Anda di halaman 1dari 11

GEOPORTAL BERBASIS OPENGIS

RM184953
INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL A

Nurwatik S.T, M.Sc.

ANDHIKA AGUNG PRAMUDYA


03311940000039
DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2022

DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 4
2.1 Infrastruktur Informasi Geospasial ..................................................................................................... 4
2.2 Sistem Informasi Geografis ................................................................................................................. 4
2.3 Geoportal ............................................................................................................................................ 4
2.4 Infrastruktur Data Spasial ................................................................................................................... 5
BAB III ............................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 6
3.1 ESDM One Map ................................................................................................................................... 6
3.2 Inspire Geoportal ................................................................................................................................ 7
3.3 DASHBOARD PEMANTAUAN COVID-19 PROVINSI LAMPUNG ............................................................ 8
BAB IV.......................................................................................................................................................... 10
KESIMPULAN ............................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

Infrastruktur Data Geospasial (IDGS) mengalami perkembangan yang cukup pesat akhir-akhir ini.
Infrastruktur Data Spasial (IDS) berawal dari keinginan untuk mengurangi duplikasi/penggandaan
pekerjaan pemetaan dari berbagai lini kehidupan, untuk menjadi sebuah pekerjaan yang bersifat
kolaboratif dengan mengedepankan sinergitas dari masing-masing sektor yang memproduksi data
geospasial dalam hal pengumpulan data dan pemanfaatannya secara bersama.

Akses data spasial yang cepat dan akurat mempunyai peranan yang penting dalam pengambilan
keputusan untuk manajemen pemetaan. Era baru perkembangan IDGS di Indonesia adalah munculnya
gagasan Kebijakan Satu Peta Nasional (One Map Policy/OMP). Kebijakan Satu Peta pertama kali
dilaksanakan di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2010. Ucapan SBY saat itu terkait
kebijakan ini“(There) should be One Map as the one and only national reference”, semestinya hanya ada
satu peta saja sebagai referensi nasional (Mawanda, 2016). Kebijakan Satu Peta sampai saat ini masih
terus berlanjut di masa Presiden Joko Widodo (Detik.com, 2017, 2018a, 2018b; Wikipedia, 2018).

Infrastruktur Data Spasial dapat secara optimal mendukung kebijakan satu peta sepanjang
komponen-komponennya dapat dikembangkan secara optimal. Di sisi lain, perkembangan Infrasuktur
Informasi Geospasial di luar Indonesia sendiri sudah semakin optimal. Dukungan teknologi informasi yang
berkembang pesat memungkinkan pengelolaan data spasial secara online dengan jaringan internet.
Tahun 2003 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg,
Afrika Selatan, dapat disimpulkan bahwa menggunakan informasi geografis secara online digital dapat
membantu proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan lebih efektif. Informasi geografis dapat
lebih efektif dan berguna dengan paradigma “dibuat sekali, digunakan berkali-kali”. Mengawali
pembangunan infrastruktur informasi, di lain pihak, adalah kegiatan yang memerlukan dana yang tidak
sedikit. Pembangunan infrastruktur informasi spasial, oleh karenanya, memerlukan komitmen yang tinggi
dari pemegang kebijakan, terutama terkait pendanaan.

Contohnya, Lembaga survei dan pemetaan Slovenia, SMA (Slovenia Mapping Agency), memiliki
tanggung jawab melaksanakan tugas layanan survei tanah nasional yang meliputi penciptaan,
pengadministrasian dan pembaruan basisdata pertanahan; sistem dasar geodetik, real estate, perbatasan
negara, unit spasial dan nomor rumah; dan sistem topografi dan kartografi (Azman & Petek, 2009).
Organisasi kadaster di Slovenia ingin memberikan layanan untuk sector perumahan dan informasi pasar
tanah dalam kerangka e-Government.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infrastruktur Informasi Geospasial

Sejarah awal IDS dimulai dari deklarasi Agenda 21 yang dicanangkan pada tahun 1992 di
Rio de Janeiro Brazil (OGC, 2008), meskipun sebenarnya embrio dari IDS yang disebut sebagai
“Spatial Data Coordination” (Robinson, 2008) telah sejak lama menjadi pembicaraan. Agenda 21
dideklarasikan pada Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan yang berisi tentang
bagaimana mengelola dan mengatasi keberlanjutan pelestarian lingkungan. Informasi geografis
dipandang akan dapat memberikan dukungan yang baik dalam mengelola pelestarian lingkungan
yang berkelanjutan ini (OGC, 2008).
2.2 Sistem Informasi Geografis

Menurut Gistut (1994), pengertian SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan
keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi – deskripsi lokasi dengan karakteristik
– karakteristik fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup
metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan
struktur organisasi.
Menurut Bernhardsen (2002), SIG merupakan sistem komputer yang digunakan untuk
memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat
lunak komputer yang berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan
data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data,
pemanggilan da presentasi data serta analisa data.

