Oleh:
Dr.dr. Felly Philipus Senewe, M.Kes dan Tim
Ketua Pelaksana,
Menyetujui:
Dr. Donny K. Mulyantoro, SKM, M.Kes Dr. Wahyu Pudji Nugraheni, SKM, M.Kes
NIP. 196804051990021001 NIP. 197307071999032002
KEPUTUSAN
KEPALA PUSAT RISET KESEHATAN MASYARAKAT DAN GIZI,
ORGANISASI RISET DAN KESEHATAN,
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
NOMOR 5/IV/HK/2022
TENTANG
TIM KAJIAN STATUS KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH TERTINGGAL DI
INDONESIA TAHUN 2022
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Cibinong
Pada tanggal 13 Juni 2022
PELAKSANA TUGAS
KEPALA PUSAT RISET KESEHATAN
MASYARAKAT DAN GIZI,
ORGANIASI RISET KESEHATAN,
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas pernyataanNya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kajian Status Kesehatan Masyarakat di Daerah Tertinggal Indonesia tahun 2022. Status
kesehatan masyarakat yang berdomisili di Daerah Tertinggal masih perlu mendapat perhatian. Masih
banyak hal yang perlu diperbaiki misalnya akses terhadap air bersih, akses ke fasilitas kesehatan,
status kesehatan ibu dan anak, status penyakit dan status gizi penduduk. Daerah Tertinggal menurut
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang penetapan daerah tertinggal Menurut Perpres
63 tahun 2020, Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.
Kajian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran status kesehatan masyarakat bermukim
di daerah tertinggal, sehingga dapat memberikan masukan untuk kebijakan sector
kesehatan di daearah tertinggal. Dengan menggunakan data Riskesdas 2018 BKPK Kemkes RI
dengan mengambil 62 Kabupaten Daerah Tertinggal. Kami atas nama tim kajian
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kepala OR Kesehatan, Plt. Kepala PR Kesmaszi dan
Kepala PR Kesmaszi yang telah memberi kesempatan untuk kami melakukan kajian ini. Juga
kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BKPK, Sekretaris BKPK dan staf DATIN BKPK
yang telah memberikan ijin penggunaan data Riskesdas tahun 2018. Akhirnya banyak terima
kasih kepada teman-teman tim analisis kajian ini yang telah melakukan analisis data dan
menyusun laporan kajian ini. KiraNya Tuhan menyertai kita semua. Amin
9
Daftar Isi
Abstrak ………………………………………………………………………………………. 11
Bab XI. Status Gizi, IMT & Lingkar perut orang dewasa ………………………………………………………. 164
10
Bab XII. Kesimpulan, saran dan rekomendasi ……….……………………………………………………. 55
Lampiran:
11
ABSTRAK
Latar belakang: Status kesehatan masyarakat yang berdomisili di Daerah Tertinggal masih
perlu mendapat perhatian. Menurut Perpres No 63 tahun 2020, Daerah Tertinggal adalah
daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional. Kajian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
status kesehatan masyarakat bermukim di daerah tertinggal.
Metode: Menggunakan data Riskesdas 2018 BKPK Kemkes RI dengan mengambil 62
Kabupaten Daerah Tertinggal. Data Kabupaten diolah secara aggregate sehingga yang
dikeluarkan memberi gambaran daerah tertinggal Indonesia. Jumlah sampel Rumah Tangga
sebesar 19.779 RT dan jumlah sampel Individu sebesar 82.616 orang.
Hasil: Dalam kajian ini kami temukan pengetahuan RT terhadap keberadaan RS (75,3%),
proporsi pemakaian air ≥ 20 liter/orang/hari di RT (75,8%), prevalensi ISPA (7,2%), hipertensi
(6,6%), gangguan mental emosional (13,91%), disabilitas (5-17 tahun) 3,7%, cedera (10%),
pemanfaatan TOGA (46,1%), penggunaan kelambu LLIN’S (52,8%), konsumsi sayur buah
yang cukup (5,8%), perilaku cuci tangan benar (29%), ANC K1 (78,4%), K4 (72,4%), dan
prevalensi obesitas sentral (22,3%).
Kesimpulan: Di daerah tertinggal masih tinggi prevalensi penyakit menular dan tidak
menular, akses ke fasilitas kesehatan masih kurang memadai, perilaku hidup bersih sehat
masih belum memuaskan.
Kata kunci: status kesehatan, daerah tertinggal, riskesdas
12
ABSTRACT
Background: The health status of people living in disadvantaged areas still needs attention.
According to Presidential Decree No. 63 of 2020, Disadvantaged Regions are districts whose
territories and communities are less developed than other regions on a national scale. This
study was conducted to obtain an overview of the health status of the people living in
disadvantaged areas.
Method: Using Riskesdas 2018 data from the Indonesian Ministry of Health by taking 62
Disadvantaged Regions. District data is processed in aggregate so that what is issued gives
an overview of Indonesia's underdeveloped regions. The number of household samples is
19,779 households and the number of individual samples is 82,616 people.
Results: In this study, we found household knowledge of the presence of hospitals (75.3%),
the proportion of water use 20 liters/person/day in the household (75.8%), ARI prevalence
(7.2%), hypertension (6,6%), mental emotional disorder (13.91%), disability (5-17 years)
3.7%, injury (10%), use of TOGA (46.1%), use of LLIN'S mosquito nets (52.8% ), sufficient
consumption of fruit and vegetables (5.8%), correct hand washing behavior (29%), ANC K1
(78.4%), K4 (72.4%), and prevalence of central obesity (22.3%).
Conclusion: In underdeveloped areas, the prevalence of infectious and non-communicable
diseases is still high, access to health facilities is still inadequate, and healthy clean life
behavior is still not satisfactory.
Keywords: health status, disadvantaged areas, riskesdas
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi masalah Kesehatan di semua
penduduk. Tahun 2017, UHH orang Indonesia telah mencapai 71,5 tahun,di mana UHH
perempuan lebih tinggi 5 tahun dibandingkan dengan laki-laki (perempuan 74 tahun, laki-
laki 69 tahun). Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 346 kematian per 100.000 KH
pada tahun 2010 (Sensus Penduduk 2010) menjadi 305 kematian per 100.000 KH pada
tahun 2015 (SUPAS 2015). Angka Kematian Bayi (AKB) juga menurun dari 32 kematian per
1.000 KH pada tahun 2012 menjadi 24 kematian per 1.000 KH pada tahun 2017 (SDKI 2017).
Prevalensi stunting pada balita dari 37,2% (Riskesdas 2013) turun menjadi 30,8% (Riskesdas
2018) dan 27,67% (SSGBI 2019). Prevalensi wasting menurun dari 12,1% pada tahun 2013
(Riskesdas 2013) menjadi 10,2% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018). Begitu pula untuk kasus
gemuk, prevalensi gemuk pada balita terjadi penurunan dari 11,8% (Riskesdas 2013)
menjadi 8% (Riskesdas 2018). Capaian tersebut didukung oleh berbagai upaya dalam rangka
pemerataan akses pelayanan kesehatan di seluruh wilayah melalui peningkatan kinerja
sistem kesehatan (upaya kesehatan, SDM kesehatan, farmasi dan alat kesehatan,
pengawasan obat dan makanan), serta perlindungan finansial bagi penduduk. (Permenkes
No.21 tahun 2020)
Dilihat dari beban penyakit (diseases burden) yang diukur dengan Disability Adjusted
Life Years (DALYs), telah terjadi transisi epidemiologi dalam tiga dekade terakhir; penyakit
menular/KIA/gizi telah menurun dari 51,3% pada tahun 1990 menjadi 23,6% pada tahun
2017, penyakit tidak menular (PTM) naik dari 39,8% pada tahun 1990 menjadi 69,9% pada
tahun 2017, serta cedera turun dari 8,9% pada tahun 1990 menjadi 6,5% pada tahun 2017.
Indonesia mengalami beban ganda, di satu sisi PTM naik dengan signifikan, namun masih
dihadapkan pada penyakit menular yang belum tuntas. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2020-2024 bahwa Renstra Kemkes Tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif yang memuat visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, program dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan
yangberpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Renstra
14
Kementerian Kesehatan 2020-2024 harus dijadikan acuan bagi seluruh satuan kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan dalam menyusun perencanaan tahunan dan
penyelenggaraan program pembangunan kesehatan. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025,
sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan Makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Tatanan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur, khususnya dalam bidang kesehatan ditandai dengan: 1)
Terjaminnya keamanan kesehatan negara melalui kemampuan dalam melakukan
pencegahan, deteksi, dan respon terhadap ancaman kesehatan global; 2) Kesejahteraan
masyarakat yang terus meningkat yang ditunjukkan dengan jangkauan bagi setiap warga
negara terhadap lembaga jaminan sosial yang lebih menyeluruh; 3) Status kesehatan dan
gizi masyarakat yang semakin meningkat serta proses tumbuh kembang yang optimal, yang
ditandai dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dan Healthy Adjusted Life
Expectancy (HALE).
Ancaman kesehatan masyarakat lainnya yang tidak dapat diabaikan adalah ancaman
dalam bentuk risiko biologi, kimia, terorisme, radio-nuklir, penyakit zoonosis (penyakit tular
hewan), kedaruratan Kesehatan masyarakat, dan ancaman penyakit yang baru muncul (new
emerging diseases). Adanya pandemi COVID-19 di tahun 2020 harus dipergunakan sebagai
pembelajaran terkait kesiapsiagaan menghadapi penyakit baru muncul (new emerging
diseases), khususnya dalam menyiapkan sistem kesehatan yang mampu merespon
kegawatdaruratan Kesehatan masyarakat. Sekitar 70% dari penyakit infeksi pada manusia
yang baru adalah penyakit zoonosis, yang sangat dipengaruhi oleh interaksi antara manusia
dan lingkungannya. Penduduk Indonesia yang padat dengan geografis yang luas
menyebabkan terbukanya transportasi di dalam negeri maupun antar negara yang dapat
menyebabkan masuknya agen penyakit baru.
Kerangka regulasi yang ditetapkan tentunya harus sejalan dengan tugas fungsi
kementerian dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan kementerian/lembaga untuk
melaksanakan program pemerintah. Berkaitan dengan program pemerintah dalam
pembangunan bidang kesehatan diprioritaskan pada indikator-indikator pembangunan
kesehatan dalam narasi RPJMN Tahun 2020-2024 sebagai berikut: 1. meningkatnya status
15
kesehatan ibu dan anak; 2. meningkatnya status gizi masyarakat; 3. meningkatnya
pengendalian penyakit menular dan faktor risiko penyakit tidak menular; 4. meningkatnya
kinerja sistem kesehatan dan meningkatnya pemerataan akses pelayanan kesehatan
berkualitas; 5. meningkatnya perlindungan sosial bagi seluruh penduduk.
Dibutuhkan dukungan regulasi yang akan mendukung pelaksanaan beberapa strategi
dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024, yaitu:
1. Regulasi terkait pengembangan kebijakan khusus untuk pelayanan kesehatan di daerah
terpencil, sangat terpencil dan daerah dengan karakteristik geografis tertentu
(kepulauan) termasuk sistem rujukan, pola pembiayaan, dan kelembagaan.
2. Regulasi yang mendukung peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan dan
pemenuhan standar pelayanan Kesehatan
3. Regulasi yang mendorong afirmasi pendayagunaan dan mekanisme redistribusi tenaga
kesehatan yang ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Regulasi yang mendorong pemerintah pusat dan daerah serta swasta untuk
menerapkan pembangunan berwawasan kesehatan dan mendorong hidup sehat
termasuk pengembangan standar dan pedoman untuk sektor non kesehatan,
peningkatan harga dan cukai rokok secara bertahap dengan mitigasi dampak bagi
petani tembakau dan pekerja industri hasil tembakau, pelarangan total iklan dan
promosi rokok, perbesaran pencantuman peringatan bergambar bahaya merokok, dan
perluasan pengenaan cukai pada produk pangan yang berisiko tinggi terhadap
kesehatan, dan pengaturan produk makanan dengan kandungan gula, garam dan
lemak.
5. Regulasi yang mendukung pencapaian penurunan target AKI/AKB/AKN, TB, stunting,
dan mendukung pencapaian target penanggulangan penyakit menular dan penyakit
tidak menular.
Menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 tahun 2020 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal tahun 2020-2024. Ada 62 daerah yang ditetapkan tertinggal. Daerah
Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang
dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Suatu daerah ditetapkan sebagai
daerah tertinggal berdasarkan kriteria: a. perekonomian masyarakat; b. sumber daya
manusia; c. sarana dan prasarana; d. kemampuan keuangan daerah; e. aksesibilitas; dan f.
karakteristikdaerah. Sebaran daerah tertinggal ini berada di sejumlah Provinsi yaitu
16
Sumatera Utara ada 4 kabupaten, Sumatera Barat ada 1 kabupaten, Sumatera Selatan ada 1
kabupaten, Lampung ada 1 kabupaten, Nusa Tenggara Barat ada 1 kabupaten, Nusa
Tenggara Timur ada 13 kabupaten, Sulawesi Tengah ada 3 kabupaten, Maluku ada 6
kabupaten, Maluku Utara ada 2 kabupaten, Papua Barat ada 8 kabupaten dan Papua ada 22
kabupaten.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dilaksanakan oleh Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan. Riskesdas telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan interval 5
tahun. Riskesdas dilakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan kepada masyarakat di
seluruh Indonesia. Sampai saat ini profil status Kesehatan dasar penduduk di daerah
tertinggal belum diketahui. Untuk itu kami merencanakan akan melakukan analisis dari Data
Riskesdas tahun 2018 tentang profil status Kesehatan di daerah tertinggal.
1.3. Tujuan:
Tujuan Umum: Diketahuinya status Kesehatan dasar di Daerah Tertinggal (DT)
Tujuan Khusus:
1) Diketahuinya karakteristik individu, akses faskes, dan Kesehatan lingkungan di DT
2) Diketahuinya penyakit menular, penyakit tidak menular dan Kesehatan jiwa di DT
3) Diketahuinya disabilitas, cedera dan pelayanan Kesehatan tradisonal di DT
4) Diketahuinya perilaku Kesehatan, pengetahuan HIV/AIDS, dan konsumsi tablet
tambah darah di DT
5) Diketahuinya Kesehatan ibu, Kesehatan anak, status gizi, pengukuran dan
pemeriksaan di DT
1.4. Manfaat:
1. Diharapkan dari analisis ini dapat diketahuinya profil Kesehatan dasar masyarakat
yang berada di daerah tertinggal
17
2. Dengan diketahuinya kondisi Kesehatan masyarakat di DT diharapkan ada perhatian
dan intervensi Kesehatan bagi masyarakat di DT
3. Memberi masukan kepada stakeholder terkait misal Kementerian Desa (Kemendes)
untuk mengambil intervensi selanjutnya.
18
BAB II
KONSEP DAN METODOLOGI
Karakteristik individu,
Akses faskes,
Kesehatan lingkungan
19
Indeks Pembangunan Kesehatan. Pemilihan esehatan esehatan dasar berdasarkan (1) SDGs;
(2) RPJMN; (3) Renstra; (4) SPM; (5) IPKM; (6) PIS-PK; dan (7) Germas, meliputi :
1. Akses pelayanan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan Tradisional
3. Kesehatan dan Gangguan Jiwa
4. Kesehatan Lingkungan
5. Penyakit Menular
6. Penyakit Tidak Menular
7. Kesehatan Jiwa
8. Disabilitas dan Cedera
9. Perilaku
10. Kesehatan Ibu dan Reproduksi
11. Gizi
12. Kesehatan anak
Table 1. Daftar 62 Kabupaten daerah Tertinggal Berdasarkan Perpres No. 63 Tahun 2020
No. PROVINSI No. KABUPATEN
I. Sumatera Utara 1 Nias
2 Nias Selatan
3 Nias Utara
4 Nias Barat
20
II. Sumatera Barat 5 Kepulauan Mentawai
III. Sumatera Selatan 6 Musi Rawas Utara
IV. Lampung 7 Pesisir Barat
V. Nusa Tenggara Barat 8 Lombok Utara
VI. Nusa Tenggara Timur 9 Sumba Barat
10 Sumba Timur
11 Kupang
12 Timor Tengah Selatan
13 Belu
14 Alor
15 Lembata
16 Rote Ndao
17 Sumba Tengah
18 Sumba Barat Daya
19 Manggarai Timur
20 Sabu Raijua
21 Malaka
VII. Sulawesi Tengah 22 Donggala
23 Tojo Una-una
24 Sigi
VIII. Maluku 25 Maluku Tenggara Barat
26 Kepulauan Aru
27 Seram Bagian Barat
28 Seram Bagian Timur
29 Maluku Barat Daya
30 Buru Selatan
IX. Maluku Utara 31 Kepulauan Sula
32 Pulau Talibu
X. Papua Barat 33 Teluk Wondama
34 Teluk Bintuni
35 Sorong Selatan
36 Sorong
37 Tambrauw
38 Maybrat
39 Monokwari Selatan
40 Pegunungan Arfak
XI Papua 41 Jayawijaya
42 Nabire
43 Paniai
44 Puncak Jaya
45 Boven Digoel
46 Mappi
47 Asmat
48 Yahukimo
49 Pegunungan Bintang
50 Tolikara
21
51 Keerom
52 Waropen
53 Supiori
54 Mamberamo Raya
55 Nduga
56 Lanny Jaya
57 Mamberamo Tengah
58 Yalimo
59 Puncak
60 Dogiyai
61 Intan Jaya
62 Deiyai
2.5. Hipotesis
Ada keterkaitan status Kesehatan dasar di daerah tertinggal dan faktor risikonya
22
5. Penyakit Menular : Penyakit yang dapat terjadi karena adanya proses penularan
penyakit dari orang per orang, pencemaran lingkungan, esehata maupun melalui
perantara vector penyakit. Dipilih indicator penyakit menular yang berhubungan
dengan indicator SDGs, IPKM, Renstra Kementerian Kesehatan, PIS-PK dan Germas
diantaranya TB Paru, Hepatitis, ISPA, Pneumonia, Diare, Malaria dan Filariasis.
6. Penyakit Tidak Menular : penyakit penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke
orang yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang esehat
(kronis) diantaranya Asma, kanker, Diabetes, Penyakit Jantung, Hipertensi, Stroke,
Penyakit Gagal Ginjal Kronis dan Penyakit Sendi.
7. Kesehatan Jiwa : suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual
dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras
dengan keadaan orang lain yaitu Depresi dan Gangguan mental Emosional.
8. Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
9. Cedera atau trauma adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan
timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi dengan baik pada
otot, tendon, ligament, persendian, maupun tulang akibat aktifitas gerak yang
berlebihan atau kecelakaan.
10. Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan / atau perawatan dengan
cara dan obat berdasarkan pengalaman dan keterampilan turun-temurun secara
empiric, yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai norma yang
berlaku di masyarakat (UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) diantaranya
yankestrad ramuan, keterampilan manual, keterampilan olah piker dan keterampilan
energi.
11. Perilaku Kesehatan adalah suatu repson seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan esehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan. Perilaku yang dimaksud berkaitan dengan
penyakit menular (pencegahan penyakit akibat gigitan nyamuk, kebiasaan mencuci
tangan dengan benar, dan buang air besar di jamban) dan penyakit tidak menular
(konsumsi makanan berisiko esehatan, kurang konsumsi sayur dan buah, kebiasaan
23
merokok dan konsumsi tembakau, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman
beralkohol) .
12. Pengetahuan dan Sikap Terhadap HIV/AIDS adalah adalah informasi atau maklumat
yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Sedangkan sikap adalah pernyataan
esehatan terhadap objek, orang atau peristiwa dan mencerminkan perasaan
seseorang terhadap sesuatu tentang Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akan
menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
13. Tablet Tambah Darah dan Status Gizi adalah suplemen gizi penambah darah
berbentuk tablet / kaplet / kapsul yang diperoleh dari program atau mandiri pada
remaja putri.
14. Kesehatan Ibu adalah informasi tentang pelayanan Kesehatan ibu dan morbiditas
maternal (gangguan / komplikasi) sejak masa kehamilan hingga masa nifas, terutama
informasi tentang pengalaman pengalaman reproduksi dan Riwayat kehamilan anak
terakhir.
15. Kesehatan Anak adalah esehat / kondisi Kesehatan, keikutsertaan dalam program
perawatan esehatan dan pertumbuhan anak dari mulai saat lahir sampai saat
dilakukan pengumpulan data (survey)
16. Status Gizi Balita adalah ukuran tinggi badan dan berat badan balita yang disesuaikan
dengan umur.
17. IMT orang dewasa adalah ukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut yang
akan dikonversikan menjadi Indeks Massa Tubuh atau cut off obesitas sentral untuk
mengetahui keadaan status gizi.
18. Pengukuran dan Pemeriksaan adalah pengambilan data tekanan darah, lingkar
lengan atas, nilai Hb, suspect malaria dan diabetes.
Data yang kami mintakan adalah data secara keseluruhan atau secara utuh dan tidak
secara aggregate dari semua variable yang sesuai tujuan, kerangka konsep dan variable
yang kami butuhkan dari data 62 Kabupaten Daerah Tertinggal (sesuai Tabel 1 diatas).
24
Data akan kami analisis secara :
1. Deskriptif yang menampilkan data prevalensi atau proporsi untuk mendapatkan
gambaran besaran masalah berdasarkan orang, tempat dan waktu.
2. Analitik yang mengukur hubungan atau risiko factor determinan dengan masalah
Kesehatan di Kabupaten Daerah Tertinggal.
Analisis Data
Bobot pada Kompleks Sampel
Analisis ini dengan merujuk pada pembuatan bobot kompleks sampel dari Manajemen Data
Balitbangkes 2018 (Lap Riskesdas 2018), sebagaimana di bawah ini.
Desain Sampel pada Survei
• Hampir tidak mungkin untuk menggunakan SRS pada populasi yang sangat besar
25
– Daftar subyek tidak ada
– Subyek terlalu tersebar
– Biaya mahal, waktu lama
• INGAT: Desain terbaik SRS
• Analisis survival
26
Pembobotan:
• Fungsi untuk menyamakan peluang yang diakibatkan pengambilan sampel tdk SRS
• Bobot normalisasi (normalized weight) menjaga jumlah sampel terbobot sama dengan
jumlah sampel pada survei
• Analisa tanpa bobot pada desain multistage hanya gambaran sampel bukan gambaran
kondisi masyarakat sesungguhnya
Penggunaan Bobot:
• Bobot yang dinormalisasikan untuk melihat gambaran penduduk tetapi menampilkan jumlah
n sampel
27
• Setelah nilai mean di peroleh maka buat variabel bobot : Dengan memastikan tanda titik,
dan bukan koma
28
29
2.8. Rencana kegiatan manajemen data dan sumber biaya:
a) Persiapan proposal permintaan data, mengetahui Plt. Kepala PR Kesehatan
Masyarakat dan Gizi selanjutnya pengajuan proposal ke Sesban BKPK
b) Jika permintaan data sudah disetujui oleh Pimpinan Bpk Sesban BKPK maka
menunggu set data dari DATIN
c) Mendapatkan set data dari bagian manajemen data/DATIN BKPK
d) Setelah kami menerima set data dari DATIN maka kami akan melakukan proses
Cleaning, Coding, dan analisis data
e) Analisis secara Deskriptif (univariat) dan analisis bivariat. Menggunakan Chi-square
untuk mendapatkan nilai OR, 95% Confidence Interval dan nilai p
f) Penyajian dalam nilai akhir analisis, menarasikan, pembahasan dan kesimpulan dan
rekomendasi
g) Menyiapkan untuk membuat Buku Profil Status Kesehatan Dasar Daerah Tertinggal.
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
BAB III
AKSES FASILITAS KESEHATAN
Konsep Analisis
Raw data yang sudah bersih dan diberi nilai penimbang merupakan data final yang dapat
digunakan analisis. Analisis dapat menggunakan modifikasi data yaitu melakukan komposit
beberapa variabel atau mengelompokkan jawaban dari pertanyaan tersebut. Komposit
variabel digunakan untuk indikator pengetahuan akses pelayanan kesehatan. Indikator diukur
melalui indeks yang dihitung dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA)
yaitu salah satu Teknik statistik yang menyatukan beberapa variable menjadi indicator
tunggal. Metode PCA digunakan untuk menyederhanakan banyak variable menjadi satu
dengan membuat skor variabel-variabel tersebut, skor variabel dibentuk berdasarkan
kekuatan korelasi antara variabel. Indeks pengetahuan kemudahan akses pelayanan kesehatan
pada Riskesdas 2018 menggunakan tiga jenis akses pelayanan kesehatan yang dihitung yaitu:
(1) Akses ke fasilitas Rumah Sakit; (2) Akses ke fasilitas Puskesmas; (3) Akses ke fasilitas
Klinik/Praktek Mandiri.
32
3.1.1. Pengetahuan RT terhadap keberadaan Faskes (RS/Puskes/Klinik)
Menurut Tabel 3.1.1, menunjukkan pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan Rumah
Sakit di Daerah Tertinggal, yang mengatakan ada didalam dan terdekat di kab/kota tersebut
sebesar 75,3% sedangkan yang tidak ada dan tidak tahu sebesar 24,7%. Menurut
Karakteristik tempat tinggal paling banyak RS berada dan dekat di perkotaan (94,1%)
dibandingkan di perdesaan (73,1%).
Tabel 3.1.1.
