07 Bab 1
07 Bab 1
1.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Jemaat GMIT Wilayah Seba Selatan
Pada mulanya Jemaat Wilayah Seba Selatan terdiri atas tujuh mata jemaat sebelum
mekar menjadi beberapa wilayah pelayanan. Ketujuh mata jemaat tersebut antara lain:
Mata Jemaat Ledemanu, Mata Jemaat Raekore, Mata Jemaat Malama, Mata Jemaat
Taka, Mata Jemaat Eiwou, Mata Jemaat Materae dan Mata Jemaat Luiwa’u. Namun
dalam perkembangannya, tepat pada bulan Mei tahun 2004, Majelis Sinode GMIT
menetapkan bahwa Jemaat Seba Selatan dimekarkan menjadi tiga jemaat mandiri,
yakni Jemaat Efata Ledemanu yang mekar menjadi satu jemaat tunggal sedangkan
Mata Jemaat Raekore, Malama, Taka dan Luipoe, mekar menjadi jemaat wilayah
Seba Timur dan Mata Jemaat Eiwou, Luiwa’u, dan Materae menjadi jemaat Seba
Selatan sampai sekarang ini. Dari ketiga mata jemaat yang ada dalam wilayah Seba
Selatan tersebut, yang ditetapkan menjadi jemaat induk ialah Jemaat Imanuel Eiwou.
Jemaat Imanuel Eiwou didirikan lebih awal yaitu tahun 1972. Atas pertimbangan
geografis yang sulit bagi jemaat untuk bersekutu, maka di tahun 1988 jemaat Imanuel
Eiwou dimekarkan menjadi dua mata jemaat yaitu Betel Luiwa’u pada tahun1988 dan
sepuluh tahun kemudian Mata Jemaat Sion Materae dimekarkan lagi tepatnya pada
tahun 1998.
Sejak dimekarkan pada bulan Mei 2004, Jemaat GMIT Seba Selatan dilayani
oleh Pdt. Sodi E. Nabunome, S.Th. Beliau telah melayani di jemaat ini selama kurang
lebih 14 tahun dan baru berakhir pada bulan Maret tahun 2018. Setelah melayani
selama 14 tahun barulah Pdt. Sodi digantikan oleh Pdt. Sara Bani S.Th yang
9
Adapun pendeta yang pernah melayani di Jemaat Wilayah Seba Selatan yaitu :
12. Pdt. Sarah E. Bani S.Th (2018- 2022) Selaku Ketua Mejelis Jemaat
- Doko Pati
- Samuel Pauhede
- Michael Ulli
10
2 Betel Luiwau - Dominggus Radja Kana
Kepala keluarga (KK) yang ada di Jemaat GMIT Seba Selatan berjumlah 435 KK
yang terbagi dalam 3 Mata Jemaat yaitu Mata Jemaat Imanuel Eiwou 195 KK, Mata
Jemaat Betel Luiwa’u 129 KK dan Mata Jemaat Sion Materae 111 KK. Jumlah anggota
jemaat mencapai 1875 jiwa, dengan jumlah anggota jemaat laki-laki 893 jiwa dan
perempuan 982 jiwa. Jumlah anggota baptis 1712 sedangkan jumlah anggota sidi
berjumlah 1387 jiwa. Anggota jemaat hampir seluruhnya adalah penduduk asli suku
Sabu dan hanya sebagian kecil saja yang berasal dari suku lain dari luar Pulau Sabu,
Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua. Anggota jemaat ini berdomisili di
dua Desa, yaitu; Desa Raenyale dan Desa Raemude. Dalam wilayah pelayanan
GMIT, Jemaat Wilayah Seba Selatan tergabung dalam Klasis Sabu Barat-Raijua. Di
sebelah Barat Jemaat GMIT Wilayah Seba Selatan berbatasan dengan Jemaat GMIT
Efata Ledemanu, Sebelah Timur berbatasan dengan Jemaat GMIT Wilayah Seba
Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat GMIT Wilayah Lia’e Barat.
11
1.4 Keadaan Sosial Budaya
dari relasi sosial, baik dalam komunitas maupun antar komunitas. Relasi sosial di
kalangan orang Sabu bersifat saling melengkapi antara pihak-pihak yang terlibat.
Pembagian kerja seksual (antara lelaki dan perempuan) misalnya, bukan bercorak pada
masing pihak sebagai pendamping bagi pihak yang lain. Begitu pula hubungan antara
orang tua dan anak, kakak dan adik, antara sesama masyarakat dalam komunitas orang
Mata pencaharian dari Jemaat GMIT Seba Selatan pada umumnya (632
orang) adalah petani, sedangkan sebagian kecil (13 orang) bekerja sebagai PNS.
