Anda di halaman 1dari 16

Nama : Nindi Hanna Rismaya Rajagukguk

NIM : 2021.003.1603

Mata Kuliah : Praktik Lapangan I

Dosen Pengampu : Bvr. Tiarma, M.Th

PERANAN PANTI ASUHAN SION SIBOLGA DALAM MEMBINA KARAKTER


ANAK ASUH

I. Pendahuluan

Anak merupakan bagian yang terpenting dalam kelangsungan hidup manusia, karena
anak sebagai generasi penerus dalam suatu keluarga. Sejak lahir anak diperkenalkan dengan
pranata, aturan, norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan
oleh orang tua dalam keluarga. Anak-anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya,
akan menjadi penerus perjuangan bangsa nantinya, tetapi masih banyak sekali anak-anak
yang kehilangan perhatian dan kasih sayang dari keluarga yang mengalami berbagai masalah
sehingga keluarga gagal memenuhi fungsi dan perannya secara memadai. Selain itu, tidak
semua anak mampu memiliki dan merasakan pendidikan yang layak. Fenomena ini
menunjukkan bahwa tidak semua anak bernasib baik dan dapat tumbuh berkembang dalam
lingkungan keluarga yang harmonis dan ideal. Karena banyaknya permasalahan anak-anak
seperti ini, terbentuklah Panti Asuhan. Panti asuhan yang merupakan lembaga kesejahteraan
sosial yang bertanggungjawab memberikan pelayanan pengganti, mengasuh, memelihara dan
mendidik anak agar terpenuhi kebutuhan fisik, mental, pendidikan, dan juga pembentukan
karakter mereka. Begitu juga halnya dengan Panti Asuhan Sion Sibolga, yang terus berupaya
untuk membentuk pribadi karakter anak yang baik, baik dalam perilaku sosial dan juga
religious. Oleh karena itu, penulis akan membahas bagaimana peranan pati asuhan sion
Sibolga dalam membentuk karakter anak asuh.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Peranan

Peran menurut terminology adalah seperangkat tingkah yang diharapkan


dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat. Dalam bahasa inggris peran
disebut “role” yang definisinya adalah “person’s task or duty in undertaking”.

1
Artinya “tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan”.
Peran diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan merupakan tindakan
yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa.1

Secara sosiologis peranan adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau
perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu
posisi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuaian dengan kedudukannya.
Jika seseorang menjalankan peran tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan
berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai dengan keinginan diri lingkugannya.
Peran secara umum adalah kehadiran di dalam menentukan suatu proses
keberlangsungan.2 Peran dimaknai sebagai tugas atau pemberian tugas kepada
seseorang atau sekumpulan orang.

II.2. Pengertian Panti Asuhan

Panti Asuhan merupakan suatu Lembaga sosial yang mengasuh serta


mendidik anak-anak dari keluarha yang memiliki latar belakang tidak mampu,
seperti anak-anak yatim serta fakir miskin dan anak-anak terlantar. Panti asuhan
didirikan untuk membina dan mendidik serta memelihara anak-anak agar
mendapat kehidupan yang lebih layak baik dari segi ekonomi, sosial, religious,
dan pendidikan demi masa depan mereka. Panti Asuhan merupakan suatu lembaga
usaha kesejahteraan sosial yang merupakan bentuk kekayaan dari Yayasan, yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
pada anak terlantar dengan memberikan pelayanan pengganti orangtua/wali anak
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga
memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan
kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi
penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam
bidang pembangunan nasional.

1
Syamsir, Torang, “Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan Organisasi)”,
(Bandung: Alfabeta, 2014), 86.
2
Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta : Rajawali Press, 2002), 242.

2
Melalui panti asuhan, anak mendapatkan pendidikan yang sangat
dibutuhkan untuk masa depannnya baik dari segi jasmani dan rohani seperti ilmu
pegetahuan, kreativitas dan karakter mereka. Panti asuhan dapat membentuk
karakter anakmenjadi anak yang mandiri dan membentuk perilaku yang berbudi
pekerti. Panti asuhan memiliki peran yang sangat besar didalam mendidik anak
agar memperoleh konsep diri yang sempurna sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
ajaran agama sehingga menjadi anak yang mandiri dan memiliki masa depan yang
cerah. Hal ini mencerminkan bahwa panti asuhan juga berperan penting dalam
membentuk karakter anak.

