 34,1-38,4 32, 30,2-34,3 31,6 29,5-33,7 5.250
ke bawah) 2 2
Pendidikan Menengah (Tamat 38, 35,9-40,8 35, 33,5-38,1 25,9 23,9-28,1 3.934
SMP/SMA) 3 7
Pendidikan Tinggi (Tamat 38, 34,5-43,2 35, 31,6-40,5 25,3 21,4-29,7 1.051
D1/D2/D3/PT) 8 9
Pekerjaan              
Pegawai 38, 34,8-42,8 36, 32,8-40,5 24,7 21,1-28,7 1.522
(PNS/TNI/Polri/BUMN/ 7 6
BUMD, swasta)
38, 35,5-42,5 37, 34,2-40,8 23,7 20,7-26,9 1.927
Wiraswasta/lainnnya
9 4
Petani,nelayan,buruh, 36, 34,4-38,5 32, 30,5-34,2 31,2 29,3-33,3 6.059
pembantu RT,sopir 4 3
37, 32,3-41,9 32, 28,5-37,6 30,1 25,8-34,9 727
Tidak bekerja/ Sekolah
0 9
37, 34,
Daerah Tertinggal 3 35,6-39,0 0 32,4-35,6 28,8 27,2-30,4 10.235
44, 33,
Indonesia 1 5 22,4 222.030
Catatan: Hanya ditanyakan pada rumah tangga yang menggunakan bak mandi/ember
besar/drum

4.2.5. Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk

54
Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M (menguras, menutup,
mengubur dan cara pencegahan plus lainnya), merupakan upaya rumah tangga dalam
mencegah berkembangnya vektor nyamuk dalam rumah tangga dan lingkungan. Upaya PSN
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Memakai obat nyamuk (semprot/bakar/elektrik) yaitu memakai obat nyamuk
dengan cara disemprot ke udara dalam ruangan (kamar tidur, ruang keluarga, dll) atau
dengan cara dibakar atau disambungkan ke listrik.
b. Menaburkan bubuk larvasida dalam tempat penampungan air: yaitu dengan cara
menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
c. Ventilasi rumah dipasang kasa nyamuk: yaitu ventilasi rumah ditambahkan kawat
kasa nyamuk, berguna menahan nyamuk agar tidak masuk kedalam rumah.
d. Menguras bak mandi/ember besar/drum: yaitu membersihkan tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, drum, tempat
penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain
e. Menutup tempat penampungan air di rumah tangga: yaitu menutup rapat-rapat
tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain-lain.
f. Memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban, dll): memusnahkan barang
barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk,
seperti kaleng, ban, botol, dan lain-lain
Formula:
Proporsi rumah tangga yang memakai obat nyamuk, dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang menaburkan bubuk larvasida, dihitung dengan formula:

Proporsi rumah tangga dengan ventilasi rumah dipasang kawat nyamuk, dihitung
dengan formula:

55
Proporsi rumah tangga yang menguras bak mandi/ember besar/drum, dihitung
dengan formula:

Proporsi rumah tangga yang menutup tempat penampungan, dihitung dengan


formula:

Proporsi rumah tangga yang memusnahkan barang-barang bekas, dihitung


dengan formula:

56
Tabel 4.2.7.
Proporsi Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk di Rumah Tangga menurut Daerah Tertinggal tahun 2018

Menaburkan
Memakai obat Menutup tempat Memusnahkan
bubuk larvasida Ventilasi rumah Menguras bak
nyamuk penampungan barang bekas N
pada tempat dipasang kasa mandi/ember
Karakteristik (semprot/bakar/ air di rumah (kaleng, ban, Tertim
penampungan nyamuk besar/drum
elektrik) tangga dll) bang
air
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 20,5 18,7-22,5 31,9 25,3-39,3 29,5 25,7-33,6 83,0 79,4-86,0 52,5 48,2-56,7 49,6 44,9-54,2 2180
Perdesaan 79,5 77,5-81,3 68,1 60,7-74,7 70,5 66,4-74,3 44,4 42,9-45,9 30,3 28,9-31,6 25,3 23,9-26,7 17599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah 50,0 48,0-52,0 43,0 37,8-48,2 34,5 30,4-38,9 39,9 38,3-41,5 27,7 26,3-29,1 21,9 20,5-23,3 12404
Pendidikan Menengah 39,5 37,6-41,4 41,7 36,6-47,0 44,6 40,5-48,7 60,7 58,5-62,9 39,3 37,2-41,5 36,6 34,3-38,9 6075
Pendidikan Tinggi 10,5 9,3-11,8 15,3 12,4-18,8 20,9 17,6-24,6 75,5 71,9-78,8 49,8 45,8-53,8 45,7 41,8-49,6 1300
Pekerjaan
Pegawai 16,0 14,5-17,6 19,8 16,7-23,1 33,2 29,2-37,6 73,8 70,2-77,0 48,5 44,8-52,2 46,7 43,0-50,5 1925
Wiraswasta/lainnnya 20,7 18,9-22,5 24,4 19,5-30,0 22,2 19,1-25,7 72,4 69,2-75,4 45,0 41,9-48,1 39,6 36,3-43,0 2496
Petani,nelayan,buruh,pemba
55,7 53,4-57,9 46,4 40,6-52,4 38,2 33,9-42,7 41,1 39,6-42,7 28,6 27,2-30,0 23,5 22,1-24,9 13851
ntu rt,sopir
Tidak Bekerja 7,7 6,7-8,8 9,5 7,1-12,6 6,3 4,6-8,7 46,3 42,5-50,1 30,5 27.1-34,0 25,9 22,9-29,2 1507
Daerah Tertinggal 27,4 26,3-28,6 5,4 4,7-6,1 6,5 5,9-7,1 48,6 47,2-50,1 32,7 31,4-34,1 28,0 26,6-29,3 19.779
Indonesia 61,6 12,0 17,9 83,3 46,1 50,3 282.654

57
Upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui kegiatan 3M (menguras, menutup,
dan mengubur) dihitung dengan formula:

Upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M plus (menguras, menutup,


mengubur, dan salah satu cara pencegahan plus lainnya), dihitung dengan formula:

Bab 4.2.8.
Proporsi Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M dan 3M plus) di Rumah Tangga
menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018

3M1 3M plus2 N
Karakteristik
% 95% CI % 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal  
Perkotaan 33,6 29,3-38,1 24,8 20,8-29,4 2.180
Perdesaan 13,3 12,3-14,3 6,4 5,8-7,1 17.599
Pendidikan Kepala RT    
Pendidikan Rendah (Tamat SD 10,9 9,9-11,8 4,6 4,1-5,3 12.404
ke bawah)
Pendidikan Menengah (Tamat 21,5 19,8-23,4 13,2 11,7-14,8 6.075
SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 31,5 27,9-35,3 22,3 19,1-25,8 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan    
Pegawai 30,9 27,7-34,3 22,9 20,1-26,1 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/ BUMD,
swasta)
Wiraswasta/lainnnya 24,8 22,0-27,7 16,3 13,9-19,2 2.496
Petani,nelayan,buruh, 11,8 10,9-12,8 5,0 4,5-5,7 13.851
pembantu RT, sopir
Tidak bekerja/Sekolah 14,5 12,1-17,4 8,0 6,3-10,2 1.507
Daerah Tertinggal 15,5 14,5-16,5 8,4 7,7-9,2 19.779
Indonesia 31,2 23,4 282.654
1
3M meliputi menguras, menutup dan memusnahkan.
2
3M Plus meliputi menguras, menutup, dan memusnahkan, ditambah dengan salah satu
upaya plus (menggunakan obat nyamuk atau bubuk larvasida atau kasa pada ventilasi)

4.3. Keadaan Rumah

58
Penilaian keadaan rumah dibedakan pada tiga ruangan yaitu ruang tidur, ruang dapur
dan ruang keluarga. Keadaan rumah dinilai berdasarkan kondisi rumah yang dapat mencegah
risiko berkembangnya penyakit, yaitu: a. Jendela dibuka setiap hari : jika pada ruang tidur
utama/dapur/ruang keluarga di rumah tangga memiliki jendela yang dibuka setiap hari b.
Ventilasi cukup : jika pada ruang tidur utama/dapur/ruang keluarga di rumah tangga memiliki
ventilasi dan luasnya >10% dari luas lantai c. Pencahayaan cukup : jika pada ruang tidur
utama/dapur/ruang keluarga di rumah tangga memiliki pencahayaan yang cukup, ditandai
dari kemampuan membaca atau melihat objek kecil di ruangan.
4.3.1. Keadaan Ruang Tidur Utama
Proporsi ruang tidur dengan keadaan jendela yang dibuka setiap hari, dihitung dengan
formula:

Proporsi ruang tidur dengan ventilasi cukup, dihitung dengan formula:

Proporsi ruang tidur dengan pencahayaan cukup, dihitung dengan formula:

Tabel 4.3.1.

59
Proporsi Keadaan Kamar Tidur Utama di Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah
Tertinggal tahun 2018

Keadaan Kamar Tidur Utama


N
Dibuka setiap Ventilasi Pencahayaan
Karakteristik Tertimbang
hari (Ya) cukup (Ya) cukup (Ya)
% 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal              
Perkotaan 75,0 70,8-78,7 62,3 58,0-66,4 73,8 70,0-77,3 2.191
Perdesaan 65,0 62,9-66,7 49,4 47,5-51,4 52,3 50,6-53,9 16.562
Pendidikan Kepala RT            
Pendidikan Rendah 61,0 58,7-63,2 45,3 43,1-47,4 47,3 45,5-49,2 11.611
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah 71,5 69,3-73,6 58,1 55,7-60,4 64,7 62,6-66,9 5.833
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi 78,2 74,4-81,6 61,7 57,4-65,9 76,8 73,2-80,0 1.308
(Tamat D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan            
Pegawai 78,4 75,1-81,4 63,5 59,9-67,0 77,0 73,7-80,1 1.931
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 73,9 70,5-77,2 57,8 54,1-61,3 69,9 70,0-72,8 2.500
Petani,nelayan,buruh, 61,9 59,8-64,0 47,3 45,2-49,4 48,3 46,4-50,1 12.883
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 64,9 60,1-69,5 49,9 45,2-54,7 57,1 53,2-60,9 1.440
Daerah Tertinggal 66,3  64,5-68,0   51,3  49,6-53,1 54,8 53,2-56,3  18753
Indonesia  52,3    49,5   72,6   279.362

4.3.2. Keadaan Ruang Dapur


Proporsi ruang dapur dengan keadaan jendela yang dibuka setiap hari, dihitung
dengan formula:

Proporsi ruang dapur dengan ventilasi cukup, dihitung dengan formula:

Proporsi ruang dapur dengan pencahayaan cukup, dihitung dengan formula:

60
Tabel 4.3.2.
Proporsi Keadaan ruang masak/dapur di Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah
Tertinggal tahun 2018

Keadaan Kamar Ruang Masak/Dapur


N
Dibuka setiap Ventilasi Pencahayaan
Karakteristik Tertimbang
hari (Ya) cukup (Ya) cukup (Ya)
% 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal              
Perkotaan 75,0 70,8-78,7 62,3 58,0-66,4 73,8 70,0-77,3 2.191
Perdesaan 65,0 62,9-66,7 49,4 47,5-51,4 52,3 50,6-53,9 16.562
Pendidikan Kepala RT            
Pendidikan Rendah 61,0 58,7-63,2 45,3 43,1-47,4 47,3 45,5-49,2 11.611
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah 71,5 69,3-73,6 58,1 55,7-60,4 64,7 62,6-66,9 5.833
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi 78,2 74,4-81,6 61,7 57,4-65,9 76,8 73,2-80,0 1.308
(Tamat D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan            
Pegawai 78,4 75,1-81,4 63,5 59,9-67,0 77,0 73,7-80,1 1.931
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 73,9 70,5-77,2 57,8 54,1-61,3 69,9 70,0-72,8 2.500
Petani,nelayan,buruh, 61,9 59,8-64,0 47,3 45,2-49,4 48,3 46,4-50,1 12.883
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 64,9 60,1-69,5 49,9 45,2-54,7 57,1 53,2-60,9 1.440
Daerah Tertinggal 66,3  64,5-68,0   51,3  49,6-53,1 54,8 53,2-56,3  18753
Indonesia  52,3    49,5   72,6   279.362

61
BAB V
PENYAKIT MENULAR

Bab ini berisi beberapa indikator mengenai penyakit menular secara terbatas. yaitu
penyakit yang berhubungan dengan indikator SDGs, IPKM, Renstra Kementerian Kesehatan
2014-2019, Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Pengumpulan data ini dilakukan melalui wawancara.
Wawancara mengenai penyakit bertujuan untuk mendapatkan informasi prevalensi
penyakit menurut riwayat diagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat pernah mengalami
tanda dan gejala penyakit yang didata. Responden ditanya apakah pernah didiagnosis
mengalami penyakit tertentu oleh tenaga kesehatan (D: diagnosis). Responden yang
menyatakan tidak pernah didiagnosis, ditanyakan lagi apakah pernah/sedang mengalami
gejala klinis spesifik penyakit tersebut (G: gejala).
Penyakit yang didata hanya berdasarkan riwayat diagnosis dokter (spesialis dan
dokter umum) adalah Tb Paru dan Hepatitis, sedangkan ISPA, Pneumonia, Diare, Malaria
dan Filariasis berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan (Dokter spesialis, dokter
umum, bidan, dan perawat). Selain melalui riwayat diagnosis nakes, ISPA, Pneumonia,
Diare, Malaria dan Filariasis juga diukur melalui gejala-gejala penyakit yang pernah dialami.
Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel silang dengan beberapa variabel kunci
yaitu karakteristik individu (kelompok usia, pendidikan, pekerjaan, , status perkotaan dan
perdesaan serta status menikah). Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran hasil intervensi
program dan memberikan opsi intervensi menurut kewilayahan dan karakter penduduk
daerah tertinggal

5.1 PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)


Pada Riskesdas 2018, ISPA ditanyakan pada semua responden semua umur dalam kurun
waktu 1 bulan sebelum enumerasi. Prevalensi ISPA menurut riwayat diagnosis diukur
melalui pertanyaan: “Dalam 1 bulan terakhir, apakah responden pernah didiagnosis ISPA
oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?” Jika menjawab tidak maka ditanyakan
riwayat mengalami gejala ISPA melalui pertanyaan yang menanyakan demam, batuk kurang
dari 2 minggu, pilek/hidung tersumbat dan sakit tenggorokan. Jika responden menjawab
pernah mengalami gejala demam, batuk kurang dari 2 minggu, pilek/hidung tersumbat
dan/atau sakit tenggorokan, maka responden dianggap mengalami ISPA. Prevalensi ISPA
dihitung dengan formula sebagai berikut

62
Tabel 5.1. Prevalensi ISPA menurut Karakteristik

ISPA  
N
Karakteristik D D/G
Tertimbang
% 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
5,30 4,40 6,40 4,40 5,40
Perkotaan 9824
3,6
7,50 6,90 8,10 7,20 7,70
Perdesaan 72792
6,7
Kelompok Usia
9,60 8,60 10,70 5,90 6,60
9399
0-2 th 5,2
6,40 5,80 7,00 6,30 6,90
21312
3-15 th 5,7
6,30 5,60 7,10 6,20 6,90
19082
16-30 th 5,6
7,70 7,00 8,50 7,00 7,60
17819
31-45 th 6,4
7,50 6,80 8,30 8,90 9,60
15004
>45 8,2
Jenis kelamin
7,10 6,60 7,70 6,40 6,90
Laki 42036
6
7,30 6,70 7,90 7,30 7,80
Perempuan 40580
6,8
Pendidikan
7,20 6,60 7,90 7,60 8,10
47155
Rendah (s.d tamat SD) 7,1
6,20 5,60 6,90 6,00 6,60
20612
Menengah (s.d tamat SMA) 5,5
6,60 5,50 7,80 4,50 5,60
3576
Tinggi (s.d tamat PT) 3,7
Pekerjaan
6,20 5,60 6,90 6,20 6,90
25552
Tidak Bekerja/ Sekolah 5,7
6,40 5,40 7,60 3,60 4,40
3782
Pegawai (PNS/Swasta) 2,9
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 5,70 4,90 6,50 7,70 6,6 8,90 8905

63
8,10 7,20 9,10 8,00 8,60
24929
Petani 7,4
7,20 6,70 7,70 6,80 7,30
Daerah Tertinggal 82616
6,4
4,40 4,30 4,50 9,30 9,40
Indonesia 1017290
9,2
1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)
2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART

Tabel 5.1.2. Prevalensi ISPA Balita menurut Karakteristik

ISPA BALITA  
N
Karakteristik D D/G
Tertimbang
% 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
5,50 4,00 7,60 4,70 7,10
Perkotaan 1119
9,60 8,60 10,80 6,10 7,00
Perdesaan 8078
Kelompok Usia
10,70 8,70 13,20 2,90 4,00
1712
0-11 Bln
9,80 8,50 11,30 6,50 7,70
3720
12-35 Bl
7,80 6,70 9,00 6,80 8,00
3765
36-59 Bl
Jenis kelamin
9,60 8,40 10,90 5,40 6,40
Laki 4623
8,70 7,60 10,00 6,50 7,70
Perempuan 4574
9,10 8,20 10,20 6,00 6,80
Daerah Tertinggal 9197
Indonesia 7,8 7,5 8,2 12,8 12,5 13,2 93620
1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)
2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART

64
5.2 PENYAKIT PNEUMONIA
Prevalensi diagnosis dan gejala pneumoni diperoleh melalui wawancara dengan pertanyaan:
1) “Dalam 1 tahun terakhir, apakah responden pernah didiagnosis menderita radang paru
(Pneumonia) dengan atau tanpa dilakukan foto dada (foto rontgen) oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan)?”; 2) “Dalam 1 tahun terakhir, apakah [NAMA] mengalami gejala
penyakit sebagai berikut” dengan opsi jawaban: “demam tinggi”, “batuk”, “kesulitan
bernapas”. Jika menjawab ketiganya maka dikatakan pneumonia. Prevalens pneumonia
dihitung dengan formula sebagai berikut:

Tabel 5.2.1. Prevalensi Pneumonia menurut Karakteristik


N
Pneumonia  
Tertimbang
Karakteristik
D D/G
% 95% CI % 95% CI  
Tempat Tinggal
1,80 1,40 2,30 2,50 1,80 3,40
Perkotaan
9824
2,20 2,00 2,40 5,90 5,40 6,50
Perdesaan
72792
Kelompok Usia
2,20 1,70 2,70 7,20 6,40 8,20
0-2 th 9399
1,80 1,50 2,10 4,60 4,00 5,30
3-15 th 21312
1,90 1,60 2,30 4,30 3,70 5,00
16-30 th 19082
2,60 2,20 2,90 5,60 5,00 6,30
31-45 th 17819
2,60 2,30 3,00 7,00 6,40 7,80
>45 15004
Jenis kelamin
2,30 2,00 2,50 5,50 5,00 6,10
Laki
42036

65
2,10 1,90 2,30 5,50 4,90 6,00
Perempuan
40580
Pendidikan
2,20 2,00 2,50 6,00 5,40 6,60
Rendah (s.d tamat SD) 47155
2,00 1,80 2,30 4,20 3,70 4,80
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
3,00 2,20 3,90 2,80 2,10 3,60
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Pekerjaan
2,10 1,80 2,40 4,70 4,20 5,40
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
2,50 1,90 3,30 2,30 1,80 3,10
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/ 2,50 2,00 3,10 5,50 4,30 7,10
Sopir/lainaya 8905
2,30 2,00 2,60 6,50 5,90 7,10
Petani 24929

2,20 2,00 2,40 5,50 5,00 6,00


Daerah Tertinggal
82616
2,00 2,00 2,10 4,00 4,00 4,10
Indonesia 1017290

1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)


2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART.

Tabel 5.2.2. Prevalensi Pneumonia pada Balita menurut Karakteristik


Pneumonia Balita   N
Karakteristik D D/G Tertimbang
95 CI 95 CI  
Tempat Tinggal
2,50 1,50 4,10 2,50 1,80 3,40
Perkotaan 1395
2,00 1,60 2,50 5,90 5,40 6,50
Perdesaan 9877
Kelompok Usia
2,20 1,60 2,90 7,20 6,40 8,20
3634
0-11 bln

66
1,70 1,20 2,30 4,60 4,00 5,30
3783
12-35 Bln
2,40 1,70 3,40 4,30 3,70 5,00
3856
36-59 Bln
Jenis kelamin
1,90 1,50 2,40 5,50 5,00 6,10
Laki 5685
2,20 1,70 3,00 5,50 4,90 6,00
Perempuan 5588
2,09 1,70 2,55 6,67 5,94 7,48
Daerah Tertinggal 11038
2,10 1,90 2,20 4,80 4,50 5,00
Indonesia 93619

1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)


2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART.

5.3 PENYAKIT TB PARU


Penyakit TB paru ditanyakan pada responden untuk kurun waktu ≤1 tahun berdasarkan
riwayat diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau
keduanya, berbeda dibandingkan dengan Riskesdas sebelumnya, penyakit TB paru
ditanyakan pada responden untuk kurun waktu ≤1 tahun berdasarkan diagnosis yang
ditegakkan oleh dokter melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya
(Riskesdas sebelumnya melalui riwayat diagnosis tenaga kesehatan). Prevalensi TB
Paru adalah persentase responden yang pernah didiagnosis menderita TB Paru oleh
dokter terhadap jumlah total responden dengan formula sebagai beriku :

Tabel 5.3.1. Prevalensi TB Paru menurut Karakteristik


TBC N
Karakteristik
% 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal
Perkotaan 0,00 0,00 0,10 9824

67
Perdesaan 0,40 0,40 0,50 72792
Kelompok Usia 0,00 0,00 0,00
0-2 th 0,20 0,10 0,40 9399
3-15 th 0,20 0,10 0,30 21312
16-30 th 0,40 0,30 0,50 19082
31-45 th 0,60 0,50 0,80 17819
>45 1,00 0,80 1,20 15004
Jenis kelamin 0,00 0,00 0,00
Laki 0,50 0,40 0,60 42036
Perempuan 0,40 0,30 0,50 40580
Pendidikan 0,00 0,00 0,00
Rendah (s.d tamat SD) 0,50 0,40 0,60 47155
Menengah (s.d tamat SMA) 0,50 0,40 0,60 20612
Tinggi (s.d tamat PT) 0,40 0,20 0,70 3576
Pekerjaan 0,00 0,00 0,00
Tidak Bekerja / Sekolah 0,40 0,30 0,50 25552
Pegawai (PNS/Swasta) 0,80 0,50 1,30 3782
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 0,40 0,30 0,70 8905
Petani 0,70 0,60 0,90 24929
Status Kawin 0,00 0,00 0,00
Belum Kawin 0,10 0,10 0,20 41117
Kawin 0,30 0,30 0,40 37677
Cerai hidup/ mati 0,00 0,00 0,10 3823
Daerah Tertinggal 0,50 0,40 0,50 82616
Indonesia 0,42 0,40 0,40 1017290

5.4 PENYAKIT HEPATITIS


Pada Riskesdas 2018, kejadian hepatitis diukur dengan wawancara dengan pertanyaan
“Dalam 1 tahun terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita Hepatitis
melalui pemeriksaan darah oleh dokter?” jika menjawab “Ya“ maka dianggap
Hepatitis. Prevalensi hepatitis adalah persentase ART yang mengaku menderita
hepatitis yang didiagnosis oleh dokter terhadap total responden, dihitung dengan
formula sebagai berikut:

Tabel 5.4.1. Prevalensi Hepatitis berdasarkan Riwayat Diagnosis Dokter menurut


Karakteristik,

Diagnosis Hepatitis
Karakteristik N Tertimbang
% 95%CI

68
Tempat Tinggal
0,40 0,20 0,70
Perkotaan 9824
0,50 0,40 0,60
Perdesaan 72792
Kelompok Usia
0,50 0,30 0,80
9399
0-2 th
0,40 0,30
0,60 21312
3-15 th
0,60 0,50 0,90
19082
16-30 th
0,40 0,30 0,60
17819
31-45 th
0,60 0,50 0,80
15004
>45
Jenis kelamin
0,20 0,20 0,30
Laki 42036
0,30 0,20 0,30
Perempuan 40580
Pekerjaan
0,50 0,40 0,70
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
0,60 0,30 1,00
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
0,50 0,30 0,80
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
0,50 0,40 0,70
Petani 24929
Pendidikan
0,50 0,40 0,70
Rendah (s.d tamat SD) 47155
0,50 0,30 0,70
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
0,50 0,20 0,90
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Status Kawin
0,40 0,30 0,50
41117
Belum Kawin
0,60 0,50 0,70
37677
Kawin
0,50 0,30 0,80
3823
Cerai hidup/ mati
0,50 0,40 0,60
Daerah Tertinggal
82616
0,39 0,37 0,41
Indonesia
1017290

5.5 PENYAKIT DIARE


Diare adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi feces lebih cair dengan
frekuensi >3 kali sehari, kecuali pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang mendapatkan ASI

69
biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali sehari) dengan
konsistensi baik dianggap normal. Pada Riskesdas 2018, kasus diare diukur dengan
wawancara kepada responden dengan pertanyaan sebagai berikut: “Dalam 1 bulan
terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita diare oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan)?”. Pada responden yang menjawab tidak, ditanyakan gejala
diare yang pernah dialami dengan pertanyaan “Dalam 1 bulan terakhir, apakah
[NAMA] pernah mengalami: Buang Air Besar (BAB) 3 – 6 kali sehari BAB > 6 kali
sehari, Kotoran/tinja lembek atau cair”.
Prevalensi diare menurut gejala dihitung dengan menggabungkan kasus diare
baik diagnosis maupun hanya memiliki gejala. Pada bayi usia 0-28 hari (neonatus),
dikatakan kasus diare jika responden mengaku didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan
atau jika pernah mengalami gejala diare meliputi diare meliputi BAB > 6 kali perhari
dan dengan konsistensi lembek atau cair. Selain neonatus jika responden menjawab
lebih dari 3 kali dengan konsistensi lembek/cair, maka dianggap diare.

