Anda di halaman 1dari 54

Materi Diklat

Evaluasi Dokumen AMDAL Pertambangan

Penilaian Aspek Geofisik : Geologi dan Hidrogeologi

Oleh : Agus Hendratno


Departemen Teknik Geologi – FT UGM
Yogyakarta
PENDAHULUAN

• Untuk meningkatkan kompetensi tim penilai


dokumen AMDAL suatu operasi
pertambangan => Rencana pengajaran yang
sistematis [Office of Surface Mining
Reclamation and Enforcement (OSM),
Department of Interior, USA]
• Aspek geofisik paling kritis : hidrologi-
hidrogeologi
• Komponen prioritas => informasi rona awal
lingkungan :
– Komponen geofisik dan kimiawi
– Komponen biologi
– Komponen sosial (respon manusia thd lingkungan)
GEOLOGI DAN HIDROLOGI

– Unsur fisik bumi (batuan, sedimen, tanah dan fluida)


– Bagian dari unsur-unsur lingkungan geologi
– Potensi sesumber geologi : air, mineral, bahan
bangungan, bahan bakar, dll.
– Potensi bencana geologi : gempabumi, letusan
gunungapi, banjir
=> Pengenalan karakteristik lingkungan geologi penting
dalam upaya meningkatkan kompetensi tim penilai
dokumen AMDAL suatu kawasan pertambangan,
sehingga kerusakan lingkungan dapat dieliminasi
INFORMASI GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI YANG PERLU
DISAMPAIKAN MENURUT RENCANA PENGAJARAN, NO.4 OSM,
USA (2003)
• Gambaran geologi
(lokasi zona airtanah, jenis akuifer, jenis dan ketebalan litologi, sifat fisik
batuan, mineralogi dan kimiawi jenis batuan serta pelapukan batuan)
• Peta geologi dan penampang geologi
(batas daerah tambang dan singkapan bahan galian serta kedudukan
stratigrafi bahan galian)
• Gambaran hidrogeologi
(DAS, kecepatan aliran airtanah, kualitas airtanah, penggunaan airtanah
dan alternatif penggantinya)
• Peta hidrogeologi air permukaan dan airtanah
• Pencemaran airtanah
INFORMASI YANG DIPERLUKAN SESUAI DENGAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) DAN TUJUAN
INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
• Geologi
– Tanah, Batuan dan Mineral
– Eksploitasi Sumber Daya Mineral
– Struktur Geologi
• Hidrogeologi
– Air Permukaan dan Air Bawah Permukaan
(Airtanah)
– Potensi Bencana Banjir dan Pencemaran
GEOLOGI :TANAH, BATUAN DAN MINERAL
Tanah
• Lapisan penutup permukaan bumi yang tidak terkonsolidasi
• Terdiri dari mineral dan bahan organik hasil pelapukan batuan
penyusun kerak bumi
• Penting sebagai Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber
Bencana Geologi (SBG)
• SDA : lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan, bahan
galian gol C (tanah urug)
• SBG : longsor dan ambles
• Tanah tidak terkonsolidasi dan lempung yg cukup besar dpt
membentuk bidang gelincir
• Tanah yg mengandung mineral lempung berpotensi untuk
mengembang/swelling => tanah gemuk (expansive soils)
GEOLOGI :TANAH, BATUAN DAN MINERAL
Batuan
• Batuan Beku
 Keras, memiliki tekstur (kasar, halus, porfiritik), hablur kristalin
(kristal sempurna, tidak sempurna, tidak berbentuk), masif,
kadang memiliki struktur kekar meniang /collumnar joint atau
kekar lembaran/sheeting joint akibat pendinginan
 Sifatnya yg keras => dimanfaatkan sbg bahan bangunan : lantai
dari granit
 Sifatnya yg keras => lingkungan disekitarnya tandus, tidak baik
sebagai lahan pertanian, perkebunan atau permukiman.
 Diperlukan alat2 berat dlm menambang => menyebabkan
kebisingan dan polusi udara
 Dapat terjadi rockfall apabila kemiringan lerengnya curam
GEOLOGI :TANAH, BATUAN DAN MINERAL
Batuan
• Batuan Sedimen
 Batuan yg terbentuk akibat pengendapan batuan2 yg telah
terbentuk sebelukmnya
 Dimanfaatkan sebagai : bahan bangunan (detritus dan karbonat),
bahan bakar (batubara), bahan baku industri (karbonat dan
evaporit)
 Relatif lebih mudah dan aman ditambang tetapi dpt
menimbulkan kerusakan yg signifikan
 Amblesan dpt terjadi pada batugamping (karena pelarutan),
longsor dan amblesan dpt terjadi pada batulempung (karena
swelling)
GEOLOGI :TANAH, BATUAN DAN MINERAL
Batuan
• Batuan Metamorf
 Batuan yg terbentuk akibat terubahnya batuan asal oleh kenaikan
temperatur maupun tekanan serta adanya larutan aktif
 Batuan metamorf sangat keras dan bertekstur lebih halus
 Penambangannya lebih sulit dibandingkan batuan yang lain
GEOLOGI :TANAH, BATUAN DAN MINERAL
Mineral
• Bahan penyusun batuan yg merupakan senyawa anorganik padat
dengan sistem kristal dan komposisi kimia tertentu.
• Mineral2 pembentuk batuan : Si, O, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg dll.
• Sumberdaya dengan nilai ekonomis tinggi seperti
 Logam mulia : emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu)
 Batu permata : intan dan korundum
 Bahan baku industri : talk, gipsum, kalsit, kaolinit, asbes dan
anhidrit
• Sumber bencana :
 logam berat : merkuri dan air raksa
 unsur2 radioaktif : uranium, plutonium, dll
 longsor dan kerusakan bangunan dan jalan : swelling, dapat
mengembang 1,5x ukuran saat kering dengan tekanan melebihi
60kPa dan persentase pengembangan lebih dari 30%
GEOLOGI : EKSPLOITASI SUMBER DAYA MINERAL

• Perlu dipertimbangkan dampak negatif akibat


pengambilan tanah penutup, batuan dan mineral2
ekonomis.
• Fasilitas penunjang ditempatkan pada daerah yg jauh
dari bahaya longsor, ambles dan yg lainnya.
• Operasi pertambangan perlu dilengkapi unit
pengelolaan air asam tambang dan tailing
• Pengelolaan air asam tambang => mencampurkan
unsur basa ke dalam air asam
• Pembuangan tailing => dibuat tanggul2 untuk tailing yg
langsung dibuang ke sungai/pipa yg menuju daerah
pengendapannya
GEOLOGI : STRUKTUR GEOLOGI

