Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/314002317

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres


Nomor 6 Tahun 2012

Conference Paper · January 2014

CITATIONS READS

2 6,283

3 authors:

Eli Juniati Elyta Widyaningrum


Badan Informasi Geospasial Delft University of Technology
11 PUBLICATIONS   14 CITATIONS    16 PUBLICATIONS   66 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ade Komara Mulyana


Badan Informasi Geospasial
7 PUBLICATIONS   26 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Automatic Object Extraction from Aerial Images and LiDAR Point Clouds View project

PENYUSUNAN PROTOTYPE BASISDATA NAMA RUPABUMI INDONESIA View project

All content following this page was uploaded by Eli Juniati on 25 February 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi
Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

Eli Juniati, Elyta Widyaningrum, Ade Komara M.


Staf Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim – Badan Informasi Geospasial
Email: eli.juniati@gmail.com ; elyta.widya@gmail.com ; mulyana@gmail.com
Alamat Kantor: Jln. Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong 16911. INDONESIA

Abstrak
UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Nasional pada peta skala 1:10.000, dan Rencana Detil tata Ruang pada peta
skala 1:5.000. Adanya Inpres No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan,
Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi
Tinggi, memungkinkan optimalisasi pemanfaatan data penginderaan jauh resolusi tinggi. Pada
Inpres tersebut disebutkan bahwa, LAPAN memiliki tugas untuk menyediakan data satelit
penginderaan jauh resolusi tinggi, sedangkan BIG berkewajiban untuk membuat citra tegak
satelit penginderaan jauh resolusi tinggi, untuk keperluan survei dan pemetaan, melaksanakan
penyimpanan dan pengamanan, serta melaksanakan penyebarluasan citra tegak satelit
penginderaan jauh resolusi tinggi.
Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi merupakan solusi sementara dalam penyediaan IG dasar
skala besar yang belum tersedia di seluruh wilayah Indonesia. Dalam hal ini, citra satelit yang
digunakan adalah citra satelit SPOT hasil akuisisi LAPAN dengan resolusi lebih baik dari
empat (4) meter. Pada kegiatan ini BIG merupakan instansi yang melakukan koreksi
orthorektifikasi data penginderaan jauh, sekaligus memastikan penggunaan referensi tunggal.
Makalah ini akan membahas mekanisme penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi,
khususnya untuk penyediaan IG dasar untuk penataan ruang. Mulai dari alur kegiatan,
spesifikasi teknis, koreksi orthorektifikasi, hingga penyebarluasannya.

Kata kunci: Citra Tegak, Informasi Geospasial, Mekanisme, Koreksi Geometri,


Orthorektifikasi

1. PENDAHULUAN

Pasal 3 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa


penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional. Lebih lanjut, Undang Undang tersebut mensyaratkan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional pada peta skala 1:10.000 dan Rencana Detil
Tata Ruang pada peta skala 1:5.000. Adanya keperluan penyelenggaraan Informasi
Geospasial (IG) dalam penataan ruang, menyebabkan institusi pemerintah di lingkup
pusat maupun daerah mengalokasikan anggaran negara salah satunya untuk pembelian
citra satelit. Dengan demikian, terjadi tumpang tindih penggunaan anggaran negara
untuk pembelian citra satelit. Selain itu, belum terdapat mekanisme standar yang
mengatur pertukaran data citra satelit.
UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial juga mensyaratkan penggunaan
satu referensi data geospasial serta pengintegrasian data geospasial nasional. Pasal 7,
UU 4/2011 melandasi inisiatif Inpres 6 Tahun 2012 terkait koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi atas sumberdaya kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam
pemenuhan kebutuhan data geospasial dasar berbasis citra satelit resolusi tinggi
(Indrajit, A, 2012). Lahirnya Inpres Nomor 6 Tahun 2012 mengakomodir terwujudnya
berbagi pakai citra satelit resolusi tinggi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi
anggaran dengan mengurangi duplikasi anggaran di Kementrian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah, meningkatkan sinergi penyediaan dan distribusi data agar
penggunaan data penginderaan jauh untuk pembangunan nasional dapat lebih optimal,
serta menjamin kualitas data citra satelit resolusi tinggi guna mendukung implementasi
Kebijakan Satu Peta atau “One Map Policy”.
Koreksi orthorektifikasi terhadap citra satelit resolusi tinggi diperlukan untuk mengkoreksi
distorsi akibat perbedaan topografi (relief displacement) dan sudut perekaman oleh
sensor satelit yang mengorbit di angkasa. Kesalahan yang diakibatkan dua faktor
tersebut cukup berpengaruh pada pemetaan skala besar dan bisa mencapai puluhan
meter.