Tabel 5.5.1. Prevalensi Diare Berdasarkan Riwayat diagnosis Dokter dan Gejala
Menurut Karakteristik
N
Diare
Tertimbang
Karakteristik
D
% 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
5,70 4,80 6,70 2,90 2,30 3,70
Perkotaan 9824
7,40 7,00 7,90 3,80 3,50 4,20
Perdesaan 72792
Kelompok Usia
11,30 10,40 12,30 4,80 4,10 5,50
9399
0-2 th
6,80 6,30 7,50 3,30 2,90 3,80
21312
3-15 th
6,10 5,60 6,80 3,60 3,20 4,10
19082
16-30 th
6,60 6,00 7,20 3,90 3,40 4,50
17819
31-45 th
7,20 6,50 7,80 3,60 3,20 4,10
15004
>45

70
Jenis kelamin
6,90 6,50 7,40 3,90 3,50 4,30
Laki 42036
7,50 7,00 8,00 3,60 3,20 4,00
Perempuan 40580
Pendidikan
7,20 6,70 7,80 3,80 3,40 4,20
47155
Rendah (s.d tamat SD)
5,60 5,10 6,20 3,40 3,00 3,80
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
5,10 4,10 6,20 2,70 2,00 3,70
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
6,60 6,10 7,20 3,20 2,90 3,60
25552
Tidak Bekerja/ Sekolah
4,50 3,70 5,50 2,80 2,10 3,70
3782
Pegawai (PNS/Swasta)
6,10 5,40 6,90 3,90 3,30 4,70
8905
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya
7,00 6,40 7,70 4,10 3,60 4,60
24929
Petani
7,20 6,80 7,60 3,70 3,40 4,10
Daerah Tertinggal 82616
6,80 6,70 6,90 8,00 7,80 8,10
Indonesia 1017290

1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)


2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART

Tabel 5.5.2. Prevalensi Diare Berdasarkan Riwayat diagnosis Dokter dan Gejala
Menurut Karakteristik
Diare Balita
N
Karakteristik D D/G
Tertimbang
% 95 CI % 95% CI
Tempat Tinggal
8,10 5,70 2,50 1,60 3,80
Perkotaan
11,30 1395
10,90 10,00 11,80 4,90 4,20 5,70
Perdesaan
9877
Kelompok Usia
7,60 6,60 8,80 4,40 3,60 5,40
0-11 Bln 3634
13,90 12,30 15,70 5,30 4,40 6,50
12-35 Bln 3783
9,90 8,60 11,40 4,10 3,20 5,10
36-59 Bl 3856
Jenis kelamin
10,20 9,20 11,40 5,30 4,40 6,40
Laki
5685
10,80 9,60 12,20 3,90 3,20 4,60
Perempuan
5588

71
10,50 9,70 11,40 4,60 4,00 5,30
Daerah Tertinggal
82616
11,00 10,70 11,30 12,30 12,00 12,70
Indonesia
1017290
1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)
2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART

5.6 PENYAKIT MALARIA


Malaria adalah penyakit yang umumnya ditandai dengan panas tinggi yang dapat naik
turun secara berkala disertai dengan salah satu atau lebih gejala lain seperti menggigil,
muka pucat, kepala sakit, pusing, tidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri otot atau
pegal-pegal. Penyakit ini disebabkan oleh parasite malaria dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles sp. Diagnostik pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan
sediaan darah secara mikroskopis maupun dengan tes diagnostik cepat/RDT. Pada daerah
endemik, biasanya responden mengetahui penyakit ini disertai dengan pembesaran limpa
(Splenomegali).
Pada Riskesdas 2018 kasus malaria diukur melalui 2 pertanyaan. Pertanyaan pertama
“Dalam 1 tahun terakhir, apakah [NAMA] pernah diambil darah untuk pemeriksaan
malaria oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?” jika menjawab “Ya” maka
dilanjutkan dengan pertanyaan kedua “Apakah [NAMA] dinyatakan positif menderita
malaria setelah pemeriksaan tersebut oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?”.
Dikatakan Malaria jika pertanyaan pertama menjawab Ya dan hasilnya positif
(pertanyaan ke-2 dijawab “Ya”), dihitung dengan formula:

Tabel 5.6.1. Prevalensi Malaria berdasarkan Riwayat Positif Malaria melalui


Pemeriksaan Darah oleh Nakes dan Pengobatannya menurut Karakteristik

Malaria
Karakteristik
% 95% CI N Tertimbang
Tempat Tinggal
5,80 5,10 6,60
Perkotaan 9824
5,50 5,10 5,90
Perdesaan 72792
Kelompok Usia
3,90 3,40 4,50
9399
0-2 th

72
4,60 4,10 5,10
21312
3-15 th
5,60 5,00 6,20
19082
16-30 th
7,50 6,70 8,30
17819
31-45 th
5,60 5,00 6,20
15004
>45
Jenis kelamin
5,70 5,30 6,20
Laki 42036
5,40 4,90 5,80
Perempuan 40580
Pendidikan
5,60 5,10 6,10
47155
Rendah (s.d tamat SD)
6,10 5,60 6,60
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
6,60 5,60 7,80
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
4,90 4,40 5,50
25552
Tidak Bekerja/ Sekolah
7,70 6,60 9,00
3782
Pegawai (PNS/Swasta)
5,70 5,00 6,50
8905
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya
6,60 5,90 7,30
24929
Petani
Status Kawin
4,50 4,10 4,90
41117
Belum Nikah
6,80 6,30 7,40
37677
Menikah
4,20 3,50 5,10
3823
Cerai
5,50 5,20 5,90
Daerah Tertinggal 82616
0,37 0,35 0,38
Indonesia 1017290

5.7 PENYAKIT FILARIASIS


Penyakit kaki gajah (Filariasis) adalah penyakit zoonosis. Di Indonesia, filariasis
merupakan salah satu penyakit endemis. Gejala yang timbul biasanya berupa
pembengkakan (edema) di daerah tertentu (pada aliran pembuluh limfa di dalam tubuh
manusia). Gejala ini dapat berupa pembesaran tungkai/kaki (kaki gajah) atau lengan
dan pembesaran skrotum/vagina yang pembengkakan (edema)nya bersifat permanen.
Filariasis bersifat menahun (kronis) dan jarang menimbulkan kematian pada
penderitanya. Pada fase awal bisa juga menunjukan tanpa gejala (asimtomatis).
Prevalensi Filariasis diukur berdasarkan riwayat diagnosis oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan) dengan pertanyaan “Apakah [NAMA] pernah didiagnosis

73
menderita kaki gajah (filariasis) oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?” Jika
menjawab “Ya pada 2017” maka dihitung sebagai kasus Filariasis yang diukur.
Formula yang dipakai adalah:

Tabel 5.7.1. Prevalensi Filariasis berdasarkan Diagnosis Nakes dan Proporsi Minum
Obat Sesuai Anjuran Nakes menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
Diagnosis
Filariasis
Karakteristik N Tertimbang
% 95% CI
Jenis kelamin
1,20 1,00 1,40
Laki
42036
1,30 1,10 1,50
Perempuan
40580
Kelompok Usia
0,90 0,70 1,30
0-2 th 9399
1,20 1,00 1,50
3-15 th 21312
1,10 0,90 1,30
16-30 th 19082
1,30 1,00 1,60
31-45 th 17819
1,50 1,20 1,90
>45 15004
Tempat Tinggal
1,40 1,00 1,90
Perkotaan
9824
1,20 1,00 1,40
Perdesaan
72792
Pendidikan
1,20 1,00 1,30
Rendah (s.d tamat SD) 47155
1,40 1,10 1,60
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
1,80 1,20 2,80
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Pekerjaan
1,30 1,10 1,60
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
1,90 1,20 3,00
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
1,30 1,00 1,70
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
1,10 0,90 1,30
Petani 24929

74
1,20 1,10 1,40
Daerah Tertinggal
82616
0,80 0,70 0,80
Indonesia
1017290

1 BAB VI
PENYAKIT TIDAK MENULAR

6.1 ASMA
Prevalensi asma dihitung menggunakan formula

Tabel 6.1.1. Prevalensi Asma berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Semua
Umur menurut Karakteristik,

N
Diagnosis ASMA
Karakteristik Tertimbang
% 95% CI N 82616
Jenis kelamin
1,50 1,40 1,70
Laki 42036
1,40 1,30 1,60
Perempuan 40580
Kelompok Usia
0,60 0,50 0,90
9399
0-2 th
0,80 0,70 1,00
21312
3-15 th
1,30 1,10 1,50
19082
16-30 th
1,80 1,60 2,20
17819
31-45 th
2,80 2,50 3,10
15004
>45

75
Tempat Tinggal
0,20 0,20 0,30
Perkotaan 9824
1,30 1,20 1,40
Perdesaan 72792
Pendidikan
1,50 1,40 1,70
47155
Rendah (s.d tamat SD)
1,70 1,50 2,00
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
1,90 1,30 2,60
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
1,50 1,30 1,80
Tidak Bekerja /Sekolah 25552
1,70 1,20 2,30
Pegawai (PNS/ Swasta) 3782
2,10 1,70 2,50
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
1,80 1,50 2,00
Petani 24929
1,48 1,35 1,62
Daerah Tertinggal 82616
2,40 2,30 2,40
Indonesia 1017290

Tabel 6.1.2. Proporsi Kekambuhan Asma dalam 12 Bulan Terakhir pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kekambuhan asma dalam 12 N


Karakteristik bulan terakhir Tertimbang

% 95 % CI
Jenis kelamin
51,20 46,20 56,20
Laki 649
57,00 51,30 62,50
Perempuan 572
Kelompok Usia
65,50 46,80 80,40
0-2 th 61
41,30 32,50 50,70
3-15 th 173
16-30 th 50,50 41,80 59,20 245

76
52,00 44,30 59,60
31-45 th 327
60,90 55,10 66,50
>45 415
Tempat Tinggal
54,10 44,50 63,30
Perkotaan 162
53,90 49,60 58,10
Perdesaan 1060
Pendidikan
54,60 49,40 59,80
Rendah (s.d tamat SD) 726
51,50 44,70 58,20
Menengah (s.d tamat SMA) 357
49,10 32,40 66,00
Tinggi (s.d tamat PT) 66
Pekerjaan
55,30 48,90 61,50
Tidak Bekerja/ Sekolah 384
54,50 38,20 69,90
Pegawai (PNS/Swasta) 63
55,10 46,00 63,90
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 188
54,00 47,40 60,40
Petani 443
53,90 50,00 57,80
Daerah Tertinggal 82616
57,50 56,50 58,46
Indonesia 23713

6.2 KANKER
Kanker yang dimaksud adalah semua jenis kanker yang didiagnosis oleh dokter.
Prevalensi kanker (dalam permil) dihitung menggunakan formula:

Tabel 6.2.1. Prevalensi (per mil) Kanker berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik

Karakteristik Diagnosis Kanker N

77
Tertimbang
 ‰ 95 %CI
Jenis kelamin
1,00 0,00 2,00
Laki
42036
2,00 1,00 2,00
Perempuan
40580
Kelompok Usia
0,00 0,00 1,00
0-2 th 9399
0,00 0,00 1,00
3-15 th 21312
1,00 0,00 1,00
16-30 th 19082
3,00 1,00 6,00
31-45 th 17819
2,00 1,00 3,00
>45 15004
0,00 0,00 0,00
Tempat Tinggal
2,00 1,00 4,00
Perkotaan
9824
1,00 1,00 2,00
Perdesaan
72792
Pendidikan
Rendah (s.d tamat SD) 1,00 1,00 1,00 47155
Menengah (s.d tamat SMA) 2,00 1,00 5,00 20612
Tinggi (s.d tamat PT) 3,00 1,00 6,00 3576

Pekerjaan
2,00 1,00 4,00
Tidak Bekerja / Sekolah
25552
1,00 0,00 4,00
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
2,00 1,00 3,00
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
1,00 1,00 3,00
Petani 24929
0,00 0,00 0,00
Status Kawin
0,00 0,00 0,00
Belum Kawin
41117
2,00 1,00 4,00
Kawin
37677
2,00 1,00 5,00
Cerai Hidup/ mati
3823
1,00 0,00 1,00
Daerah Tertinggal
82.616
1,79 1,68 1,92
Indonesia
1.017.290

78
6.3 DIABETES MELLITUS
Prevalensi diabetes mellitus semua umur menurut diagnosis dokter dihitung menggunakan
formula :

Tabel 6.3.1. Prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik

Diagnosis DM N
Karakteristik
% 95% CI Tertimbang
Jenis kelamin
0,50 0,40 0,60
Laki 42036
0,60 0,50 0,70
Perempuan 40580
Kelompok Usia
0-2 th 9399
0,00 0,00 0,10
3-15 th 21312
0,20 0,10 0,30
16-30 th 19082
0,50 0,40 0,60
31-45 th 17819
2,30 2,00 2,70
>45 15004
Tempat Tinggal
1,20 0,90 1,60
Perkotaan 9824
0,50 0,40 0,60
Perdesaan 72792
Pendidikan
0,50 0,40 0,60
Rendah (s.d tamat SD) 47155
0,90 0,70 1,10
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
1,60 1,10 2,10
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Pekerjaan
0,50 0,40 0,60
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
1,80 1,30 2,60
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
1,30 1,10 1,70
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
Petani 0,60 0,50 0,80 24929

79
Status Kawin
0,10 0,00 0,10
Belum Kawin 41117
1,00 0,90 1,20
Kawin 37677
1,70 0,50 0,70
Cerai Hidup/ mati 3823
0,60 0,50 0,70
Daerah Tertinggal 82616
1,50 1,50 1,50
Indonesia 1017290

Tabel 6.3.9. Proporsi Jenis Pengobatan Diabetes Melitus berdasarkan Diagnosis Dokter
pada Penduduk Semua Umur menurut Karakteristik,

Tidak N
DIOBATI
Karakteristik diobati Tertimbang
95% CI 95% CI
Jenis kelamin
85,00 77,10 90,50 15,00 9,50 22,90
Laki 222
86,50 80,80 90,80 13,50 9,20 19,20
Perempuan 248
Kelompok Usia
0-2 th
64,60 15,20 94,90 35,40 5,10 84,80
6
3-15 th
82,40 66,20 91,90 17,60 8,10 33,80
36
16-30 th
86,80 77,10 92,80 11,50 4,5
20,2 84
31-45 th
86,30 80,40 90,60 13,70 9,40 19,60
344
>45
Tempat Tinggal

80
88,40 78,80 93,90 11,60 6,10 21,20
Perkotaan 115
85,00 79,20 89,30 15,00 10,70 20,80
Perdesaan 355
Pendidikan
82,70 74,90 88,50 17,30 11,50 25,10
238
Rendah (s.d tamat SD)
88,90 82,00 93,40 11,10 6,60 18,00
176
Menengah (s.d tamat SMA)
89,20 77,60 95,20 10,80 4,80 22,40
56
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
81,90 73,20 88,20 18,10 11,80 26,80
128
Tidak Bekerja/ Sekolah
91,50 80,70 96,50 8,50 3,50 19,30
69
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/ 87,20 77,20 93,20 12,80 6,80 22,80
120,203
Sopir/lainnya
86,60 76,50 92,80 13,40 7,20 23,50
150,495
Petani
Status Kawin
80,50 57,00 92,80 19,50 7,20 43,00
Belum Kawin 31
86,20 80,70 90,30 13,80 9,70 19,30
Kawin 373
13,80 7,20 24,80
Cerai Hidup/ mati 65
85,80 81,00 89,50 14,20 10,50 19,00
Daerah Tertinggal 470
Indonesia 90,7 - - 9,3 - - 14951

6.4 Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung adalah semua jenis penyakit jantung termasuk kelainan jantung bawaan
yang didiagnosis oleh dokter.
Prevalensi penyakit jantung yang didiagnosis dokter

Tabel 6.4.1. Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik

Diagnosis Penyakit Jantung N


Karakteristik Tertimban
g
% 95% CI
Jenis kelamin

81
0,80 0,70 0,90
Laki 42036
0,80 0,70 0,90
Perempuan 40580
Kelompok Usia
0,20 0,10 0,30
9399
0-2 th
0,50 0,40 0,70
21312
3-15 th
0,50 0,40 0,70
19082
16-30 th
0,80 0,70 1,00
17819
31-45 th
1,80 1,60 2,20
15004
>45
Tempat Tinggal
1,40 1,10 1,70
Perkotaan 9824
0,70 0,60 0,80
Perdesaan 72792
Pendidikan
0,80 0,70 1,00
47155
Rendah (s.d tamat SD)
0,90 0,70 1,00
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
1,60 1,10 2,30
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
0,80 0,60 0,90
Tidak Bekerja 25552
1,20 0,20 1,80
3782
Pegawai (PNS/Swasta)
1,30 1,00 1,60
8905
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya
0,90 0,70 1,00
24929
Petani
Status Kawin
0,50 0,40 0,50
Belum Kawin 41117
1,10 1,00 1,20
Kawin 37677
1,40 1,00 1,90
Cerai Hidup/mati 3823
0,80 0,70 0,90
Daerah Tertinggal 82616
1,50 1,40 1,50
Indonesia 1017290

82
6.5 HIPERTENSI
Hipertensi Hipertensi hasil pengukuran mengikuti kriteria JNC VII yaitu bila tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis dokter dihitung dengan formula:

Tabel 6.5.1. Prevalensi Hipertensi berdasarkan Diagnosis Dokter atau Minum Obat Antihipertensi,
pada Penduduk Umur ≥18 Tahun Menurut Karakteristik
N
HIPERTENSI
Tertimbang
Karakteristik
D D/O
% 95% CI % 95% CI
Jenis kelamin
5,30 4,90 5,70 3,90 3,60 4,30
Laki 26209
8,00 7,50 8,40 6,20 5,80 6,60
Perempuan 12858
Kelompok Usia  
0,40 0,20 0,70 0,20 0,10 0,30
15-17 4436
2,00 1,60 2,30 1,20 1,00 1,50
18-30 15739
5,00 4,50 5,40 3,60 3,20 4,00
31-44 16257
14,80 14,00 15,60 11,90 11,20 12,70
>45 15519
Tempat Tinggal    
8,00 7,10 9,10 6,30 5,50 7,30
Perkotaan 6293
6,40 6,10 6,80 4,90 4,60 5,20
Perdesaan 45658
Pendidikan  
7,60 7,10 8,10 5,90 5,50 6,40
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
Menengah (s.d tamat 5,10 4,60 5,50 3,80 3,40 4,20
19550
SMA)
6,80 5,80 8,00 4,90 4,00 5,90
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan  
6,40 5,80 6,90 4,90 4,50 5,40
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
8,20 7,10 9,50 6,30 5,40 7,50
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, 6,40 6,00 6,90 4,90 4,50 5,30
27173
Nelayan, Lainya
7,20 6,30 8,10 5,40 4,70 6,20
5454
Petani

83
Status Kawin
1,10 0,80 1,40 0,70 0,50 0,90
Belum Kawin 11914
7,70 7,30 8,10 5,80 5,50 6,20
Kawin 36345
13,90 12,50 15,40 11,40 10,10 12,80
Cerai Hidup/Cerai mati 3692
6,60 6,30 6,90 5,00 4,80 5,30
Daerah Tertinggal 51951
8,36 8,26 8,47 8,84 8,73 8,94
Indonesia 658201

Proporsi kepatuhan minum obat antihipertensi secara rutin dihitung dengan formula:

Tabel 6.5.2. Proporsi minum obat anti hipertensi secara rutin berdasarkan
anjuran dokter dan inisiatif sendiri.
Minum Obat Minum Obat Hipertensi
Hipertensi Sesuai Dx Mandiri/Sendiri tanpa
Dokter Rutin Hipertensi
Karakteristik Kadan Tidak Kadan
Ruti g- Minu Ruti g- N
n kadang m n kadang Tertimba
ng

Jenis kelamin
37,4
20,70 9,40 9,00 8,00
Laki 0 9045

37,0 10,3
21,50 8,90 8,60
Perempuan 0 0 12475

Kelompok Usia
12,2 15,5
31,00 14,20
0 0 538
15-17
25,2 10,4
17,80 16,70 7,30
0 0 5585
18-30
34,7
20,90 9,70 7,20 9,50
0 7297
31-44
>45 39,8 21,80 7,70 10,6 8,10 8100

84
0 0

Tempat Tinggal
42,8
22,30 10,60 7,80 6,10
Perkotaan 0 3032

36,2 10,1
20,90 8,90 8,80
Perdesaan 0 0 18488

Pendidikan
36,2 11,0
21,80 8,30 9,10
0 0 11114
Rendah (s.d Tamat SD)
38,8
19,90 10,60 8,30 7,20
0 8245
Menengah (s.d tamat SMA)
39,8
20,50 10,30 5,10 6,30
0 2161
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan
39,9
20,00 10,00 9,60 8,00
0 5884
Tidak bekerja/ Sekolah
42,7
20,10 9,10 6,30 8,00
0 2265
Pegawai (PNS/Swasta)
35,0 11,0
21,30 9,00 8,70
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 0 0 10822
Lainya
35,7
24,20 7,20 7,70 8,20
0 2548
Petani
Status Kawin
29,0 14,2
15,70 14,60 5,90
Belum Kawin 0 0 2553

37,4
21,00 9,20 9,20 8,50
Kawin 0 17138

38,1 11,8
23,30 7,40 8,70
Cerai Hidup/mati 0 0 1829

37,2
21,10 1,50 9,80 8,40
Daerah Tertinggal 0 21520

54,4
32,20 13,30
Indonesia 0 - - 58621

85
6.6 . PENYAKIT STROKE
Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul mendadak, progresif, dan cepat akibat gangguan
peredaran darah otak non traumatik. Gangguan tersebut secara mendadak menimbulkan gejala antara lain
kelumpuhan sesisi wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan
kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Prevalensi stroke menurut diagnosis dokter dihitung
dengan formula sbb:

Tabel 6.6.1. Prevalensi (per mil) Stroke berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur ≥15 Tahun
menurut Karakteristik

Diagnosis Stroke  
Karakteristik N Tertimbang
‰ 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 8,00 6,00 11,00 6293
Perdesaan 5,00 4,00 5,00 45658
Kelompok Usia
15-24 0,00 0,00 1,00 4436
25-34 1,00 0,00 2,00 15739
35-44 2,00 1,00 4,00 16257
45-54 13,00 11,00 15,00 15519
Jenis kelamin
Laki 6,00 5,00 7,00 26209
Perempuan 4,00 3,00 5,00 25742
Pendidikan 0,00 0,00 0,00
Rendah (s.d Tamat SD) 6,00 5,00 7,00 28938
Menengah (s.d Tamat SMA) 4,00 3,00 5,00 19550
Tinggi (s.d Tamat PT) 7,00 4,00 11,00 3462
Pekerjaan
Tidak Bekerja / Sekolah 6,00 5,00 8,00 15668
PNS/ASN/BUMN/TNI 7,00 5,00 11,00 3655
Pegawai Swasta 4,00 3,00 5,00 27173
Wiraswasta 5,00 3,00 8,00 5454
Status Kawin
Belum Kawin 1,00 1,00 2,00 11914
Kawin 6,00 5,00 7,00 36345
Cerai Hidup/mati 12,00 8,00 17,00 3692
Daerah Tertinggal 5,00 4,00 6,00 51951
Indonesia 10,90 10,60 11,30 713783

86
6.7 Gagal Ginjal Kronik
Penyakit ginjal adalah gangguan organ ginjal yang timbul akibat berbagai faktor, misalnya infeksi,
tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif dan lain-lain. Prevalensi gagal ginjal
kronis yang didiagnosis dokter dihitung dengan formula:

Tabel 6.7.2. Prevalensi Gagal Ginjal Kronis berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur
≥15 Tahun menurut Karakteristik

Gagal Ginjal
  N
Kronis
Karakteristik Tertimban
g
% 95% CI
Jenis kelamin
Laki 4,00 4,00 6,00 26209
Perempuan 3,00 2,00 4,00 25742
Kelompok Usia 0,00 0,00 0,00
15-17 1,00 0,00 3,00 4436
18-30 1,00 1,00 2,00 15739
31-44 4,00 3,00 5,00 16257
>45 7,00 6,00 9,00 15519
Tempat Tinggal 0,00 0,00 0,00
Perkotaan 5,00 0,00 1,00 6293
Perdesaan 4,00 3,00 5,00 45658
Pendidikan 0,00 0,00 0,00
Rendah (s.d Tamat SD) 4,00 3,00 5,00 28938
Menengah (s.d tamat SMA) 4,00 3,00 5,00 19550
Tinggi (s.d Tamat PT) 5,00 3,00 8,00 3462
Pekerjaan 0,00 0,00 0,00
Tidak bekerja/ Sekolah 3,00 2,00 4,00 15668
Pegawai (PNS/Swasta) 5,00 3,00 8,00 3655
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan,
4,00 3,00 6,00
Lainya 27173
Petani 4,00 3,00 6,00 5454
Status Kawin 0,00 0,00 0,00
Belum Kawin 1,00 1,00 3,00 11914
Kawin 4,00 4,00 5,00 36345
Cerai Hidup/ mati 5,00 3,00 8,00 3692
Daerah Tertinggal 3,82 3,19 5,00 51951
Indonesia 3,80 3,60 4,00 713783

87
6.8 Penyakit Sendi
Penyakit sendi adalah gangguan nyeri pada persendian yang disertai kekakuan, merah, dan
pembengkakan yang bukan disebabkan karena benturan/kecelakaan. Penyakit sendi yang dimaksud
termasuk osteoarthritis, nyeri akibat asam urat yang tinggi/hiperurisemia akut maupun kronis, dan
rematoid artritis. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter dihitung dengan formula:

Tabel 6.8.2. Prevalensi Penyakit Sendi berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur ≥15
Tahun menurut Karakteristik,

Penyakit Sendi
N
Karakteristik D Tertimbang
% 95% CI
Jenis kelamin
7,60 7,00 8,30
Laki 26209
8,00 7,40 8,60
Perempuan 25742
Kelompok Usia
1,20 0,90 1,70
15-17 4436
3,50 3,00 4,00
18-30 15739
7,80 7,00 8,80
31-44 16257
14,10 13,10 15,10
>45 15519
Tempat Tinggal
7,30 6,00 8,80
Perkotaan 6293
7,90 7,30 8,50
Perdesaan 45658
Pendidikan
9,70 8,90 10,50
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
5,40 4,90 6,00
19550
Menengah (s.d tamat SMA)
5,70 4,70 6,90
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan
6,00 5,30 6,60
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
7,70 6,60 9,10
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 9,00 8,20 9,90
27173
Lainya
Petani 7,20 6,10 8,50 5454

88
7,80 7,30 8,40
Daerah Tertinggal 51951
Indonesia 7,30 7,20 7,40 713783

6.9 Gangguan Mental Emosional

Tabel 6.9.1. Prevalensi Gangguan Mental Emosional (GME) pada Penduduk Umur >15 Tahun
menurut Karakteristik

GME N
Karakteristik
% 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal
10,30 8,70 12,20
Perkotaan 6293
14,40 13,60 15,20
Perdesaan 45658
Kelompok Usia
11,00 9,50 12,60
4436
15-17
11,80 10,80 12,80
15739
18-30
12,60 11,70 13,60
16257
31-44
18,30 17,30 19,40
15519
>45
Jenis kelamin
11,60 10,80 12,40
Laki 26209
16,30 15,40 17,10
Perempuan 25742
Pendidikan
15,70 14,80 16,60
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
12,30 11,40 13,20
19550
Menengah (s.d tamat SMA)
8,00 6,90 9,30
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)

89
Pekerjaan
15,30 14,20 16,50
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
8,70 7,30 10,30
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 13,90 13,00 14,80
27173
Lainya
13,50 12,10 15,10
5454
Petani
13,91 13,20 14,65
Daerah Tertinggal 7225
Indonesia 9,90 9,70 10,10 706688
*berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20; Nilai Batas Pisah (Cut off Point) ≥6

6.10 Depresi

Tabel 6.10.1. Prevalensi Depresi pada Penduduk Umur >15 Tahun menurut
Karakteristik

Mini Depresi N
Karakteristik
% 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal
5,80 4,60 7,20
Perkotaan 6293
7,30 6,80 7,80
Perdesaan 45658
Kelompok Usia
5,10 4,20 6,10
4436
15-17
5,90 5,20 6,60
15739
18-30
6,60 6,00 7,20
16257
31-44
9,50 8,80 10,30
15519
>45
Jenis kelamin

90
6,00 5,50 6,50
Laki 26209
8,30 7,70 8,90
Perempuan 25742
Pendidikan
7,90 7,30 8,50
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
6,30 5,70 7,00
19550
Menengah (s.d tamat SMA)
5,10 4,20 6,30
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan
7,40 6,70 8,20
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
5,30 4,30 6,60
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 7,00 6,40 7,60
27173
Lainya
8,20 7,10 9,50
5454
Petani
7,10 6,70 7,60
Daerah Tertinggal 51951
Indonesia 9,90 9,70 10,00 1017290

BAB VII
DISABILITAS, CEDERA DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

7.1. DISABILITAS

Disabilitas/ ketidakmampuan dalam kajian ini diukur pada kelompok anak usia 5-17 tahun.
Pengukuran disabilitas bertujuan untuk mendapatkan informasi hambatan yang dialami penduduk
Indonesia usia 5 – 17 tahun.
Disabilitas Anak (5-17 Tahun)
Disabilitas pada anak ditujukan untuk mengukur pencapaian SDGs pada butir 1.3.5 tentang
jumlah anak penyandang disabilitas dalam keluarga. Pertanyaan disabilitas pada anak mengadopsi

91
pertanyaan Module UN Washington Group, yang tercantum dalam Multiple Indicator Cluster Surveys
(MICS) yang dikembangkan oleh UNICEF. Untuk mengukur disabilitas pada anak digunakan 10
pertanyaan dengan 5 opsi jawaban: 1) Tidak ada; 2) Ringan; 3) Sedang; 4) Berat; 5) Sangat Berat.
Anak dikatakan disabilitas bila bila menjawab berat atau sangat berat dari 10 pertanyaan yang
diajukan. Pertanyan disabilitas pada anak ditujukan untuk mengukur fungsi:
1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Mobilitas
4. Komunikasi
5. Mempelajari suatu hal
6. Daya ingat
7. Konsentrasi
8. Menerima perubahan
9. Menjalin pertemanan
10. Mengontrol tingkah laku

Proposi disabilitas pada anak mengacu pada:

Jumlah anak usia 5-17 tahun yang mengalami disability


Jumlah penduduk 5-17 tahun

Tabel 7.1.1. Proporsi Disabilitas pada Anak Umur 5-17 Tahun menurut Karakteristik
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Disabilitas N
Karakteristik % 95% CI Tertimbang
Kelompok Umur
5-9 3,5 3,0 - 4,2 10.966
10-14 3.8 3.2 - 4.7 10.374
15-17 3.6 2.9 - 4.4 5.000
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3.5 3.0 - 4.0 13.713
Perempuan 3.9 3.3 - 4.6 12.628
Tempat tinggal
Perkotaan 2.8 1.9 - 4.2 3.073
Perdesaan 3.8 3.2 - 4.4 23.268
Daerah Tertinggal 3.7 3.2 - 4.2 26.342

92
Indonesia 3,3 3,1 - 3,4 265.469

7.2. CEDERA

Cedera
Proporsi cedera dalam 12 bulan terakhir yang mengakibatkan kegiatan sehari-hari terganggu (pada
semua umur) dihitung dengan formula:
Jumlah semua umur yang penah cidera
= dalam 12 bulan terakhir yang mengakibatkan kegiatan sehari hari terganggu
Jumlah ART semua umur

Bagian tubuh yang terkena cedera


Bagian tubuh yang terkena cedera dapat lebih dari satu bagian (multiple injury). Klasifikasi
bagian tubuh yang cedera menurut ICD-10, dikelompokkan menjadi:
1. Kepala meliputi indera (mata, hidung, telinga, mulut), bagian muka, dan leher
2. Dada meliputi tubuh bagian depan dari atas pinggang sampai bawah leher termasuk tulang
dada
3. Punggung meliputi tubuh bagian belakang dari atas pinggang sampai bawah leher
termasuk tulang belakang
4. Perut meliputi tubuh dari bawah pinggang, bagian depan dan belakang, termasuk alat
kelamin dan organ dalam
5. Anggota gerak atas (meliputi lengan atas, lengan bawah, punggung tangan, telapak dan jari
tangan)
6. Anggota gerak bawah meliputi paha, betis, telapak dan jari kaki.