• Bentuk2 yg dimiliki batuan penyusun kerak bumi


• Struktur primer (saat batuan terbentuk) : perlapisan,
kekar pd batuan beku, foliasi
• Struktur sekunder (setelah batuan terbentuk) :
rekahan, lipatan, sesar
• Zona disekitar sesar => zona lemah
• Zona lemah dlm skala besar => jalur intrusi pembawa
mineral2 ekonomis menuju permukaan
• Zona lemah => rawan ambles dan longsor
HIDROGEOLOGI : AIR PERMUKAAN DAN AIRTANAH
• Perencanaan pertambangan dengan memanfaatkan air
permukaan (sungai, danau dan laut) harus direncanakan
sebaik mungkin => dipergunakan penduduk untuk mandi,
mencuci, minum dll.
• Air yg meresap membentuk sistem aliran airtanah
tergantung litologi dan bentang alamnya.
• Lapisan batuan yg mengandung air => akuifer, dibedakan
menjadi 3 :
 akuifer bebas : tidak tertekan, umumnya dangkal, paling
umum dimanfaatkan penduduk, dijumpai pd daerah
endapan aluvial
 akuifer setengah tertekan/bocor : akuifer yg ditutupi oleh
lapisan akuitard diatasnya, dijumpai pd daerah volkanik
 akuifer tertekan : terletak diantara akuiklud, kualitas dan
kuantitas yg baik shg dipakai oleh kalangan industri
termasuk pertambangan
HIDROGEOLOGI : POTENSI BENCANA BANJIR DAN
PENCEMARAN
Potensi bencana banjir
• Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan meluapnya air
permukaan/banjir di daerah hilir => DAS di sekitar
penambangan perlu dikonservasi
• Curah hujan yang tinggi => ifiltrasi air lebih cepat dan
menyulitkan pekerjaan penambangan
• Penirisan tambang dengan cara pemompaan perlu dilakukan
untuk skala tambang yang besar
• Pada tambang bawah permukaan dilakukan dengan cara
membuat saluran air (pemboran horisontal/vertikal) pada
rekahan, kontaks sesar, zona RQD yang buruk, perlapisan
batuan
HIDROGEOLOGI : POTENSI BENCANA BANJIR DAN PENCEMARAN

Pencemaran
• Dapat merusak tata guna air dan membahayakan
kesehatan melalui zat yang bersifat racun
• Pencemaran airtanah lebih sulit dideteksi daripada
pencemaran air permukaan
• Proses pencemaran airtanah:
 Menyerapnya air dari presipitasi di atas overburden
 Bercampur dengan cairan yang telah terbentuk
sebelumnya =>air asam tambang
 Air asam tambang bergerak ke muka airtanah membentuk
kantong2 (beda berat jenis)dan terbawa aliran airtanah
 Air asam tambang + airtanah => konsentrasi encer namun
volume bertambah
Contoh ANDAL Tambang Batubara BEK : Air larian dan Laju sedimentasi

Berdasarkan kondisi lahan eksisting, dimana terdapat lahan yang masih terbuka untuk
bukaan tambang dan lahan yang sudah direklamasi, maka nilai C yang digunakan dalam
perhitungan adalah 0,9 untuk lahan yang masih terbuka untuk bukaan tambang dan
0,03 untuk lahan yang sudah direklamasi dan direvegetasi

Tingkat sedimentasi pada kondisi pada rona awal (2002) untuk lahan dengan kelas lereng 15-
25% (MPT) adalah sekitar 3.100 ton/tahun. Berdasarkan Tabel 3.20 diatas, tingkat sedimentasi
rata-rata pada lahan di kelas lereng 15-25% adalah 62.134 ton/tahun yang berarti akan
mengalami peningkatan sebanyak 20 kali.
Contoh AMDAL Tambang Batubara BEK : siklus dan neraca air

Sebanyak 24,10 % volume hujan akan terinfiltrasi (mengimbuh) sebagai air


tanah. sebanyak 54,79 % dari total volume hujan menguap kembali melalui
evapotranspirasi, sisanya 22,41 % mengalir sebagai limpasan air permukaan

450,00 Curah hujan rata-rata (mm) Evapotranspirasi nyata (mm)

400,00 Limpasan air permukaan (mm) Infiltrasi (mm)

350,00
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
-50,00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Model transport kontaminan logam berat pada disain TSF
rencana tambang emas (uji aspek hidrogeologi)
Conto ANDAL Tambang Batubara BEK :
Kajian Koneksitas dan Kualitas Airtanah Terhadap Infiltrasi
Sistem Akuifer dan Daya Dukung Lingkungan

• Sumber Air Asam Tambang (AAT) diketahui dengan cara:


Melakukan analisis geokimia batuan (PAF dan NAF) pada pit dan
disposal:
Batulanau mendominasi lapisan NAF dengan ketebalan terbesar
yaitu 27,82 meter dan lapisan tertipis 15 meter, sedangkan
lapisan PAF umumnya dijumpai pada batulempung dengan
ketebalan 1,4 -12 meter. Secara keseluruhan lapisan NAF lebih
dominan (lebih tebal) daripada lapisan PAF
Melakukan analisis batubara yang berkadar sulfur tinggi yang
terekspos pada pit dan mengalami kontak langsung dengan udara
kemudian mengalami pelarutan dengan air. Sulfur pada batubara
sangat terkait dengan proses pembentukan batubara dan adanya
mineral pengotor, yaitu pirit. Kandungan sulfur pada batubara di PT
BEK 0,9 – 2 % adb. Banyak terdapat pada timbunan batubara dan
batubara yang tertinggal di pit
Conto ANDAL Tambang Batubara BEK :
Kajian Koneksitas dan Kualitas Airtanah Terhadap Infiltrasi Sistem Akuifer dan
Daya Dukung Lingkungan

Melakukan analisis sumber AAT dari air kolam


pengendapan dan air pit:
Melakukan analisis kualitas air pada kolam
pengendapan dan pit tambang (sump)
Melakukan analisis kualitas air tanah, dimana sampel
air berasal dari airtanah penduduk dan airtanah lokasi
tambang. Airtanah pada pada lokasi tambang (analogi
dengan sumur bor air tanah pada tambang di PT TCM
yang memiliki formasi sama yaitu Pulau Balang dan
Balikpapan bagian atas), memiliki kadar pH yang
rendah (< 5) dan konsentrasi anion sulfat (SO42-)
tinggi yaitu 2 mg/L. Sedangkan airtanah di Camp
Tenaik dan di Desa Benangin (wilayah BEK)
mempunyai pH netral
Kondisi Air Tanah Penambangan di Elevasi 60 mdpl

• Kondisi daerah basah dan kering pada area batugamping belum banyak berubah,
area clay cukup banyak bertambah karena area penambangan menjadi cebakan
air yang baru
• Arah aliran air tanah secara umum menuju ke Utara (laut), belum mengalami
perubahan