2. MEKANISME PENYELENGGARAAN CITRA SATELIT TEGAK


RESOLUSI TINGGI

Dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2012 disebutkan penggunaan citra tegak satelit
penginderaan jauh resolusi tinggi yang disediakan oleh Badan Informasi Geospasial
(BIG) berdasarkan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan ukuran piksel
lebih kecil dan/atau sama dengan 4 (empat) meter yang disediakan oleh Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Penyampaian rencana kebutuhan data
satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan program dan kegiatan tahun
anggaran berikutnya kepada BIG melalui Rapat Koordinasi Penyediaan Data Satelit
Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi.
Selain itu, dalam Inpres tersebut juga disebutkan tugas LAPAN dan BIG selaku
Lembaga Pemerintah yang berkontribusi aktif dalam penyediaan, penggunaan,
pengendalian kualitas, pengolahan dan distribusi data satelit penginderaan jauh resolusi
tinggi.
Makalah ini menjelaskan mekanisme penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi,
yang terdiri atas: penjelasan tugas dan kewenangan instansi yang berkontribusi aktif
dibahas dalam alur kegiatan citra satelit tegak resolusi tinggi. Pembahasan mengenai
spesifikasi teknis penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi tinggi, proses koreksi
orthorektifikasi dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi tinggi.

2.1 Alur Kegiatan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 mengatur hal-hal terkait penyediaan, penggunaan,
pengendalian kualitas, pengolahan dan distribusi data satelit penginderaan jauh resolusi
tinggi. Inpres Nomor 6 tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian
Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
menugaskan kepada BIG untuk menyediakan citra tegak satelit penginderaan jauh
resolusi tinggi untuk keperluan survei dan pemetaan berdasarkan hasil pengolahan atas
data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral
yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Alur penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi ditunjukkan pada gambar 1
berikut:

Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Kementrian/Lembaga atau Pemda dapat
menyampaikan kebutuhan data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi (CSRT) melalui
mekanisme satu pintu, dengan tata cara tertentu dan pengisian formulir tertentu.
Kementrian/Lembaga atau Pemda menyampaikan kebutuhan data satelit penginderaan
jauh resolusi tinggi untuk pelaksanaan progam dan kegiatan tahun anggaran berikutnya,
pada Rapat Koordinasi Penyediaan Data CSRT. Dari hasil Rakor diperoleh rekapitulasi
kebutuhan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk program dan kegiatan
tahun anggaran berikutnya.

BIG dan LAPAN diwajibkan berkontribusi secara aktif dalam penyelenggaraan data
CSRT untuk memenuhi kebutuhan Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah. Data
citra satelit penginderaan jauh resolusi tinggi yang diakuisisi dan/atau disediakan oleh
LAPAN, kemudian di koreksi orthorektifikasi oleh BIG, kemudian data citra satelit
tegak resolusi tinggi tersebut disebarluaskan kepada Kementrian/Lembaga atau
Pemerintah Daerah yang membutuhkan yang sebelumnya telah menyampaikan
kebutuhannya di Rakor CSRT.

Setiap permohonan data CSRT ditujukan kepada BIG dan LAPAN dan harus
melampirkan surat resmi permintaan data CSRT yang dilengkapi dengan:
 Isian formulir pemohon
 Isian formulir lokasi dan cakupan
 Lampiran yang berisi TOR kegiatan dan copy RKAKL (catatan: tidak
menganggarkan pembelian citra satelit resolusi tinggi)
2.2 Spesifikasi Teknis Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Kegiatan CSRT merupakan strategi percepatan pemenuhan kebutuhan data dasar untuk
pemetaan skala besar. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan peta skala besar yang
semakin tinggi (misalnya untuk keperluan RDTR tiap daerah, kadaster, dll) sedangkan
penyelenggaraan pemetaan rupabumi skala besar belum dapat memenuhi kebutuhan di
seluruh wilayah Indonesia. Untuk memenuhi spesifikasi peta skala besar dibutuhkan
data dasar yang lebih detil dan akurat dari peta yang dihasilkan, dan citra resolusi tinggi
cukup memberikan informasi kenampakan bumi cukup detil namun belum tentu
memberikan tingkat akurasi yang dibutuhkan. Telah banyak Pemerintah Daerah yang
membutuhkan informasi dan bahkan telah melakukan proses orthorektifikasi secara
swadaya akibat kebutuhan yang mendesak akan informasi geospasial dasar, dengan
demikian disusunlah prosedur penyelenggaraan data citra tegak.