Proporsi bagian tubuh yang terkena cedera dihitung dengan formula:


Jumlah ART semua umur dengan bagian tubuh
= yang terkena cedera sehingga mengakibatkan kegiatan sehari hari terganggu
Jumlah ART semua umur yang yang mengakibatkan kegiatan sehari hari terganggu

Cedera mengakibatkan kecacatan fisik yang permanen

93
Cacat fisik akibat cedera adalah kondisi seseorang yang mempunyai gangguan fisik seperti
hilangnya sebagian atau kurang berfungsinya anggota badan sebagai akibat dari cedera yang pernah
dialami. Proporsi cedera mengakibatkan kecacatan fisik yang permanen pada bagian tubuh dihitung
dengan formula:
Jumlah ART dengan cedera mengakibatkankecacatan
= fisik yang permanen pada bagian tubuh yang dialami ART
Jumlah ART yang pernah cedera dalam 12 bulan terakhir
yang mengakibatkan kegiatan sehari hari terganggu

Tempat terjadinya cedera


Tempat terjadinya cedera adalah lokasi/ area dimana peristiwa/kejadian yang mengakibatkan
cedera. Tempat terjadinya cedera dikelompokkan menjadi:
1. Jalan raya (jalan yang dilalui kendaraan)
2. Rumah dan lingkungannya (indoor maupun outdoor)
3. Sekolah dan lingkungannya (dalam kelas maupun halaman sekolah)
4. Tempat bekerja (tempat kerja responden yang berupa ruangan/ bangunan tertutup/ terbuka
termasuk halamannya: contoh pabrik, pertokoan, perkantoran, pasar, pelabuhan, dll)
5. Lainnya seperti perairan/sungai/laut, sawah, ladang, hutan, tambang, dll
Proporsi tempat terjadinya cedera dihitung dengan formula:

= Jumlah ART yang cedera di tempat terjadinya cedera


Jumlah ART yang pernah sedera yang mengakibatkan
kegiatan sehari hari terganggu dalam 12 bulan terakhir

Cedera karena kecelakaan lalu lintas


Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan raya yang tidak diduga dan tidak
disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda (UU RI No. 22 Tahun 2009).
Proporsi cedera karena kecelakaan lalu lintas dihitung dengan formula:

= Jumlah ART yang mengalami sedera disebabkan karena kecelakaan lalu lintas
Jumlah ART semua umur

94
Tabel 7.2.1. Proporsi Cedera yang Mengakibatkan Kegiatan Sehari-Hari Terganggu Menurut
Karakteristik, di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Cedera N Tertimbang
Karakteristik % (95%CI)
Kelompok Umur
0-4 8.3 7.4 - 9.3 11.272
5-14 11.5 10.7 - 12.3 17.680
15 - 54 10.2 9.6 - 10.8 45.879
>= 55 8.0 7.1 - 9.0 7.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 11.7 11.2 - 12.4 42.036
Perempuan 8.2 7.6 8.8 40.579
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 9.8 9.2 10.3 58.427
Menengah (SLTP, SLTA) 10.9 10.2 11.6 20.612
Tinggi (akademi. PT) 8.6 7.2 10.2 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 8.9 7.6 - 10.3 3.781
Tidak bekerja, sekolah 10.3 9.7 - 10.9 44.999
Buruh, sopir 12.9 10.4 - 15.8 1.437
Wiraswasta/lainnya 9.6 8.9 - 10.2 32.396
Tempat tinggal
Perkotaan 11.0 9.3 12.8 9.824
Perdesaan 9.9 9.4 10.4 72.791
Daerah Tertinggal 10.0 9.5 - 10.5 82.616
Indonesia 9,2 9,1 - 9,4 1.017.290

Tabel 7.2.2. Proporsi Bagian Tubuh yang Cedera menurut Karakteristik,


di daerah tertinggal Riskesdas 2018
Bagian tubuh yang cedera
Dada, Punggung Anggota gerak N
Karakteristik Kepala Perut atas/ bawah Tertimban
g
Kelompok Umur
0-4 29.5 5.8 36.6 937
5-14 14.4 3.5 50.8 2.025
15 - 54 13.1 6.4 52.4 4.672
>=55 16.9 9.7 44.1 632
Jenis Kelamin
Laki-Laki 16.5 6.2 50.6 4.935
Perempuan 14.2 5.1 48.2 3.322
Pendidikan

95
Rendah (tamat SD kebawah) 17.1 6.1 48.2 5.709
Menengah (SLTP, SLTA) 12.7 5.2 52.6 2.242
Tinggi (akademi. PT) 8.8 6.0 54.9 307
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 9.6 6.6 53.5 355
Tidak bekerja, sekolah 17.0 5.0 48.7 4.637
Buruh, sopir 10.3 7.8 48.8 185
Wiraswasta/lainnya 14.4 7.0 50.6 3.099
Tempat tinggal
Perkotaan 13.8 6.8 50.6 1.076
Perdesaan 15.8 6.0 49.5 7.182
Daerah Tertinggal 15.6 5.8 49.6 8.258
Indonesia 11,9 3.8 50.3 92,976

Tabel 7.2.3. Proporsi Cedera Mengakibatkan Kecacatan Fisik Permanen menurut Karakteristik,
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018

Karakteristik Cedera mengakibatkan kecacatan fisik permanen N


Tertimbang
Panca indera tidak Kehilangan sebagian Bekas luka
berfungsi anggota badan permanen yang
(buta/tuli/bisu dll) (jari/tangan/kaki mengganggu
putus dll) kenyamanan
Kelompok Umur
0-4 0.3 0.2 6.2 937
5-14 0.2 0.6 11.1 2.025
15 - 54 0.9 1.4 16.7 4.672
>=55 2.1 0.7 16.4 623

96
Jenis Kelamin
Laki-Laki 0.9 1.2 15.8 4.935
Perempuan 0.6 0.7 11.6 3.322
Pendidikan
Rendah (tamat SD 0.7 1.1 13.1 5.709
kebawah)
Menengah (SLTP, SLTA) 1.1 1.0 16.5 2.242
Tinggi (akademi. PT) 0.3 0.2 14.8 307
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. 1.7 1.6 17.0 335
Swasta)
Tidak bekerja, sekolah 0.4 0.6 15.5 4.637
Buruh, sopir 3.5 1.9 15.1 185
Wiraswasta/lainnya 1.1 1.5 17.6 3.099
Tempat tinggal
Perkotaan 0.7 0.6 15.5 1.076
Perdesaan 0.8 1.1 13.9 7.182
Daerah Tertinggal 0.8 1.0 14.1 1.165
Indonesia 0,5 0,6 9.2 92.976

Tabel 7.2.4. Proporsi Tempat Terjadinya Cedera Menurut Karakteristik di daerah tertinggal,
Riskesdas 2018
Tempat terjadinya cedera
Karakteristik Jalan Rumah dan Sekolah dan Tempat Lainny N
Raya lingkungannya lingkungannya bekerja a Tertimban
g
Kelompok Umur
0-4 7.5 89.0 1.8 - 1.7 937
5-14 18.8 58.8 16.6 0.0 5.8 2.025
15 – 54 38.6 32.5 2.1 16.0 10.9 4.672
>=55 19.7 53.2 0.6 16.6 9.9 632
Jenis Kelamin
Laki-Laki 32.6 41.0 5.4 11.5 9.5 4.935
Perempuan 23.2 55.7 5.6 8.4 7.0 3.322

97
Pendidikan
Rendah (tamat SD 20.5 54.1 6.7 10.5 8.2 5.709
kebawah)
Menengah (SLTP, SLTA) 46.3 31.1 2.9 10.3 9.4 2.242
Tinggi (akademi. PT) 55.7 28.2 1.9 7.2 7.0 307
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. 55.6 31.6 0.4 6.5 5.9 335
Swasta)
Tidak bekerja, sekolah 24.9 59.0 9.3 6.7 4.637
Buruh, sopir 40.1 28.5 - 23.0 8.4 185
Wiraswasta/lainnya 31.0 31.5 0.6 25.3 11.5 3.099
Tempat tinggal
Perkotaan 37.5 48.5 5.8 4.2 4.1 1.076
Perdesaan 27.5 46.7 5.4 11.2 9.2 7.182
Daerah Tertinggal 28.8 46.9 5.5 10.3 8.5 8.258
Indonesia 31,4 44,7 6,5 9,1 8,3 92.976

Tabel 7.2.5. Proporsi Cedera Karena Kecelakaan Lalu Lintas menurut Karakteristik
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Cedera karena kecelakaan lalu lintas
N
Karakteristik Cedera karena Cedera tidak Tidak pernah Tertimban
kecelakaan karena cedera dalam 1 g
lalulintas kecelakaan tahun terakhir
lalulintas
% 95% CI % 95% CI % 95% CI
Kelompok Umur
0-4 0.3 0.2 - 0.5 0.3 0.2 - 0.5 99.4 99.1 - 99.6 11.272
5-14 1.1 0.9 - 1.3 1.0 0.8 - 1.3 97.8 97.5 - 98.1 17.680
15 – 54 3.0 2.7 - 3.3 0.9 0.8 - 1.1 96.1 95.8 - 96.4 45.879
>=55 1.1 0.8 - 1.5 0.5 0.3 - 0.7 98.4 98.0 - 98.8 7.782

98
Jenis Kelamin
Laki-Laki 2.9 2.6 - 3.1 1.0 0.8 - 1.1 96.2 95.9 - 96.5 42.036
Perempuan 1.2 1.0 - 1.3 0.7 0.6 - 0.8 98.1 97.9 - 98.3 40.579
Pendidikan
Rendah (tamat SD 1.3 1.2 - 1.4 0.7 0.6 - 0.8 98.0 97.8 - 98.2 58.427
kebawah)
Menengah (SLTP, SLTA) 3.8 3.5 - 4.2 1.2 1.0 - 1.4 95.0 94.5 - 95.4 20.612
Tinggi (akademi. PT) 3.9 2.9 - 5.2 0.9 0.5 - 1.4 95.2 93.8 - 96.3 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. 4.4 3.4 - 5.5 0.6 0.3 - 1.0 95.1 93.8 - 96.0 3.781
Swasta)
Tidak bekerja, sekolah 1.6 1.4 - 1.8 1.0 0.8 - 1.1 97.4 97.2 - 97.7 44.999
Buruh, sopir 4.5 3.1 - 6.7 0.6 0.3 - 1.4 94.8 92.7 - 96.4 1.437
Wiraswasta/lainnya 2,0 2.0 - 2.5 0.7 0.6 - 0.9 97.0 96.7 - 97.3 32.396
Tempat tinggal
Perkotaan 3.1 2.6 - 3.7 1.0 0.8 - 1.4 95.9 95.1 - 96.5 9.824
Perdesaan 1.9 1.7 - 2.1 0.8 0.7 - 0.9 97.3 97.1 - 97.5 72.791
Daerah Tertinggal 2.0 1.9 - 2.2 0.8 0.7 - 0.9 97.1 96.9 - 97.3 82.616
Indonesia 2,2 2,2 - 2,3 0,7 0,7 - 0,7 97,1 97,0 - 97,2 1.017.290

Kepustakaan:
1.
2.

BAB VIII
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) adalah pengobatan dan/ atau perawatan


dengan cara dan obat berdasarkan pengalaman dan keterampilan turun-temurun secara
empirik, yang dapat dipertanggungjawabkan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat (UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan). Termasuk pelayanan
kesehatan tradisional (yankestrad) adalah:

99
1. Yankestrad ramuan, baik ramuan kemasan maupun ramuan buatan sendiri dengan
menggunakan bahan yang berasal dari: tanaman; hewan; mineral; dan/atau sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan-bahan.
2. Yankestrad keterampilan manual adalah teknik pengobatan yang berdasarkan manipulasi dan
gerakan dari satu atau beberapa bagian tubuh misalnya pijat urut, refleksi, akupresur.
3. Yanskestrad keterampilan olah pikir adalah adalah teknik pengobatan yang bertujuan untuk
memanfaatkan kemampuan pikiran untuk memperbaiki fungsi tubuh misalnya hipnoterapi.
4. Yankestrad keterampilan energy adalah teknik pengobatan dengan menggunakan lapangan
energi baik dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri misalnya tenaga dalam dan prana.

Definisi Operasional dan Formula :


Pemanfaatan yankestrad yaitu Anggota Rumah Tangga (ART) yang pernah memanfaatkan
pelayanan kesehatan tradisional dalam satu tahun terakhir. ART pernah memanfaatkan yankestrad
dengan mendatangi panti sehat/ fasilitas yankestrad/ fasilitas yankes atau mendatangkan penyehat
tradisional/nakestrad/ terapi. ART melakukan upaya sendiri meliputi: melakukan pijat atau akupresur
tanpa bantuan penyehat tradisional/ nakestrad/ terapis, membuat ramuan tradisional, membeli jamu
gendong, jamu godok, jamu dan obat tradisional lainnya atas inisiatif sendiri, serta memanfaatkan
Taman Obat Keluarga (TOGA)

Proporsi pemanfaaan yanketrad


= ART pernah memanfaatkan yankestrad dalam satu tahun terakhir
ART semua umur

Jenis yankestrad yang dimanfaatkan dalam satu tahun terakhir meliputi:


1. Ramuan jadi, merupakan ramuan yang diperoleh dalam bentuk sediaan jadi, yang beredar di
pasar dan terdaftar di Badan POM atau diberikan langsung oleh praktisi, digunakan sesuai
aturan yang berlaku
2. Ramuan buatan sendiri, merupakan ramuan yang dibuat secara mandiri berdasarkan
pengalaman sendiri atau mengacu pada buku resmi atau informasi yang dapat dipercaya
dengan bahan yang diperoleh dari taman obat keluarga atau membeli di pasar, baik dalam

100
bentuk segar, kering atau bentuk simplisia (serbuk). Ramuan dapat digunakan untuk diminum
atau pemakaian luar (misalnya balur atau oles)
3. Keterampilan manual (pijat, tusuk jarum), merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
tradisional yang dalam pelaksanaannya menggunakan keterampilan dengan ataupun tanpa alat
bantu. (PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional) dan dapat
dilakukan oleh Hattra ataupun nakestrad. Contoh: pijat urut dewasa/bayi, patah tulang,
refleksi, akupuntur, chiropractic, kop/bekam, apiterapi, ceragem, akupresur dll. Keterampilan
olah pikir/hipnoterapi
4. Keterampilan olah pikir/hipnoterapi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan tradisional
yang dalam pelaksanaannya menggunakan teknik keterampilan olah pikir. (PP No. 103 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional) dan dapat dilakukan oleh Hattra ataupun
nakestrad. Contoh: hipnoterapi, meditasi

Proporsi jenis yankestrad yang dimanfaakan:


= Jenis yankestrad yang dimanfaatkan
ART pernah memanfaatkanyankestrad dalam satu tahun terakhir

Jenis tenaga kesehatan tradisional (nakestrad) meliputi:


1. Dokter atau tenaga kesehatan: Jika ART pernah memanfaatkan yankestrad dengan
mendatangi fasilitas yankestrad atau mendatangkan terapis dengan latar belakang pendidikan
dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tenaga pendidikan dokter termasuk dokter umum,
dokter gigi, dan dokter spesialis. Tenaga kesehatan adalah tenaga yang ilmu dan
keterampilannya diperoleh melalui pendidikan tinggi di bidang kesehatan, dan memiliki
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (UU No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan).
2. Penyehat tradisional (Hattra/Battra): Jika ART pernah memanfaatkan yankestrad dengan
mendatangi panti sehat atau mendatangkan terapis yang bukan seorang dokter atau tenaga
kesehatan. Penyehat tradisional adalah seseorang yang ilmu dan keterampilannya diperoleh
melalui turun-temurun atau pendidikan nonformal

Proporsi jenis yankestrad:


= Jenis tenaga kesehatan tradisional yang memberikan yankestrad

101
ART pernah memanfaatkan yankestrad dalam satu tahun terakhir

Pemanfaatan TOGA yaitu ART pernah memanfaatkan TOGA milik keluarga atau lingkungan sekitar
dalam 1 tahun terakhir pada ART yang pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dalam
satu tahun terakhir. TOGA atau taman obat keluarga adalah sekumpulan tanaman berkhasiat obat
untuk kesehatan keluarga. TOGA pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah,
kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat,
termasuk TOGA milik RT/RW atau tetangga. Tidak termasuk pemanfaatan TOGA jika mengambil
tumbuhan liar di hutan atau di sembarang tempat.

Proporsi pemanfaatan TOGA


ART pernah memanfaatkan TOGA
= milik keluarga atau lingkungan sekitar dalam satu tahun terakhir
ART pernah memanfaatkan yankwestrad dalam satu tahun terakhir

102
Tabel 8.1. Proporsi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional menurut Karakteristik
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Karakteristik Memanfaatkan Yankestrad Melakukan upaya sendiri N
% 95%CI % 95%CI Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 11.2 10.1 - 12.3 16.2 14.9 - 17.7 11.272
5-14 11.9 10.9 - 12.9 16.0 14.7 - 17.3 17.680
15 – 54 16.6 15.7 - 17.5 20.9 19.8 - 22.1 45.879
>= 55 22.0 20.5 - 23.7 26.6 25.0 - 28.2 7.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15.6 14.7 - 16.5 18.8 17.7 - 19.8 42.036
Perempuan 15.1 14.2 - 16.0 20.8 19.7 - 22.0 40.579
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 14.7 13.8 - 15.6 19.9 18.7 - 21.1 58.427
Menengah (SLTP, SLTA) 16.6 15.6 - 17.7 19.7 18.5 - 20.9 20.612
Tinggi (akademi. PT) 19.2 17.2 - 21.4 18.6 16.6 - 20.7 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 18.7 16.9 - 20.8 18.7 16.7 - 20.9 3.781
Tidak bekerja, sekolah 13.3 12.4 - 14.2 16.9 15.9 - 18.0 44.999
Buruh, sopir 18.9 16.0 - 22.3 17.9 15.1 - 21.0 1.437
Wiraswasta/lainnya 17.7 16.6 - 18.8 23.9 22.6 - 25.3 32.396
Tempat tinggal
Perkotaan 15.6 14.0 - 17.5 15.9 14.0 - 18.0 9.824
Perdesaan 15.3 14.4 - 16.3 20.3 19.2 - 21.5 72.791
Daerah Tertinggal 15.4 14.5 - 16.2 19.8 18.7 - 20.8 12.686
Indonesia 31,4 31,1 - 31,6 12,9 12,7 - 13,2 1.017.290

103
Tabel 8.2. Proporsi Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional yang Dimanfaatkan menurut
Karakteristik di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Ramuan
Karakteristik Ramuan buatan keterampilan Keterampilan Keterampilan N
Jadi sendiri manual olah pikir energi Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 15.4 68.1 44.9 1.2 1.2 3.089
5-14 20.6 71.3 37.1 1.2 1.2 4.924
15 – 54 23.9 73.2 37.8 1.6 1.6 17.215
>=55 25.9 78.4 38.3 1.5 1.5 3.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 22.4 72.1 38.6 1.6 1.6 14.443
Perempuan 23.0 73.9 38.4 1.3 1.3 14.568
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 21.4 73.7 37.9 1.5 1.5 20.183
Menengah (SLTP, SLTA) 25.3 72.0 39.8 1.5 1.5 7.476
Tinggi (akademi. PT) 28.7 68.8 39.7 1.7 1.7 1.351
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 28.5 66.4 40.0 1.9 1.9 1.415
Tidak bekerja, sekolah 20.7 69.9 40.0 1.3 1.3 13.593
Buruh, sopir 26.2 56.2 46.6 1.8 1.8 528
Wiraswasta/lainnya 24.0 77.5 36.5 1.6 1.6 13.474
Tempat tinggal
Perkotaan 24.4 65.4 39.0 2.0 2.0 3.099
Perdesaan 22.5 73.9 38.4 1.4 1.4 25.912
Daerah Tertinggal 22.7 73.0 38.5 1.5 1.5 21.181
Indonesia 48,0 31,8 65,3 1,9 2,1 437.291

104
Tabel 8.3. Proporsi Jenis Tenaga yang Dimanfaatkan Menangani Kesehatan Tradisional menurut
Karakteristik di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Dokter / Penyehat N
Karakteristik nakes Tradisional Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 2.5 98.5 1.259
5-14 3.3 98.3 2.101
15 – 54 3.8 97.9 7.609
>=55 3.5 98.2 1.715
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3.5 98.1 6.552
Perempuan 3.6 97.9 6.133
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 3.4 98.0 8.574
Menengah (SLTP, SLTA) 3.6 98.1 3.422
Tinggi (akademi. PT) 5.0 97.8 688
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 6.0 96.8 709
Tidak bekerja, sekolah 3.4 97.9 5.982
Buruh, sopir 1.0 99.7 271
Wiraswasta/lainnya 3.5 98.3 5.722
Tempat tinggal
Perkotaan 4.3 97.3 1.537
Perdesaan 3.5 98.1 11.148
Daerah Tertinggal 3.6 98.0 12.686
Indonesia 2,7 98,5 290.285

105
Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Tabel 8.4. Proporsi Pemanfaatan TOGA menurut Karakteristik di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Pernah memanfaatkan TOGA N
Karakteristik % 95% CI Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 43.0 39.8 - 46.2 3.098
5-14 45.9 42.8 - 48.9 4.924
15 – 54 45.9 43.9 - 47.9 17.215
>55 50.0 47.5 - 52.6 3.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 45.0 43.0 - 47.1 14.443
Perempuan 47.2 45.0 - 49.4 14.568
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 45.5 43.2 - 47.8 20.183
Menengah (SLTP, SLTA) 47.9 45.5 - 50.2 7.476
Tinggi (akademi. PT) 46.3 42.5 - 50.2 1.351
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 47.8 44.0 - 51.6 1.415
Tidak bekerja, sekolah 45.3 42.9 - 47.6 13.593
Buruh, sopir 35.0 29.5 - 40.9 528
Wiraswasta/lainnya 47.3 45.1 - 49.5 13.474
Tempat tinggal
Perkotaan 40.7 36.8 - 44.6 3.099
Perdesaan 46.8 44.6 - 49.0 25.912
Daerah Tertinggal 46.1 44.2 - 48.1 29.012
Indonesia 24,6 24,2 - 24,9 437.291

Kepustakaan:

106
BAB IX
PERILAKU KESEHATAN

Indikator perilaku berisiko kesehatan yang disajikan dalam bab ini adalah beberapa perilaku
yang berkaitan dengan penyakit tidak menular dan penyakit menular. Indikator yang termasuk dalam
faktor risiko perilaku terkait penyakit tidak menular mencakup perilaku konsumsi makanan berisiko
kesehatan, kurang konsumsi sayur dan buah, kebiasaan merokok dan konsumsi tembakau, kurang
aktivitas fisik, dan konsumsi minuman beralkohol. Sedangkan untuk faktor risiko perilaku terkait
penyakit menular mencakup pencegahan penyakit akibat gigitan nyamuk, kebiasaan mencuci tangan
dengan benar, dan buang air besar di jamban.
Khusus untuk individu dengan umur kurang dari 15 tahun wawancara dapat dilakukan dengan
pendampingan orang tua atau wali, dan untuk individu balita (3-5 tahun) wawancara dilakukan dengan
diwakili oleh orang tua atau wali yang mengetahui perilaku terkait.