Tujuan Panti Asuhan adalah menjadikan anak mampu melaksanakan


perintah agama, mengantarkan anak mulia dan mencapai kemandirian dalam
hidup dibidang ilmu dan ekonomi, menjadikan anak mampu menghadapi masalah
secara arif dan bijaksana dan memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak-
anak yatim dan miskin dengan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial agar
nantinya mereka mampu hidup layak dan hidup mandiri di tengah-tengah
masyarakat. Pelayanan dan pemenuhan kebutuhan anak di panti asuhan
dimaksudkan agar anak dapat belajar dan berusaha mandiri serta tidak hanya
menggantungkan diri tehadap orang lain setelah keluar dari panti asuhan.

II.3. Pengertian Karakter

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark"
(menandai) dan memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku
tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek,
sementara seorang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang
yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitanya dengan personality
(kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person
of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.3

Dalam KKBI karakter diartikan sebagai perangai, tabiat, dan sifat yang
membedakan satu orang dengan orang lain.4 Dapat dikatakan sebagai karakter jika
nilai-nilai yang baik terpatri dalam Hati dan diimplementasikan dalam kehidupan

3
Zubaedi, "Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, Cet.2), 12
4
J.S. Badudu dan Sutan Mohammad, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996), 617.

3
sehari-hari. Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda. Mereka
memiliki pola piker dan perilaku yang khas dalam berinteraksi dan bekerja sama,
baik dalam keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Perlu
diketahui bahwa karakter dapat dibangun secara bertahap dari hari ke hari, dan
tidak dapat di wariskan.5 Dengan adanya pembentukan karakter bagi anak-anak
asuh dapat mengembangkan kemampuan anak dalam memberikan keputusan
baik-buruk, memlihara yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan
sehari-hari dengan sepenuh hati. Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter seseorang berbeda-beda saat dibentuk. Begitu banyak nilai-nilai


karakter setiap manusia di dunia ini. Ada enam pilar penting karakter manusia
yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai watak/perilakunya, yaitu:
respect (penghormatan), responsibility (tanggung jawab), citizenship-civic duty
(kesadaran berwarganegara), fairness (keadilan), caring (kepedulian dan kemauan
berbagi) dan trustworthiness (kepercayaan).

II.4. Peran Panti Asuhan Sion Dalam Membina Karakter Anak


Panti Asuhan Sion Sibolga juga berupaya dalam pembentukan karakter
anak yang baik. Panti asuhan ini berdiri sebagai wujud usaha untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan sosial anak yatim, piatu, yatim piatu, anak-anak yang
terlantar, dan anak dari keluarga miskin bagi masyarakat.

Banyak upaya-upaya yang dilakukan di panti ini dalam membentuk


karakter religius anak asuh yang baik. Dalam membentuk karakter religius anak,
panti ini melakukan strategi yang efektif dalam membentuk karakter anak asuh.
Yaitu yang pertama, dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak
dengan tempat tinggal pengasuh berada di area panti asuhan. Kedua, sebagai
panutan bagi anak, teguran yang dilakukan oleh pengasuh, apabila mengetahui
sikap atau tingkah laku anak yang kurang baik, secara spontan, berkelanjutan,
diberikan pengertian dan diarahkan bagaimana bersikap yang baik serta kegiatan
rutinitas yang dilakukan anak. Misalnya hormat dan santun, makan dan minum
5
Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep dan Model Pendidikan Karakter”, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
t.t.), 41.

4
dengan duduk, mengucapkan salam dan salim ketika masuk ruangan atau bertemu
dengan tamu yang datang ke panti asuhan.