Prosedur penyelenggaraan data geospasial citra tegak resolusi tinggi dalam rangka
menjamin ketersediaan data dan informasi geospasial yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pembangunan nasional tertuang dalam Standard
Operational Procedure (SOP). Beberapa SOP yang telah disusun oleh Pokja
Penyelenggaraan Citra Tegak Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi di Lingkungan
Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 6
tahun 2012 terdiri atas:

 SOP Layanan Transfer Data Citra dari LAPAN ke BIG


 SOP Distribusi GCP (Ground Control Point)
 SOP Persiapan survei GCP
 SOP Survei Titik GCP Horisontal
 SOP Survei Titik GCP Vertikal
 SOP Pengolahan Data Pengukuran GCP
 SOP Pengolahan Citra Tegak

Pengolahan citra satelit tegak resolusi tinggi sebagai implementasi Inpres No. 6/2012,
membutuhkan data dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Citra SPOT6 Primary Data (Raw) dan pansharpened
2. Citra SPOT 5 Level 1A (Raw) dan pansharpened
3. GCP dengan spesifikasi :
Akurasi Horisontal : 20 cm
Akurasi Vertikal : 40 cm

4. DEM dengan spesifikasi :


Resolusi DEM : < 10 m
Akurasi DEM : < 7,5 m
Untuk citra satelit dengan resolusi yang lebih baik dari citra SPOT, data citra juga harus
memenuhi spesifikasi di atas. Untuk koreksi orthorektifikasi citra resolusi tinggi yang
akan digunakan dalam penyusunan RDTR, persyaratan berikut juga diberlakukan:
1. Resolusi citra 0,2 mm x bilangan skala peta yang akan dibuat
2. Citra belum dikoreksi orthorektifikasi
3. n nt n l 3
4. Cakupan awan minimum 10% per scene

2.3 Koreksi Orthorektifikasi

Penyelenggaraan data geospasial citra tegak resolusi tinggi yang dilakukan BIG, pada
dasarnya adalah melakukan koreksi orthorektifikasi terhadap citra satelit resolusi tinggi
yang diperoleh dari LAPAN. Untuk menghindari ketidakseragaman data IGD antar
wilayah administrasi dan menjamin One Map maka dilakukan koreksi geometri secara
menyeluruh sehingga memenuhi akurasi absolut dan relatif sesuai spesifikasi.

Gambar 2: Ilustrasi Akuisisi Data Citra Satelit

Sudut pengambilan objek dari sensor satelit pada saat akuisisi data citra satelit dan
adanya variasi topografi permukaan bumi, mempengaruhi kualitas posisi pada citra
satelit yang dihasilkan. Semakin besar sudut pengambilan objek dari sensor satelit pada
saat akuisisi maka makin besar kemungkinan pergeseran posisi terjadi. Semakin
bervariasinya terrain/topografi (pegunungan dan perbukitan) semakin besar
kemungkinan pergeseran posisi terjadi. Pergeseran posisi objek di citra dan di lapangan
dapat mencapai puluhan meter.
Gambar 3: Proses Orthorektifikasi

Gambar 3 menunjukkan ilustrasi proses orthorektifikasi citra satelit yang membutuhkan


data DEM, tie points serta control points dalam proses Bundle Adjustment untuk
menjadikan sebagai data citra tegak. Koreksi orthorektifikasi diperlukan untuk
meminimalisir kesalahan geometrik akibat sudut pengambilan obyek oleh sensor serta
akibat perbedaan permukaan bumi (relief diplacement) . Dalam proses orthorektifikasi,
diperlukam data DEM (Digital Elevation Model) teliti dan GCP (Ground Control
Point), sehingga menghasilkan citra (ground-)ortho.
Citra satelit tegak resolusi tinggi yang dihasilkan dari proses orthorektifikasi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Ketelitian dengan CE90 : 2,503875 m


RMSE : < 1,65 m

Nilai RMSE (Root Mean Square Error) tersebut dibuktikan dengan uji citra
terorthorektifikasi terhadap titik uji/ICP (Independent Control Point).

2.4 Penyebarluasan Data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi

Data Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi hasil dari proses koreksi orthorektifikasi yang
dihasilkan BIG perlu dikelola serta dibagi-pakaikan ke Kementrian/Lembaga atau
Pemerintah Daerah yang membutuhkan. Pelaksanaan penyebarluasan data citra satelit
tegak resolusi tinggi dilakukan melalui simpul jaringan data spasial Nasional.