9.1. Pencegahan Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk


Program pengendalian vektor malaria yang telah dilakukan dengan cara mengendalikan populasi
nyamuk dewasa melalui penyemprotan dalam rumah (Indoor Residual Spray) dan kelambu
berinsektisida (Long Lasting Insecticide Nets), larvasidasi serta modifikasi/manipulasi habitat
perkembangbiakan nyamuk. Penyemprotan dalam rumah dan pemakaian kelambu berinsektisida
bertujuan untuk memperpendek umur nyamuk sehingga penyebaran dan penularan malaria dapat
terputus. Pada Riskesdas 2018, juga dikumpulkan data cara mengendalikan populasi nyamuk dewasa
untuk menjawab salah satu indikator program. Pengendalian Penyakit Menular yaitu proporsi
responden yang menggunakan kelambu LLINs, Indikator ini dihitung dengan formula sebagai berikut:

Untuk menggambarkan cara masyarakat melakukan pencegahan gigitan nyamuk dihitung dengan
formula sebagai berikut:

107
Tabel 9.1.1. Proporsi Penggunaan Kelambu Long Lasting Insecticide Nets (LLIN’s) menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018

Penggunaan kelambu
Karakteristik
N
% 95% CI
tertimbang
Kelompok Umur
0-4 tahun 60, 58,6-62,3 9.400
4
5-14 tahun 53, 52,2-55,4 19.554
8
15- 54 tahun 50, 49,2-51,8 45.880
5
> 55 tahun 55, 53,1-57,0 7.783
1
Jenis Kelamin
Laki-laki 51, 50,3-52,9 42.037
6
Perempuan 54, 52,8-55,4 40.580
1
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 53, 52,5-55,2 58.427
8
Menengah (Tamat SMP / SMA) 51, 49,8-53,0 20.612
4
Tinggi (Tamat PT) 44, 41,9-47,9 3.576
9
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 46, 43,5-49,4 3.782
5
Wiraswasta/Lainnya 51, 49,6-52,6 32.396
1
Buruh/Sopir/Pembantu 43, 38,8-47,9 1.438
3
Tidak bekerja/Sekolah 54, 53,6-56,2 45.000
9
Tempat Tinggal
Perkotaan 43, 40,3-46,8 9.824
5
Perdesaan 54, 52,8-55,4 72.792
1
Daerah Tertinggal 52, 51,6-54,1 82.616
8
Indonesia 3,4 3,4-3,5 1.017.290

108
Tabel 9.1.2. Proporsi Cara Pencegahan Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk menurut Karakteristik di
Daerah Tertinggal tahun 2018

Cara pencegahan penyakit akibat gigitan


Karakteristik nyamuk(%) N
Cara1 Cara2 Cara3 Cara4 Cara5 tertimbang
% % % % %
Kelompok Umur
0-4 tahun 25,4 50,4 13,0 12,6 3,0 9.400
5-14 tahun 25,8 42,3 14,5 15,5 3,0 19.554
15-54 tahun 25,1 39,8 13,6 17,3 3,8 45.880
> 55 25,8 42,4 16,2 15,5 3,9 7.783
Jenis kelamin
Laki-laki 25,2 40,6 13,8 16,6 3,5 42.037
Perempuan 25,6 43,1 14,2 15,7 3,6 40.580
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 25,6 42,7 14,1 13,8 2,6 58.427
Menengah (Tamat SMP / SMA) 24,8 40,4 14,0 21,0 5,0 20.612
Tinggi (Tamat PT) 25,6 35,7 11,8 26,9 10,6 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 20,7 37,0 12,4 29,3 10,7 3.782
Wiraswasta/Lainnya 26,5 39,8 14,1 14,4 2,9 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 21,8 33,3 13,8 27,9 5,2 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 25,1 42,7 14,1 15,9 3,4 45.000
Tempat Tinggal
Perkotaan 22,0 33,9 11,5 31,9 10,5 9.824
Perdesaan 25,9 42,9 14,3 14,1 2,6 72.792
Daerah Tertinggal 25,4 41,9 14,0 16,2 3,5 82.616
Indonesia 19,5 3,4 2,4 48,9 10,1 1.017.290
1. Tidur menggunakan kelambu tanpa insektisida
2. Tidur menggunakan kelambu dengan berinsektisida < 3 tahun
3. Tidur menggunakan kelambu dengan berinsektisida > 3 tahun
4. Menggunakan repelen/bahan-bahan pencegah gigitan nyamuk

109
5. Menggunakan alat pembasmi nyamuk elektrik

9.2. Konsumsi Makanan Berisiko


Indikator yang dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan berisiko pada
penduduk umur 3 tahun ke atas meliputi konsumsi makanan/minuman manis, makanan asin, makanan
berlemak/kolesterol/gorengan, makanan yang dibakar, makanan daging/ayam/ikan olahan dengan
pengawet, bumbu penyedap, soft drink atau minuman berkarbonasi, minuman berenergi, mie
instant/makanan instant lainnya. kebiasaan konsumsi dikelompokkan menjadi >1 kali per hari, 1-6 kali
per minggu dan <3 kali per bulan.
Konsumsi Makanan/Minuman Manis

Konsumsi Makanan Asin

Konsumsi Makanan Berlemak/Berkolestrol/Gorengan

Konsumsi Makanan Yang Dibakar

Konsumsi Makanan Daging/Ayam/Ikan Olahan dengan Pengawet

110
Konsumsi Bumbu Penyedap

Konsumsi Soft Drink atau Minuman Berkarbonasi

Kebiasaan Konsumsi Minuman Berenergi

Konsumsi Mi Instan/Makanan Instan Lainnya

Tabel 9.2.1. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Manis pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan konsumsi makanan manis1


≥1 kali per
Karakteristik 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan N tertimbang
hari
(%) (%)
(%)
Kelompok Umur
3-4 tahun 37,3 47,0 15,7 3.857
5-14 tahun 35,3 48,8 15,8 19.554
15-54 tahun 24,1 49,5 26,4 45.880
> 55 18,3 42,4 39,3 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 26,9 48,7 24,4 39.255
Perempuan 27,2 48,3 24,5 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 27,0 46,8 26,2 52.885
Menengah (Tamat SMP / 26,8 52,1 21,1 20.612
SMA)
Tinggi (Tamat PT) 28,8 52,2 19,0 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 29,7 49,8 20,5 3.782
Wiraswasta/Lainnya 20,9 47,4 31,7 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 25,2 54,9 19,9 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 31,9 49,1 19,1 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 36,4 47,4 16,2 9.159
Perdesaan 25,7 48,7 25,6 67.914
Daerah Tertinggal 27,0 48,5 24,5 77.073
Indonesia 40,1 47,8 12,0 962.045
1
Makanan manis yaitu makanan mengandung gula yang tinggi termasuk yang lengket

111
Tabel 9.2.2. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Minuman Manis pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
Kebiasaan Konsumsi Minuman Manis1
N
Karakteristik ≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan
tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 50,4 38,7 10,9 3.857
5-14 tahun 50,6 39,5 10,0 19.554
15-54 tahun 49,4 35,8 14,8 45.880
> 55 50,2 29,0 20,9 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 52,5 34,9 12,6 39.255
Perempuan 47,0 37,5 15,4 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 48,5 36,7 14,8 52.885
Menengah (Tamat SMP / 52,8 35,3 11,9 20.612
SMA)
Tinggi (Tamat PT) 52,1 33,1 14,8 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 55,9 30,7 13,3 3.782
Wiraswasta/Lainnya 49,1 34,7 16,2 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 60,6 27,2 12,1 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 49,4 38,3 12,3 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 54,0 33,2 12,8 9.159
Perdesaan 49,3 36,6 14,1 67.914
Daerah Tertinggal 49,8 36,2 14,0 77.073
Indonesia 61,27 30,22 8,51 962.045
1
Minuman manis yaitu minuman mengandung gula yang tinggi

112
Tabel 9.2.3. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Asin pada Penduduk Umur >3 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
Kebiasaan Konsumsi Makanan Asin1
N
Karakteristik ≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan
tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 11,9 33,5 54,6 3.857
5-14 tahun 13,5 36,8 49,8 19.554
15-54 tahun 13,2 35,7 51,1 45.880
> 55 10,6 32,8 56,6 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 13,1 35,5 51,3 39.255
Perempuan 12,7 35,6 51,7 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 12,8 34,3 52,9 52.885
Menengah (Tamat SMP / 13,6 38,3 48,1 20.612
SMA)
Tinggi (Tamat PT) 11,4 38,8 49,8 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 12,2 37,1 50,7 3.782
Wiraswasta/Lainnya 12,9 34,1 53,0 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 12,9 42,3 44,8 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 13,0 36,4 50,6 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 12,6 39,4 48,0 9.159
Perdesaan 13,0 35,0 52,0 67.914
Daerah Tertinggal 12,9 35,6 51,5 77.073
Indonesia 29,7 43,0 27,3 962.045
1
Makanan asin adalah makanan yang lebih dominan rasa asin atau mengandung garam yang tinggi

113
Tabel 9.2.4. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Berlemak/Berkolesterol/Gorengan pada
Penduduk Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan Konsumsi Minuman Berlemak/


Berkolesterol/Gorengan1
Karakteristik N tertimbang
≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 15,4 42,2 42,5 3.857
5-14 tahun 17,5 44,5 38,0 19.554
15-54 tahun 16,6 44,2 39,1 45.88
> 55 12,6 38,6 48,9 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 15,9 43,8 40,2 39.255
Perempuan 16,9 43,4 39,7 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 14,8 41,8 43,4 52.885
Menengah (Tamat SMP / SMA) 19,7 47,0 33,3 20.612
Tinggi (Tamat PT) 21,1 51,0 27,9 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 21,0 50,2 28,9 3.782
Wiraswasta/Lainnya 13,5 41,3 45,2 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 25,6 49,8 24,6 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 18,0 44,7 37,3 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 23,7 51,4 24,9 9.159
Perdesaan 15,4 42,6 42,0 67.914
Daerah Tertinggal 16,4 43,6 40,0 77.073

114
Indonesia 41,7 45,0 13,2 962.045
1
Makanan berlemak adalah makanan mengandung lemak yang tinggi, termasuk lemak jenuh, dan makanan yang mengandung
kolesterol

Tabel 9.2.5. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Dibakar pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan Konsumsi Makanan Yang Dibakar1


N
Karakteristik ≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan
tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 17,0 31,3 51,6 3.857
5-14 tahun 17,7 33,2 49,1 19.554
15-54 tahun 20,3 34,5 45,3 45.880
> 55 12,8 32,8 54,5 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 19,2 34,1 46,6 39.255
Perempuan 18,1 33,5 48,4 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 20,6 31,4 48,0 52.885
Menengah (Tamat SMP / 15,1 37,9 47,0 20.612
SMA)
Tinggi (Tamat PT) 11,3 46,2 42,5 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 12,7 44,1 43,1 3.782
Wiraswasta/Lainnya 22,2 31,6 46,2 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 9,7 40,7 49,6 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 16,7 34,4 48,9 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 10,2 44,0 45,8 9.159
Perdesaan 19,8 32,5 47,7 67.914
Daerah Tertinggal 18,7 33,8 47,5 77.073
Indonesia 5,1 33,9 61,0 962.045

115
1
Makanan yang diproses dengan cara dibakar di atas api secara langsung

Tabel 9.2.6. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Daging/Ayam/Ikan Olahan dengan Pengawet
pada Penduduk Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan Konsumsi Makanan Daging/Ayam/Ikan Olahan


dengan Pengawet1 N
Karakteristik
≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 3,8 12,7 83,4 3.857
5-14 tahun 3,2 13,5 83,3 19.554
15-54 tahun 3,2 13,9 82,9 45.880
> 55 2,1 8,7 89,1 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 3,3 13,3 83,5 39.255
Perempuan 3,0 13,1 83,9 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 3,0 12,2 84,8 52.885
Menengah (Tamat 3,3 14,6 82,1 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat PT) 4,6 19,4 76,0 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 5,4 20,1 74,5 3.782
Wiraswasta/Lainnya 2,7 12,0 85,2 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 3,3 12,7 83,9 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 3,3 13,5 83,2 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 4,8 16,9 78,3 9.159
Perdesaan 2,9 12,7 84,4 67.914
Daerah Tertinggal 3,1 13,2 83,7 77.073

116
Indonesia 4,9 23,0 72,1 962.045
1makanan yang berasal dari hewan, melalui proses pengolahan dan ditambahkan bahan pengawet.

Tabel 9.2.7. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Bumbu Penyedap pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Mengandung Bumbu


Penyedap1 N
Karakteristik
≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 65,6 16,0 18,4 3.857
5-14 tahun 67,0 16,0 17,0 19.554
15-54 tahun 66,7 15,6 17,7 45.880
> 55 62,7 15,5 21,8 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 65,5 15,9 18,6 39.255
Perempuan 67,2 15,5 17,3 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 64,5 15,7 19,8 52.885
Menengah (Tamat 70,1 15,8 14,1 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat PT) 71,3 15,5 13,3 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 72,3 15,1 12,7 3.782
Wiraswasta/Lainnya 63,6 15,9 20,6 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 77,7 11,7 10,6 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 67,6 15,8 16,6 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 71,9 15,4 12,7 9.159
Perdesaan 65,6 15,7 18,7 67.914

117
Daerah Tertinggal 66,3 15,7 18,0 77.073
Indonesia 77,6 10,8 11,6 962.045
1
Bumbu penyedap seperti vetsin, kaldu instan dan bumbu masak lainnya

Tabel 9.2.8. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Soft Drink atau Minuman Berkarbonasi pada Penduduk
Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan Konsumsi Soft Drink atau Minuman


Berkarbonasi1 N
Karakteristik
≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 2,1 6,9 91,0 3.857
5-14 tahun 3,4 11,5 85,1 19.554
15-54 tahun 2,8 11,5 85,6 45.880
> 55 1,5 4,4 94,1 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 3,1 12,9 84,0 39.255
Perempuan 2,5 8,2 89,3 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 2,6 9,1 88,3 52.885
Menengah (Tamat 3,2 13,4 83,4 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat PT) 3,4 15,6 81,0 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 4,2 16,4 79,5 3.782
Wiraswasta/Lainnya 2,2 9,1 88,7 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 3,2 17,1 79,7 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 3,2 10,9 85,9 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 4,2 16,3 79,5 9.159

118
Perdesaan 2,6 9,8 87,6 67.914
Daerah Tertinggal 2,8 10,6 86,6 77.073
Indonesia 2,2 11,0 86,8 962.045
1
minuman bersoda atau berkarbonasi

Tabel 9.2.9. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Minuman Berenergi pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan Konsumsi Minuman Berenergi1


≥1 kali per
Karakteristik 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan N tertimbang
hari
(%) (%)
(%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 1,1 5,4 93,5 3.857
5-14 tahun 2,0 7,8 90,2 19.554
15-54 tahun 2,7 10,5 86,8 45.880
> 55 1,4 4,8 93,9 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 2,9 11,8 85,2 39.255
Perempuan 1,7 6,0 92,3 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 2,0 7,6 90,4 52.885
Menengah (Tamat SMP/SMA) 3,0 12,1 84,8 20.612
Tinggi (Tamat PT) 2,7 11,9 85,4 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 3,6 12,6 83,8 3.782
Wiraswasta/Lainnya 2,3 9,1 88,6 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 4,4 17,4 78,3 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 2,1 8,3 89,6 39.457
Tempat Tinggal

119
Perkotaan 3,4 12,9 83,7 9.159
Perdesaan 2,2 8,4 89,4 67.914
Daerah Tertinggal 2,3 9,0 88,7 77.073
Indonesia 1,7 6,1 92,1 962.045
1
Minuman yang mengandung kafein sebagai sumber energi.

Tabel 9.2.10. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Mi Instan/Makanan Instan Lainnya pada Penduduk
Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Kebiasaan Konsumsi Mi Instan/Makanan Instan Lainnya1


Karakteristik ≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan N tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 8,4 57,5 34,1 3.857
5-14 tahun 10,7 60,1 29,3 19.554
15-54 tahun 9,0 54,9 36,0 45.880
> 55 5,4 40,3 54,3 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 9,5 55,4 35,1 39.255
Perempuan 8,6 54,4 37,0 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 9,1 53,9 37,0 52.885
Menengah (Tamat 9,4 58,1 32,5 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat PT) 7,1 51,0 41,9 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 8,9 51,0 40,1 3.782
Wiraswasta/Lainnya 7,7 51,6 40,7 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 11,4 58,2 30,4 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 10,1 57,8 32,1 39.457

120
Tempat Tinggal
Perkotaan 9,1 57,4 33,6 9.159
Perdesaan 9,0 54,6 36,4 67.914
Daerah Tertinggal 9,0 54,9 36,1 77.073
Indonesia 7,8 58,5 33,8 962.045
1
Termasuk makanan instan adalah mi instan, bubur instan, dan makanan instan lainnya

9.3. Konsumsi Buah dan Sayur


Perilaku penduduk dalam mengonsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan frekuensi dan porsi
konsumsi buah dan sayur pada ART umur 5 tahun ke atas, dengan menghitung jumlahhari konsumsi
dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data konsumsi sayur dan buah adalah instrumen STEP wise dari World Health
Organization (WHO). Penduduk dikategorikan ‘cukup’ konsumsi sayur dan buah apabila
mengonsumsi sayur dan/atau buah (kombinasi sayur dan buah) minimal 5 porsi per hari selama 7 hari
dalam seminggu. Dikategorikan ’kurang’ apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari ketentuan di
atas.

Tabel 9.3.1. Proporsi Konsumsi Buah/Sayur per Hari dalam Seminggu pada Penduduk Umur >5
Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Porsi Makan Buah/Sayur Per Hari Dalam Seminggu 1


Karakteristik N
Tidak konsumsi 1 - 2 Porsi 3 - 4 Porsi ≥5 Porsi tertimban

121
g
% 95%CI % 95%CI % 95%CI % 95%CI
Kelompok Umur
5-14 tahun 14, 13, 15, 62, 60, 63, 18, 17, 20, 4,6 4,0 5,2 19.554
6 4 8 2 5 9 6 2 0
15-54 tahun 9,9 9,1 10, 60, 59, 62, 23, 21, 24, 6,3 5,8 7,0 45.880
8 8 4 2 0 9 1
> 55 11, 10, 12, 60, 58, 62, 22, 20, 23, 5,8 5,0 6,7 7.783
6 5 8 5 6 4 1 6 7
Jenis Kelamin
Laki-laki 11, 10, 12, 61, 60, 62, 21, 20, 22, 5,7 5,2 6,3 37.323
6 7 6 4 0 8 2 2 3
Perempuan 11, 10, 12, 60, 59, 62, 22, 21, 23, 5,9 5,3 6,5 35.894
0 1 0 9 5 3 2 1 3
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat 13, 12, 14, 61, 60, 63, 20, 19, 21, 4,7 4,2 5,2 49.028
SD) 3 2 4 9 4 4 2 1 3
Menengah (Tamat 7,8 7,1 8,7 60, 59, 62, 23, 22, 25, 7,6 6,8 8,5 20.612
SMP/SMA) 7 2 3 8 5 1
Tinggi (Tamat PT) 4,7 3,7 6,0 53, 50, 56, 30, 28, 33, 11, 9,6 12, 3.576
4 5 3 8 1 7 0 7
Pekerjaan
Pegawai 4,4 3,5 5,6 54, 51, 56, 31, 28, 33, 10, 9,1 12, 3.782
(PNS/Swasta) 0 2 8 0 5 6 5 2
Wiraswasta/Lainnya 10, 9,5 11, 60, 58, 62, 22, 21, 24, 6,1 5,4 6,8 32.397
5 7 6 9 2 8 6 1
Buruh/Sopir/ 7,2 5,5 9,2 66, 63, 70, 19, 16, 22, 6,7 5,0 8,9 1.438
Pembantu 9 0 5 3 5 5
Tidak 12, 12, 14, 62, 60, 63, 19, 18, 21, 5,0 4,5 5,6 35.600
bekerja/Sekolah 9 0 0 2 8 6 8 7 0
Tempat Tinggal
Perkotaan 7,7 6,3 9,3 60, 57, 63, 24, 21, 26, 7,5 6,1 9,1 8.678
7 7 6 1 5 9
Perdesaan 11, 10, 12, 61, 59, 62, 21, 20, 22, 5,6 5,0 6,2 64.538
8 9 8 2 8 7 4 3 5
Daerah Tertinggal 11, 10,   12, 61, 59,   62, 21, 20,   22, 5,8 5,3   6,4 73.217
3 5 2 2 8 5 7 7 7
Indonesia 10, 10, 10, 66, 66, 66, 18, 18, 18, 4,6 4,5 4,7 923.670
7 5 9 5 2 7 3 1 5
1
Rata-rata porsi buah/sayur yang dikonsumsi per hari

Tabel 9.3.2. Proporsi Kurang Makan Buah/Sayur dan Rerata Konsumsi Buah dan Sayur per Hari
dalam Seminggu pada Penduduk Umur >5 Tahun menurut karakteristik, Riskesdas 2018

N
Kurang konsumsi Rata-rata konsumsi Rata-rata Rata-rata
tertimb
sayur buah 1 sayur dan buah konsumsi sayur konsumsi buah
Karakteristik ang
min- min- min-
% 95%CI x sd x sd x sd
max max max
Kelompok Umur
5-14 tahun 98,7 98,5 -98,9 1,8 0-14 1,4 1,3 0-9 1,1 0,5 0-9 0,7 19.554
15-54 tahun 98,3 98,1 -98,5 2,0 0-14,1 1,5 1,6 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 45.880
> 55 98,5 98,1 -98,8 1,9 0-14 1,5 1,5 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 98,6 98,3 -98,8 1,9 0-14 1,5 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 37.323

122
Perempuan 98,3 98,1 -98,5 2,0 0-14,1 1,5 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 35.894
Pendidikan
Rendah (s/d
98,8 98,6 -99 1,8 0-14,1 1,4 1,4 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 49.028
Tamat SD)
Menengah
(Tamat 97,9 97,6 -98,2 2,2 0-14 1,6 1,6 0-9 1,3 0,5 0-9 0,8 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat
96,0 94,9 -96,9 2,5 0-14 1,7 1,8 0-9 1,3 0,7 0-9 0,9 3.576
PT)
Pekerjaan
Pegawai
96,4 95,3 -97,3 2,5 0-14 1,7 1,8 0-9 1,3 0,7 0-9 0,9 3.782
(PNS/Swasta)
Wiraswasta/
98,5 98,3 -98,7 2,0 0-14,1 1,5 1,6 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 32.397
Lainnya
Buruh/Sopir/
98,5 97,5 -99,1 2,0 0-14 1,6 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,8 1.438
Pembantu
Tidak
98,6 98,3 -98,8 1,8 0-14 1,5 1,4 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 35.600
bekerja/Sekolah
Tempat Tinggal
Perkotaan 97,8 97,1 -98,4 2,2 0-14 1,6 1,6 0-9 1,2 0,6 0-9 0,8 8.678
Perdesaan 98,5 98,3 -98,7 1,9 0-14,1 1,5 1,5 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 64.538
Daerah Tertinggal 98,4 98,2 -98,6 2,0 0-14,1 1,5 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 73.217
Indonesia 95,4 95,3 -95,5 1,8 0-17 1,4 1,2 0-9 1.0 0,6 0-0 0,7 923.670
1
porsi makan buah/sayur < 5 porsi per hari dalam seminggu (WHO)

9.4 Kebiasaan Buang Air Besar

Informasi perilaku BAB dikumpulkan pada penduduk usia >3 tahun. Perilaku BAB yang dianggap
benar adalah bila ART buang air besar di jamban.

Tabel 9.4.1. Proporsi Perilaku Benar Buang Air Besar pada Penduduk Umur >3 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018

Perilaku Benar Buang Air Besar1


Karakteristik N tertimbang
% 95%CI
Kelompok Umur

123
3-4 tahun 62,1 59,4-64,6 3.857
5-14 tahun 63,7 61,8-65,5 19.554
15-54 tahun 65,8 64,3-67,3 45.880
> 55 72,1 70,1-74,0 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 65,2 63,7-66,7 39.255
Perempuan 66,2 64,7-67,7 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 59,2 57,6-60,8 52.885
Menengah (Tamat SMP/SMA) 77,8 76,2-79,3 20.612
Tinggi (Tamat PT) 92,5 90,9-93,9 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 91,5 89,6-93,2 3.782
Wiraswasta/Lainnya 59,9 58,3-61,6 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 81,8 77,9-85,1 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 67,4 65,8-69,0 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 93,4 91,6-94,8 9.159
Perdesaan 62,0 60,4-63,5 67.914
Daerah Tertinggal 65,7 64,3-67,1 77.073
Indonesia 88,2 87,9-88,5 962.045
1
Perilaku Benar Buang Air Besar adalah kebiasaan buang air besar di jamban .

9.5. Perilaku Mencuci Tangan

Perilaku cuci tangan ditanyakan pada penduduk usia 10 tahun ke atas. Perilaku cuci tangan yang
dianggap benar, jika penduduk melakukannya sebelum menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor
(memegang uang, binatang dan berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak,
setelah menggunakan pestisida/insektisida, sebelum menyusui bayi, dan sebelum makan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir.

124
Tabel 9.5.1. Proporsi Perilaku Benar dalam Cuci Tangan pada Penduduk Umur >10 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Perilaku Benar dalam Cuci Tangan1


Karakteristik N tertimbang
% 95%CI
Kelompok Umur
10-14 tahun 25,7 24,1-27,3 9.505
15-54 tahun 30,0 28,8-31,3 45.880
> 55 27,1 25,3-29,0 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 28,2 27,0-29,5 32.041
Perempuan 29,8 28,5-31,1 31.127
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 23,3 22,1-24,5 38.979
Menengah (Tamat SMP/SMA) 35,8 34,1-37,4 20.612
Tinggi (Tamat PT) 52,6 49,9-55,4 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 52,3 49,5-55,1 3.782
Wiraswasta/Lainnya 25,3 24,0-26,6 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 38,2 34,0-42,6 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 29,8 28,4-31,2 25.552
Tempat Tinggal
Perkotaan 46,6 43,3-49,8 7.561
Perdesaan 26,6 25,4-27,9 55.607
Daerah Tertinggal 29,0 27,8-30,2 63.168
Indonesia 49,8 49,4-50,1 818.507
1
Cuci tangan dengan benar adalah cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum menyiapkan makanan, setiapkali tangan
kotor (memegang uang, binatang dan berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, setelah menggunakan
pestisida/insektisida, sebelum menyusui bayi, dan sebelum makan.

9.6. Konsumsi Rokok dan Tembakau

Perilaku merokok dan konsumsi tembakau ditanyakan pada ART umur >10 tahun. Pada bagian ini
akan menyajikan indikator perilaku merokok dan perokok sekunder/pasif. Indikator terkait rokok dan
tembakau termasuk sebagai berikut: perilaku merokok, umur pertama merokok, umur mulai berhenti
merokok (bagi mantan perokok), jenis rokok, rata-rata batang rokok yang dikonsumsi, dan perilaku
mengunyah tembakau. Perilaku konsumsi tembakau termasuk kebiasaan konsumsi rokok hisap, rokok
elektronik, shisha dan tembakau kunyah. Sedangkan perokok pasif mencakup perilaku merokok di
dalam rumah atau dalam gedung bagi ART yang masih merokok dan berada di dekat orang yang
merokok bagi ART yang tidak merokok.
Perilaku merokok saat ini mencakup kebiasaan merokok setiap hari atau kadang-kadang dalam
sebulan terakhir. Perilaku merokok di masa lalu mencakup merokok setiap hari atau kadang-kadang di
masa lalu. Tidak pernah merokok yaitu termasuk tidak pernah mencoba merokok sampai dengan saat
pengumpulan data.
Indikator terkait rokok dan tembakau dihitung dengan formula sebagai berikut:

125
126
Tabel 9.6.1. Proporsi Merokok pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut Karakteristik,
Riskesdas 2018
Perokok saat ini (%,95%CI) Tidak merokok (%,95%CI) N
Karakteristik Perokok setiap Perokok Mantan Bukan tertimba
hari kadang-kadang perokok perokok ng
Kelompok Umur
10-14 tahun 0,4 (0,3-0,6) 1,1 (0,8-1,3) 0,6 (0,4-0,9) 97,9 (97,6-98,3) 9.505
15-54 tahun 23,5 (22,9-24,1) 7,7 (7,3-6,1) 2,1 (1,9-2,4) 66,7 (66,0-67,3) 45.880
>55 tahun 19,6 (18,5-20,7) 6,3 (5,6-7,2) 5,3 (4,7-6,1) 68,8 (67,4-70,1) 7.783
Kelompok Umur Khusus
10-18 tahun 3,2 (2,8-3,6) 3,4 (3,0-3,8) 1,0 (0,8-1,2) 92,5 (91,8-93,1) 15.387
15+ tahun 22,9 (22,4-23,5) 7,5 (7,1-7,9) 2,6 (2,4-2,8) 67,0 (66,3-67,6) 53.663
10+ tahun 19,6 (19,1-20,1) 6,5 (6,2-6,9) 2,3 (2,1-2,5) 71,6 (71,1-72,2) 63.168
Jenis Kelamin
Laki-laki 36,9 (36,0-37,8) 12,2 (11,5-12,8) 4,1 (3,8-4,5) 46,8 (45,8-47,9) 32.041
Perempuan 1,7 (1,5-1,9) 0,7 (0,6-0,9) 0,4 (0,3-0,5) 97,2 (96,9-97,4) 31.127
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 17,1 (16,5-17,7) 5,6 (5,2-6,0) 1,9 (1,7-2,2) 75,4 (74,7-76,1) 38.979
Menengah (Tamat 24,0 (23,2-24,9) 8,3 (7,7-9,0) 2,7 (2,3-3,0) 65,0 (64,0-65,9) 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat PT) 21,0 (19,2-22,8) 6,5 (5,4-7,9) 4,0 (3,1-5,1) 68,6 (68,5-70,6) 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 28,3 (26,3-30,3) 7,1 (6,0-8,3) 4,6 (3,7-5,7) 60,0 (57,9-62,1) 3.782
Wiraswasta/Lainnya 27,8 (26,9-28,6) 8,4 (7,9-9,0) 2,9 (2,6-3,2) 60,9 (60,0-61,8) 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 56,1 (52,3-59,8) 11,3 (8,9-14,1) 2,6 (1,7-3,9) 30,1 (26,6-33,8) 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 5,8 (5,4-6,2) 3,7 (3,4-4,1) 1,2 (1,0-1,4) 89,3 (88,7-89,9) 25.552
Tempat Tinggal
Perkotaan 20,8 (19,4-22,3) 6,1 (5,1-7,2) 3,4 (2,7-4,2) 69,7 (68,2-71,2) 7.561
Perdesaan 19,4 (18,9-19,9) 6,6 (6,2-6,9) 2,1 (1,9-2,4) 71,9 (71,3-72,5) 55.607
Daerah Tertinggal 19,6 (19,1-20,1) 6,5 (6,2-6,9) 2,3 (2,1-2,5) 71,6 (71,1-72,2) 63.168
Indonesia 24,3 (24,1-24,4) 4,6 (4,5-4,6) 5,3 (5,2-5,3) 65,9 (65,8-66,1) 818.507

127
Tabel 9.6.2. Rata-rata Jumlah Batang Rokok (Kretek, Putih, Linting) Perhari dan Perminggu yang
Dihisap Penduduk Umur >10 Tahun menurut karakteristik, Riskesdas 2018

Jumlah Batang perhari Jumlah Batang perminggu


Karakteristik Rata-rata (+
N Tertimbang Rata-rata (+ SD) N Tertimbang
SD)
Kelompok Umur
10-14 tahun 8,45 ( 5,94) 39 5,14 ( 5,74) 101
15-54 tahun 12,47 ( 7,77) 10.967 8,97 ( 7,44) 3.308
>55 tahun 11,32 ( 7,07) 1.558 9,53 ( 9.07) 451
Kelompok Umur
10-18 tahun 8,12 ( 6,78) 1.003 6,79 ( 6,52) 519
15+ 11,57 (7,81) 16.285 9,03 ( 7,66) 3.759
10+ 11,52 (7,81) 16.425 8,93 ( 7,64) 3.860
Jenis Kelamin
Laki-laki 12,45 ( 7,70) 12.031 9,08 ( 7,72) 3.641
Perempuan 9,37 ( 6,95) 533 6,53 ( 5,53) 219
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 11,88 ( 7,28) 6.772 9,14 ( 7,63) 2.010
Menengah (Tamat SMP/SMA) 12,69 ( 7,91) 5.029 8,77 ( 7,74) 1.624
Tinggi (Tamat PT) 13,77 ( 9,36) 764 8,18 ( 6,98) 215
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 14,68 ( 9,28) 1.078 9.26 ( 9,78) 259
Wiraswasta/Lainnya 12,24 ( 7,45) 9.187 9,40 ( 7,66) 2.520
Buruh/Sopir/Pembantu 13,63 ( 7,72) 811 9,48 ( 8,18) 155
Tidak bekerja/Sekolah 10,40 ( 7,27) 1.488 7,48 ( 6,57) 926
Tempat Tinggal
Perkotaan 13,57 ( 8,63) 1.616 7,23 ( 6,28) 414
Perdesaan 12,13 ( 7,53) 10.948 9,14 ( 7,76) 3.446
Daerah Tertinggal 12,32 ( 7.691) 12.564 8,93 ( 7,64) 3.860
Indonesia 12,80 ( 8,14) 197,532 8,6 ( 9,67) 57.940