22
Kondisi Air Tanah Penambangan di Elevasi 40 mdpl

• Kondisi daerah basah meluas di area batugamping dan lempung karna kedua pit
lebih rendah dari topografi sekitar
• Arah aliran air tanah secara umum menuju ke Utara (laut), belum mengalami
perubahan

23
Kondisi Air Tanah Penambangan di Elevasi 20 mdpl

• Kondisi daerah basah meluas di area batugamping dan lempung karna kedua pit
lebih rendah dari topografi sekitar
• Arah aliran air tanah secara umum menuju ke Utara (laut), belum mengalami
perubahan

**) Level penambangan yang diijinkan hanya sampai elevasi 25 mdpl


24
Peta pola aliran air tanah (hasil permodelan)
sebelum penambangan
Peta pola aliran air tanah (hasil Permodelan Numerik)
saat penambangan

Neraca Hidrologi Saat Penambangan :


Curah hujan 3.146,7 mm
Limpasan air permukaan 168,3 mm
Evapotranspirasi 1.858,9 mm
Imbuhan airtanah 1.119,5 mm

• pola arah aliran airtanah mengarah


ke pit
• arah aliran airtanah di luar daerah
pit yang berasal dari lapisan akuifer
pertama hingga terakhir mengalir
dari utara-selatan menuju ke pit
• terdapat perubahan kedalaman
muka airtanah piezometrik yang
berkorelasi dengan perubahan
head. Makin dalam pit yang tergali
dan makin tebal lapisan akuifer
terpotong akan menyebabkan
penurunan head makin dalam
• debit airtanah pada saat operasi
penambangan mengalami kenaikan
sekitar 19,6 m3/hari, karena
terpotongnya lapisan akuifer,
khususnya di pit tambang

kondisi Debit airtanah (m3/hari)


Alami (rona awal) 175,92
Penambangan 195,5
Peta Pola arah aliran partikel kontaminan pada rona akhir tambang
Peta penyaliran air tambang
HIDROGEOLOGI : POTENSI BENCANA BANJIR DAN
PENCEMARAN
Pencemaran
• Berkurangnya konsentrasi zat terlarut dalam air asam
tambang disebabkan oleh mineral lempung dalam tanah
di atas muka tanah
• Mineral lempung berperan dalam adsorpsi-desorpsi dan
pertukaran ion dengan zat2 reaktif
• Jarak optimum dasar pembuangan overburden dengan
muka airtanah > 10 meter
• Pendekatan pemilihan lokasi pembuangan overburden:
 Tidak terlalu dekat dengan danau/kolam (>300 m) dan
sungai (>30 m)
 Cukup jauh dari jalan dan fasilitas umum (>300 m)
 Tidak terletak di daerah rawa (lahan basah)
 Minimal 365 m dari sumur penduduk
Deskripsi hidrologi
• Bentuk lahan pada kondisi alami (rona awal) dapat dibagi menjadi lima
satuan bentuk lahan, yaitu Perbukitan Sinklin (S1), Lereng Sinklin (S2),
Dataran Sinklin (S3), Dataran Kering (F1), dan Dataran Aluvial (F4). Pada
kondisi penambangan aktif, geomorfologi alami mengalami beberapa
perubahan, yaitu adanya daerah tata guna lahan yang digunakan sebagai
lokasi kegiatan penambangan. Hal ini akan berdampak pada perubahan
kondisi hidrologi, khususnya limpasan air permukaan, evapotranspirasi, dan
imbuhan airtanah

• Kondisi hidrologi yang berperan dalam perhitungan imbuhan airtanah dan


menjadi penentu kuantitas airtanah adalah kapasitas air permukaan atau
debit air permukaan. Kapasitas air permukaan dipengaruhi oleh karakteristik
kondisi DAS, tata guna lahan, dan curah hujan pada daerah tangkapan
hujan. Disamping itu karakteristik daerah aliran sungai dan tata guna lahan,
kondisi morfologi dan geologi menjadi faktor pendukung yang menentukan
koefisien dari limpasan air permukaan

• Interpretasi dari peta tata guna lahan, maka data daerah penelitian
didominasi oleh hutan lahan kering yaitu 97%. Dengan luas area terganggu
4.744,32 ha, maka sebesar 18,91% tata guna lahan akan berubah
Peta morfologi sebelum dan sesudah penambangan
Luas
Sub DAS (ha) Luas (%)

Peta sub DAS Kedang Pahu


Lampenan
(Lempanang)
Pere (Pirak)
16.457

1.335,1
3.359,5
66

5
13
Benangin 3.935,3 16
Total 25.086,9 100
Neraca hidrologi sebelum penambangan

• Curah hujan tahunan 3.146,7 mm/tahun :


limpasan air permukaan:151,3 mm/tahun
evapotranspirasi aktual sebesar:1.858,9
mm/tahun
imbuhan airtanah sebesar: 1.136,5 mm/tahun
Peta Pola Aliran Air permukaan
Hidrogeologi
• Wilayah PKP2B PT BEK termasuk dalam tipologi sistem akuifer batuan sedimen yang
berada di lipatan sinklin. Mengacu pada litostratigrafi, unit hidrostratigrafi PKP2B PT BEK
merupakan bagian dari unit hidrogeologi tipologi akuifer Sistem Batuan Sedimen
Terlipat
• Memiliki dua jenis media akuifer, yaitu akuifer media rekahan dan pori
• Termasuk katagori akuifer tertekan dan semi tertekan (lebih dominan)
• Konduktifitas hidrolika:

Litologi K
NO Lapisan Satuan batuan
dominan (m/det)
1 Batulanau Akuitar 1 6,81×10-8 – 8,41×10-7 Perselingan
batulanau dan
2 Batupasir Akuifer 1 (0,01–1,01)×10-4 batupasir
3 Batulanau Akuitar 2 6,62×10-8 –3,62×10-7
Perselingan
4 Batupasir Akuifer 2 (1,17–1,6)×10-4 batupasir kuarsa
Batulanau dan batulempung
5 Akuitar 3 8,03×10-8 – 2,5×0-7
lempungan
Peta lapisan akuifer
Peta pola aliran air tanah (hasil permodelan)
sebelum penambangan
Peta pola aliran air tanah (hasil Permodelan Numerik)
saat penambangan

Neraca Hidrologi Saat Penambangan :

Curah hujan 3.146,7 mm


Limpasan air permukaan 168,3 mm
Evapotranspirasi 1.858,9 mm
Imbuhan airtanah 1.119,5 mm