Pengetahuan RT terhadap keberadaan Rumah Sakit di Daerah Tertinggal 2018
N
Ada di kab/kota
Ada dalam kab/kota Tidak ada Tidak tahu Tertim
Karakteristik terdekat
bang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 82,0 78,4-85,0 12,1 9,3-15,5 3,0 1,8-4,9 2,9 1,9-4,4 2.180
Perdesaan 53,4 51,6-55,2 19,7 18,3-21,2 12,9 11,5-14,4 14,1 13,1-15,2 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah
51,7 49,8-53,7 17,4 16,1-18,9 14,1 12,5-15,9 16,7 15,5-18,0 12.404
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah
63,7 61,2-66,0 20,9 18,8-23,2 8,3 6,9-9,9 7,2 6,2-8,3 6.075
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi
68,8 64,8-72,5 22,3 18,8-26.2 6,5 5,0-8,3 2,5 1,7-3,7 1.300
(Tamat D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai
(PNS/TNI/Polri/BUM 67,5 63,4-71,3 20,2 17,2-23,5 7,9 5,5-11,1 4,5 3,0-6,8 1.925
N/BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 67,1 63,9-70,1 19,1 16,5-21,9 7,9 5,8-10,5 6,0 4,7-7,5 2.496
Petani,nelayan,buruh,
53,0 51,0-55,0 18,5 17,1-20,1 13,3 11,8-15,0 15,2 14,0-16,4 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 57,4 52,7-61,91 19,4 15,2-24,4 9,6 7,5-12,1 13,7 11,5-16,3 1.507
Daerah Tertinggal 56,5 54,8-58,2 18,8 17,5-20,2 11,8 10,5-13,2 12,9 11,9-13,8 19.779
33
3.1.2. Pengetahuan RT terhadap keberadaan Puskesmas/Pustu/Pusling/Bidan Desa
Menurut Tabel 3.1.2, menunjukkan pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan
Puskesmas/Puskesmas pembantu/Puskesmas keliling/Bidan Desa di Daerah Tertinggal, yang
mengatakan ada didalam dan terdekat di kab/kota tersebut sebesar 96,1% sedangkan yang
tidak ada dan tidak tahu sebesar 3,9%. Menurut Karakteristik tempat tinggal paling banyak
RS berada dan dekat di perkotaan (98,4%) dibandingkan di perdesaan (95,8%).
Tabel 3.1.2.
Pengetahuan RT terhadap keberadaan Puskesmas/Pustu/Pusling/Bidan Desa di daerah
tertinggal 2018
Ada di kab/kota
Ada dalam kab/kota Tidak ada Tidak tahu N
terdekat
Karakteristik Tertim
95%
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % bang
CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 87,9 84,0-91,0 10,5 7,5-14,4 0,2 0,1-0,9 1,4 0,8-2,5 2.180
Perdesaan 77,8 76,2-79,25 18,0 16,6-19,5 2,28 1,7-3,1 2,0 1,6-2,3 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah
77,1 75,4-78,8 18,0 16.4-19.6 2,7 2,0-3,8 2,2 1,8-2,6 12.404
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah
81,2 79,2-83,1 16,5 14,8-18,4 0,9 0,5-1,5 1,4 0,9-2,0 6.075
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi
84,7 81,0-87,8 12,8 10,0-16,3 1,2 0,5-2,5 1,4 0,6-2,81 1.300
(Tamat D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai
(PNS/TNI/Polri/BUM 84,5 81,1-87,3 12,0 9,5-14,9 1,32 0,7-2,4 2,18 1,3-3,8 1.925
N/BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 81,1 77,9-83,9 15,5 13,1-18,2 2,17 0,9-5,2 1,30 0,7-2,4 2.496
Petani,nelayan,buruh,
78,2 76,5-79,8 17,9 16,4-19,5 2,13 1,5-3,1 1,74 1,4-2,1 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 74,1 69,5-78,2 20,0 16,0-24,6 2,16 1,2-3,8 3,78 2,7-5,3 1.507
Daerah Tertinggal 78,9 77,4-80,3 17,2 15,9-18,5 2,1 1,5-2,8 1,9 1,6-2,2 19.779
34
3.1.3. Pengetahuan RT terhadap keberadaan Klinik/Praktek Dokter/Praktek Dokter
Gigi/Praktek Bidan Mandiri
Menurut Tabel 3.1.3, menunjukkan pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan
Klinik/Praktek Dokter/Praktek Dokter Gigi/Praktek Bidan Mandiri di Daerah Tertinggal,
yang mengatakan ada didalam dan terdekat di kab/kota tersebut sebesar 35,4% sedangkan
yang tidak ada dan tidak tahu sebesar 64,6%. Menurut Karakteristik tempat tinggal paling
banyak RS berada dan dekat di perkotaan (77,1%) dibandingkan di perdesaan (30,2%).
Tabel 3.1.3.
Pengetahuan RT terhadap keberadaan Klinik/Praktek Dokter/Praktek Dokter Gigi/Praktek
Bidan Mandiri di daerah tertinggal 2018
Kepustakaan:
35
36
BAB IV
KESEHATAN LINGKUNGAN
4.1 Air
Jumlah pemakaian air per orang per hari atau liters per capita per day (LPCD) adalah
jumlah pemakaian air di rumah tangga dalam sehari semalam dibagi dengan jumlah anggota
rumah tangga. Menurut Howard (2003), jumlah pemakaian air per orang per hari atau liters
per capita per day (LPCD) dikelompokan mengacu pada kriteria health concern yang
berhubungan dengan hygiene, yang terdiri dari 5 kategori, sebagai berikut:
1. Pemakaian air lebih kecil dari 5 liter/orang/hari, menunjukkan akses sangat kurang.
2. Pemakaian air antara 5-19,9 liter/orang/hari, menunjukkan akses kurang.
3. Pemakaian air antara 20-49,9 liter/orang/hari, menunjukkan akses dasar.
4. Pemakaian air antara 50-99,9 liter/orang/hari, menunjukkan akses menengah.
5. Pemakaian air lebih besar atau sama dengan 100 liter/orang/hari, menunjukkan akses
optimal
Formula:
4.1.1. Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (5 Kategori) menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Menunjuk pada Tabel 4.1.1. proporsi pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (5
Kategori) di daerah tertinggal berturut-turut sebagai berikut pemakaian air <5 liter/orang/hari
sebesar 5,4%, selanjutnya pemakaian air 5-19,9 liter/orang/hari sebesar 18,9%, pemakaian air
20-49,9 liter/orang/hari sebesar 31,3%, pemakaian air 50-99,9 liter/orang/hari sebesar 28,6%
dan pemakaian air ≥100 liter/orang/hari sebesar 15,9%. Jika dilihat pemakaian air di rumah
tangga yang <5 liter/orang/hari dan 5-19,9 liter/orang/hari masih besar artinya masih ada 24%
penduduk yang terbatas pemakaian air di RT di daerah tertinggal. Sedangkan di Indonesia
pemakaian air <20 liter sudah berkurang atau sudah tercukupi kebutuhan air.
Sedangkan pemakaian air/orang/hari di RT menurut karakteristik yang tinggal di perdesaan
masih sangat rendah dibandingkan di perkotaan.
37
Tabel 4.1. Proporsi Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (5 Kategori) menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Pemakaian air
Pemakaian air Pemakaian air Pemakaian air
Pemakaian air antara lebih besar atau
lebih kecil dari 5 antara 5-19,9 antara 50-99,9 N
Karakteristik 20-49,9 liter/orang/hari sama dengan 100
liter/orang/hari liter/orang/hari liter/orang/hari Tertimbang
liter/orang/hari
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 2,2 1,0-4,4 8,8 6,6-11,7 30,9 26,9-35,3 36,7 32,8-40,8 21,4 17,8-25,4 2.171
Perdesaan 5,8 5,0-6,7 20,2 18,8-21,7 31,4 30,0-32,8 27,5 26,3-28,8 15,2 14,1-16,3 16.781
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat
6,7 5,7-7,8 22,5 20,8-24,3 31,3 29,7-32,9 25,9 24,5-27,3 13,7 12,6-14,8 11.830
SD ke bawah)
Pendidikan Menengah
3,3 2,5-4,4 13,1 11,4-14,9 31,6 29,6-33,7 33,2 31,4-35,1 18,8 17,2-20,5 5.853
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat
2,1 1,2-3,7 12,0 9,4-15,3 30,0 26,4-33,8 32,7 29,3-36,3 23,1 19,8-26,8 1.269
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai
(PNS/TNI/Polri/BUMN/BU 1,9 1,2-3,2 11,6 9,5-14,2 32,7 29,6-36,1 33,8 30,8-37,0 19,9 17,3-22,7 1.834
MD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 1,8 1,0-3,1 8,6 6,8-10,8 31,4 28,2-34,8 33,1 30,2-36,2 25,1 22,3-28,2 2.473
Petani,nelayan,buruh,
6,6 5,7-7,8 22,0 20,4-23,8 31,1 29.6-32,6 26,8 25,4-28,2 13,5 12,4-14,5 13.219
pembantu RT,sopir
30,5 27,07-
Tidak bekerja/ Sekolah 4,1 2,7-6,2 17,0 13,1-21,7 31,1 27,4-35,0 17,3 14,8-20,1 1.426
9 34,35
Daerah Tertinggal 5,4 4,6-6,2 18,9 17,6-20,3 31,3 30,0-32,6 28,6 27,4-29,8 15,9 14,9-16,9 18.952
Indonesia 0,5 1,8 12,0 39,3 46,5 261.718
Catatan: Cut off berdasarkan rekomendasi WHO untuk pemakaian rumah tangga (Howard G., Bartram J. Domestic Water Quantity, Service Level and Health. WHO;
Geneva, Switzerland: 2003)
38
4.1.2. Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (2 Kategori) menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Menurut Tabel 4.1.2. proporsi pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (2
Kategori) di daerah tertinggal berturut-turut sebagai berikut pemakaian air <20
liter/orang/hari sebesar 24,2%, sedangkan pemakaian air ≥20 liter/orang/hari sebesar 75,8%.
Proporsi pemakaian air di rumah tangga ≥20 liter/orang/hari masih rendah jika dibandingkan
dengan di Indonesia sudah sebesar 97,8%. Sedangkan pemakaian air/orang/hari di RT
menurut karakteristik yang tinggal di perdesaan masih sangat rendah dibandingkan di
perkotaan.
Tabel 4.2. Proporsi Pemakaian Air per Orang per Hari di Rumah Tangga (2 Kategori)
menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
39
4.2. Sanitasi
Bab Kesehatan lingkungan terdiri dari aspek air dan aspek sanitasi di Rumah Tangga.
Untuk aspek sanitasi Rumah Tangga ini akan kami tunjukkan beberapa hal yaitu :
4.2.1. Penanganan tinja balita
4.2.2. Pembuangan air limbah domestik rumah tangga
4.2.3. Penanganan sampah padat rumah tangga
4.2.4. Perilaku menguras bak mandi/ember besar/drum
4.2.5. Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Penanganan tinja balita di rumah tangga dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Menggunakan jamban: balita buang air besar (BAB) langsung di jamban.
2. Dibuang di jamban: tinja dari popok/celana dibuang di jamban.
3. Ditanam: tinja dari popok/celana ditanam di tanah atau popoknya ditanam di tanah.
4. Dibuang di sembarang tempat (termasuk tempat sampah): tinja dari popok/celana atau
popok bersama tinjanya dibuang ke sembarang tempat, termasuk ke tempat sampah.
5. Dibersihkan di sembarang tempat: balita diceboki di tempat tertentu (misalnya di
kamar mandi, namun bukan di jamban) dengan sisa tinja yang dialirkan ke sembarang
tempat (selokan, kali, atau sungai) atau dialirkan ke penampungan air limbah dari
kamar mandi/tempat cuci.
40
Tabel 4.3. Proporsi Cara Penanganan Tinja Balita oleh Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Menggunakan Dibuang ke Ditanam ke Dibuang Dibersihkan di
Lainnya N
Karakteristik jamban jamban tanah sembarangan sembarang tempat
Tertimbang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 28,6 23,5-34,2 21,98 17,7-27,0 4,4 2,2-8,3 29,4 24,8-34,4 8,1 5,1-12,8 7,60 5,23-10,91 815
Perdesaan 16,8 15,5-18,2 15,14 13,7-16,7 3,7 3,1-4,45 36,4 34,4-38,4 19,1 17,6-20,7 8,79 7,61-10,13 6.251
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah 13,9 12,5-15,5 13,9 12,3-15,6 3,8 3,0-4,9 36,8 34,4-39,2 23,0 21,1-25,1 8,64 7,34-10,14 4.035
(Tamat SD ke bawah)
Pendidikan Menengah 22,9 20,6-25.4 17,40 15,4-19,6 3,9 2,8-5,2 35,3 32,4-38,3 11,6 10,0-13,5 8,98 7,53-10,67 2.501
(Tamat SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 28,5 23,2-34,5 24,79 19,6-30,9 3,4 2,1-5,5 28,1 23,2-33,7 7,9 5,3-11,6 7,23 4,43-11,60 530
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 28,8 24,3-33,8 22,94 18,8-27,6 3,4 2,2-5,2 28,9 24,4-33,8 8,1 5,8-11,2 7,92 5,45-11,36 731
(PNS/TNI/Polri/BUMN/B
UMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 26,5 22,4-31,0 20,44 16,8-24,6 3,7 1,9-7,0 33,5 29,1-28,2 7,7 5,6-10,6 8,26 5,77-11,68 942
Petani,nelayan,buruh, 15,0 13,7-16,5 14,02 12,6-15,6 3,9 3,2-4,8 36,5 34,4-38,8 21,4 19,6-23,3 9,12 7,82-10,61 4.973
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 18,6 13,9-24,5 16,27 12,0-21,7 3,4 1,4-7,8 40,6 32,3-49,5 15,9 11,3-21,9 5,27 3,50-7,84 420
Daerah Tertinggal 18,2 16,9-19,6 15,9 14,6-17,4 3,8 3,2-4,6 35,6 33,7-37,5 17,8 16,5-19,3 8,7 7,6-9,9
Indonesia 37,8 20,1 3,7 33,5 4,0 0,8 83.662
41
Penanganan tinja balita di rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penanganan
tinja balita yang aman dan tidak aman. Disebut penanganan tinja balita aman jika balita selalu
menggunakan jamban, atau tinja balita dibuang ke jamban atau ditanam, dan disebut
penanganan tinja balita tidak aman jika tinja balita dibuang di sembarang tempat (termasuk
ke tempat sampah) atau balita diceboki/dibersihkan di sembarang tempat.
Proporsi rumah tangga dengan penanganan pembuangan tinja balita aman dihitung dengan
formula:
Menurut Tabel 4.2.2., penanganan tinja balita secara aman oleh Rumah Tangga di daerah
tertinggal sebesar 37,9% dan yang tidak aman sebesar 62,1%. Sedangkan di Indonesia
penanganan tinja balita aman sebesar 61,6% dan tidak aman sebesar 38,4%. Tampak disini
bahwa penanganan tinja balita yang tidak aman di daerah tertinggal masih sangat tinggi dan
belum mendapat perhatian serius.
Tabel 4.2.2. Proporsi Penanganan Tinja Balita Secara Aman oleh Rumah Tangga menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
42
4.2.2. Pembuangan Air Limbah Domestik Rumah Tangga
Sumer air limbah domestic rumah tangga umumnya bersumber dari kegiatan higen sanitasi di
kamar mandi dan tempat cuci piring. Sarana pembuangan air limbah dari kamar
mandi/tempat cuci adalah tempat pembuangan air limbah yang berasal dari kamar
mandi/tempat cuci (tidak berasal dari jamban), sedangkan pembuangan air limbah dari dapur
adalah tempat pembuangan air limbah yang berasal dari dapur.
Berikut pengelompokan jenis sarana yang tersedia di rumah tangga berdasarkan jenis
penampungan ankhir pembuangan air limbah domestic rumah tangga, diantaranya sebagai
berikut:
1. Penampungan tertutup, yaitu sarana untuk menampung air limbah yang
konstruksinya berupa kolam/sumur dengan atau tanpa dinding beton/plesteran semen
dan saringan, serta tertutup.
2. Penampungan terbuka: sarana untuk menampung air limbah yang konstruksinya
berupa kolam/sumur dengan atau tanpa dinding beton/plesteran semen dan saringan,
serta terbuka.
3. Tanpa penampungan (di tanah): tidak ada sarana untuk menampung air limbah
rumah tangga. Air limbah menggenang di atas tanah.
4. Langsung ke got/kali/sungai: air limbah rumah tangga dibuang langsung ke
got/selokan di sekitar rumah menggunakan pipa/paralon atau air limbah dibuang ke
kali/sungai menggunakan pipa/paralon.
Proporsi rumah tangga dengan penampungan air limbah tertutup dihitung dengan
formula:
Proporsi rumah tangga dengan penampungan air limbah terbuka dihitung dengan
formula:
Proporsi rumah tangga tanpa penampungan air limbah (di tanah) dihitung dengan
formula:
43
Proporsi rumah tangga yang langsung membuang limbah ke got/kali/sungai dihitung
dengan formula:
4.2.2. Proporsi Tempat Pembuangan Air Limbah Utama dari Kamar Mandi/Tempat Cuci di
Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
44
Tabel 4.2.2.a.
Proporsi Tempat Pembuangan Air Limbah Utama dari Kamar Mandi/Tempat Cuci di Rumah Tangga menurut Karakteristik
di Daerah Tertinggal tahun 2018
Tanpa
Penampungan Penampungan Langsung ke got/
penampungan (di N
Karakteristik tertutup terbuka kali/ sungai
tanah) Tertimbang
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 17,9 15,0-21,3 12,8 10,6-15,5 30,5 26,9-34,3 38,8 35,0-42,7 2.180
Perdesaan 5,4 4,8-6,0 9,6 8,7-10,5 56,9 55,1-58,6 28,1 26,5-29,9 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat SD 4,7 4,1-5,4 9,1 8,2-10,2 59,5 57,6-61,5 26,6 24,8-28,5 12.404
ke bawah)
Pendidikan Menengah (Tamat 9,0 7,9-10,2 10,9 9,7-12,2 46,1 43,8-48,3 34,1 31,8-36,4 6.075
SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 16,3 13,5-19,6 13,4 11,1-16,0 37,6 34,0-41,4 32,7 29,2-36,4 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 14,6 12,2-17,3 11,5 9,3-14,1 35,6 32,4-39,0 38,3 34,6-42,2 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 13,6 11,3-16,3 12,3 10,2-14,7 41,2 37,8-44,7 33,0 30,0-36,1 2.496
Petani,nelayan,buruh, 4,5 4,0-5,1 8,9 8,0-10,0 58,7 56,8-60,6 27,8 26,0-29,8 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 6,4 4,8-8,5 13,4 11,0-16,3 55,0 50,5-59,4 25,2 21,3-29,7 1.507
Daerah Tertinggal 6,8 6,2-7,5 9,9 9,1-10,8 54,0 52,4-55,6 29,3 27,8-30,9 19.779
Indonesia 18,8 11,2 18,9 51,0 282.654
Tabel 4.2.2.b.
45
Proporsi Tempat Pembuangan Air Limbah Utama dari Dapur di Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Tanpa
Penampungan Penampungan Langsung ke got/ N
penampungan
Karakteristik tertutup terbuka kali/ sungai Tertimbang
(di tanah)
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 12,3 9,6-15,6 12,4 9,9-15,3 34,0 30,2-28,0 41,3 37,5-45,3 2.180
Perdesaan 3,3 2,9-3,8 9,5 8,7-10,4 60,5 58,8-62,1 26,8 25,2-28,4 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat 2,9 2,4-3,4 9,0 8,0-10,1 63,1 61,2-64,9 25,1 23,3-26,9 12.404
SD ke bawah)
Pendidikan Menengah (Tamat 5,9 4,9-7,0 10,7 9,6-11,9 49,6 47,4-51,9 33,8 31,6-36,1 6.075
SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 10,5 8,4-13,1 13,5 11,1-16.3 41,4 37.6-45,3 34,6 31,0-38,5 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 9,1 7,3-11,4 11,5 9,3-14,1 38,9 35,6-42,3 40,5 36.8-44,3 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/
BUMD, swasta)
Wiraswasta/lainnnya 9,4 7,4-11,8 13,3 11,2-15,7 43,9 40,6-47,3 33,4 30,4-36,5 2.496
Petani,nelayan,buruh, 2,7 2,3-3.2 8,7 7,8-9,7 62,5 60,6-64,3 26,1 24,4-28,0 13.851
pembantu RT,sopir
Tidak bekerja/ Sekolah 4,0 2,6-5,9 12,3 10,0-15,2 58,4 53,9-62,9 25,3 21,1-30,0 1.507
Daerah Tertinggal 4,3 3,8-4,8 9,8 9,0-10,7 57,5 56,0-59,1 28,4 26,9-29,9 19.779
Indonesia 14,3 11,8 20,7 53,2 282.654
46
4.2.3. Penanganan Sampah Padat Rumah Tangga
Proporsi rumah tangga dengan tempat penampungan sampah basah (organik) terbuka
dihitung dengan formula:
47
Tabel 4.2.3.
Proporsi Jenis Tempat Pengumpulan/Penampungan Sampah Basah (Organik) di Dalam
Rumah menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
48
6. Dibuang sembarangan.
Upaya pengelolaan sampah rumah tangga dikategorikan baik jika dilakukan dengan cara
diangkut (oleh petugas atau art), ditimbun dalam tanah tertutup dan dibuat kompos.
Dikategorikan tidak baik jika dibakar dan dibuang kesembarang tempat termasuk ke
kali/selokan/laut/sungai.
Formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara diangkut,
dihitung dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara ditimbun dalam
tanah, dihitung dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibuat kompos,
dihitung dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibakar, dihitung
dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibuang ke
kali/parit/selokan, dihitung dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibuang
sembarang, dihitung dengan formula:
49
50
Tabel 4.2.4.
Proporsi Cara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
Diangkut Ditimbun Dibuang ke Dibuang N
Dibuat kompos Dibakar
Karakteristik petugas dalam tanah kali/selokan sembarangan Tertimbang
51
Rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara baik adalah rumah tangga
yang mengelola sampah dengan cara diangkut oleh petugas/sendiri, ditimbun atau dibuat
kompos.
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara baik, dihitung
dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dengan cara tidak baik,
dihitung dengan formula:
Tabel 4.2.5.
Proporsi Kualitas Pengelolaan Sampah Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah
Tertinggal tahun 2018
52
2
1
Jika diangkut oleh petugas atau oleh anggota rumah tangga, ditanam ditanah atau dibuat
kompos
2
Jika dibakar, dibuang ke kali/selokan/laut atau dibuang sembarangan
Perilaku menguras bak mandi/ember besar/drum adalah perilaku rumah tangga dalam
membersihkan bak mandi/ember besar/drum untuk menghindari adanya jentik nyamuk,
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Lebih dari satu kali dalam seminggu: jika rumah tangga menguras bak
mandi/ember/drum lebih dari satu kali dalam seminggu
b. Satu kali dalam seminggu: jika rumah tangga menguras bak mandi/ember/drum satu
kali dalam seminggu
c. 1 - 3 kali dalam sebulan: jika rumah tangga menguras bak mandi/emberbesar/drum
sebanyak 1-3 kali dalam sebulan. Rumah tangga yang sangat jarang menguras
(misalnya dua bulan sekali) atau TIDAK PERNAH SAMA SEKALI masuk dalam
kategori ini.
Formula:
Proporsi rumah tangga yang menguras bak mandi/ember besar/drum sebanyak lebih dari
satu kali dalam seminggu, dihitung dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang menguras bak mandi/ember besar/drum sebanyak satu kali
dalam seminggu, dihitung dengan formula:
53
Tabel 4.2.6.
Proporsi Frekuensi Menguras Bak Mandi/Ember Besar/Drum di Rumah Tangga menurut
Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
54
Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M (menguras, menutup,
mengubur dan cara pencegahan plus lainnya), merupakan upaya rumah tangga dalam
mencegah berkembangnya vektor nyamuk dalam rumah tangga dan lingkungan. Upaya PSN
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Memakai obat nyamuk (semprot/bakar/elektrik) yaitu memakai obat nyamuk
dengan cara disemprot ke udara dalam ruangan (kamar tidur, ruang keluarga, dll) atau
dengan cara dibakar atau disambungkan ke listrik.
b. Menaburkan bubuk larvasida dalam tempat penampungan air: yaitu dengan cara
menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
c. Ventilasi rumah dipasang kasa nyamuk: yaitu ventilasi rumah ditambahkan kawat
kasa nyamuk, berguna menahan nyamuk agar tidak masuk kedalam rumah.
d. Menguras bak mandi/ember besar/drum: yaitu membersihkan tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, drum, tempat
penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain
e. Menutup tempat penampungan air di rumah tangga: yaitu menutup rapat-rapat
tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain-lain.
f. Memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban, dll): memusnahkan barang
barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk,
seperti kaleng, ban, botol, dan lain-lain
Formula:
Proporsi rumah tangga yang memakai obat nyamuk, dihitung dengan formula:
Proporsi rumah tangga yang menaburkan bubuk larvasida, dihitung dengan formula:
Proporsi rumah tangga dengan ventilasi rumah dipasang kawat nyamuk, dihitung
dengan formula:
55
Proporsi rumah tangga yang menguras bak mandi/ember besar/drum, dihitung
dengan formula:
56
Tabel 4.2.7.