128
Tabel 9.6.3. Proporsi Umur Pertama Kali Merokok Tiap Hari pada Penduduk Umur ≥10 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Umur pertama kali merokok tiap hari (%,95%CI)


N
Karakteristik 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 >=30
Tertimbang
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Kelompok Umur
10-14 tahun 100,0 23
(100-100)
15-54 tahun 0,9 (0,7- 12,4 47,3 27,3 8,2 (7,4- 3,8 (3,3- 8.865
1,3) (11,4- (45,7- (25,9- 9,1) 4,4)
13,6) 48,9) 28,7)
>55 tahun 1,5 (0,8- 8,7 (7,0- 30,9 30,6 13,1 15,2 1.209
2,6) 10,9) (27,7- (27,5- (10,8- (12,9-
34,2) 34,0) 15,9) 17,8)
Kelompok Umur
10-18 tahun 1,5 (0,6- 35,9 62,5 425
4,2) (29,8- (56,0-
42,5) 68,7)
15+ tahun 1,0 (0,7- 12,0 45,3 27,7 8,8 (8,0- 5,2 (4,7- 10.074
1,4) (11,0- (43,9- (26,4- 9,6) 5,8)
13,0) 46,8) 29,0)
10+ 1,0 (0,7- 12,2 45,2 27,6 8,8 (8,0- 5,2 (4,7- 10.097
1,4) (11,2- (43,8- (26,4- 9,6) 5,8)
13,2) 46,7) 28,9)
Jenis Kelamin
Laki-laki 0,9(0,7- 12,0 45,9 27,7 8,7 (7,9- 4,7 (4,2- 9.770
1,3) (11,1- (44,5- (26,4- 9,5) 5,3)
13,1) 47,4) 29,0)
Perempuan 2,6 (1,0- 16,3 24,2 25,8 11,5 (7,7- 19,6 327
6,4) (11,7- (19,0- (20,2- 17,0) (14,2-
22,3) 30,2) 32,3) 26,2)
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 1,3 (0,9- 15,3 41,7 25,9 9,5 (8,4- 6,3 (5,5- 5.014
1,9) (13,8- (39,8- (24,3- 10,7) 7,2)
16,9) 43,6) 27,6)

129
Menengah (Tamat 0,7 (0,4- 9,7 (8,5- 50,3 28,0 7,4 (6,4- 3,9 (3,2- 4.380
SMP/SMA) 1,3) 11,1) (48,1- (26,1- 8,5) 4,8)
52,5) 30,0)
Tinggi (Tamat PT) 0,3 (0,1- 5,6 (3,9- 39,0 37,5 12,2 (9,2- 5,4 (3,7- 703
2,1) 33,8) (33,8- (32,7- 16,0) 7,8)
44,3) 42,5)
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 1,1 (0,4- 8,3 (6,1- 40,9 33,8 10,0 (8,0- 6,0 (4,1- 973
2,9) 11,0) (36,6- (29,8- 12,5) 8,7)
45,3) 38,1)
Wiraswasta/Lainnya 0,9 (0,7- 11,6 43,7 28,6 9,5 (8,6- 5,6 (5,0- 7.202
1,3) (10,5- (42,0- (27,2- 10,5) 6,3)
12,8) 45,3) 30,1)
Buruh/Sopir/Pembantu 0,4 (0,1- 14,3 46,7 29,0 6,4 (4,5- 3,2 (1,9- 712
1,8) (10,8- (41,3- (24,3- 8,9) 5,2)
18,7) 52,2) 34,3)
Tidak bekerja/Sekolah 1,7 (0,8- 17,3 57,1 15,9 4,8 (3,4- 3,2 (2,0- 1.210
3,7) (14,3- (53,0- (13,5- 6,8) 5,2)
20,8) 61,1) 18,6)
Tempat Tinggal
Perkotaan 0,9 (0,3- 10,7 (8,2- 46,2 27,3 9,8 (7,7- 5,1 (3,7- 1.484
2,4) 13,9) (41,9- (24,3- 12,4) 7,0)
50,5) 30,6)
Perdesaan 1,0 (0,7- 12,4 45,1 27,7 8,6 (7,8- 5,2 (4,6- 8.613
1,4) (11,4- (43,5- (26,3- 9,5) 5,8)
13,6) 46,6) 29,1)
Daerah Tertinggal 1,0 (0,7- 12,2 45,2 27,6 8,8 (8,0- 5,2 (4,7- 10.097
1,4) (11,2- (43,8- (26,4- 9,6) 5,8)
13,2) 46,7) 28,9)
Indonesia 0,9 (0,8- 10,6 48,2 26,5 8,2 (8,0- 5,6 (5,5- 166.563
0,9) (10,4- (47,8- (26,2- 8,4) 5,8)
10,9) 48,6) 26,8)

Tabel 9.6.4. Proporsi Umur Pertama Kali Merokok pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
N Ter
Umur pertama kali merokok (%,95%CI)
Karakteristik timbang
5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun >=30 tahun
Kelompok Umur
10-14 tahun 11,5 (6,9-18,5) 88,5 (81,5- 172
93,1)
15-54 tahun 2,2 (1,9-2,7) 23,7 (22,4- 53,0 (51,6-54,3) 15,7 (14,7- 3,5 (3,1-3,9) 1,9 (1,6-2,3) 11.911
25,0) 16,7)
>55 tahun 1,9 (1,2-3,0) 15,4 (13,3- 40,4 (37,4-43,5) 23,3 (20,9- 8,3 (6,7- 10,7 (9,0- 1.622
17,7) 25,9) 10,1) 12,7)
Kelompok Umur
10-18 tahun 4,7 (3,3-6,7) 53,3 (49,3- 42,0 (37,9-46,1) 1.052
57,4)
15+ tahun 2,2 (1,9-2,6) 22,7 (21,5- 51,5 (50,2-52,7) 16,6 (15,7- 4,1 (3,7-4,5) 3,0 (2,6-3,4) 13.533
23,9) 17,6)
10+ 2,3 (2,0-2,7) 23,5 (22,3- 50,8 (49,6-52,1) 16,4 (15,5- 4,0 (3,6-4,5) 2,9 (2,6-3,3) 13.704
24,8) 17,3)

130
Jenis Kelamin
Laki-laki 2,3 (1,9-2,7) 23,7 (22,4- 51,6 (50,3-52,9) 16,3 (15,4- 3,8 (3,4-4,3) 2,3 (2,0-2,7) 13.163
25,0) 17,2)
Perempuan 2,8 (1,5-5,1) 19,4 (15,4- 31,5 (26,7-36,7) 19,4 (15,5- 8,6 (6,0- 18,4 (14,9- 541
24,1) 24,0) 12,1) 22,6)
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat 3,1 (2,6-3,8) 26,2 (24,5- 45,2 (43,4-46,9) 17,1 (15,9- 4,7 (4,1-5,4) 3,7 (3,2-4,3) 6.709
SD) 28,0) 18,4)
Menengah (Tamat 1,6 (1,2-2,1) 22,1 (20,5- 56,5 (54,7-58,3) 14,8 (13,6- 3,0 (2,5-3,6) 2,0 (1,5-2,5) 6.049
SMP/SMA) 23,8) 16,1)
Tinggi (Tamat PT) 1,1 (0,6-2,1) 13,7 (10,8- 54,3 (50,0-58,6) 21,8 (18,5- 5,7 (3,9-8,2) 3,4 (2,1-5,3) 946
17,3) 25,5)
Pekerjaan
Pegawai 1,4 (0,7-2,7) 17,9 (15,0- 52,1 (48,4-55,8) 21,3 (18,4- 4,0 (2,8-5,8) 3,3 (2,0-5,2) 1.275
(PNS/Swasta) 21,1) 24,5)
Wiraswasta/Lainnya 2,1 (1,7-2,6) 22,0 (20,6- 50,3 (48,8-51,7) 17,9 (16,8- 4,4 (3,9-5,0) 3,3 (2,9-3,8) 9.340
23,40 19,1)
Buruh/Sopir/Pembantu 2,0 (1,0-3,9) 24,0 (20,1- 55,4 (50,5-60,2) 14,7 (11,6- 2,9 (1,8-4,7) 1,0 (0,5-2,1) 871
28,5) 18,4)
Tidak bekerja/Sekolah 3,8 (2,8-5,2) 33,1 (30,3- 50,6 (47,5-53,7) 7,8 (6,4-9,5) 2,8 (1,9-3,9) 1,9 (1,4-2,6) 2.219
36,0)
Tempat Tinggal
Perkotaan 2,0 (1,3-3,1) 20,9 (18,0- 53,1 (49,6-56,6) 16,6 (14,4- 4,5 (3,3-6,1) 2,8 (1,9-4,2) 1.934
24,0) 19,1)
Perdesaan 2,4 (2,0-2,8) 24,0 (22,6- 50,4 (49,1-51,8) 16,4 (15,4- 3,9 (3,5-4,4) 3,0 (2,6-3,4) 11.770
25,3) 17,4)
Daerah Tertinggal 2,3 (2,0-2,7) 23,5 (22,3- 50,8 (49,6-52,1) 16,4 (15,5- 4,0 (3,6-4,5) 2,9 (2,6-3,3) 13.704
24,8) 17,3)
Indonesia 2,5 (2,4-2,6) 23,1 (22,8- 52,1 (51,8-52,4) 14,8 (14,6- 4,2 (4,1-4,3) 3,3 (3,2-3,4) 217.919
23,3) 15,0)

Tabel 9.6.5. Proporsi Jenis Rokok Yang Dihisap Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
Jenis rokok yang dihisap (%,95%CI)
N
Karakteristik Rokok
Kretek Rokok putih Elektrik Shisha tertimbang
linting
Kelompok Umur
10-14 tahun 77,3 (67,7- 36,6 (27,5- 17,6 (11,7- 0,0 (0,0- 141
84,6) 46,8) 25,6) 0,2%)
15-54 tahun 77,2 (75,9- 38,9 (37,3- 27,2 (25,8- 1,0 (0,8-1,3) 0,6 (0,4-0,8) 14.315
78,4) 40,5) 28,7)
>55 tahun 67,1 (64,2- 27,1 (24,2- 46,6 (43,8- 0,4 (0,2-0,9) 0,7 (0,3-1,3) 2.015
69,9) 30,1) 49,5)
Kelompok Umur
10-18 tahun 72,3 (68,3- 44,2 (40,0- 16,6 (13,8- 2,4 (1,3-4,5) 0,9 (0,3-2,3) 1.007
76,0) 48,5) 19,8)
15+ tahun 75,9 (74,7- 37,4 (35,9- 29,6 (28,3- 1,0 (0,8-1,2) 0,6 (0,5-0,8) 16.330
77,1) 39,0) 31,0)
10+ 75,9 (74,7- 37,4 (35,9- 29,5 (28,2- 1,0 (0,8-1,2) 0,6 (0,5-0,8) 16.471
77,1) 38,9) 30,9)
Jenis Kelamin

131
Laki-laki 76,6 (75,4- 36,8 (36,4- 28,7 (27,5- 1,0 (0,8-1,3) 0,6 (0,5-0,8) 15.714
77,8) 39,5) 30,3)
Perempuan 61,2 (55,4- 26,4 (21,5- 43,7 (38,6- 0,1 (0,0-0,3) 0,5 (0,2-1,6) 757
66,6) 31,9) 49,0)
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat 74,4 (72,7- 31,9 (30,1- 38,9 (37,1- 0,7 (0,5-0,9) 0,6 (0,4-0,9) 8.822
SD) 76,0) 33,7) 40,7)
Menengah (Tamat 77,8 (76,1- 43,8 (41,7- 19,6 (18,1- 1,3 (0,9-1,7) 0,5 (0,3-0,8) 6.688
SMP/SMA) 79,4) 46,0) 21,3)
Tinggi (Tamat PT) 77,5 (73,2- 44,0 (39,3- 12,8 (10,0- 1,6 (0,8-3,3) 1,3 (0,6-2,6) 982
81,3) 48,7) 16,1)
Pekerjaan
Pegawai 75,9 (72,2- 47,4 (43,3- 13,3 (10,8- 1,4 (0,8-2,6) 0,4 (0,1-1,1) 1.338
(PNS/Swasta) 79,2) 51,5) 16,1)
Wiraswasta/Lainnya 75,5 (74,0- 35,7 (34,0- 33,8 (32,2- 0,7 (0,5-0,9) 0,5 (0,3-0,7) 11.736
76,8) 37,4) 35,4)
Buruh/Sopir/Pembantu 82,6 (79,1- 38,5 (34,1- 17,8 (14,5- 1,0 (0,4-2,4) 1,3 (0,6-3,1) 969
85,6) 43,1) 21,7)
Tidak bekerja/Sekolah 75,6 (72,9- 39,9 (36,8- 22,6 (20,0- 1,9 (1,2-3,0) 1,0 (0,6-1,8) 2.428
78,1) 43,1) 25,4)
Tempat Tinggal
Perkotaan 73,5 (69,8- 38,5 (34,5- 10,7 (8,6- 1,3 (0,7-2,3) 0,2 (0,0-0,7) 2.034
76,9) 42,8) 13,1)
Perdesaan 76,3 (74,9- 37,4 (35,9- 32,2 (30,7- 0,9 (0,7-1,2) 0,7 (0,5-0,9) 14.437
77,6) 38,9) 33,8)
Daerah Tertinggal 75,9 (74,7- 37,4 (35,9- 29,5 (28,2- 1,0 (0,8-1,2) 0,6 (0,5-0,8) 16.471
77,1) 38,9) 30,9)
Indonesia 67,8 (67,4- 43,4 (43,0- 14,4 (14,2- 2,8 (2,7-2,9) 1,6 (1,5-1,7) 256.242
68,2) 43,9) 14,7)

Tabel 9.6.6. Proporsi Merokok Dalam Gedung/Ruangan pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018

Merokok dalam gedung/ruangan


Karakteristik N Tertimbang
% 95%CI
Kelompok Umur
10-14 tahun 62,7 51,8-72,5 141
15-54 tahun 85,4 84,2-86,5 14.315
>55 tahun 84,9 82,5-87,0 2.015
Kelompok Umur
10-18 tahun 78,2 74,5-81,5 1.007
15+ tahun 85,3 84,2-86,4 16.330
10+ 85,1 84,0-86,2 16.471
Jenis Kelamin
Laki-laki 85,2 84,1-86.3 15.714
Perempuan 83,3 78,9-87,0 757
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 85,2 83,7-86,6 8.822
Menengah (Tamat SMP/SMA) 85,3 83,9-86,6 6.688

132
Tinggi (Tamat PT) 83,3 79,7-86,4 982
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 84,6 81,7-87,1 1.338
Wiraswasta/Lainnya 85,9 84,6-87,1 11.736
Buruh/Sopir/Pembantu 87,4 83,4-90,5 969
Tidak bekerja/Sekolah 80,6 78,2-82,9 2.428
Tempat Tinggal
Perkotaan 86,4 83,7-86,1 2.034
Perdesaan 84,9 83,7-86,1 14.437
Daerah Tertinggal 85,1 84,0-86,2 16.471
Indonesia 80,6 80,3-81,0 217.728

Tabel 9.6.7. Proporsi Frekuensi Berada di Dekat Orang yang Merokok di Dalam Ruangan Tertutup
pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Frekuensi berada di dekat orang yang merokok di dalam


ruangan tertutup1 N
Karakteristik
Setiap hari Kadang-kadang Tidak pernah Tertimbang
% 95%CI % 95%CI % 95%CI
Kelompok Umur
10-14 tahun 24,9 23,4-26,5 52,3 50,4-54,3 22,8 21,0-24,6 9.364
15-54 tahun 26,1 25,0-27,2 50,7 49,3-52,1 23,3 21,8-24,8 31.565
>55 tahun 18,9 17,5-20,5 52,5 50,4-54,6 28,6 26,5-30,7 5.767
Kelompok Umur Khusus
10-18 tahun 25,6 24,1-27,1 52,4 50,6-54,1 22,1 20,5-23,8 14.381
15+ tahun 25,0 24,0-26,0 51,0 49,7-52,3 24,1 22,8-25,5 37.332
10+ 24,9 24,0-26,0 51,2 50,0-52,5 23,8 22,5-25,2 46.697
Jenis Kelamin
Laki-laki 18,7 17,5-19,9 56,6 54,7-58,5 24,7 22,9-26,7 16.327
Perempuan 28,3 27,2-29,4 48,4 47,1-49,6 23,3 22,2-24,5 30.370
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 24,0 22,8-25,1 50,3 48,8-51,8 25,7 24,2-27,3 30.158
Menengah (Tamat 27,0 25,6-28,4 53,3 51,7-54,9 19,7 18,3-21,1 13.945
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat PT) 25,4 22,9-27,9 50,5 47,9-53,1 24,1 21,7-26,6 2.594
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 26,9 24,3-29,6 50,3 47,4-53,3 22,8 20,5-25,3 2.443
Wiraswasta/Lainnya 21,8 20,6-23,0 52,0 50,3-53,7 26,2 24,4-28,1 20.661
Buruh/Sopir/Pembantu 32,8 26,5-39,7 49,5 42,9-56,1 17,7 13,8-22,4 469
Tidak bekerja/Sekolah 27,4 26,1-28,7 50,7 49,3-52,1 21,9 20,7-23,2 23.124
Tempat Tinggal
Perkotaan 28,7 26,2-31,3 47,3 44,4-50,2 24,0 21,5-26,8 5.527
Perdesaan 24,4 23,4-25,5 51,8 50,4-53,2 23,8 22,5-25,2 41.170
Daerah Tertinggal 24,9 24,0-26,0 51,2 50,0-52,5 23,8 22,5-25,2 46.697
Indonesia 32,4 32,1-32,7 43,1 42,8-43,4 24,5 24,3-24,8 600.799

133
134
Tabel 9.6.8. Proporsi Mengunyah Tembakau pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018

Mengunyah tembakau saat Tidak mengunyah


ini tembakau
N tertimbang
Kadang- Tidak
Karakteristik
Setiap hari kadang Mantan pernah
95%C
% 95%CI % 95%CI % I % 95%CI
Kelompok Umur
0,4- 92,3-
10-14 tahun
1,0 0,7-1,3 5,1 4,4-5,9 0,7 1,3 93,3 94,2 9.505
10, 1,6- 78,7-
15-54 tahun
7,6 7,1-8,2 5 9,8-11,2 2,1 2,6 79,9 80,9 45.88
22, 20,6- 2,7- 63,2-
>55 tahun
1 23,7 9,6 8,6-10,7 3,3 4,1 65,0 66,8 7.783
Kelompok Umur
Khusus - - - -
90,4-
10-18 tahun
1,0 0,8-1,3 6,4 5,6-7,3 1,1 ,6-1,8 91,5 92,5 15.387
10, 1,8- 76,6-
15+
9,7 9,2-10,3 3 9,7-11,0 2,2 2,7 77,7 78,7 53.663
1,6- 79,1-
10+
8,4 7,9-8,9 9,5 9,0-10,2 2,0 2,5 80,0 81,0 63.168
Jenis Kelamin - - - -
1,8- 78,7-
Laki-laki
8,1 7,6-8,7 9,9 9,2-10,6 2,2 2,8 79,8 80,9 32.041
1,4- 79,3-
Perempuan
8,7 8,2-9,3 9,2 8,6-9,9 1,8 2,2 80,3 81,3 31.127
Pendidikan - - - -
Rendah (s/d Tamat 10, 10,0- 1,8- 76,5-
SD) 6 11,3 9,6 8,9-10,3 2,2 2,6 77,6 78,7 38.979
Menengah (Tamat 1,3- 82,1-
SMP/SMA) 5,0 4,5-5,6 9,8 8,9-10,7 1,8 2,6 83,4 84,6 20.612
0,7- 84,8-
Tinggi (Tamat PT)
3,9 2,9-5,3 7,9 6,6-9,4 1,2 2,2 87,0 88,9 3.576
Pekerjaan - - - -
Pegawai 82,2-
(PNS/Swasta) 4,6 3,3-6,3 9,6 8,1-11,3 1,1 ,7-1,9 84,7 87,0 3.782
12, 11,6- 11, 10,3- 2,1- 72,8-
Wiraswasta/Lainnya
3 13,1 0 11,8 2,5 3,1 74,1 75,4 32.397
Buruh/Sopir/ 0,7- 81,0-
Pembantu 5,9 4,2-8,2 8,2 6,3-10,5 1,5 3,4 84,4 87,4 1.438
Tidak 1,1- 85,6-
bekerja/Sekolah 4,1 3,7-4,6 7,7 7,0-8,5 1,5 2,1 86,6 87,6 25.552
Tempat Tinggal - - - -
83,7-
Perkotaan
4,7 3,7-6,1 7,3 6,0-9,0 1,6 ,8-3,4 86,3 88,6 7.561
1,7- 78,1-
Perdesaan
8,9 8,4-9,4 9,8 9,2-10,5 2,1 2,6 79,2 80,2 55.607
1,6- 79,1-
Daerah Tertinggal
8,4 7,9-8,9 9,5 9,0-10,2 2,0 2,5 80,0 81,0 63.168

135
0,8- 96,6-  818.50
Indonesia
1,0 1,0-1,0 1,5 1,5-1,5 0,8 0,9 96,7 96,7 7

9.7. Aktivitas Fisik

Pengukuran aktivitas fisik dilakukan menggunakan pertanyaan yang merupakan modifikasi dari
Global Physical Activity Questionnaire (GPAC) dari WHO yang menjadi bagian dari instrument
STEPS WHO untuk mengukur dan monitoring faktor risiko penyakit tidak menular. Gambaran
perilaku aktivitas fisik yang dikumpulkan mencakup kegiatan aktivitas fisik berat dan sedang pada
kegiatan sehari-hari (gabungan saat bekerja atau di rumah, waktu senggang dan transportasi) dalam
jumlah hari per minggu dan jumlah menit per hari, yang ditanyakan pada ART umur 10 tahun ke
atas.
Aktivitas fisik berat adalah aktivitas fisik yang dilakukan selama >3 hari per minggu dan MET
minute per minggu >1500 (nilai MET minute aktivitas fisik berat= 8). MET merupakan satuan
pengeluaran energi dan digunakan untuk mengukur aktivitas fisik dalam menit. MET minute
merupakan satuan yang digunakan dalam mengukur volume aktivitas fisik individu.
Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas fisik sedang dilakukan selama >5 hari dalam seminggu dengan
rata-rata lama aktivitas tersebut >150 menit dalam seminggu (atau >30 menit per hari).

Tabel 9.7.1.
ProporsiAktivitas Fisik pada Penduduk Umur >10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Karakteristik Aktivitas fisik (%,95%CI) N tertimbang


Cukup Kurang
% 95%CI % 95%CI
Kelompok Umur
10-14 tahun 46,3 44,6  - 48,1 53,7 51,9  - 55,4 9.505
15-54 tahun 75,2 74,2  - 76,2 24,8 23,8  - 25,8 45.880
>= 55 tahun 64,9 63,2  - 66,5 35,1 33,5  - 36,8 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 68,9 67,8  - 69,9 31,1 30,1  - 32,2 32.041
Perempuan 70,3 69,2  - 71,4 29,7 28,6  - 30,8 31.127

136
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 68,8 67,7  - 69,8 31,2 30,2  - 32,3 38.979
Menengah (Tamat SMP/SMA) 71,8 70,5  - 73,0 28,2 27,0  - 29,5 20.612
Tinggi (Tamat PT) 65,7 63,2  - 68,2 34,3 31,8  - 36,8 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 65,9 63,4  - 68,4 34,1 31,6  - 36,6 3.782
Wiraswasta/Lainnya 79,7 78,6  - 80,7 20,3 19,3  - 21,4 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 81,9 79,0  - 84,6 18,1 15,4  - 21,0 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 56,7 55,4  - 57,9 43,3 42,1  - 44,6 25.552
Tempat Tinggal
Perkotaan 60,5 57,8  - 63,1 39,5 36,9  - 42,2 7.561
Perdesaan 70,8 69,8  - 71,8 29,2 28,2  - 30,2 55.607
Daerah Tertinggal 69,6 68,7  - 70,5 30,4 29,5  - 31,3 63.168
Indonesia  66,5 66,2   - 66,7  33,5  33,3   - 33,8   818.507

9.8. Konsumsi Minuman Beralkohol

Data terkait perilaku konsumsi minuman beralkohol berdasarkan konsumsi ART dalam sebulan
terakhir, yang mencakup gambaran konsumsi minuman beralkohol saat ini dan konsumsi minuman
beralkohol yang berlebihan, serta rata-rata satuan standar minuman beralkohol dan jenis minuman
beralkohol yang biasa diminum.
Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dihitung berdasarkan jumlah satuan standar
minuman, yaitu sebanyak >5 satuan standar pada laki-laki dan >4 satuan standar pada perempuan
(STEPS analysis guide WHO).
Rata-rata satuan standar minuman beralkohol dihitung berdasarkan jenis minuman dan kemasan yang
digunakan (botol/kaleng/gelas/sloki/lainnya) yang biasa digunakan pada mereka yang mengonsumsi
minuman beralkohol.
Istilah ”minuman standar” menggambarkan intensitas konsumsi alkohol, yang dapat dihitung dari
jenis dan volume minuman beralkohol yang dikonsumsi.
Satu minuman standar rata-rata mengandung 10 g (antara 8 – 13 g) etanol murni, yang terdapat
dalam:
 Minuman dengan kadar alkohol rendah seperti bir:1 gelas bir/botol kecil/kaleng (285 – 330 ml)
 Minuman dengan kadar alkohol sedang, seperti white wine, champagne, sparkling wine: 1 gelas
wine (biasanya diisi 120 ml)
 Minuman dengan kadar alkohol tinggi, seperti whiskey, vodka, tequilla: 1 sloki (30 ml)
 Minuman tradisional beralkohol bening: 1/2 gelas minum ( 100 ml)
 Minuman tradisional beralkohol keruh: 1 gelas minum (200 ml)
 Minuman oplosan mengandung kadar alkohol sekitar 20% atau lebih

Wawancara dilakukan dengan menggunakan gambar peraga kemasan minuman beralkohol untuk
menyamakan persepsi ukuran yang digunakan responden. Ukuran satuan standar minuman
beralkohol ditetapkan berdasarkan jenis minuman beralkohol dan volume kemasannya.

