Askep Ca Serviks
Askep Ca Serviks
Askep Ca Serviks
PENDAHULUAN
menjadi sel kanker. Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya
jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker
serviks.
atau leher rahim yang menghubungkan organ Rahim dengan vagina. Kanker
diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian
besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak 70% penyebab dari
kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang
macam, terutama disebabkan oleh Human Papilloma Virus atau dikenal sebagai
Organization (WHO) sebanyak 12 tipe yang bersifat onkogenik, yaitu tipe 16, 18,
31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59. Namun 2 tipe yang paling bertanggungjawab
terhadap terjadinya kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18. Rata – rata usia
wanita yang berisiko mengidap kanker serviks di negara maju adalah usia dekade
ke-6. Namun tidak menutup kemungkinan wanita usia lebih muda dari usia
tersebut juga dapat terkena. Menikah dengan riwayat berganti – ganti pasangan,
menikah usia kurang dari 20 tahun, serta multiparitas juga dilaporkan menjadi
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang
paling sering terjadi pada wanita. Berdasarkan penelitian pada tahun 2020, ada
lebih dari 600.000 kasus kanker serviks dengan 342.000 kematian di seluruh
penderita terbesar kedua setelah kanker payudara. Angka kejadian kasus baru
kanker serviks sesuai data GLOBOCAN, 2018 untuk wanita di Indonesia berkisar
Kebidanan pada pasien dengan Kanker Serviks di Poli Kandungan RSUD Abdoel
B. Rumusan Masalah
Samarinda.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada pasien dengan Kanker
2. Tujuan khusus
B. Etiologi
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia
20 tahun dianggap masih terlalu muda. Terdapat 4 penelitian yang
berhubungan dengan faktor hubungan seksual usia dini. Responden
penelitian dikategorikan dengan usia pertama kali berhubungan seksual
<20 tahun dan >20 tahun.
Penelitian yang dilakukan Putri dkk. (2017) menunjukkan wanita
yang melakukan aktivitas seksual usia dini, yaitu usia <20 tahun,
berisiko terkena kanker serviks 2,41 kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan usia >20 tahun (Putri et al., 2017). Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan di RSUP M.Djamil Padang,lebih dari separuh (56,2%)
pasien berobat yang menderita kanker serviks melakukan aktivitas seksual
pada usia muda < 20 tahun,dengan hasil analisis nilai p0,010 (Wanda et al.,
2018). Wanita yang melakukan hubungan seksual <20 tahun memiliki
risiko peluang 2,8 kali lipat dari pada wanita yang berhubungan seksual
>20 tahun, dilihat dari penilaian (67,9%) pasien positif kanker serviks (Jean
Paul et al., 2020).
Menurut penelitian Rahmawati & Ningsih (2020), melakukan
hubungan seksual pada usia dini merupakan faktor risiko penyebab
terjadinya lesi prakanker serviks, didapatkan dari nilai OR yang dianalisis
adalah 2,583, artinya ibu yang melakukan hubungan seksual usia
dini memiliki risiko 2,583 mengalami lesi prakanker serviks
dibandingkan ibu yang melakukan hubungan seksual pada usia serviks
yang sudah matang (Rahmawati & Ningsih, 2020).
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa risiko kanker serviks lebih tinggi
dialami wanita yang pernah menderita penyakit menular seksual, seperti kutil
kelamin, klamidia, gonore, dan sifilis.
Wanita yang sedang terinfeksi virus HPV juga memiliki risiko tinggi
terkena kanker serviks. Hal ini karena infeksi HPV bisa muncul bersamaan
dengan penyakit menular seksual ( Bella, 2022)
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas
dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.(Budukh, Atul. et al. (2021)
Berhubungan dengan status sosial ekonomi banyak wanita yang
berpendidikan rendah sehingga tidak tanggap dalam menyediakan pembalut,
dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan lebih tanggap dalam
menyediakan pembalut. Dan juga wanita berpendidikan lebih responsif
dalam program skrining dibandingkan dengan wanita yang kurang
berpendidikan ( Budukh, Atul. et al. (2021)
Riwayat persalinan di dukun meningkatkan tingkat infeksi pada area
mulut Rahim, menyebabkan lesi prakanker serviks. (Burdan Franciszek, et.
al. (2017)
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
(Kashyap, et al. (2019)
Faktor perilaku vaginal hygne dengan nilai OR 6.5, 95% IC. Perilaku
vaginal hygne pada wanita dipengaruhi oleh dukungan dan tingkat
pendidikan pasangannya. Perempuan kemungkinan besar akan melakukan
perilaku vaginal hygne bila ada dukungan dan juga paparan informasi baik
dari suami maupun media sosial. Selain dukungan dan pengetahuan,
lingkungan yang bersih dan tertata akan meudahkan perempuan mengakses
air bersih untuk menjaga kebersihan organ kewanitaan. Tingkat stress yang
tinggi akan membuat wanita tidak fokus pada kesehatannya terutama dalam
melakukan perilaku vaginal hygne . Pada penelitian Kashyap, et al. (2019) ,
atau serbet bekas. Umumnya, wanita mencuci dan menjemurnya di bawah
yaitu penggunaan pembalut dari kain bekas nilai OR 0,554, 95% IC.