• pola arah aliran airtanah mengarah


ke pit
• arah aliran airtanah di luar daerah pit
yang berasal dari lapisan akuifer
pertama hingga terakhir mengalir dari
utara-selatan menuju ke pit
• terdapat perubahan kedalaman muka
airtanah piezometrik yang berkorelasi
dengan perubahan head. Makin
dalam pit yang tergali dan makin
tebal lapisan akuifer terpotong akan
menyebabkan penurunan head
makin dalam
• debit airtanah pada saat operasi
penambangan mengalami kenaikan
sekitar 19,6 m3/hari, karena
terpotongnya lapisan akuifer,
khususnya
kondisi
di pit tambang
Debit airtanah (m3/hari)

Alami (rona awal) 175,92

Penambangan 195,5
Peta Lokasi sampel sumur bor airtanah
Kesimpulan hasil Kajian Koneksitas dan Kualitas Airtanah Terhadap
Infiltrasi Sistem Akuifer dan Daya Dukung Lingkungan

• Pada tahap penambangan aktif dan pascatambang (terbentuk void),


arah aliran partikel kontaminan mengarah ke pusat pit/void yang
mempunyai head hidrolika lebih rendah di dalam kawasan tambang.
Sehingga dapat disimpulkan, pola arah aliran gerak partikel
kontaminan AAT sangat dipengaruhi oleh perubahan morfologi,
geometri lapisan batuan/akuifer, hidrostratigrafi, dan perubahan
ketinggian head hidrolika airtanah
• Lokasi sumber airtanah terdekat yang berada di Camp Tenaik (lokasi
dalam IUP) tidak terpengaruh dampak perubahan kualitas akibat
AAT, dikarenakan arah aliran AAT mengarah ke daerah pit dan void
yang mempunyai head hidrolik rendah. Lokasi pemukiman (lokasi di
luar IUP), seperti Desa Benangin, tidak mengalami penurunan
kualitas (asam/pH < 4) akibat pengaruh AAT, yang disebabkan
lokasinya berada di luar cekungan airtanah local (cekungan Barito)
dan batas hidrogeologis daerah tambang, sehingga aliran airtanah
tidak mencapai lokasi tersebut
Peta Pola arah aliran partikel kontaminan pada
rona akhir tambang
Rencana penyaliran air tambang

• Menganalisis debit air (air hujan; air limpasan; air tanah; dan
air sungai)
• Menganalisis catment area
• Merencanakan penyaliran dengan membuat saluran-
saluran:
Di sekeliling tambang
Di atas jenjang
Di lantai jenjang
Di dalam tambang (mine sump)
Yang dipompa ke settling pond yang dilengkapi kolam
pengontrol sebelum dibuang ke badan air:
Menghitung kebutuhan pompa
Menghitung dimensi saluran
Menghitung dimensi dan luas settling pond
Debit air hujan, air limpasan, air tanah
Luas Debit Air Perkiraan Catchment Koefisien Debit Air Debit Air Debit Air Debit Air Total
Intensitas
Air Bukaan Air
Curah Koefisien
No Blok Tambang Tahun limpasan Tambang Hujan Catchment Limpasan Air Limpasan Hujan dan Hujan dan Tanah Debit
Hujan Pit
Aktif (m3/detik) Area Limpasan (m3/detik) Limpasan Limpasan Air
(mm/jam) (mm/jam) (Ha) (Ha) (Ha) (m3/detik) (m3/jam) (m3/jam) (m3/jam)
2019 16.00 0.78 124.94 0.9 1.39 225.00 349.94 0.3 0.06 1.45 5,229 5.80 5,235.04
1 Biangan 2020 16.00 0.78 138.24 0.9 1.54 510.10 648.34 0.3 0.12 1.65 5,956 5.80 5,961.58
2021 16.00 0.78 49.3 0.9 0.55 510.10 559.40 0.3 0.10 0.65 2,337 5.80 2,343.28
2019 16.00 0.78 64.26 0.9 0.71 333.57 397.83 0.3 0.07 0.79 2,831 5.80 2,837.05
2020 16.00 0.78 150.7 0.9 1.68 755.52 906.22 0.3 0.16 1.84 6,622 5.80 6,628.14
2021 16.00 0.78 322.02 0.9 3.58 462.42 784.44 0.3 0.14 3.72 13,401 5.80 13,407.20
2022 16.00 0.78 413.07 0.9 4.59 512.66 925.73 0.3 0.17 4.76 17,138 5.80 17,144.02
Lempenang-East
2023 16.00 0.78 396.26 0.9 4.41 367.18 763.44 0.3 0.14 4.54 16,360 5.80 16,365.51
2 (P3000Bk22,P3000Bk2
2024 16.00 0.78 438.92 0.9 4.88 431.33 870.25 0.3 0.16 5.04 18,137 5.80 18,142.76
1,P6000Bk21)
2025 16.00 0.78 337.29 0.9 3.75 285.02 622.31 0.3 0.11 3.86 13,907 5.80 13,913.02
2026 16.00 0.78 236.23 0.9 2.63 164.40 400.63 0.3 0.07 2.70 9,717 5.80 9,723.18
2027 16.00 0.78 225.49 0.9 2.51 180.10 405.59 0.3 0.07 2.58 9,291 5.80 9,296.46
2028 16.00 0.78 194.66 0.9 2.16 180.10 374.76 0.3 0.07 2.23 8,036 5.80 8,042.22
2020 16.00 0.78 32.33 0.9 0.36 112.00 144.33 0.3 0.03 0.39 1,388 5.80 1,393.92
2021 16.00 0.78 154.71 0.9 1.72 473.62 628.33 0.3 0.11 1.83 6,602 5.80 6,607.89
2022 16.00 0.78 346.53 0.9 3.85 396.18 742.71 0.3 0.13 3.99 14,355 5.80 14,361.24
2023 16.00 0.78 372.94 0.9 4.15 378.14 751.08 0.3 0.14 4.28 15,418 5.80 15,423.93
Lempenang-Central 2024 16.00 0.78 486.26 0.9 5.41 614.27 1,100.5 0.3 0.20 5.61 20,182 5.80 20,187.68
(P3000Bk14,P3000Bk1 2025 16.00 0.78 629.64 0.9 7.00 779.07 1,408.7 0.3 0.25 7.26 26,122 5.80 26,127.94
3 8,P3000Bk20,P6000Bk 2026 16.00 0.78 690.58 0.9 7.68 359.90 1,050.5 0.3 0.19 7.87 28,329 5.80 28,334.46
14,P6000Bk20,P8000B 2027 16.00 0.78 812.76 0.9 9.04 451.38 1,264.1 0.3 0.23 9.27 33,359 5.80 33,364.56
k15) 2028 16.00 0.78 824.52 0.9 9.17 942.19 1,766.7 0.3 0.32 9.49 34,156 5.80 34,162.26
2029 16.00 0.78 935.94 0.9 10.41 746.03 1,682.0 0.3 0.30 10.71 38,562 5.80 38,567.51
2030 16.00 0.78 632.72 0.9 7.04 746.03 1,378.8 0.3 0.25 7.28 26,226 5.80 26,231.75
2031 16.00 0.78 509.28 0.9 5.66 746.03 1,255.3 0.3 0.23 5.89 21,204 5.80 21,209.90
2032 16.00 0.78 454.14 0.9 5.05 746.03 1,200.2 0.3 0.22 5.27 18,961 5.80 18,966.67
Debit air sungai
Nama Sungai Debit Hasil Debit Hasil Debit Hasil Debit Hasil Debit Hasil Debit Hasil Debit Hasil Debit Hasil Debit Hasil
Pengukura Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran
n Saat Pemantauan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Pemantauan Pemantauan
Studi Juni 2013 Sept 2013 Jan 2014 Des 2017 Maret 2018 Mei 2018 Sept 2018 Des 2018
ANDAL 3
(m /detik) 3
(m /detik) 3
(m /detik) 3
(m /detik) 3
(m /detik) 3
(m /detik) 3
(m /detik) (m3/detik)
2002
(m3/detik)
Sungai 5,57 28,80 0,17 4,76 3,75 1,60 2,30 0,73 1,65
Lempanang
Sungai 0,713 0,4 0,19 1,80 6,90 1,07 1,84 0,64 1,41
Kepan/Biangan
hilir
Sungai 2,52 0,65 2,33 0,52 3,24
Kepan/Biangan
hulu
Sungai Tenaik 0,48 17,10 0,05 1,17 1,52 0,28 0,38 0,10 0,43
Sungai Teweh 145,2 175 5,65 22,13 11,22 3,53 2,88 1,44 13,67
Sungai Pirak 7,5 62 1,49 3,59 5,28 2,76 8,16 1,33 1,94
hilir
Sungai Pirak 1,93 8,13 6,0 0,62 3,83
hulu
Sungai Inou 22,1 6,6 0,02 0,02 0,38 0,10 0,11 0,11 0,05
Sungai Pikuk 1,98 0,03 - 0,38 0,19 0,19 0,07 0,08
Sungai Lahai 144 40,80 172,8 26,00 26,25 21,16 18,67 93,67
Sungai 5,32 32,48 4,50 3,57 6,69 0,80 2,12
Benangin
Dimensi saluran