137
Tabel 9.8.1. Proporsi Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol dalam 1 Bulan Terakhir pada
Penduduk Umur >10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Konsumsi minuman beralkohol


Karakteristik Ya Tidak N tertimbang
% 95%CI % 95%CI
Kelompok Umur
99,6-
10-14 tahun
0,3 0,2 -0,4 99,7 99,8 9.505
92,3-
15-54 tahun
7,3 6,9-7,7 92,7 93,1 45.88
94,3-
>= 55 tahun
4,9 4,3-5,7 95,1 95,7 7.783
Jenis Kelamin
88,2-
Laki-laki
11,1 10,5-11,8 88,9 89,5 32.041
Perempuan 0,6 0,4-0,7 5,9 5,6-6,3 31.127
Pendidikan
94,8-
Rendah (s/d Tamat SD)
4,8 4,4-5,2 95,2 95,6 38.979
91,5-
Menengah (Tamat SMP/SMA)
7,9 7,3-8,5 92,1 92,7 20.612
91,4-
Tinggi (Tamat PT)
7,2 6,0-8,6 92,8 94,0 3.576
Pekerjaan
89,2-
Pegawai (PNS/Swasta)
9,4 8,1-10,8 90,6 91,9 3.782
91,5-
Wiraswasta/Lainnya
8,0 7,4-8,5 92,0 92,6 32.397

138
79,4-
Buruh/Sopir/Pembantu
17,1 14,1-20,6 82,9 85,9 1.438
97,5-
Tidak bekerja/Sekolah
2,2 2,0-2,5 97,8 98,0 25.552
Tempat Tinggal
93,0-
Perkotaan
6,0 5,1-7,0 94,0 94,9 7.561
93,7-
Perdesaan
5,9 5,6-6,3 94,1 94,4 55.607
93,7-
Daerah Tertinggal
5,9 5,6-6,3 94,1 94,4 63.168
96,7-
Indonesia
3,3 3,2-3,3 96,7 96,8 818.507

139
Tabel 9.8.2. Proporsi Jenis Minuman Beralkohol yang Biasa Diminum pada Peminum Alkohol Umur >10 Tahun menurut Karakteristik,
Riskesdas 2018
N
Konsumsi minuman beralkohol tertimb
ang
Minuman
Karakteristik Minuman tradisional Minuman
Bir Anggur/arak Whisky tradisional Lainnya
bening oplosan
keruh
95%C 95%C 95%C
% 95%CI % 95%CI % % 95%CI % 95%CI % %
I I I
Kelompok Umur
12, 47, 29,8- 32, 0,4-
10-14 tahun
0 4,4 -29,0 3,3 0,5-20,2 0,0 - 2 65,3 7 18,3-51,1 2,8 ,7-11,3 2,0 10,7 39
12, 25, 22,6- 43,
15-54 tahun
8 11,3-14,4 7,2 6,0-8,7 3,0 2,4-3,8 1 27,7 8 41,0-46,6 5,3 4,3-6,6 2,7 2,0-3,8 4.682
37, 31,3- 45,
>= 55 tahun
3,4 2,0-5,8 6,3 3,7-10,4 1,0 0,4-2,4 3 43,7 8 39,5-52,2 4,6 2,5-8,3 1,7 0,8-3,5 570
Jenis Kelamin
11, 25, 22,9- 44,
Laki-laki
6 10,3-13,1 7,0 5,7-8,5 2,9 2,4-3,7 4 28,0 9 42,1-47,7 5,5 4,4-6,8 2,7 2,0-3,7 5.007
14, 47, 38,6- 27,
Perempuan
3 8,7-22,5 8,7 5,5-13,7 ,3 0,0-2,3 6 56,7 1 20,3-35,3 1,1 0,3-3,5 0,8 0,3-2,4 284
Pendidikan
Rendah (s/d 32, 28,4- 44,
Tamat SD) 7,1 5,8-8,7 6,6 5,2-8,4 2,0 1,3-2,9 0 35,8 8 41,2-48,4 5,6 4,2-7,6 1,8 1,1-3,1 2.663
Menengah (Tamat 14, 21, 18,9- 44,
SMP/SMA) 7 12,6-17,1 7,4 5,6-9,7 3,6 2,7-4,7 5 24,4 3 40,7-47,9 4,7 3,6-6,3 3,7 2,7-5,1 2.262
27, 18, 13,1- 34,
Tinggi (Tamat PT)
3 20,6-35,3 8,6 4,6-15,8 3,8 1,9-7,6 5 25,3 9 27,5-43,0 5,4 3,0-9,6 1,5 ,6-3,8 366
Pekerjaan
Pegawai 28, 16, 12,5- 33,
(PNS/Swasta) 8 23,2-35,1 9,6 5,7-15,8 6,2 3,9-9,6 4 21,1 4 27,1-40,3 3,3 1,7-6,5 2,3 0,9-5,5 491
Wiraswasta/ 28, 25,9- 47,
Lainnya 8,2 7,0-9,5 7,1 5,7-8,9 1,8 1,3-2,5 8 31,9 1 44,0-50,2 4,7 3,6-6,1 2,4 1,6-3,5 3.589
Buruh/Sopir/ 17, 3,0- 18, 13,4- 38, 5,5-
Pembantu 2 12,0-24,1 7,7 3,9-14,9 6,2 12,2 9 26,0 5 30,4-47,4 9,5 15,8 1,9 0,9-4,3 332
Tidak 15, 26, 21,7- 38, 4,5-
bekerja/Sekolah 0 11,7-18,9 5,4 3,6-8,1 3,6 2,3-5,6 1 31,0 9 33,5-44,7 6,9 10,3 4,1 2,7-6,3 879
Tempat Tinggal -
27, 18, 14,1- 30, 4,5-
Perkotaan
4 22,3-33,3 8,0 4,1-15,0 2,9 1,6-5,1 4 23,7 9 24,4-38,2 7,0 10,7 5,4 3,3-8,7 725
Perdesaan 9,3 8,1-10,7 6,9 5,7-8,4 2,8 2,2-3,5 27, 25,0- 46, 43,0-49,0 4,9 3,8-6,4 2,2 1,5-3,2 4.566

140
9 30,9 0
11, 26, 24,1- 43,
Daerah Tertinggal
8 10,4-13,3 7,1 5,8-8,6 2,8 2,2-3,5 6 29,2 9 41,2-46,7 5,2 4,2-6,5 2,6 1,9-3,5 5.291
29, 21. 20.8 - 3.5 - 23. 22.6 - 15. 2.9 - 2.8 -
Indonesia
5 28.7-30.4 6 22.4 3.8 4.2 4 24.2 3 14.7 -15.9 3.3 3.6 3.1 3.5  33.721

141
Tabel 9.8.3. Rata-rata Jumlah Satuan Standar Minuman Beralkohol yang Biasa Diminum pada
Peminum Alkohol Umur >10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Jumlah minuman beralkohol1


Karakteristik N tertimbang
Rata-rata Min-maks SD
Kelompok Umur
10-14 tahun 5,0 0,1-75,0 10,2 39
15-54 tahun 5,4 0,1-250,0 10,0 4.682
>= 55 tahun 4,4 0,2-54,5 7,1 570
Jenis Kelamin
Laki-laki 5,4 0,1-250,0 9,9 5.007
Perempuan 3,4 0,1-75,0 5,8 284
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 5,0 0,1-200,0 8,4 2.663
Menengah (Tamat SMP/SMA) 5,7 0,1-250,0 11,5 2.262
Tinggi (Tamat PT) 4,5 0,1-83,3 7,3 366
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 6,5 0,1-250,0 16,3 491
Wiraswasta/Lainnya 5,0 0,1-124,5 8,2 3.589
Buruh/Sopir/Pembantu 6,2 0,1-80,0 9,8 332
Tidak bekerja/Sekolah 5,2 0,1-125,0 10,5 879
Tempat Tinggal
Perkotaan 5,0 0,1-187,5 10,1 725
Perdesaan 5,3 0,1-250,0 9,7 4.566
Daerah Tertinggal 5,3 0,1-250,0 9,7 5.291
Indonesia 5,4 0,1- 210,0 9,9  33.721
1
Rata-rata satuan standard minuman beralkohol yang biasa dikonsumsi dalam satu bulan terakhir. Satuan standar mengacu
pada referensi WHO

142
Tabel 9.8.4. Proporsi Konsumsi Minuman Beralkohol yang Berbahaya pada Penduduk Umur>10
Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Konsumsi
minuman beralkohol N
Karakteristik yang berbahaya1 tertimbang
% 95%CI
Kelompok Umur
10-14 tahun 0,1 0,1-0,2 9.505
15-54 tahun 3,0 2,8-3,3 45.88
>= 55 tahun 1,8 1,4-2,3 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 4,6 4,2-5,0 32.041
Perempuan 0,2 0,2-0,3 31.127
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 2,0 1,8-2,3 38.979
Menengah (Tamat SMP/SMA) 3,3 2,9-3,6 20.612
Tinggi (Tamat PT) 2,7 2,0-3,5 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 3,8 3,1-4,7 3.782
Wiraswasta/Lainnya 3,3 3,0-3,6 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 7,8 5,6-10,6 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 0,9 0,7-1,1 25.552
Tempat Tinggal
Perkotaan 2,5 2,0-3,1 7.561
Perdesaan 2,4 2,2-2,7 55.607
Daerah Tertinggal 2,4 2,2-2,7 63.168
Indonesia 0,8 0,8-0,9  818.507

143
9.9. PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP HIV/AIDS

9.9. Pengetahuan terhadap HIV/AIDS

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah Virus yang memperlemah sistem kekebalan tubuh dan
pada akhirnya menyebabkan Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). AIDS merupakan
sekelompok kondisi medis yang menunjukkan lemahnya kekebalan tubuh, sering berwujud infeksi
ikutan (infeksi oportunistik) dan kanker. Hingga saat ini, AIDS belum bisa disembuhkan.
Data pengetahuan tentang HIV/AIDS diperoleh dari wawancara langsung kepada ART umur >15
tahun dan tidak boleh diwakilkan. Pengetahuan komprehensif dibangun dari 24 pertanyaan mengenai
cara penularan, cara pencegahan, dan cara mengetahui seseorang mendarita HIV/AIDS.
Proporsi pernah mendengar HIV/AIDS dihitung dengan formula:

144
Tabel 9.9.1. Proporsi Pernah Mendengar HIV/AIDS pada Penduduk Umur >15 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018

Pernah mendengar tentang HIV/AIDS


Karakteristik N tertimbang
% 95%CI
Kelompok Umur
15-54 tahun 49,3 47,9-50,6 45.641
>= 55 tahun 45,3 44,1-46,6 53.293
Jenis Kelamin
Laki-laki 48,2 46,8-49,6 26.875
Perempuan 42,4 41,1-43,7 26.418
Status Perkawinan
Belum kawin 57,9 56,1-59,6 12.125
Kawin 43,3 42-44,6 37.42
Cerai hidup 41,8 37-46,7 749
Cerai mati 21,1 18,7-23,8 2.999
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 26,9 25,5-28,3 29.59
Menengah (Tamat SMP/SMA) 64,5 63,2-65,9 20.135
Tinggi (Tamat PT) 89,9 88,1-91,4 3.568
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 86,5 84,6-88,2 3.766
Wiraswasta/Lainnya 37,6 36,2-39 32.183
Buruh/Sopir/Pembantu 55,8 51,7-59,8 1.43
Tidak bekerja/Sekolah 50,3 48,8-51,8 15.914
Tempat Tinggal
Perkotaan 69,4 66,4-72,4 6.475
Perdesaan 42 40,7-43,3 46.819
Daerah Tertinggal 45,3 44,1-46,6 53.293
Indonesia 57,4 57,1-57,7  706.689

145
Tabel 9.9.2. Proporsi Pengetahuan HIV/AIDS pada Penduduk >15 Tahun menurut Karakteristik,
Riskesdas 2018

Pengetahuan HIV/AIDS (jumlah jawaban benar)


Karakteristik Tidak tahu 0-7 8-15 16-24 N tertimbang
% % % %
Kelompok Umur          
15-54 tahun 5,3 9,2 38,0 47,6 22.485
>= 55 tahun 13,2 15,6 38,6 32,6 1.670
Jenis Kelamin  
Laki-laki 5,2 9,5 37,6 47,7 12.959
Perempuan 6,6 9,7 38,5 45,2 11.196
Status Perkawinan  
Belum kawin 2,7 7,1 39,4 50,8 7.016
Kawin 6,9 10,3 37,6 45,2 16.192
Cerai hidup 8,9 12,7 37,1 41,3 313
Cerai mati 10,6 18,1 35,1 36,3 634
Pendidikan  
Rendah (s/d Tamat SD) 11,5 15,9 41,1 31,6 7.953
Menengah (Tamat SMP/SMA) 3,6 7,6 39,2 49,5 12.995
Tinggi (Tamat PT) ,7 2,0 25,7 71,6 3.208
Pekerjaan  
Pegawai (PNS/Swasta) 1,5 3,9 25,8 68,9 3.259
Wiraswasta/Lainnya 7,3 11,8 40,3 40,5 12.093
Buruh/Sopir/Pembantu 7,0 9,4 43,2 40,4 798
Tidak bekerja/Sekolah 5,2 8,6 39,1 47,2 8.006
Tempat Tinggal  
Perkotaan 4,0 6,4 32,1 57,5 4.496
Perdesaan 6,2 10,3 39,4 44,0 19.659
Daerah Tertinggal 5,8 9,6 38,0 46,5 24.155
Indonesia 2,0 65,2 31,8 1,0  377.449

146
Tabel 9.9.3. Proporsi Sikap terhadap Penderita HIV/AIDS pada Penduduk Umur >15 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018

Sikap terhadap penderita HIV/AIDS (%)


Karakteristik N tertimbang
Sikap1 Sikap 2 Sikap 3 Sikap 4 Sikap 5
Kelompok Umur
15-54 tahun 42,7 81,4 21,1 35,1 39,2 22.485
>= 55 tahun 33,0 76,4 23,4 29,5 37,9 1.670
Jenis Kelamin
Laki-laki 42,9 81,9 22,0 35,9 39,3 12.959
Perempuan 41,1 80,0 20,5 33,3 38,8 11.196
Status Perkawinan
Belum kawin 41,9 80,5 20,7 33,5 41,3 7.016
Kawin 42,2 81,4 21,4 35,3 38,3 16.192
Cerai hidup 33,4 80,1 22,9 36,2 42,7 313
Cerai mati 46,3 78,1 24,4 33,1 32,8 634
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 46,0 77,2 21,4 31,3 35,5 7.953
Menengah (Tamat SMP/SMA) 40,4 81,7 21,9 35,1 40,9 12.995
Tinggi (Tamat PT) 38,9 87,9 18,4 41,2 40,6 3.208
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 40,2 86,9 16,9 42,5 39,4 3.259
Wiraswasta/Lainnya 42,7 80,4 21,8 34,0 38,2 12.093
Buruh/Sopir/Pembantu 39,4 84,1 23,5 34,2 46,9 798
Tidak bekerja/Sekolah 42,1 79,3 22,1 32,6 39,5 8.006
Tempat Tinggal
Perkotaan 38,0 80,6 19,2 35,2 36,9 4.496
Perdesaan 43,0 81,1 21,7 34,6 39,6 19.659
Daerah Tertinggal 42,1 81,0 21,3 34,7 39,1 24.155
Indonesia 46,5 88,5 14,7 40,4 39,3  377.499
1. Merahasiakan apabila ada ART yang tertular HIV/AIDS
2. Bersedia merawat ART yang menderita HIV/AIDS
3. Mengucilkan Tetangga yang menderita HIV/AIDS
4. Membeli sayuran segar dari petani atau penjual yang diketahui terinfeksi HIV/AIDS
5. Menyetujui guru yang menderita HIV/AIDS tidak diperkenankan mengajar

147
BAB X

KESEHATAN IBU

1.1 Masa Kehamilan

ANC adalah pelayanan kesehatan kehamilan yang diterima ibu pada masa kehamilan anak
terakhir dan diberikan oleh tenaga kesehatan, meliputi dokter (dokter umum dan/atau dokter
kandungan), bidan dan perawat. Adapun K 1 Pelayanan kesehatan yang diterima pada masa
kehamilan anak terakhir oleh tenaga kesehatan, minimal 1 kali tanpa memperhitungkan periode
waktu pemeriksaan. Pelayanan kesehatan yang diterima pada masa kehamilan anak terakhir
oleh tenaga kesehatan, dan pemeriksaan kehamilan tersebut pertama kali dilakukan pada masa
kehamilan trimester 1. Pelayanan pemeriksaan kesehatan kehamilan oleh tenaga kesehatan
dengan frekuensi ANC selama masa kehamilan anak terakhir minimal 4 kali sesuai kriteria yaitu
minimal 1 kali pada masa kehamilan trimester 1, 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada
trimester 3.

Tabel 10.1. Proporsi riwayat frekuensi pemeriksaan kehamilan yang pernah dilakukan
perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik menurut karakteristik

Melakukan ANC Jumlah


perempuan 10-
Karakteristik
K1 K1 ideal K4 54 tahun yang
pernah bersalin
Umur saat ini (tahun)
10-19 100.0* 54.3 53.2 9
20-35 79.4 76.3 72.7 5,209
>35 75.6 73.6 71.6 1,782

Pendidikan ibu
Rendah 67.9 71.0 66.7 3,528
Menengah 87.7 77.4 74.6 2,865
Tinggi 96.0 86.4 82.7 607

Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 95.2 87.9 82.0 476
Wiraswasta 3,910
71.5 73.0 68.9
/lainnya/petani/nelayan
Buruh/Sopir/Pembantu 81.9 80.3 78.0 88
Tidak bekerja/sekolah 85.9 76.2 74.0 2,525

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 94.0 79.8 80.2 812
Perdesaan 76.4 74.9 71.0 6,188
Daerah Tertinggal 78.4 75.6 72.4 7000

148
Indonesia 96.1 86.0 74.1

Berdasarkan table diatas, proporsi melakukan ANC Di Derah Tertinggal masih dibawah 80 %
yakni 78.4% untuk K1, 75.6 % untuk K1 ideal dan hanya 72.4% yang melakukan ANC lengkap
atau K4. Untuk proporsi pemeriksaan ANC meningkat seiring dengan tingkat Pendidikan.
Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk yang paling banyak melaakukan ANC adalah pegawai
baik PNS maupun swasta. Sedangkan jenis pekerjaan wiraswasta memiliki proporsi paling
rendah. Wilayah perkotaan memiliki proporsi yang lebih tinggi disbanding dengan wilayah
pedesaan.

Tabel 10.1. Proporsi riwayat jenis tenaga yang pernah memberi pelayanan pemeriksaan
kehamilan pada perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik

Tenaga yang memberi pelayanan ANC


Dokter
Jumlah
Karakteristik spesialis
Dokte perempuan
kebidanan
r Bidan Perawat 10-54 tahun
&
umum yang pernah
kandunga
bersalin
n
Umur saat ini (tahun)
10-19 100.0 9
20-35 5.4 1.3 92.3 1.0 5,209
>35 5.5 1.7 92.0 0.9 1,782

Pendidikan ibu

Rendah 1.7 1.0 96.1 1.2 3,528


Menengah 5.5 1.4 92.2 0.9 2,865
Tinggi 20.3 2.4 77.2 0.2 607

Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 21.6 2.4 75.4 0.6 476
Wiraswasta 3,910
3.9 1.1 94.0 1.0
/lainnya/petani/nelayan
Buruh/Sopir/Pembantu 7.2 92.8 88
Tidak bekerja/sekolah 3.9 1.5 93.6 1.0 2,525

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 13.1 2.6 83.4 0.9 812
Perdesaan 4.2 1.2 93.7 0.9 6,188
Daerah Tertinggal 5.4 1.4 92.3 0.9 7000

Indonesia 14.1 0.9 84.8 0.2

149
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa proporsi tenaga kesehatan yang banyak
memberi pelayanan ANC adalah bidan yakni lebih dari 90%. Artinya bidan merupakan tenaga
Kesehatan yang banyak dipilih oleh responden dalam memberikan pelayanan Kesehatan. Hal
ini dimungkinkan karena bidan merupakan tenaga Kesehatan yang banyak tersedia di wilayah
daerah tertinggal. Sebanyak 5% responden memilih tenaga Kesehatan dokter spesialis
kebidanan atau kandungan terutama pada kelompok berpendidikan tinggi dan pada kelompok
pegawai PNS/ Swasta dan didaerah perkotaan. Sedangkan kelompok berpendidikan rendah
dan menengah memilih bidan sebagai tenaga Kesehatan yang memberikan ANC. Hal ini
mungkin berkaitan dengan tingkat sosio ekonomi maupun akses.

150
Tabel 10.2. Proporsi riwayat tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun
menurut karakteristik

Praktek Praktek
RS RS dokter Puskesmas/ bidan Poskesdes/ Praktek
 Karakteristik Pemerintah Swasta Klinik mandiri Pustu mandiri Polindes Posyandu Perawat Rumah Total
Umur saat ini
(tahun)                    
10-19 13.6 64.6 11.4 10.5 9
20-35 3.3 1.5 1.7 2.2 51.7 4.4 9.0 23.8 0.1 2.3 4,108
>35 5.0 1.4 2.0 2.0 49.8 4.6 10.1 22.6 2.4 1,341
Pendidikan ibu

Rendah 1.3 0.6 1.0 0.5 54.9 3.1 10.9 25.0 0.1 2.5 2,378
Menengah 4.6 1.6 1.9 1.7 51.4 5.2 8.5 22.7 0.1 2.3 2,499
Tinggi 10.0 4.5 4.6 10.7 35.5 6.3 6.4 20.5 1.4 581
Pekerjaan KK
Pegawai (PNS
12.3 5.3 4.5 8.6 37.6 5.2 6.3 17.6 2.6 452
/Swasta)
Wiraswasta
/lainnya/petani/nela 2.8 1.4 1.4 1.4 53.3 4.1 9.8 23.1 0.0 2.6 2,776
yan
Buruh/Sopir/
2.8 3.3 32.8 4.2 10.6 43.2 3.1 72
Pembantu
Tidak
3.2 0.8 1.7 1.7 52.0 4.7 9.2 24.6 0.1 1.9 2,158
bekerja/sekolah
Tempat tinggal
Perkotaan 10.0 3.7 4.4 6.7 41.4 6.1 3.6 22.7 1.4 763
Perdesaan 2.7 1.1 1.4 1.4 52.8 4.2 10.2 23.6 0.1 2.4 4,695
Daerah Tertinggal 3.7 1.5 1.8 2.2 51.2 4.4 9.3 23.5 0.1 2.3 5,458
Indonesia 9.4 11.3 18.4 42.5 6.6 10.9 0.8

151
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa fasilitas pelayanan Kesehatan yang banyak digunakan oleh penduduk dalam
pemeriksaan ANC di wilayah tertinggal adalah Puskesmas atau Pustu yakni lebih dari 50% penduduk, kemudian Posyandu dengan
proposi 23.5%, Poskesdes 9.3%. Artinya pada wilayah tertinggal penduduk cenderung memanfaatkan fasilitas Kesehatan terdekat
yakni di tingkat desa atau kecamatan dan juga Upaya Berbasis Kesehatan masyarakat seperti (posyandu). Fasilitas Kesehatan
seperti rumah sakit baik swasta atau negeri dimanfaatkan kurang lebih 5% penduduk. Fasilitas pelayanan Kesehatan seperti rumah
sakit, klinik, praktek dokter mandiri dan praktik bidan mandiri lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk dengan tingkat Pendidikan
tinggi, berstatus pegawai dan didaerah perkotaan. Sedangkan penduduk dengan kategori Pendidikan rendah dan menengah, di
wilayah pedesaan banyak memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan Tingkat pertama (puskesmas), poskesdes, Posyandu

152
Tabel 10.3. Proporsi riwayat jenis pelayanan pemeriksaan kehamilan yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun
menurut karakteristik

Komponen ANC
Ukur
Hitung
Ukur Timbang Ukur lingkar Ukur
Presentasi denyut Imu-nisasi
Tinggi berat tekanan lengan Tinggi Kon-seling
letak janin jantung TT
badan badan darah atas rahim
janin
(LILA)

Umur saat ini (tahun)

10-19 10.7 100.0 100.0 100.0 86.4 86.4 81.5 89.3 85.7
20-35 1.0 93.9 95.8 87.8 89.5 92.2 91.9 81.4 79.6
>35 1.6 93.0 95.8 86.9 88.1 91.1 90.8 80.2 78.8
Pendidikan ibu
Rendah 1.3 92.8 94.9 87.0 87.8 90.1 89.9 78.3 79.0
Menengah 1.3 94.2 96.2 87.7 90.2 93.5 92.7 82.3 79.3
Tinggi 2.9 95.8 97.6 89.7 90.2 92.8 94.1 87.8 81.9
Pekerjaan kepala keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 2.7 96.0 96.9 91.0 91.5 94.9 96.5 91.4 81.7
Wiraswasta /lainnya/petani/nelayan 1.2 93.4 95.7 87.8 88.6 90.7 91.0 80.0 78.5
Buruh/Sopir/Pembantu 10.1 99.3 97.2 91.1 90.9 91.6 92.1 81.3 73.1
Tidak bekerja/sekolah 1.5 93.5 95.6 86.6 89.3 92.8 91.4 80.4 80.4
Daerah tempat tinggal
Perkotaan 2.6 96.2 97.1 88.4 94.4 95.6 96.2 86.8 82.8
Perdesaan 1.0 93.3 95.6 87.5 88.3 91.3 90.9 80.2 78.9
Daerah Tertinggal 0.9 93.7 95.8 87.6 89.2 91.9 91.6 81.1 79.4
Indonesia 69.1 97.4 98.5 80.3 89.1 94.6 95.4 79.5 92.4

153
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa di daerah tertinggal melakukan komponen ANC 7T namun komponen ANC ukur
tinggi badan masih memiliki proporsi yang sangat kecil, yakni kurang dari 1 %, sementara komponen lain seperti Timbang berat
badan, ukur tekanan darah, ukur lingkar lengan atas, ukur tinggi rahim, letak janin, denyut jantung sudah dilakukan lebih dari 90%
penduduk. Imunisasi TT dan konseling pun telah dilakukan hamper 80 % penduduk.

Jenis pemeriksaan kesehatan yang diterima ibu pada pelayanan antenatal (ANC), yang meliputi pengukuran tinggi badan,
penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran denyut jantung janin, pengukuran tinggi fundus /rahim,
penentuan letak janin, pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT), pemberian tablet tambah
darah (TTD), pemberian konseling dan tindakan.

154
Tabel 10.4. Proporsi konsumsi TTD dan jumlah butir yang dikonsumsi selama masa
kehamilan pada perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik

Karakteristik Ya, mengonsumsi

Total butir TTD yg dikonsumsi

<90 butir 90+ butir


Umur saat ini (tahun)
10-19 56.7 43.3
20-35 60.0 40.0
>35 55.2 44.8

Pendidikan ibu
Rendah 56.6 43.4
Menengah 61.7 38.3
Tinggi 55.4 44.6

Pekerjaan kepala keluarga


Pegawai (PNS /Swasta) 60.0 40.0
Wiraswasta /lainnya/petani/nelayan 56.0 44.0
Buruh/Sopir/Pembantu 67.2 32.8
Tidak bekerja/sekolah 62.0 38.0

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 60.6 39.4
Perdesaan 58.6 41.4
Daerah Tertinggal 58.9 41.1
Indonesia 62.3 37.7

Berdasarkan table diiatas dapat diketahui tablet besi yang dikonsumsi oleh Sebagian besar
responden WUS < 90 butir, yakni hamper 60%. Angka ini hampir mendekati angka nasional
yakni sebesar 62.3 %. Proporsi ini terdistribusi hamper merata di semua tingkat pendidikan,
pada semua kategori pekerjaan dan baik diwilayah perkotaan maupun pedesaan

155
Tabel 10.6. Proporsi riwayat upaya pertolongan pertama komplikasi kehamilan yang
pernah dialami perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik

Upaya pertolongan Jumlah


pertama perempuan
Tidak Tidak yang
Karakteristik
Segera segera dirujuk mengalami
dirujuk dirujuk (ada komplikasi
jeda waktu) kehamilan
Umur saat ini (tahun)
10-19 40.7 17.8 41.5 4
20-35 28.8 19.6 51.6 1,651
>35 26.1 21.3 52.6 496

Pendidikan ibu
Rendah 23.4 18.9 57.7 922
Menengah 30.3 20.9 48.8 1,013
Tinggi 39.0 20.0 41.0 216

Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 42.9 17.4 39.7 173
Wiraswasta
24.2 22.0 53.9 1,077
/lainnya/petani/nelayan
Buruh/Sopir/Pembantu 41.5 10.5 48.0 29
Tidak bekerja/sekolah 29.8 18.3 51.9 872

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 34.3 16.9 48.8 274
Perdesaan 27.3 20.4 52.3 1,877
Daerah Tertinggal 28.2 20.0 51.8 2,150
Indonesia 55.3 18.6 26.1

Gangguan atau masalah kesehatan yang pernah dialami oleh ibu selama kehamilan anak
terakhir. Jenis komplikasi kehamilan dapat berupa muntah atau diare terus menerus, demam
tinggi, bengkak kaki disertai kejang perdarahan pada jalan lahir, ketuban keluar sebelum
waktunya dan janin kurang bergerak.

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa komplikasi kehamilan dialami lebih dari 2000
responden. Namun lebih dari 50% WUS yang mengalami komplikasi kehamilan tidak dirujuk.
Sementara Upaya mencari pertolongan pertama baik segera maupun ada jeda hanya pada 40
% penduduk. Upaya pencarian pertolongan pertama dengan segera sebagain besar terjadi
pada ibu dengan tingkat Pendidikan tinggi dan pada kategori pekerjaan pegawai dan di daerah
perkotaan.

156
Tabel 10.7. Proporsi jenis fasilitas kesehatan rujukan pertama yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun saat
mengalami komplikasi kehamilan menurut karakteristik

Fasilitas kesehatan rujukan pertama


Karakteristik Rumah Praktik Polindes/ bidan desa
Puskesmas/ Pustu/
sakit nakes
Umur saat ini (tahun)
10-19 10.8 55.7 44.3
20-35 10.4 62.3 10.5 15.4
>35 10.8 62.9 10.6 14.3

Pendidikan ibu
Rendah 6.9 61.3 9.4 20.2
Menengah 11.1 65.4 10.0 12.7
Tinggi 20.3 53.4 15.7 9.8

Pekerjaan kepala keluarga


Pegawai (PNS /Swasta) 26.3 47.7 17.5 8.5
Wiraswasta /lainnya/petani/nelayan 7.6 64.5 10.2 16.6
Buruh/Sopir/Pembantu 5.4 76.6 15.1
Tidak bekerja/sekolah 10.6 63.1 9.5 15.2

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 15.3 50.5 27.1 4.7
Perdesaan 9.9 64.3 7.9 16.8
Daerah Tertinggal 10.7 62.4 10.5 15.2
Indonesia 17.5 21.0 53.2 7.0
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa fasilitas Kesehatan rujukan tingkat pertama di daerah tertinggal yang banyak
dimanfaatkan saat mengalami komplikasi kehamilan adalah Puskesmas Pustu yakni lebih 60 % penduduk. Hal ini berbeda dengan
proporsi di Indonesia dimana sebagain besar masyarakat Indonesia memabfatkan praktek nakes saat mengalami komplikasi
kehamilan.