Proporsi Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk di Rumah Tangga menurut Daerah Tertinggal tahun 2018
Menaburkan
Memakai obat Menutup tempat Memusnahkan
bubuk larvasida Ventilasi rumah Menguras bak
nyamuk penampungan barang bekas N
pada tempat dipasang kasa mandi/ember
Karakteristik (semprot/bakar/ air di rumah (kaleng, ban, Tertim
penampungan nyamuk besar/drum
elektrik) tangga dll) bang
air
% 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 20,5 18,7-22,5 31,9 25,3-39,3 29,5 25,7-33,6 83,0 79,4-86,0 52,5 48,2-56,7 49,6 44,9-54,2 2180
Perdesaan 79,5 77,5-81,3 68,1 60,7-74,7 70,5 66,4-74,3 44,4 42,9-45,9 30,3 28,9-31,6 25,3 23,9-26,7 17599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah 50,0 48,0-52,0 43,0 37,8-48,2 34,5 30,4-38,9 39,9 38,3-41,5 27,7 26,3-29,1 21,9 20,5-23,3 12404
Pendidikan Menengah 39,5 37,6-41,4 41,7 36,6-47,0 44,6 40,5-48,7 60,7 58,5-62,9 39,3 37,2-41,5 36,6 34,3-38,9 6075
Pendidikan Tinggi 10,5 9,3-11,8 15,3 12,4-18,8 20,9 17,6-24,6 75,5 71,9-78,8 49,8 45,8-53,8 45,7 41,8-49,6 1300
Pekerjaan
Pegawai 16,0 14,5-17,6 19,8 16,7-23,1 33,2 29,2-37,6 73,8 70,2-77,0 48,5 44,8-52,2 46,7 43,0-50,5 1925
Wiraswasta/lainnnya 20,7 18,9-22,5 24,4 19,5-30,0 22,2 19,1-25,7 72,4 69,2-75,4 45,0 41,9-48,1 39,6 36,3-43,0 2496
Petani,nelayan,buruh,pemba
55,7 53,4-57,9 46,4 40,6-52,4 38,2 33,9-42,7 41,1 39,6-42,7 28,6 27,2-30,0 23,5 22,1-24,9 13851
ntu rt,sopir
Tidak Bekerja 7,7 6,7-8,8 9,5 7,1-12,6 6,3 4,6-8,7 46,3 42,5-50,1 30,5 27.1-34,0 25,9 22,9-29,2 1507
Daerah Tertinggal 27,4 26,3-28,6 5,4 4,7-6,1 6,5 5,9-7,1 48,6 47,2-50,1 32,7 31,4-34,1 28,0 26,6-29,3 19.779
Indonesia 61,6 12,0 17,9 83,3 46,1 50,3 282.654
57
Upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui kegiatan 3M (menguras, menutup,
dan mengubur) dihitung dengan formula:
Bab 4.2.8.
Proporsi Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M dan 3M plus) di Rumah Tangga
menurut Karakteristik di Daerah Tertinggal tahun 2018
3M1 3M plus2 N
Karakteristik
% 95% CI % 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal
Perkotaan 33,6 29,3-38,1 24,8 20,8-29,4 2.180
Perdesaan 13,3 12,3-14,3 6,4 5,8-7,1 17.599
Pendidikan Kepala RT
Pendidikan Rendah (Tamat SD 10,9 9,9-11,8 4,6 4,1-5,3 12.404
ke bawah)
Pendidikan Menengah (Tamat 21,5 19,8-23,4 13,2 11,7-14,8 6.075
SMP/SMA)
Pendidikan Tinggi (Tamat 31,5 27,9-35,3 22,3 19,1-25,8 1.300
D1/D2/D3/PT)
Pekerjaan
Pegawai 30,9 27,7-34,3 22,9 20,1-26,1 1.925
(PNS/TNI/Polri/BUMN/ BUMD,
swasta)
Wiraswasta/lainnnya 24,8 22,0-27,7 16,3 13,9-19,2 2.496
Petani,nelayan,buruh, 11,8 10,9-12,8 5,0 4,5-5,7 13.851
pembantu RT, sopir
Tidak bekerja/Sekolah 14,5 12,1-17,4 8,0 6,3-10,2 1.507
Daerah Tertinggal 15,5 14,5-16,5 8,4 7,7-9,2 19.779
Indonesia 31,2 23,4 282.654
1
3M meliputi menguras, menutup dan memusnahkan.
2
3M Plus meliputi menguras, menutup, dan memusnahkan, ditambah dengan salah satu
upaya plus (menggunakan obat nyamuk atau bubuk larvasida atau kasa pada ventilasi)
58
Penilaian keadaan rumah dibedakan pada tiga ruangan yaitu ruang tidur, ruang dapur
dan ruang keluarga. Keadaan rumah dinilai berdasarkan kondisi rumah yang dapat mencegah
risiko berkembangnya penyakit, yaitu: a. Jendela dibuka setiap hari : jika pada ruang tidur
utama/dapur/ruang keluarga di rumah tangga memiliki jendela yang dibuka setiap hari b.
Ventilasi cukup : jika pada ruang tidur utama/dapur/ruang keluarga di rumah tangga memiliki
ventilasi dan luasnya >10% dari luas lantai c. Pencahayaan cukup : jika pada ruang tidur
utama/dapur/ruang keluarga di rumah tangga memiliki pencahayaan yang cukup, ditandai
dari kemampuan membaca atau melihat objek kecil di ruangan.
4.3.1. Keadaan Ruang Tidur Utama
Proporsi ruang tidur dengan keadaan jendela yang dibuka setiap hari, dihitung dengan
formula:
Tabel 4.3.1.
59
Proporsi Keadaan Kamar Tidur Utama di Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah
Tertinggal tahun 2018
60
Tabel 4.3.2.
Proporsi Keadaan ruang masak/dapur di Rumah Tangga menurut Karakteristik di Daerah
Tertinggal tahun 2018
61
BAB V
PENYAKIT MENULAR
Bab ini berisi beberapa indikator mengenai penyakit menular secara terbatas. yaitu
penyakit yang berhubungan dengan indikator SDGs, IPKM, Renstra Kementerian Kesehatan
2014-2019, Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Pengumpulan data ini dilakukan melalui wawancara.
Wawancara mengenai penyakit bertujuan untuk mendapatkan informasi prevalensi
penyakit menurut riwayat diagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat pernah mengalami
tanda dan gejala penyakit yang didata. Responden ditanya apakah pernah didiagnosis
mengalami penyakit tertentu oleh tenaga kesehatan (D: diagnosis). Responden yang
menyatakan tidak pernah didiagnosis, ditanyakan lagi apakah pernah/sedang mengalami
gejala klinis spesifik penyakit tersebut (G: gejala).
Penyakit yang didata hanya berdasarkan riwayat diagnosis dokter (spesialis dan
dokter umum) adalah Tb Paru dan Hepatitis, sedangkan ISPA, Pneumonia, Diare, Malaria
dan Filariasis berdasarkan riwayat diagnosis tenaga kesehatan (Dokter spesialis, dokter
umum, bidan, dan perawat). Selain melalui riwayat diagnosis nakes, ISPA, Pneumonia,
Diare, Malaria dan Filariasis juga diukur melalui gejala-gejala penyakit yang pernah dialami.
Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel silang dengan beberapa variabel kunci
yaitu karakteristik individu (kelompok usia, pendidikan, pekerjaan, , status perkotaan dan
perdesaan serta status menikah). Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran hasil intervensi
program dan memberikan opsi intervensi menurut kewilayahan dan karakter penduduk
daerah tertinggal
62
Tabel 5.1. Prevalensi ISPA menurut Karakteristik
ISPA
N
Karakteristik D D/G
Tertimbang
% 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
5,30 4,40 6,40 4,40 5,40
Perkotaan 9824
3,6
7,50 6,90 8,10 7,20 7,70
Perdesaan 72792
6,7
Kelompok Usia
9,60 8,60 10,70 5,90 6,60
9399
0-2 th 5,2
6,40 5,80 7,00 6,30 6,90
21312
3-15 th 5,7
6,30 5,60 7,10 6,20 6,90
19082
16-30 th 5,6
7,70 7,00 8,50 7,00 7,60
17819
31-45 th 6,4
7,50 6,80 8,30 8,90 9,60
15004
>45 8,2
Jenis kelamin
7,10 6,60 7,70 6,40 6,90
Laki 42036
6
7,30 6,70 7,90 7,30 7,80
Perempuan 40580
6,8
Pendidikan
7,20 6,60 7,90 7,60 8,10
47155
Rendah (s.d tamat SD) 7,1
6,20 5,60 6,90 6,00 6,60
20612
Menengah (s.d tamat SMA) 5,5
6,60 5,50 7,80 4,50 5,60
3576
Tinggi (s.d tamat PT) 3,7
Pekerjaan
6,20 5,60 6,90 6,20 6,90
25552
Tidak Bekerja/ Sekolah 5,7
6,40 5,40 7,60 3,60 4,40
3782
Pegawai (PNS/Swasta) 2,9
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 5,70 4,90 6,50 7,70 6,6 8,90 8905
63
8,10 7,20 9,10 8,00 8,60
24929
Petani 7,4
7,20 6,70 7,70 6,80 7,30
Daerah Tertinggal 82616
6,4
4,40 4,30 4,50 9,30 9,40
Indonesia 1017290
9,2
1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)
2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART
ISPA BALITA
N
Karakteristik D D/G
Tertimbang
% 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
5,50 4,00 7,60 4,70 7,10
Perkotaan 1119
9,60 8,60 10,80 6,10 7,00
Perdesaan 8078
Kelompok Usia
10,70 8,70 13,20 2,90 4,00
1712
0-11 Bln
9,80 8,50 11,30 6,50 7,70
3720
12-35 Bl
7,80 6,70 9,00 6,80 8,00
3765
36-59 Bl
Jenis kelamin
9,60 8,40 10,90 5,40 6,40
Laki 4623
8,70 7,60 10,00 6,50 7,70
Perempuan 4574
9,10 8,20 10,20 6,00 6,80
Daerah Tertinggal 9197
Indonesia 7,8 7,5 8,2 12,8 12,5 13,2 93620
1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)
2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART
64
5.2 PENYAKIT PNEUMONIA
Prevalensi diagnosis dan gejala pneumoni diperoleh melalui wawancara dengan pertanyaan:
1) “Dalam 1 tahun terakhir, apakah responden pernah didiagnosis menderita radang paru
(Pneumonia) dengan atau tanpa dilakukan foto dada (foto rontgen) oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan)?”; 2) “Dalam 1 tahun terakhir, apakah [NAMA] mengalami gejala
penyakit sebagai berikut” dengan opsi jawaban: “demam tinggi”, “batuk”, “kesulitan
bernapas”. Jika menjawab ketiganya maka dikatakan pneumonia. Prevalens pneumonia
dihitung dengan formula sebagai berikut:
65
2,10 1,90 2,30 5,50 4,90 6,00
Perempuan
40580
Pendidikan
2,20 2,00 2,50 6,00 5,40 6,60
Rendah (s.d tamat SD) 47155
2,00 1,80 2,30 4,20 3,70 4,80
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
3,00 2,20 3,90 2,80 2,10 3,60
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Pekerjaan
2,10 1,80 2,40 4,70 4,20 5,40
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
2,50 1,90 3,30 2,30 1,80 3,10
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/ 2,50 2,00 3,10 5,50 4,30 7,10
Sopir/lainaya 8905
2,30 2,00 2,60 6,50 5,90 7,10
Petani 24929
66
1,70 1,20 2,30 4,60 4,00 5,30
3783
12-35 Bln
2,40 1,70 3,40 4,30 3,70 5,00
3856
36-59 Bln
Jenis kelamin
1,90 1,50 2,40 5,50 5,00 6,10
Laki 5685
2,20 1,70 3,00 5,50 4,90 6,00
Perempuan 5588
2,09 1,70 2,55 6,67 5,94 7,48
Daerah Tertinggal 11038
2,10 1,90 2,20 4,80 4,50 5,00
Indonesia 93619
67
Perdesaan 0,40 0,40 0,50 72792
Kelompok Usia 0,00 0,00 0,00
0-2 th 0,20 0,10 0,40 9399
3-15 th 0,20 0,10 0,30 21312
16-30 th 0,40 0,30 0,50 19082
31-45 th 0,60 0,50 0,80 17819
>45 1,00 0,80 1,20 15004
Jenis kelamin 0,00 0,00 0,00
Laki 0,50 0,40 0,60 42036
Perempuan 0,40 0,30 0,50 40580
Pendidikan 0,00 0,00 0,00
Rendah (s.d tamat SD) 0,50 0,40 0,60 47155
Menengah (s.d tamat SMA) 0,50 0,40 0,60 20612
Tinggi (s.d tamat PT) 0,40 0,20 0,70 3576
Pekerjaan 0,00 0,00 0,00
Tidak Bekerja / Sekolah 0,40 0,30 0,50 25552
Pegawai (PNS/Swasta) 0,80 0,50 1,30 3782
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 0,40 0,30 0,70 8905
Petani 0,70 0,60 0,90 24929
Status Kawin 0,00 0,00 0,00
Belum Kawin 0,10 0,10 0,20 41117
Kawin 0,30 0,30 0,40 37677
Cerai hidup/ mati 0,00 0,00 0,10 3823
Daerah Tertinggal 0,50 0,40 0,50 82616
Indonesia 0,42 0,40 0,40 1017290
Diagnosis Hepatitis
Karakteristik N Tertimbang
% 95%CI
68
Tempat Tinggal
0,40 0,20 0,70
Perkotaan 9824
0,50 0,40 0,60
Perdesaan 72792
Kelompok Usia
0,50 0,30 0,80
9399
0-2 th
0,40 0,30
0,60 21312
3-15 th
0,60 0,50 0,90
19082
16-30 th
0,40 0,30 0,60
17819
31-45 th
0,60 0,50 0,80
15004
>45
Jenis kelamin
0,20 0,20 0,30
Laki 42036
0,30 0,20 0,30
Perempuan 40580
Pekerjaan
0,50 0,40 0,70
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
0,60 0,30 1,00
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
0,50 0,30 0,80
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
0,50 0,40 0,70
Petani 24929
Pendidikan
0,50 0,40 0,70
Rendah (s.d tamat SD) 47155
0,50 0,30 0,70
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
0,50 0,20 0,90
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Status Kawin
0,40 0,30 0,50
41117
Belum Kawin
0,60 0,50 0,70
37677
Kawin
0,50 0,30 0,80
3823
Cerai hidup/ mati
0,50 0,40 0,60
Daerah Tertinggal
82616
0,39 0,37 0,41
Indonesia
1017290
69
biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali sehari) dengan
konsistensi baik dianggap normal. Pada Riskesdas 2018, kasus diare diukur dengan
wawancara kepada responden dengan pertanyaan sebagai berikut: “Dalam 1 bulan
terakhir, apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita diare oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan)?”. Pada responden yang menjawab tidak, ditanyakan gejala
diare yang pernah dialami dengan pertanyaan “Dalam 1 bulan terakhir, apakah
[NAMA] pernah mengalami: Buang Air Besar (BAB) 3 – 6 kali sehari BAB > 6 kali
sehari, Kotoran/tinja lembek atau cair”.
Prevalensi diare menurut gejala dihitung dengan menggabungkan kasus diare
baik diagnosis maupun hanya memiliki gejala. Pada bayi usia 0-28 hari (neonatus),
dikatakan kasus diare jika responden mengaku didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan
atau jika pernah mengalami gejala diare meliputi diare meliputi BAB > 6 kali perhari
dan dengan konsistensi lembek atau cair. Selain neonatus jika responden menjawab
lebih dari 3 kali dengan konsistensi lembek/cair, maka dianggap diare.
Tabel 5.5.1. Prevalensi Diare Berdasarkan Riwayat diagnosis Dokter dan Gejala
Menurut Karakteristik
N
Diare
Tertimbang
Karakteristik
D
% 95% CI % 95% CI
Tempat Tinggal
5,70 4,80 6,70 2,90 2,30 3,70
Perkotaan 9824
7,40 7,00 7,90 3,80 3,50 4,20
Perdesaan 72792
Kelompok Usia
11,30 10,40 12,30 4,80 4,10 5,50
9399
0-2 th
6,80 6,30 7,50 3,30 2,90 3,80
21312
3-15 th
6,10 5,60 6,80 3,60 3,20 4,10
19082
16-30 th
6,60 6,00 7,20 3,90 3,40 4,50
17819
31-45 th
7,20 6,50 7,80 3,60 3,20 4,10
15004
>45
70
Jenis kelamin
6,90 6,50 7,40 3,90 3,50 4,30
Laki 42036
7,50 7,00 8,00 3,60 3,20 4,00
Perempuan 40580
Pendidikan
7,20 6,70 7,80 3,80 3,40 4,20
47155
Rendah (s.d tamat SD)
5,60 5,10 6,20 3,40 3,00 3,80
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
5,10 4,10 6,20 2,70 2,00 3,70
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
6,60 6,10 7,20 3,20 2,90 3,60
25552
Tidak Bekerja/ Sekolah
4,50 3,70 5,50 2,80 2,10 3,70
3782
Pegawai (PNS/Swasta)
6,10 5,40 6,90 3,90 3,30 4,70
8905
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya
7,00 6,40 7,70 4,10 3,60 4,60
24929
Petani
7,20 6,80 7,60 3,70 3,40 4,10
Daerah Tertinggal 82616
6,80 6,70 6,90 8,00 7,80 8,10
Indonesia 1017290
Tabel 5.5.2. Prevalensi Diare Berdasarkan Riwayat diagnosis Dokter dan Gejala
Menurut Karakteristik
Diare Balita
N
Karakteristik D D/G
Tertimbang
% 95 CI % 95% CI
Tempat Tinggal
8,10 5,70 2,50 1,60 3,80
Perkotaan
11,30 1395
10,90 10,00 11,80 4,90 4,20 5,70
Perdesaan
9877
Kelompok Usia
7,60 6,60 8,80 4,40 3,60 5,40
0-11 Bln 3634
13,90 12,30 15,70 5,30 4,40 6,50
12-35 Bln 3783
9,90 8,60 11,40 4,10 3,20 5,10
36-59 Bl 3856
Jenis kelamin
10,20 9,20 11,40 5,30 4,40 6,40
Laki
5685
10,80 9,60 12,20 3,90 3,20 4,60
Perempuan
5588
71
10,50 9,70 11,40 4,60 4,00 5,30
Daerah Tertinggal
82616
11,00 10,70 11,30 12,30 12,00 12,70
Indonesia
1017290
1. D: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan)
2. D/G: menurut diagnosis oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat atau bidan) atau gejala
yang pernah dialami oleh ART
Malaria
Karakteristik
% 95% CI N Tertimbang
Tempat Tinggal
5,80 5,10 6,60
Perkotaan 9824
5,50 5,10 5,90
Perdesaan 72792
Kelompok Usia
3,90 3,40 4,50
9399
0-2 th
72
4,60 4,10 5,10
21312
3-15 th
5,60 5,00 6,20
19082
16-30 th
7,50 6,70 8,30
17819
31-45 th
5,60 5,00 6,20
15004
>45
Jenis kelamin
5,70 5,30 6,20
Laki 42036
5,40 4,90 5,80
Perempuan 40580
Pendidikan
5,60 5,10 6,10
47155
Rendah (s.d tamat SD)
6,10 5,60 6,60
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
6,60 5,60 7,80
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
4,90 4,40 5,50
25552
Tidak Bekerja/ Sekolah
7,70 6,60 9,00
3782
Pegawai (PNS/Swasta)
5,70 5,00 6,50
8905
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya
6,60 5,90 7,30
24929
Petani
Status Kawin
4,50 4,10 4,90
41117
Belum Nikah
6,80 6,30 7,40
37677
Menikah
4,20 3,50 5,10
3823
Cerai
5,50 5,20 5,90
Daerah Tertinggal 82616
0,37 0,35 0,38
Indonesia 1017290
73
menderita kaki gajah (filariasis) oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?” Jika
menjawab “Ya pada 2017” maka dihitung sebagai kasus Filariasis yang diukur.
Formula yang dipakai adalah:
Tabel 5.7.1. Prevalensi Filariasis berdasarkan Diagnosis Nakes dan Proporsi Minum
Obat Sesuai Anjuran Nakes menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
Diagnosis
Filariasis
Karakteristik N Tertimbang
% 95% CI
Jenis kelamin
1,20 1,00 1,40
Laki
42036
1,30 1,10 1,50
Perempuan
40580
Kelompok Usia
0,90 0,70 1,30
0-2 th 9399
1,20 1,00 1,50
3-15 th 21312
1,10 0,90 1,30
16-30 th 19082
1,30 1,00 1,60
31-45 th 17819
1,50 1,20 1,90
>45 15004
Tempat Tinggal
1,40 1,00 1,90
Perkotaan
9824
1,20 1,00 1,40
Perdesaan
72792
Pendidikan
1,20 1,00 1,30
Rendah (s.d tamat SD) 47155
1,40 1,10 1,60
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
1,80 1,20 2,80
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Pekerjaan
1,30 1,10 1,60
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
1,90 1,20 3,00
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
1,30 1,00 1,70
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
1,10 0,90 1,30
Petani 24929
74
1,20 1,10 1,40
Daerah Tertinggal
82616
0,80 0,70 0,80
Indonesia
1017290
1 BAB VI
PENYAKIT TIDAK MENULAR
6.1 ASMA
Prevalensi asma dihitung menggunakan formula
Tabel 6.1.1. Prevalensi Asma berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Semua
Umur menurut Karakteristik,
N
Diagnosis ASMA
Karakteristik Tertimbang
% 95% CI N 82616
Jenis kelamin
1,50 1,40 1,70
Laki 42036
1,40 1,30 1,60
Perempuan 40580
Kelompok Usia
0,60 0,50 0,90
9399
0-2 th
0,80 0,70 1,00
21312
3-15 th
1,30 1,10 1,50
19082
16-30 th
1,80 1,60 2,20
17819
31-45 th
2,80 2,50 3,10
15004
>45
75
Tempat Tinggal
0,20 0,20 0,30
Perkotaan 9824
1,30 1,20 1,40
Perdesaan 72792
Pendidikan
1,50 1,40 1,70
47155
Rendah (s.d tamat SD)
1,70 1,50 2,00
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
1,90 1,30 2,60
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
1,50 1,30 1,80
Tidak Bekerja /Sekolah 25552
1,70 1,20 2,30
Pegawai (PNS/ Swasta) 3782
2,10 1,70 2,50
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
1,80 1,50 2,00
Petani 24929
1,48 1,35 1,62
Daerah Tertinggal 82616
2,40 2,30 2,40
Indonesia 1017290
Tabel 6.1.2. Proporsi Kekambuhan Asma dalam 12 Bulan Terakhir pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
% 95 % CI
Jenis kelamin
51,20 46,20 56,20
Laki 649
57,00 51,30 62,50
Perempuan 572
Kelompok Usia
65,50 46,80 80,40
0-2 th 61
41,30 32,50 50,70
3-15 th 173
16-30 th 50,50 41,80 59,20 245
76
52,00 44,30 59,60
31-45 th 327
60,90 55,10 66,50
>45 415
Tempat Tinggal
54,10 44,50 63,30
Perkotaan 162
53,90 49,60 58,10
Perdesaan 1060
Pendidikan
54,60 49,40 59,80
Rendah (s.d tamat SD) 726
51,50 44,70 58,20
Menengah (s.d tamat SMA) 357
49,10 32,40 66,00
Tinggi (s.d tamat PT) 66
Pekerjaan
55,30 48,90 61,50
Tidak Bekerja/ Sekolah 384
54,50 38,20 69,90
Pegawai (PNS/Swasta) 63
55,10 46,00 63,90
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 188
54,00 47,40 60,40
Petani 443
53,90 50,00 57,80
Daerah Tertinggal 82616
57,50 56,50 58,46
Indonesia 23713
6.2 KANKER
Kanker yang dimaksud adalah semua jenis kanker yang didiagnosis oleh dokter.