Saluran Segitiga Didalam Tambang


Saluran Trapesium Sekeliling Tambang Q
Blok Blok
No No Limpasa A= Q Saluran
Tambang Tambang H h Z ( °) P R
Q Limpasan X= A=2.575 Q Saluran n h²/2√2
H h Z ( °) B=2h P R m³/detik
m³/detik 2h+1.15 h² m³/detik m³/detik
0.06 0.4 0.28 60 0.56 1.02 0.20 2.09 0.10 0.48 1.39 1.9 1.33 90 0.63 6.42 0.10 1.48
1 Biangan 0.12 0.5 0.35 60 0.7 1.275 0.32 2.61 0.12 0.86 1 Biangan 1.54 1.95 1.365 90 0.66 6.59 0.10 1.59
0.10 0.4 0.28 60 0.56 1.02 0.20 2.09 0.10 0.48 0.55 1.4 0.98 90 0.34 4.73 0.07 0.66
0.07 0.4 0.28 60 0.56 1.02 0.20 2.09 0.10 0.48 0.71 1.5 1.05 90 0.39 5.07 0.08 0.79
0.16 0.5 0.35 60 0.7 1.275 0.32 2.61 0.12 0.86 1.68 2 1.4 90 0.69 6.76 0.10 1.70
Lempena 0.14 0.6 0.42 60 0.84 1.53 0.45 3.13 0.14 1.40 Lempena 3.58 2.7 1.89 90 1.26 9.13 0.14 3.78
ng-East 0.17 0.6 0.42 60 0.84 1.53 0.45 3.13 0.14 1.40 ng-East 4.59 2.92 2.044 90 1.48 9.87 0.15 4.66
(P3000Bk 0.14 0.6 0.42 60 0.84 1.53 0.45 3.13 0.14 1.40 (P3000Bk 4.41 2.9 2.03 90 1.46 9.80 0.15 4.57
2 2
22,P3000 0.16 0.6 0.42 60 0.84 1.53 0.45 3.13 0.14 1.40 22,P3000 4.88 3 2.1 90 1.56 10.14 0.15 5.00
Bk21,P60 0.11 0.6 0.42 60 0.84 1.53 0.45 3.13 0.14 1.40 Bk21,P60 3.75 2.7 1.89 90 1.26 9.13 0.14 3.78
00Bk21) 0.07 0.5 0.35 60 0.7 1.275 0.32 2.61 0.12 0.86 00Bk21) 2.63 2.4 1.68 90 1.00 8.11 0.12 2.76
0.07 0.5 0.35 60 0.7 1.275 0.32 2.61 0.12 0.86 2.51 2.4 1.68 90 1.00 8.11 0.12 2.76
0.07 0.5 0.35 60 0.7 1.275 0.32 2.61 0.12 0.86 2.16 2.2 1.54 90 0.84 7.44 0.11 2.19
0.03 0.3 0.21 60 0.42 0.765 0.11 1.57 0.07 0.22 0.36 1.3 0.91 90 0.29 4.39 0.07 0.54
Lempena 0.11 0.5 0.35 60 0.7 1.275 0.32 2.61 0.12 0.86 Lempena 1.72 2.1 1.47 90 0.76 7.10 0.11 1.93
ng- 0.13 0.6 0.42 60 0.84 1.53 0.45 3.13 0.14 1.40 ng- 3.85 2.75 1.925 90 1.31 9.29 0.14 3.97
Central 0.14 0.6 0.42 60 0.84 1.53 0.45 3.13 0.14 1.40 Central 4.15 2.8 1.96 90 1.36 9.46 0.14 4.16
(P3000Bk 0.20 0.7 0.49 60 0.98 1.785 0.62 3.66 0.17 2.11 (P3000Bk 5.41 3.1 2.17 90 1.66 10.48 0.16 5.46
14,P3000 0.25 0.7 0.49 60 0.98 1.785 0.62 3.66 0.17 2.11 14,P3000 7.00 3.45 2.415 90 2.06 11.66 0.18 7.26
3 Bk18,P30 0.19 0.7 0.49 60 0.98 1.785 0.62 3.66 0.17 2.11 3 Bk18,P30 7.68 3.55 2.485 90 2.18 12.00 0.18 7.84
00Bk20,P 0.23 0.8 0.56 60 1.12 2.04 0.81 4.18 0.19 3.02 00Bk20,P 9.04 3.8 2.66 90 2.50 12.84 0.19 9.40
6000Bk14 0.32 0.8 0.56 60 1.12 2.04 0.81 4.18 0.19 3.02 6000Bk14 9.17 3.8 2.66 90 2.50 12.84 0.19 9.40
,P6000Bk 0.30 0.8 0.56 60 1.12 2.04 0.81 4.18 0.19 3.02 ,P6000Bk 10.41 4 2.8 90 2.77 13.52 0.21 10.78
20,P8000 0.25 0.7 0.49 60 0.98 1.785 0.62 3.66 0.17 2.11 20,P8000 7.04 3.45 2.415 90 2.06 11.66 0.18 7.26
Bk15) 0.23 0.7 0.49 60 0.98 1.785 0.62 3.66 0.17 2.11 Bk15) 5.66 3.2 2.24 90 1.77 10.82 0.16 5.94
0.22 0.7 0.49 60 0.98 1.785 0.62 3.66 0.17 2.11 5.05 3.1 2.17 90 1.66 10.48 0.16 5.46
Settling pond
Total Waktu Volume Volume
Dimensi Kolam
Pengend
Pengendapan Luas
No Blok Tambang Tahun Debit apan Air tampung
(Ha)
Air p l d n
(m3/jam) (Jam) (m3) (m) (m) (m) (m) (m3)
2019 5,235.04 8 41,880 145 90 3 3 3.92 117,450
1 Biangan 2020 5,961.58 8 47,693 170 100 3 3 5.10 153,000
2021 2,343.28 8 18,746 140 80 3 3 3.36 100,800
2019 2,837.05 8 22,696 125 80 3 3 3.00 90,000
2020 6,628.14 8 53,025 195 120 3 3 7.02 210,600
2021 13,407.20 8 107,258 215 130 3 3 8.39 251,550
2022 17,144.02 8 137,152 245 150 3 3 11.03 330,750
Lempenang-East
2023 16,365.51 8 130,924 225 140 3 3 9.45 283,500
2 (P3000Bk22,P3000Bk2
2024 18,142.76 8 145,142 245 150 3 3 11.03 330,750
1,P6000Bk21)
2025 13,913.02 8 111,304 215 130 3 3 8.39 251,550
2026 9,723.18 8 77,785 175 110 3 3 5.78 173,250
2027 9,296.46 8 74,372 170 100 3 3 5.10 153,000
2028 8,042.22 8 64,338 160 100 3 3 4.80 144,000
2020 1,393.92 8 11,151 80 50 3 3 1.20 36,000
2021 6,607.89 8 52,863 175 110 3 3 5.78 173,250
2022 14,361.24 8 114,890 220 130 3 3 8.58 257,400
2023 15,423.93 8 123,391 225 140 3 3 9.45 283,500
Lempenang-Central 2024 20,187.68 8 161,501 260 160 3 3 12.48 374,400
(P3000Bk14,P3000Bk1 2025 26,127.94 8 209,024 295 180 3 3 15.93 477,900
3 8,P3000Bk20,P6000Bk 2026 28,334.46 8 226,676 290 170 3 3 14.79 443,700
14,P6000Bk20,P8000B 2027 33,364.56 8 266,916 310 190 3 3 17.67 530,100
k15) 2028 34,162.26 8 273,298 335 200 3 3 20.10 603,000
2029 38,567.51 8 308,540 345 210 3 3 21.74 652,050
2030 26,231.75 8 209,854 295 180 3 3 15.93 477,900
2031 21,209.90 8 169,679 275 170 3 3 14.03 420,750
2032 18,966.67 8 151,733 260 160 3 3 12.48 374,400
Peta penyaliran air tambang
Air tanah/air bersih