2.3 Geoportal

Geoportal adalah implementasi Infrasturktur Data Spasial yang memanfaatkan teknologi


web. Geoportal yang memiliki motto “kebebasan yang bersatu” freedom united (Koerten, 2011),
memberikan pengertian bahwa geoportal adalah jaringan portal yang didirikan oleh berbagai
organisasi, masing-masing dengan otonomi sendiri, tetapi bekerja dalam sekumpulan aturan yang
disepakati bersama. Geoportal tidak hanya menyediakan produk dari suatu sumber namun
melibatkan sumber-sumber yang tersedia dan memfasilitasi fungsi pencarian dan sekaligus
aksesnya. Ditinjau dari konten dan lingkup kewenangannya, geoportal terdiri dari (a) geoportal
tematik dan (b) geoportal nasional atau regional (Aditya & Kraak, 2009, p. 43).
2.4 Infrastruktur Data Spasial

Infrastruktur Data Spasial atau spatial data infrastructure (SDI) adalah pelaksanaan
infrastruktur data dalam kerangka data geografis,metadata, pengguna dan tools yang secara
interaktif terkoneksi dalam rangka penggunaan data spasial yang efesien dan fleksibel. Definisi
yang lain adalah sebagai proses perpaduan teknologi, kebijakan,standar, sumberdaya manusia dan
aktivitas yang diperlukan lainnya untuk mendapatkan, mengola, mendistribusi, menggunakan data
spasial.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 ESDM One Map

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, pada Rabu, 31 Mei
2017, meluncurkan aplikasi ESDM One Map Indonesia di Gedung Kementerian ESDM,
Jakarta."ESDM One Map ini manfaatnya apa buat rakyat? Governance yang terbuka dan lebih
baik, penggunaan anggaran negara dimanfaatkan dan dikembalikan lagi bagi masyarakat," ujar
Menteri Jonan. Selain keterbukaan, Menteri Jonan menambahkan, aplikasi basis web ini
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan semua unit teknis di lingkungan Kementerian ESDM,
agar dapat bekerja lebih cepat dan lebih baik. ESDM One Map Indonesia adalah suatu sistem
informasi berbasis web yang mampu menampilkan berbagai informasi peta tematik sektor ESDM
secara online (webGIS) yang dapat diakses pada alamat https://geoportal.esdm.go.id. ESDM
OneMap memuat beberapa data, antara lain, Peta Fasilitas dan sektor ESDM, Ketenagalistrikan,
Energi Baru Terbarukan, Geologi, Kebencanaan, dan lain sebagainya.
Pembangunan ESDM One Map Indonesia merupakan perwujudan dari salah satu tujuan
kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Energi yang diinisiasi oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan KESDM yaitu pembangunan sistem data yang terintegrasi, serta sebagai
implementasi Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) di lingkungan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral sesuai Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000.
3.2 Inspire Geoportal