Prevalensi kanker (dalam permil) dihitung menggunakan formula:
Tabel 6.2.1. Prevalensi (per mil) Kanker berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik
77
Tertimbang
‰ 95 %CI
Jenis kelamin
1,00 0,00 2,00
Laki
42036
2,00 1,00 2,00
Perempuan
40580
Kelompok Usia
0,00 0,00 1,00
0-2 th 9399
0,00 0,00 1,00
3-15 th 21312
1,00 0,00 1,00
16-30 th 19082
3,00 1,00 6,00
31-45 th 17819
2,00 1,00 3,00
>45 15004
0,00 0,00 0,00
Tempat Tinggal
2,00 1,00 4,00
Perkotaan
9824
1,00 1,00 2,00
Perdesaan
72792
Pendidikan
Rendah (s.d tamat SD) 1,00 1,00 1,00 47155
Menengah (s.d tamat SMA) 2,00 1,00 5,00 20612
Tinggi (s.d tamat PT) 3,00 1,00 6,00 3576
Pekerjaan
2,00 1,00 4,00
Tidak Bekerja / Sekolah
25552
1,00 0,00 4,00
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
2,00 1,00 3,00
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
1,00 1,00 3,00
Petani 24929
0,00 0,00 0,00
Status Kawin
0,00 0,00 0,00
Belum Kawin
41117
2,00 1,00 4,00
Kawin
37677
2,00 1,00 5,00
Cerai Hidup/ mati
3823
1,00 0,00 1,00
Daerah Tertinggal
82.616
1,79 1,68 1,92
Indonesia
1.017.290
78
6.3 DIABETES MELLITUS
Prevalensi diabetes mellitus semua umur menurut diagnosis dokter dihitung menggunakan
formula :
Tabel 6.3.1. Prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik
Diagnosis DM N
Karakteristik
% 95% CI Tertimbang
Jenis kelamin
0,50 0,40 0,60
Laki 42036
0,60 0,50 0,70
Perempuan 40580
Kelompok Usia
0-2 th 9399
0,00 0,00 0,10
3-15 th 21312
0,20 0,10 0,30
16-30 th 19082
0,50 0,40 0,60
31-45 th 17819
2,30 2,00 2,70
>45 15004
Tempat Tinggal
1,20 0,90 1,60
Perkotaan 9824
0,50 0,40 0,60
Perdesaan 72792
Pendidikan
0,50 0,40 0,60
Rendah (s.d tamat SD) 47155
0,90 0,70 1,10
Menengah (s.d tamat SMA) 20612
1,60 1,10 2,10
Tinggi (s.d tamat PT) 3576
Pekerjaan
0,50 0,40 0,60
Tidak Bekerja/ Sekolah 25552
1,80 1,30 2,60
Pegawai (PNS/Swasta) 3782
1,30 1,10 1,70
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya 8905
Petani 0,60 0,50 0,80 24929
79
Status Kawin
0,10 0,00 0,10
Belum Kawin 41117
1,00 0,90 1,20
Kawin 37677
1,70 0,50 0,70
Cerai Hidup/ mati 3823
0,60 0,50 0,70
Daerah Tertinggal 82616
1,50 1,50 1,50
Indonesia 1017290
Tabel 6.3.9. Proporsi Jenis Pengobatan Diabetes Melitus berdasarkan Diagnosis Dokter
pada Penduduk Semua Umur menurut Karakteristik,
Tidak N
DIOBATI
Karakteristik diobati Tertimbang
95% CI 95% CI
Jenis kelamin
85,00 77,10 90,50 15,00 9,50 22,90
Laki 222
86,50 80,80 90,80 13,50 9,20 19,20
Perempuan 248
Kelompok Usia
0-2 th
64,60 15,20 94,90 35,40 5,10 84,80
6
3-15 th
82,40 66,20 91,90 17,60 8,10 33,80
36
16-30 th
86,80 77,10 92,80 11,50 4,5
20,2 84
31-45 th
86,30 80,40 90,60 13,70 9,40 19,60
344
>45
Tempat Tinggal
80
88,40 78,80 93,90 11,60 6,10 21,20
Perkotaan 115
85,00 79,20 89,30 15,00 10,70 20,80
Perdesaan 355
Pendidikan
82,70 74,90 88,50 17,30 11,50 25,10
238
Rendah (s.d tamat SD)
88,90 82,00 93,40 11,10 6,60 18,00
176
Menengah (s.d tamat SMA)
89,20 77,60 95,20 10,80 4,80 22,40
56
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
81,90 73,20 88,20 18,10 11,80 26,80
128
Tidak Bekerja/ Sekolah
91,50 80,70 96,50 8,50 3,50 19,30
69
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/ 87,20 77,20 93,20 12,80 6,80 22,80
120,203
Sopir/lainnya
86,60 76,50 92,80 13,40 7,20 23,50
150,495
Petani
Status Kawin
80,50 57,00 92,80 19,50 7,20 43,00
Belum Kawin 31
86,20 80,70 90,30 13,80 9,70 19,30
Kawin 373
13,80 7,20 24,80
Cerai Hidup/ mati 65
85,80 81,00 89,50 14,20 10,50 19,00
Daerah Tertinggal 470
Indonesia 90,7 - - 9,3 - - 14951
Tabel 6.4.1. Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk
Semua Umur menurut Karakteristik
81
0,80 0,70 0,90
Laki 42036
0,80 0,70 0,90
Perempuan 40580
Kelompok Usia
0,20 0,10 0,30
9399
0-2 th
0,50 0,40 0,70
21312
3-15 th
0,50 0,40 0,70
19082
16-30 th
0,80 0,70 1,00
17819
31-45 th
1,80 1,60 2,20
15004
>45
Tempat Tinggal
1,40 1,10 1,70
Perkotaan 9824
0,70 0,60 0,80
Perdesaan 72792
Pendidikan
0,80 0,70 1,00
47155
Rendah (s.d tamat SD)
0,90 0,70 1,00
20612
Menengah (s.d tamat SMA)
1,60 1,10 2,30
3576
Tinggi (s.d tamat PT)
Pekerjaan
0,80 0,60 0,90
Tidak Bekerja 25552
1,20 0,20 1,80
3782
Pegawai (PNS/Swasta)
1,30 1,00 1,60
8905
Wiraswasta/Nelayan/Buruh/Sopir/lainaya
0,90 0,70 1,00
24929
Petani
Status Kawin
0,50 0,40 0,50
Belum Kawin 41117
1,10 1,00 1,20
Kawin 37677
1,40 1,00 1,90
Cerai Hidup/mati 3823
0,80 0,70 0,90
Daerah Tertinggal 82616
1,50 1,40 1,50
Indonesia 1017290
82
6.5 HIPERTENSI
Hipertensi Hipertensi hasil pengukuran mengikuti kriteria JNC VII yaitu bila tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis dokter dihitung dengan formula:
Tabel 6.5.1. Prevalensi Hipertensi berdasarkan Diagnosis Dokter atau Minum Obat Antihipertensi,
pada Penduduk Umur ≥18 Tahun Menurut Karakteristik
N
HIPERTENSI
Tertimbang
Karakteristik
D D/O
% 95% CI % 95% CI
Jenis kelamin
5,30 4,90 5,70 3,90 3,60 4,30
Laki 26209
8,00 7,50 8,40 6,20 5,80 6,60
Perempuan 12858
Kelompok Usia
0,40 0,20 0,70 0,20 0,10 0,30
15-17 4436
2,00 1,60 2,30 1,20 1,00 1,50
18-30 15739
5,00 4,50 5,40 3,60 3,20 4,00
31-44 16257
14,80 14,00 15,60 11,90 11,20 12,70
>45 15519
Tempat Tinggal
8,00 7,10 9,10 6,30 5,50 7,30
Perkotaan 6293
6,40 6,10 6,80 4,90 4,60 5,20
Perdesaan 45658
Pendidikan
7,60 7,10 8,10 5,90 5,50 6,40
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
Menengah (s.d tamat 5,10 4,60 5,50 3,80 3,40 4,20
19550
SMA)
6,80 5,80 8,00 4,90 4,00 5,90
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan
6,40 5,80 6,90 4,90 4,50 5,40
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
8,20 7,10 9,50 6,30 5,40 7,50
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, 6,40 6,00 6,90 4,90 4,50 5,30
27173
Nelayan, Lainya
7,20 6,30 8,10 5,40 4,70 6,20
5454
Petani
83
Status Kawin
1,10 0,80 1,40 0,70 0,50 0,90
Belum Kawin 11914
7,70 7,30 8,10 5,80 5,50 6,20
Kawin 36345
13,90 12,50 15,40 11,40 10,10 12,80
Cerai Hidup/Cerai mati 3692
6,60 6,30 6,90 5,00 4,80 5,30
Daerah Tertinggal 51951
8,36 8,26 8,47 8,84 8,73 8,94
Indonesia 658201
Proporsi kepatuhan minum obat antihipertensi secara rutin dihitung dengan formula:
Tabel 6.5.2. Proporsi minum obat anti hipertensi secara rutin berdasarkan
anjuran dokter dan inisiatif sendiri.
Minum Obat Minum Obat Hipertensi
Hipertensi Sesuai Dx Mandiri/Sendiri tanpa
Dokter Rutin Hipertensi
Karakteristik Kadan Tidak Kadan
Ruti g- Minu Ruti g- N
n kadang m n kadang Tertimba
ng
Jenis kelamin
37,4
20,70 9,40 9,00 8,00
Laki 0 9045
37,0 10,3
21,50 8,90 8,60
Perempuan 0 0 12475
Kelompok Usia
12,2 15,5
31,00 14,20
0 0 538
15-17
25,2 10,4
17,80 16,70 7,30
0 0 5585
18-30
34,7
20,90 9,70 7,20 9,50
0 7297
31-44
>45 39,8 21,80 7,70 10,6 8,10 8100
84
0 0
Tempat Tinggal
42,8
22,30 10,60 7,80 6,10
Perkotaan 0 3032
36,2 10,1
20,90 8,90 8,80
Perdesaan 0 0 18488
Pendidikan
36,2 11,0
21,80 8,30 9,10
0 0 11114
Rendah (s.d Tamat SD)
38,8
19,90 10,60 8,30 7,20
0 8245
Menengah (s.d tamat SMA)
39,8
20,50 10,30 5,10 6,30
0 2161
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan
39,9
20,00 10,00 9,60 8,00
0 5884
Tidak bekerja/ Sekolah
42,7
20,10 9,10 6,30 8,00
0 2265
Pegawai (PNS/Swasta)
35,0 11,0
21,30 9,00 8,70
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 0 0 10822
Lainya
35,7
24,20 7,20 7,70 8,20
0 2548
Petani
Status Kawin
29,0 14,2
15,70 14,60 5,90
Belum Kawin 0 0 2553
37,4
21,00 9,20 9,20 8,50
Kawin 0 17138
38,1 11,8
23,30 7,40 8,70
Cerai Hidup/mati 0 0 1829
37,2
21,10 1,50 9,80 8,40
Daerah Tertinggal 0 21520
54,4
32,20 13,30
Indonesia 0 - - 58621
85
6.6 . PENYAKIT STROKE
Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul mendadak, progresif, dan cepat akibat gangguan
peredaran darah otak non traumatik. Gangguan tersebut secara mendadak menimbulkan gejala antara lain
kelumpuhan sesisi wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan
kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Prevalensi stroke menurut diagnosis dokter dihitung
dengan formula sbb:
Tabel 6.6.1. Prevalensi (per mil) Stroke berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur ≥15 Tahun
menurut Karakteristik
Diagnosis Stroke
Karakteristik N Tertimbang
‰ 95% CI
Tempat Tinggal
Perkotaan 8,00 6,00 11,00 6293
Perdesaan 5,00 4,00 5,00 45658
Kelompok Usia
15-24 0,00 0,00 1,00 4436
25-34 1,00 0,00 2,00 15739
35-44 2,00 1,00 4,00 16257
45-54 13,00 11,00 15,00 15519
Jenis kelamin
Laki 6,00 5,00 7,00 26209
Perempuan 4,00 3,00 5,00 25742
Pendidikan 0,00 0,00 0,00
Rendah (s.d Tamat SD) 6,00 5,00 7,00 28938
Menengah (s.d Tamat SMA) 4,00 3,00 5,00 19550
Tinggi (s.d Tamat PT) 7,00 4,00 11,00 3462
Pekerjaan
Tidak Bekerja / Sekolah 6,00 5,00 8,00 15668
PNS/ASN/BUMN/TNI 7,00 5,00 11,00 3655
Pegawai Swasta 4,00 3,00 5,00 27173
Wiraswasta 5,00 3,00 8,00 5454
Status Kawin
Belum Kawin 1,00 1,00 2,00 11914
Kawin 6,00 5,00 7,00 36345
Cerai Hidup/mati 12,00 8,00 17,00 3692
Daerah Tertinggal 5,00 4,00 6,00 51951
Indonesia 10,90 10,60 11,30 713783
86
6.7 Gagal Ginjal Kronik
Penyakit ginjal adalah gangguan organ ginjal yang timbul akibat berbagai faktor, misalnya infeksi,
tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau degeneratif dan lain-lain. Prevalensi gagal ginjal
kronis yang didiagnosis dokter dihitung dengan formula:
Tabel 6.7.2. Prevalensi Gagal Ginjal Kronis berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur
≥15 Tahun menurut Karakteristik
Gagal Ginjal
N
Kronis
Karakteristik Tertimban
g
% 95% CI
Jenis kelamin
Laki 4,00 4,00 6,00 26209
Perempuan 3,00 2,00 4,00 25742
Kelompok Usia 0,00 0,00 0,00
15-17 1,00 0,00 3,00 4436
18-30 1,00 1,00 2,00 15739
31-44 4,00 3,00 5,00 16257
>45 7,00 6,00 9,00 15519
Tempat Tinggal 0,00 0,00 0,00
Perkotaan 5,00 0,00 1,00 6293
Perdesaan 4,00 3,00 5,00 45658
Pendidikan 0,00 0,00 0,00
Rendah (s.d Tamat SD) 4,00 3,00 5,00 28938
Menengah (s.d tamat SMA) 4,00 3,00 5,00 19550
Tinggi (s.d Tamat PT) 5,00 3,00 8,00 3462
Pekerjaan 0,00 0,00 0,00
Tidak bekerja/ Sekolah 3,00 2,00 4,00 15668
Pegawai (PNS/Swasta) 5,00 3,00 8,00 3655
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan,
4,00 3,00 6,00
Lainya 27173
Petani 4,00 3,00 6,00 5454
Status Kawin 0,00 0,00 0,00
Belum Kawin 1,00 1,00 3,00 11914
Kawin 4,00 4,00 5,00 36345
Cerai Hidup/ mati 5,00 3,00 8,00 3692
Daerah Tertinggal 3,82 3,19 5,00 51951
Indonesia 3,80 3,60 4,00 713783
87
6.8 Penyakit Sendi
Penyakit sendi adalah gangguan nyeri pada persendian yang disertai kekakuan, merah, dan
pembengkakan yang bukan disebabkan karena benturan/kecelakaan. Penyakit sendi yang dimaksud
termasuk osteoarthritis, nyeri akibat asam urat yang tinggi/hiperurisemia akut maupun kronis, dan
rematoid artritis. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter dihitung dengan formula:
Tabel 6.8.2. Prevalensi Penyakit Sendi berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Umur ≥15
Tahun menurut Karakteristik,
Penyakit Sendi
N
Karakteristik D Tertimbang
% 95% CI
Jenis kelamin
7,60 7,00 8,30
Laki 26209
8,00 7,40 8,60
Perempuan 25742
Kelompok Usia
1,20 0,90 1,70
15-17 4436
3,50 3,00 4,00
18-30 15739
7,80 7,00 8,80
31-44 16257
14,10 13,10 15,10
>45 15519
Tempat Tinggal
7,30 6,00 8,80
Perkotaan 6293
7,90 7,30 8,50
Perdesaan 45658
Pendidikan
9,70 8,90 10,50
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
5,40 4,90 6,00
19550
Menengah (s.d tamat SMA)
5,70 4,70 6,90
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan
6,00 5,30 6,60
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
7,70 6,60 9,10
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 9,00 8,20 9,90
27173
Lainya
Petani 7,20 6,10 8,50 5454
88
7,80 7,30 8,40
Daerah Tertinggal 51951
Indonesia 7,30 7,20 7,40 713783
Tabel 6.9.1. Prevalensi Gangguan Mental Emosional (GME) pada Penduduk Umur >15 Tahun
menurut Karakteristik
GME N
Karakteristik
% 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal
10,30 8,70 12,20
Perkotaan 6293
14,40 13,60 15,20
Perdesaan 45658
Kelompok Usia
11,00 9,50 12,60
4436
15-17
11,80 10,80 12,80
15739
18-30
12,60 11,70 13,60
16257
31-44
18,30 17,30 19,40
15519
>45
Jenis kelamin
11,60 10,80 12,40
Laki 26209
16,30 15,40 17,10
Perempuan 25742
Pendidikan
15,70 14,80 16,60
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
12,30 11,40 13,20
19550
Menengah (s.d tamat SMA)
8,00 6,90 9,30
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)
89
Pekerjaan
15,30 14,20 16,50
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
8,70 7,30 10,30
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 13,90 13,00 14,80
27173
Lainya
13,50 12,10 15,10
5454
Petani
13,91 13,20 14,65
Daerah Tertinggal 7225
Indonesia 9,90 9,70 10,10 706688
*berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20; Nilai Batas Pisah (Cut off Point) ≥6
6.10 Depresi
Tabel 6.10.1. Prevalensi Depresi pada Penduduk Umur >15 Tahun menurut
Karakteristik
Mini Depresi N
Karakteristik
% 95% CI Tertimbang
Tempat Tinggal
5,80 4,60 7,20
Perkotaan 6293
7,30 6,80 7,80
Perdesaan 45658
Kelompok Usia
5,10 4,20 6,10
4436
15-17
5,90 5,20 6,60
15739
18-30
6,60 6,00 7,20
16257
31-44
9,50 8,80 10,30
15519
>45
Jenis kelamin
90
6,00 5,50 6,50
Laki 26209
8,30 7,70 8,90
Perempuan 25742
Pendidikan
7,90 7,30 8,50
28938
Rendah (s.d Tamat SD)
6,30 5,70 7,00
19550
Menengah (s.d tamat SMA)
5,10 4,20 6,30
3462
Tinggi (s.d Tamat PT)
Pekerjaan
7,40 6,70 8,20
15668
Tidak bekerja/ Sekolah
5,30 4,30 6,60
3655
Pegawai (PNS/Swasta)
Wiraswasta, Buruh, Sopir, Nelayan, 7,00 6,40 7,60
27173
Lainya
8,20 7,10 9,50
5454
Petani
7,10 6,70 7,60
Daerah Tertinggal 51951
Indonesia 9,90 9,70 10,00 1017290
BAB VII
DISABILITAS, CEDERA DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
7.1. DISABILITAS
Disabilitas/ ketidakmampuan dalam kajian ini diukur pada kelompok anak usia 5-17 tahun.
Pengukuran disabilitas bertujuan untuk mendapatkan informasi hambatan yang dialami penduduk
Indonesia usia 5 – 17 tahun.
Disabilitas Anak (5-17 Tahun)
Disabilitas pada anak ditujukan untuk mengukur pencapaian SDGs pada butir 1.3.5 tentang
jumlah anak penyandang disabilitas dalam keluarga. Pertanyaan disabilitas pada anak mengadopsi
91
pertanyaan Module UN Washington Group, yang tercantum dalam Multiple Indicator Cluster Surveys
(MICS) yang dikembangkan oleh UNICEF. Untuk mengukur disabilitas pada anak digunakan 10
pertanyaan dengan 5 opsi jawaban: 1) Tidak ada; 2) Ringan; 3) Sedang; 4) Berat; 5) Sangat Berat.
Anak dikatakan disabilitas bila bila menjawab berat atau sangat berat dari 10 pertanyaan yang
diajukan. Pertanyan disabilitas pada anak ditujukan untuk mengukur fungsi:
1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Mobilitas
4. Komunikasi
5. Mempelajari suatu hal
6. Daya ingat
7. Konsentrasi
8. Menerima perubahan
9. Menjalin pertemanan
10. Mengontrol tingkah laku
Tabel 7.1.1. Proporsi Disabilitas pada Anak Umur 5-17 Tahun menurut Karakteristik
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Disabilitas N
Karakteristik % 95% CI Tertimbang
Kelompok Umur
5-9 3,5 3,0 - 4,2 10.966
10-14 3.8 3.2 - 4.7 10.374
15-17 3.6 2.9 - 4.4 5.000
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3.5 3.0 - 4.0 13.713
Perempuan 3.9 3.3 - 4.6 12.628
Tempat tinggal
Perkotaan 2.8 1.9 - 4.2 3.073
Perdesaan 3.8 3.2 - 4.4 23.268
Daerah Tertinggal 3.7 3.2 - 4.2 26.342
92
Indonesia 3,3 3,1 - 3,4 265.469
7.2. CEDERA
Cedera
Proporsi cedera dalam 12 bulan terakhir yang mengakibatkan kegiatan sehari-hari terganggu (pada
semua umur) dihitung dengan formula:
Jumlah semua umur yang penah cidera
= dalam 12 bulan terakhir yang mengakibatkan kegiatan sehari hari terganggu
Jumlah ART semua umur
93
Cacat fisik akibat cedera adalah kondisi seseorang yang mempunyai gangguan fisik seperti
hilangnya sebagian atau kurang berfungsinya anggota badan sebagai akibat dari cedera yang pernah
dialami. Proporsi cedera mengakibatkan kecacatan fisik yang permanen pada bagian tubuh dihitung
dengan formula:
Jumlah ART dengan cedera mengakibatkankecacatan
= fisik yang permanen pada bagian tubuh yang dialami ART
Jumlah ART yang pernah cedera dalam 12 bulan terakhir
yang mengakibatkan kegiatan sehari hari terganggu
= Jumlah ART yang mengalami sedera disebabkan karena kecelakaan lalu lintas
Jumlah ART semua umur
94
Tabel 7.2.1. Proporsi Cedera yang Mengakibatkan Kegiatan Sehari-Hari Terganggu Menurut
Karakteristik, di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Cedera N Tertimbang
Karakteristik % (95%CI)
Kelompok Umur
0-4 8.3 7.4 - 9.3 11.272
5-14 11.5 10.7 - 12.3 17.680
15 - 54 10.2 9.6 - 10.8 45.879
>= 55 8.0 7.1 - 9.0 7.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 11.7 11.2 - 12.4 42.036
Perempuan 8.2 7.6 8.8 40.579
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 9.8 9.2 10.3 58.427
Menengah (SLTP, SLTA) 10.9 10.2 11.6 20.612
Tinggi (akademi. PT) 8.6 7.2 10.2 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 8.9 7.6 - 10.3 3.781
Tidak bekerja, sekolah 10.3 9.7 - 10.9 44.999
Buruh, sopir 12.9 10.4 - 15.8 1.437
Wiraswasta/lainnya 9.6 8.9 - 10.2 32.396
Tempat tinggal
Perkotaan 11.0 9.3 12.8 9.824
Perdesaan 9.9 9.4 10.4 72.791
Daerah Tertinggal 10.0 9.5 - 10.5 82.616
Indonesia 9,2 9,1 - 9,4 1.017.290
95
Rendah (tamat SD kebawah) 17.1 6.1 48.2 5.709
Menengah (SLTP, SLTA) 12.7 5.2 52.6 2.242
Tinggi (akademi. PT) 8.8 6.0 54.9 307
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 9.6 6.6 53.5 355
Tidak bekerja, sekolah 17.0 5.0 48.7 4.637
Buruh, sopir 10.3 7.8 48.8 185
Wiraswasta/lainnya 14.4 7.0 50.6 3.099
Tempat tinggal
Perkotaan 13.8 6.8 50.6 1.076
Perdesaan 15.8 6.0 49.5 7.182
Daerah Tertinggal 15.6 5.8 49.6 8.258
Indonesia 11,9 3.8 50.3 92,976
Tabel 7.2.3. Proporsi Cedera Mengakibatkan Kecacatan Fisik Permanen menurut Karakteristik,
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
96
Jenis Kelamin
Laki-Laki 0.9 1.2 15.8 4.935
Perempuan 0.6 0.7 11.6 3.322
Pendidikan
Rendah (tamat SD 0.7 1.1 13.1 5.709
kebawah)
Menengah (SLTP, SLTA) 1.1 1.0 16.5 2.242
Tinggi (akademi. PT) 0.3 0.2 14.8 307
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. 1.7 1.6 17.0 335
Swasta)
Tidak bekerja, sekolah 0.4 0.6 15.5 4.637
Buruh, sopir 3.5 1.9 15.1 185
Wiraswasta/lainnya 1.1 1.5 17.6 3.099
Tempat tinggal
Perkotaan 0.7 0.6 15.5 1.076
Perdesaan 0.8 1.1 13.9 7.182
Daerah Tertinggal 0.8 1.0 14.1 1.165
Indonesia 0,5 0,6 9.2 92.976
Tabel 7.2.4. Proporsi Tempat Terjadinya Cedera Menurut Karakteristik di daerah tertinggal,
Riskesdas 2018
Tempat terjadinya cedera
Karakteristik Jalan Rumah dan Sekolah dan Tempat Lainny N
Raya lingkungannya lingkungannya bekerja a Tertimban
g
Kelompok Umur
0-4 7.5 89.0 1.8 - 1.7 937
5-14 18.8 58.8 16.6 0.0 5.8 2.025
15 – 54 38.6 32.5 2.1 16.0 10.9 4.672
>=55 19.7 53.2 0.6 16.6 9.9 632
Jenis Kelamin
Laki-Laki 32.6 41.0 5.4 11.5 9.5 4.935
Perempuan 23.2 55.7 5.6 8.4 7.0 3.322
97
Pendidikan
Rendah (tamat SD 20.5 54.1 6.7 10.5 8.2 5.709
kebawah)
Menengah (SLTP, SLTA) 46.3 31.1 2.9 10.3 9.4 2.242
Tinggi (akademi. PT) 55.7 28.2 1.9 7.2 7.0 307
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. 55.6 31.6 0.4 6.5 5.9 335
Swasta)
Tidak bekerja, sekolah 24.9 59.0 9.3 6.7 4.637
Buruh, sopir 40.1 28.5 - 23.0 8.4 185
Wiraswasta/lainnya 31.0 31.5 0.6 25.3 11.5 3.099
Tempat tinggal
Perkotaan 37.5 48.5 5.8 4.2 4.1 1.076
Perdesaan 27.5 46.7 5.4 11.2 9.2 7.182
Daerah Tertinggal 28.8 46.9 5.5 10.3 8.5 8.258
Indonesia 31,4 44,7 6,5 9,1 8,3 92.976
Tabel 7.2.5. Proporsi Cedera Karena Kecelakaan Lalu Lintas menurut Karakteristik
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Cedera karena kecelakaan lalu lintas
N
Karakteristik Cedera karena Cedera tidak Tidak pernah Tertimban
kecelakaan karena cedera dalam 1 g
lalulintas kecelakaan tahun terakhir
lalulintas
% 95% CI % 95% CI % 95% CI
Kelompok Umur
0-4 0.3 0.2 - 0.5 0.3 0.2 - 0.5 99.4 99.1 - 99.6 11.272
5-14 1.1 0.9 - 1.3 1.0 0.8 - 1.3 97.8 97.5 - 98.1 17.680
15 – 54 3.0 2.7 - 3.3 0.9 0.8 - 1.1 96.1 95.8 - 96.4 45.879
>=55 1.1 0.8 - 1.5 0.5 0.3 - 0.7 98.4 98.0 - 98.8 7.782
98
Jenis Kelamin
Laki-Laki 2.9 2.6 - 3.1 1.0 0.8 - 1.1 96.2 95.9 - 96.5 42.036
Perempuan 1.2 1.0 - 1.3 0.7 0.6 - 0.8 98.1 97.9 - 98.3 40.579
Pendidikan
Rendah (tamat SD 1.3 1.2 - 1.4 0.7 0.6 - 0.8 98.0 97.8 - 98.2 58.427
kebawah)
Menengah (SLTP, SLTA) 3.8 3.5 - 4.2 1.2 1.0 - 1.4 95.0 94.5 - 95.4 20.612
Tinggi (akademi. PT) 3.9 2.9 - 5.2 0.9 0.5 - 1.4 95.2 93.8 - 96.3 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. 4.4 3.4 - 5.5 0.6 0.3 - 1.0 95.1 93.8 - 96.0 3.781
Swasta)
Tidak bekerja, sekolah 1.6 1.4 - 1.8 1.0 0.8 - 1.1 97.4 97.2 - 97.7 44.999
Buruh, sopir 4.5 3.1 - 6.7 0.6 0.3 - 1.4 94.8 92.7 - 96.4 1.437
Wiraswasta/lainnya 2,0 2.0 - 2.5 0.7 0.6 - 0.9 97.0 96.7 - 97.3 32.396
Tempat tinggal
Perkotaan 3.1 2.6 - 3.7 1.0 0.8 - 1.4 95.9 95.1 - 96.5 9.824
Perdesaan 1.9 1.7 - 2.1 0.8 0.7 - 0.9 97.3 97.1 - 97.5 72.791
Daerah Tertinggal 2.0 1.9 - 2.2 0.8 0.7 - 0.9 97.1 96.9 - 97.3 82.616
Indonesia 2,2 2,2 - 2,3 0,7 0,7 - 0,7 97,1 97,0 - 97,2 1.017.290
Kepustakaan:
1.