TDS AS1 AS2 AS3 AS4 pH AS1 AS2 AS3 AS4


Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
18 40 Rona awal 2002 5,1 5,2
Rona awal 2002
Januari 2014 7,4 6,9 6,5
Januari 2014 79 71 36
Desember 2017 7 6 6 8
Desember 2017 73 190 18 202
Maret 2018 7 6 7 7
Maret 2018 53 27 30 183 Mei 2018 7 6 7 6,6
Mei 2018 60 21 28 194 September 2018 7 6,98 6,2 8
September 2018 79 65 25 198 Januari 2019 8 7 6.5 8
Baku Mutu 1.000 1.000 1.000 1.000 Baku Mutu 6,5 – 8,5 6,5 – 8,5 6,5 – 8,5 6,5 – 8,5
cederung meningkat. Kadar TDS pada air sumur yang dipantau, masih cenderung meningkat. Kadar pH pada air sumur yang dipantau pada
memenuhi bakumutu berdasarkan PERMENKES RI Nomor 32 Tahun 2017 bulan Januari 2019, masih memenuhi bakumutu (kecuali AS1 dan AS2)
Lampiran I. Bab II.A berdasarkan PERMENKES RI Nomor 32 Tahun 2017 Lampiran I. Bab II.A.
Rona awal pH di AS1 adalah 5,1; di AS2 adalah 5,2; dan di AS3 adalah 6,5
Kekeruhan AS1 AS2 AS3 AS4 Warna AS1 AS2 AS3 AS4
Satuan NTU NTU NTU NTU Satuan Pt-Co Pt-Co Pt-Co Pt-Co
Rona awal 2002 5 3 Rona awal 2002 26 11
Januari 2014 22 24 6 Januari 2014 11 4 <1
Desember 2017 2 <1 8 15 Desember 2017 3 <1 7 7
Maret 2018 4 2 10 1 Maret 2018 <1 <1 <1 <1
Mei 2018 2 8 10 15 Mei 2018 1 2 2 4
September 2018 4 8 3 12 September 2018 5 <1 <1 1
Baku Mutu 25 25 25 25 Baku Mutu 50 50 50 50
cederung meningkat. Kadar kekeruhan pada air sumur yang dipantau, masih cederung menurun. Kadar warna pada air sumur yang dipantau, masih
memenuhi bakumutu berdasarkan PERMENKES RI Nomor 32 Tahun 2017 memenuhi bakumutu berdasarkan PERMENKES RI Nomor 32 Tahun 2017
Lampiran I. Bab II.A Lampiran I. Bab II.A
AS1 : Air tanah Desa Benangin
AS2 : Air tanah Camp Tenaik
AS3 : Air tanah Desa Besiq
AS4 : Air tanah Camp Balaban
Air tanah/air bersih

cenderung menurun, kecuali pada AS2 dan AS4 yang cenderung meningkat. Kesadahan cenderung menurun, kecuali pada AS2 yang cenderung meningkat. Feair sumur pada
total air sumur pada bulan September 2018 masih memenuhi baku mutu lingkungan bulan September 2018 masih memenuhi baku mutu lingkungan

cenderung menurun, kecuali pada AS3 yang cenderung meningkat. Kesadahan total air cenderung meningkat. Total koliform air sumur pada September 2018 sudah ada
sumur pada bulan September 2018 masih memenuhi baku mutu lingkungan yang melebihi baku mutu lingkungan(di AS-4) berdasarkan PERMENKES RI Nomor
32 Tahun 2017 Lampiran I. Bab II.A