Dalam pembentukan karakter religius nya, panti ini berperan aktif dalam
melakukan peribadahan yang rutin bagi anak-anak. Dengan melakukan
peribadahan 4 kali dalam satu hari, yaitu yang pertama, pada pagi hari saat bangun
tidur. Anak-anak asuh diajarkan untuk tetap melakukan penyembahan di pagi hari,
biasanya hanya membaca firman Tuhan, lalu berlutut melakukan penyembahan,
dan terakhir berdoa. Kedua, pada siang hari pukul 12.00, anak-anak diajarkan juga
untuk berdoa disiang hari disela-sela kegiatan, mereka berhenti untuk melakukan
doa bersama. Ketiga, pada sore hari pukul 15.00 WIB, anak-anak juga melakuian
doa bersama sebelum melakukan kegiatan di sore hari. Dan terakhir, doa malam
yaitu pada pukul 19.00, biasanya dilakukan setelah makan malam. Panti ini
menerapkan doa bersama dengan rutin, demi terbentuknya karakter anak yang
baik, terlebih dalam religi mereka. Selain doa bersama yang dilakukan secara
rutin, panti ini juga menerapkan peribadahan untuk anak-anak sekolah minggu
dan ibadah pemuda/I untuk anak-anak yang sudah berusia 13 tahun keatas.
Peribadahan dilakukan setiap hari Jum’at. Anak-anak juga diajarkan untuk
mempelajari banyak lagu-lagu Rohani dan selalu membaca firman Tuhan setiap
kali melakukan doa bersama.

Dalam membina anak asuh, panti ini juga berperan aktif untuk selalu
menekankan jiwa kemandirian kepada anak, misalnya anak-anak diberikan
tabungan untuk menabung, menabung uang yang mereka dapatkan dari tamu-tamu
yang berkunjung. Selain itu anak-anak juga diberikan tugas masing-masing di
kamar mereka. Jadwal cuci piring dan beres-beres juga sudah dibuat dan anak-
anak selalu amanah dan mandiri. Anak-anak sudah diberikan tugas masing-masing
yang rutin dilakukan setiap pagi sebelum berangkat sekolah dan juga sore hari.
Dalam mengantisipasi rasa kemalasan anak-anak, panti ini selalu menempatkan
tugas-tugas anak dalam kelompok-kelompok teman sebaya mereka, membantu
anak untuk saling bekerja sama dan bertoleransi. Panti Asuhan menekankan
kepada anak-anak asuh mereka untuk memiliki sikap mandiri, jujur, amanah,
rendah hati serta bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban masing-
masing.

5
Agar anak selalu termotivasi untuk memiliki karakter yang baik pengasuh
beserta kakak yang lebih tua selalu mencontohkan dan memulai hal-hal baik
terlebih dahulu Selain itu, pengasuh sering memberikan latihan-latihan kepada
anak bagaimana mereka bisa menyelesaikan masalah secara mandiri. Menurut
Bapak Yosua Rambe, mulailah dari diri kita sendiri maka anak akan melakukan
apa yang kita kerjakan. Menjadikan diri sendiri sebagi role model untuk anak-anak
agara anak-anak dapat menirunya. Beliau juga selalu berpesan kepada anak panti
yang lebih tua di tempat ini agar mereka mampu jadi teladan bagi adik-adiknya
dan selalu memotivasi untuk berbuat yang baik. Dan selalu menekankan agar
ketika memiliki masalah, anak mampu menyelasaikannya secara mandiri.

II.5. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Membina Karakter


Anak

Pertama kali masuk di Panti Asuhan Sion anak-anak asuh masih membawa
sikap asli mereka di lingkungan rumah, karena setiap keluarga pasti berbeda cara
mendidiknya. Di panti asuhan Sion ini mereka di ajarkan dan di bimbing ke arah
yang lebih baik sesuai dengan ajaran agama, karena pada dasarnya manusia
memiliki sikap yang baik tetapi tergantung dari lingkungan mereka berada apakah
berada di lingkungan yang menunjukkan karakter yang baik apa tidak. Sehingga
setelah mereka mengikuti berbagai kegiatan yang di berikan oleh panti asuhan
mereka sadar bagaimana pentingnya melakukan sesuatu yang positif, pembawaan
mereka juga lebih tenang bahkan mereka selalu sopan dengan semua orang yang
lebih tua, lebih menyayangi yang muda.

Dalam memberikan pengasuhan di Panti Asuhan Sion Sibolga tentunya


terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan karakter anak.

