Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGETAHUAN KEBENCANAAN

“STRENGTHENING GEODETIC FRAMEWORK THROUGH CORS DOR


PROGRAM ASCCELERATE AGRARIA REFORM AND DISASTERS”

Dosen Pengampu : Ir. Danis S. Singawilastra.,MT

Dibuat Oleh :

Widyastuti

4122321130027

TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

TAHUN AJARAN 2021/2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
I.1 Latar Belakang..........................................................................................................
I.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
I.3 Tujuan......................................................................................................................
BAB II ISI.............................................................................................................................
II.1 KERANGKA REFERENSI GEODETIK..................................................................
II.2 CORS........................................................................................................................
II.3 PENGGUNAAN PROGRAM CORS DALAM BIDANG AGRARIA.....................
II.4 PENGGUNAAN PROGRAM CORS DALAM KEBENCANAAN.......................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 2


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjung Enim, 12 Juli 2022

Penulis,

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 3


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kerangka referensi merupakan perwujudan dari sistem referensi geospasial. Dalam
membangun kerangka referensi terdapat beberapa hal yang harus didefinisikan yaitu datum
geodesi, model deformasi, jaring kontrol geodesi, dan geoid. Jaring Kontrol Geodesi
merupakan objek fisik yang berada di lapangan yang mewakili model- model fisik bumi di
atas, berupa JKHN, JKVN, dan JKGN.

Perkembangan GPS pada saat ini membuat tuntutan akurasi data yang lebih baik. CORS
merupakan JKHN yang dalam pengaplikasiannya menggunakan metode GPS. Indonesia
dibantu oleh BIG membuat CORS sendiri sebagai referensi tunggal yang digunakan.

CORS di Indonesia dimanfaatkan oleh berbagai instansi diantaranya BPN, BNPB, Tata
Ruang, dll.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai program CORS sebagai kerangka geodetik
hubungannya dengan pertanahan dan penanggulangan bencana.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kerangka geodetik?
2. Apa pengertian dari CORS?
3. Bagaimana pengoptimalan CORS dalam bidang pertanahan dan bencana?

I.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian pengertian dari kerangka geodetik
2. Mendeskripsikan tentang pengertian dari CORS
3. Mendeskripsikan pengoptimalan CORS dalam bidang pertanahan dan bencana

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 4


BAB II

ISI

II.1 KERANGKA REFERENSI GEODETIK


Kerangka referensi merupakan perwujudan dari sistem referensi geospasial. Dalam
membangun kerangka referensi terdapat beberapa hal yang harus didefinisikan yaitu datum
geodesi, model deformasi, jaring kontrol geodesi, dan geoid. Dengan melakukan
pendefinisian dan kesepakatan dalam menyusun hal di atas, maka penentuan posisi dapat
didefinisikan dengan baik.

Menurut Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 13 Tahun 2021, Jaring
Kontrol Geodesi didefinisikan sebagai sebaran titik kontrol geodesi yang terintegrasi dalam
satu kerangka referensi. Sedangkan Titik Kontrol Geodesi adalah posisi di muka bumi
yang ditandai dengan bentuk fisik tertentu yang dijadikan sebagai kerangka acuan posisi
untuk Informasi Geospasial, mencakup posisi horizontal, posisi vertikal, dan nilai
gayaberat.

Jaring Kontrol Geodesi merupakan objek fisik yang berada di lapangan yang mewakili
model- model fisik bumi di atas. Jaring kontrol geodesi ini berdasarkan pada UU Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial berupa Jaring Kontrol Horizontal Nasional
(JKHN), Jaring Kontrol Vertikal Nasional (JKVN), dan Jaring Kontrol Gayaberat Nasional
(JKGN). JKHN terdiri atas Continuously Operating Reference Stations (CORS) dan titik
kontrol geodesi lainnya, JHVN terdiri atas titik kontrol geodesi yang memiliki nilai datum
pasang surut, sedangkan JKGN terdiri atas titik kontrol geodesi yang memiliki nilai
gayaberat orde 0 dan titik kontrol geodesi yang memiliki nilai gayaberat orde 1. Bukti fisik
di lapangan dari jaring kontrol geodesi ini berupa pilar titik kontrol, pilar titik gayaberat,
dan stasiun pasut. Berdasarkan SK Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 33.2 Tahun
2021, JKHN terdiri atas 245 Ina-CORS dan 1.416 pilar JKHN, JKVN berjumlah 113 titik,
sedangkan JKGN terdiri atas 34 pilar orde 0 dan 50 pilar orde 1. Sebaran JKHN, JKVN
dan JKGN dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 5