2.
BAB VIII
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
99
1. Yankestrad ramuan, baik ramuan kemasan maupun ramuan buatan sendiri dengan
menggunakan bahan yang berasal dari: tanaman; hewan; mineral; dan/atau sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan-bahan.
2. Yankestrad keterampilan manual adalah teknik pengobatan yang berdasarkan manipulasi dan
gerakan dari satu atau beberapa bagian tubuh misalnya pijat urut, refleksi, akupresur.
3. Yanskestrad keterampilan olah pikir adalah adalah teknik pengobatan yang bertujuan untuk
memanfaatkan kemampuan pikiran untuk memperbaiki fungsi tubuh misalnya hipnoterapi.
4. Yankestrad keterampilan energy adalah teknik pengobatan dengan menggunakan lapangan
energi baik dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri misalnya tenaga dalam dan prana.
100
bentuk segar, kering atau bentuk simplisia (serbuk). Ramuan dapat digunakan untuk diminum
atau pemakaian luar (misalnya balur atau oles)
3. Keterampilan manual (pijat, tusuk jarum), merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
tradisional yang dalam pelaksanaannya menggunakan keterampilan dengan ataupun tanpa alat
bantu. (PP No. 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional) dan dapat
dilakukan oleh Hattra ataupun nakestrad. Contoh: pijat urut dewasa/bayi, patah tulang,
refleksi, akupuntur, chiropractic, kop/bekam, apiterapi, ceragem, akupresur dll. Keterampilan
olah pikir/hipnoterapi
4. Keterampilan olah pikir/hipnoterapi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan tradisional
yang dalam pelaksanaannya menggunakan teknik keterampilan olah pikir. (PP No. 103 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional) dan dapat dilakukan oleh Hattra ataupun
nakestrad. Contoh: hipnoterapi, meditasi
101
ART pernah memanfaatkan yankestrad dalam satu tahun terakhir
Pemanfaatan TOGA yaitu ART pernah memanfaatkan TOGA milik keluarga atau lingkungan sekitar
dalam 1 tahun terakhir pada ART yang pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dalam
satu tahun terakhir. TOGA atau taman obat keluarga adalah sekumpulan tanaman berkhasiat obat
untuk kesehatan keluarga. TOGA pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah,
kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat,
termasuk TOGA milik RT/RW atau tetangga. Tidak termasuk pemanfaatan TOGA jika mengambil
tumbuhan liar di hutan atau di sembarang tempat.
102
Tabel 8.1. Proporsi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional menurut Karakteristik
di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Karakteristik Memanfaatkan Yankestrad Melakukan upaya sendiri N
% 95%CI % 95%CI Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 11.2 10.1 - 12.3 16.2 14.9 - 17.7 11.272
5-14 11.9 10.9 - 12.9 16.0 14.7 - 17.3 17.680
15 – 54 16.6 15.7 - 17.5 20.9 19.8 - 22.1 45.879
>= 55 22.0 20.5 - 23.7 26.6 25.0 - 28.2 7.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15.6 14.7 - 16.5 18.8 17.7 - 19.8 42.036
Perempuan 15.1 14.2 - 16.0 20.8 19.7 - 22.0 40.579
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 14.7 13.8 - 15.6 19.9 18.7 - 21.1 58.427
Menengah (SLTP, SLTA) 16.6 15.6 - 17.7 19.7 18.5 - 20.9 20.612
Tinggi (akademi. PT) 19.2 17.2 - 21.4 18.6 16.6 - 20.7 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 18.7 16.9 - 20.8 18.7 16.7 - 20.9 3.781
Tidak bekerja, sekolah 13.3 12.4 - 14.2 16.9 15.9 - 18.0 44.999
Buruh, sopir 18.9 16.0 - 22.3 17.9 15.1 - 21.0 1.437
Wiraswasta/lainnya 17.7 16.6 - 18.8 23.9 22.6 - 25.3 32.396
Tempat tinggal
Perkotaan 15.6 14.0 - 17.5 15.9 14.0 - 18.0 9.824
Perdesaan 15.3 14.4 - 16.3 20.3 19.2 - 21.5 72.791
Daerah Tertinggal 15.4 14.5 - 16.2 19.8 18.7 - 20.8 12.686
Indonesia 31,4 31,1 - 31,6 12,9 12,7 - 13,2 1.017.290
103
Tabel 8.2. Proporsi Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional yang Dimanfaatkan menurut
Karakteristik di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Ramuan
Karakteristik Ramuan buatan keterampilan Keterampilan Keterampilan N
Jadi sendiri manual olah pikir energi Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 15.4 68.1 44.9 1.2 1.2 3.089
5-14 20.6 71.3 37.1 1.2 1.2 4.924
15 – 54 23.9 73.2 37.8 1.6 1.6 17.215
>=55 25.9 78.4 38.3 1.5 1.5 3.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 22.4 72.1 38.6 1.6 1.6 14.443
Perempuan 23.0 73.9 38.4 1.3 1.3 14.568
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 21.4 73.7 37.9 1.5 1.5 20.183
Menengah (SLTP, SLTA) 25.3 72.0 39.8 1.5 1.5 7.476
Tinggi (akademi. PT) 28.7 68.8 39.7 1.7 1.7 1.351
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 28.5 66.4 40.0 1.9 1.9 1.415
Tidak bekerja, sekolah 20.7 69.9 40.0 1.3 1.3 13.593
Buruh, sopir 26.2 56.2 46.6 1.8 1.8 528
Wiraswasta/lainnya 24.0 77.5 36.5 1.6 1.6 13.474
Tempat tinggal
Perkotaan 24.4 65.4 39.0 2.0 2.0 3.099
Perdesaan 22.5 73.9 38.4 1.4 1.4 25.912
Daerah Tertinggal 22.7 73.0 38.5 1.5 1.5 21.181
Indonesia 48,0 31,8 65,3 1,9 2,1 437.291
104
Tabel 8.3. Proporsi Jenis Tenaga yang Dimanfaatkan Menangani Kesehatan Tradisional menurut
Karakteristik di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Dokter / Penyehat N
Karakteristik nakes Tradisional Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 2.5 98.5 1.259
5-14 3.3 98.3 2.101
15 – 54 3.8 97.9 7.609
>=55 3.5 98.2 1.715
Jenis Kelamin
Laki-Laki 3.5 98.1 6.552
Perempuan 3.6 97.9 6.133
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 3.4 98.0 8.574
Menengah (SLTP, SLTA) 3.6 98.1 3.422
Tinggi (akademi. PT) 5.0 97.8 688
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 6.0 96.8 709
Tidak bekerja, sekolah 3.4 97.9 5.982
Buruh, sopir 1.0 99.7 271
Wiraswasta/lainnya 3.5 98.3 5.722
Tempat tinggal
Perkotaan 4.3 97.3 1.537
Perdesaan 3.5 98.1 11.148
Daerah Tertinggal 3.6 98.0 12.686
Indonesia 2,7 98,5 290.285
105
Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Tabel 8.4. Proporsi Pemanfaatan TOGA menurut Karakteristik di daerah tertinggal, Riskesdas 2018
Pernah memanfaatkan TOGA N
Karakteristik % 95% CI Tertimbang
Kelompok Umur
0-4 43.0 39.8 - 46.2 3.098
5-14 45.9 42.8 - 48.9 4.924
15 – 54 45.9 43.9 - 47.9 17.215
>55 50.0 47.5 - 52.6 3.782
Jenis Kelamin
Laki-Laki 45.0 43.0 - 47.1 14.443
Perempuan 47.2 45.0 - 49.4 14.568
Pendidikan
Rendah (tamat SD kebawah) 45.5 43.2 - 47.8 20.183
Menengah (SLTP, SLTA) 47.9 45.5 - 50.2 7.476
Tinggi (akademi. PT) 46.3 42.5 - 50.2 1.351
Pekerjaan
Pegawai (PNS, Peg. Swasta) 47.8 44.0 - 51.6 1.415
Tidak bekerja, sekolah 45.3 42.9 - 47.6 13.593
Buruh, sopir 35.0 29.5 - 40.9 528
Wiraswasta/lainnya 47.3 45.1 - 49.5 13.474
Tempat tinggal
Perkotaan 40.7 36.8 - 44.6 3.099
Perdesaan 46.8 44.6 - 49.0 25.912
Daerah Tertinggal 46.1 44.2 - 48.1 29.012
Indonesia 24,6 24,2 - 24,9 437.291
Kepustakaan:
106
BAB IX
PERILAKU KESEHATAN
Indikator perilaku berisiko kesehatan yang disajikan dalam bab ini adalah beberapa perilaku
yang berkaitan dengan penyakit tidak menular dan penyakit menular. Indikator yang termasuk dalam
faktor risiko perilaku terkait penyakit tidak menular mencakup perilaku konsumsi makanan berisiko
kesehatan, kurang konsumsi sayur dan buah, kebiasaan merokok dan konsumsi tembakau, kurang
aktivitas fisik, dan konsumsi minuman beralkohol. Sedangkan untuk faktor risiko perilaku terkait
penyakit menular mencakup pencegahan penyakit akibat gigitan nyamuk, kebiasaan mencuci tangan
dengan benar, dan buang air besar di jamban.
Khusus untuk individu dengan umur kurang dari 15 tahun wawancara dapat dilakukan dengan
pendampingan orang tua atau wali, dan untuk individu balita (3-5 tahun) wawancara dilakukan dengan
diwakili oleh orang tua atau wali yang mengetahui perilaku terkait.
Untuk menggambarkan cara masyarakat melakukan pencegahan gigitan nyamuk dihitung dengan
formula sebagai berikut:
107
Tabel 9.1.1. Proporsi Penggunaan Kelambu Long Lasting Insecticide Nets (LLIN’s) menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
Penggunaan kelambu
Karakteristik
N
% 95% CI
tertimbang
Kelompok Umur
0-4 tahun 60, 58,6-62,3 9.400
4
5-14 tahun 53, 52,2-55,4 19.554
8
15- 54 tahun 50, 49,2-51,8 45.880
5
> 55 tahun 55, 53,1-57,0 7.783
1
Jenis Kelamin
Laki-laki 51, 50,3-52,9 42.037
6
Perempuan 54, 52,8-55,4 40.580
1
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 53, 52,5-55,2 58.427
8
Menengah (Tamat SMP / SMA) 51, 49,8-53,0 20.612
4
Tinggi (Tamat PT) 44, 41,9-47,9 3.576
9
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 46, 43,5-49,4 3.782
5
Wiraswasta/Lainnya 51, 49,6-52,6 32.396
1
Buruh/Sopir/Pembantu 43, 38,8-47,9 1.438
3
Tidak bekerja/Sekolah 54, 53,6-56,2 45.000
9
Tempat Tinggal
Perkotaan 43, 40,3-46,8 9.824
5
Perdesaan 54, 52,8-55,4 72.792
1
Daerah Tertinggal 52, 51,6-54,1 82.616
8
Indonesia 3,4 3,4-3,5 1.017.290
108
Tabel 9.1.2. Proporsi Cara Pencegahan Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk menurut Karakteristik di
Daerah Tertinggal tahun 2018
109
5. Menggunakan alat pembasmi nyamuk elektrik
110
Konsumsi Bumbu Penyedap
Tabel 9.2.1. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Manis pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
111
Tabel 9.2.2. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Minuman Manis pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
Kebiasaan Konsumsi Minuman Manis1
N
Karakteristik ≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan
tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 50,4 38,7 10,9 3.857
5-14 tahun 50,6 39,5 10,0 19.554
15-54 tahun 49,4 35,8 14,8 45.880
> 55 50,2 29,0 20,9 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 52,5 34,9 12,6 39.255
Perempuan 47,0 37,5 15,4 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 48,5 36,7 14,8 52.885
Menengah (Tamat SMP / 52,8 35,3 11,9 20.612
SMA)
Tinggi (Tamat PT) 52,1 33,1 14,8 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 55,9 30,7 13,3 3.782
Wiraswasta/Lainnya 49,1 34,7 16,2 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 60,6 27,2 12,1 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 49,4 38,3 12,3 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 54,0 33,2 12,8 9.159
Perdesaan 49,3 36,6 14,1 67.914
Daerah Tertinggal 49,8 36,2 14,0 77.073
Indonesia 61,27 30,22 8,51 962.045
1
Minuman manis yaitu minuman mengandung gula yang tinggi
112
Tabel 9.2.3. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Asin pada Penduduk Umur >3 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
Kebiasaan Konsumsi Makanan Asin1
N
Karakteristik ≥1 kali per hari 1 - 6 kali per minggu ≤3 kali perbulan
tertimbang
(%) (%) (%)
Kelompok Umur
0-4 tahun 11,9 33,5 54,6 3.857
5-14 tahun 13,5 36,8 49,8 19.554
15-54 tahun 13,2 35,7 51,1 45.880
> 55 10,6 32,8 56,6 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 13,1 35,5 51,3 39.255
Perempuan 12,7 35,6 51,7 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 12,8 34,3 52,9 52.885
Menengah (Tamat SMP / 13,6 38,3 48,1 20.612
SMA)
Tinggi (Tamat PT) 11,4 38,8 49,8 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 12,2 37,1 50,7 3.782
Wiraswasta/Lainnya 12,9 34,1 53,0 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 12,9 42,3 44,8 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 13,0 36,4 50,6 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 12,6 39,4 48,0 9.159
Perdesaan 13,0 35,0 52,0 67.914
Daerah Tertinggal 12,9 35,6 51,5 77.073
Indonesia 29,7 43,0 27,3 962.045
1
Makanan asin adalah makanan yang lebih dominan rasa asin atau mengandung garam yang tinggi
113
Tabel 9.2.4. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Berlemak/Berkolesterol/Gorengan pada
Penduduk Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
114
Indonesia 41,7 45,0 13,2 962.045
1
Makanan berlemak adalah makanan mengandung lemak yang tinggi, termasuk lemak jenuh, dan makanan yang mengandung
kolesterol
Tabel 9.2.5. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan yang Dibakar pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
115
1
Makanan yang diproses dengan cara dibakar di atas api secara langsung
Tabel 9.2.6. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Makanan Daging/Ayam/Ikan Olahan dengan Pengawet
pada Penduduk Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
116
Indonesia 4,9 23,0 72,1 962.045
1makanan yang berasal dari hewan, melalui proses pengolahan dan ditambahkan bahan pengawet.
Tabel 9.2.7. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Bumbu Penyedap pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
117
Daerah Tertinggal 66,3 15,7 18,0 77.073
Indonesia 77,6 10,8 11,6 962.045
1
Bumbu penyedap seperti vetsin, kaldu instan dan bumbu masak lainnya
Tabel 9.2.8. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Soft Drink atau Minuman Berkarbonasi pada Penduduk
Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
118
Perdesaan 2,6 9,8 87,6 67.914
Daerah Tertinggal 2,8 10,6 86,6 77.073
Indonesia 2,2 11,0 86,8 962.045
1
minuman bersoda atau berkarbonasi
Tabel 9.2.9. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Minuman Berenergi pada Penduduk Umur >3 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
119
Perkotaan 3,4 12,9 83,7 9.159
Perdesaan 2,2 8,4 89,4 67.914
Daerah Tertinggal 2,3 9,0 88,7 77.073
Indonesia 1,7 6,1 92,1 962.045
1
Minuman yang mengandung kafein sebagai sumber energi.
Tabel 9.2.10. Proporsi Kebiasaan Konsumsi Mi Instan/Makanan Instan Lainnya pada Penduduk
Umur >3 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
120
Tempat Tinggal
Perkotaan 9,1 57,4 33,6 9.159
Perdesaan 9,0 54,6 36,4 67.914
Daerah Tertinggal 9,0 54,9 36,1 77.073
Indonesia 7,8 58,5 33,8 962.045
1
Termasuk makanan instan adalah mi instan, bubur instan, dan makanan instan lainnya
Tabel 9.3.1. Proporsi Konsumsi Buah/Sayur per Hari dalam Seminggu pada Penduduk Umur >5
Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
121
g
% 95%CI % 95%CI % 95%CI % 95%CI
Kelompok Umur
5-14 tahun 14, 13, 15, 62, 60, 63, 18, 17, 20, 4,6 4,0 5,2 19.554
6 4 8 2 5 9 6 2 0
15-54 tahun 9,9 9,1 10, 60, 59, 62, 23, 21, 24, 6,3 5,8 7,0 45.880
8 8 4 2 0 9 1
> 55 11, 10, 12, 60, 58, 62, 22, 20, 23, 5,8 5,0 6,7 7.783
6 5 8 5 6 4 1 6 7
Jenis Kelamin
Laki-laki 11, 10, 12, 61, 60, 62, 21, 20, 22, 5,7 5,2 6,3 37.323
6 7 6 4 0 8 2 2 3
Perempuan 11, 10, 12, 60, 59, 62, 22, 21, 23, 5,9 5,3 6,5 35.894
0 1 0 9 5 3 2 1 3
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat 13, 12, 14, 61, 60, 63, 20, 19, 21, 4,7 4,2 5,2 49.028
SD) 3 2 4 9 4 4 2 1 3
Menengah (Tamat 7,8 7,1 8,7 60, 59, 62, 23, 22, 25, 7,6 6,8 8,5 20.612
SMP/SMA) 7 2 3 8 5 1
Tinggi (Tamat PT) 4,7 3,7 6,0 53, 50, 56, 30, 28, 33, 11, 9,6 12, 3.576
4 5 3 8 1 7 0 7
Pekerjaan
Pegawai 4,4 3,5 5,6 54, 51, 56, 31, 28, 33, 10, 9,1 12, 3.782
(PNS/Swasta) 0 2 8 0 5 6 5 2
Wiraswasta/Lainnya 10, 9,5 11, 60, 58, 62, 22, 21, 24, 6,1 5,4 6,8 32.397
5 7 6 9 2 8 6 1
Buruh/Sopir/ 7,2 5,5 9,2 66, 63, 70, 19, 16, 22, 6,7 5,0 8,9 1.438
Pembantu 9 0 5 3 5 5
Tidak 12, 12, 14, 62, 60, 63, 19, 18, 21, 5,0 4,5 5,6 35.600
bekerja/Sekolah 9 0 0 2 8 6 8 7 0
Tempat Tinggal
Perkotaan 7,7 6,3 9,3 60, 57, 63, 24, 21, 26, 7,5 6,1 9,1 8.678
7 7 6 1 5 9
Perdesaan 11, 10, 12, 61, 59, 62, 21, 20, 22, 5,6 5,0 6,2 64.538
8 9 8 2 8 7 4 3 5
Daerah Tertinggal 11, 10, 12, 61, 59, 62, 21, 20, 22, 5,8 5,3 6,4 73.217
3 5 2 2 8 5 7 7 7
Indonesia 10, 10, 10, 66, 66, 66, 18, 18, 18, 4,6 4,5 4,7 923.670
7 5 9 5 2 7 3 1 5
1
Rata-rata porsi buah/sayur yang dikonsumsi per hari
Tabel 9.3.2. Proporsi Kurang Makan Buah/Sayur dan Rerata Konsumsi Buah dan Sayur per Hari
dalam Seminggu pada Penduduk Umur >5 Tahun menurut karakteristik, Riskesdas 2018
N
Kurang konsumsi Rata-rata konsumsi Rata-rata Rata-rata
tertimb
sayur buah 1 sayur dan buah konsumsi sayur konsumsi buah
Karakteristik ang
min- min- min-
% 95%CI x sd x sd x sd
max max max
Kelompok Umur
5-14 tahun 98,7 98,5 -98,9 1,8 0-14 1,4 1,3 0-9 1,1 0,5 0-9 0,7 19.554
15-54 tahun 98,3 98,1 -98,5 2,0 0-14,1 1,5 1,6 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 45.880
> 55 98,5 98,1 -98,8 1,9 0-14 1,5 1,5 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 98,6 98,3 -98,8 1,9 0-14 1,5 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 37.323
122
Perempuan 98,3 98,1 -98,5 2,0 0-14,1 1,5 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 35.894
Pendidikan
Rendah (s/d
98,8 98,6 -99 1,8 0-14,1 1,4 1,4 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 49.028
Tamat SD)
Menengah
(Tamat 97,9 97,6 -98,2 2,2 0-14 1,6 1,6 0-9 1,3 0,5 0-9 0,8 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat
96,0 94,9 -96,9 2,5 0-14 1,7 1,8 0-9 1,3 0,7 0-9 0,9 3.576
PT)
Pekerjaan
Pegawai
96,4 95,3 -97,3 2,5 0-14 1,7 1,8 0-9 1,3 0,7 0-9 0,9 3.782
(PNS/Swasta)
Wiraswasta/
98,5 98,3 -98,7 2,0 0-14,1 1,5 1,6 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 32.397
Lainnya
Buruh/Sopir/
98,5 97,5 -99,1 2,0 0-14 1,6 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,8 1.438
Pembantu
Tidak
98,6 98,3 -98,8 1,8 0-14 1,5 1,4 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 35.600
bekerja/Sekolah
Tempat Tinggal
Perkotaan 97,8 97,1 -98,4 2,2 0-14 1,6 1,6 0-9 1,2 0,6 0-9 0,8 8.678
Perdesaan 98,5 98,3 -98,7 1,9 0-14,1 1,5 1,5 0-9 1,2 0,4 0-9 0,7 64.538
Daerah Tertinggal 98,4 98,2 -98,6 2,0 0-14,1 1,5 1,5 0-9 1,2 0,5 0-9 0,7 73.217
Indonesia 95,4 95,3 -95,5 1,8 0-17 1,4 1,2 0-9 1.0 0,6 0-0 0,7 923.670
1
porsi makan buah/sayur < 5 porsi per hari dalam seminggu (WHO)
Informasi perilaku BAB dikumpulkan pada penduduk usia >3 tahun. Perilaku BAB yang dianggap
benar adalah bila ART buang air besar di jamban.
Tabel 9.4.1. Proporsi Perilaku Benar Buang Air Besar pada Penduduk Umur >3 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
123
3-4 tahun 62,1 59,4-64,6 3.857
5-14 tahun 63,7 61,8-65,5 19.554
15-54 tahun 65,8 64,3-67,3 45.880
> 55 72,1 70,1-74,0 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 65,2 63,7-66,7 39.255
Perempuan 66,2 64,7-67,7 37.819
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 59,2 57,6-60,8 52.885
Menengah (Tamat SMP/SMA) 77,8 76,2-79,3 20.612
Tinggi (Tamat PT) 92,5 90,9-93,9 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 91,5 89,6-93,2 3.782
Wiraswasta/Lainnya 59,9 58,3-61,6 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 81,8 77,9-85,1 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 67,4 65,8-69,0 39.457
Tempat Tinggal
Perkotaan 93,4 91,6-94,8 9.159
Perdesaan 62,0 60,4-63,5 67.914
Daerah Tertinggal 65,7 64,3-67,1 77.073
Indonesia 88,2 87,9-88,5 962.045
1
Perilaku Benar Buang Air Besar adalah kebiasaan buang air besar di jamban .
Perilaku cuci tangan ditanyakan pada penduduk usia 10 tahun ke atas. Perilaku cuci tangan yang
dianggap benar, jika penduduk melakukannya sebelum menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor
(memegang uang, binatang dan berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak,
setelah menggunakan pestisida/insektisida, sebelum menyusui bayi, dan sebelum makan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir.
