Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam Tifoid sering terjadi di beberapa negara di dunia dan

umumnya terjadi di negara-negara yang tingkat kebersihan yang rendah.

Penyakit ini menjadi masalah kesehatan publik yang signifikan (OMS, 2018).

Berdasarkan data WHO (World Health Organization) memperkirakan angka

insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian

akibat demam Tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia (WHO,

2018) .

Demam Tifoid merupakan penyakit yang rawan terjadi di Indonesia,

karena karakteristik iklim yang sangat rawan dengan penyakit yang

berhubungan dengan musim. Terjadinya penyakit demam Tifoid yang

berkaitan dengan musim yang ada di Indonesia dapat dilihat dengan

meningkatnya kejadian penyakit pada musim hujan. Penyakit yang harus di

waspadai pada saat musim hujan adalah ISPA, leptosiposis, penyakit kulit,

diare, demam berdarah, dan demam Tifoid (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Penyakit Tifoid termasuk penyakit yang menular tercantum dalam UU

nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Penyakit demam Tifoid merupakan

penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang, sehingga

dapat menimbulkan wabah. Pada daerah endemik penyebab utama penularan

penyakit demam Tifoid adalah air yang tercemar, sedangkan di daerah non

1
2

endemik makanan yang terkontaminasi oleh carrier merupakan hal yang

paling bertanggung jawab terhadap penularan demam Tifoid (Nurvina,

2013).

Komplikasi dapat lebih sering terjadi pada individu yang tidak di obati

sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan dan perforasi usus ataupun

infeksi fecal seperti visceral abses (Astuti, 2013). Penyebab yang sering

terjadi adalah faktor kebersihan seperti halnya ketika makan di luar apalagi di

tempat umum biasanya terdapat lalat yang berterbangan di mana-mana

bahkan hinggap di makan. Lalat-lalat tersebut dapat menularkan Salmonella

thypi dari lalat-lalat yang sebelumnya hinggap di feses atau muntah penderita

demam Tifoid kemudian hinggap di makanan yang akan dikonsumsi (Padila.

2012).

Demam Tifoid di masyarakat Indonesia yang tinggal di kota maupun

di desa. Penyakit ini sangat erat berkaitan dengan kulitas perilaku hidup

bersih dan sehat, sanitasi dan lingkungan yang kurang baik. Selain masalah di

atas ada beberapa masalah lain yang akan turut menambah besaran masalah

penyakit demam Tifoid adalah di Indonesia adalah angka kemiskinan di kota

dan di desa mencapai (11,66%) serta angka penderita demam Tifoid di

Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Kemenkes RI, 2018).

Data yang diperoleh dari puskesmas Bandar Baru jumlah kunjungan

yang berobat di Puskesmas Bandar Baru kabupaten Pidie Jaya dari bulan

Januari tahun 2017 sampai dengan Desember tahun 2017 terdapat pasien

berobat ke Puskesmas Bandar Baru sebanyak 23.449 orang, dan 213 orang di
3

antaranya mengalami demam tifoid dan meningkat pada Januari 2018 sampai

dengan Desember 2018 jumlah kunjungan yang berobat ke Puskesmas Bandar

Baru sebanyak 24.905 orang dan 245 di antaranya mengalami demam tifoid

(Puskesmas Bandar Baru, 2019).

Pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti dengan

mewawancarai 8 orang perawat yang bekerja di Puskesmas Bandar Baru, 6

dari 8 orang perawat menyebutkan bahwa penyebab pasien mengalami demam

Tifoid karena kurangnya kebersihan dan sering tidak memperhatikan

lingkungan serta makanan yang dibeli yang mungkin sudah di hinggapi lalat

dan 2 orang perawat lainnya mengatakan karena akibat tertular dari anggota

keluarga yang terkena penyakit demam Tifoid.

Penanganan yang dilakukan di puskesmas Bandar Baru pada pasien

dengan Demam Tifoid yaitu memberikan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pasien dengan Demam

Tifoid keluhan yang utama di rasakan adalah tidak enak badan, pusing dan

badan teraba hangat dengan pemeriksaan suhu tinggi (<37,5 0C). Upaya

perawat yang dilukakan adalah menjelaskan penyebab terjadinya panas,

mengkaji tanda-tanda vital pasien, menganjurkan pasien banyak minum air

putih, melakukan kompres air hangat , menganjurkan pasien menggunakan

pakaian yang dapat menyerap keringat serta berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian terapi medis.


4

Berdasarkan uraian di atas maka Penulis tertarik untuk menyusun

karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan

Demam Tifoid.

1.2. Perumusan Masalah

Mengingat tingginya angka kesakitan Demam Tifoid serta akibat yang

ditimbulkan sangat membahayakan bagi manusia , maka penulis tertarik

untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada

Pasien dengan Demam Tifoid di Ruang Rawat Inap Makkah Puskesmas

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien

dengan Demam Tifoid di Ruang Rawat Inap Makkah Puskesmas Bandar

Baru Kabupaten Pidie Jaya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada Pasien dengan Demam Tifoid di

Ruang Rawat Inap Makkah Puskesmas Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya.

1.3.2.2 Melakukan perumusan diagnosa keperawatan Pada Pasien

dengan Demam Tifoid di Ruang Rawat Inap Makkah

Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.


5

1.3.2.3 Melakukan perencanaan asuhan keperawatan Pada Pasien

dengan Demam Tifoid di Ruang Rawat Inap Makkah

Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.

1.3.2.4 Melakukan implementasi Pada Pasien dengan Demam Tifoid di

Ruang Rawat Inap Makkah Puskesmas Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya.

1.3.2.5 Melakukan evaluasi Pada Pasien dengan Demam Tifoid di

Ruang Rawat Inap Makkah Puskesmas Bandar Baru

Kabupaten Pidie Jaya.

1.4. Manfaat Penulisan

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1.4.1. Bagi Masyarakat

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan terhadap masyarakat dan khususnya dalam menjaga pola

makan, pola kesehatan dan gaya hidup sehat.

1.4.2. Bagi Puskesmas.

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan dan tambahan

khususnya dalam melakukan proses keperawatan bagi pelayanan di

Rumah Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan

Demam Tifoid dengan baik


6

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan.

Sebagai bahan kajian ilmiah terhadap pemberian informasi bagi

profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam Tifoid.

1.4.4. Bagi Penulis

Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi

peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan

keperawatan pada pasien dengan Demam Tifoid.

Anda mungkin juga menyukai