AS1 : Air tanah Desa Benangin


AS2 : Air tanah Camp Tenaik
AS3 : Air tanah Desa Besiq
AS4 : Air tanah Camp Balaban
Air permukaan/sungai

TSS
Lokasi TP-1 TP-2 TP-3 TP-4 TP-4A TP-5 TP-6 TP-7 TP-8 TP-8A S.Bena-
ngin
TP-1 : Sungai Lahai;
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
TP-2 : Sungai Teweh;
Rona Awal 108 207 13 33 - 11 336 7 69 - -
TP-5 : Sungai Pikuk;
Rona Awal Sep 2011 335 14 38 23 - 16 4 9 63 - - TP-6 : Sungai Inou;
Rona Awal Des 2011 29 103 180 166 - 58 3 8 47 - - TP-7 : Sungai Lampanang,
Mar 2012 302 164 46 111 58 18 15 81 112 104 - Sungai Benangin (Kalimantan Tengah)
Jun 2012 68 64 34 20 11 11 4 11 27 17 - TP-3 : Sungai Tenaik;
Sep 12 68 82 14 15 13 24 4 16 13 20 - TP-4 : Sungai Biangan;
Dec 12 32 101 691 7 52 34 19 21 70 230 - TP-4A : Sungai Biangan Hulu;
Feb 13 41 69 8 25 10 12 286 18 12 22 22 TP-8 : Sungai Pirak Hilir;
Jun 13 52 119 36 227 45 20 14 18 92 145 28
TP-8A : Sungai Pirak Hulu,
Sept 13 81 51 51 38 30 19 20 36 96 33 27
Jan 2014 33 102 113 123 116 5 82 46 282 132 32
TP-22 : Sungai Mahakam Hulu;
Des 2017 81 105 45 455 58 34 38 131 497 681 38 TP-23 : Sungai Mahakam Hilir
Mart 2018 93 63 73 62 274 11 7 14 201 41 150 (Kalimantan Timur)
Mei 2018 114 112 87 175 20 18 18 117 698 262 163
Sept 2018 48 18 127 223 42 46 57 53 272 106 60
Des 2018 48 98 81 373 63 10 21 28 266 182 94
Maret 2019 6 9 43 47 106 6 <2 8 29 <2 16
Mei 2019 34 93 60 18 40 15 12 16 124 167 326
Bakumutu 50

Cenderung berfluktuasi. Sebagian sudah tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I) dan Perda Provinsi Kaltim No. 02 Tahun
2011, Kelas II. Kondisi rona awal 2002 dan 2011 juga menunjukkan parameter TSS yang sebagian sudah tidak memenuhi
baku mutu. Diperkirakan hal tersebut disebabkan oleh banyaknya kikisan tanah, daun, dan ranting-ranting pohon yang
sudah mengalami pembusukan, terbawa oleh air hujan kedalam sungai. Kondisi sungai-sungai yang berada di dalam hutan
pada waktu musim hujan pada umumnya memang demikian, terutama bila telah terjadi pembukaan lahan disekitarnya
Air permukaan/sungai

Warna
S. Benangin
Lokasi TP-1 TP-2 TP-3 TP-4 TP-4A TP-5 TP-6 TP-7 TP-8 TP-8A
Satuan PtCo PtCo PtCo PtCo PtCo PtCo PtCo PtCo PtCo PtCo PtCo
TP-1 : Sungai Lahai;
Rona Awal - - - - - - - - - - -
Rona Awal Sep 2011 100 33 99 89 78 39 46 91 -
TP-2 : Sungai Teweh;
- -
Rona Awal Des 2011 43 55 187 183 - 46 31 48 46 - - TP-5 : Sungai Pikuk;
Mar 2012 53 46 83 146 117 18 28 48 149 99 - TP-6 : Sungai Inou;
Jun 2012 42 23 50 39 32 20 16 32 58 45 - TP-7 : Sungai Lampanang,
Sep 12 44 57 83 74 65 58 33 47 82 82 - Sungai Benangin (Kalimantan Tengah)
Dec 12 55 39 226 7 50 25 41 50 43 107 - TP-3 : Sungai Tenaik;
Feb 13 46 31 119 45 103 35 114 33 89 59 18
TP-4 : Sungai Biangan;
Jun 13 49 48 61 153 89 28 43 58 86 104 34
Sept 13 53 30 74 88 59 48 41 68 46 44 38
TP-4A : Sungai Biangan Hulu;
Jan 14 41 35 17 125 93 9 41 26 92 68 29 TP-8 : Sungai Pirak Hilir;
Des 2017 23 37 6 25 43 23 19 25 49 45 33 TP-8A : Sungai Pirak Hulu,
Mart 2018 22 25 7 18 15 9 13 21 45 35 15 TP-22 : Sungai Mahakam Hulu;
Mei 2018 27 29 16 18 17 20 20 35 46 48 29 TP-23 : Sungai Mahakam Hilir (Kalimantan Timur)
Sept 2018 4 34 39 28 13 52 42 63 48 49 40
Des 2018 47 7 30 24 39 27 23 18 41 68 7
Maret 2019 22 19 112 18 119 71 26 27 76 31 19
Mei 2019 34 86 16 38 24 48 28 44 79 48 86
Bakumutu - - 100 100 100 - - - 100 100 -

Parameter warna sudah ada yang tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Perda Provinsi
Kaltim No. 02 Tahun 2011 Kelas II, yaitu di sungai Tenaik, Kepan/Biangan, dan Pirak. Saat
rona awal 2011 parameter warna di sungai Tenaik dan Kepan/Biangan juga sudah tidak
memenuhi baku mutu. Kecenderungannya kadar warna dalam periode 2 tahun terakhir
dapat menurun
Air permukaan/sungai

