Perburuhan Setelah UTS
Perburuhan Setelah UTS
Pengaturan
Diatur dalam Pasal 31 yang merupakan hak dasar pekerja yang keempat yang berbunyi :
“Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memiliki, mandapatkan
atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri .”
Dasar Hukum
Asas
a. Asas terbuka
Memberikan informasi kepada pencari kerja secara iklas yang berkaitan dengan jenis pekerjaan, jam
kerja, besarnya upah.
b. Asas bebas
Pencari kerja bebas memilih jenis pekerjaan dan pemberi kerja bebas memilih tenaga kerja.
c. Asas Objektif
Pemberi kerja agar menawarkan pekerjaan yang cocok kepada pencari kerja sesuai dengan
kemampuan dan persyaratan jabatan yang dibutuhkan dan harus memperhatikan kepentingan
umum dan tidak memihak pada kepentingan pihak tertentu.
Perekrutan tenaga kerja yang di tempatkan di luar negeri tersebut dapat dilakukan oleh
pemberi kerja atau oleh pelaksana penempatan tenaga kerja.
Pemberi kerja dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang
mencakup kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.
Pelaksana penempatan tenaga kerja dalam hal ini wajib memberikan perlindungan sejak
recruitmen sampai penempatan kerja.
Selain itu pelaksana penempatan tenaga kerja juga memberikan pelayanan penempatan kerja
tersebut. Pelayanan penempatan kerja tersebut bersifat terpadu dalam satu sistem penempatan
yang meliputi unsur-unsur :
a. pencari kerja;
b. lowongan pekerjaan;
-Tidak ada lagi ijin tenaga kerja asing, hanya rencana penggunaan tenaga kerja asing
-Tidak lagi izin tapi cuman notifikasi ttg rencana penggunaan tenaga kerja asing
-Waktu pelayanan, dulu di permenaker 35 2015 untuk memperkerjakan tenga kerja asing dan rptka 6
hari , dengan pemernaker 10 tahun 2018 dipangkas jadi 4 hari
-Permenaker 10 tahun 2018 menghapus rekomendasi kementarian dan lembaga terkait, jadi jabatan
apa aja boleh
-Bentuk pelayanannya menggunakan sistem daring atau online
-Masa berlaku rptka lebih lentur sesuai perjanjian kerja antara rptka dengna pmeberi kerja,
sebelumnya rptka hanya berlaku 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 kali sekarang engga
semabarang
-Tka yg menjabat sebagai direktur atua komisaris seklaigus pmegang saham tidak perlu mengurus
ijin/sebelumnya harus mengatongi ijin menggunakan tnega kerja asing(IMTA)
-Saat ini pemberi kerja wajib memberikan fasilitas untuk pelatihan bahasa indoensia untuk tka
-Dulu di rezim permenaker 35 2015 , tidak boleh ada rangkap jabatan, kini rangkap jabatan tidak
hanya untuk dirkesi atau komisaris, yaitu k3 s atua migas, dan ekonomi digitaal (cek permenraker
10 tahun 2018)
Dasar Hukum
1. PP 10 2020
2. Permenkaer 9 2019
3. Perperes 20 2019
Perselisihan Perburuhan
Definisi
Pengaturan
a. Bahwa dalam era industrialisasi, masalah perselisihan hubungan industrial menjadi semakin
meningkat dan kompleks, sehingga diperlukan institusi dan mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang cepat, tepat, adil dan murah.
a. Perselisihan hak.
Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya
perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan Perundang-undangan,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
b. Perselisihan kepentingan.
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan/atau perubahan syarat-syarat kerja
yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama
Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu
pihak.
Perselisihan antara Serikat Pekerja adalah perselisihan antara PSerikat Pekerja dengan Serikat
Pekerja lainnya hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham
mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.
Para pihak yang tidak menyetujui dan menolak anjuran dari mediator maupun
konsiliator akan melanjutkan perselisihan dengan pengajuan gugatan ke PHI.
Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan di Indonesia, PHI memiliki kompetensi absolut dalam memeriksa dan
memutus perkara, antara lain:
Pada tingkat pertama tentang perselisihan hak
Pada tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan kepentingan
Pada tingkat pertama terkait perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK)
Pada tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan serikat pekerja atau buruh yang
terjadi dalam suatu perusahaan
PHK
Definisi
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
Macam
Menurut Prof Iman Soepomo, PHK dapat dibagi dalam 4 macam yakni:
m. pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak
dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan;
Uang Pesangon
Dalam hal terjadi PHK, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon, uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Diatur pada pasal 156 UU 11 tahun 2020
Uang Pesangon
Uang penghargaan
Uang Penggantian Hak
Komponen upah yang ditetapkan/digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak terdiri dari
Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang penggantian hak.
Kompensasi tersebut diberikan sesuai ketentuan Pasal 156
Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak
me-wakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama .
Definisi
Tenaga Kerja Asing (“TKA”) adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di
wilayah Indonesia
1. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada bidang- bidang tertentu
yang belum dapat diisi oleh TKI.
2. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat proses alih
teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang industri.
3. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.
4. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di Indonesia.
http://repository.unmuha.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/160/04_BAB
%20II_HTN_MRTNS.pdf?sequence=9&isAllowed=y
Sebelumnya dalam Pasal 42 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, mewajibkan kepada setiap pemberi kerja
yang mempekerjakan TKA wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk
Aturan mengenai izin tersebut diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018
Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Perpres 20/2018). Dalam Perpres 20/2018
menyatakan TKA yang masuk ke Indonesia harus mengantongi sejumlah izin antara lain Visa Tinggal
Terbatas (VITAS), Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), dan Izin Menggunakan Tenaga
Kerja Asing (IMTKA)
Setelah disahkannya UU Cipta Kerja, pengurusan izin TKA tersebut mengalami pemangkasan. Setiap
pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki Rencana Penggunaan Tenaga
Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Pemerintah Pusat. (Pasal 81 angka 4 UU Cipta Kerja
Melalui ketentuan UU Cipta Kerja tentu secara pengurusan izin Tenaga Kerja Asing mendapatkan
kemudahan untuk bekerja di Indonesia, tetapi bukan berarti tidak ada batasan bagi TKA. Masih di
Pasal yang sama, yakni Pasal 81 angka 4 UU Cipta Kerja, menegaskan bahwa Tenaga Kerja Asing
dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu
tertentu serta memiliki kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan diduduki. Selain itu, dalam UU
Cipta Kerja TKA dilarang menduduki jabatan yang mengurus personalia
Namun, terdapat pengecualian untuk pemberi kerja Tenaga Kerja Asing dari kewajiban mengurus
rencana penggunaan tenaga kerja asing dalam UU Cipta Kerja. Adapun pemberi kerja yang mendapatkan
pengecualian tersebut, yaitu:
1. Direksi atau Komisaris dengan kepemilikan saham tertentu atau pemegang saham sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;
2. Pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor perwakilan negara asing; atau
3. Tenaga Kerja Asing yang dibutuhkan oleh pemberi kerja pada jenis kegiatan produksi yang
terhenti karena keadaan darurat, vokasi, perusahaan rintisan (Startup), kunjungan bisnis, dan
penelitian untuk jangka waktu tertentu.
Pengaturan UU Cipta Kerja mengenai Tenaga Kerja asing memang memberi angin segar bagi investor
asing. Yang mana akan berdampak kepada perekonomian Indonesia dan persaingan dalam bisnis. Akan
tetapi, perlu diperhatikan batasan-batasan dengan Tenaga Kerja Indonesia, agar pada praktiknya tidak
timbul tumpang tindih jabatan dan menghilangkan kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia itu sendiri.
Wajib Lapor
Dasar Hukum
- UU No 7 tahun 1981
- Permenaker no 18 tahun 2017
- SE menaker no SE.3/MEN/III/2014
Dsaar Pemikirian
Tujuan
Merupakan bahan informasi resmi bagi pemerintah dalam menetepakan kebijakan di bidang
ketenagakerjaan
- Kalo suatu perusahaan punya cabang yang beridir sendiri maka direksinya harus melaporkan
- Tapi kalo cuman cabang yang perusahannya cuman 1 atau tidak beridiri sendiri sendiri yang
melaporkan adalah direksinya
- Identitas perusahaan
- Hubungan ketenagekrajaan
- Perlindungan tenaga kerja
- Kesempatan kerja
Waktu Pelaporan
Pengusahaan atau Pengurus wajib melakukan pelaporan secara daring pada saat:
a. setelah mendirikan,menjalankan kembali,atau memindahkan Perusahaan;atau
b. sebelum memindahkan,menghentikan atau membubarkan Perusahaan
Pelaporan dilakukan 30(tigapuluh) hari setelah atau sebelum melakukan kegiatan tersebut diatas.
Selain pelaporan tersebut, Pengusaha atau Pengurus wajib melakukan pelaporan secara berkala
setiap 1(satu) tahun pada bulan Desember.
Pengasawan
Jika perbuatan pelanggaran tersebut dilakukan oleh suatu persekutuan atau suatu badan hukum ,
maka tuntutan pidana dilakukan dan pidana dijatuhkan terhadap pengurus dari persekutuan atau
pengurus badan hukum itu
Bila pelanggaran dilakukan oleh badan hukum yang pengurusnya berkedudukan diluar negeri
Jika pengusaha atau pengurus perusahaan berkedudukan diluar wilayah indonesia , maka tuntutan
pidana dilakukan dan pidana dijatuhkan terhadap wakilnya di indonesia