124
Tabel 9.5.1. Proporsi Perilaku Benar dalam Cuci Tangan pada Penduduk Umur >10 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
Perilaku merokok dan konsumsi tembakau ditanyakan pada ART umur >10 tahun. Pada bagian ini
akan menyajikan indikator perilaku merokok dan perokok sekunder/pasif. Indikator terkait rokok dan
tembakau termasuk sebagai berikut: perilaku merokok, umur pertama merokok, umur mulai berhenti
merokok (bagi mantan perokok), jenis rokok, rata-rata batang rokok yang dikonsumsi, dan perilaku
mengunyah tembakau. Perilaku konsumsi tembakau termasuk kebiasaan konsumsi rokok hisap, rokok
elektronik, shisha dan tembakau kunyah. Sedangkan perokok pasif mencakup perilaku merokok di
dalam rumah atau dalam gedung bagi ART yang masih merokok dan berada di dekat orang yang
merokok bagi ART yang tidak merokok.
Perilaku merokok saat ini mencakup kebiasaan merokok setiap hari atau kadang-kadang dalam
sebulan terakhir. Perilaku merokok di masa lalu mencakup merokok setiap hari atau kadang-kadang di
masa lalu. Tidak pernah merokok yaitu termasuk tidak pernah mencoba merokok sampai dengan saat
pengumpulan data.
Indikator terkait rokok dan tembakau dihitung dengan formula sebagai berikut:
125
126
Tabel 9.6.1. Proporsi Merokok pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut Karakteristik,
Riskesdas 2018
Perokok saat ini (%,95%CI) Tidak merokok (%,95%CI) N
Karakteristik Perokok setiap Perokok Mantan Bukan tertimba
hari kadang-kadang perokok perokok ng
Kelompok Umur
10-14 tahun 0,4 (0,3-0,6) 1,1 (0,8-1,3) 0,6 (0,4-0,9) 97,9 (97,6-98,3) 9.505
15-54 tahun 23,5 (22,9-24,1) 7,7 (7,3-6,1) 2,1 (1,9-2,4) 66,7 (66,0-67,3) 45.880
>55 tahun 19,6 (18,5-20,7) 6,3 (5,6-7,2) 5,3 (4,7-6,1) 68,8 (67,4-70,1) 7.783
Kelompok Umur Khusus
10-18 tahun 3,2 (2,8-3,6) 3,4 (3,0-3,8) 1,0 (0,8-1,2) 92,5 (91,8-93,1) 15.387
15+ tahun 22,9 (22,4-23,5) 7,5 (7,1-7,9) 2,6 (2,4-2,8) 67,0 (66,3-67,6) 53.663
10+ tahun 19,6 (19,1-20,1) 6,5 (6,2-6,9) 2,3 (2,1-2,5) 71,6 (71,1-72,2) 63.168
Jenis Kelamin
Laki-laki 36,9 (36,0-37,8) 12,2 (11,5-12,8) 4,1 (3,8-4,5) 46,8 (45,8-47,9) 32.041
Perempuan 1,7 (1,5-1,9) 0,7 (0,6-0,9) 0,4 (0,3-0,5) 97,2 (96,9-97,4) 31.127
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 17,1 (16,5-17,7) 5,6 (5,2-6,0) 1,9 (1,7-2,2) 75,4 (74,7-76,1) 38.979
Menengah (Tamat 24,0 (23,2-24,9) 8,3 (7,7-9,0) 2,7 (2,3-3,0) 65,0 (64,0-65,9) 20.612
SMP/SMA)
Tinggi (Tamat PT) 21,0 (19,2-22,8) 6,5 (5,4-7,9) 4,0 (3,1-5,1) 68,6 (68,5-70,6) 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 28,3 (26,3-30,3) 7,1 (6,0-8,3) 4,6 (3,7-5,7) 60,0 (57,9-62,1) 3.782
Wiraswasta/Lainnya 27,8 (26,9-28,6) 8,4 (7,9-9,0) 2,9 (2,6-3,2) 60,9 (60,0-61,8) 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 56,1 (52,3-59,8) 11,3 (8,9-14,1) 2,6 (1,7-3,9) 30,1 (26,6-33,8) 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 5,8 (5,4-6,2) 3,7 (3,4-4,1) 1,2 (1,0-1,4) 89,3 (88,7-89,9) 25.552
Tempat Tinggal
Perkotaan 20,8 (19,4-22,3) 6,1 (5,1-7,2) 3,4 (2,7-4,2) 69,7 (68,2-71,2) 7.561
Perdesaan 19,4 (18,9-19,9) 6,6 (6,2-6,9) 2,1 (1,9-2,4) 71,9 (71,3-72,5) 55.607
Daerah Tertinggal 19,6 (19,1-20,1) 6,5 (6,2-6,9) 2,3 (2,1-2,5) 71,6 (71,1-72,2) 63.168
Indonesia 24,3 (24,1-24,4) 4,6 (4,5-4,6) 5,3 (5,2-5,3) 65,9 (65,8-66,1) 818.507
127
Tabel 9.6.2. Rata-rata Jumlah Batang Rokok (Kretek, Putih, Linting) Perhari dan Perminggu yang
Dihisap Penduduk Umur >10 Tahun menurut karakteristik, Riskesdas 2018
128
Tabel 9.6.3. Proporsi Umur Pertama Kali Merokok Tiap Hari pada Penduduk Umur ≥10 Tahun
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
129
Menengah (Tamat 0,7 (0,4- 9,7 (8,5- 50,3 28,0 7,4 (6,4- 3,9 (3,2- 4.380
SMP/SMA) 1,3) 11,1) (48,1- (26,1- 8,5) 4,8)
52,5) 30,0)
Tinggi (Tamat PT) 0,3 (0,1- 5,6 (3,9- 39,0 37,5 12,2 (9,2- 5,4 (3,7- 703
2,1) 33,8) (33,8- (32,7- 16,0) 7,8)
44,3) 42,5)
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 1,1 (0,4- 8,3 (6,1- 40,9 33,8 10,0 (8,0- 6,0 (4,1- 973
2,9) 11,0) (36,6- (29,8- 12,5) 8,7)
45,3) 38,1)
Wiraswasta/Lainnya 0,9 (0,7- 11,6 43,7 28,6 9,5 (8,6- 5,6 (5,0- 7.202
1,3) (10,5- (42,0- (27,2- 10,5) 6,3)
12,8) 45,3) 30,1)
Buruh/Sopir/Pembantu 0,4 (0,1- 14,3 46,7 29,0 6,4 (4,5- 3,2 (1,9- 712
1,8) (10,8- (41,3- (24,3- 8,9) 5,2)
18,7) 52,2) 34,3)
Tidak bekerja/Sekolah 1,7 (0,8- 17,3 57,1 15,9 4,8 (3,4- 3,2 (2,0- 1.210
3,7) (14,3- (53,0- (13,5- 6,8) 5,2)
20,8) 61,1) 18,6)
Tempat Tinggal
Perkotaan 0,9 (0,3- 10,7 (8,2- 46,2 27,3 9,8 (7,7- 5,1 (3,7- 1.484
2,4) 13,9) (41,9- (24,3- 12,4) 7,0)
50,5) 30,6)
Perdesaan 1,0 (0,7- 12,4 45,1 27,7 8,6 (7,8- 5,2 (4,6- 8.613
1,4) (11,4- (43,5- (26,3- 9,5) 5,8)
13,6) 46,6) 29,1)
Daerah Tertinggal 1,0 (0,7- 12,2 45,2 27,6 8,8 (8,0- 5,2 (4,7- 10.097
1,4) (11,2- (43,8- (26,4- 9,6) 5,8)
13,2) 46,7) 28,9)
Indonesia 0,9 (0,8- 10,6 48,2 26,5 8,2 (8,0- 5,6 (5,5- 166.563
0,9) (10,4- (47,8- (26,2- 8,4) 5,8)
10,9) 48,6) 26,8)
Tabel 9.6.4. Proporsi Umur Pertama Kali Merokok pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
N Ter
Umur pertama kali merokok (%,95%CI)
Karakteristik timbang
5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun >=30 tahun
Kelompok Umur
10-14 tahun 11,5 (6,9-18,5) 88,5 (81,5- 172
93,1)
15-54 tahun 2,2 (1,9-2,7) 23,7 (22,4- 53,0 (51,6-54,3) 15,7 (14,7- 3,5 (3,1-3,9) 1,9 (1,6-2,3) 11.911
25,0) 16,7)
>55 tahun 1,9 (1,2-3,0) 15,4 (13,3- 40,4 (37,4-43,5) 23,3 (20,9- 8,3 (6,7- 10,7 (9,0- 1.622
17,7) 25,9) 10,1) 12,7)
Kelompok Umur
10-18 tahun 4,7 (3,3-6,7) 53,3 (49,3- 42,0 (37,9-46,1) 1.052
57,4)
15+ tahun 2,2 (1,9-2,6) 22,7 (21,5- 51,5 (50,2-52,7) 16,6 (15,7- 4,1 (3,7-4,5) 3,0 (2,6-3,4) 13.533
23,9) 17,6)
10+ 2,3 (2,0-2,7) 23,5 (22,3- 50,8 (49,6-52,1) 16,4 (15,5- 4,0 (3,6-4,5) 2,9 (2,6-3,3) 13.704
24,8) 17,3)
130
Jenis Kelamin
Laki-laki 2,3 (1,9-2,7) 23,7 (22,4- 51,6 (50,3-52,9) 16,3 (15,4- 3,8 (3,4-4,3) 2,3 (2,0-2,7) 13.163
25,0) 17,2)
Perempuan 2,8 (1,5-5,1) 19,4 (15,4- 31,5 (26,7-36,7) 19,4 (15,5- 8,6 (6,0- 18,4 (14,9- 541
24,1) 24,0) 12,1) 22,6)
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat 3,1 (2,6-3,8) 26,2 (24,5- 45,2 (43,4-46,9) 17,1 (15,9- 4,7 (4,1-5,4) 3,7 (3,2-4,3) 6.709
SD) 28,0) 18,4)
Menengah (Tamat 1,6 (1,2-2,1) 22,1 (20,5- 56,5 (54,7-58,3) 14,8 (13,6- 3,0 (2,5-3,6) 2,0 (1,5-2,5) 6.049
SMP/SMA) 23,8) 16,1)
Tinggi (Tamat PT) 1,1 (0,6-2,1) 13,7 (10,8- 54,3 (50,0-58,6) 21,8 (18,5- 5,7 (3,9-8,2) 3,4 (2,1-5,3) 946
17,3) 25,5)
Pekerjaan
Pegawai 1,4 (0,7-2,7) 17,9 (15,0- 52,1 (48,4-55,8) 21,3 (18,4- 4,0 (2,8-5,8) 3,3 (2,0-5,2) 1.275
(PNS/Swasta) 21,1) 24,5)
Wiraswasta/Lainnya 2,1 (1,7-2,6) 22,0 (20,6- 50,3 (48,8-51,7) 17,9 (16,8- 4,4 (3,9-5,0) 3,3 (2,9-3,8) 9.340
23,40 19,1)
Buruh/Sopir/Pembantu 2,0 (1,0-3,9) 24,0 (20,1- 55,4 (50,5-60,2) 14,7 (11,6- 2,9 (1,8-4,7) 1,0 (0,5-2,1) 871
28,5) 18,4)
Tidak bekerja/Sekolah 3,8 (2,8-5,2) 33,1 (30,3- 50,6 (47,5-53,7) 7,8 (6,4-9,5) 2,8 (1,9-3,9) 1,9 (1,4-2,6) 2.219
36,0)
Tempat Tinggal
Perkotaan 2,0 (1,3-3,1) 20,9 (18,0- 53,1 (49,6-56,6) 16,6 (14,4- 4,5 (3,3-6,1) 2,8 (1,9-4,2) 1.934
24,0) 19,1)
Perdesaan 2,4 (2,0-2,8) 24,0 (22,6- 50,4 (49,1-51,8) 16,4 (15,4- 3,9 (3,5-4,4) 3,0 (2,6-3,4) 11.770
25,3) 17,4)
Daerah Tertinggal 2,3 (2,0-2,7) 23,5 (22,3- 50,8 (49,6-52,1) 16,4 (15,5- 4,0 (3,6-4,5) 2,9 (2,6-3,3) 13.704
24,8) 17,3)
Indonesia 2,5 (2,4-2,6) 23,1 (22,8- 52,1 (51,8-52,4) 14,8 (14,6- 4,2 (4,1-4,3) 3,3 (3,2-3,4) 217.919
23,3) 15,0)
Tabel 9.6.5. Proporsi Jenis Rokok Yang Dihisap Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
Jenis rokok yang dihisap (%,95%CI)
N
Karakteristik Rokok
Kretek Rokok putih Elektrik Shisha tertimbang
linting
Kelompok Umur
10-14 tahun 77,3 (67,7- 36,6 (27,5- 17,6 (11,7- 0,0 (0,0- 141
84,6) 46,8) 25,6) 0,2%)
15-54 tahun 77,2 (75,9- 38,9 (37,3- 27,2 (25,8- 1,0 (0,8-1,3) 0,6 (0,4-0,8) 14.315
78,4) 40,5) 28,7)
>55 tahun 67,1 (64,2- 27,1 (24,2- 46,6 (43,8- 0,4 (0,2-0,9) 0,7 (0,3-1,3) 2.015
69,9) 30,1) 49,5)
Kelompok Umur
10-18 tahun 72,3 (68,3- 44,2 (40,0- 16,6 (13,8- 2,4 (1,3-4,5) 0,9 (0,3-2,3) 1.007
76,0) 48,5) 19,8)
15+ tahun 75,9 (74,7- 37,4 (35,9- 29,6 (28,3- 1,0 (0,8-1,2) 0,6 (0,5-0,8) 16.330
77,1) 39,0) 31,0)
10+ 75,9 (74,7- 37,4 (35,9- 29,5 (28,2- 1,0 (0,8-1,2) 0,6 (0,5-0,8) 16.471
77,1) 38,9) 30,9)
Jenis Kelamin
131
Laki-laki 76,6 (75,4- 36,8 (36,4- 28,7 (27,5- 1,0 (0,8-1,3) 0,6 (0,5-0,8) 15.714
77,8) 39,5) 30,3)
Perempuan 61,2 (55,4- 26,4 (21,5- 43,7 (38,6- 0,1 (0,0-0,3) 0,5 (0,2-1,6) 757
66,6) 31,9) 49,0)
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat 74,4 (72,7- 31,9 (30,1- 38,9 (37,1- 0,7 (0,5-0,9) 0,6 (0,4-0,9) 8.822
SD) 76,0) 33,7) 40,7)
Menengah (Tamat 77,8 (76,1- 43,8 (41,7- 19,6 (18,1- 1,3 (0,9-1,7) 0,5 (0,3-0,8) 6.688
SMP/SMA) 79,4) 46,0) 21,3)
Tinggi (Tamat PT) 77,5 (73,2- 44,0 (39,3- 12,8 (10,0- 1,6 (0,8-3,3) 1,3 (0,6-2,6) 982
81,3) 48,7) 16,1)
Pekerjaan
Pegawai 75,9 (72,2- 47,4 (43,3- 13,3 (10,8- 1,4 (0,8-2,6) 0,4 (0,1-1,1) 1.338
(PNS/Swasta) 79,2) 51,5) 16,1)
Wiraswasta/Lainnya 75,5 (74,0- 35,7 (34,0- 33,8 (32,2- 0,7 (0,5-0,9) 0,5 (0,3-0,7) 11.736
76,8) 37,4) 35,4)
Buruh/Sopir/Pembantu 82,6 (79,1- 38,5 (34,1- 17,8 (14,5- 1,0 (0,4-2,4) 1,3 (0,6-3,1) 969
85,6) 43,1) 21,7)
Tidak bekerja/Sekolah 75,6 (72,9- 39,9 (36,8- 22,6 (20,0- 1,9 (1,2-3,0) 1,0 (0,6-1,8) 2.428
78,1) 43,1) 25,4)
Tempat Tinggal
Perkotaan 73,5 (69,8- 38,5 (34,5- 10,7 (8,6- 1,3 (0,7-2,3) 0,2 (0,0-0,7) 2.034
76,9) 42,8) 13,1)
Perdesaan 76,3 (74,9- 37,4 (35,9- 32,2 (30,7- 0,9 (0,7-1,2) 0,7 (0,5-0,9) 14.437
77,6) 38,9) 33,8)
Daerah Tertinggal 75,9 (74,7- 37,4 (35,9- 29,5 (28,2- 1,0 (0,8-1,2) 0,6 (0,5-0,8) 16.471
77,1) 38,9) 30,9)
Indonesia 67,8 (67,4- 43,4 (43,0- 14,4 (14,2- 2,8 (2,7-2,9) 1,6 (1,5-1,7) 256.242
68,2) 43,9) 14,7)
Tabel 9.6.6. Proporsi Merokok Dalam Gedung/Ruangan pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
132
Tinggi (Tamat PT) 83,3 79,7-86,4 982
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 84,6 81,7-87,1 1.338
Wiraswasta/Lainnya 85,9 84,6-87,1 11.736
Buruh/Sopir/Pembantu 87,4 83,4-90,5 969
Tidak bekerja/Sekolah 80,6 78,2-82,9 2.428
Tempat Tinggal
Perkotaan 86,4 83,7-86,1 2.034
Perdesaan 84,9 83,7-86,1 14.437
Daerah Tertinggal 85,1 84,0-86,2 16.471
Indonesia 80,6 80,3-81,0 217.728
Tabel 9.6.7. Proporsi Frekuensi Berada di Dekat Orang yang Merokok di Dalam Ruangan Tertutup
pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
133
134
Tabel 9.6.8. Proporsi Mengunyah Tembakau pada Penduduk Umur ≥10 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
135
0,8- 96,6- 818.50
Indonesia
1,0 1,0-1,0 1,5 1,5-1,5 0,8 0,9 96,7 96,7 7
Pengukuran aktivitas fisik dilakukan menggunakan pertanyaan yang merupakan modifikasi dari
Global Physical Activity Questionnaire (GPAC) dari WHO yang menjadi bagian dari instrument
STEPS WHO untuk mengukur dan monitoring faktor risiko penyakit tidak menular. Gambaran
perilaku aktivitas fisik yang dikumpulkan mencakup kegiatan aktivitas fisik berat dan sedang pada
kegiatan sehari-hari (gabungan saat bekerja atau di rumah, waktu senggang dan transportasi) dalam
jumlah hari per minggu dan jumlah menit per hari, yang ditanyakan pada ART umur 10 tahun ke
atas.
Aktivitas fisik berat adalah aktivitas fisik yang dilakukan selama >3 hari per minggu dan MET
minute per minggu >1500 (nilai MET minute aktivitas fisik berat= 8). MET merupakan satuan
pengeluaran energi dan digunakan untuk mengukur aktivitas fisik dalam menit. MET minute
merupakan satuan yang digunakan dalam mengukur volume aktivitas fisik individu.
Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas fisik sedang dilakukan selama >5 hari dalam seminggu dengan
rata-rata lama aktivitas tersebut >150 menit dalam seminggu (atau >30 menit per hari).
Tabel 9.7.1.
ProporsiAktivitas Fisik pada Penduduk Umur >10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
136
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 68,8 67,7 - 69,8 31,2 30,2 - 32,3 38.979
Menengah (Tamat SMP/SMA) 71,8 70,5 - 73,0 28,2 27,0 - 29,5 20.612
Tinggi (Tamat PT) 65,7 63,2 - 68,2 34,3 31,8 - 36,8 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 65,9 63,4 - 68,4 34,1 31,6 - 36,6 3.782
Wiraswasta/Lainnya 79,7 78,6 - 80,7 20,3 19,3 - 21,4 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 81,9 79,0 - 84,6 18,1 15,4 - 21,0 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 56,7 55,4 - 57,9 43,3 42,1 - 44,6 25.552
Tempat Tinggal
Perkotaan 60,5 57,8 - 63,1 39,5 36,9 - 42,2 7.561
Perdesaan 70,8 69,8 - 71,8 29,2 28,2 - 30,2 55.607
Daerah Tertinggal 69,6 68,7 - 70,5 30,4 29,5 - 31,3 63.168
Indonesia 66,5 66,2 - 66,7 33,5 33,3 - 33,8 818.507
Data terkait perilaku konsumsi minuman beralkohol berdasarkan konsumsi ART dalam sebulan
terakhir, yang mencakup gambaran konsumsi minuman beralkohol saat ini dan konsumsi minuman
beralkohol yang berlebihan, serta rata-rata satuan standar minuman beralkohol dan jenis minuman
beralkohol yang biasa diminum.
Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dihitung berdasarkan jumlah satuan standar
minuman, yaitu sebanyak >5 satuan standar pada laki-laki dan >4 satuan standar pada perempuan
(STEPS analysis guide WHO).
Rata-rata satuan standar minuman beralkohol dihitung berdasarkan jenis minuman dan kemasan yang
digunakan (botol/kaleng/gelas/sloki/lainnya) yang biasa digunakan pada mereka yang mengonsumsi
minuman beralkohol.
Istilah ”minuman standar” menggambarkan intensitas konsumsi alkohol, yang dapat dihitung dari
jenis dan volume minuman beralkohol yang dikonsumsi.
Satu minuman standar rata-rata mengandung 10 g (antara 8 – 13 g) etanol murni, yang terdapat
dalam:
Minuman dengan kadar alkohol rendah seperti bir:1 gelas bir/botol kecil/kaleng (285 – 330 ml)
Minuman dengan kadar alkohol sedang, seperti white wine, champagne, sparkling wine: 1 gelas
wine (biasanya diisi 120 ml)
Minuman dengan kadar alkohol tinggi, seperti whiskey, vodka, tequilla: 1 sloki (30 ml)
Minuman tradisional beralkohol bening: 1/2 gelas minum ( 100 ml)
Minuman tradisional beralkohol keruh: 1 gelas minum (200 ml)
Minuman oplosan mengandung kadar alkohol sekitar 20% atau lebih
Wawancara dilakukan dengan menggunakan gambar peraga kemasan minuman beralkohol untuk
menyamakan persepsi ukuran yang digunakan responden. Ukuran satuan standar minuman
beralkohol ditetapkan berdasarkan jenis minuman beralkohol dan volume kemasannya.
137
Tabel 9.8.1. Proporsi Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol dalam 1 Bulan Terakhir pada
Penduduk Umur >10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
138
79,4-
Buruh/Sopir/Pembantu
17,1 14,1-20,6 82,9 85,9 1.438
97,5-
Tidak bekerja/Sekolah
2,2 2,0-2,5 97,8 98,0 25.552
Tempat Tinggal
93,0-
Perkotaan
6,0 5,1-7,0 94,0 94,9 7.561
93,7-
Perdesaan
5,9 5,6-6,3 94,1 94,4 55.607
93,7-
Daerah Tertinggal
5,9 5,6-6,3 94,1 94,4 63.168
96,7-
Indonesia
3,3 3,2-3,3 96,7 96,8 818.507
139
Tabel 9.8.2. Proporsi Jenis Minuman Beralkohol yang Biasa Diminum pada Peminum Alkohol Umur >10 Tahun menurut Karakteristik,
Riskesdas 2018
N
Konsumsi minuman beralkohol tertimb
ang
Minuman
Karakteristik Minuman tradisional Minuman
Bir Anggur/arak Whisky tradisional Lainnya
bening oplosan
keruh
95%C 95%C 95%C
% 95%CI % 95%CI % % 95%CI % 95%CI % %
I I I
Kelompok Umur
12, 47, 29,8- 32, 0,4-
10-14 tahun
0 4,4 -29,0 3,3 0,5-20,2 0,0 - 2 65,3 7 18,3-51,1 2,8 ,7-11,3 2,0 10,7 39
12, 25, 22,6- 43,
15-54 tahun
8 11,3-14,4 7,2 6,0-8,7 3,0 2,4-3,8 1 27,7 8 41,0-46,6 5,3 4,3-6,6 2,7 2,0-3,8 4.682
37, 31,3- 45,
>= 55 tahun
3,4 2,0-5,8 6,3 3,7-10,4 1,0 0,4-2,4 3 43,7 8 39,5-52,2 4,6 2,5-8,3 1,7 0,8-3,5 570
Jenis Kelamin
11, 25, 22,9- 44,
Laki-laki
6 10,3-13,1 7,0 5,7-8,5 2,9 2,4-3,7 4 28,0 9 42,1-47,7 5,5 4,4-6,8 2,7 2,0-3,7 5.007
14, 47, 38,6- 27,
Perempuan
3 8,7-22,5 8,7 5,5-13,7 ,3 0,0-2,3 6 56,7 1 20,3-35,3 1,1 0,3-3,5 0,8 0,3-2,4 284
Pendidikan
Rendah (s/d 32, 28,4- 44,
Tamat SD) 7,1 5,8-8,7 6,6 5,2-8,4 2,0 1,3-2,9 0 35,8 8 41,2-48,4 5,6 4,2-7,6 1,8 1,1-3,1 2.663
Menengah (Tamat 14, 21, 18,9- 44,
SMP/SMA) 7 12,6-17,1 7,4 5,6-9,7 3,6 2,7-4,7 5 24,4 3 40,7-47,9 4,7 3,6-6,3 3,7 2,7-5,1 2.262
27, 18, 13,1- 34,
Tinggi (Tamat PT)
3 20,6-35,3 8,6 4,6-15,8 3,8 1,9-7,6 5 25,3 9 27,5-43,0 5,4 3,0-9,6 1,5 ,6-3,8 366
Pekerjaan
Pegawai 28, 16, 12,5- 33,
(PNS/Swasta) 8 23,2-35,1 9,6 5,7-15,8 6,2 3,9-9,6 4 21,1 4 27,1-40,3 3,3 1,7-6,5 2,3 0,9-5,5 491
Wiraswasta/ 28, 25,9- 47,
Lainnya 8,2 7,0-9,5 7,1 5,7-8,9 1,8 1,3-2,5 8 31,9 1 44,0-50,2 4,7 3,6-6,1 2,4 1,6-3,5 3.589
Buruh/Sopir/ 17, 3,0- 18, 13,4- 38, 5,5-
Pembantu 2 12,0-24,1 7,7 3,9-14,9 6,2 12,2 9 26,0 5 30,4-47,4 9,5 15,8 1,9 0,9-4,3 332
Tidak 15, 26, 21,7- 38, 4,5-
bekerja/Sekolah 0 11,7-18,9 5,4 3,6-8,1 3,6 2,3-5,6 1 31,0 9 33,5-44,7 6,9 10,3 4,1 2,7-6,3 879
Tempat Tinggal -
27, 18, 14,1- 30, 4,5-
Perkotaan
4 22,3-33,3 8,0 4,1-15,0 2,9 1,6-5,1 4 23,7 9 24,4-38,2 7,0 10,7 5,4 3,3-8,7 725
Perdesaan 9,3 8,1-10,7 6,9 5,7-8,4 2,8 2,2-3,5 27, 25,0- 46, 43,0-49,0 4,9 3,8-6,4 2,2 1,5-3,2 4.566
140
9 30,9 0
11, 26, 24,1- 43,
Daerah Tertinggal
8 10,4-13,3 7,1 5,8-8,6 2,8 2,2-3,5 6 29,2 9 41,2-46,7 5,2 4,2-6,5 2,6 1,9-3,5 5.291
29, 21. 20.8 - 3.5 - 23. 22.6 - 15. 2.9 - 2.8 -
Indonesia
5 28.7-30.4 6 22.4 3.8 4.2 4 24.2 3 14.7 -15.9 3.3 3.6 3.1 3.5 33.721
141
Tabel 9.8.3. Rata-rata Jumlah Satuan Standar Minuman Beralkohol yang Biasa Diminum pada
Peminum Alkohol Umur >10 Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
142
Tabel 9.8.4. Proporsi Konsumsi Minuman Beralkohol yang Berbahaya pada Penduduk Umur>10
Tahun menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
Konsumsi
minuman beralkohol N
Karakteristik yang berbahaya1 tertimbang
% 95%CI
Kelompok Umur
10-14 tahun 0,1 0,1-0,2 9.505
15-54 tahun 3,0 2,8-3,3 45.88
>= 55 tahun 1,8 1,4-2,3 7.783
Jenis Kelamin
Laki-laki 4,6 4,2-5,0 32.041
Perempuan 0,2 0,2-0,3 31.127
Pendidikan
Rendah (s/d Tamat SD) 2,0 1,8-2,3 38.979
Menengah (Tamat SMP/SMA) 3,3 2,9-3,6 20.612
Tinggi (Tamat PT) 2,7 2,0-3,5 3.576
Pekerjaan
Pegawai (PNS/Swasta) 3,8 3,1-4,7 3.782
Wiraswasta/Lainnya 3,3 3,0-3,6 32.397
Buruh/Sopir/Pembantu 7,8 5,6-10,6 1.438
Tidak bekerja/Sekolah 0,9 0,7-1,1 25.552
Tempat Tinggal
Perkotaan 2,5 2,0-3,1 7.561
Perdesaan 2,4 2,2-2,7 55.607
Daerah Tertinggal 2,4 2,2-2,7 63.168
Indonesia 0,8 0,8-0,9 818.507
143
9.9. PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP HIV/AIDS
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah Virus yang memperlemah sistem kekebalan tubuh dan
pada akhirnya menyebabkan Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). AIDS merupakan
sekelompok kondisi medis yang menunjukkan lemahnya kekebalan tubuh, sering berwujud infeksi
ikutan (infeksi oportunistik) dan kanker. Hingga saat ini, AIDS belum bisa disembuhkan.