Besi (Fe)
Lokasi TP-1 TP-2 TP-3 TP-4 TP-4A TP-5 TP-6 TP-7 TP-8 TP-8A S. Ben
TP-1 : Sungai Lahai;
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
0,36 0,33 0,52 0,71 0.38 0,27 0,82 0,68 0,77 - -
TP-2 : Sungai Teweh;
Rona Awal
Rona Awal Sep 2011 1.69 0.46 3.11 1.98 - 2.17 1.41 1.53 2 - - TP-5 : Sungai Pikuk;
Rona Awal Des 2011 0.73 0.46 1.08 0.72 - 0.46 1.09 1.7 1.81 - - TP-6 : Sungai Inou;
Mar 2012 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 - TP-7 : Sungai Lampanang,
Jun 2012 0.51 0.27 1.78 1.34 1.12 0.94 1 1.36 1.42 1.3 - Sungai Benangin (Kalimantan Tengah)
Sep 12 0,54 0,44 1,80 1,14 0,85 1,39 0,92 0,81 1,01 1,11 - TP-3 : Sungai Tenaik;
Dec 12 1,66 1,62 1,22 0,23 0,91 0,47 0,84 1,03 1,29 0,83 - TP-4 : Sungai Biangan;
Feb 13 0,532 0,437 0,831 0,791 0,828 0,971 0,971 1,11 0,653 0,626 0,395 TP-4A : Sungai Biangan Hulu;
Jun 13 1,11 0,983 1,58 0,785 1,19 1,19 2,05 1,84 1,09 1,18 0,671
TP-8 : Sungai Pirak Hilir;
Sept 13 0,566 0,501 2,64 1,96 1,70 1,85 1,52 1,83 1,73 1,69 0,615
TP-8A : Sungai Pirak Hulu,
Jan 14 0,493 0,307 1,04 1,11 1,20 0,64 1,28 1,21 1,43 0,987 0,375
Des 2017 2 3 0,26 0,9 0,1 1 2 1 1 0,2 3
TP-22 : Sungai Mahakam Hulu;
Mart 2018 0,6 0,2 0,1 0,7 0,8 0,2 0,6 0,9 1,2 0,97 0,3 TP-23 : Sungai Mahakam Hilir
Mei 2018 0,9 0,4 1 0,5 0,4 0,5 1 0,7 0,68 1 0,3 (Kalimantan Timur)
Sept 2018 1 0.4 1 0.7 0.2 2 1 2 0.6 1 0.6
Des 2018 0.8 1 2 1.9 0.9 0.4 1 0.9 1.9 2 1
Maret 2019 2 0,3 3 0,8 2 2 2 2 2 0,6 1
Mei 2019 1 2 0,2 2 0,9 1 1 2 3,4 2,7 4
Bakumutu 5 5 - - - 5 5 5 - - 5

Parameter Fe di sungai-sungai di Prov. Kal-Teng, baik pada rona awal 2002, rona awal
2011, dan hasil pemantauan, masih memenuhi baku mutu berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah No. 3 tahun 1995, Kualitas Air Golongan B.
Parameter Fe di sungai-sungai di Prov. Kal-Tim umunya terpantau cukup baik. Kadar Fe
air limbah PT BEK s/d Mei 2019 masih memenuhi bakumutu
Air permukaan/sungai

Beberapa parameter kualitas air sungai seperti TSS, pH, DO, BOD,
dan COD sudah ada yang tidak memenuhi bakumutu.
Diperkirakan hal tersebut disebabkan oleh banyaknya kikisan
tanah, daun, dan ranting-ranting pohon yang sudah mengalami
pembusukan, terbawa oleh air hujan kedalam sungai. Kondisi
sungai-sungai yang berada di dalam hutan pada waktu musim
hujan pada umumnya memang demikian, terutama bila telah
terjadi pembukaan lahan disekitarnya
Contoh : Evaluasi unsur Fe di air sungai pada Addendum AMDAL
Tambang Batubara BEK Kaltim

Besi (Fe)
Lokasi TP-1 TP-2 TP-3 TP-4 TP-4A TP-5 TP-6 TP-7 TP-8 TP-8A S. Ben TP-1 : Sungai Lahai;
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l TP-2 : Sungai Teweh;
0,36 0,33 0,52 0,71 0.38 0,27 0,82 0,68 0,77 - -
Rona Awal TP-5 : Sungai Pikuk;
Rona Awal Sep 2011 1.69 0.46 3.11 1.98 - 2.17 1.41 1.53 2 - - TP-6 : Sungai Inou;
Rona Awal Des 2011 0.73 0.46 1.08 0.72 - 0.46 1.09 1.7 1.81 - - TP-7 : Sungai Lampanang,
Mar 2012 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 - Sungai Benangin (Kalimantan Tengah)
Jun 2012 0.51 0.27 1.78 1.34 1.12 0.94 1 1.36 1.42 1.3 - TP-3 : Sungai Tenaik;
Sep 12 0,54 0,44 1,80 1,14 0,85 1,39 0,92 0,81 1,01 1,11 - TP-4 : Sungai Biangan;
Dec 12 1,66 1,62 1,22 0,23 0,91 0,47 0,84 1,03 1,29 0,83 - TP-4A : Sungai Biangan Hulu;
0,532 0,437 0,831 0,791 0,828 0,971 0,971 1,11 0,653 0,626 0,395 TP-8 : Sungai Pirak Hilir;
Feb 13
1,11 0,983 1,58 0,785 1,19 1,19 2,05 1,84 1,09 1,18 0,671 TP-8A : Sungai Pirak Hulu,
Jun 13
0,566 0,501 2,64 1,96 1,70 1,85 1,52 1,83 1,73 1,69 0,615 TP-22 : Sungai Mahakam Hulu;
Sept 13
0,493 0,307 1,04 1,11 1,20 0,64 1,28 1,21 1,43 0,987 0,375
TP-23 : Sungai Mahakam Hilir
Jan 14
2 3 0,26 0,9 0,1 1 2 1 1 0,2 3
(Kalimantan Timur)
Des 2017
Mart 2018 0,6 0,2 0,1 0,7 0,8 0,2 0,6 0,9 1,2 0,97 0,3
Mei 2018 0,9 0,4 1 0,5 0,4 0,5 1 0,7 0,68 1 0,3
Sept 2018 1 0.4 1 0.7 0.2 2 1 2 0.6 1 0.6
Des 2018 0.8 1 2 1.9 0.9 0.4 1 0.9 1.9 2 1
Maret 2019 2 0,3 3 0,8 2 2 2 2 2 0,6 1
Mei 2019 1 2 0,2 2 0,9 1 1 2 3,4 2,7 4

Bakumutu 5 5 - - - 5 5 5 - - 5

Parameter Fe di sungai-sungai di Prov. Kal-Teng, baik pada rona awal 2002, rona awal 2011, dan hasil pemantauan, masih memenuhi baku mutu
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah No. 3 tahun 1995, Kualitas Air Golongan B. Parameter Fe di sungai-sungai di Prov. Kal-Tim
umunya terpantau cukup baik. Kadar Fe air limbah PT BEK s/d Mei 2019 masih memenuhi bakumutu

Anda mungkin juga menyukai