Anda di halaman 1dari 2

1. Tanggapan tentang pemberlakuan undang-undang hukum Belanda di Indonesia!

Hukum Belanda yang masih digunakan di Indonesia sampai sekarang, sesuai


dengan pasal II aturan peralihan undang-undang dasar 1945 disebutkan “segala badan
negara dan peraturan yang ada masing langsung berlaku, selama belum diadakan yang
baru menurut undang-undang dasar ini”. Dengan demikian ketentuan pasal II aturan
peralihan Undang-undang Dasar 1945 dikeluarkan agar tidak terjadi kevakuman hukum
di Indonesia.
Masih berlakunya hukum kolonialisme di Indonesia juga tak lepas dari pengaruh
lamanya Indonesia dijajah selama 350 tahun. Dalam masa penjajahan, pemerintahan
kolonial Belanda banyak sekali meninggalkan sejarah di Indonesia. Mulai dari sistem
pemerintahan yang diterapkan di wilayah Indonesia, sistem perekonomian, sistem
pendidikan dan juga sistem hukum. Peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang
masih kita pakai dan kita jadikan pedoman adalah sistem hukumnya. Salah satu
contohnya, di Indonesia hukum pidana diatur secara umum dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda,
sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS).
Sedangkan, Hukum perdata di Indonesia pada dasarnya bersumber pada Hukum
Napoleon kemudian berdasarkan Staatsblaad nomor 23 tahun 1847 tentang burgerlijk
wetboek voor Indonesie atau biasa disingkat sebagai BW/KUHPer. BW/KUHPer
sebenarnya merupakan suatu aturan hukum yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda
yang ditujukan bagi kaum golongan warganegara bukan asli yaitu dari Eropa, Tionghoa
dan juga timur asing. Namun demikian berdasarkan kepada pasal 2 aturan peralihan
Undang-undang Dasar 1945, seluruh peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia-
Belanda berlaku bagi warga negara Indonesia (azas konkordasi). Beberapa ketentuan
yang terdapat didalam BW pada saat ini telah diatur secara terpisah/tersendiri oleh
berbagai peraturan perundang-undangan. Misalnya berkaitan tentang tanah, hak
tanggungan dan fidusia. Meskipun sistem hukum kita merupakan bagian dari warisan
pemerintah kolonial Belanda, Indonesia tidak sepenuhnya menerapkan itu saja, tapi juga
menerapkan sistem hukum Islam dan juga sistem hukum adat.

2. Tahun pemberlakuan hukum perdata/pidana di Indonesia!


- BW diberlakukan mulai 1848 untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia
Belanda
Berdasarkan S. 1847 - 23, BW (KUH Perdata) di Indonesia hanya berlaku terhadap :
 Orang-orang Eropa, yang meliputi : orang Belanda; orang yang berasal dari Eropa
lainnya; orang Jepang, AS, Kanada, Afrika Selatan, dan Australia beserta anak-
anak mereka
 Orang-orang yang dipersamakan dengan orang Eropa, yakni mereka yang pada
saat BW berlaku memeluk agama Kristen.
 Orang-orang Bumiputra turunan Eropa.
Kemudian berdasarkan S. 1917 - 12 (mulai berlaku tanggal 1 Oktober 1917) kepada
golongan Bumiputra dan golongan Timur Asing, dengan sukarela dapat menundukkan
dirinya kepada BW (dan KUH Dagang) baik sebagian maupun untuk seluruhnya.
Berdasarkan azas konkordansi, maka kodifikasi hukum perdata Belanda menjadi
contoh bagi kodifikasi hukum perdata Eropa di Indonesia.
- KUHP yang sekarang diberlakukan adalah KUHP yang bersumber dari hukum
kolonial Belanda, yakni Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie.
Pengesahannya dilakukan melalui Staatsblad Tahun 1915 nomor 732 dan mulai
berlaku sejak tanggal 1 Januari 1918. Setelah kemerdekaan, KUHP tetap diberlakukan
disertai penyelarasan kondisi berupa pencabutan pasal-pasal yang tidak lagi relevan..
3. Ruang Lingkup Pembahasan Hukum Perdata tentang perkawinan dan harta warisan
Menurut BW perkawinan adalah hubungan keperdataan antara seorang pria dan seorang
wanita dalam hidup bersama sebagai seorang suami isteri.

Sistem Hukum Kewarisam Perdata Barat(Eropa), yang termaktub dalam Burgelijk


Wetboek(BW). Biasa dikenal KUH perd. Yang berdasarkan ketentuan pasal 131 I.S. Jo.
Staatsblad 1917 nomor 12 tentang penundukan diri terhadap Hukum Eropa , Maka BW
berlaku tidak secara mutlak diterapkan diIndonesia dan berlaku bagi sebagian orang
yaitu:
a. Orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan denagn orang Eropa.
b. Orang Timur Asing Tionghoaa
c. Orang Timur Asing lainnya dan orang-orang Indonesia yang menundukkan diri
kepada hukum Eropa.

4. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia


Hukum perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yaitu yang disusun
berdasarkan hukum Romawi 'Corpus Juris Civilis'yang pada waktu itu dianggap sebagai
hukum yang paling sempurna. Hukum Privat yang berlaku di Perancis dimuat dalam dua
kodifikasi yang disebut (hukum perdata) dan Code de Commerce (hukum dagang).
Sewaktu Perancis menguasai Belanda (1806-1813), kedua kodifikasi itu diberlakukan di
negeri Belanda yang masih dipergunakan terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan
Belanda dari Perancis (1813)
Pada Tahun 1814 Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Sipil) atau KUHS Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang
dibuat oleh J.M. Kemper disebut Ontwerp Kemper. Namun, sayangnya Kemper
meninggal dunia pada 1824 sebelum menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh
Nicolai yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Belgia.
Keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1830 dengan
pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838 oleh
karena telah terjadi pemberontakan di Belgia yaitu :
- BW [atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata-Belanda).
- WvK [atau yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang]
Menurut J. Van Kan, kodifikasi BW merupakan terjemahan dari Code Civil hasil
jiplakan yang disalin dari bahasa Perancis ke dalam bahasa nasional Belanda.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah
terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang
berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda)
berdasarkan asas konkordansi.
Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia-Belanda, BW diberlakukan
mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di
Perancis dengan beberapa penyesuaian.

Anda mungkin juga menyukai