Data pengetahuan tentang HIV/AIDS diperoleh dari wawancara langsung kepada ART umur >15
tahun dan tidak boleh diwakilkan. Pengetahuan komprehensif dibangun dari 24 pertanyaan mengenai
cara penularan, cara pencegahan, dan cara mengetahui seseorang mendarita HIV/AIDS.
Proporsi pernah mendengar HIV/AIDS dihitung dengan formula:
144
Tabel 9.9.1. Proporsi Pernah Mendengar HIV/AIDS pada Penduduk Umur >15 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
145
Tabel 9.9.2. Proporsi Pengetahuan HIV/AIDS pada Penduduk >15 Tahun menurut Karakteristik,
Riskesdas 2018
146
Tabel 9.9.3. Proporsi Sikap terhadap Penderita HIV/AIDS pada Penduduk Umur >15 Tahun menurut
Karakteristik, Riskesdas 2018
147
BAB X
KESEHATAN IBU
ANC adalah pelayanan kesehatan kehamilan yang diterima ibu pada masa kehamilan anak
terakhir dan diberikan oleh tenaga kesehatan, meliputi dokter (dokter umum dan/atau dokter
kandungan), bidan dan perawat. Adapun K 1 Pelayanan kesehatan yang diterima pada masa
kehamilan anak terakhir oleh tenaga kesehatan, minimal 1 kali tanpa memperhitungkan periode
waktu pemeriksaan. Pelayanan kesehatan yang diterima pada masa kehamilan anak terakhir
oleh tenaga kesehatan, dan pemeriksaan kehamilan tersebut pertama kali dilakukan pada masa
kehamilan trimester 1. Pelayanan pemeriksaan kesehatan kehamilan oleh tenaga kesehatan
dengan frekuensi ANC selama masa kehamilan anak terakhir minimal 4 kali sesuai kriteria yaitu
minimal 1 kali pada masa kehamilan trimester 1, 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada
trimester 3.
Tabel 10.1. Proporsi riwayat frekuensi pemeriksaan kehamilan yang pernah dilakukan
perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik menurut karakteristik
Pendidikan ibu
Rendah 67.9 71.0 66.7 3,528
Menengah 87.7 77.4 74.6 2,865
Tinggi 96.0 86.4 82.7 607
Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 95.2 87.9 82.0 476
Wiraswasta 3,910
71.5 73.0 68.9
/lainnya/petani/nelayan
Buruh/Sopir/Pembantu 81.9 80.3 78.0 88
Tidak bekerja/sekolah 85.9 76.2 74.0 2,525
148
Indonesia 96.1 86.0 74.1
Berdasarkan table diatas, proporsi melakukan ANC Di Derah Tertinggal masih dibawah 80 %
yakni 78.4% untuk K1, 75.6 % untuk K1 ideal dan hanya 72.4% yang melakukan ANC lengkap
atau K4. Untuk proporsi pemeriksaan ANC meningkat seiring dengan tingkat Pendidikan.
Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk yang paling banyak melaakukan ANC adalah pegawai
baik PNS maupun swasta. Sedangkan jenis pekerjaan wiraswasta memiliki proporsi paling
rendah. Wilayah perkotaan memiliki proporsi yang lebih tinggi disbanding dengan wilayah
pedesaan.
Tabel 10.1. Proporsi riwayat jenis tenaga yang pernah memberi pelayanan pemeriksaan
kehamilan pada perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik
Pendidikan ibu
Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 21.6 2.4 75.4 0.6 476
Wiraswasta 3,910
3.9 1.1 94.0 1.0
/lainnya/petani/nelayan
Buruh/Sopir/Pembantu 7.2 92.8 88
Tidak bekerja/sekolah 3.9 1.5 93.6 1.0 2,525
149
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa proporsi tenaga kesehatan yang banyak
memberi pelayanan ANC adalah bidan yakni lebih dari 90%. Artinya bidan merupakan tenaga
Kesehatan yang banyak dipilih oleh responden dalam memberikan pelayanan Kesehatan. Hal
ini dimungkinkan karena bidan merupakan tenaga Kesehatan yang banyak tersedia di wilayah
daerah tertinggal. Sebanyak 5% responden memilih tenaga Kesehatan dokter spesialis
kebidanan atau kandungan terutama pada kelompok berpendidikan tinggi dan pada kelompok
pegawai PNS/ Swasta dan didaerah perkotaan. Sedangkan kelompok berpendidikan rendah
dan menengah memilih bidan sebagai tenaga Kesehatan yang memberikan ANC. Hal ini
mungkin berkaitan dengan tingkat sosio ekonomi maupun akses.
150
Tabel 10.2. Proporsi riwayat tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun
menurut karakteristik
Praktek Praktek
RS RS dokter Puskesmas/ bidan Poskesdes/ Praktek
Karakteristik Pemerintah Swasta Klinik mandiri Pustu mandiri Polindes Posyandu Perawat Rumah Total
Umur saat ini
(tahun)
10-19 13.6 64.6 11.4 10.5 9
20-35 3.3 1.5 1.7 2.2 51.7 4.4 9.0 23.8 0.1 2.3 4,108
>35 5.0 1.4 2.0 2.0 49.8 4.6 10.1 22.6 2.4 1,341
Pendidikan ibu
Rendah 1.3 0.6 1.0 0.5 54.9 3.1 10.9 25.0 0.1 2.5 2,378
Menengah 4.6 1.6 1.9 1.7 51.4 5.2 8.5 22.7 0.1 2.3 2,499
Tinggi 10.0 4.5 4.6 10.7 35.5 6.3 6.4 20.5 1.4 581
Pekerjaan KK
Pegawai (PNS
12.3 5.3 4.5 8.6 37.6 5.2 6.3 17.6 2.6 452
/Swasta)
Wiraswasta
/lainnya/petani/nela 2.8 1.4 1.4 1.4 53.3 4.1 9.8 23.1 0.0 2.6 2,776
yan
Buruh/Sopir/
2.8 3.3 32.8 4.2 10.6 43.2 3.1 72
Pembantu
Tidak
3.2 0.8 1.7 1.7 52.0 4.7 9.2 24.6 0.1 1.9 2,158
bekerja/sekolah
Tempat tinggal
Perkotaan 10.0 3.7 4.4 6.7 41.4 6.1 3.6 22.7 1.4 763
Perdesaan 2.7 1.1 1.4 1.4 52.8 4.2 10.2 23.6 0.1 2.4 4,695
Daerah Tertinggal 3.7 1.5 1.8 2.2 51.2 4.4 9.3 23.5 0.1 2.3 5,458
Indonesia 9.4 11.3 18.4 42.5 6.6 10.9 0.8
151
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa fasilitas pelayanan Kesehatan yang banyak digunakan oleh penduduk dalam
pemeriksaan ANC di wilayah tertinggal adalah Puskesmas atau Pustu yakni lebih dari 50% penduduk, kemudian Posyandu dengan
proposi 23.5%, Poskesdes 9.3%. Artinya pada wilayah tertinggal penduduk cenderung memanfaatkan fasilitas Kesehatan terdekat
yakni di tingkat desa atau kecamatan dan juga Upaya Berbasis Kesehatan masyarakat seperti (posyandu). Fasilitas Kesehatan
seperti rumah sakit baik swasta atau negeri dimanfaatkan kurang lebih 5% penduduk. Fasilitas pelayanan Kesehatan seperti rumah
sakit, klinik, praktek dokter mandiri dan praktik bidan mandiri lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk dengan tingkat Pendidikan
tinggi, berstatus pegawai dan didaerah perkotaan. Sedangkan penduduk dengan kategori Pendidikan rendah dan menengah, di
wilayah pedesaan banyak memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan Tingkat pertama (puskesmas), poskesdes, Posyandu
152
Tabel 10.3. Proporsi riwayat jenis pelayanan pemeriksaan kehamilan yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun
menurut karakteristik
Komponen ANC
Ukur
Hitung
Ukur Timbang Ukur lingkar Ukur
Presentasi denyut Imu-nisasi
Tinggi berat tekanan lengan Tinggi Kon-seling
letak janin jantung TT
badan badan darah atas rahim
janin
(LILA)
10-19 10.7 100.0 100.0 100.0 86.4 86.4 81.5 89.3 85.7
20-35 1.0 93.9 95.8 87.8 89.5 92.2 91.9 81.4 79.6
>35 1.6 93.0 95.8 86.9 88.1 91.1 90.8 80.2 78.8
Pendidikan ibu
Rendah 1.3 92.8 94.9 87.0 87.8 90.1 89.9 78.3 79.0
Menengah 1.3 94.2 96.2 87.7 90.2 93.5 92.7 82.3 79.3
Tinggi 2.9 95.8 97.6 89.7 90.2 92.8 94.1 87.8 81.9
Pekerjaan kepala keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 2.7 96.0 96.9 91.0 91.5 94.9 96.5 91.4 81.7
Wiraswasta /lainnya/petani/nelayan 1.2 93.4 95.7 87.8 88.6 90.7 91.0 80.0 78.5
Buruh/Sopir/Pembantu 10.1 99.3 97.2 91.1 90.9 91.6 92.1 81.3 73.1
Tidak bekerja/sekolah 1.5 93.5 95.6 86.6 89.3 92.8 91.4 80.4 80.4
Daerah tempat tinggal
Perkotaan 2.6 96.2 97.1 88.4 94.4 95.6 96.2 86.8 82.8
Perdesaan 1.0 93.3 95.6 87.5 88.3 91.3 90.9 80.2 78.9
Daerah Tertinggal 0.9 93.7 95.8 87.6 89.2 91.9 91.6 81.1 79.4
Indonesia 69.1 97.4 98.5 80.3 89.1 94.6 95.4 79.5 92.4
153
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa di daerah tertinggal melakukan komponen ANC 7T namun komponen ANC ukur
tinggi badan masih memiliki proporsi yang sangat kecil, yakni kurang dari 1 %, sementara komponen lain seperti Timbang berat
badan, ukur tekanan darah, ukur lingkar lengan atas, ukur tinggi rahim, letak janin, denyut jantung sudah dilakukan lebih dari 90%
penduduk. Imunisasi TT dan konseling pun telah dilakukan hamper 80 % penduduk.
Jenis pemeriksaan kesehatan yang diterima ibu pada pelayanan antenatal (ANC), yang meliputi pengukuran tinggi badan,
penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran denyut jantung janin, pengukuran tinggi fundus /rahim,
penentuan letak janin, pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT), pemberian tablet tambah
darah (TTD), pemberian konseling dan tindakan.
154
Tabel 10.4. Proporsi konsumsi TTD dan jumlah butir yang dikonsumsi selama masa
kehamilan pada perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik
Pendidikan ibu
Rendah 56.6 43.4
Menengah 61.7 38.3
Tinggi 55.4 44.6
Berdasarkan table diiatas dapat diketahui tablet besi yang dikonsumsi oleh Sebagian besar
responden WUS < 90 butir, yakni hamper 60%. Angka ini hampir mendekati angka nasional
yakni sebesar 62.3 %. Proporsi ini terdistribusi hamper merata di semua tingkat pendidikan,
pada semua kategori pekerjaan dan baik diwilayah perkotaan maupun pedesaan
155
Tabel 10.6. Proporsi riwayat upaya pertolongan pertama komplikasi kehamilan yang
pernah dialami perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik
Pendidikan ibu
Rendah 23.4 18.9 57.7 922
Menengah 30.3 20.9 48.8 1,013
Tinggi 39.0 20.0 41.0 216
Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 42.9 17.4 39.7 173
Wiraswasta
24.2 22.0 53.9 1,077
/lainnya/petani/nelayan
Buruh/Sopir/Pembantu 41.5 10.5 48.0 29
Tidak bekerja/sekolah 29.8 18.3 51.9 872
Gangguan atau masalah kesehatan yang pernah dialami oleh ibu selama kehamilan anak
terakhir. Jenis komplikasi kehamilan dapat berupa muntah atau diare terus menerus, demam
tinggi, bengkak kaki disertai kejang perdarahan pada jalan lahir, ketuban keluar sebelum
waktunya dan janin kurang bergerak.
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa komplikasi kehamilan dialami lebih dari 2000
responden. Namun lebih dari 50% WUS yang mengalami komplikasi kehamilan tidak dirujuk.
Sementara Upaya mencari pertolongan pertama baik segera maupun ada jeda hanya pada 40
% penduduk. Upaya pencarian pertolongan pertama dengan segera sebagain besar terjadi
pada ibu dengan tingkat Pendidikan tinggi dan pada kategori pekerjaan pegawai dan di daerah
perkotaan.
156
Tabel 10.7. Proporsi jenis fasilitas kesehatan rujukan pertama yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun saat
mengalami komplikasi kehamilan menurut karakteristik
Pendidikan ibu
Rendah 6.9 61.3 9.4 20.2
Menengah 11.1 65.4 10.0 12.7
Tinggi 20.3 53.4 15.7 9.8
157
1.2 Masa Persalinan
Tabel 10.8. Proporsi tempat persalinan yang pernah dimanfaatkan perempuan 10-54 tahun saat bersalin menurut
karakteristik
Praktek Praktek
RS RS Puskesmas/ Poskesdes/ pondok
Klinik dokter bidan Rumah Lainnya Kendaraan Total
Pemerintah Swasta Pustu/Pusling Polindes kayu
mandiri mandiri
Umur saat ini (tahun)
10-19 28.6 31.0 11.4 29.0 9
20-35 12.6 3.9 1.8 26.1 0.1 2.7 3.0 49.2 0.2 0.3 0.1 5,147
35-59 14.6 4.3 1.2 19.8 0.2 2.7 1.8 55.2 0.1 0.1 0.1 1,754
Pendidikan ibu
Rendah 7.7 1.7 0.5 22.0 0.1 1.6 2.2 63.3 0.3 0.4 0.2 3,494
Menengah 16.8 4.8 2.1 28.2 0.1 3.3 3.7 40.9 0.1 0.0 0.0 2,827
Tinggi 27.9 13.4 5.9 21.9 0.5 6.2 1.0 23.1 589
Pekerjaan Kepala
Keluarga
Pegawai (PNS
29.7 13.2 5.1 20.2 0.6 4.1 1.7 25.4 468
/Swasta)
Wiraswasta
/lainnya/petani/nelayan 10.1 2.9 1.1 23.1 0.1 1.8 2.4 57.7 0.3 0.2 0.1 3,868
Buruh/Sopir/Pembantu
21.5 11.1 3.7 18.3 3.2 4.0 38.3 85
Tidak bekerja/sekolah
14.5 3.6 1.7 27.7 0.1 3.7 3.4 44.9 0.1 0.3 0.1 2,489
Daerah tempat
tinggal
Perkotaan 28.4 11.7 6.2 21.8 5.9 3.7 22.1 0.2 0.0 797
Perdesaan 11.2 3.0 1.0 24.9 0.1 2.2 2.6 54.4 0.2 0.2 0.1 6,113
Daerah tertinggal 13.2 4.0 1.6 24.5 0.1 2.7 2.7 50.7 0.2 0.2 0.1 6,910
158
Berdasarkan table diatas untuk persalinan dapat diketahui bahwa sebagain besar masyarakat di daerah tertinggal yakni lebih dari
50% tempat persalinan di rumah. Artinya meski ANC pemeriksaan saat hamil sudah memanfaatkan fasilitas pelayana Kesehatan
namun pada saat persalinan ibu memilih untuk bersalin dirumah. Yang kedua yakni Puskesmas atau Pustu yang hanya
dimanfaatkan hamper 25% ibu dan Rumah sakit baik swasta maupun RS pemerintah. Pemanfaatan Fasdyankes Rumah sakit
pemerintah dan Swasta, klinik seiring dengan peningkatan tingkat Pendidikan dengan kategori pekerjaan pegawai dan di wilayah
perkotaan. Adapun persalinan dirumah dilakukan pada sebagain besar ibu dengan Pendidikan rendah dan menengah
159
Tabel 10.9. Proporsi metode persalinan yang pernah dialami perempuan 10-54 tahun saat
bersalin menurut karakteristik
Metode Persalinan
Forceps Lainnya,
Operasi
Normal Vacuum (memak sebutka
Sesar
ai alat) n Total
Umur saat ini (tahun)
10-19
100.0* 9
20-35
93.9 5.3 0.3 0.4 0.1 5,147
35-59
91.6 8.1 0.1 0.2 1,754
Pendidikan ibu
Rendah 96.3 3.1 0.1 0.4 0.1 3,494
Menengah 91.4 7.8 0.5 0.4 2,827
Tinggi 85.3 14.4 0.3 0.0 589
Pekerjaan Kepala Keluarga
Pegawai (PNS /Swasta)
83.7 16.0 0.3 468
Wiraswasta
/lainnya/petani/nelayan 94.7 4.5 0.2 0.5 0.1 3,868
Buruh/Sopir/Pembantu 87.7 12.3 85
Tidak bekerja/sekolah 93.3 6.2 0.3 0.2 0.0 2,489
Daerah tempat tinggal
Perkotaan 86.4 13.4 0.2 797
Perdesaan 94.3 5.0 0.3 0.4 0.1 6,113
Daerah tertinggal 93.3 6.0 0.2 0.3 0.1 6,910
Indonesia 81.5 17.6 0.9
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa lebih dari 90 % metode persalinan di daerah
tertinggal adalah normal. Terdapat 6% responden metode persalinan dengan operasi sesar.
Persalinan normal terdistribusi pada semua tingkat Pendidikan dan pada semua kategori
pekerjaan.
160
Tabel 10.10. Proporsi upaya pertolongan pertama pada komplikasi persalinan yang
pernah dialami perempuan 10-54 tahun saat bersalin menurut karakteristik
Upaya pertolongan
pertama saat
Persentase
bersalin
perempuan yang
Tidak Tidak
Karakteristik mengalami
segera dirujuk
Segera komplikasi
dirujuk
dirujuk persalinan
(ada jeda
waktu)
Umur saat ini (tahun)
10-19 42.0 58.0 4
20-35 25.7 11.5 62.8 671
>35 36.2 9.0 54.8 228
Pendidikan ibu
Rendah 27.4 7.8 64.7 366
Menengah 27.4 12.3 60.3 433
Tinggi 36.0 15.1 49.0 104
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa lebih dari 60% ibu yang mengalami komplikasi
persalinan tidak dirujuk. Adapun upaya pertolongan pertama saat bersalin yakni segera dirujuk
dan tidak segera dirujuk meningkat seiring dengan tingkat pendidikan dan didaerah perkotaan.
Gangguan atau masalah kesehatan yang pernah dialami oleh ibu saat persalinan. Jenis
komplikasi persalinan dapat berupa kejang, perdarahan pada jalan lahir, ketuban keluar
sebelum waktunya, posisi janin sungsang, partus lama, plasenta letak rendah (plasenta previa),
dan hipertensi. Sedangkan Upaya diberikan pertama kali kepada ibu saat mengalami gangguan
atau masalah kesehatan dalam kehamilan. Upaya pertolongan pertama yang segera diberikan
dalam jangka waktu < 30 menit setelah mengalami komplikasi persalinan.
161
1.3 Masa Nifas
Tabel 10.11. Cakupan pelayanan kesehatan masa nifas* yang pernah dimanfaatkan
perempuan 10-54 tahun setelah bersalin menurut karakteristik
Pendidikan ibu
Keterangan :
* dari riwayat kelahiran periode 1 Januari 2015 sampai saat wawancara
**KF lengkap = Menerima KF 1 (6 jam – 3 hari), KF 2 (7 – 28 hari) dan KF 3 (29 – 42 hari)
Pelayanan kesehatan ibu yang diperoleh selama 42 hari setelah proses persalinan, minimal 3
kali meliputi: KF 1 (6 jam sampai 3 hari setelah melahirkan), KF 2 (4 sampai 28 hari setelah
melahirkan), dan KF 3 (29 sampai 42 hari setelah melahirkan)
162
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa proporsi KF lengkap pada masa nifas masih
lebih rendah daripada data nasional yakni hanya sebesar 21.9% . Proporsi pelayanan masa
nifas lebih banyak terjadi didaerah perkotaan disbanding pedesaan
Tabel 10.12. Proporsi riwayat pemberian kapsul vitamin A setelah bersalin pada
perempuan 10-54 tahun menurut karakteristik
Pendidikan ibu
Rendah 25.2 13.2 2.3 59.3
Menengah 34.5 18.6 4.1 42.8
Tinggi 39.0 24.6 4.1 32.3
Pemberian kapsul merah vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) kepada ibu nifas sebanyak dua
buah, yaitu 1 (satu) kapsul diminum segera setelah persalinan dan 1 (satu) kapsul diminum 24
jam sesudah pemberian kapsul pertama. Berdasarkan table diatas dapat diketahu bahwa
50.3% penduduk di daerah tertinggal tidak mendapatkan vitamin A . Proporsi ibu yang
mendapat vitamin A minimal 1 kali, masih sekitar 30% , namun proposi ini ham[ir sama dengan
porporsi mendapat vitamin A secara nasional
163
Tabel 10.13. Proporsi upaya pertolongan pertama pada perempuan 10-54 tahun yang
pernah mengalami komplikasi saat nifas menurut karakteristik
Jumlah
perempuan
Upaya pertolongan pertama saat Tidak yang
nifas dirujuk mengalami
Karakteristik komplikasi
persalinan
Tidak segera
Segera
dirujuk (ada jeda
dirujuk
waktu)
Umur saat ini (tahun)
10-19 100.0 2
20-35 21.3 11.0 67.7 563
>35 18.3 13.6 68.0 218
Pendidikan ibu
Rendah 16.5 11.6 71.9 342
Menengah 23.6 10.8 65.6 353
Tinggi 23.2 15.2 61.6 89
Pekerjaan kepala
keluarga
Pegawai (PNS
28.0 15.2 56.8 61
/Swasta)
Wiraswasta
/lainnya/petani/nelay 15.1 12.3 72.6 401
an
Buruh/Sopir/Pembantu 16.7 27.3 56.0 11
Tidak bekerja/sekolah 25.9 9.7 64.4 311
Pegawai (PNS
28.0 15.2 56.8 61
/Swasta)
Gangguan atau masalah kesehatan yang pernah dialami oleh ibu saat masa nifas atau setelah
bersalin. Jenis komplikasi masa nifas dapat berupa perdarahan pada jalan lahir, bengkak (di
wajah, tangan dan kaki), kejang, demam lebih dari 2 hari, atau payudara bengkak dan merah
disertai rasa sakit. Pada table diatas dapat diketahui bahwa sebagain besar ibu yakni hamper
68% ibu. Komplikasi persalinan pada masa nifas segera dirujuk. Upaya pertolongan yang
diberikan pertama kali kepada ibu dalam jangka waktu.