157
1.2 Masa Persalinan
Tabel 10.8. Proporsi tempat persalinan yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun saat bersalin menurut
karakteristik

Praktek Praktek
RS RS Puskesmas/ Poskesdes/ pondok
Klinik dokter bidan Rumah Lainnya Kendaraan Total
Pemerintah Swasta Pustu/Pusling Polindes kayu
mandiri mandiri
 
Umur saat ini (tahun)
10-19 28.6 31.0 11.4 29.0 9
20-35 12.6 3.9 1.8 26.1 0.1 2.7 3.0 49.2 0.2 0.3 0.1 5,147
35-59 14.6 4.3 1.2 19.8 0.2 2.7 1.8 55.2 0.1 0.1 0.1 1,754
Pendidikan ibu
Rendah 7.7 1.7 0.5 22.0 0.1 1.6 2.2 63.3 0.3 0.4 0.2 3,494
Menengah 16.8 4.8 2.1 28.2 0.1 3.3 3.7 40.9 0.1 0.0 0.0 2,827
Tinggi 27.9 13.4 5.9 21.9 0.5 6.2 1.0 23.1 589
Pekerjaan Kepala
Keluarga
Pegawai (PNS
29.7 13.2 5.1 20.2 0.6 4.1 1.7 25.4 468
/Swasta)
Wiraswasta
/lainnya/petani/nelayan 10.1 2.9 1.1 23.1 0.1 1.8 2.4 57.7 0.3 0.2 0.1 3,868

Buruh/Sopir/Pembantu
21.5 11.1 3.7 18.3 3.2 4.0 38.3 85
Tidak bekerja/sekolah
14.5 3.6 1.7 27.7 0.1 3.7 3.4 44.9 0.1 0.3 0.1 2,489
Daerah tempat
tinggal
Perkotaan 28.4 11.7 6.2 21.8 5.9 3.7 22.1 0.2 0.0 797
Perdesaan 11.2 3.0 1.0 24.9 0.1 2.2 2.6 54.4 0.2 0.2 0.1 6,113
Daerah tertinggal 13.2 4.0 1.6 24.5 0.1 2.7 2.7 50.7 0.2 0.2 0.1 6,910

158
Berdasarkan table diatas untuk persalinan dapat diketahui bahwa sebagain besar masyarakat di daerah tertinggal yakni lebih dari
50% tempat persalinan di rumah. Artinya meski ANC pemeriksaan saat hamil sudah memanfaatkan fasilitas pelayana Kesehatan
namun pada saat persalinan ibu memilih untuk bersalin dirumah. Yang kedua yakni Puskesmas atau Pustu yang hanya
dimanfaatkan hamper 25% ibu dan Rumah sakit baik swasta maupun RS pemerintah. Pemanfaatan Fasdyankes Rumah sakit
pemerintah dan Swasta, klinik seiring dengan peningkatan tingkat Pendidikan dengan kategori pekerjaan pegawai dan di wilayah
perkotaan. Adapun persalinan dirumah dilakukan pada sebagain besar ibu dengan Pendidikan rendah dan menengah

159
Tabel 10.9. Proporsi metode persalinan yang pernah dialami perempuan 10-54 tahun saat
bersalin menurut karakteristik

  Metode Persalinan
Forceps Lainnya,
Operasi
Normal Vacuum (memak sebutka
Sesar
ai alat) n Total
Umur saat ini (tahun)            
10-19
100.0*         9
20-35
93.9 5.3 0.3 0.4 0.1 5,147
35-59
91.6 8.1 0.1 0.2   1,754
 Pendidikan ibu            
Rendah 96.3 3.1 0.1 0.4 0.1 3,494
Menengah 91.4 7.8 0.5 0.4   2,827
Tinggi 85.3 14.4 0.3 0.0   589
 Pekerjaan Kepala Keluarga            
Pegawai (PNS /Swasta)
83.7 16.0 0.3     468
Wiraswasta
/lainnya/petani/nelayan 94.7 4.5 0.2 0.5 0.1 3,868
Buruh/Sopir/Pembantu 87.7 12.3       85
Tidak bekerja/sekolah 93.3 6.2 0.3 0.2 0.0 2,489
 Daerah tempat tinggal            
Perkotaan 86.4 13.4 0.2     797
Perdesaan 94.3 5.0 0.3 0.4 0.1 6,113
Daerah tertinggal 93.3 6.0 0.2 0.3 0.1 6,910
Indonesia 81.5 17.6 0.9

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa lebih dari 90 % metode persalinan di daerah
tertinggal adalah normal. Terdapat 6% responden metode persalinan dengan operasi sesar.
Persalinan normal terdistribusi pada semua tingkat Pendidikan dan pada semua kategori
pekerjaan.

160
Tabel 10.10. Proporsi upaya pertolongan pertama pada komplikasi persalinan yang
pernah dialami perempuan 10-54 tahun saat bersalin menurut karakteristik

Upaya pertolongan
pertama saat
Persentase
bersalin
perempuan yang
Tidak Tidak
Karakteristik mengalami
segera dirujuk
Segera komplikasi
dirujuk
dirujuk persalinan
(ada jeda
waktu)
Umur saat ini (tahun)
10-19 42.0 58.0 4
20-35 25.7 11.5 62.8 671
>35 36.2 9.0 54.8 228

Pendidikan ibu
Rendah 27.4 7.8 64.7 366
Menengah 27.4 12.3 60.3 433
Tinggi 36.0 15.1 49.0 104

Pekerjaan kepala keluarga


Pegawai (PNS /Swasta) 26.3 16.3 57.3 81
Wiraswasta /lainnya/petani/nelayan 24.9 9.0 66.1 410
Buruh/Sopir/Pembantu 70.1 6.2 23.6 13
Tidak bekerja/sekolah 31.1 11.7 57.2 400

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 39.6 16.9 43.5 150
Perdesaan 26.2 9.6 64.2 754
Daerah Tertinggal 28.4 10.8 60.8 903

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa lebih dari 60% ibu yang mengalami komplikasi
persalinan tidak dirujuk. Adapun upaya pertolongan pertama saat bersalin yakni segera dirujuk
dan tidak segera dirujuk meningkat seiring dengan tingkat pendidikan dan didaerah perkotaan.

Gangguan atau masalah kesehatan yang pernah dialami oleh ibu saat persalinan. Jenis
komplikasi persalinan dapat berupa kejang, perdarahan pada jalan lahir, ketuban keluar
sebelum waktunya, posisi janin sungsang, partus lama, plasenta letak rendah (plasenta previa),
dan hipertensi. Sedangkan Upaya diberikan pertama kali kepada ibu saat mengalami gangguan
atau masalah kesehatan dalam kehamilan. Upaya pertolongan pertama yang segera diberikan
dalam jangka waktu < 30 menit setelah mengalami komplikasi persalinan.

161
1.3 Masa Nifas

Tabel 10.11. Cakupan pelayanan kesehatan masa nifas* yang pernah dimanfaatkan
perempuan 10-54 tahun setelah bersalin menurut karakteristik

Periode mendapatkan pelayanan


Karakteristik kesehatan masa nifas (KF)** KF lengkap
6 jam-3 hr 4-28 hr 29-42 hr
Umur saat ini (tahun)
10-19 60.4 15.5 12.5 17.6
20-35 52.2 38.1 31.7 21.4
>35 51.6 39.8 36.5 23.9

Pendidikan ibu

Rendah 41.0 29.2 26.5 15.6


Menengah 60.1 45.5 37.6 25.6
Tinggi 79.3 60.4 48.5 41.5

Pekerjaan kepala keluarga


Pegawai (PNS /Swasta) 80.9 60.8 53.8 46.5
Wiraswasta
45.6 34.2 31.6 18.9
/lainnya/petani/nelayan
Buruh/Sopir/Pembantu 63.0 28.8 25.5 12.6
Tidak bekerja/sekolah 56.3 41.5 31.3 22.3

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 67.4 52.9 39.1 31.2
Perdesaan 50.1 36.7 32.1 20.7
Daerah Tertinggal 52.1 38.5 32.9 21.9
Indonesia 93.3 66.9 45.2 40.3

Keterangan :
* dari riwayat kelahiran periode 1 Januari 2015 sampai saat wawancara
**KF lengkap = Menerima KF 1 (6 jam – 3 hari), KF 2 (7 – 28 hari) dan KF 3 (29 – 42 hari)
Pelayanan kesehatan ibu yang diperoleh selama 42 hari setelah proses persalinan, minimal 3
kali meliputi: KF 1 (6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan), KF 2 (4 sampai 28 hari setelah
melahirkan), dan KF 3 (29 sampai 42 hari setelah melahirkan)

162
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa proporsi KF lengkap pada masa nifas masih
lebih rendah daripada data nasional yakni hanya sebesar 21.9% . Proporsi pelayanan masa
nifas lebih banyak terjadi didaerah perkotaan disbanding pedesaan

Tabel 10.12. Proporsi riwayat pemberian kapsul vitamin A setelah bersalin pada
perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik

Karakteristik Mendapat Vitamin A Tidak


1 kali 2 kali > 2 kali mendapat vit A
Umur saat ini (tahun)
10-19 18.6 15.0   66.4
20-35 30.5 16.6 2.9 50.0
>35 29.3 15.7 4.1 50.9

Pendidikan ibu
Rendah 25.2 13.2 2.3 59.3
Menengah 34.5 18.6 4.1 42.8
Tinggi 39.0 24.6 4.1 32.3

Pekerjaan kepala keluarga


Pegawai (PNS /Swasta) 42.3 27.2 6.2 24.3
Wiraswasta /lainnya/petani/nelayan 26.6 15.0 3.1 55.2
Buruh/Sopir/Pembantu 29.3 14.0 7.8 48.9
Tidak bekerja/sekolah 33.3 16.5 2.6 47.6

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 40.3 19.7 3.4 36.6
Perdesaan 28.8 16.0 3.2 52.1
Daerah Teringgal 30.2 16.4 3.2 50.3
Indonesia 34.2 19.4 3.5

Pemberian kapsul merah vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) kepada ibu nifas sebanyak dua
buah, yaitu 1 (satu) kapsul diminum segera setelah persalinan dan 1 (satu) kapsul diminum 24
jam sesudah pemberian kapsul pertama. Berdasarkan table diatas dapat diketahu bahwa
50.3% penduduk di daerah tertinggal tidak mendapatkan vitamin A . Proporsi ibu yang
mendapat vitamin A minimal 1 kali, masih sekitar 30% , namun proposi ini ham[ir sama dengan
porporsi mendapat vitamin A secara nasional

163
Tabel 10.13. Proporsi upaya pertolongan pertama pada perempuan 10-54 tahun yang
pernah mengalami komplikasi saat nifas menurut karakteristik

Jumlah
perempuan
Upaya pertolongan pertama saat Tidak yang
nifas dirujuk mengalami
Karakteristik komplikasi
persalinan
Tidak segera
Segera
dirujuk (ada jeda
dirujuk
waktu)
Umur saat ini (tahun)
10-19     100.0 2
20-35 21.3 11.0 67.7 563
>35 18.3 13.6 68.0 218

Pendidikan ibu
Rendah 16.5 11.6 71.9 342
Menengah 23.6 10.8 65.6 353
Tinggi 23.2 15.2 61.6 89

Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS
28.0 15.2 56.8 61
/Swasta)
Wiraswasta
/lainnya/petani/nelay 15.1 12.3 72.6 401
an
Buruh/Sopir/Pembantu 16.7 27.3 56.0 11
Tidak bekerja/sekolah 25.9 9.7 64.4 311
Pegawai (PNS
28.0 15.2 56.8 61
/Swasta)

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 25.0 7.7 67.3 86
Perdesaan 19.9 12.2 68.0 698
Daerah Tertinggal 20.4 11.7 67.9 784

Gangguan atau masalah kesehatan yang pernah dialami oleh ibu saat masa nifas atau setelah
bersalin. Jenis komplikasi masa nifas dapat berupa perdarahan pada jalan lahir, bengkak (di
wajah, tangan dan kaki), kejang, demam lebih dari 2 hari, atau payudara bengkak dan merah
disertai rasa sakit. Pada table diatas dapat diketahui bahwa sebagain besar ibu yakni hamper
68% ibu. Komplikasi persalinan pada masa nifas segera dirujuk. Upaya pertolongan yang
diberikan pertama kali kepada ibu dalam jangka waktu.

164
1.4 KB Pasca Salin

Tabel 10.14. Proporsi jenis alat/ cara KB modern yang pertama digunakan pasangan /
perempuan 10-54 tahun setelah bersalin menurut karakteristik

  Sterilisa Sterilisa IUD/ Suntik Suntik Susu PIL Kondo Tidak Total
si si pria IKD an 3 an 1 k KB m Pria menggunak
wanita R/ bln bln an
Spir
al
Umur saat ini (tahun)                    
10-19       10.7 13.6   19.   56.5 9
2
20-35 1.1 0.0 2.2 30.1 2.5 8.3 4.1 0.1 51.6 5,14
7
35-59 4.6 0.0 2.4 26.5 1.4 7.9 3.3 0.5 53.3 1,75
3
 Pendidikan ibu                    
Rendah 1.8 0.0 1.5 26.1 1.8 8.1 3.5 0.2 57.1 3,49
4
Menengah 1.8 0.1 2.6 34.7 2.5 8.2 4.5 0.1 45.6 2,82
7
Tinggi 4.3   4.9 21.3 3.8 8.9 3.8 0.7 52.4 589
 Pekerjaan Kepala                    
Keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 5.7   4.8 21.4 4.6 11.6 2.4   49.6 468
Wiraswasta 1.6 0.0 1.8 26.1 1.8 8.2 3.9 0.2 56.4 3,86
/lainnya/petani/nelayan 8
Buruh/Sopir/Pembantu 3.1   2.7 31.0 5.4 9.5 5.9   42.3 85
Tidak bekerja/sekolah 1.8 0.1 2.4 35.4 2.4 7.6 4.2 0.1 46.0 2,48
9
 Daerah tempat tinggal                    
Perkotaan 4.0   3.1 26.0 3.6 8.6 3.6 0.3 50.7 797
Perdesaan 1.7 0.0 2.1 29.6 2.1 8.2 3.9 0.2 52.2 6,11
3
Daerah Tertinggal 2.0 0.0 2.2 29.2 2.3 8.2 3.9 0.2 52.0 6,91
0
Indonesia 3.1 0.2 6.6 42.4 6.1 4.7 8.5 1.1

Penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) modern yang pertama diterima oleh ibu setelah
melahirkan anak terakhir. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 52% ibu tidak
menggunakan KB pasca salin. Proporsi penggunaan KB Pasca salin terdistribusi meningkat
sesuai usia Pendidikan, di wilayah perkotaan dan pada kategori pekerjaan pegawai.

165
1.5 Kepemilikan Buku KIA pada Ibu Hamil

Tabel 10.15. Proporsi kepemilikan buku KIA pada ibu yang sedang hamil menurut
karakteristik

Kepemilikan buku KIA


Karakteristik Ya,
Ya,
tidak bisa Tidak memiliki
bisa menunjukkan
menunjukkan
Umur saat ini (tahun)
10-19 60.7 6.3 32.9
20-35 51.3 14.9 33.7
>35 49.2 15.4 35.4

 Pendidikan ibu
Rendah 42.7 13.9 43.4
Menengah 58.1 12.9 29.0
Tinggi 61.4 20.4 18.2

 Pekerjaan Kepala Keluarga


Pegawai (PNS /Swasta) 44.6 19.4 22.4
Wiraswasta /lainnya/petani/nelayan 44.6 14.8 40.4
Buruh/Sopir/Pembantu 44.6 35.9 48.7
Tidak bekerja/sekolah 44.6 11.7 28.3

Daerah tempat tinggal


Perkotaan 56.4 19.7 23.9
Perdesaan 51.4 13.4 35.2
Daerah Tertinggal 52.0 14.1 33.9
Indonesia 66.2 9.0 24.9

Status kepemilikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada ibu yang sedang hamil. Status
kepemilikan berdasarkan pengakuan dan observasi fisik buku KIA.Berdasarkan data diatas
dapat diketahui bahwa sebagain besar ibu memiliki buku KIA sebagian besar digunakan
sebesar 52% responden. Kepemilikan buku KIA meningkat sesuai usia Pendidikan dan
diwilayah perkotaan.

166
BAB XI
KESEHATAN ANAK

1.6. Riwayat Bayi Baru Lahir

Tabel 11.1. Proporsi berat badan lahir berdasarkan catatan pada anak umur 0-59 bulan
menurut Karakteristik

Ada catatan
Karakteristik < 2500 2500 - <3000 3000-3999 ≥4000 N
gram gram gram gram
Kelompok umur (bulan)
< 12 14.0% 44.1% 39.2% 2.8% 770
12.1-24.0 17.6% 39.4% 38.6% 4.5% 594
>24 15.0% 40.5% 40.7% 3.9% 1,284
Jenis kelamin
Laki-laki 15.0% 38.0% 43.5% 3.5% 1,299
Perempuan 15.6% 44.4% 36.2% 3.8% 1,349
Tempat tinggal
Perkotaan 11.6% 45.5% 40.9% 2.1% 561

16.3% 40.1% 39.5% 4.1%


Perdesaan 2,086
15.3% 41.3% 40.7% 3.7%
2648
Daerah Tertinggal
Indonesia 6.2% 29.4% 60.7% 3.7% 47011

Definisi berat badan lahir rendah jika lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram, Berat lahir
normal berkisar 2500-4000 gram (Kementerian Kesehatan, 2010). Berdasarkan table diatas dapat
diketahui bahwa di daerah tertinggal masih terdapat bayi dengan berat lahi rendah ( BBLR)
sebesar 15.2% . Proporsi bayi berat lahir rendah di oedesaaan terlihat lebih tinggi 5%
dibandingkan dengan daerah perkotaan Sementara masih 29.4% bayi dengan berat lahir antara
2500-3000.

167
168
Tabel 11.2. Proporsi panjang badan lahir berdasarkan catatan pada anak umur 0-59 bulan
menurut Karakteristik

Ada catatan
Karakteristik N
< 48 cm 48-52 cm >52 cm
Kelompok umur (bulan)
< 12 45.6% 53.8% 0.6% 626
12.1-24.0 44.2% 53.0% 2.8% 436
>24 49.5% 47.3% 3.2% 789
Jenis kelamin
Laki-laki 41.7% 55.1% 3.2% 912
Perempuan 52.1% 46.7% 1.2% 940
Tempat tinggal
Perkotaan 46.8% 49.8% 3.4% 371
Perdesaan 47.0% 51.1% 1.9% 1,480
47.0% 50.8% 2.2% 1,851
Daerah Tertinggal
Indonesia 22.6% 74.7% 2.7% 37754

Panjang badan lahir yang normal berada pada rentang 48-52 cm (Kementerian Kesehatan, 2010).
Definisi panjang badan lahir pendek: saat lahir mempunyai panjang badan di bawah 48 cm.
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hamper 1 dari 2 bayi yang lahir di daerah
tertinggal memiliki Panjang badan < 48 cm, artinya terkategori pendek. Angka ini lebih dari dua
kali angka nassional. Perempuan memiliki proporsi yang lebih besar dari bayi berjenis kelamin
laki laki. Sementara distribusinya hamper sama di perkotaan maupun di pedesaan

169
Tabel 11.3. Proporsi lingkar kepala lahir pada anak umur 0-59 bulan menurut
karakteristik

Ada catatan
Karakteristik < 33 cm 33-37 cm >37 cm N

Kelompok umur (bulan)


< 12 67.2% 30.5% 2.4% 291
12.1-24.0 59.3% 37.0% 3.7% 196
>24 72.2% 23.1% 4.7% 324
Jenis kelamin
Laki-laki 63.3% 32.6% 4.1% 393
Perempuan 71.0% 25.8% 3.2% 418
Tempat tinggal
Perkotaan 63.4% 35.8% 0.9% 137
Perdesaan 68.1% 27.7% 4.2% 674
67.3% 29.1% 3.6%
811
Daerah Tertinggal
Indonesia 40.6% 58.4% 1.0% 14908

Lingkar kepala lahir yang normal berada pada rentang 33-37 cm (Kementerian Kesehatan, 2010).
Definisi lingkar kepala saat lahir dianggap kecil: jika lingkar kepala saat lahir di bawah 33 cm.
berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hanpir 70% bayi di daerah tertinggal terkategori
mikrocephalus dengan ukuran LIKA < 33 cm. Angka ini 27% diatas angka nasional. Bayi
perempuan memiliki proporsi yang lebih tinggi dan di perdesaaan memiliki proporsi yang lebih
tinggi dibanding daerah perkotaan

170
Kepemilikan dan Pemanfaatan Buku KIA

Tabel 11.4. Proporsi kepemilikan buku KIA pada anak 0-59 bulan menurut Karakteristik

Kepemilikan Buku KIA N


Ya, dapat Ya, tidak Tidak
Karakteristik
menunjukka dapat pernah
n menunjukkan memiliki
Kelompok umur
(bulan)
< 12 81.0% 16.1% 2.9% 770
12.1-24.0 64.8% 29.4% 5.8% 594
>24 51.0% 41.3% 7.7% 1,284
Jenis kelamin
Laki-laki 61.3% 32.2% 6.5% 1,299
Perempuan 64.3% 30.4% 5.4% 1,349
Tempat tinggal
Perkotaan 60.7% 28.9% 10.4% 561
Perdesaan 63.4% 31.9% 4.7% 2,086
62.8% 31.3% 5.9%
2648
Daerah Tertinggal
Indonesia 49.7% 16.2% 11.7% 93620

171
Tabel 11.5. Proporsi kelengkapan pencatatan buku KIA pada anak 0-59 bulan menurut
Karakteristik

Pemanfaatan Buku KIA


Riwayat
Karakteristik Pemantauan Pemantauan
imunisas N
pertumbuhan perkembangan
i
Kelompok umur
(bulan)
< 12 60.8% 50.1% 64.9% 614
12.1-24.0 61.5% 55.8% 60.8% 386
>24 55.6% 48.4% 59.5% 648
Jenis kelamin
62.4% 62.7% 803
55.5%
Laki-laki
55.6% 61.0% 878
46.2%
Perempuan
Tempat tinggal
Perkotaan 59.5% 52.8% 73.2% 343
Perdesaan 58.8% 50.2% 58.8% 1,305
Daerah 58.9% 50.8% 61.8%
1648
Tertinggal
Indonesia 57.2% 45.6% 69.7% 42671

172
1.6 Imunisasi dan Vitamin A

Proporsi imunisasi dasar


DPT- DPT- DPT-
HB/ HB/ HB/ Polio 1-
Karakteristik N
HB-0 BCG DPT- DPT- DPT- 4 atau Campak
HB-Hib HB-Hib HB-Hib IPV 1-3
1 2 3
Kelompok
umur (bulan)
< 12 48.5
85.4% 78.6% 71.8% 61.2% 94.4% 21.2% 613
%
12.1-24.0 77.2
78.0% 82.3% 84.7% 82.7% 96.6% 67.4% 394
%
>24 72.2
70.8% 80.4% 79.7% 76.9% 96.1% 64.7% 661
%
Jenis
kelamin
65.4
76.2% 81.0% 76.6% 71.0% 95.0% 52.5% 825
Laki-laki %
64.0
79.6% 79.4% 79.2% 74.0% 96.3% 48.3% 844
Perempuan %
Tempat
tinggal
71.4
84.4% 82.9% 84.1% 79.3% 98.0% 60.6% 392
Perkotaan %
62.7
75.9% 79.4% 76.0% 70.4% 95.0% 48.0% 1,277
Perdesaan %
Daerah
77.9% 80.2% 77.9% 72.5% 64.7%
Tertingga 95.6% 50.4% 1,669

173
61.3 18165
83.1% 86.9% 65.4% 63.9% 67.6% 77.3%
Indonesia %

Tabel 11.6. Cakupan imunisasi dasar pada anak 12-13 bulan menurut karakteristik

Tabel 11.7. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak 12-23 bulan menurut
karakteristik

Kelengkapan imunisasi dasar


N
Karakteristik Tidak Tidak
Lengkap Tertimbang
lengkap imunisasi
Kelompok umur (bulan)
< 12 28.9% 70.1% 0.9% 491
12.1-24.0 59.0% 40.7% 0.2% 495
>24 57.4% 41.5% 1.1% 821
Jenis kelamin
Laki-laki 53.3% 46.0% 0.7% 359
Perempuan 46.8% 52.3% 0.9% 1,447
Tempat tinggal
Perkotaan 64.1% 35.6% 0.3% 916
Perdesaan 46.6% 52.5% 0.9% 890
Daerah Tertinggal 50.1% 49.1% 0.8% 1,806
Indonesia 57.9% 32.9% 9.2% 18165
Program imunisasi dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956. Kementerian Kesehatan
melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan
kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu tuberkulosis, difteri,
pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Informasi cakupan imunisasi pada Riskesdas
2018 ditanyakan kepada ibu yang mempunyai balita umur 0-59 bulan. Informasi imunisasi
dikumpulkan berdasarkan dua sumber informasi, yaitu wawancara kepada ibu balita atau anggota

174
rumah tangga yang mengetahui, serta catatan dalam KMS atau catatan dalam buku kesehatan
anak lainnya. Apabila salah satu dari kedua sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah
diimunisasi, disimpulkan bahwa anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis yang ditanyaka.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan
imunisasi, seorang anak dinyatakan telah memperoleh imunisasi dasar lengkap apabila telah
mendapatkan satu kali imunisasi HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi
DPT-HB/DPT-HB-HiB, empat kali imunisasi polio atau tiga kali imunisasi IPV, dan satu kali
imunisasi campak (Kementerian Kesehatan, 2017).

175
Tabel 11.8. Cakupan imunisasi lanjutan pada anak 24-35 bulan menurut Karakteristik

Jenis imunisasi lanjutan


Karakteristik N
DPT/HB/Hib lanjutan Campak lanjutan
Kelompok umur (bulan)
< 12 0.1% 0.7% 814

12.1-24.0 12.1% 3.3% 545

>24 16.5% 13.9% 1,008

Jenis kelamin
Laki-laki 11.0% 7.5% 1,208

Perempuan 8.7% 6.3% 1,187

Tempat tinggal
Perkotaan 10.6% 7.4% 410

Perdesaan 9.7% 6.7% 1,966

9.8% 6.9% 2,442


Daerah Tertinggal
Indonesia 39.4% 38.3% 18986

Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat
imunitas terhadap penyakit tertentu pada anak umur di bawah dua tahun (Baduta). Seorang
anak dinyatakan telah mendapatkan imunisasi lanjutan apabila telah lengkap imunisasi dasar
dan mendapatkan imunisasi DPT-HB-HiB dan campak lanjutan dalam rentang usia 18-24
bulan. Interval pemberian imunisasi DPT-HB-HiB minimal 12 bulan dari imunisasi DPT-
HB-HiB 3 dan pemberian imuniasi campak minimal 6 bulan dari imunisasi campak dosis
pertama. Informasi imunisasi lanjutan diperoleh dari anak umur 24-35 bulan yang menerima
imunisasi satu dosis vaksin DPT-HB-HiB lanjutan dan satu dosis vaksin campak lanjutan,
baik menurut catatan imunisasi maupun pengakuan.