BIG sebagai lembaga pemerintah yang memiliki tanggung-jawab sebagai penghubung


simpul jaringan menyelenggarakan koordinasi, kolaborasi, dan sinkronisasi kegiatan
berbagi-pakai dan penyebarluasan. BIG bertanggung-jawab untuk menyusun pedoman
dan standard kegiatan berbagi-pakai dan penyebarluasan data citra satelit tegak resolusi
sangat tinggi untuk menjadi IGD berbasis citra tegak resolusi sangat tinggi yang
ditetapkan melalui peraturan dan perundangan.
Secara umum, mekanisme berbagi pakai dan penyebarluasan data citra satelit tegak
resolusi tinggi kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah dapat dilihat pada
Gambar 1 Alur Kegiatan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi.

2.5 Persiapan dan Rencana Kerja BIG untuk Implementasi Inpres Nomor 6
Tahun 2012

Implementasi Inpres No.6/2012 memerlukan penyiapan dari instansi yang berkontribusi


aktif di dalamnya, baik mekanisme, teknologi, metodologi dan infrastruktur
penunjangnya. Terkait hal tersebut, di tahun anggaran 2014 BIG sedang menyiapkan :

 Pengadaan perangkat lunak pengolah data citra tegak satelit, perangkat


lunak tersebut didesain untuk menangani pengolahan citra tegak secara massive
(masal), sehingga proses membuat mosaik citra satelit tegak resolusi tinggi
dengan cakupan luas dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
 Pengadaan perangkat keras (storage dan HPC), dalam mengolah citra tegak
dalam jumlah besar dibutuhkan juga sistem perangkat keras yang mampu
melakukan paralel computation dan juga meningkatkan kapasitas penyimpanan
data citra satelit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dilakukanlah penyediaan
perangkat HPC (High Performance Computing) dan storage khusus untuk
pengolahan citra satelit resolusi tinggi.
 Pengukuran Ground Control Points, pada tahun 2014 ini BIG melakukan
pengukuran GCP sebanyak 2090 titik yang tersebar merata di seluruh wilayah
Indonesia dengan menyesuaikan spesifikasi citra SPOT6 dan SPOT5. Titik GCP
tersebut akan digunakan sebagai titik ikat tanah dalam proses orthorektifikasi
citra SPOT serta berguna dalam mendapatkan ketelitian absolut citra hasil
orthorektifikasi. Gambar 4 menunjukkan rencana sebaran pengukuran GCP di
seluruh Indonesia.

Gambar 4: Rencana Sebaran GCP


 Pengadaan DEM Radar, semakin teliti data DEM yang digunakan dalam
proses orthorektifikasi, semakin teliti pula citra satelit tegak yang dihasilkan.
Pada Tahun 2014, BIG melakukan pengadaan DSM Radar seluas 600.000 km
persegi dengan tujuan menyediakan data DEM teliti untuk Indonesia dengan
post-spacing 5 meter. Gambar 5 berikut menunjukkan indeks pengadaan data
DEM (Radar) yang dilakukan pada Tahun 2014.

Gambar 5: Indeks Pembelian Data Radar Tahun 2014

 Pengolahan citra tegak, dengan tersedianya data GCP dan DEM teliti di Tahun
2014, maka BIG diharapkan untuk mampu menyediakan data citra tegak (SPOT)
seluas 600.000 km persegi di wilayah Indonesia. Data yang dibutuhkan adalah
citra satelit SPOT yang diakuisisi oleh LAPAN dalam level “data primary”.
Program kerja yang dilaksanakan oeh BIG pada Tahun 2014 terkait implementasi Inpres
No.6/2012 sebagaimana dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1: Rencana Program Kerja BIG Tahun 2014


terkait implementasi Inpres No.6/2012
Adapun perkembangan program kerja BIG terkait implementasi Inpres No.6/2012
hingga September 2014 adalah sebagai berikut:
 Perangkat keras pengolah citra (Storage dan HPC) telah terpasang;
 Perangkat lunak pengolah citra (untuk modul citra SPOT) sudah terpasang di
HPC dan mulai digunakan;
 Pengadaan DEM Radar telah sedang berjalan dengan perkembangan data DEM
yang telah diterima oleh BIG pada awal September sebanyak 330.000 kilometer
persegi;
 Pengukuran GCP yang mencakup wilayah Indonesia sedang berlangsung;
 Pengolahan citra tegak sedang diuji cobakan pada perangkat pengolah citra.