164
1.4 KB Pasca Salin
Tabel 10.14. Proporsi jenis alat/ cara KB modern yang pertama digunakan pasangan /
perempuan 10-54 tahun setelah bersalin menurut karakteristik
Sterilisa Sterilisa IUD/ Suntik Suntik Susu PIL Kondo Tidak Total
si si pria IKD an 3 an 1 k KB m Pria menggunak
wanita R/ bln bln an
Spir
al
Umur saat ini (tahun)
10-19 10.7 13.6 19. 56.5 9
2
20-35 1.1 0.0 2.2 30.1 2.5 8.3 4.1 0.1 51.6 5,14
7
35-59 4.6 0.0 2.4 26.5 1.4 7.9 3.3 0.5 53.3 1,75
3
Pendidikan ibu
Rendah 1.8 0.0 1.5 26.1 1.8 8.1 3.5 0.2 57.1 3,49
4
Menengah 1.8 0.1 2.6 34.7 2.5 8.2 4.5 0.1 45.6 2,82
7
Tinggi 4.3 4.9 21.3 3.8 8.9 3.8 0.7 52.4 589
Pekerjaan Kepala
Keluarga
Pegawai (PNS /Swasta) 5.7 4.8 21.4 4.6 11.6 2.4 49.6 468
Wiraswasta 1.6 0.0 1.8 26.1 1.8 8.2 3.9 0.2 56.4 3,86
/lainnya/petani/nelayan 8
Buruh/Sopir/Pembantu 3.1 2.7 31.0 5.4 9.5 5.9 42.3 85
Tidak bekerja/sekolah 1.8 0.1 2.4 35.4 2.4 7.6 4.2 0.1 46.0 2,48
9
Daerah tempat tinggal
Perkotaan 4.0 3.1 26.0 3.6 8.6 3.6 0.3 50.7 797
Perdesaan 1.7 0.0 2.1 29.6 2.1 8.2 3.9 0.2 52.2 6,11
3
Daerah Tertinggal 2.0 0.0 2.2 29.2 2.3 8.2 3.9 0.2 52.0 6,91
0
Indonesia 3.1 0.2 6.6 42.4 6.1 4.7 8.5 1.1
Penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) modern yang pertama diterima oleh ibu setelah
melahirkan anak terakhir. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 52% ibu tidak
menggunakan KB pasca salin. Proporsi penggunaan KB Pasca salin terdistribusi meningkat
sesuai usia Pendidikan, di wilayah perkotaan dan pada kategori pekerjaan pegawai.
165
1.5 Kepemilikan Buku KIA pada Ibu Hamil
Tabel 10.15. Proporsi kepemilikan buku KIA pada ibu yang sedang hamil menurut
karakteristik
Pendidikan ibu
Rendah 42.7 13.9 43.4
Menengah 58.1 12.9 29.0
Tinggi 61.4 20.4 18.2
Status kepemilikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada ibu yang sedang hamil. Status
kepemilikan berdasarkan pengakuan dan observasi fisik buku KIA.Berdasarkan data diatas
dapat diketahui bahwa sebagain besar ibu memiliki buku KIA sebagian besar digunakan
sebesar 52% responden. Kepemilikan buku KIA meningkat sesuai usia Pendidikan dan
diwilayah perkotaan.
166
BAB XI
KESEHATAN ANAK
Tabel 11.1. Proporsi berat badan lahir berdasarkan catatan pada anak umur 0-59 bulan
menurut Karakteristik
Ada catatan
Karakteristik < 2500 2500 - <3000 3000-3999 ≥4000 N
gram gram gram gram
Kelompok umur (bulan)
< 12 14.0% 44.1% 39.2% 2.8% 770
12.1-24.0 17.6% 39.4% 38.6% 4.5% 594
>24 15.0% 40.5% 40.7% 3.9% 1,284
Jenis kelamin
Laki-laki 15.0% 38.0% 43.5% 3.5% 1,299
Perempuan 15.6% 44.4% 36.2% 3.8% 1,349
Tempat tinggal
Perkotaan 11.6% 45.5% 40.9% 2.1% 561
Definisi berat badan lahir rendah jika lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram, Berat lahir
normal berkisar 2500-4000 gram (Kementerian Kesehatan, 2010). Berdasarkan table diatas dapat
diketahui bahwa di daerah tertinggal masih terdapat bayi dengan berat lahi rendah ( BBLR)
sebesar 15.2% . Proporsi bayi berat lahir rendah di oedesaaan terlihat lebih tinggi 5%
dibandingkan dengan daerah perkotaan Sementara masih 29.4% bayi dengan berat lahir antara
2500-3000.
167
168
Tabel 11.2. Proporsi panjang badan lahir berdasarkan catatan pada anak umur 0-59 bulan
menurut Karakteristik
Ada catatan
Karakteristik N
< 48 cm 48-52 cm >52 cm
Kelompok umur (bulan)
< 12 45.6% 53.8% 0.6% 626
12.1-24.0 44.2% 53.0% 2.8% 436
>24 49.5% 47.3% 3.2% 789
Jenis kelamin
Laki-laki 41.7% 55.1% 3.2% 912
Perempuan 52.1% 46.7% 1.2% 940
Tempat tinggal
Perkotaan 46.8% 49.8% 3.4% 371
Perdesaan 47.0% 51.1% 1.9% 1,480
47.0% 50.8% 2.2% 1,851
Daerah Tertinggal
Indonesia 22.6% 74.7% 2.7% 37754
Panjang badan lahir yang normal berada pada rentang 48-52 cm (Kementerian Kesehatan, 2010).
Definisi panjang badan lahir pendek: saat lahir mempunyai panjang badan di bawah 48 cm.
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hamper 1 dari 2 bayi yang lahir di daerah
tertinggal memiliki Panjang badan < 48 cm, artinya terkategori pendek. Angka ini lebih dari dua
kali angka nassional. Perempuan memiliki proporsi yang lebih besar dari bayi berjenis kelamin
laki laki. Sementara distribusinya hamper sama di perkotaan maupun di pedesaan
169
Tabel 11.3. Proporsi lingkar kepala lahir pada anak umur 0-59 bulan menurut
karakteristik
Ada catatan
Karakteristik < 33 cm 33-37 cm >37 cm N
Lingkar kepala lahir yang normal berada pada rentang 33-37 cm (Kementerian Kesehatan, 2010).
Definisi lingkar kepala saat lahir dianggap kecil: jika lingkar kepala saat lahir di bawah 33 cm.
berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hanpir 70% bayi di daerah tertinggal terkategori
mikrocephalus dengan ukuran LIKA < 33 cm. Angka ini 27% diatas angka nasional. Bayi
perempuan memiliki proporsi yang lebih tinggi dan di perdesaaan memiliki proporsi yang lebih
tinggi dibanding daerah perkotaan
170
Kepemilikan dan Pemanfaatan Buku KIA
Tabel 11.4. Proporsi kepemilikan buku KIA pada anak 0-59 bulan menurut Karakteristik
171
Tabel 11.5. Proporsi kelengkapan pencatatan buku KIA pada anak 0-59 bulan menurut
Karakteristik
172
1.6 Imunisasi dan Vitamin A
173
61.3 18165
83.1% 86.9% 65.4% 63.9% 67.6% 77.3%
Indonesia %
Tabel 11.6. Cakupan imunisasi dasar pada anak 12-13 bulan menurut karakteristik
Tabel 11.7. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak 12-23 bulan menurut
karakteristik
174
rumah tangga yang mengetahui, serta catatan dalam KMS atau catatan dalam buku kesehatan
anak lainnya. Apabila salah satu dari kedua sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah
diimunisasi, disimpulkan bahwa anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis yang ditanyaka.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan
imunisasi, seorang anak dinyatakan telah memperoleh imunisasi dasar lengkap apabila telah
mendapatkan satu kali imunisasi HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi
DPT-HB/DPT-HB-HiB, empat kali imunisasi polio atau tiga kali imunisasi IPV, dan satu kali
imunisasi campak (Kementerian Kesehatan, 2017).
175
Tabel 11.8. Cakupan imunisasi lanjutan pada anak 24-35 bulan menurut Karakteristik
Jenis kelamin
Laki-laki 11.0% 7.5% 1,208
Tempat tinggal
Perkotaan 10.6% 7.4% 410
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat
imunitas terhadap penyakit tertentu pada anak umur di bawah dua tahun (Baduta). Seorang
anak dinyatakan telah mendapatkan imunisasi lanjutan apabila telah lengkap imunisasi dasar
dan mendapatkan imunisasi DPT-HB-HiB dan campak lanjutan dalam rentang usia 18-24
bulan. Interval pemberian imunisasi DPT-HB-HiB minimal 12 bulan dari imunisasi DPT-
HB-HiB 3 dan pemberian imuniasi campak minimal 6 bulan dari imunisasi campak dosis
pertama. Informasi imunisasi lanjutan diperoleh dari anak umur 24-35 bulan yang menerima
imunisasi satu dosis vaksin DPT-HB-HiB lanjutan dan satu dosis vaksin campak lanjutan,
baik menurut catatan imunisasi maupun pengakuan.
176
Tabel 11.9. Proporsi jenis kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) pada anak 12-23
bulan menurut Karakteristik
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI), yang
dimaksud dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit
dan/atau kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi yang diduga
berhubungan dengan imunisasi. Dalam Riskesdas 2018, seorang anak umur 12-23 bulan
dinyatakan pernah mengalami KIPI apabila dalam periode 1 bulan setelah imunisasi pernah
mengalami demam tinggi, bernanah/abses dan/atau kejang. Kondisi bernanah/abses setelah
imunisasi BCG tidak termasuk dalam KIPI kecuali bernanah/abses yang berkepanjangan
(misal >3 minggu
177
BAB XII
STATUS GIZI, IMT & LINGKAR PERUT ORANG DEWASA
12.1. Status Gizi berdasarkan kategori IMT orang dewasa 18+ tahun
Tabel 12.1. Prevalensi Status Gizi berdasarkan Kategori IMT pada Penduduk Dewasa (umur >18 Tahun)
menurut Karakteristik, Riskesdas 2018
Prevalensi Daerah 12.7 12.2-13.2 63.6 62.7-64.4 10.8 10.3-11.3 13.0 12.4-13.5 47837.18
Tertinggal 2
Prevalensi Indonesia 9.3 9.2-9.5 55.3 55.1-55.5 13.6 13.4-13.7 21.8 21.7-22.0 624.563
Catatan:
Kurus : IMT <18,5
Normal : IMT ≥18,5 s/d IMT <25,0
BB Lebih : IMT ≥25,0 s/d IMT <27,0
Obesitas : IMT ≥ 27,0
178
Tabel 11.1.2.
Prevalensi Status Gizi berdasarkan Kategori IMT pada Penduduk
Laki-Laki Dewasa (umur >18 Tahun) menurut Karakteristik.
Prevalensi Daerah Tertinggal 11.9 11.2 - 12.5 69.2 68.1 - 70.2 9.6 9.0 - 10.2 9.4 8.8 - 10.1 24070.126
Prevalensi Indonesia 10.8 10.7 – 11 62.6 62.3-62.9 12.1 11.9-12.3 14.5 14.3-14.7 315.623
Catatan:
Kurus : IMT <18,5
Normal : IMT ≥18,5 s/d IMT <25,0
BB Lebih : IMT ≥25,0 s/d IMT <27,0
Obesitas : IMT ≥ 27,0
179
Tabel 11.1.3.
Prevalensi Status Gizi berdasarkan Kategori IMT pada Penduduk
Perempuan Dewasa (umur >18 Tahun) menurut Karakteristik.
Prevalensi Daerah Tertinggal 13.5 12.9-14.2 57.9 56.8-58.9 12.0 11.4-12.7 16.6 15.8-17.4 23767.056
Prevalensi Indonesia 7.8 7.6-7.9 47.8 47.6-48.1 15.1 14.9-15.2 29.3 29.1-29.6 308.940
Catatan:
Kurus : IMT <18,5
Normal : IMT ≥18,5 s/d IMT <25,0
BB Lebih : IMT ≥25,0 s/d IMT <27,0
Obesitas : IMT ≥ 27,0
180
11.2. OBESITAS SENTRAL
Tabel 11.2.1.
Obesitas Sentral ≥15 tahun Di Kabupaten Daerah Tertinggal
181
27 Seram Bagian Barat 344 28.3 872 71.7 1216 100.0
28 Seram Bagian Timur 206 19.0 881 81.0 1087 100.0
29 Maluku Barat Daya 171 18.2 768 81.8 939 100.0
30 Buru Selatan 153 15.5 831 84.5 984 100.0
31 Kepulauan Sula 328 31.4 718 68.6 1046 100.0
32 Pulau Taliabu 178 27.4 471 72.6 649 100.0
33 Teluk Wondama 119 20.5 461 79.5 580 100.0
34 Teluk Bintuni 258 35.3 473 64.7 731 100.0
35 Sorong Selatan 195 31.0 435 69.0 630 100.0
36 Sorong 297 33.1 600 66.9 897 100.0
37 Tambrauw 118 29.1 287 70.9 405 100.0
38 Maybrat 143 33.4 285 66.6 428 100.0
39 Manokwari Selatan 211 37.1 357 62.9 568 100.0
40 Pegunungan Arfak 82 32.0 174 68.0 256 100.0
41 Jayawijaya 104 22.1 366 77.9 470 100.0
42 Nabire 313 44.2 395 55.8 708 100.0
43 Paniai 203 35.5 369 64.5 572 100.0
44 Puncak Jaya 279 31.1 619 68.9 898 100.0
45 Boven Digoel 142 32.6 293 67.4 435 100.0
46 Mappi 118 18.7 512 81.3 630 100.0
47 Asmat 57 15.4 312 84.6 369 100.0
48 Yahukimo 61 21.9 217 78.1 278 100.0
49 Pegunungan Bintang 80 20.2 316 79.8 396 100.0
50 Tolikara 146 33.6 288 66.4 434 100.0
51 Keerom 218 34.2 419 65.8 637 100.0
52 Waropen 99 36.3 174 63.7 273 100.0
53 Supiori 127 30.5 289 69.5 416 100.0
54 Mamberamo Raya 47 19.3 197 80.7 244 100.0
55 Nduga 196 39.4 302 60.6 498 100.0
56 Lanny Jaya 134 24.9 405 75.1 539 100.0
57 Mamberamo Tengah 126 32.2 265 67.8 391 100.0
58 Yalimo 99 45.0 121 55.0 220 100.0
59 Puncak 92 42.4 125 57.6 217 100.0
60 Dogiyai 105 21.6 382 78.4 487 100.0
61 Intan Jaya 37 24.8 112 75.2 149 100.0
62 Deiyai 85 14.7 494 85.3 579 100.0
Total 11234 22.6 38379 77.4 49613 100.0
182
Tabel 11.2.2.
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun menurut karakteristik,
Obesitas Sentral1
N Ter
Karakteristik % 95% CI
timbang
Kelompok Umur
15 – 24 8.0 7.3 - 8.9 12006.133
25 – 34 23.5 22.3 - 24.7 12617.782
35 – 44 31.0 29.5 - 32.6 11674.737
45 – 54 29.6 28.2 - 31.0 8136.451
55 – 64 24.4 22.7 - 26.2 4709.855
65 – 74 19.4 16.8 - 22.3 2008.819
75 + 12.3 9.7 - 15.4 689.011
Jenis Kelamin
Laki – laki 9.9 9.2 - 10.6 26469.873
Perempuan 35.3 34.2 - 36.4 25372.915
Pendidikan KRT
Rendah 22.0 21.1 - 23.0 28689.806
Menengah 21.0 20.1 - 21.9 19694.924
Tinggi
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 32.3 30.1 - 34.6 3685.156
Tidak bekerja/sekolah 21.6 20.5 - 22.8 15324.467
Petani.nelayan/buruh 19.5
18.5 - 20.5 26523.008
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 30.2 28.4 - 32.1 6310.157
Tempat Tinggal
Perkotaan 30.4 28.5 - 32.3 6220.134
Perdesaan 21.2 20.5 - 22.0 45622.654
183
Tabel 11.2.3.
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Laki - laki Dewasa
Umur ≥ 15 Tahun menurut karakteristik,
Obesitas Sentral1
N Ter
Karakteristik % 95% CI
timbang
Kelompok Umur
15 – 24 2.8 2.3 -3.5 6198.513
25 – 34 9.3 8.2 - 10.5 6336.818
35 – 44 14.0 12.4 - 15.7 5912.864
45 – 54 13.8 12.2 - 15.5 4175.531
55 – 64 13.7 11.9 - 15.7 2514.581
65 – 74 10.0 7.1 - 13.8 1005.993
75 + 4.5 2.8 - 7.2 325.572
Pendidikan KRT
Rendah 7.7 6.8 - 8.6 13641.133
Menengah 10.6 9.7 - 11.6 10937.449
Tinggi 21.9 19.2 - 24.9 1891.291
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 23.5 21.1 - 26.1 2402.273
Tidak bekerja/sekolah 4.3 3.5 - 5.3 5166.172
Petani.nelayan/buruh
8.0 7.2 - 8.9 15571.404
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 17.8 15.9 - 20.0 3330.025
Tempat Tinggal
Perkotaan 18.5 16.2 - 21.1 3166.879
Perdesaan 8.7 8.1 - 9.5 23302.994
184
Tabel 11.2.4.
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Perempuan Dewasa Umur ≥ 15 Tahun
menurut karakteristik,
Obesitas Sentral1
N Ter
Karakteristik % 95% CI
timbang
Kelompok Umur
15 – 24 13.6 12.3 – 15.1 5807.620
25 – 34 37.8 35.9 - 39.7 6280.964
35 – 44 48.6 46.4 - 50.7 5761.873
45 – 54 46.2 44.0 - 48.4 3960.920
55 – 64 36.6 33.8 - 39.5 2195.273
65 – 74 28.9 25.4 - 32.6 1002.826
75 + 19.2 14.8 - 24.5 363.439
Pendidikan KRT
Rendah 35.0 33.6 - 36.5 15048.673
Menengah 33.9 32.4 - 35.5 8757.475
Tinggi 45.6 42.3 - 49.0 1566.766
Pekerjaan KRT
Pegawai (PNS/Swasta) 48.9 45.3 - 52.5 1282.884
Tidak bekerja/sekolah 30.5 29.0 - 31.9 10158.295
Petani.nelayan/buruh 35.8 34.0 - 37.6 10951.604
yani/sopir
Wiraswasta/lainnya 44.1 41.3 - 47.0 2980.132
Tempat Tinggal
Perkotaan 42.7 39.6 - 45.8 3053.255
Perdesaan 34.3 33.1 - 35.5 22319.660
185
186
BAB XIII
KESIMPULAN, SARAN
DAN REKOMENDASI
187
BAB 13
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan:
Dalam kajian ini dapat kami berikan kesimpulan di Daerah Tertinggal sebagai
berikut:
1. Proporsi pengetahuan rumah tangga terhadap keberadaan Rumah Sakit
sebesar 75,3%, sedangkan keberadaan Puskesmas/Pustu/Bides sebesar
96,1%
2. Proporsi pemakaian air ≥ 20 liter/orang/hari di rumah tangga sebesar 75,8%,
penanganan tinja balita secara aman sebesar 37,9% dan pengelolaan
sampah rumah tangga yang baik sebesar …… Upaya pemberantasan
nyamuk 3M sebesar 15,5%
3. Prevalensi ISPA sebesar 7,2%, Pneumonia sebesar 2,2%, TB Paru sebesar
0,5%, Hepatitis sebesar 0,5%, Diare sebesar 7,2%, Malaria sebesar 5,5%,
Filariasis sebesar 1,2%, Asma sebesar 1,48%, Kanker sebesar 1 permil, DM
sebesar 0,6%, Penyakit jantung coroner sebesar 0,8%, hipertensi sebesar
6,6%, stroke sebesar 5 permil, gangguan ginjal kronis sebesar 3,8%, penyakit
sendi sebesar 7,8%, gangguan mental emosional (GME) sebesar 13,91% dan
depresi mini sebesar 7,1%
4. Prevalensi Disabilitas pada anak usia 5-17 tahun sebesar 3,7%, Cedera
sebesar 10%, proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional sebesar
15,4%, pemanfaatan taman obat keluarga (TOGA) sebesar 46,1%
5. Proporsi penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama atau Long Lasting
Impregnated Nets (LLINs) sebesar 52,8%, konsumsi buah dan sayur yang
cukup ≥ 5 porsi sebesar 5,8%, perilaku cuci tangan yang benar sebesar 29%,
merokok sebesar 26,1%, aktifitas fisik yang cukup sebesar 64,6%, konsumsi
alcohol 5,9%
6. Proporsi Kesehatan Ibu untuk Antenatal Care Kunjungan 1 (K1) sebesar
78,4%, Kunjungan 4 (K4) sebesar 72,4%, kepemilikan buku KIA sebesar
66,1%
7. Pada usia ≥18 tahun prevalensi obesitas sentral sebesar 22,3%
188
SARAN
Pada kajian ini dapat kami berikan saran sebagai berikut:
1. Perlu diperhatikan status kesehatan masyarakat yang berada di daerah
tertinggal
2. Perlu ditingkatkan perilaku hidup bersih sehat dari masyarakat yang
berdomisili di daerah tinggal
3. Perlu perhatian khusus bagi kesehatan ibu dan anak misal pemberian buku
KIA lebih merata
REKOMENDASI
Dalam kajian ini kami dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Diperlukan riset khusus untuk mengukur status kesehatan penduduk di
daerah tertinggal dari 62 Kabupaten
2. Diperlukan
189
Daftar Kepustakaan:
1. Permenkes, 2020: Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 2020.
2. Perpres, 2020: Peraturan Presiden (Perpres) No. 63 Tahun 2020 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal tahun 2020-2024. Pada 62 Kabupaten daerah tertinggal di Indonesia,
Jakarta 2020.
3. Riskesdas, 2013: Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tahun 2013, Badan
Litbangkes, Jakarta 2014.
4. Riskesdas, 2018: Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tahun 2018, Lembaga
Penerbitan Badan Litbangkes, Jakarta 2019.
5. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, (2004): Strategi Nasional
Pembangunan Daerah Tertinggal (Starnas PDT) tahun 2004 dari 377 Kab/Kota di
Indonesia ada sebanyak 190 Kab Daerah Tertinggal, Jakarta Indonesia
6. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, (2004): RPJMN tahun 2004 –
2009 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal sebanyak 199 Kab Daerah
Tertinggal dari 457 Kab/Kota, Jakarta Indonesia
7. FP Senewe & Sandjaja, (2006): Status gizi balita di daerah tertinggal tahun 2004 (Kajian
data SKRT 2004), Jurnal Penelitian Gizi Masyarakat, 29(1):48-55, Bogor Indonesia
8. FP Senewe, L Pangaribuan, K Pritasari, (2006): Status morbiditas balita di daerah
tertinggal tahun 2004, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan-Vol.9 No.2 April 2006:82-92,
Surabaya Indonesia
9. Departemen Kesehatan, (2009): Platform Depdagri dan RPJMN 2004-2009 sebanyak
19 Kab/Kota, Daerah Kepulauan sebanyak 20 Kabupaten, Daerah Terpencil sebanyak
35 Kabupaten, Jakarta Indonesia (Depkes,2009)
10. FP Senewe, AD Musadad, HSP Manalu, (2011): Pengaruh lingkungan terhadap status
morbiditas balita di daerah tertinggal 2008, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.10 No.1,Maret
2011:54-64, Jakarta Indonesia
11. FP Senewe, Y Wiryawan, (2012): Gambaran status Kesehatan penduduk di daerah
Perbatasan, Jurnal Ekologi Kesehatan Vo.11 No.2,Juni 2012:99-111, Jakarta Indonesia
12. FP Senewe, F Ahmadi, (2012): Status kesehatan masyarakat di daerah tertinggal,
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.11 No.4,Desember 2012:269-278, Jakarta Indonesia
13. FP Senewe, Elsa Elsi, (2014): Analisis deskriptif Kesehatan lingkungan di daerah
tertinggal, perbatasan, kepulauan dan terpencil (DTPK-T), Media Litbangkes Vol.24
No.3, September 2014: 153-160, Jakarta Indonesia
14. SDKI, 2017: Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Kesehatan RI (Kemkes RI), The DHS Program, ICF, Rockville Maryland
USA, Jakarta Indonesia September 2018.
15. SUPAS, 2015: Profil Penduduk Indonesia – Hasil SUPAS 2015 Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS), ISBN: 978-602-438-027-4, Badan Pusat Statistik Jakarta Indonesia
2015.
16. Sensus Penduduk, 2010: Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2010, Badan
Pusat Statistik, ISSN: 2302-8513, Jakarta Indonesia, 2010.
17. Balitbangkes, 2019: Beban Ganda Penyakit Mengancam Indonesia, Badan Litbangkes
Kemkes RI, Humas Litbangkes, Jakarta Indonesia, April 2019.
190
18.
191