176
Tabel 11.9. Proporsi jenis kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) pada anak 12-23
bulan menurut Karakteristik

Pernah Keluhan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)


Karakteristik mengalami Demam N
Bernanah/abses Kejang Lainnya
KIPI tinggi
Kelompok
umur (bulan)
< 12 43.9% 38.3% 14.3% 1.3% 1.6% 1,486
12.1-24.0 50.9% 43.6% 19.5% 1.2% 1.1% 1,411
>24 48.7% 43.7% 18.6% 1.7% 0.5% 4,146
Jenis kelamin
Laki-laki 49.4% 44.5% 17.4% 1.4% 1.1% 3,541
Perempuan 46.9% 39.9% 17.7% 1.6% 0.8% 3,502
Tempat
tinggal
Perkotaan 49.2% 44.7% 13.8% 0.7% 0.2% 992
Pedesaan 48.0% 41.4% 18.6% 1.7% 1.2% 6,051
Daerah 48.1% 42.1% 1.5% 7,043
17.6% 1.0%
Tertinggal
Indonesia

Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI), yang
dimaksud dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit
dan/atau kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi yang diduga
berhubungan dengan imunisasi. Dalam Riskesdas 2018, seorang anak umur 12-23 bulan
dinyatakan pernah mengalami KIPI apabila dalam periode 1 bulan setelah imunisasi pernah
mengalami demam tinggi, bernanah/abses dan/atau kejang. Kondisi bernanah/abses setelah
imunisasi BCG tidak termasuk dalam KIPI kecuali bernanah/abses yang berkepanjangan
(misal >3 minggu

177
BAB XII
STATUS GIZI, IMT & LINGKAR PERUT ORANG DEWASA

12.1. Status Gizi berdasarkan kategori IMT orang dewasa 18+ tahun

Tabel 12.1. Prevalensi Status Gizi berdasarkan Kategori IMT pada Penduduk Dewasa (umur >18 Tahun)
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018

Status Gizi Menurut IMT


Kurus Normal BB Lebih Obesitas N Ter
Karakteristik timbang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Kelompok Umur
19 20.3 17.0-24.1 68.5 64.2-72.6 5.0% 3.5-7.2 6.1 3.9-9.5 988.409
20 – 24 16.3% 14.8-18.0 71.0 69.0-72.8 6.0 5.2-7.0 6.7 5.8-7.7 5686.050
25 – 29 11.8 10.7-13.1 66.5 64.6-68.2 10.1 9.0-11.3 11.6 10.4-12.9 7002.606
30 – 34 8.2 7.3-9.2 64.5 62.8-66.2 12.7 11.5-13.9 14.6 13.5-15.9 6232.262
35 – 39 7.0 6.2-7.8 63.1 61.1-65.1 13.3 12.0-14.6 16.6 15.2-18.2 6644.985
40 – 44 7.2 6.4-8.1 60.5 58.6-62.3 14.1 12.8-15.5 18.2 16.8-19.7 5339.893
45 – 49 10.6 9.4-11.9 60.9 58.8-63.1 12.8 11.4-14.2 15.7 14.2-17.3 4677.684
50 – 54 13.5 12.1-15.1 60.7 58.5-62.7 11.6 10.1-13.1 14.2 12.9-15.8 3614.172
55 – 59 16.5 14.7-18.4 60.6 58.0-63.1 10.6 9.2-12.2 12.4 10.6-14.3 2923.596
60 – 64 19.9 17.7-22.4 61.4 58.4-64.3 8.4 6.9-10.1 10.3 8.7-12.2 1930.014
65+ 32.2 29.9-34.5 57.0 54.5-59.4 5.5 4.5-6.7 5.4 4.2-6.9 2797.510
Jenis Kelamin
Laki – laki 11.9 11.2-12.5 69.2 68.1-70.2 9.6 9.0-10.2 9.4 8.8-10.1 24070.126
Perempuan 13.5 12.9-14.2 57.9 56.8-58.9 12.0 11.4-12.7 16.6 15.8-17.4 23767.056
Pendidikan KRT
Rendah 14.4 13.7-15.1 65.1 64.0-66.1 9.7 9.1-10.3 10.9 10.2-11.6 27515.235
Menengah 11.1 10.4-11.9 62.4 61.1-63.6 11.8 11.1-12.6 14.7 13.9-15.6 16732.627
Tinggi 7.1 6.0-8.5 57.4 55.0-59.8 14.6 13.1-16.3` 20.8 18.7-23.1 3589.320
Pekerjaan KRT
PNS/Swasta 6.2 5.2-7.4 54.2 51.8-56.7 16.5 14.9-18.3 23.1 20.9-25.3 3776.344
Tidak bekerja / 15.6 14.6-16.7 58.7 57.3-60.1 10.5 9.7-11.4 15.1 14.0-16.3 10860.026
sekolah
Nelayan, Tani, 12.9 12.2-13.6 68.0 66.9-69.1 9.6 9.0-10.2 9.5 8.9-10.2 26814.448
Buruh, Sopir,
Pembantu art
Wiraswasta/lainnya 10.7 9.5-12.0 58.6 56.8-60.5 12.8 11.7-14.1 17.8 16.4-19.3 6386.363
Tempat Tinggal
Perkotaan 10.2 8.9-11.7 57.3 54.9-59.7 12.9 11.8-14.2 19.6 18.0-21.3 5737.245
Perdesaan 13.0 12.5-13.6 64.4 63.5-65.3 10.5 10.0-11.0 12.1 11.5-12.7 42099.938

Prevalensi Daerah 12.7 12.2-13.2 63.6 62.7-64.4 10.8 10.3-11.3 13.0 12.4-13.5 47837.18
Tertinggal 2
Prevalensi Indonesia 9.3 9.2-9.5 55.3 55.1-55.5 13.6 13.4-13.7 21.8 21.7-22.0 624.563

Catatan:
Kurus : IMT <18,5
Normal : IMT ≥18,5 s/d IMT <25,0
BB Lebih : IMT ≥25,0 s/d IMT <27,0
Obesitas : IMT ≥ 27,0

178
Tabel 11.1.2.
Prevalensi Status Gizi berdasarkan Kategori IMT pada Penduduk
Laki-Laki Dewasa (umur >18 Tahun) menurut Karakteristik.

Status Gizi Menurut IMT


Kurus Normal BB Lebih Obesitas N Ter
Karakteristik timbang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Kelompok Umur
19 23.0 18.3 - 28.5 70.0 64.3 - 75.1 3.1 1.7% - 5.5 4.0 2.2 - 7.2 480.011
20 – 24 15.0 12.9 - 17.4 75.1 72.4 - 77.5 5.2 4.2 - 6.4 4.7 3.6 - 6.1 2880.665
25 – 29 12.1 10.5 - 14.0 69.6 66.9 - 72.1 9.3 7.8 - 10.9 9.0 7.5 - 10.9 3474.058
30 – 34 8.7 7.4 -10.3 69.7 67.2 - 72.0 10.8 9.3 - 12.6 10.8 9.3 - 12.4 3018.747
35 – 39 7.3 6.2 - 8.6 69.3 66.8 - 71.7 12.4 10.8 - 14.2 10.9 9.5 - 12.6 3335.035
40 – 44 6.2 5.2 - 7.3 68.1 65.8 - 70.4 12.6 11.0 - 14.5 13.1 11.5 - 14.9 2701.319
45 – 49 9.2 7.9 - 10.8 69.5 66.6 - 72.3 10.2 8.7 - 11.9 11.0 9.2 - 13.2 2471.999
50 – 54 12.4 10.5 - 14.7 67.8 64.7 - 70.7 9.7 7.8 - 12.1 10.1 8.4 - 12.0 1783.686
55 – 59 13.1 11.0 - 15.4 66.3 62.8 - 69.5 11.0 9.0 - 13.3 9.7 7.9 - 11.8 1520.537
60 – 64 16.8 14.0 - 20.1 68.5 64.4 - 72.2 7.1 5.3 - 9.4 7.6 5.7 - 10.2 1031.656
65+ 28.8 25.9 - 31.8 61.3 58.0 - 64.5 4.8 3.5 - 6.4 5.2 3.2 - 8.2 1372.412
Pendidikan KRT
Rendah 13.1 12.2 - 14.0 72.3 71.1 - 73.6 7.9 7.2 - 8.7 6.6 6.0 - 7.3 12772.929
Menengah 11.2 10.2 - 12.3 66.9 65.3 - 68.5 10.7 9.7 - 11.7 11.2 10.1 - 12.3 9370.645
Tinggi 6.9 5.5 - 8.7 59.1 55.8 - 62.3 14.9 12.9 - 17.3 19.0 16.2 - 22.2 1926.552
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 6.4 5.2 - 7.9 56.4 53.3 - 59.5 15.9 13.9 - 18.2 21.2 18.6 - 24.1 2425.989
Tidak bekerja/sekolah 18.6 16.5 - 20.9 66.0 63.2 - 68.6 7.2 5.9 - 8.7 8.2 6.6 - 10.2 2717.708
Petani.nelayan/buruh 12.2 11.4 - 13.0 72.7 71.5 - 73.9 8.3 7.6 - 9.1 6.8 6.2 - 7.5 15620.627
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 9.0 7.5 - 10.6 64.6 62.0 - 67.1 12.6 11.0 - 14.5 13.8 12.1 - 15.7 3305.802
Tempat Tinggal
Perkotaan 11.4 9.5 - 13.6 62.3 59.0 - 65.5 10.8 9.2 - 12.7 15.5 13.5 - 17.8 2898.296
Perdesaan 11.9 11.2 - 12.7 70.1 69.0 - 71.2 9.4 8.7 - 10.1 8.6 7.9 - 9.3 21171.830

Prevalensi Daerah Tertinggal 11.9 11.2 - 12.5 69.2 68.1 - 70.2 9.6 9.0 - 10.2 9.4 8.8 - 10.1 24070.126
Prevalensi Indonesia 10.8 10.7 – 11 62.6 62.3-62.9 12.1 11.9-12.3 14.5 14.3-14.7 315.623

Catatan:
Kurus : IMT <18,5
Normal : IMT ≥18,5 s/d IMT <25,0
BB Lebih : IMT ≥25,0 s/d IMT <27,0
Obesitas : IMT ≥ 27,0

179
Tabel 11.1.3.
Prevalensi Status Gizi berdasarkan Kategori IMT pada Penduduk
Perempuan Dewasa (umur >18 Tahun) menurut Karakteristik.

Status Gizi Menurut IMT


Kurus Normal BB Lebih Obesitas N Ter
Karakteristik timbang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Kelompok Umur
19 17.8 13.4 - 23.2 67.1 60.7 - 73.0 6.9 4.4 - 10.7 8.2 4.7 - 13.8 508.398
20 – 24 17.7 15.6 - 20.0 66.7 64.0 - 69.4 6.8 5.5 - 8.5 8.8 7.4 - 10.3 2805.385
25 – 29 11.5 10.0 - 13.3 63.4 61.0 - 65.7 10.9 9.5 - 12.4 14.2 12.5 - 16.1 3528.548
30 – 34 7.7 6.6 - 8.9 59.6 57.3 - 62.0 14.4 12.7 - 16.2 18.3 16.5 - 20.2 3213.515
35 – 39 6.6 5.7 - 7.7 56.9 54.3 - 59.5 14.1 12.5 - 15.9 22.4 20.3 - 24.6 3309.950
40 – 44 8.3 7.1 - 9.7 52.6 50.0 - 55.2 15.6 13.7 - 17.9 23.4 21.3 - 25.7 2638.574
45 – 49 12.1 10.3 - 14.2 51.3 48.4 - 54.3 15.6 13.5 - 18.0 20.9 18.7 - 23.2 2205.686
50 – 54 14.6 12.6 - 16.9 53.8 50.7 - 56.8 13.3 11.3 - 15.6 18.3 16.2 - 20.6 1830.486
55 – 59 20.2 17.5 - 23.1 54.4 50.6 - 58.1 10.1 8.2 - 12.4 15.3 12.5 - 18.5 1403.059
60 – 64 23.5 20.2 - 27.2 53.2 49.1 - 57.4 9.8 7.5 - 12.8 13.4 10.9 - 16.3 898.358
65+ 35.4 32.4 - 38.6 52.8 49.4 - 56.1 6.2 4.8 - 8.1 5.6 4.3 - 7.1 1425.098
Pendidikan KRT
Rendah 15.5 14.6 - 16.3 58.8 57.4 - 60.1 11.2 10.4 - 12.0 14.6 13.6 - 15.6 14742.306
Menengah 11.0 10.0 - 12.1 56.6 54.9 - 58.2 13.2 12.2 - 14.4 19.2 17.9 - 20.5 7361.982
Tinggi 7.4 5.8 - 9.2 55.5 52.2 - 58.7 14.3 12.2 - 16.7 22.9 20.2 - 25.9 1662.768
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 5.9 4.5 - 7.7 50.3 46.7 - 53.8 17.6 15.0 - 20.4 26.3 23.1 - 29.8 1350.356
Tidak bekerja/sekolah 14.6 13.6 - 15.8 56.3 54.8 - 57.8 11.6 10.7 - 12.6 17.4 16.2 - 18.7 8142.318
Petani.nelayan/buruh 13.9 12.9 - 14.9 61.4 59.8 - 63.0 11.4 10.5 - 12.3 13.3 12.2 - 14.5 11193.821
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 12.6 10.9 - 14.6 52.3 49.8 - 54.7 13.0 11.5 - 14.7 22.1 20.0 - 24.3 3080.561
Tempat Tinggal
Perkotaan 9.0 7.7 - 10.4 52.2 49.4 - 54.9 15.1 13.5 -17.0 23.7 21.3 - 26.4 2838.948
Perdesaan 14.1 13.4 - 14.9 58.6 57.5 - 59.7 11.6 11.0 - 12.3 15.6 14.8 - 16.5 20928.108

Prevalensi Daerah Tertinggal 13.5 12.9-14.2 57.9 56.8-58.9 12.0 11.4-12.7 16.6 15.8-17.4 23767.056
Prevalensi Indonesia 7.8 7.6-7.9 47.8 47.6-48.1 15.1 14.9-15.2 29.3 29.1-29.6 308.940

Catatan:
Kurus : IMT <18,5
Normal : IMT ≥18,5 s/d IMT <25,0
BB Lebih : IMT ≥25,0 s/d IMT <27,0
Obesitas : IMT ≥ 27,0

180
11.2. OBESITAS SENTRAL

Tabel 11.2.1.
Obesitas Sentral ≥15 tahun Di Kabupaten Daerah Tertinggal

No. Kabupaten Obesitas Central Normal Total


n % n % n %
1 Nias 76 6.4% 1105 93.6% 1181 100.0
2 Nias Selatan 153 12.0 1122 88.0 1275 100.0
3 Nias Utara 243 19.1 1028 80.9 1271 100.0
4 Nias Barat 144 12.1 1050 87.9 1194 100.0
5 Kepulauan Mentawai 212 22.4 735 77.6 947 100.0
6 Musi Rawas Utara 261 32.0 555 68.0 816 100.0
7 Pesisir Barat 154 28.0 396 72.0 550 100.0
8 Lombok Utara 253 21.5 925 78.5 1178 100.0
9 Sumba Barat 155 12.2 1117 87.8 1272 100.0
10 Sumba Timur 221 15.2 1235 84.8 1456 100.0
11 Kupang 263 19.9 1059 80.1 1322 100.0
12 Timor Tengah Selatan 180 12.9 1217 87.1 1397 100.0
13 Belu 205 16.2 1059 83.8 1264 100.0
14 Alor 212 18.5 934 81.5 1146 100.0
15 Lembata 348 31.0 776 69.0 1124 100.0
16 Rote Ndao 164 17.2 787 82.8 951 100.0
17 Sumba Tengah 126 11.0 1016 89.0 1142 100.0
18 Sumba Barat Daya 143 10.4 1238 89.6 1381 100.0
19 Manggarai Timur 143 11.9 1059 88.1 1202 100.0
20 Sabu Raijua 137 15.0 775 85.0 912 100.0
21 Malaka 126 18.0 573 82.0 699 100.0
22 Donggala 378 27.6 994 72.4 1372 100.0
23 Tojo Una-Una 299 28.5 750 71.5 1049 100.0
24 Sigi 422 31.1 937 68.9 1359 100.0
25 Maluku Tenggara Barat 365 33.9 713 66.1 1078 100.0
26 Kepulauan Aru 180 22.0 639 78.0 819 100.0

181
27 Seram Bagian Barat 344 28.3 872 71.7 1216 100.0
28 Seram Bagian Timur 206 19.0 881 81.0 1087 100.0
29 Maluku Barat Daya 171 18.2 768 81.8 939 100.0
30 Buru Selatan 153 15.5 831 84.5 984 100.0
31 Kepulauan Sula 328 31.4 718 68.6 1046 100.0
32 Pulau Taliabu 178 27.4 471 72.6 649 100.0
33 Teluk Wondama 119 20.5 461 79.5 580 100.0
34 Teluk Bintuni 258 35.3 473 64.7 731 100.0
35 Sorong Selatan 195 31.0 435 69.0 630 100.0
36 Sorong 297 33.1 600 66.9 897 100.0
37 Tambrauw 118 29.1 287 70.9 405 100.0
38 Maybrat 143 33.4 285 66.6 428 100.0
39 Manokwari Selatan 211 37.1 357 62.9 568 100.0
40 Pegunungan Arfak 82 32.0 174 68.0 256 100.0
41 Jayawijaya 104 22.1 366 77.9 470 100.0
42 Nabire 313 44.2 395 55.8 708 100.0
43 Paniai 203 35.5 369 64.5 572 100.0
44 Puncak Jaya 279 31.1 619 68.9 898 100.0
45 Boven Digoel 142 32.6 293 67.4 435 100.0
46 Mappi 118 18.7 512 81.3 630 100.0
47 Asmat 57 15.4 312 84.6 369 100.0
48 Yahukimo 61 21.9 217 78.1 278 100.0
49 Pegunungan Bintang 80 20.2 316 79.8 396 100.0
50 Tolikara 146 33.6 288 66.4 434 100.0
51 Keerom 218 34.2 419 65.8 637 100.0
52 Waropen 99 36.3 174 63.7 273 100.0
53 Supiori 127 30.5 289 69.5 416 100.0
54 Mamberamo Raya 47 19.3 197 80.7 244 100.0
55 Nduga 196 39.4 302 60.6 498 100.0
56 Lanny Jaya 134 24.9 405 75.1 539 100.0
57 Mamberamo Tengah 126 32.2 265 67.8 391 100.0
58 Yalimo 99 45.0 121 55.0 220 100.0
59 Puncak 92 42.4 125 57.6 217 100.0
60 Dogiyai 105 21.6 382 78.4 487 100.0
61 Intan Jaya 37 24.8 112 75.2 149 100.0
62 Deiyai 85 14.7 494 85.3 579 100.0
Total 11234 22.6 38379 77.4 49613 100.0

182
Tabel 11.2.2.
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun menurut karakteristik,

Obesitas Sentral1
N Ter
Karakteristik % 95% CI
timbang
Kelompok Umur
15 – 24 8.0 7.3 - 8.9 12006.133
25 – 34 23.5 22.3 - 24.7 12617.782
35 – 44 31.0 29.5 - 32.6 11674.737
45 – 54 29.6 28.2 - 31.0 8136.451
55 – 64 24.4 22.7 - 26.2 4709.855
65 – 74 19.4 16.8 - 22.3 2008.819
75 + 12.3 9.7 - 15.4 689.011
Jenis Kelamin
Laki – laki 9.9 9.2 - 10.6 26469.873
Perempuan 35.3 34.2 - 36.4 25372.915
Pendidikan KRT
Rendah 22.0 21.1 - 23.0 28689.806
Menengah 21.0 20.1 - 21.9 19694.924
Tinggi
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 32.3 30.1 - 34.6 3685.156
Tidak bekerja/sekolah 21.6 20.5 - 22.8 15324.467
Petani.nelayan/buruh 19.5
18.5 - 20.5 26523.008
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 30.2 28.4 - 32.1 6310.157
Tempat Tinggal
Perkotaan 30.4 28.5 - 32.3 6220.134
Perdesaan 21.2 20.5 - 22.0 45622.654

Prevalensi Daerah Tertinggal 22.3 21.6 - 23.1 12059.763


Prevalensi Indonesia 31,6 30,8 – 31.2 692.007
1
Lingkar Perut Laki-laki (> 90cm), Lingkar perut Perempuan (> 80 cm)

183
Tabel 11.2.3.
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Laki - laki Dewasa
Umur ≥ 15 Tahun menurut karakteristik,

Obesitas Sentral1
N Ter
Karakteristik % 95% CI
timbang
Kelompok Umur
15 – 24 2.8 2.3 -3.5 6198.513
25 – 34 9.3 8.2 - 10.5 6336.818
35 – 44 14.0 12.4 - 15.7 5912.864
45 – 54 13.8 12.2 - 15.5 4175.531
55 – 64 13.7 11.9 - 15.7 2514.581
65 – 74 10.0 7.1 - 13.8 1005.993
75 + 4.5 2.8 - 7.2 325.572
Pendidikan KRT
Rendah 7.7 6.8 - 8.6 13641.133
Menengah 10.6 9.7 - 11.6 10937.449
Tinggi 21.9 19.2 - 24.9 1891.291
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 23.5 21.1 - 26.1 2402.273
Tidak bekerja/sekolah 4.3 3.5 - 5.3 5166.172
Petani.nelayan/buruh
8.0 7.2 - 8.9 15571.404
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 17.8 15.9 - 20.0 3330.025
Tempat Tinggal
Perkotaan 18.5 16.2 - 21.1 3166.879
Perdesaan 8.7 8.1 - 9.5 23302.994

Prevalensi Daerah Tertinggal 9.9 9.2 - 10.6 26469.873


Prevalensi Indonesia
1
Lingkar Perut Laki-laki (> 90cm).

184
Tabel 11.2.4.
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Perempuan Dewasa Umur ≥ 15 Tahun
menurut karakteristik,

Obesitas Sentral1
N Ter
Karakteristik % 95% CI
timbang
Kelompok Umur
15 – 24 13.6 12.3 – 15.1 5807.620
25 – 34 37.8 35.9 - 39.7 6280.964
35 – 44 48.6 46.4 - 50.7 5761.873
45 – 54 46.2 44.0 - 48.4 3960.920
55 – 64 36.6 33.8 - 39.5 2195.273
65 – 74 28.9 25.4 - 32.6 1002.826
75 + 19.2 14.8 - 24.5 363.439
Pendidikan KRT
Rendah 35.0 33.6 - 36.5 15048.673
Menengah 33.9 32.4 - 35.5 8757.475
Tinggi 45.6 42.3 - 49.0 1566.766
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 48.9 45.3 - 52.5 1282.884
Tidak bekerja/sekolah 30.5 29.0 - 31.9 10158.295
Petani.nelayan/buruh 35.8 34.0 - 37.6 10951.604
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 44.1 41.3 - 47.0 2980.132
Tempat Tinggal
Perkotaan 42.7 39.6 - 45.8 3053.255
Perdesaan 34.3 33.1 - 35.5 22319.660

Prevalensi Daerah Tertinggal 35.3 34.2 - 36.4 25372.915


Prevalensi Indonesia
1
Lingkar perut Perempuan (> 80 cm)

185
186
BAB XIII

KESIMPULAN, SARAN
DAN REKOMENDASI

187
BAB 13
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan:

Dalam kajian ini dapat kami berikan kesimpulan di Daerah Tertinggal sebagai
berikut:
1. Proporsi pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan Rumah Sakit
sebesar 75,3%, sedangkan keberadaan Puskesmas/Pustu/Bides sebesar
96,1%
2. Proporsi pemakaian air ≥ 20 liter/orang/hari di rumah tangga sebesar 75,8%,
penanganan tinja balita secara aman sebesar 37,9% dan pengelolaan
sampah rumah tangga yang baik sebesar …… Upaya pemberantasan
nyamuk 3M sebesar 15,5%
3. Prevalensi ISPA sebesar 7,2%, Pneumonia sebesar 2,2%, TB Paru sebesar
0,5%, Hepatitis sebesar 0,5%, Diare sebesar 7,2%, Malaria sebesar 5,5%,
Filariasis sebesar 1,2%, Asma sebesar 1,48%, Kanker sebesar 1 permil, DM
sebesar 0,6%, Penyakit jantung coroner sebesar 0,8%, hipertensi sebesar
6,6%, stroke sebesar 5 permil, gangguan ginjal kronis sebesar 3,8%, penyakit
sendi sebesar 7,8%, gangguan mental emosional (GME) sebesar 13,91% dan
depresi mini sebesar 7,1%
4. Prevalensi Disabilitas pada anak usia 5-17 tahun sebesar 3,7%, Cedera
sebesar 10%, proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional sebesar
15,4%, pemanfaatan taman obat keluarga (TOGA) sebesar 46,1%
5. Proporsi penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama atau Long Lasting
Impregnated Nets (LLINs) sebesar 52,8%, konsumsi buah dan sayur yang
cukup ≥ 5 porsi sebesar 5,8%, perilaku cuci tangan yang benar sebesar 29%,
merokok sebesar 26,1%, aktifitas fisik yang cukup sebesar 64,6%, konsumsi
alcohol 5,9%
6. Proporsi Kesehatan Ibu untuk Antenatal Care Kunjungan 1 (K1) sebesar
78,4%, Kunjungan 4 (K4) sebesar 72,4%, kepemilikan buku KIA sebesar
66,1%
7. Pada usia ≥18 tahun prevalensi obesitas sentral sebesar 22,3%

188
SARAN
Pada kajian ini dapat kami berikan saran sebagai berikut:
1. Perlu diperhatikan status kesehatan masyarakat yang berada di daerah
tertinggal
2. Perlu ditingkatkan perilaku hidup bersih sehat dari masyarakat yang
berdomisili di daerah tinggal
3. Perlu perhatian khusus bagi kesehatan ibu dan anak misal pemberian buku
KIA lebih merata

REKOMENDASI
Dalam kajian ini kami dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Diperlukan riset khusus untuk mengukur status kesehatan penduduk di
daerah tertinggal dari 62 Kabupaten
2. Diperlukan

189
Daftar Kepustakaan:

1. Permenkes, 2020: Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 2020.
2. Perpres, 2020: Peraturan Presiden (Perpres) No. 63 Tahun 2020 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal tahun 2020-2024. Pada 62 Kabupaten daerah tertinggal di Indonesia,
Jakarta 2020.
3. Riskesdas, 2013: Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tahun 2013, Badan
Litbangkes, Jakarta 2014.
4. Riskesdas, 2018: Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tahun 2018, Lembaga
Penerbitan Badan Litbangkes, Jakarta 2019.
5. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, (2004): Strategi Nasional
Pembangunan Daerah Tertinggal (Starnas PDT) tahun 2004 dari 377 Kab/Kota di
Indonesia ada sebanyak 190 Kab Daerah Tertinggal, Jakarta Indonesia
6. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, (2004): RPJMN tahun 2004 –
2009 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal sebanyak 199 Kab Daerah
Tertinggal dari 457 Kab/Kota, Jakarta Indonesia
7. FP Senewe & Sandjaja, (2006): Status gizi balita di daerah tertinggal tahun 2004 (Kajian
data SKRT 2004), Jurnal Penelitian Gizi Masyarakat, 29(1):48-55, Bogor Indonesia
8. FP Senewe, L Pangaribuan, K Pritasari, (2006): Status morbiditas balita di daerah
tertinggal tahun 2004, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan-Vol.9 No.2 April 2006:82-92,
Surabaya Indonesia
9. Departemen Kesehatan, (2009): Platform Depdagri dan RPJMN 2004-2009 sebanyak
19 Kab/Kota, Daerah Kepulauan sebanyak 20 Kabupaten, Daerah Terpencil sebanyak
35 Kabupaten, Jakarta Indonesia (Depkes,2009)
10. FP Senewe, AD Musadad, HSP Manalu, (2011): Pengaruh lingkungan terhadap status
morbiditas balita di daerah tertinggal 2008, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.10 No.1,Maret
2011:54-64, Jakarta Indonesia
11. FP Senewe, Y Wiryawan, (2012): Gambaran status Kesehatan penduduk di daerah
Perbatasan, Jurnal Ekologi Kesehatan Vo.11 No.2,Juni 2012:99-111, Jakarta Indonesia
12. FP Senewe, F Ahmadi, (2012): Status kesehatan masyarakat di daerah tertinggal,
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.11 No.4,Desember 2012:269-278, Jakarta Indonesia
13. FP Senewe, Elsa Elsi, (2014): Analisis deskriptif Kesehatan lingkungan di daerah
tertinggal, perbatasan, kepulauan dan terpencil (DTPK-T), Media Litbangkes Vol.24
No.3, September 2014: 153-160, Jakarta Indonesia
14. SDKI, 2017: Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Kesehatan RI (Kemkes RI), The DHS Program, ICF, Rockville Maryland
USA, Jakarta Indonesia September 2018.
15. SUPAS, 2015: Profil Penduduk Indonesia – Hasil SUPAS 2015 Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS), ISBN: 978-602-438-027-4, Badan Pusat Statistik Jakarta Indonesia
2015.
16. Sensus Penduduk, 2010: Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2010, Badan
Pusat Statistik, ISSN: 2302-8513, Jakarta Indonesia, 2010.
17. Balitbangkes, 2019: Beban Ganda Penyakit Mengancam Indonesia, Badan Litbangkes
Kemkes RI, Humas Litbangkes, Jakarta Indonesia, April 2019.

190
18.

191

Anda mungkin juga menyukai