Kelompok 5
DAFTAR ISI
1.5 Tujuan...........................................................................................6
2.1 Datase...........................................................................................8
2.2 Kelembagaan..............................................................................13
2.3 Peraturan....................................................................................14
3.2 Implementasi................................................................................26
5.2 Pengertian....................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................56
`III
BAB I
KONSEP IDS
`4
5. Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Geospasial
6. InPres Nr. 6 / 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan,
Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data
Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 20
16 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta
Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000.
1.5 Tujuan
Tujuan dari dikembangkannya IDS adalah, menyediakan data
dan informasi spasial yang berkualitas yang mudah diakses dan
diintegrasikan untuk pembangunan; bermanfaat dalam menghindari
duplikasi pekerjaan antar instansi; mendukung pemanfaatan
multiguna data dan informasi spasial; meningkatkan kualitas dan
ketersediaan data dan informasi spasial; memberikan kemudahan
akses data; meningkatkan return on investment; serta meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan (Bakosurtanal, 2007).
`7
`8
BAB II
KOMPONEN IDSN
2.1 Datase
Dataset terdiri dari data penginderaan jauh, data dasar geodesi,
peta rupabbumi, peta tematik, sehingga dalam forum komunikasi
pembnagunan dataset sangat diperlukan dan bahkan mendesak
untuk segera diformlasikan mengenai jenis, spesifikasi, standar
yang semuanya diperlukan dalam rangka menuju ketersediaan data
dan kemudahan akses (Lukman, 2005). Data dan informasi spasial
adalah slah sat komponen utama dari infrastruktur yang juga
sebagai salah satu komoditas yang sangat diperlukan oleh berbagai
kalangan dalam perencanaan maupun pelaksanaan suat
pembangunan (Bakosurtanal, 2003).
`10
tersebut.
Forum koordinasi fundamental dataset bertujuan antara lain :
penyusnan standarisasi dataset; penyusunan spesifikasi perolehan
data (data acquisition); penyusunan stamdarisasi basisdata;
penyusunan stadarisasi protokol sistem distribusi dataset; dan
peyusunan standarisasi jaringan kerja. Penyelenggaraan IDS di
Indonesia mengacu kepada pengembangan clearinghouse
(Bakosurtanal, 2004). Kegiatan-kegiatan yang perlu dikembangkan
dalam mendukung IDSN, khususnya dalam pembnagunan
clearinghouse Indonesia, sebagaimana diuraikan diatas mencakup :
perumusan standar, pengembangan metadata dan pengembangan
direktori data.
Dalam penyelenggaraan IDSN perlu dikembnagkan standar
dataset yang mencakup standar masing-masing dataset, standar
transfer dan standar metadata. Standar-standar tersebut dibangun
secra terintegrasi dna menjadi pedoman dalam membangun dan
memanfaatkan dataset bagi semua lintas pelaaku IDSN. Standar
yang terintegrasi diperlukan agar masing-masing dataset saling
kompatibel. Pembangunan standar-standar dataset harus
dilaksanakan dengan melibatkan dan mendapatkan kesepakatan
semua lintas pelaku IDSN.
Pengembangan standar dataset di Indonesia perlu mengacu
kepada pengembangan yang ada di tingkat internasional mengingat
kerjasama antar negara untuk membangun ekonomi dan lingkungan
`11
hidup kawaasan internasional juga mencakup data dan informasi
spasial. Berkaitan dengan itu pembangunan standar dataset di
tingkat internasional sedang dilaksanakan oleh berbagai organisasi
internasional. Internasional Organization for Standardization (ISO)
sudah mendirikan komisi mengenai standarisasi informasi geografi
sebagai bidnag aktifitas teknis (ISO TC/211, 2004). Aktifitas teknis
ISO ini menyediakan suatu kerangka standarisasi data spasial
nasional, regional dan global (Gambar 2). IDSN merasa perlu untuk
berpartispasi dalam kegiatan ISO TC/211 tersebut. Dalam
penyelenggaraan standarisasi perlu disusun standar proses, standar
produk, standar akses dan transfer data terhadap dataset yang
menjadi tugs dan tanggung jawab masing-masing instansi. Dalam
rangka melaksanakan standarisasi perlu juga diperhatikan
kepakaran dan melibatkan lintas pelaku, dan melalui Pantek 211S
agar standar dapat diintegrasikan antara satu dengan yang lain.
Beberapa standar yang berkaitan dengan dataset (ANZLIC,
1998) adalah :
1. Standar data adalah acuan yang digunakan dalam membuat data
agar mencapai sutau tingkat kualitas yang diperlukan atau
disepakati. Standar dataset mendefenisikan karakter teknis dari
dataset yang mencakup: akurasi spasial, atribut, akurasi dan
masa berlaku. Standar dataset mencakup sistem referensi, datum
dan sistem proyeksi peta, model data/klasifikasi data, kamus
data, kualitas data dan transfer data.
`12
2. Standar transfer menyediakan format intermediate untuk
mentrasfer data dan dioptimasi untuk mencapai komunikasi data
dan metadata secara efektif.
3. Standar metadata adlah penjelasan tentang istilah-istilah yag
umum dan defenisi dari konsep dan komponen yang berkaitan
dengan metadata.
2.2 Kelembagaan
Tujuan kelembagaan adalah untuk mengurangi ketidakpastian
terhadap sumberdaya tententu, akrena setiap pihak memberikan
pengakuan bahwa hak seseorang merupakan kewajiban bagi orang
lain. Manfaat kelembagaan, yaitu : (1) Pedoman masyarakat untuk
berprilaku dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; (2) Menjaga
keutuhan masyarakat atau kelompok sosial tertentu (UPI & KLH,
2003).
Forum koordinasi kelembagaan survei dan pemetaan dalam
pengembangan IDSN bertujuan mencapai sinergi antara berbagai
lembaga pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi non
pemerintah. Kegiatan kelembagaan meliputi : penyusunan program
kerja, kebijakan dan kesepakatan, peningkatan kemitraan
institusional, koordinasi penyediaan dataset, pemasyarakatan dan
pendayagunaan informasi data spasial, peningkatan kinerja
lembaga surta, penetapan pembinaan (custodianship) dta spasial,
`14
dan peningkatan kerjasama internasional.
Aspek kelembagaan IDSN meliputi terbentuknya forum
koordinasi IDSN ynag merupakan forum koordinasi kelembagaan
survei dan pemetaan dengan menyertakan seluruh instansi terkait
9baik pemrintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, dunia
usaha/swasta dan LSM). Aspek kelembagaan merupakan suatu
komponen IDSN yang berkaitan dengan menajemen forum
koordinasi IDSN dalam penentuan kebijakan dan berbagai aturan
dalam membnagun, mengelola, mengakses serta menggunakan data
dasar utama dan berbagai standar yang diperlukan dalam
membangun IDSN.
2.3 Peraturan
Peraturan diperlukan guna memebrikan kepastian aturan yang
saling menguntungkan baik bagi pengguna maupun penyedian data.
Penyusunan peraturan tersebut ditujukan untuk menunjang
`15
pembangunan IDSN dalam operasionalisasinya. Peraturan
dimaksud pada hakekatnya mencakup norma, pedoman, prosedur,
standar, spesifikasi, data dan informasi spasial.
Forum koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan
dan pengaturan lainnya, bertujuan untuk menunjang program survei
dan pemetaan nasional, dimaksudkan antara lain untuk : menjamin
kepastian hukum dalam berusaha/investasi dibidang survei dan
pemetaan; menjamin kepstian penyelenggaran survei dan
pemetaan; menjamin kepastian hukum hak atas kekayaan
intelektual dibidang survei dan pemetaan.
Data dan informasi adalah salah satu dari benda yang perlu dan
harus dilindungi dengan hak dan kekayaan intelektual (HaKI). Hal
ini mengingat dalam pengadaan membutuhkan suatu usaha yang
tidak kecil vaik ditinjau dari sumberdaya keuangan, sumberdaya
manusia dan yang tidak kalah penting adalah pemikiran yang telah
dicurahkan. Pengaturan selanjutnya adalah dalam hal menyusun
landasan hukum untuk dapat menciptakan sinergi antar pelaku
penyelenggara survei dan pemetaan.
Perlu peraturan perundangan untuk pengumpulan dan
penggunaan bersama atas data spasial. Peraturan-peraturan yang
diperlukan pelaksanaan koordinasi di tingkat nasional dan daerah;
peran atau tanggung jawab institusi pemerintah; peran atau
tanggung jawab institus swasta; penetapan institusi kunsi; aturan
distribusi data pada setiap instansi; peraturan perundangan
`16
mengenai hak cipta; sekuriti; penentapan hara; privacy dan
liability; serta peraturan mengenai akses.
`20
Gambar 5. Visi IDSN
1. Kelembagaan
Mendefenisikan kebijakan dan pengaturan untuk membangun,
memelihara, mengakses dan menerapkan standar dan dataset.
3 Standar Teknis
Menentukan karakteristik teknis dari dataset fundamental.
4 Fundamental Datasets
Diproduksi dalam kerangka dan sepenuhnya mematuhi standar
teknis.
5 Unit Clearing House
Menjamin dataset fundamental dapat diakses oleh masyarakat,
`21
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan dalam kerangka
institusional, dan teknis standar yang telah disepakati.
`23
Gambar 7. Komponen IDS menurut Rajabifard
`24
2.9 Komponen Ids Menurut Coleman Dan Mclaughlin
Coleman dan McLaughlin (1998) menganggap definisi
ANZLIC tentang IDS sebagai data sentris. Mereka menyarankan
bahwa IDS tidak hanya terdiri empat dasar komponen, tetapi juga
menambah komponen penting, yaitu Sumberdaya manusia (SDM).
`25
Gambar 9. Komponen IDS menurut Moeller
Framework IDSN menyediakan basis konsisten untuk
lokasi spasial.
Metadata adalah penjelasan atau deskripsi tekstual dari
sumber data.
Clearinghouse (katalog) menyediakan akses dan
kemampuan katalog.
Standar adalah standar untuk data dan teknologi
interoperabilitas.
Kemitraan adalah hubungan untuk kolaborasi, berbagi
dan kebijakan.
`26
BAB III
KEBIJAKAN SATU PETA (ONE MAP POLICY)
3.2 Implementasi
Manfaat Kegiatan aplikatif ini diharapkan mampu
menghasilkan layanan geoportal sehingga tercipta layanan berbagi
pakai data yang berhubungan dengan data geospasial. Penggunaan
perangkat lunak open source dalam proyek ini diharapkan mampu
menekan biaya investasi pemerintah untuk mendukung
implementasi IDS di tingkat daerah dan simpul jaringan data
geospasial. Cakupan Kegiatan Lingkup kegiatan yang dilakukan
dalam pembuatan layanan geoportal di Kabupaten Kulon Progo
adalah sebagai berikut : Pembuatan layanan geoportal
menggunakan teknologi dari ESRI Geoportal. Penyimpanan data
geospasial menggunakan perangkat lunak Geoserver. Pembuatan
Map Viewer menggunakan ArcGIS Viewer for Flex. Landasan
Teori Infrastruktur Data Spasial Infrastruktur Data Spasial
menyediakan set urutan institusional, teknis, dan ekonomi untuk
komunitas lokal, nasional, regional, dan level global untuk
mengakses dan menggunakan sumber daya geospasial (data, servis,
sensor dan aplikasi) untuk mendukung proses pengambilan
keputusan (Groot & McLaughlin, 2000).
`28
3.3 Pembentukan Geoportal
Ide awal dari geoportal adalah untuk memfasilitasi pencarian
dan penemuan data. Seiring berkembangnya teknologi geoportal
juga dapat didesain untuk mengorganisasi data dari penyedia data
lain dan memfasilitasi integrasi dan akses langsung data secara
daring melalui jendela penampil peta (map viewer) bahkan
mengunduh data geospasial secara langsung.Dalam kaitannya
dengan IDS geoportal memiliki peran sebagai fasilitator
publikasi, pencarian, penemuan dan penggunaan data spasial
pada IDSN.
Menurut Tellez-Arenas (2009), geoportal adalah
web yang memungkinkan pengguna untuk mencari,
menemukan, serta mengakses informasi geospasial dengan cara
melihat, menganalisis, membuat laporan, atau mengunduh
informasi geospasial sesuai dengan layanan yang
disediakan.Geoportal dibangun melalui tiga komponen SIG
yang terdistribusi (Tait, 2004) meliputi portal web, layanan
web, dan unit administrasi portal. Portal web merupakan situs
web yang menyediakan aplikasi geografis. Layanan web
akan mengirimkan fungsi geografis untuk akses data oleh
pengguna secara daring. Unit administrasi data sendiri bertugas
mengelola data geospasial, baik data dengan format raster
maupun vektor.
Menurut Longley &Maguire (2005), penting untuk
`29
membagi geoportal menjadi dua kelompok yaitu : katalog
geoportal dan aplikasi geoportal. Katalog geoportal
terkonsentrasi pada mengorganisasi dan mengelola akses
untuk Informasi Geospasial (IG). Aplikasi geoportal sendiri
menyediakan servis web geografis secara daring dandinamis.
Fitur yang menonjol dari geoportal adalah layanan katalog
untuk penerbitan dan akses metadata. Program IDS yang lebih
baik juga mulai memiliki layanan aplikasi berbasis fitur
(berbasis data geospasial). Indonesia merupakan salah satu
Negara yang telah mengimplementasikan geoportal pada
tingkat IDSN yang dapat diakses pada situs http://portal.ina-
sdi.or.id.
Salah satu perangkat lunak yang bisa digunakan untuk
membangun geoportal adalah ESRI Geoportal. ESRI Geoportal
Server merupakan produk open sourceyang memungkinkan
pencarian dan penggunaan sumber daya geospasial termasuk
dataset, raster, dan web services. Layanan ini membantu
mengelola dan menampilkan metadata untuk datageospasial
sehingga penggunadapat menemukan dan mengkoneksikan ke
datatersebut. Geoportal Server mendukung unit kliringdan
aplikasi penemuan metadata.
Dengan menggunakan Server Geoportal, pengguna dapat
melakukan beberapa hal berikut ini:
1) Mengurangi waktu dan redudansi dari produksi data.
`30
2) Mempertahankan integritas data dengan
memperbolehkan organisasi untuk mempermudah
berbagi versi otoriatif dari data.
3) Memungkinkan pencarian dan penemuan secara
mudah dari data geospasial dan servis yang telah ada
dengan memperbolehkan pengguna untuk membuat dan
mengatur deskripsi dari sumber data geospasial
dan mendukung kemudahan dalam penggunaan
sebuah teknologi penembuan data mutakhir.
`31
2. Akses
Pada saat ini untuk akses sudah sangat mudah karena
pemerintah memang sudah menyediakan geoportal yang
memang dibuat untuk memudahkan masyarakat untuk
mengakses semua situs yang di motori oleh BIG. Saat ini
contohnya yaitu esri geoportal yang memang mudah diakses
dan juga open source atau dapat dibuka dengan gratis.
Masalah yang mungkin terjadi yaitu dari pemeliharaan dan
juga kualitas dari peta nya dimana belum semua peta ada
dalam skala kecil dan itu yang masil menjadi pekerjaan
besar bagi pemerintah terutama BIG walaupun saat ini
untuk akses sendiri sudah lebih mudah.
`33
BAB IV
ANALISIS KELOMPOK
2. Kualitas Data
Kualitas data adalah bagian dari tata kelola data, kualitas
data mempunyai pengertian tentang kelengkapan dan keakuratan
data Selain itu, kualitas data juga berhubungan dengan
konsistensi dan ketepatan waktu . Kelengkapan itu sendiri
`35
mengandung pengertian informasi sebagai output dari proses
pegolahan data mewakili setiap keadaan sebenarnya memiliki
semua pengertian yang diperlukan untuk mendeskripsikan suatu
entitas atau semua nilai yang seharusnya dikumpulkan
Ir. Heny Lilyawati, M.Sc., Deputi Bidang Infrastruktur Data
Spasil (IDS) Bakosurtanal, menuturkan bahwa pemanfaatan
IDSN berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas
pembangunan nasional, menjamin kulaitas data, mendorong
pertumbuhan ekonmi, serta tersedianya platform dalam
pembangunan e-government dengan IDSN akan meningkatan
kualitas pengambilan keputusan dalam penetapan kebijakan
salah satunya untuk penanganan bencana.
Menurut Mark Mosley (2008), dalam bukunya “Dictionary
of Data Management”, pengertian kualitas data adalah level data
yang menyatakan data tersebut akurat (accurate), lengkap
(complete), timely (update), konsisten (consistent) sesuai
dengan semua kebutuhan peraturan bisnis dan relevan.
Akurat : menggambarkan Proses Dan hasil akhir
Pelayanan yang diukur secara benar
Lengkap : mencangkup seluruh kekhususan pasien Dan
sistem yang dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran
Terpercaya : dapat digunakan dalam Berbagai
kepentingan
Valid (sah) : sesuai dengan gambaran proses atau
`36
produk hasil akhir yang diukur
Tepat waktu :dikaitkan dengan episode Pelayanan yang
terjadi. Dapat digunakan untuk kajian , Analisis dan
pengambilan keputusan.
Seragam : batasan Sebutan tentang elemen data yang
dibakukan Dan konsisten penggunaannya di dalam
Maupun di luar organisasi.
Dapat dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan.Terjamin kerahasiaannya. Mudah diperoleh melalui
sistem komunikasi antar yang berwewenang
3. Integrasi Data
Integrasi adalah proses menggabungkan data yang berbeda
di sumber data yang berbeda dan menyediakan pengguna
dengan pandangan yang seragam terhadap data tersebut Pada
dasarnya proses ini melalui pembangunan sistem yang
terintegrasi. Karakteristik sistem integrasi data sebagai arsitektur
berdasarkan skema global dan sekumpulan data sumber. Sumber
data berisi data real, sementara itu skema global menyediakan
rekonsiliasi, integrasi, dan virtual view dari dasar sumber data.
Dengan global virtual global view, pengguna sistem
terintegrasi daapat mendapatkan akses data yang sergam dari
sumber data yang berbeda. Dua pendekatan dasar yang
digunakan diantara model skema global dan sumber data (skema
`37
local). Yang pertama Global-asView (GaV) dimana global
skema sebagai sumber data yang kedua adalah Local-as-View
(LaV) dimana setiap sumber data didefinisikan sebagai view
diatas global schema. Beberapa permasalahan integrasi yang
kaitan dengan heteroginitas data antar sumber data sebagai
skema lokal dengan skema global adalah schema mapping, data
cleansing, data transformation, data reconsciliation problem.
`42
BAB V
STANDARISASI PEMBANGUNAN SIMPUL JARINGAN
5.2 Pengertian
Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) adalah suatu
sistem penyelenggaraan pengelolaan data geospasial secara
bersama, tertib, terukur, terintegrasi dan berkesinambungan serta
berdayaguna.
Simpul Jaringan adalah institusi yang bertanggungjawab dalam
`45
penyelenggaraan pengumpulan, pemeliharaan, pemutakhiran,
penggunaan dan penyebarluasan Data Geospasial (DG) dan
Informasi Geospasial (IG) tertentu.
Kegiatan
Dalam penyelenggaraan JDSN, Simpul Jaringan bertugas:
1. melakukan kegiatan pengumpulan, pemeliharaan dan
pemutakhiran Data Spasial;
2. melakukan pertukaran dan penyebarluasan Data Spasial di
bidangnya;
3. menyediakan Data Spasial yang dapat diakses oleh masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
4. membangun sistem akses Data Spasial yang terintegrasi
dengan sistem akses JDSN;
5. melakukan koordinasi antarlintas pelaku pengelola Data
Spasial di bidangnya dan menyampaikan Data Spasial
maupunMetadata kepada Unit Kliringnya; dan
6. Melakukan pengembangan pedoman dan standar teknis Data
Spasial di bidangnya.
`48
Syarat kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan Simpul Jaring ada beberapa syarat
yang harus dipenuhu, yaitu:
1. jaringan kontrol geodesi, geoid nasional, cakupan foto udara,
hipsografi, batimetri, garis pantai, utilitas, penutup lahan, sistem
lahan, dan liputan dasar laut (sea bed cover) serta Data Spasial
lain untuk bidang survei dan pemetaan.
2. kerangka dasar kadastral dan bidang tanah, penggunaan tanah,
zona nilai tanah, zona nilai aset kawasan, dan karakteristik tanah
serta Data Spasial lain untuk bidang pertanahan.
3. batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, batas
wilayah administrasi kepemerintahan, toponimi serta Data
Spasial lain untuk bidang pemerintahan dalam negeri.
4. transportasi dan Data Spasial lain untuk bidang perhubungan.
5. wilayah kode pos dan Data Spasial lain untuk bidang
komunikasi dan informatika.
6. jaringan jalan, tubuh air/hidrologi, lingkungan bangunan,
jaringan air bersih, instalasi pengolahan limbah, dan rencana tata
ruang, serta Data Spasial lain untuk bidang pekerjaan umum.
7. lingkungan budaya dan Data Spasial lain untuk bidang
kebudayaan dan kepariwisataan.
8. wilayah pengumpulan data statistik, dan hasil kegiatan statistik
`49
serta Data Spasial lain untuk bidang statistik.
9. kuasa pertambangan, geologi, sumber daya mineral, seismik
eksplorasi, gayaberat, geomagnet, logging sumur pemboran, dan
hidrogeologi serta Data Spasial untuk bidang energi dan sumber
daya mineral.
10. kawasan hutan dan keanekaragaman hayati serta Data Spasial
lain untuk bidang kehutanan.
11. klasifikasi tanah dan Data Spasial lain untuk bidang pertanian;
12. oseanografi dan Data Spasial lain untuk bidang kelautan dan
perikanan.
13. iklim dan geofisika dan Data Spasial lain untuk bidang
meteorologi dan geofisika.
14. cakupan citra satelit dan Data Spasial lain untuk bidang
antariksa dan penerbangan.
Tahapan
Untuk mendorong ketersediaan IG yang dapat diakses dan
berkualitas, perlu untuk menetapkan kebijakan yang tepat baik
secara nasional, maupun di tingkat propinsi, kabupaten dan kota
melalui mekanisme :
1. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) - IG
2. Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) – IG
3. Rapat Koordinasi Infrastruktur IG
4. Atau melalui pertemuan/diskusi dalam FGD (Focus Group
`50
Discussion), dalam rangka sosialisasi, koordinasi maupun
bimbingan teknis.
Berdasarkan rekomendasi hasil Rakornas, Rakorda, Fora IDSN
yang bertujuan meningkatkan sinergi antara institusi yang terkait
dalam penyempurnaan kebijakan strategis, rencana strategis dan
rencana pembangunan tahunan instansi, mekanisme kerja simpul
jaringan diantaranya dimaksudkan untuk mendukung :
1. penyusunan program kerja, kebijakan dan kesepakatan;
2. peningkatan kemitraan institusional;
3. koordinasi penyediaan data utama;
4. pemasyarakatan dan pendayagunaan informasi data spasial;
5. peningkatan kinerja lembaga yang bergerak di bidang IG;
6. penetapan pembinaan data spasial; dan
7. peningkatan kerjasama internasional.
`51
BAB VI
KETERKAITAN GEOMATIKA DENGAN IDS
`56
`57
DAFTAR PUSTAKA
`60
`61