Untuk lebih jelas, mata pencaharian Jemaat GMIT Wilayah Seba Selatan dapat
PNS 13 0,7
Wiraswasta 112 6
Belum bekerja 672 35,8
Jumlah 1875 100
12
1.6 Tingkat Pendidikan Warga Jemaat
Dari segi pendidikan dapat dikatakan, bahwa penunjang untuk jemaat dapat
berpendidikan belum terlalu baik. Hal ini dikarenakan jemaat berada dalam wilayah
pedesaan dengan fasilitas pendidikan yang masih terbatas yakni hanya terdapat PAUD
dan SD sedangkan untuk SMP dan SMA jemaat harus menempuh perjalanan sekitar
8-10 km ke kota Seba. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendidikan anggota Jemaat
SD 295 15,7
pendidikan
Tidak Sekolah 346 18,5
13
1.7 Struktur Personalia Majelis Jemaat GMIT Wilayah Seba Selatan
Ketua Majelis Jemaat Wilayah Seba Selatan sekarang yakni: Pdt. Sarah Bani
S.Th yang ditempatkan oleh Majelis Sinode GMIT pada bulan Juni 2018
menggantikan Pdt. Sodi E. Nabunome S.Th; Pnt. Matheos Djohau sebagai sekretaris;
Pnt. Marthen Haba Djingi sebagai bendahara. BP3J Jemaat wilayah Seba Selatan
Yakni: Pnt. Daniel Lay Riwu sebagai ketua merangkap anggota; Pnt. Melkianus
Laobani sebagai Sekretaris merangkap anggota; Pnt. Nimrod Djohau sebagai anggota;
Pnt. Yulius Tarru Kitu sebagai anggota; Pnt. Anderias Duru Kana sebagai anggota.
yang terbagi dalam 12 rayon pelayanan. Penatua dan Diaken tersebut yakni:
Penatua Diaken
14
Pnt. Samuel Pada Gae Dkn. Yanto Laobani
yang terbagi dalam 7 rayon pelayanan. Penatua dan Diaken tersebut yakni:
Penatua Diaken
15
Pnt. Alex Wadu Wila
Majelis yang melayani di Mata Jemaat Sion Materai berjumlah 18 orang yang
Penatua Diaken
16
Pnt. Aplonia F. Doko Dkn. Dominikus Tuka Lay
berjumlah 82 orang, terdiri dari 1 orang pendeta, 5 orang BP3J, 53 orang penetua dan
33 orang diaken.
1.8.1 Diakonia
- Ibadah Pemuda
- Kebaktian PAR
17
1.8.2 Diakonia
1.8.3 Marturia
1.8.4 Liturgia
1.8.5 Oikonomia
1.9.1 Ekonomi
melakukan aktivitas pertanian hanya pada musim hujan, sehingga penghasilan mereka
juga tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dalam hidup mereka dan selalu
mengalami kekurangan.
1.9.2 Pendidikan
18
anak mereka ke jenjang perguruan tinggi. Selain itu ada beberapa anak jemaat yang
atas oleh karena jauhnya lokasi sekolah dan juga ketidakmampuan orangtua untuk
Kurangnya akses sarana prasarana umum menjadi salah satu masalah sosial di
Wilayah Jemaat Seba Selatan. Contohnya sarana pendidikan yang minim oleh karena
hanya terdapat SD di sekitar tempat tinggal jemaat yang meliputi dua desa yaitu Desa
tingkat lanjut yaitu SMP dan SMA anak-anak jemaat harus menempuh perjalanan
sekitar 10 KM ke Kota Seba. Begitu pula akses jalan yang masih belum terlalu baik
1.9.4 Kekeringan
Selatan sudah menjadi pergumulan panjang yang mereka alami setiap tahun
salah satunya adalah permasalahan memperebutkan sumber mata air yang semakin
terbatas antar warga sekitar sehingga terjadi permusushan dan perkelahian di antara
mereka.
1.9.5 Perjudian
taji ayam yang dianggap telah menjadi tradisi dan bagian yang tidak bisa terpisahkan
lagi oleh sebagian jemaat Seba Selatan. Bahkan orang-orang yang biasa melakukan
taji ayam telah memiliki waktu dan tempat tertentu yang telah disepakati bersama
19
untuk kegiatan tersebut. Perjudian telah menjadi massalah oleh karena menyebabkan
beberapa warga malas bekerja dan hanya mau mencaru uang dengan bejudi.
Minuman keras menjadi salah satu masalah sosial yang terdapat di Jemaat
Wilayah Seba Selatan oleh karena banyak warga yang sering berkumpul dan minum
minuman keras, yang kemudian berdampak pada perilaku mereka setiap hari di mana
sering terjadi perkelahian, kekerasan dalam rumah tangga, bahkan menjadi malas dan
tidak fokus dalam bekerja. Banyaknya warga yang sering minum-minuman keras
Kesimpulan
Gambaran umum yang dipaparkan di atas berguna untuk membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian tentang program Pekupu A’a Ari Tu Ta Pehekola Ana di Jemaat
Wilayah Seba Selatan. Dengan mengetahui sejarah, statistik, masalah-masalah umum dan
berbagai program pelayanan yang ada dalam jemaat, akan menolong penulis sehingga bisa
menganalisis dengan objektif pada Bab 2 oleh karena data-data tersebut akan menjadi
pembanding dan informasi yang berhubungan dengan program Pekupu A’a Ari Tu Ta
Pehekola Ana.
20