Negara-negara Eropa bahkan telah memiliki satu portal bersama yang menyediakan wadah
bagi proses bagi-pakai informasi geospasial di antara negara Eropa. Portal bersama tersebut adalah
INSPIRE (Infrastructure for Spatial Information in Europe). INSPIRE mempunyai tujuan
mewujudkan IDS di Eropa (Europe Union) yang memungkinkan bagi-pakai informasi spasial
antara organisasi masyarakat dan menyediakan akses informasi spasial yang lebih baik bagi
masyarakat seluruh Eropa (INSPIRE, 2015). Tampilan geoportal INSPIRE menyediakan 3 (tiga)
fungsi umum, yaitu: (1) Discovery/Viewer, (2) Metadata Editor dan (3) Validator. Tidak sekedar
portal, INSPIRE menyediakan panduan yang memberikan arahan terhadap kebijakan lintas batas.
Pedoman INSPIRE membantu pembangunan IDS di Eropa dengan berdasarkan kepada
prinsip-prinsip umum, yaitu: (1) data dibuat atau dikumpulkan sekali saja, disimpan dan dikelola
dengan baik sehingga memudahkan pemeliharaan, (2) data dapat dikombinasikan menghasilkan
informasi spasial yang utuh dari berbagai sumber di seluruh Eropa dan bisa dibagi-pakai oleh
berbagai pengguna dan aplikasi, (3) data dibuat atau dikumpulkan sedemikian rupa sehingga bisa
digunakan dalam berbagai tingkat skala (dapat didetilkan untuk penelitian yang mendalam dan
mendukung keperluan strategis), (4) informasi geografis yang diperlukan untuk pemerintah harus
senantiasa tersedia dan transparan, (5) mudah ditemukan (INSPIRE, 2015; Vandenbroucke,
Zambon, Crompvoets, & Dufourmont, 2008)
3.3 DASHBOARD PEMANTAUAN COVID-19 PROVINSI LAMPUNG

GEOPORTAL LAMPUNG ini dikembangkan oleh Badan Perencanaan


Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Lampung dan didukung oleh Badan
Informasi Geospasial (BIG). GEOPORTAL dibangun sebagai gerbang akses dan berbagi
data Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT) yang
terdapat pada Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung sebagai acuan
bagi perencanaan pembangunan daerah berbasis spasial. Portal ini merupakan amanat
pelaksanaan Perpres No. 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu
Peta. Untuk stakeholder yang terkait antara lain Pemerintah Provinsi Lampung, Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Provinsi Lampung, Badan Informasi Geospasial. Untuk data yang terdapat pada Geoportal
ini antara lain Peta dasar Provinsi Lampung Jumlah masyarakat yang positif COVID-19
dan persebaran wilayah per Kabupaten, Jumlah masyarakat yang sembuh dari COVID-19
dan persebaran wilayah per kabupaten, Jumlah masyarakat yang Meninggal disebabkan
COVID-19 dan persebaran wilayah per kabupaten, Jumlah masyarakat yang Suspect
COVID-19 dan persebaran wilayah per kabupaten, Jumlah masyarakat yang
Kemungkinan terkena COVID-19 dan persebaran wilayah per kabupaten,
Link : DASHBOARD PEMANTAUAN COVID-19 PROVINSI LAMPUNG (lampungprov.go.id)
BAB IV

KESIMPULAN

Implementasi IDS berbasis Geoportal telah banyak dilakukan oleh berbagai negara di
dunia. Tujuan utama dari IDS yaitu memperkecil penggandaan dan pengumpulan data yang sama
oleh sektor yang berbeda dapat dicapai dengan menetapkan standar dataset yang diproduksi oleh
berbagai sektor, sedangkan prinsip pemanfaatan data bersama dengan berbagi pakai dicapai
dengan menyediakan user interface berupa geoportal. Konsep one stop atau one place data dapat
dengan mudah disediakan melalui geoportal yang sangat memungkinkan para pengguna data
geospasial mengakses data dengan mudah.
Standarisasi berbagai aspek menjadi syarat untuk interopabilitas geodataspasial melalui
geoportal. Mencermati sejarah perkembangan implementasi IDS di berbagai negara dapat
dirumuskan tahapan-tahapannya dan spesifikasi yang mesti diperhatikan dalam tiap tahapan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Charis Mustofa, F., & Wahyuni. (2010, Juli). INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL BERBASIS GEOPORTAL:
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA. Jurnal Pertanahan, 10, 61-78.

HERLINA, SUMARNO, & INDRIANAWATI. (2017). Evaluasi Kesiapan Implementasi Infrastruktur Data
Spasial untuk Manajemen Penanggulangan Bencana. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional,
44-51.

Ir. Sugianto, M. P. (n.d.). Pemanfaatan Teknologi Geospasial untuk Percepatan Pembangunan


Infrastruktur Sumberdaya Air dan Konstruksi. 1-7.

NASIONAL, K. K. (2003). PEDOMAN PEMBANGUNAN CLEARINGHOUSE DATA SPASIAL. 1-32.

Anda mungkin juga menyukai