II.5.1. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam membentuk karakter anak asuh yang ada


di lingkungan panti asuhan, dikarena bahwa anak-anak mereka berasal dari
berbagai keluarga, berbagai sifat dan sikap seseorang dan semua itu tidak
mungkin sama persis antara anak satu dengan yang lainnya. Pengasuh
mengungkapkan sering kualahan jika mereka melakukan hal semaunya
sendiri, tidak mau diatur. Karena membangun karakter setiap anak asuh
juga tidak mudah, butuh proses dalam memberikan asuhan untuk menjadi

6
anak yang lebih baik. Asal mula anak yang menjadi faktor penghambat ,
karena tidak semua asal anak asuh merupakan lingkungan yang mendidik
karakter mereka, tetapi sebenarnya semua orang memiliki karakter yang
baik, melainkan lingkungan yang dapat merubahnya. Sehingga di
lingkungan panti asuhan ini berusaha untuk memberikan proses
pengasuhan menuju anak berkarakter yang baik. Pembentukan karakter
anak-anak panti asuhan bukanlah perkara yang mudah bagi orang tua asuh.
Setiap anak datang dengan latarbelakang yang berbeda-beda sehingga
orang tua asuh perlu mendidik dan membimbing anak-anak dengan nilai-
nilai Kristiani sehingga anak dapat tumbuh dan memiliki karakter yang
baik.

II.5.2. Faktor Pendukung

Panti Asuhan Sion merupakan panti asuhan yang membimbing dan


mendidik anak asuh yang kurang beruntung yaitu anak yatim, piatu, yatim
dan piatu, anak-anak yang terlantar, dan fakir miskin. Ada faktor
pendukung dalam pembinaan karakter yang di berikan dan di ajarkan
untuk anak asuh. Anak asuh merasa nyaman dan sangat betah tinggal di
lingkungan panti asuhan, mereka merasa bahagia karena banyak teman-
teman di tempat ini, dan juga dengan mengikuti kegiatan yang ada di panti
asuhan Sion anak asuh mendapatkan ilmu pendidikan agama secara
mendalam dan pendidikan karakter yang kompleks. Dalam memberikan
pendidikan karakter pengasuh sangat memperhatikan apa yang di butuhkan
anak asuh. Penulis mengamati tentang nilai kekeluargaan yang terkandung
didalam panti asuhan yang sangat erat, karena pengasuh memberikan
teladan seperti anak sendiri, dan menegurnya jika melakukan kesalahan.

III. Analisa Teologis

Istilah misi (Mission) berasal dari bahasa Latin mission yang diangkat dari kata
dasar mittere yang artinya to send, mengirim, mengutus, act of sending. Padanan dari kata
Yunani ialah apostello.6 Kata mission adalah bentuk substantive dari kata kerja mittere
(mitto, missi, missum) yang mempunyai beberapa pengertian dasar: membuang,
menembak, mengirim, mengutus, membiarkan, melepaskan pergi, mengambil–

6
Arie De Kuiper, “Missiologia: Ilmu Pekabaran Injil”, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 9.

7
menyadap.7 Mission juga dapat berarti pengutusan Tuhan, dimana Mission beranjak dari
hati Allah kedalam dunia ciptaanNya. Mission adalah rencana pengutusan Allah (Missio
Dei) yang kekal untuk membawa syalom kepada manusia dan segenap ciptaanNya demi
kejayaan Kerajaan Allah. Defenisi ini mengemukakan bahwa misi adalah rencana Allah
Yang Esa, yang merupakan isi hati-Nya sejak kekal yang bertujuan untuk membawa
damai bagi manusia dan segenap ciptaanNya.8

