Anda di halaman 1dari 5

Nama : Maya Dwi Artikawati

NPM : 22710018

Penguji : dr. Arif Kusumo Sp.B

Keluhan utama : Nyeri dada kanan setelah terjatuh saat benerin plavon

Airway :

- Paten, tidak ada suara nafas tambahan ( karena pasien dapat diajak berbicara)

Breathing :

- Inspeksi : Tidak ada deviasi trachea, gerakan dada simetris ka/ki


- Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (+) pada thorax Dextra
- Perkusi : Sonor ka/ki
- Auskultasi : Vesikuler ka/ki

Circulation :

- Tensi : 110/70 MmHg


- Nadi : 110x/menit
- CRT : <2 detik
- Suhu : 36,8°C
- Akral : hangat

Disability :

- Eye : Pasien membuka mata spontan


- Verbal : Orientasi pasien baik saat diajak bicara
- Motorik : Pasien dapat mengangkat tangan sesuai perintah
GCS : 4-5-6

Exposure : Tidak ada masalah

Secondary survey

Anamnesa : Pasien datang ke IGD RSU Dr.Wahidin Sudirohusoda Mojokerto pada pukul 14.00
dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan setelah jatuh waktu memperbaiki plavon rumah.
estimasi kejadian sekitar 1 jam yang lalu. Pasien mengatakan jatuhnya tengkurap, dada sebelah
kanan terjatuh dahulu, dibuat nafas dadanya nyeri dan lumayan sesak. waktu jatuh tidak
pingsan, pusing (-), mual (-), muntah (-), BAB (+) lancar, BAK (+) lancar.

Pemeriksaan fisik

1. Status Generalis :
B1 (Breathing) : RR 16x/menit
SpO2 96x/menit
Gerakan dada simetris ka/ki
B2 (Blood) : Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 110x/menit
CRT : <2 detik
Suhu : 36,8°C
Akral : Hangat
B3 (Brain) : GCS 4-5-6
B4 (Bladder) : BAK (+) Spontan
B5 (Bowel) : Bising Usus (+) normal
B6 (Bone) : Nyeri tekan dan krepitasi (+) pada dada kanan

2. Status Lokalis Regio Thorakalis (Minta Foto Klinis)


Inspeksi : Terdapat Jejas (+) pada thorax dextra, gerakan dada simetris ka/ki
Palpasi : Terdapat Nyeri tekan dan krepitasi pada costa VI, VII, VIII dextra
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler ka/ki

3. Pemeriksaan Penunjang
Xray Thorax Ap/lateral : terdapat garis fraktur pada costa VI, VII,VIII

Diagnosis : Close Fraktur Costae VI, VII, VIII Dextra bagian lateral

Tata Laksana :

Planing Terapi

- Pasang O2 nasal
- Infus RL 7 tpm
- Inj.antrain 3 x 500 mg
Planing Tindakan

- MRS
- Rencana Operasi Bedah Thorax

Planing Monitoring

- observasi jika ada sesak, foto xray thorax ulang untuk melihat apakah ada
hematothorax/ pneumothorax

P :diberi foto Xray thorax AP/lateral, gerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit, terdapat
nyeri tekan dan krepitasi, perkusi sonor, suara nafas menurun

J : terdapat garis fraktur pada Costae VI, VII, VIII dextra terdapat pleura white line pada bagian
paru yang kolaps, terdapat empisema sub kutis

P : Apa itu empisema sub kutis ?

J : Adanya robekan dari bronkus atau cabangnya dapat menyebabkan udara dari dalam bronkus
keluar kebawah kulit sepanjang daerah peribronkus ke mediastinum dan kearah leher kepala

P : cara memasang WSD (water seal drainage)

1. Bila mungkin penderita dalam posisi duduk. Bila tidak mungkin setengah duduk,
bila tidak mungkin dapat juga penderita tiduran dengan sedikit miring ke sisi yang
sehat.
2. Ditentukan tempat untuk pemasangan WSD. Bila kanan costa VII atau VIII, kalau kiri
di costa VIII atau IX linea aksilaris posterior atau kira-kira sama tinggi dengan sela iga
dari angulus inferius skapulae. Bila di dada bagian depan dipilih costa II di garis
midklavikuler kanan atau kiri.
3. Ditentukan kira-kira tebal dinding toraks.
4. Secara steril diberi tanda pada slang WSD dari lobang terakhir slang WSD tebal dinding
toraks (misalnya dengan ikatan benang).
5. Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarnya dengan cairan antiseptik.
6. Tutup dengan duk steril
7. Daerah tempat masuk slang WSD dan sekitarnya dianestesi setempat secara infiltrate
dan "block".
8. Insisi kulit subkutis dan otot dada di ICS
9. Irisan diteruskan secara tajam (tusukan) menembus pleura.
10. Dengan klem arteri lurus lobang diperlebar secara tumpul.

11. Slang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk ke rongga pleura (sedikit

dengan tekanan).
12. Fiksasi slang WSD sesuai dengan tanda pada slang WSD.

13. Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril agar kedap udara.

14. Slang WSD disambung dengan botol SD steril sampai tercelup kurang lebih 2 cm

P : Cara kerja WSD

J : membiarkan udara keluar dari rongga pleura dan mencegah udara dari atmosfer untuk
masuk ke rongga pleura. Botol water seal diisi dengan cairan steril yang didalamnya terdapat
selang yang ujungnya terendam 2 cm. Cairan ini memberikan batasan antara tekanan
atmosfer dengan tekanan sub atmosfer (normal 754-758 mmHg). Selang yang terendam 2
cm itu menghasilkan tekanan positif, semakin alam selang WSD terendam air semakin besar
tekanan positif yang dihasilkan. Pada saat expirasi, tekanan pleura lebih positif sehingga
udara dan air dari rongga pleura bergerak masuk ke botol. Pada saat inspirasi tekanan pleura
lebih negatif sehingga water seal mencegah udara atmosfer masuk ke rongga pleura

P : Macam – macam jenis WSD

J :
1. Bottle Collection system
a. WSD dengan sistem 1 botol
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang
selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol,air steril dimasukkan
ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2 cm untuk mencegah masuknya
udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru,selang untuk ventilasi dalam
botol dibiarkan teruka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura
keluar,Drainage tergantung dari mekanisme pernapasan dan gravitasi,undulasi pada
selang cairan mengikuti irama pernapasan,inspirasi akan meningkat dan ekspirasi
menurun.
b. WSD dengan sistem 2 botol
Digunakan 2 botol, 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol
water seal, botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan
hampa udara,selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2
yang berisi water seal, cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan
udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2,prinsip kerjasama dengan
sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD
dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD,biasanya digunakan
untuk mengatasi hemothoraks,hemopneumothoraks,efusi pleural.
c. WSD dengan sistem 3 botol
Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan, yang terpenting
adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung
pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD Drainage
tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan botol ke-3 mempunyai
3 selang.
2. One way flutter
Dibuat dengan prinsip klep satu arah yang akan menutup bila tekanan dalam pleura lebih
kecil dari tekanan atmosfir dan membuka jika sebaliknya. Disarankan untuk pneumothorax
tanpa cairan.

Anda mungkin juga menyukai