JKG bermanfaat sebagai referensi untuk berbagai macam aplikasi penentuan posisi dari
kegiatan survei dan pemetaan diantaranya adalah survei, pemetaan, navigasi, penelitian,
pajak, pertanahan, jasa konstruksi, juga bidang minyak dan gas. Pengguna dalam JKG
penting untuk diperhatikan karena kebutuhan akurasi posisi setiap jenis aplikasi dan
lapanan pekerjaan yang membutuhkan JKG sangat beragam. Semakin banyak pengguna
JKG ini akan dapat menjadi jaminan akan keberlangsungan sistem secara menyeluruh.
Sebaliknya juga, bahwa layanan data dan informasi penentuan posisi menjadi sangat
penting mengingat pengguna akan menggunakan JKG jika layanan yang diberikan oleh
JKG dapat diakses dan digunakan dengan mudah.

II.2 CORS
CORS (Continuously Operating Reference Station) adalah suatu teknologi berbasis GNSS
yang berwujud sebagai suatu jaring kerangka geodetik yang pada setiap titiknya dilengkapi
dengan receiver yang mampu menangkap sinyal dari satelit-satelit GNSS yang beroperasi
secara penuh dan kontinyu selama 24 jam perhari, 7 hari per minggu dengan
mengumpukan, merekam, mengirim data, dan memungkinkan para pengguna (users)
memanfaatkan data dalam penentuan posisi, baik secara post processing maupun secara
real time (sumber: Gudelines for New and Existing CORS). CORS digunakan sebagai

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 6


infrastruktur untuk pekerjaan dengan tingkat akurasi tinggi dalam bidang survey,
pemetaan, navigasi, dan gedodesi. CORS dapat diakses secara realtime maupun post
processing oleh siapapun yang menggunakan receiver dengan spesifikasi tertentu

InaCORS adalah Continuously Operating Reference Station (CORS) yang dikelola oleh
Badan Informasi Geospasial sebagai stasiun pengamatan geodetik tetap/kontinu.
Berkembangnya CORS di Indonesia tidak lepas dari usaha Badan Informasi Geospasial
(dahulu bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional atau
BAKOSURTANAL) untuk mendefinisikan dan memelihara referensi geospasial yang
menjadi acuan dalam kegiatan survei, pemetaan, serta penyelenggaraan IG lainnya.

Ina-CORS merupakan sebuah sistem yang terdiri atas beberapa komponen yaitu perangkat
stasiun di lapangan, server, jaringan komunikasi data, dan pengguna. Dari seluruh Ina-
CORS yang tersebar di wilayah Indonesia, semua data mengalir ke server BIG melalui
komunikasi internet. Setelah data masuk ke server BIG, maka proses pengolahan data
dilaksanakan. Data yang dihasilkan di server BIG kemudian digunakan oleh pengguna,
baik untuk layanan pengolahan secara post processing atau layanan koreksi ketika
pengukuran menggunakan metode RTK

Beberapa pemanfaatan Ina-CORS antara lain:

a. Memelihara sistem referensi pemetaan nasional;


b. Mendukung percepatan survei dan pemetaan yang akurat;
c. Layanan survei pemetaan secara real time;
d. Percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta;
e. Percepatan reformasi agraria nasional;
f. Dukungan penegasan batas wilayah untuk batas daerah dan batas negara;
g. Dukungan penyusunan rencana tata ruang wilayah;
h. Dukungan kegiatan mitigasi kebencanaan (gempa bumi, tsunami, longsor, erupsi
gunung api, penurunan muka tanah, dll);
i. Pemantauan deformasi kerak bumi;
j. Dukungan sistem navigasi

II.3 PENGGUNAAN PROGRAM CORS DALAM BIDANG AGRARIA


Maksud dibangunnya CORS adalah untuk mempermudah dan mempercepat terwujudnya
tertib administrasi pertanahan termasuk kegiatan pendaftaran tanah, meliputi kegiatan
pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah, dengan ketelitian yang tinggi, dengan
biaya yang lebih murah dibandingkan metode pengukuran terestris lainnya. Adapun

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 7


tujuan dibangunnya CORS adalah terciptanya tertib administrasi pertanahan termasuk
kegiatan pendaftaran tanah dengan produktivitas dan akurasi yang tinggi serta biaya yang
relatif murah, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat di
bidang survei, pengukuran dan pemetaan. Harapan dengan terbangunnya CORS adalah
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi BPN RI dalam kegiatan survei, pengukuran
dan pemetaan untuk pendaftaran tanah, yaitu lambatnya pelayanan pertanahan terhadap
masyarakat. Selain itu, dibangunnya CORS, dinamika suatu wilayah yang berlangsung
dengan sangat cepat terutama di wilayah perkotaan yang berkaitan dengan pendaftaran
tanah diharapkan dapat ditangani.

Pengukuran bidang tanah yang dilakukan di BPN RI selama ini dilakukan secara teristris
dengan menggunakan alat ukur teristris, seperti theodolit, midban, pita ukur, dan sebagian
ada pula yang menggunakan total station. Pengukuran bidang tanah secara teristris (grand
design CORS 2014) :

- inefisien karena membutuhkan waktu, sumber daya manusia, alat dan biaya yang
lebih besar;
- lebih besar kemungkinan terjadi kesalahan random dan acak karena faktor
kelelahan sumber daya manusia;
- kecepatan pengukuran rendah karena hasil ukuran harus dihitung dan dipetakan di
kantor;
- bidang tanah yang diukur harus diikatkan kepada titik dasar teknis yang jumlahnya
kurang dan persebarannya tidak merata.

Tidak meratanya TDT mengakibatkan kesulitan untuk mengikatkan bidang tanah dalam
satu sistem koordinat untuk pemetaan. Banyak dijumpai di lapangan bidang tanah dan
peta didasarkan kepada koordinat lokal sehingga berdampak pada ketidakpastian posisi
bidang tanah. Banyak TDT yang sudah dibangun juga kembali rusak, bergeser dari
posisinya semula dan bahkan hilang. Untuk pembangunan TDT di seluruh wilayah
Indonesia membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Dampak dari tidak
tersedianya TDT ataupun posisinya yang tidak akurat mengakibatkan basis data spasial
BPN akan tidak akurat dan tidak up to date.

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi telah merubah sebagian besar metode
pekerjaan dari yang semula banyak mengandalkan analog menjadi digital. Perubahan
tersebut membuat pekerjaan menjadi lebih cepat, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 8


penentuan posisi di muka bumi telah banyak dimanfaatkan aplikasinya untuk kegiatan
survey dan pemetaan. Teknologi ini memanfaatkan sistem radio navigasi untuk
penentuan posisi. Penyedia jasa ini antara lain Global Positioning System (GPS) dari
Amerika, Glonass dari Rusia, Galileo dari Uni Eropa, Compass dari China. Penggunaan
teknologi satelit ini tidak terbatas ruang dan waktu sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pengukuran dan pemetaan baik dari sisi biaya, waktu dan SDM
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan. Dengan teknologi GNSS
CORS maka keberadaan TDT dapat digantikan. Fungsi TDT ini diganti dengan
pembangunan CORS di seluruh Indonesia dengan cakupan area 100.000 Ha untuk
cakupan 3 stasiun CORS. Jarak antar stasiun antara 50-60 Km, tidak seperti TDT tiap 150
m. Hasil pengukuran yang diperoleh pun secara real time dengan ketelitian dan
keakuratan hasil yang tinggi.

Aplikasi Penggunaan CORS dalam Mendukung Pelayanan Pertanahan

Berbagai aplikasi CORS dalam mendukung pelayanan pertanahan, antara lain :

1. CORS untuk Penyatuan Sistem Koordinat


- Menggunakan datum global WGS84 dan sistem koordinat nasional BPN TM3,
sehingga hanya ada satu sistem di seluruh wilayah Indonesia;
- Mampu mentransformasikan dan memperbaharui sistem koordinat lama menjadi
koordinat yang sesuai dengan standar ketentuan BPN (PP No. 24 tahun 1997).
2. CORS untuk LARASITA
- Mobile positioning untuk menjejak dimanapun mobil Larasita bergerak;
- Layanan pengukuran persil secara real time;
- Mempercepat layanan gambar ukur.
- Aplikasi untuk Pelayanan di Kantor Pertanahan
- TDT dalam jumlah banyak di suatu kota dapat digantikan dengan hanya satu atau
beberapa base stations;
- hasil yang diberikan dalam ketelitian tinggi, real time dan terintegrasi dalam satu
sistem koordinat;
- Bidang tanah yang terbuka bisa langsung diukur sedangkan untuk yang
mempunyai tutupan vegetasi dan bangunan rapat bisa digunakan pengukuran
terintegrasi;
- Hasil ukuran bisa langsung diketahui di lapangan tanpa harus dibawa ke kantor
untuk perhitungan.

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 9


3. Aplikasi untuk Updating Peta Pendaftaran
Real time updating di setiap pemetaan bidang tanah yang sudah berkoordinat.
4. Aplikasi untuk Penentuan Batas
Konflik perbatasan karena :
- Perbedaan sistem proyeksi peta yang digunakan dan ellipsoid referensi;
- Minimnya data spasial di daerah perbatasan;
- Konflik kepentingan berkaitan dengan kandungan sumber daya alam di daerah
perbatasan
- sPengukuran dengan jaringan ini untuk daerah perbatasan dapat membantu
setidak-tidaknya meredam konflik dan menyediakan data spasial yang lengkap
bagi Indonesia untuk inventarisasi perbatasan.

II.4 PENGGUNAAN PROGRAM CORS DALAM KEBENCANAAN


Data dan Informasi Geospasial harus berperan dan berkontribusi dalam Sistem
Manajemen Pengurangan Resiko Bencana, karena bencana alam selalu berpotensi terjadi
di Indonesia. Data dan informasi geospasial akan berperan dalam visualisasi karakteristik
dari ketahanan (resilience) suatu wilayah dan komunitas dalam menghadapi bencana.
Data geospasial yang digunakan dalam menanggulangi bencana diantaranya :

- Jaring control geodesi (Jaring GPS Statik, InaCORS, InaTide, InaGeoid, Jaring Gaya
Berat)
- Data Geospasial (Foto, Lidar, IfSAR, Citra Satelit, DEMNas, BatNas)
- Informasi Geospasial Dasar : Peta Dasar (RBI, LPI dan LLN)
- Informasi Geospasial Tematik: Kebijakan Satu Peta (158 Tema) dan Berbagai Peta
Tematik dari K/L/D.
- Data dan Informasi Geospasial Pemerintah

Pemanfaatan InaCORS untuk pemenuhan rencana penanggulangan bencana di Indonesia


yaitu :

- Sebagai titik-titik kontrol aktif dan titik-titik pantau aktif untuk survei-survei geodetik
untuk keperluan penilaian resiko bencana (e.g. gempabumi, tsunami, longsor, letusan
gunungapi, land subsidence).
- Sebagai titik-titik kontrol aktif (active GCPs) untuk pemetaan kebencanaan secara
terestris, fotogrametris (pesawat, UAV, drone), maupun menggunakan citra satelit.

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 10


- Sebagai titik-titik kontrol aktif untuk mendukung beragam kegiatan survei dan
pemetaan untuk berbagai aplikasi pada tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi paska
bencana.

Berikut adalah beberapa contoh pemanfaatan InaCORS untuk bencana alam :

- Geospasial untuk Penilaian Resiko Gempa Bumi


Data yang digunakan diantaranya InaCORS dan JKHN
- Geospasial Untuk Peringatan Dini Tsunami
Data yang digunakan diantaranya :
Data GPS: Jaringan InaCORS GNSS
Data Pasang Surut Laut: Jaringan InaTide
Data Variasi Muka Laut: Buoy GPS dan GPS Altimetry
- Geospasial Untuk Pemetaan dan Penilaian Resiko Penurunan Tanah (Land
Subsidence)

Dalam studi fenomena ini, untuk dapat menentukan nilai penurunan menggunakan data
InaTIDES dan InaCORS

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 11


BAB III

PENUTUP

Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa :

Jaring Kontrol Geodesi merupakan objek fisik yang berada di lapangan yang mewakili
model- model fisik bumi di atas, berupa Jaring Kontrol Horizontal Nasional (JKHN), Jaring Kontrol
Vertikal Nasional (JKVN), dan Jaring Kontrol Gayaberat Nasional (JKGN).

JKHN terdiri atas Continuously Operating Reference Stations (CORS) dan titik kontrol
geodesi lainnya. COR di Indonesia dikelola oleh Badan Informasi Geospasial dengan nama
InaCORS.

Pemanfaatan InaCORS dalam bidang pertanahan memiliki yaitu untuk mempermudah dan
mempercepat terwujudnya tertib administrasi pertanahan termasuk kegiatan pendaftaran tanah,
meliputi kegiatan pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah, dengan ketelitian yang tinggi,
dengan biaya yang lebih murah dibandingkan metode pengukuran terestris lainnya.

Pemanfaatan InaCORS untuk pemenuhan rencana penanggulangan bencana di Indonesia


yaitu sebagai titik-titik kontrol aktif dan titik-titik pantau aktif untuk survei-survei geodetik untuk
keperluan penilaian resiko bencana

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 12


DAFTAR PUSTAKA

Penelitian Peluang Peningkatan Optimalisasi Penggunaan CORS dalam Mendukung Pelayanan


Pertanahan. DITERBITKAN OLEH: PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BADAN
PERTANAHAN NASIONAL RI 2013

Info JKG.

Dapat diakses pada link berikut https://srgi.big.go.id/download/info_produk/INFO%20JKG.pdf

Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin. Pemanfaatan Informasi Geospasial Untuk Pengurangan Risiko
Bencana Alam. Seminar Nasional Geomatika VI Tahun 2021 “Inovasi Geospasial Dalam
Pengurangan Resiko Bencana” Badan Informasi Geospasial, 5-6 Oktober 2021

Tugas Pengetahuan Kebencanaan 13

Anda mungkin juga menyukai