2.6 Layanan BIG Kepada Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah

Kebutuhan mendesak akan data CSRT dari Kementrian/Lembaga terutama Pemerintah


Daerah, menyebabkan beberapa pihak tidak dapat menunggu hasil program
implementasi Inpres No.6/2012 yang dilakukan BIG di tahun anggaran 2014. Banyak
Pemerintah Daerah sudah harus melaksanakan penyusunan RDTR pada Tahun 2014 ini,
dan di dalamnya termasuk pembuatan unsur peta dasar. Dengan demikian, kepada K/L
atau Pemerintah Daerah yang tidak dapat menunggu hasil kegiatan CSRT pada akhir
tahun 2014, maka disarankan:
 Kepada Pemerintah Daerah yang mampu agar dapat mengalokasikan anggaran
untuk kegiatan akuisisi data dasar (pemotretan udara atau Lidar) dalam
menghasilkan peta dasar yang lengkap semua unsurnya.
 Kepada Pemerintah Daerah yang belum mampu mengalokasikan untuk kegiatan
akuisisi data dasar, untuk melakukan penyediaan peta dasar dari hasil dijitasi
citra satelit tegak resolusi tinggi. Proses orthorektifikasi yang dilakukan harus
mengikuti SOP yang sudah ditetapkan BIG.
 Kegiatan penyelenggaraan data dan informasi geospasial dasar yang dilakukan
oleh pihak selain BIG harus dikoordinasikan ke BIG.

3. KESIMPULAN

Inpres Nomor 6 Tahun 2012 bertujuan untuk menjamin ketersediaan data satelit
penginderaan jauh resolusi tinggi wilayah Indonesia untuk mendukung kebijakan
penggunaan satu peta (One Map Policy). Penyelenggaraan citra satelit tegak resolusi
tinggi, dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan data penginderaan jauh resolusi
tinggi bagi seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan
nasional, serta mengurangi duplikasi anggaran di Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah.

Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah diharapkan untuk menyampaikan


kebutuhan akan data citra satelit tegak resolusi tinggi dalam Rapat Koordinasi CSRT
yang diadakan pada triwulan akhir tahun anggaran, sehingga baik BIG maupun LAPAN
dapat menyusun perencanaan penyelenggaraan citra tegak sesuai prioritas dan
kebutuhan pengguna dengan baik. Data Citra Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
yang disediakan dan dikoreksi radiometrik oleh LAPAN kemudian akan di-
orthorektifikasi oleh BIG sehingga menghasilkan citra satelit tegak.
Dalam rangka melaksanakan amanat Inpres No.6/2012, pada Tahun 2014 BIG berupaya
untuk menyediakan kebutuhan akan citra satelit tegak dengan melakukan serangkaian
program kerja antara lain peningkatan kapasitas dan sistem serta penyediaan data
pendukung utama (GCP dan DEM). Untuk Kementrian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah yang memiliki kebutuhan mendesak pada saat yang bersamaan sehingga tidak
dapat menunggu hasil kegiatan CSRT oleh BIG di tahun 2014, maka dipersilahkan
untuk dapat menyelenggarakan kegiatan penyediaan CSRT dengan mengikuti standar
dan ketentuan yang telah ditetapkan, dikoordinasikan dan di-supervisi oleh BIG.

Ucapan Terimakasih
Penulis berterimakasih kepada segenap Tim yang tergabung dalam Pokja
Penyelenggaraan Citra Tegak Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi di Lingkungan
Badan Informasi Geospasial (BIG) atas semangat dan upaya untuk
mengimplementasikan Inpres Nomor 6 Tahun 2012. Penulis berterimakasih kepada
seluruh staf Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT-BIG) atas tenaga dan
semangatnya dalam pelaksanaan kegiatan CSRT. Penulis berterimakasih kepada
LAPAN yang berkontribusi aktif dalam implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2012.

DAFTAR PUSTAKA

UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
Inpres No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan
dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
Ayhan, E., Erden, O., Atay, G., and Tunc, E. (2006). “D t l Orthophoto G n r t on w th
A r l Photos n S t ll t m s n An lyz n of F tors wh h Aff t A ur y.”
Proceedings of XXIII FIG Congress, Munich – Jerman.
Chm l, J., K y, S., n Spruyt, P. “Orthor t f t on n G om tr Qu l ty Assessment of
Very High Spatial Resolution Satellite Imagery for Common Agrikultural Policy
Purpos s”. W rsh w – Polandia.
FGCD. (1999). “Cont nt St n r s for D t l Ortho m ry”. National Spatial Data
Infrastructure, FGDC-STD-008-1999.
n r j t, A un (2 12) “SOP P ny l n r n C tr R solus S n t T n : T t K lol n
P tunjuk P l ks n n B ku”, Dokum n K j n T kn s npr s No. 6 T hun 2 12, B n
Informasi Geospasial, Bogor - Indonesia

BIOGRAFI SINGKAT

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai