Anda di halaman 1dari 65

BUKU SAKU

Infrastruktur Data Spasial – GT4302

Kelompok 5

Ayu Ratna Sari (23116014)


Muhammad Muslimin (23116028)
Nurmira Sari (23116032)
Meta Yulia (23116034)
Annisa Nurul Hidayah (23116060)
Egi Nugraha (23116064)
Hafidz Mardian (23116074)
Ricky Ibramsyah (23116094)
Jannes J Nababan (23116108)
Fajar Marjianto (23116134)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I KONSEP IDS.............................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Pengertian Infrastruktur Data Spasial...........................................3

1.3 Dasar Hukum................................................................................4

1.4 Perkembangan IDS.......................................................................5

1.5 Tujuan...........................................................................................6

1.6 Peran Data dan Informasi Spasial................................................6

1.7 Manfaatan Produk IDS / SDI.......................................................7

BAB II KOMPONEN IDSN.................................................................8

2.1 Datase...........................................................................................8

2.2 Kelembagaan..............................................................................13

2.3 Peraturan....................................................................................14

2.4 Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


.................................................................................................16

2.5 Sumberdaya Manusia.................................................................18

2.6 Komponen Ids Menurut Anzlic1996 (Australia New Zealand


Land Information Council)......................................................20
`I
2.7 Komponen Ids Menurut Kuliah Pak Dudung Dan Uu No 4
Tahun 2011tentang Informasi Geospasial...............................20

2.8 Komponen Ids Menurut Rajabifard...........................................21

2.9 Komponen Ids Menurut Coleman Dan Mclaughlin...................23

2.10 Komponen Ids Menurut Moeller...............................................23

BAB III KEBIJAKAN SATU PETA (ONE MAP POLICY)..........25

3.1 Latar Belakang IDSN...................................................................25

3.2 Implementasi................................................................................26

3.3 Pembentukan Geoportal...............................................................27

3.4 Tantangan dan Masalah yang di hadapi.......................................29

BAB IV ANALISIS KELOMPOK.....................................................32

4.1 Peran Infrastruktur Data Spasial..................................................32

4.2 Perluasan Basis Data Spasial.......................................................36

4.3 Peranan IDS.................................................................................39

BAB V STANDARISASI PEMBANGUNAN SIMPUL JARINGAN


...............................................................................................................41

5.1 Latar Belakang.............................................................................41

5.2 Pengertian....................................................................................43

5.3 Dasar Hukum...............................................................................44

5.4 Cukapun Jaring Simpul................................................................45


`II
BAB VI KETERKAITAN GEOMATIKA DENGAN IDS..............50

6.1 Bidang Akademisi........................................................................50

6.2 Bidang Teknologi.........................................................................51

6.3 Sumber Daya Manusia (SDM).....................................................52

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................56

`III
BAB I
KONSEP IDS

1.1 Latar Belakang


Infrastruktur Data Spasial atau spasial data infrastructure (SDI)
adalah pelaksanaan infrastruktur data dalam kerangka data
geografis, metadata, pengguna dan tools yang secara interaktif
terknoneksi dalam rangka penggunaan data spasial yang efisien dan
fleksibel. Defenisi yang lain adalah sebagai proses perpaduan
teknologi, kebijakan, standar, sumberdaya dan aktifitas yang
diperlukan lainnya untuk mendapatkan, mengolah, mendistribusi,
menggunakan, mengelolah serta menjaga data spasial.
Kebutuhan data spasial sangat penting dalam perencanaan
pembangunan pada hampir semua sektor. Tidak hanya lembaga
seperti Bappeda, PU atau BPN, tetapi sektor-sektor lainpun sudah
mulai menggunakan data spasial. Ada banyak pihak baik lembaga
pemerintah maupun non-pemerintah yang melakukan kegiatan
pengadaan data spasial, penggunanaan dan distribusi data spasial
secara terpisah. Data spasial kebanyakan merupakan data-data yang
wajib di share ke publik sebagai bagian dari transparansi.
Diperlukan mekanisme, protokol dan aturan untuk mengatur proses
ini agar data tersebut bisa diakses secara baik dan benar.
Ketersediaan data dan informasi spasial pada hakekatnya
menjadi tanggung jawab pemerintah, walaupun dalam
`1
pelaksanaannya melibatkan pihak non pemerintah (swasta).
Pengelolaan data dan informasi spasial yang dilaksanakan
pemerintah maupun swasta masih dilakukan secara parsial sesuai
dengan kebutuhan dan kebijakan sektornya masing-masing,
sehingga menimbulkan kesan berjalan sendiri-sendiri dan kurang
koordinatif. Akibat dari hal ini adalah daya guna data dan informasi
spasial tersebut terbatas pada instansi masing-masing dan sekaligus
membatasi pemanfaatannya bagi multi pengguna. Disisi lain, oleh
karena berbagai hal seperti: kondisi geografis, keterbatasan dana,
teknologi, sumber daya manusia, dan lain-lain, mengakibatkan
penyediaan data dan informasi spasial belum sepenuhnya mencakup
keseluruhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Artinya pengadaan data spasial pada suatu instansi hanya untuk
memenuhi kebutuhan instansi tersebut dengan standar yang
ditetapkan adalah standar bagi instansi tersebut. Keadaan ini sering
mengakibatkan terjadinya duplikasi pengadaan data antar satu
instansi dengan instansi lain untuk lokasi yang sama. Kesadaran
akan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh data
spasial dan juga memerlukan waktu yang cukup lama untuk
pengadaan data spasial tersebut. Kenyataan mahalnya pengadaan
data spasial tersebut akan berdampak pada mahalnya biaya yang
dibutuhkan untuk membangun SIG. Kondisi data spasial (tema
tidak lengkap, skala kurang detil, data tidak up-to-date, sistem
referensi berbeda, format data berbeda, sulit diakses), data
`2
Atribut/Tabular/Statistik (data tidak lengkap, data kurang detil, data
tidak up-to-date, referensi berbeda, format berbeda, sulit diakses)
tidak seperti kondisi data yang diharapkan (data terintegrasi, detil,
tersistem, up-to- date, dapat langsung dipakai, dan mudah diakses).

1.2 Pengertian Infrastruktur Data Spasial


Data spasial adalah data berbasis ruang, menunjukan lokasi
objek tertentu di atas permukaan bumi dalam konteks ruang dan
lokasi.
Data geospasial yang selanjutnya disingkat menjadi DG adalah
data tentang objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di
bawah, pada, atau di atas pemukaan bumi (UU 41 tahun 2011).
Infrastruktur Data Spasial atau spatial data infrastructure (SDI)
adalah pelaksanaan infrastruktur data dalam kerangka data
geografis, metadata, pengguna dan tools yang secara interaktif
terkoneksi dalam rangka penggunaan data spasial yang efesien dan
fleksibel. Definisi yang lain adalah sebagai proses perpaduan
teknologi, kebijakan, standar, sumberdaya manusia dan aktivitas
yang diperlukan lainnya untuk mendapatkan, mengola,
mendistribusi, menggunakan data spasial.
Peran ids Menjamin kepastian keberadaan data Keberadaan
data tersebar, pembangunan metadata, kustodianship/walidata,
pembangunan aplikasi pencarian data, Kemudahan akses
Menggunakan jaringan berbasis elektronik , Data integrasi
`3
Interoperabilitas data spasial (technical aspect), Keterpaduan
kebijakan, peraturan, penguatan institusi, Mengurangi duplikasi data
dan kegiatan- efisiensi Koordinasi, perencanaan, pertukaran data,
Menjamin kualitas data ; Mengacu pada standar yg sama.

Gambar 1. Hirarki IDS

1.3 Dasar Hukum


Berbagai peraturan perundangan yang mendasari segera
tersusunnya basis data IDS dalam mendukung manajemen bencana
yang mendasar adalah :
1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi
2. Undang-Undang No. 04 Tahun 2011 Tentang Informasi
Geospasial
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun
2007 Tentang Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN)
4. Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2014 tentang Jaringan
Informasi Geospasial Nasional (JIGN) Peraturan

`4
5. Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Geospasial
6. InPres Nr. 6 / 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan,
Pengendalian Kualitas, Pengolahan, dan Distribusi Data
Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 20
16 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta
Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000.

1.4 Perkembangan IDS


Istilah SDI pertama kali diperkenalkan tahun 1993 oleh U.S.
National Research Council untuk menjelaskan dari
teknologi,kebijkan dan pengaturan kelembagaan yang bersama-
sama memfasilitasi pembuatan, pertukaran dan penggunaan
geospatial data.
Di Indonesia dimulai dari tahun 1993 oleh melibatkan 7 instansi
pemerintah yang terkait dengan penggunaan data spatial. Kegiatan
ini difasilitasi oleh BIG atau dulunya Bakosurtanal.
Pertemuan lanjutan pembentukan dilakukan beberapa kali
sesudah itu yaitu tahun 1997, 2000, 2003 sampai kemudian keluar
konsep NSDI (National Spatial Data Infrastruktur).
Melalui proses yang panjang tahun 2011 pengelolaan data
`5
spatial akhirnya memiliki payung hukum berupa UU.

1.5 Tujuan
Tujuan dari dikembangkannya IDS adalah, menyediakan data
dan informasi spasial yang berkualitas yang mudah diakses dan
diintegrasikan untuk pembangunan; bermanfaat dalam menghindari
duplikasi pekerjaan antar instansi; mendukung pemanfaatan
multiguna data dan informasi spasial; meningkatkan kualitas dan
ketersediaan data dan informasi spasial; memberikan kemudahan
akses data; meningkatkan return on investment; serta meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan (Bakosurtanal, 2007).

1.6 Peran Data dan Informasi Spasial


1. Data spasial memiliki peran penting dalam setiap aktivitas
pemerintah:
 90% aktivitas pemerintah memiliki elemen spasial
 65% aktivitas pemerintah menggunakan elemen spasial
sebagai identifier utama.
2. Telah banyak institusi yang mengumpulkan dan mengelola
berbagai macam data dan informasi spasial (geo-information)
untuk memenuhi kebutuhan masing-masing -> membentuk
pulau-pulau geoinformasi (islands of geo-information).
3. Pengambilan keputusan yang efektif dalam pemerintahan
memerlukan informasi spasial yang. up-to-date dan akurat, yang
`6
menjelaskan situasi terkini yang terjadi.

1.7 Manfaatan Produk IDS / SDI


Ketersedian data yang lengkap, standar, dapat diperoleh dengan
cepat melalui metode akses yang baik akan membuka dan
memperluas potensi pasar, Adanya data yang komplit, berkualitas
baik, dan sesuai standar, dapat digunakan untuk menghasilkan
analisis pengambilan keputusan yang lebih akurat. Diberinya
kewenangan pada instansi yang kompeten terhadap suatu tema data
tertentu dalam membuat, menyimpan, mendistribusikan, dan
mengup-date data, tentunya akan menghasilkan data spasial yang
berkualitas lebih baik. Tidak adanya duplikasi pengadaan data
sesuai dengan prinsip “mengadakan sekali dipakai bersama berulang
kali” maka terjadi efisiensi anggaran yang dikeluarkan untuk
pengaadaan data.
Produk dari IDS dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk
membantu proses pengambilan keputusan, pemanfaatan langsung
yang dilakukan seperti untuk:
1. Pemanfaatan data geo-spasial pemodelan GIS untuk prediksi
banjir.
2. Pemodel GIS kesesuaian lahan dan SDF yang berkaitan
3. Pemodelan perubahan tutupan lahan dalam jangka waktu
tertentu.

`7
`8
BAB II
KOMPONEN IDSN

2.1 Datase
Dataset terdiri dari data penginderaan jauh, data dasar geodesi,
peta rupabbumi, peta tematik, sehingga dalam forum komunikasi
pembnagunan dataset sangat diperlukan dan bahkan mendesak
untuk segera diformlasikan mengenai jenis, spesifikasi, standar
yang semuanya diperlukan dalam rangka menuju ketersediaan data
dan kemudahan akses (Lukman, 2005). Data dan informasi spasial
adalah slah sat komponen utama dari infrastruktur yang juga
sebagai salah satu komoditas yang sangat diperlukan oleh berbagai
kalangan dalam perencanaan maupun pelaksanaan suat
pembangunan (Bakosurtanal, 2003).

Gambar 2. Korelasi data dan informasi spasial

Dataset merupakan komponen paling penting dalam


infrastruktur data spasial nasional (ANZLIC, 2003). Dataset tersebt
adalah data yang dibuat dalam kerangka kelembagaan dan
`9
dikumpulkan sehingga menjadi fundamental dataset, dan dari data
tersebut data dan informasi lain dapat diturunkan melalui
pengintegrasian dan penambahan nilai (gambar 1). kebutuhan akan
cakupan nasional yang konsisten mengandung arti bahwa perlu
koordinasi antar institusi untuk menjamin bahwa semua komponen
dataset dikumpulkan secara konsisten atas standar yang berlaku,
masyarakat pengguna harus dilibatkan utuk menentkan spesifikasi
dan prioritas akses data disediakan sesuai dnegan kebijakan yang
ditentukan oleh IDSN (FGDC, 2004).

Gambar 3. Korelasi data dan hirarki IDS

Aspek dataset dalam program pembangunan IDSN bertujuan


untuk memfasilitasi keberadaan infrastruktur, yang mencakup : (1)
Identifikasi dataset yang merupakan bagian utama dari
infrastruktur, (2) Menentukan kastodian dari dataset tersebut, (3)
Memfasilitasi pengembangan prioritas dan standar dari data

`10
tersebut.
Forum koordinasi fundamental dataset bertujuan antara lain :
penyusnan standarisasi dataset; penyusunan spesifikasi perolehan
data (data acquisition); penyusunan stamdarisasi basisdata;
penyusunan stadarisasi protokol sistem distribusi dataset; dan
peyusunan standarisasi jaringan kerja. Penyelenggaraan IDS di
Indonesia mengacu kepada pengembangan clearinghouse
(Bakosurtanal, 2004). Kegiatan-kegiatan yang perlu dikembangkan
dalam mendukung IDSN, khususnya dalam pembnagunan
clearinghouse Indonesia, sebagaimana diuraikan diatas mencakup :
perumusan standar, pengembangan metadata dan pengembangan
direktori data.
Dalam penyelenggaraan IDSN perlu dikembnagkan standar
dataset yang mencakup standar masing-masing dataset, standar
transfer dan standar metadata. Standar-standar tersebut dibangun
secra terintegrasi dna menjadi pedoman dalam membangun dan
memanfaatkan dataset bagi semua lintas pelaaku IDSN. Standar
yang terintegrasi diperlukan agar masing-masing dataset saling
kompatibel. Pembangunan standar-standar dataset harus
dilaksanakan dengan melibatkan dan mendapatkan kesepakatan
semua lintas pelaku IDSN.
Pengembangan standar dataset di Indonesia perlu mengacu
kepada pengembangan yang ada di tingkat internasional mengingat
kerjasama antar negara untuk membangun ekonomi dan lingkungan
`11
hidup kawaasan internasional juga mencakup data dan informasi
spasial. Berkaitan dengan itu pembangunan standar dataset di
tingkat internasional sedang dilaksanakan oleh berbagai organisasi
internasional. Internasional Organization for Standardization (ISO)
sudah mendirikan komisi mengenai standarisasi informasi geografi
sebagai bidnag aktifitas teknis (ISO TC/211, 2004). Aktifitas teknis
ISO ini menyediakan suatu kerangka standarisasi data spasial
nasional, regional dan global (Gambar 2). IDSN merasa perlu untuk
berpartispasi dalam kegiatan ISO TC/211 tersebut. Dalam
penyelenggaraan standarisasi perlu disusun standar proses, standar
produk, standar akses dan transfer data terhadap dataset yang
menjadi tugs dan tanggung jawab masing-masing instansi. Dalam
rangka melaksanakan standarisasi perlu juga diperhatikan
kepakaran dan melibatkan lintas pelaku, dan melalui Pantek 211S
agar standar dapat diintegrasikan antara satu dengan yang lain.
Beberapa standar yang berkaitan dengan dataset (ANZLIC,
1998) adalah :
1. Standar data adalah acuan yang digunakan dalam membuat data
agar mencapai sutau tingkat kualitas yang diperlukan atau
disepakati. Standar dataset mendefenisikan karakter teknis dari
dataset yang mencakup: akurasi spasial, atribut, akurasi dan
masa berlaku. Standar dataset mencakup sistem referensi, datum
dan sistem proyeksi peta, model data/klasifikasi data, kamus
data, kualitas data dan transfer data.
`12
2. Standar transfer menyediakan format intermediate untuk
mentrasfer data dan dioptimasi untuk mencapai komunikasi data
dan metadata secara efektif.
3. Standar metadata adlah penjelasan tentang istilah-istilah yag
umum dan defenisi dari konsep dan komponen yang berkaitan
dengan metadata.

Salah satu aspek yang terkait dengan dataset dalam


pembangunan IDSN adalah pembangunan metadata dari data
spasial yang telah dan akan diproduksi pada setiap institusi
pemasok data. Metadata adalah data tentang isi, kualitas, kondisi
dan karakteristik lainnya dari data (FGDC, 2003). Beberapa
manfaat yang diperoleh dengan keberadaan metadata adlah: untuk
membantu dalam mengatur dan memelihara suatu investasi data
spasial, unutk memberikan informasi tentang kepemilikan data
pada katalog data, clearinghouse dan para pengguna data dan untuk
memberikan informasi dalam mengolah menginterpretasikan data
yang diterima darisumber eksternal.
Untuk mencapai tujuan diatas, penyusunan metadata harus
dipersiapkan dengan baik sehingga produk informasi yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Informasi
metadata ditetapkan berdasarkan empat karakteristik yang
menentukan peranan dari metadata yaitu :
1. Ketersediaan adalah informsi yang dieprlukan untuk
`13
mengetahui ketersediaan data;
Akses adalah informasi yang diperlukan tentang tatacara
mendapatkan data;
Penggunaan adalah informasi yang diperlukan untuk
mengetahui kegunaan data; dan
Transfer adalah informasi yang diperlukan untuk mengolah
dan menggunakan data (ANZLIC, 1998)

2.2 Kelembagaan
Tujuan kelembagaan adalah untuk mengurangi ketidakpastian
terhadap sumberdaya tententu, akrena setiap pihak memberikan
pengakuan bahwa hak seseorang merupakan kewajiban bagi orang
lain. Manfaat kelembagaan, yaitu : (1) Pedoman masyarakat untuk
berprilaku dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; (2) Menjaga
keutuhan masyarakat atau kelompok sosial tertentu (UPI & KLH,
2003).
Forum koordinasi kelembagaan survei dan pemetaan dalam
pengembangan IDSN bertujuan mencapai sinergi antara berbagai
lembaga pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi non
pemerintah. Kegiatan kelembagaan meliputi : penyusunan program
kerja, kebijakan dan kesepakatan, peningkatan kemitraan
institusional, koordinasi penyediaan dataset, pemasyarakatan dan
pendayagunaan informasi data spasial, peningkatan kinerja
lembaga surta, penetapan pembinaan (custodianship) dta spasial,
`14
dan peningkatan kerjasama internasional.
Aspek kelembagaan IDSN meliputi terbentuknya forum
koordinasi IDSN ynag merupakan forum koordinasi kelembagaan
survei dan pemetaan dengan menyertakan seluruh instansi terkait
9baik pemrintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, dunia
usaha/swasta dan LSM). Aspek kelembagaan merupakan suatu
komponen IDSN yang berkaitan dengan menajemen forum
koordinasi IDSN dalam penentuan kebijakan dan berbagai aturan
dalam membnagun, mengelola, mengakses serta menggunakan data
dasar utama dan berbagai standar yang diperlukan dalam
membangun IDSN.

Gambar 4. Konsep struktur kelembagaan dan standar


(Bakosurtanal, 2004)

2.3 Peraturan
Peraturan diperlukan guna memebrikan kepastian aturan yang
saling menguntungkan baik bagi pengguna maupun penyedian data.
Penyusunan peraturan tersebut ditujukan untuk menunjang

`15
pembangunan IDSN dalam operasionalisasinya. Peraturan
dimaksud pada hakekatnya mencakup norma, pedoman, prosedur,
standar, spesifikasi, data dan informasi spasial.
Forum koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan
dan pengaturan lainnya, bertujuan untuk menunjang program survei
dan pemetaan nasional, dimaksudkan antara lain untuk : menjamin
kepastian hukum dalam berusaha/investasi dibidang survei dan
pemetaan; menjamin kepstian penyelenggaran survei dan
pemetaan; menjamin kepastian hukum hak atas kekayaan
intelektual dibidang survei dan pemetaan.
Data dan informasi adalah salah satu dari benda yang perlu dan
harus dilindungi dengan hak dan kekayaan intelektual (HaKI). Hal
ini mengingat dalam pengadaan membutuhkan suatu usaha yang
tidak kecil vaik ditinjau dari sumberdaya keuangan, sumberdaya
manusia dan yang tidak kalah penting adalah pemikiran yang telah
dicurahkan. Pengaturan selanjutnya adalah dalam hal menyusun
landasan hukum untuk dapat menciptakan sinergi antar pelaku
penyelenggara survei dan pemetaan.
Perlu peraturan perundangan untuk pengumpulan dan
penggunaan bersama atas data spasial. Peraturan-peraturan yang
diperlukan pelaksanaan koordinasi di tingkat nasional dan daerah;
peran atau tanggung jawab institusi pemerintah; peran atau
tanggung jawab institus swasta; penetapan institusi kunsi; aturan
distribusi data pada setiap instansi; peraturan perundangan
`16
mengenai hak cipta; sekuriti; penentapan hara; privacy dan
liability; serta peraturan mengenai akses.

2.4 Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi
Teknologi yang berkembang hendaknya selalu bisa
dimanfaatkan dalam menunjang pembangunan IDSN khususnya
melalui sistem jaringan sebagai media komunikasi dan pertukaran
data. Perkembangan teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai alat
analisis untuk pemecahan berbagai masalah dalam kaitannya
dengan pemanfaatan data dan informasi spasial.
Dalam perkembangan dan perubahan atas data dan informasi
spasial yang sangat dinamis, perlu adanya suatu terobosan melalui
penenelitian dan pengembangan untuk menjaga agar data dan
informasi spasial tersebut tetap terjamin keabsahannya serta
memiliki nilai yang tinggi. Penelitian dan pengembangan tentunya
tidak hanya terbatas pada segi teknis penyelenggaraan akan tetapi
harus diluaskan hingga mencakup baik segi sosial hingga
ekonomisnya. Penelitian dan pengembangan diperlukan dalam
mengembangan infrastruktur data spasial nasional karena
pembangunan IDSN adalah pembangunaninfrastruktur yang
berbasis pada penggunaan dan pemanfaatan teknologi mutakhir.
Peenelitian dan pengembangan diperlukan untuk menguasai
teknologi muktahir tersebut. Penelitian dan pengembangan juga
`17
diperlukan dalam mendukung pengambangan peraturan
perundangan dalam pengumpulan dan penggunaan data bersama
data spasial (Bakosurtanal, 2004).
Salah satu teknologi yang berkembang dalam rangka
pembangunan IDSN adalah penerapan teknologi yang digunkaan
untuk membangun jaringan clearinghouse yan diperlukan agar
msyarakat pengguna dapat mengakses data dan informasi spasia
secara online. Forum koordinasi penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan yeknologi bertujuan antara lain untuk :
mendorong kesinambungan aktivitas penelitian dan pengembangan,
meningkatkan kemampuan penguasaan dan penerapan teknologi,
mengembangkan penemuan baru/inovasi di bidang teknologi survei
dan pemetaan, dan memberikan nilai tambah terhadap dataset.
Teknologi yang berkembang hendaknya selalu bisa
dimanfaatkan dalam menunjang pembangunan IDSN khususnya
melalui sistem jaringan sebagai media komunikasi dan pertukara
data. Untuk dapat mengikuti perkembangan dan perubahan atas
data dan informasi spasial yang sangat dinamis, maka perlu adanya
terobosan melalui suatu penelitian dan pengembangan untuk
menjaga agar data dan informasi spasial tersebut tetap terjamin
keabsahannya serta memilik nilai yang tinggi. Salah satu hal yang
dapat dilakukan yakni melaksanakan penelitian dan pengembangan
mengenai pengelolaan dan pembangunan basisdata spsial.
Penelitian di bidang basisdata perlu diselenggrakan mengingat
`18
volume data yang tersimpan disetiap kastodian saat ini sudah cukup
besar sehingga memerlukan teknik pengelolaan basisdata yang
dapat mempercepat akses terhadap data tersebut. Penenelitian dan
penegmbangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkaitan
dengan pengembangan jaringan clearinghouse mencakup : sistem
basisdata, protokol komunikasi, dedicated lines, local area
network, wide area network, integrated-service network dan
internet.
Teknologi penayangan peta bahkan analisis spasial secraa on-
line di internet saat ini sudah tersedia sehingga perlu dilakukan
penguasaan teknologi tersebut agar dapat diterapkan di setiap
kastodian data. Penelitian dan pengembangan IPTEK juga perlu
dilakukan untuk menunjang penerapan teknologi e-commerce agar
penjualan data dan informasi spasial dapat dilaksanakan melalui
internet secara on-line.

2.5 Sumberdaya Manusia


Pengembangan SDM diarahkan kepada suatu profesionalisme
dalam memenuhi kebutuhan dalam pengembangan IDSN serta
mampu nerkompetisi secara internasional. Pengaturan SDM
sebagai pelaku dari seluruh kegiatan meliputi standarisasi
kemampuan, pengambangan kemampuan hingga optimalisasi
pemafaatan sumberdaya manusia. Dalam pengambangan
infrastruktur peran tenaga terdidik dan terlatih merupakan hal yang
`19
sangat penting, tenaga tersebutlah yang akan mengembangkan
sekaligus manjaga kesinambungan operasionalisasi infrastruktur
(Bakosurtanal, 2004). Program pembangunan IDSN perlu
menetapkan kerangka dalam pengembangan keahlian dan
kompetensi dari SDM yang diperlukan dalam pengembangan IDSN
dengan menyertakan lembaga-lembaga pendidikan.
Forum koordinasi SDM yang bertujuan antara lain untuk :
membangun kemampuan dan profesionalitas SDM di bidang survei
dan pemetaan, sertifikasi dan akreditasi profesi survei dan
pemetaan, dan standarisasi kompetensi SDM di bidang survei dan
pemetaan. Penyelenggaraan IDSN memerlukan keterlibatan
teknologi dalam proses-proses pengumpulan, pengolahan dan
pendistribusian data serta tersedianya SDM ynag menguasai
teknologi tersebut, yaitu: (1) meningkatkan penelitian tentang
basisdata; (2) meningkatkan penelitian teknologi informasi dan
komunikas clearinghouse (3) peningktan kualitas SDM IDSN.

`20
Gambar 5. Visi IDSN

2.6 Komponen Ids Menurut Anzlic1996 (Australia New Zealand


Land Information Council)

1. Kelembagaan
Mendefenisikan kebijakan dan pengaturan untuk membangun,
memelihara, mengakses dan menerapkan standar dan dataset.
3 Standar Teknis
Menentukan karakteristik teknis dari dataset fundamental.
4 Fundamental Datasets
Diproduksi dalam kerangka dan sepenuhnya mematuhi standar
teknis.
5 Unit Clearing House
Menjamin dataset fundamental dapat diakses oleh masyarakat,
`21
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan dalam kerangka
institusional, dan teknis standar yang telah disepakati.

2.7 Komponen Ids Menurut Kuliah Pak Dudung Dan Uu No 4


Tahun 2011tentang Informasi Geospasial
1. Kebijakan
Landasan hukum berupa Undang-Undang dan peraturan
yang mendasari IDS.
2. Kelembagaan
Mendefenisikan kebijakan dan pengaturan administrasi
untuk membangun, memelihara, mengakses dan
menerapkan standar dan dataset.
3. Teknologi
Penggunaan ICT berbasis jaringan elektronik terkoneksi
dan terintegrasi.
4. Standar
Menentukan karakteristik teknis dari dataset fundamental
5. Sumbedaya Manusia
Lembaga dan perorangan yang terkait informasi geospasial.

2.8 Komponen Ids Menurut Rajabifard


IDS merupakan inisiatif dalam pengelolaan data spasial yang
terintegrasi antara komponen Sumber Daya Manusia (SDM) atau
stakeholder, Kebijakan dan Perundang-undangan, Teknologi, dan
`22
Standardisasi serta Data Spasial, yang memungkinkan berbagi
pakai data (data sharing) dan kemudahan akses untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan data spasial
(Rajabifard, 2006).

Gambar 6. Komponen dasar IDS menurut Rajabifard


Rajabifard (2001) juga menyarankan agar IDS tidak hanya
terdiri dari empat komponen dasar, tetapi juga menambah
komponen yang penting yaitu SDM (people). Komponen termasuk
pengguna data spasial dan pemasok data yang berinteraksi untuk
mendorong pengembangan IDS.

`23
Gambar 7. Komponen IDS menurut Rajabifard

`24
2.9 Komponen Ids Menurut Coleman Dan Mclaughlin
Coleman dan McLaughlin (1998) menganggap definisi
ANZLIC tentang IDS sebagai data sentris. Mereka menyarankan
bahwa IDS tidak hanya terdiri empat dasar komponen, tetapi juga
menambah komponen penting, yaitu Sumberdaya manusia (SDM).

Gambar 8. Komponen IDS menurut Coleman dan McLaughlin

2.10 Komponen Ids Menurut Moeller


Moeller (2002), Direktur Federal Geographic Data Committee
(FGDC), lebih menekankan pada komponen akses jaringan
(network access), dan membaginya ke dalam kerangka metadata
dan clearinghouse. Pandangan dia perlu adanya integrasi semua
pengguna ke portal “One Stop Shop Model". Jika dibandingkan
dengan struktur lainnya, Moeller lebih menekankan pada fungsi
data katalog pada IDS.

`25
Gambar 9. Komponen IDS menurut Moeller
 Framework IDSN menyediakan basis konsisten untuk
lokasi spasial.
 Metadata adalah penjelasan atau deskripsi tekstual dari
sumber data.
 Clearinghouse (katalog) menyediakan akses dan
kemampuan katalog.
 Standar adalah standar untuk data dan teknologi
interoperabilitas.
 Kemitraan adalah hubungan untuk kolaborasi, berbagi
dan kebijakan.

`26
BAB III
KEBIJAKAN SATU PETA (ONE MAP POLICY)

3.1 Latar Belakang IDSN


Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) Indonesia, muncul
pertama kali sejak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada
Rapat Kabinet 23 Desember 2010, yaitu: "Saya ingin hanya satu
peta saja sebagai satu-satunya referensi nasional!”, berawal ketika
UKP4 menunjukkan kepada Presiden SBY peta tutupan hutan dari
Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup yang
berbeda (Kementerian Lingkungan Hidup= 59,8 juta Ha sedangkan
data Kementrian Kehutanan = 44,2 juta Ha). Kebijakan Satu Peta
pertama kali dilaksanakan dengan dihasilkannya Peta Indikatif
Moratorium/ Penundaan Izin Baru di Hutan Alam Primer dan
Lahan Gambut yang menjadi lampiran pada Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Penundaan
Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam
Primer dan Lahan Gambut. Kebijakan ini untuk mendukung
kebijakan nasional menyeimbangkan dan menselaraskan
pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan serta upaya
penurunan emisi gas rumah kaca yang dilakukan melalui
penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
Paket Kebijakan Ekonomi VIII Presiden Jokowi, Senin (21-12-
2015) salah satunya adalah tentang Kebijakan Satu Peta Nasional
`27
(One Map Policy) dengan skala 1:50.000. Perpres No 9 Tahun
2016 tentang Percepatan Kebijakan 1 Peta pada tingkat ketelitian
peta skala 1:50.000

3.2 Implementasi
Manfaat Kegiatan aplikatif ini diharapkan mampu
menghasilkan layanan geoportal sehingga tercipta layanan berbagi
pakai data yang berhubungan dengan data geospasial. Penggunaan
perangkat lunak open source dalam proyek ini diharapkan mampu
menekan biaya investasi pemerintah untuk mendukung
implementasi IDS di tingkat daerah dan simpul jaringan data
geospasial. Cakupan Kegiatan Lingkup kegiatan yang dilakukan
dalam pembuatan layanan geoportal di Kabupaten Kulon Progo
adalah sebagai berikut : Pembuatan layanan geoportal
menggunakan teknologi dari ESRI Geoportal. Penyimpanan data
geospasial menggunakan perangkat lunak Geoserver. Pembuatan
Map Viewer menggunakan ArcGIS Viewer for Flex. Landasan
Teori Infrastruktur Data Spasial Infrastruktur Data Spasial
menyediakan set urutan institusional, teknis, dan ekonomi untuk
komunitas lokal, nasional, regional, dan level global untuk
mengakses dan menggunakan sumber daya geospasial (data, servis,
sensor dan aplikasi) untuk mendukung proses pengambilan
keputusan (Groot & McLaughlin, 2000).

`28
3.3 Pembentukan Geoportal
Ide awal dari geoportal adalah untuk memfasilitasi pencarian
dan penemuan data. Seiring berkembangnya teknologi geoportal
juga dapat didesain untuk mengorganisasi data dari penyedia data
lain dan memfasilitasi integrasi dan akses langsung data secara
daring melalui jendela penampil peta (map viewer) bahkan
mengunduh data geospasial secara langsung.Dalam kaitannya
dengan IDS geoportal memiliki peran sebagai fasilitator
publikasi, pencarian, penemuan dan penggunaan data spasial
pada IDSN.
Menurut Tellez-Arenas (2009), geoportal adalah
web yang memungkinkan pengguna untuk mencari,
menemukan, serta mengakses informasi geospasial dengan cara
melihat, menganalisis, membuat laporan, atau mengunduh
informasi geospasial sesuai dengan layanan yang
disediakan.Geoportal dibangun melalui tiga komponen SIG
yang terdistribusi (Tait, 2004) meliputi portal web, layanan
web, dan unit administrasi portal. Portal web merupakan situs
web yang menyediakan aplikasi geografis. Layanan web
akan mengirimkan fungsi geografis untuk akses data oleh
pengguna secara daring. Unit administrasi data sendiri bertugas
mengelola data geospasial, baik data dengan format raster
maupun vektor.
Menurut Longley &Maguire (2005), penting untuk
`29
membagi geoportal menjadi dua kelompok yaitu : katalog
geoportal dan aplikasi geoportal. Katalog geoportal
terkonsentrasi pada mengorganisasi dan mengelola akses
untuk Informasi Geospasial (IG). Aplikasi geoportal sendiri
menyediakan servis web geografis secara daring dandinamis.
Fitur yang menonjol dari geoportal adalah layanan katalog
untuk penerbitan dan akses metadata. Program IDS yang lebih
baik juga mulai memiliki layanan aplikasi berbasis fitur
(berbasis data geospasial). Indonesia merupakan salah satu
Negara yang telah mengimplementasikan geoportal pada
tingkat IDSN yang dapat diakses pada situs http://portal.ina-
sdi.or.id.
Salah satu perangkat lunak yang bisa digunakan untuk
membangun geoportal adalah ESRI Geoportal. ESRI Geoportal
Server merupakan produk open sourceyang memungkinkan
pencarian dan penggunaan sumber daya geospasial termasuk
dataset, raster, dan web services. Layanan ini membantu
mengelola dan menampilkan metadata untuk datageospasial
sehingga penggunadapat menemukan dan mengkoneksikan ke
datatersebut. Geoportal Server mendukung unit kliringdan
aplikasi penemuan metadata.
Dengan menggunakan Server Geoportal, pengguna dapat
melakukan beberapa hal berikut ini:
1) Mengurangi waktu dan redudansi dari produksi data.
`30
2) Mempertahankan integritas data dengan
memperbolehkan organisasi untuk mempermudah
berbagi versi otoriatif dari data.
3) Memungkinkan pencarian dan penemuan secara
mudah dari data geospasial dan servis yang telah ada
dengan memperbolehkan pengguna untuk membuat dan
mengatur deskripsi dari sumber data geospasial
dan mendukung kemudahan dalam penggunaan
sebuah teknologi penembuan data mutakhir.

3.4 Tantangan dan Masalah yang di hadapi


1. Ketersediaan
Ketersedian data sendiri sebenarnya ada, namun belum
terintegrasi dan sinkronisasi dengan baik, dimana dimasing-
masing instansi memiliki peta sendiri yang apabila di
satukan atau di tumpang tindihkan banyak ketidaksesuaian.
Hal ini yang menjadi masalah dan tantangan bagaimana
caranya agar masing-masing instansi menyediakan data
sesuai dengan instansi tersebut misalnya di bidang pertanian
menyediakan data jenis tanah dan apabila ingin
menggunakan data curah hujan bisa meminta ke BMKG
atau badan terkait yang menyediakan data tersebut. agar
data nya tersebut sinkron.

`31
2. Akses
Pada saat ini untuk akses sudah sangat mudah karena
pemerintah memang sudah menyediakan geoportal yang
memang dibuat untuk memudahkan masyarakat untuk
mengakses semua situs yang di motori oleh BIG. Saat ini
contohnya yaitu esri geoportal yang memang mudah diakses
dan juga open source atau dapat dibuka dengan gratis.
Masalah yang mungkin terjadi yaitu dari pemeliharaan dan
juga kualitas dari peta nya dimana belum semua peta ada
dalam skala kecil dan itu yang masil menjadi pekerjaan
besar bagi pemerintah terutama BIG walaupun saat ini
untuk akses sendiri sudah lebih mudah.

3. Sumber Daya Manusia (SDM)


Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia
(SDM) atau tenaga pemetaan (surveyor). Idealnya, perlu
40.000-50.000 tenaga untuk mempercepat implementasi
kebijakan satu peta. Apalagi tuntutan peta terhadap
pembangunan tak bisa ditahan, tenaga pemetaan geospasial
baru 11.000-an. KSP menuntut skala peta besar seperti
untuk pembangunan smartcity, peta desa, rencana detil tata
ruang, pembangunan tol laut dan kawasan ekonomi khusus.
Dan juga data geospasial ini sangat dibutuhkan bukan hanya
oleh pemerintah tetapi swasta maupun lembaga non
`32
pemerintah kala bikin pemetaan partisipatif perlu mengacu
pada peta dasar BIG. Hal ini yang masih menjadi tantangan
besar bagi BIG dan juga pemerintah untuk membangun
kebijakan satu peta yang memang perencanaan nya sudah
lama.

`33
BAB IV
ANALISIS KELOMPOK

4.1 Peran Infrastruktur Data Spasial


1. Data Sharing
Data sharing adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk
membagi suatu file, perangkat dan koneksi internet untuk
digunakan secara bersama-sama dengan tujuan untuk
menghemat biaya dan perangkat. Sharing dapat dilakukan
terhadap File Dokumen/Software dalam drive atau folder, atau
dalam CD-Rom, sharing perangkat berupa Printer dan CD-
Room dan sharing jaringan koneksi internet. Data sharing
disebut juga ssuatu perangkat sistem managemen data spasial
yang mencakup kelembagaan kumpulan data dasar spasial
beserta standar-standar dan petunjuk teknis, teknologi,peraturan
perundang-undangan, kebijakan-kebijakan serta sumber daya
manusia yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, mendistribusikan, dan meningkatkan pemanfaatan
data spasial. Seiring dengan perkembangan teknologi dan
adanya kebutuhan akan ketersediaan data geospasial secara
bersama mengharuskan tersedianya suatu jaringan ataupun
media untuk melakukan kegiatan sharing data. Dalam hal ini
kegiatan sharing data tersebut dapat melalui IDSN adanya data
beserta informasi mengenai suatu data (metadata).
`34
Metadata merupakan data tentang data dimana berisi
informasi tentang karakteristik data misalnya judul isi, cakupan
wilayah, informasi pembuat, sisitem referensi, tahun pembuatan
sumber data dan kualitasnya. Metadata memiliki peran penting
bagi khalayak ramai baik pada instansi pemerinta,swasta,
perguruan tinggi dan masyarakat umum terutama metadata
dalam pencarian Data Geospasial. Data Geospasial ini juga
penting dalam kegiatan perencanaan pembangunan dan
pengelolaan sumber daya alam. Oleh karena itu pemerintah
mengupayakan untuk menerbitkan serta mempublikasikan data
geospasial agar terintegrasi dalam suatu jaringan IDSN.
Berdasarkan pedoman IDSN, salah satu indikator yang
menentukan keberhasilan dalam implementasi IDSN adalah data
utama. Data utama dimaksudkan sebagai suatu set data
terstruktur yang mempunyai tema dan atribut yang sama. Data
utama inilah yang akan di lakukan pertukaran (sharing) melalui
penerapan IDSN. Komponen data utama yang akan memberikan
informasi dari suatu data adalah metadata.

2. Kualitas Data
Kualitas data adalah bagian dari tata kelola data, kualitas
data mempunyai pengertian tentang kelengkapan dan keakuratan
data Selain itu, kualitas data juga berhubungan dengan
konsistensi dan ketepatan waktu . Kelengkapan itu sendiri
`35
mengandung pengertian informasi sebagai output dari proses
pegolahan data mewakili setiap keadaan sebenarnya memiliki
semua pengertian yang diperlukan untuk mendeskripsikan suatu
entitas atau semua nilai yang seharusnya dikumpulkan
Ir. Heny Lilyawati, M.Sc., Deputi Bidang Infrastruktur Data
Spasil (IDS) Bakosurtanal, menuturkan bahwa pemanfaatan
IDSN berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas
pembangunan nasional, menjamin kulaitas data, mendorong
pertumbuhan ekonmi, serta tersedianya platform dalam
pembangunan e-government dengan IDSN akan meningkatan
kualitas pengambilan keputusan dalam penetapan kebijakan
salah satunya untuk penanganan bencana.
Menurut Mark Mosley (2008), dalam bukunya “Dictionary
of Data Management”, pengertian kualitas data adalah level data
yang menyatakan data tersebut akurat (accurate), lengkap
(complete), timely (update), konsisten (consistent) sesuai
dengan semua kebutuhan peraturan bisnis dan relevan.
 Akurat : menggambarkan Proses Dan hasil akhir
Pelayanan yang diukur secara benar
 Lengkap : mencangkup seluruh kekhususan pasien Dan
sistem yang dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran
 Terpercaya : dapat digunakan dalam Berbagai
kepentingan
 Valid (sah) : sesuai dengan gambaran proses atau
`36
produk hasil akhir yang diukur
 Tepat waktu :dikaitkan dengan episode Pelayanan yang
terjadi. Dapat digunakan untuk kajian , Analisis dan
pengambilan keputusan.
 Seragam : batasan Sebutan tentang elemen data yang
dibakukan Dan konsisten penggunaannya di dalam
Maupun di luar organisasi.
Dapat dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan.Terjamin kerahasiaannya. Mudah diperoleh melalui
sistem komunikasi antar yang berwewenang

3. Integrasi Data
Integrasi adalah proses menggabungkan data yang berbeda
di sumber data yang berbeda dan menyediakan pengguna
dengan pandangan yang seragam terhadap data tersebut Pada
dasarnya proses ini melalui pembangunan sistem yang
terintegrasi. Karakteristik sistem integrasi data sebagai arsitektur
berdasarkan skema global dan sekumpulan data sumber. Sumber
data berisi data real, sementara itu skema global menyediakan
rekonsiliasi, integrasi, dan virtual view dari dasar sumber data.
Dengan global virtual global view, pengguna sistem
terintegrasi daapat mendapatkan akses data yang sergam dari
sumber data yang berbeda. Dua pendekatan dasar yang
digunakan diantara model skema global dan sumber data (skema
`37
local). Yang pertama Global-asView (GaV) dimana global
skema sebagai sumber data yang kedua adalah Local-as-View
(LaV) dimana setiap sumber data didefinisikan sebagai view
diatas global schema. Beberapa permasalahan integrasi yang
kaitan dengan heteroginitas data antar sumber data sebagai
skema lokal dengan skema global adalah schema mapping, data
cleansing, data transformation, data reconsciliation problem.

4.2 Perluasan Basis Data Spasial


Perluasan basis data spasial, yaitu pemasukan informasi Spasial
ke Dalam peta dasar yang telah disiapkan. Data yang
dimasukkan antara lain kondisi fisik dasar, penggunaan lahan,
prasarana wilayah, dan lain- lain yang terkait dengan tugas
pokok dan fungsinya.
Pembangunan basis data spasial digital dimaksudkan untuk
menyiapkan data spasial dalam format digital yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk bahan
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan pengendalian
pembangunan. Pada pelaksanaannya pekerjaan ini meliputi kegiatan
berikut :
1. Digitalisasi Data Spasial Eksisting
Digitalisasi data spasial eksisting dimaksudkan agar data
spasial yang telah ada dan tersedia dapat dimanfaatkan secara
optimal dan dapat diintegrasikan dengan data spasial baru.
`38
Secara garis besar tahapan pekerjaan seperti diperlihatkan pada
identifikasi data eksisting.
Identifikasi data eksisting dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi dan keberadaan data dan informasi spasial di
lingkungan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini dilakukan
pengumpulan informasi tentang keberadaan peta dasar yang ada,
skala peta, sistem peta dan kelembagaan yang menjadi pemilik
dan pemelihara data tersebut (custodianship).
Berdasarkan pengalaman menangani pekerjaan fisik, dapat
diindikasikan bahwa beberapa Dinas/Instansi teknis telah
memiliki dan menggunakan peta untuk keperluan operasional
kegiataannya. Namun demikian, kondisi data spasial (peta) yang
ada pada tiap Dinas/Instansi tersebut biasanya mempunyai
tingkat kedalaman yang berbeda dan dengan sistem pemetaan
yang berbeda pula. Disamping itu juga terdapat beberapa jenis
peta yang berasal dari kegiatan penataan ruang.
2. Kompilasi dan seleksi data
Data spasial yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan
kontrol kualitas dan seleksi data. Hal ini dimaksudkan untuk
memelihara tingkat ketelitian dan kekonsistenan data.
3. Penyusunan tema (Layerisasi)
Layerisasi merupakan tahap pengelompokan unsur-unsur
data spasial sesuai dengan temanya masing-masing. Dalam
melakukan pengelompokan perlu diperhatikan juga mengenai
`39
jenis unsur (feature) dari setiap objek karena satu jenis
objek yang memiliki tema yang sama tetapi mempunyai
feature yang berbeda, misalnya objek dengan tema sungai
dapat digambarkan sebagai unsur garis (line) atau luasan
(area). Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan pembagian tema
menjadi tema sungai_garis dan sungai_area.
4. Digitasi
Digitasi merupakan proses konversi data dari data analog
(hardcopy) menjadi data digital dengan memakai media
perantara (meja digitasi). Unsur titik, garis, dan area yang
membentuk peta dikonversikan menjadi nilai koordinat (x,y)
dimana unsur titik pada peta diwakili oleh sebuah koordinat
(x,y), unsur garis diwakili oleh sederetan koordinat (x,y) yang
berhubungan, dan unsur area diwakili oleh satu atau lebih
garis yang membentuk luasan dan sebuah label point.
5. Check Plot dan Editing
Check plot merupakan proses membandingkan data
digital hasil digitasi dengan peta sumbernya. Sedangkan
editing merupakan proses perbaikan kesalahan pada data
hasil digitasi. Dalam tahap ini terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu ketepatan posisi unsure yang didigit
dan kelengkapan unsurnya.
6. Transformasi Koordinat
Transformasi koordinat mempunyai pengertian perubahan
`40
sistem koordinat, yaitu perubahan dari suatu sistem asal ke
sistem yang diinginkan. Transformasi disini bertujuan agar
sistem koordinat yang dipakai dalam Basis Data Spasial
mempunyai suatu sistem tertentu yang baku dan berlaku secara
universal, misalnya UTM (UniversalTransverse Mercator).
7. Pembuatan Topologi dan Kodifikasi
Topologi adalah suatu bentuk atau model matematik yang
digunakan dalam SIG untuk menyatakan hubungan spasial
antar unsur grafis. Dengan adanya topologi, hubungan antar
unsur dapat diketahui apakah berhubungan (connectivity),
berbatasan/bersebelahan (adjacency), berpotongan
(intersection), atau berdekatan (proximity).Kodifikasi
merupakan proses pemberian kode (identifier) untuk setiap
unsur grafis. Dimana kode ini harus merupakan nilai yang unik
untuk setiap unsur spasial dan berfungsi sebagai penghubung
dengan data atribut

4.3 Peranan IDS


Peranan IDS terdiri atas beberapa hal, yaitu :
 Menjamin kepastian keberadaan data
Keberadaan data tersebar, pembangunan metadata,
kustodianship/walidata, pembangunan aplikasi pencarian data.
 Kemudahan akses
Menggunakan jaringan berbasis elektronik (HW, SW,
`41
Jaringan)
 Data intergrasi
Interoperabilitas data spasial (technical aspect), keterpaduan
kebijakan, peraturan, dan penguatan instansi.
 Mengurangi duplikasi data dan kegiatan lebih efisien
Perlu dilakukan koordinasi, perencanaan dan pertukaran data
agar terciptanya efisiensi kegiatan.
 Menjamin kualitas data
Hal ini perlu dilakukan agar semua data yang ada mengacu
pada satu standar yang sama.
 Pemaksimalan pemanfaatan data spasial
Hal ini dapat dilakukan melalui datasharing, menggunakan
data dan berbagai sumber, meningkatkan fungsi data spasial,
membangun service (melihat/menampilkan data)

`42
BAB V
STANDARISASI PEMBANGUNAN SIMPUL JARINGAN

5.1 Latar Belakang


Simpul jaringan mengacu kepada Peraturan Presiden No. 85
tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional (saat ini dalam
taraf review ulang) adalah institusi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pengumpulan, pemeliharaaan, pemutakhiran,
pertukaran, dan penyebarluasan data spasial tertentu. Pembangunan
simpul jaringan merupakan proses panjang yang perlu difasilitasi
melalui koordinasi, sosialisasi, sosialisasi, pelatihan,
pengembangan kerjasama dan partisipasi serta dalam beberapa
lokasi mendapat bantuan peralatan langsung dari pusat. Langkah
awal dalam pembangunan simpul jaringan adalah membuat
perencanaan, sehingga modul pembangunan simpul jaringan
diperlukan bagi siapapun yang ingin menjadi pelaku perencanaan
pembangunan simpul jaringan. Panduan umum pembangunan
simpul jaringan ini berisi ketentuanketentuan tentang pembangunan
simpul jaringan, persyaratan dan tahapan serta program dan
kegiatan pada simpul jaringa. Panduan ini dimaksudkan untuk
mempercepat pembangunan dan pembinaan simpul jaringan dalam
mendukung program Infrastruktur Informasi Geopasial secara
nasional.
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan secara bersamaan
`43
dan saling terkait dalam proses pembangunan simpul jaringan yaitu
Kelembagaan, Peraturan dan Perundang-undangan, Data Utama,
Teknologi dan Sumber Daya Manusia. Kelima komponen tersebut
sering disebut dengan 5 komponen IDSN, yang perlu difasilitasi
melalui koordinasi, sosialisasi, pelatihan, pengembangan kerjasama
dan partisipasi serta dalam beberapa kasus bantuan peralatan
langsung dari pusat. Dalam Rapat Koordinasi Nasional Informasi
Geospasial (Rakornas IG) 3 yang dilaksanakan tanggal 21 febuari
2013 telah disepakati beberapa hal, diantaranya yaitu:
1. Sepakat melakukan Revisi Perpres No. 85 Tahun 2007
dengan menegaskan percepatan pembangunan dan
pembinaan SJ, yang mencakup: Penambahan simpul
jaringan, Penganggaran untuk membangun dan memelihara
simpul, Mekanisme untuk menambah simpul jaringan dan
Kewalidataan untuk masing-masing layer IG.
2. Sepakat melakukan Percepatan Penyusunan/Pembaharuan
Peraturan Internal K/L, yang mencakup: Unit kliring; Tata
kelola data dan akses; dan Klasifikasi Akses Data.
3. Bahwa Simpul Jaringan Pusat tidak terbatas pada instansi
pusat sesuai dengan Perpres 85/2007. Hal ini
memungkinkan tumbuhnya simpul pusat baru lainnya, dan
yang lebih penting adalah diperlukannya percepatan
pembangunan simpul-simpul jaringan baru, terutama pada
level provinsi.
`44
Latar belakang disusunnya panduan pembangunan simpul
jaringan adalah sebagai berikut :
1. Infrastrukur data spasial (IDS) telah menjadi program
pemerintah dan sudah menjadi kebutuhan bersama, dengan
melibatkan para pelaku utamanya yaitu terdiri dari unsur
pemerintah, swasta dan akademisi.
2. Para pelaku pembangunan IDS perlu mempunyai
pemahaman bersama dan pengetahuan yang cukup
mengenai penyelenggaraan informasi geospasial.
3. Langkah awal dalam pembangunan IDS adalah membangun
simpul jaringan dan menyusun perencanaan untuk
melengkapi komponen utama program IDS.
4. Mengingat perencanaan adalah tahap awal dari proses
manajemen, maka panduan ini menjadi penting untuk
segera dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan simpul jaringan dan sosialisasi
pembangunan simpul jaringan.

5.2 Pengertian
Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) adalah suatu
sistem penyelenggaraan pengelolaan data geospasial secara
bersama, tertib, terukur, terintegrasi dan berkesinambungan serta
berdayaguna.
Simpul Jaringan adalah institusi yang bertanggungjawab dalam
`45
penyelenggaraan pengumpulan, pemeliharaan, pemutakhiran,
penggunaan dan penyebarluasan Data Geospasial (DG) dan
Informasi Geospasial (IG) tertentu.

5.3 Dasar Hukum


Berikut merupakan acuan/dasar hukum yang mendasari
pembangunan simpul jaringan yaitu :
1. Undang‐Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2. Undang‐Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
4. Undang‐Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
5. Undang Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau‐pulau Kecil
6. Undang‐Undang RI Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik
7. Undang‐undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial
8. Peraturan Presiden RI Nomor 27 tahun 2014 tentang
JaringaInformasi Geospasial Nasional
9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
`46
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 2014 tentan
12. Pelaksanaan Undang‐Undang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Informasi Geospasial
13. Peraturan Pemerintah RI No. 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
14. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2012 tentang Sistem
Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
15. Panduan Pembangunan Simpul Jaringan, Badan Informasi
Geospasial, 2013.

5.4 Cukapun Jaring Simpul


Simpul Jaringan meliputi:
a. departemen, kementerian negara, dan lembaga pemerintah non
departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang:
1. survei dan pemetaan;
2. pertanahan;
3. pemerintahan dalam negeri;
4. perhubungan;
5. komunikasi dan informatika;
6. pekerjaan umum;
7. kebudayaan dan kepariwisataan;
8. statistik;
`47
9. energi dan sumber daya mineral;
10. kehutanan;
11. pertanian;
12. kelautan dan perikanan;
13. meteorologi dan geofisika;
14. antariksa dan penerbangan;
b. pemerintah provinsi; dan
c. pemerintah kabupaten/kota.

Kegiatan
Dalam penyelenggaraan JDSN, Simpul Jaringan bertugas:
1. melakukan kegiatan pengumpulan, pemeliharaan dan
pemutakhiran Data Spasial;
2. melakukan pertukaran dan penyebarluasan Data Spasial di
bidangnya;
3. menyediakan Data Spasial yang dapat diakses oleh masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
4. membangun sistem akses Data Spasial yang terintegrasi
dengan sistem akses JDSN;
5. melakukan koordinasi antarlintas pelaku pengelola Data
Spasial di bidangnya dan menyampaikan Data Spasial
maupunMetadata kepada Unit Kliringnya; dan
6. Melakukan pengembangan pedoman dan standar teknis Data
Spasial di bidangnya.
`48
Syarat kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan Simpul Jaring ada beberapa syarat
yang harus dipenuhu, yaitu:
1. jaringan kontrol geodesi, geoid nasional, cakupan foto udara,
hipsografi, batimetri, garis pantai, utilitas, penutup lahan, sistem
lahan, dan liputan dasar laut (sea bed cover) serta Data Spasial
lain untuk bidang survei dan pemetaan.
2. kerangka dasar kadastral dan bidang tanah, penggunaan tanah,
zona nilai tanah, zona nilai aset kawasan, dan karakteristik tanah
serta Data Spasial lain untuk bidang pertanahan.
3. batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, batas
wilayah administrasi kepemerintahan, toponimi serta Data
Spasial lain untuk bidang pemerintahan dalam negeri.
4. transportasi dan Data Spasial lain untuk bidang perhubungan.
5. wilayah kode pos dan Data Spasial lain untuk bidang
komunikasi dan informatika.
6. jaringan jalan, tubuh air/hidrologi, lingkungan bangunan,
jaringan air bersih, instalasi pengolahan limbah, dan rencana tata
ruang, serta Data Spasial lain untuk bidang pekerjaan umum.
7. lingkungan budaya dan Data Spasial lain untuk bidang
kebudayaan dan kepariwisataan.
8. wilayah pengumpulan data statistik, dan hasil kegiatan statistik
`49
serta Data Spasial lain untuk bidang statistik.
9. kuasa pertambangan, geologi, sumber daya mineral, seismik
eksplorasi, gayaberat, geomagnet, logging sumur pemboran, dan
hidrogeologi serta Data Spasial untuk bidang energi dan sumber
daya mineral.
10. kawasan hutan dan keanekaragaman hayati serta Data Spasial
lain untuk bidang kehutanan.
11. klasifikasi tanah dan Data Spasial lain untuk bidang pertanian;
12. oseanografi dan Data Spasial lain untuk bidang kelautan dan
perikanan.
13. iklim dan geofisika dan Data Spasial lain untuk bidang
meteorologi dan geofisika.
14. cakupan citra satelit dan Data Spasial lain untuk bidang
antariksa dan penerbangan.

Tahapan
Untuk mendorong ketersediaan IG yang dapat diakses dan
berkualitas, perlu untuk menetapkan kebijakan yang tepat baik
secara nasional, maupun di tingkat propinsi, kabupaten dan kota
melalui mekanisme :
1. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) - IG
2. Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) – IG
3. Rapat Koordinasi Infrastruktur IG
4. Atau melalui pertemuan/diskusi dalam FGD (Focus Group
`50
Discussion), dalam rangka sosialisasi, koordinasi maupun
bimbingan teknis.
Berdasarkan rekomendasi hasil Rakornas, Rakorda, Fora IDSN
yang bertujuan meningkatkan sinergi antara institusi yang terkait
dalam penyempurnaan kebijakan strategis, rencana strategis dan
rencana pembangunan tahunan instansi, mekanisme kerja simpul
jaringan diantaranya dimaksudkan untuk mendukung :
1. penyusunan program kerja, kebijakan dan kesepakatan;
2. peningkatan kemitraan institusional;
3. koordinasi penyediaan data utama;
4. pemasyarakatan dan pendayagunaan informasi data spasial;
5. peningkatan kinerja lembaga yang bergerak di bidang IG;
6. penetapan pembinaan data spasial; dan
7. peningkatan kerjasama internasional.

`51
BAB VI
KETERKAITAN GEOMATIKA DENGAN IDS

Peran Geomatika terhadap Infrastruktur Data Spasial Nasional


(IDSN) dari Akademisi, Teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Informasi Geospasial (IG) diperlukan untuk implimentasi kebijakan
pembangunan secara efektif dan efesien. Berdasarkan Undang-Undang
No. 4 Tahun 2011 tentang IG, BIG memiliki tugas pokok dan fungsi
yang lebih luas, tidak sekedar mengkoordinasikan dan melaksanakan
kegiatan survei pemetaan untuk menghasilkan peta namun membangun
Informasi Geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan dan mudah
diakses, menjadi regulator, eksekutor, koordinator pembangunan IG
Dasar, pembangunan IG Tematik, dan pembangunan Infrastruktur IG.
Untuk itu peran geomatika sangat banyak diperlukan dalam
pembangunan Infrastruktur Data Spasial ini, diantaranya adalah :

6.1 Bidang Akademisi


Bidang Akademisi ini berperan dalam pemanfataan data
geospasial untuk pemodelan GIS sebagai dasar dari kelengkapan
data yang dibutuhkan dalam pembangunan IDSN. Selain itu
akademisi juga berperan penting sebagai menggaliinovasi-inovasi
baru dalam pengembangan IDSN dan sebagai salahsatu pencetus
pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan Infrastuktur Data
`52
Spasial Nasional (IDSN).

3.3 Bidang Teknologi


Infrastruktur Informasi Geospasial menyediakan mekanisme
pengkoordinasian dan penatakelolaan data spasial melalui
terselenggaranya infrastruktur akses dan berbagi pakai data
geospasial. Teknologi melibatkan akuisisi, penyimpanan,
integrasi, pemeliharaan, dan peningkatan data spasial.
Tujuannya adalah dicapainya efektivitas dan efisiensi
pengumpulan, akses dan pemanfaatan data spasial. Teknologi
yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan IDSN ini terdiri dari:
1. Perangkat Keras seperti PC dengan spesifikasi yang sangat
baik dan handal yg digunakan untuk pengolahan dan
pemutakhiran data geospasial. Selain itu digunakan sebagai
server data geospasial untuk memenuhi kebutuhan
penyimpanan dan penyebarluasan data geospasial.
2. Perangkat Lunak untuk pengolahan data dan pemuktahiran
data geospasial adalah ArcGIS, MapInfo, Integraph, dan
AutoCAD Map, Udig, QGIS, dan GRASS. Perangkat lunak
untuk penyimpanan data geospasial mengacu pada software
Spatial Database Management Systems (SDBMS) yang
memiliki kemampuan menyimpan data geospasial (dalam
bentuk data vektor, grid/raster, atribut) berukuran besar ke
dalam bentuk tabel-tabel yang saling berhubungan,
`53
contohnya Oracle, IBM DB2 , Spatial Blade, ArcGIS SDE,
MySQL spatial extension, PostgreSQL dan PostGIS. Untuk
perangkat lunak penyebarluasan data dibagi menjadi
menjadi dua, yaitu :
a. Piranti lunak untuk menyajikan peta secara online
kepada pengguna melalui protokol akses yang
mengacu kepada standar ISO seperti WMS (Web
Map Services), WCS (Web Coverage Service)
ataupun WFS (web Feature Service) yang
menghasilkan keluaran dalam format GML
(Geography Markup Language). Contoh piranti
lunak ini adalah: Geoserver, Mapserver
(opensource) dan ArcGIS server (berbayar).
b. Piranti lunak geoportal yaitu piranti dengan fungsi
mendukung katalog data yang umumnya memiliki
kemampuan dalam pengelolaan metadata, misalnya
melakukan registrasi data dan harvesting
(penghimpunan data) maupun memfasilitasi
pencarian dan akses data oleh pengguna. Contoh
piranti lunak geoportal adalah OpenGeo
(opensource) dan ArcGIS Geoportal server
(berbayar).

3.4 Sumber Daya Manusia (SDM)


`54
Komponen manusia dalam Informasi Geospasial mengatur
tentang:
1. Penyedia Data atau produsen data spasial (Instansi
pemetaan, organisasi terkait, atau LSM).
2. Value Adders atau pengguna data yang menghasilkan
informasi baru dari data yang digunakannya (Instansi
Pemetaan, Organisasi terkait, LSM)
3. End User atau pengguna data yang memanfaatkan
informasinya unutk pengambilan keputusan atau
pelaksanaan pekerjaan (Pengambil keputusan, Sukarelawan,
LSM).

Dalam rangka pengembangan kompetensi dan


profesionalisme sumber daya manusia (SDM) secara nasional
telah dikembangkan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) yang dikembangakan berdasarkan pada
Standar Kompetensi Kerja (SKK) merupakan fondasi Sistem
Manajemen dan Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi.
Pada dasarnya, standar kompetensi kerja adalah rumusan atau
deskripsi mengenai pokok yang berkaitan dengan kemampuan
kerja dalam suatu bidang kerja tertentu. Dalam bidang
informasi geospasial, telah dikembangkan penyelenggara
informasi geospasial, telah dikembangkan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia di Bidang Informasi Geospasial
`55
(SKKNI-IG). SKKNI-IG diharapkan berlaku secara nasional,
baik dalam rangka penyelenggaraan IG. Pemerintah maupun
penyelenggaraan IG swasta. Dalam bidang Informasi
Geospasial, kompetensi kerja dibagi lagi menjadi 6 sub bidang,
yaitu:
1. Sub bidang pengukuran
2. Sub bidang hidrografi
3. Sub bidang fotogrametri.
4. Sub bidang penginderaan jauh.
5. Sub bidang sistem informasi geografis.
6. Sub bidang kartografi.
Dalam menunjang pengembangan kompetensi sumber daya
manusia di bidang informasi geospasial yang menunjang
pembangunan simpul jaringan, maka disusun program sebagai
berikut :
1. Sertifikasi profesi yang akan menjamin kualitas dan
kompetensi sumber daya manusia
2. Pendidikan dan pelatihan dalam bidang informasi
geospasial maupun secara khusus terkait dengan
infrastruktur data spasial.
3. Pengembangan kurikulum workshop dan pelatihan
untuk berbagai jenjang organisasi dalam pembangunan
simpul jaringan.

`56
`57
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2007


Tentang Jaringan Data Spasial Nasional

Badan Informasi Geospasial. (2013). PANDUAN


PEMBANGUNAN SIMPUL JARINGAN. Badan Informasi
Geospasial.
Badan Informasi Geospasial. (2014). Petunjuk Teknis
Pembangunan Simpul Jaring. Jakarta: Badan Informasi
Geospasial.

[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan


Nasional. 2003. Tersedianya Data Spaial yang Memenuhi
Standart dan dapat diakses oleh Masyarakat Penggunan
Cibinong: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional.

[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan


Nasional. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Infrastruktur Data
Spasial Nasional (IDSN) Versi 1. Cibinong: Badan Koordinasi
Survey dan Pemetaan Nasional.

B.J. Pratondo. 2007. Kajian Pembangunan Infrastruktur Data


Spasial Nasional (IDSN) Untuk Pengendalian Kebakaran
`58
Hutan dan Lahan. Institut Pertanian Bogor.

Lukman, A. 2005. Pembangunan Infrastruktur Data Spasial


Daerah (IDSD) Provinsi Jawa Barat : Kelompok Data Dasar
dalam Penentuan Kawasan Lindung. Jurnal Infrastruktur dan
Lingkungan Binaan. 1(1) pp 1-8.

[FGDC] Federal Geographic Data Committee. 2004


Framework Introduction and Guide. Virginia United States:
The Federal Geographic Data Committee.

Hery Taufik Purwanto. 2018. Spatial Data Infrastructure (SDI).


Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada
Slide Perkuliahan Infrastruktur Data Spasial
Umdang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial

Tim Teknis Standarisasi: Pembangunan Simpul Jaring. 2013.


Panduan Pembangunan Simpul Jaring. Sistem informasi
Geospasial

Ppt Pedoman Penyelenggaraan Infrastruktur Data Spasial


Nasional (Idsn) Bab I Pendahuluan
(Sumber:
`59
https://docplayer.info/amp/337978-Pedoman-
penyelenggaraan-infrastruktur-data-spasial-nasional-idsn-
bab-i-pendahuluan.html)

`60
`61

Anda mungkin juga menyukai