Misi dalam hal ini bukanlah hanya di tujukan kepada gereja saja. Misi juga
berperan aktif bagi anak-anak yang terlantar dan membutuhkan kepedulian dari
lingkungan sekitarnya. Misi Allah juga berperan pada anak-anak membutuhkan
pertumbuhan yang baik, baik itu dalam karakter agama, dan sikap perilakunya yang
didapat melalui pelayanan panti asuhan yang dapat menjamin keberlangsungan hidup
bagi anak-anak yang terlantar. Pembinaan karakternya juga sangat dibutuhkan, seperti
dalam pandangan Alkitab sudah ditulis sejak dari awal ciptaannya dalam kitab Kejadian,
"Anak-anak yang Tuhan berikan kepadaku" (Kejadian:1). Konsep ini merupakan
pernyataan Allah yang tegas sejak awal (Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru).
Dimana anak-anak merupakan pemberian atau anugerah Tuhan. Puncaknya dalam
Perjanjian Lama Maz 127:3, Ayat itu menyatakan bahwa anak-anak adalah pusaka dari
Tuhan, dan anak dalam kandungan adalah pemberian atau warisan, maka terimalah
mereka dengan sukacita berdasarkan pengertian yang benar.

Alkitab dalam kitab 1 Korintus 10:33 menyatakan “pergaulan yang buruk merusak
kebiasaan yang baik. Karakter ditentukan oleh apa yang diterima jiwanya dalam
pergaulan sehari-hari. Karakter mulai terbentuk, ditempa sejak kecil, dipengaruhi oleh
orangtua melalui bimbingan, nasehat, pembelajaran dalam keluarga, permainan, tetangga,
sekolah, lingkungan alam, gereja, kelompok bermain, televisi, budaya, segala kekuatan
sosial yang berhubungan dengan anak. Anak-anak dapat memiliki karakter kristen
melalui latihan dari pembiasaan baik oleh panti asuhan. Karakter menurut Alkitab adalah
menjalani hidup di hadapan Tuhan dengan penuh hormat dan berusaha menyenangkan
Tuhan. Membangun karakter ialah “mengukir nilai/prinsip kebenaran Allah dengan
praktek hidup benar berdasarkan Alkitab. Artinya melakukan yang benar karena hal
tersebut benar.” Praktek hidup benar dapat dilakukan jika memahami terlebih dahulu
Alkitab dan hal tersebut merupakan tugas dan tanggungjawab warga gereja secara khusus

7
Edmund Woga, “Dasar-dasar Misiologi”, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 15.
8
David J Bosch, “Transformasi Misi Kristen”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018)

8
dan pengasuh di panti asuhan. Karakter dibentuk melalui pikiran yang benar (Roma 12:2),
disiplin rohani (1Korintus 9:24-27). Latihan rohani tersebut meliputi: membaca dan
mendalami Alkitab secara teratur, berdoa secara teratur, melayani dengan penuh
semangat, ketaatan kepada firman Tuhan. Pembaharuan budi menghantar anak-anak
untuk mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran akan
mempengaruhi perilaku. Penerapan dari konsep pembentukkan karakter kristen dapat
dilakukan dalam berbagai pembiasaan baik.

Penerapan nilai-nilai Kristiani bagi anak panti asuhan dalam upaya pembentukan
karakter kristen di Panti asuhan Sion dilakukan secara konsisten dan terus menerus
dengan berdasarkan ajaran dari Tuhan Yesus yang tertulis dalam Ulangan 6:7. Nilai-nilai
keagamaan dalam keluarga terlebih dulu memberikan teladan kepada anak-anak dalam
proses pembentukan karakter yang dilakukan. Orang tua asuh bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan spritual anak-anak di panti asuhan, melalui bekal iman yang benar
dan hidup dalam kerohanian yang optimal. Dengan cara ini diharapkan anak-anak dapat
melewati proses hidup dengan dasar rohani yang kuat dan benar sehingga saat mereka
dewasa dasar rohani ini sangat mendasari hidup mereka dalam bersikap dan bertingkah
laku di tengah masyarakat.

IV. Penutup
IV.1. Kesimpulan

Panti asuhan Sion Sibolga merupakan tempat bagi anak-anak dari berbagai
latarbelakang masalah keluarga, ada yang datang karena orangtuanya telah
meninggal, ada yang karena masalah ekonomi, orangtua tidak mau bertanggungjawab,
orangtua sakit keras, datang dengan status anak yatim dan orangtua hanya menitipkan
pada pengemudi ojek untuk diantar ke panti asuhan tanpa mengetahui alasannya.
Kondisi ini kemudian membawa dampak negatif bagi karakter anak-anak, itu
sebabnya peran orang tua asuh sangatlah penting bagi anak-anak panti asuhan Sion.
Penerapan nilai-nilai kristiani keluarga bagi anak panti asuhan dalam upaya
pembentukan karakter kristen sudah diterapkan dengan baik. Sebagai orang tua asuh
menjalankan tanggungjawabnya dalam memenuhi kebutuhan anak baik secara
emosional (memberikan kasih sayang, perhatian dan cinta kasih) maupun kebutuhan
rohani. Kebutuhan rohani dalam hal ini yaitu, orang tua asuh membimbing dan
mendidik anak-anak dengan nilai-nilai kristiani dalam Alkitab sehingga anak-anak

9
percaya kepada Kristus, beriman kepada Kristus dan memiliki sikap hidup atau
karakter seperti Kristus.

Peranan didalam panti asuhan memberikan perubahan bagi anak-anak panti


asuhan seperti mereka yang dari keluarga asal tidak pernah bersama-sama beribadah,
berdoa dan membaca Alkitab, dalam keluarga panti asuhan anak-anak setiap hari
yaitu pagi, siang, sore, dan malam hari selalu bersama-sama orang tua asuh beribadah,
berdoa dan membaca Alkitab agar anak mengenal dan percaya kepada Kristus.
Walaupun belum semua anak memiliki karakter seperti yang diharapkan yaitu masih
ada anak-anak yang suka berbohong, berkata kotor, keras kepala dan mengganggu
anak-anak yang lain namun, dari hasil observasi serta wawancara ditemukan bahwa
ada anak-anak mulai terlihat perubahan seperti bisa menolong sesama, mengasihi
anak-anak lain dalam panti asuhan dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan.

IV.2. Saran
1. Kepada Pimpinan Panti

Melalui penelitian ini diharapkan bagi pimpinan panti asuhan agar


tetap memberikan bimbingan dan arahan mengenai karakter disiplin
kepada anak-anak asuh dengan penuh kasih sayang selayaknya orang tua
kandung dari anak-anak asuh tersebut. Bimbingan dan arahan mengenai
karakter disiplin dengan penuh kasih sayang selayaknya orang tua
kandung yang diberikan oleh pengasuh panti asuhan nantinya akan
membuat anak-anak asuh di panti asuhan tersebut tidak merasa
kekurangan kasih sayang dari orang tua kandungnya dan karakter disiplin
anak-anak asuh dapat terbentuk dengan baik.

2. Kepada penulis

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai pengalaman yang sangat luar


biasa serta merupakan suatu hal yang tidak dapat terlupakan, karena dalam
prosesnya secara tidak langsung telah menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan yang sangat luas. Dengan demikian, harapan setelah
dilakukannya penelitian ini bisa dijadikan sebuah pedoman untuk lebih
memahami peran pengasuh panti asuhan dalam membentuk karakter
disiplin anak-anak asuh kedepannya.

10
V. Daftar Pustaka

Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.
CSsR, Edmund Woga. Dasar-dasar Misiologi. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

De Kuiper, Arie. Missiologia: Ilmu Pekabaran Injil. Jakarta: Gunung Mulia, 2004.
Muchlas Samani dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press, 2002.

Sutan Mohammad, J.S. Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996.

Syamsir, Torang. Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan
Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2014.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

11
Foto-foto

Sabtu Ceria bersama anak panti asuhan Sion Sibolga

Diskusi PA Bersama Pemuda/I Panti Asuhan Sion Sibolga

12
Meditasi Bersama Anak-Anak Panti Asuhan Sion Sibolga

Bercerita Menggunakan Boneka Tangan

13
Melakukan Aktivitas bersama anak sekolah minggu panti asuhan sion sibolga

Melayani tamu yang datang dari kepolisian

14
Bermain di Pantai bersama anak panti asuhan sion

Pertemuan dengan mentor dan bapak pendeta sianturi

15
Melayani tamu yang datang untuk memberikan berkat dan bantuan kepada anak-anak panti
asuhan sion sibolga

Mengajar anak sekolah minggu

16

Anda mungkin juga menyukai