Menurut Budukh, Atul. et al. (2021) status sosial ekonomi yang buruk
mungkin menjadi salah satu alasan untuk penggunaan pembalut dengan kain
sinar matahari langsung.
Berikutnya faktor mencuci area genital setelah berhubungan seksual
dengan nilai OR 1,145, 95% IC. Berbeda dengan penelitian Chu, TY, et. al.
(2011), menyebutkan bahwa mencuci area genital segera setelah
berhubungan seksual justru dapat mengurangi risiko infeksi HPV dan 53
juga dikaitkan dengan penurunan 11% dalam tingkat insiden infeksi HPV
dengan tipe tambahan. Pencucian area genital dapat membantu
membersihkan viral load HPV yang ditularkan
7. Merokok dan Kontrasepsi
Perokok aktif dan perokok pasif lebih spesifik terinfeski risiko
tinggi HPV dan CIN 2+.Tembakau pada rokok berperan menjadi
risiko tertular HPV. Merokok aktif menghasilkan peningkatan risiko
1,45 kali lipat tertular HPV (Feng et al., 2017). Merokok dapat
meningkatkan perkembangan sel abnormal pada servikswanita yang
terkena kanker serviks yang sudah induksi lokal supresi imun yang
terpapar kandungan senyawa metabolit tembakau.Zat kimia pada rokok
seperti nikotin dan metabolitnya dapat merusak sel-sel pada lapisan
serviks (Jean Paul et al., 2020).
Kontrasepsi KB Hormonal Terdapat 4 penelitian yang berhubungan
dengan kontrasepsi KB Hormonal dengan kejadian kanker serviks.Pada
penelitianSkorstengaard, dkk. (2021),dilihat dari penilaian studi kohort
berbasis populasi retrospektif dari wanita berusia 29-44 tahun, risiko
terjadinya CIN3+ dan kanker serviks lebih tinggi pada pengguna
kontrasepsi oral dibandingkan dengan pengguna IUD (RR 1,83, 95%CI
1,60-2,09 dan RR 1,70, 95%CI 1,00-2,90)(Skorstengaard et al., 2021).
Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal ≥ 5 tahun memiliki
risiko 10,7 kali lebih tinggi mengalami lesi pra-kanker serviks
dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal,
dan penggunaan <5 tahun meningkatkan risiko sebesar 3,0 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi
hormonal (Weni Tri Purnani, Siswi Wulandari, Anita Nuril Fadila,
2021). Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu >5 tahun berisiko
meningkatkan perkembangan kanker serviks, kontrasepsi oral yang
berisi hormon estrogen dapat meningkatkan pertumbuhan neoplastik,
wanita dengan kadar estrogen yang lebih tinggi secara signifikan
memungkinan terjadinya pengikatan traskripsi pada DNA HPV yang
memicu terjadiny proses pembentukan sel kanker (Utomo et al., 2020).
8. Faktor lainnya
Pada penelitian Aziyah, dkk. (2017) (13) , diperoleh faktor riwayat
keturunan sakit kanker nilai OR 5,1, 95% IC. Pada penelitian Magnussen, et
al. (2000) dalam Moore, et al. (2012) menemukan peningkatan satu hingga
dua kali lipat risiko kanker serviks terkait dengan kerabat tingkat pertama
yang terkena.
C. Klasifikasi
D. Deteksi Dini
Deteksi lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode :
1. Papsmear (konvensional atau liquid-base cytology /LBC ),
2. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA),
3. Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI),
4. Test DNA HPV (genotyping / hybrid capture)
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinik.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pada umumnya, lesi prakanker belum
memberikan gejala. Bila telah menjadi kanker invasif, gejalan yang paling
umum adalah perdarahan (contact bleeding, perdarahan saat berhubungan
intim) dan keputihan. Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang mejladi
nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di daerah
pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau
anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ
yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema
tungkai. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi,
kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO -IVP, foto
toraks dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis
ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan
histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan
klinik. Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada
kasus dengan stadium IB2 atau lebih. Stadium kanker serviks didasarkan atas
pemeriksaan klinik oleh karena 3 itu pemeriksaan harus cermat kalau perlu
dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini tidak berubah bila kemudian ada
penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan maka dipilih stadium
yang lebih rendah.
Diagnosis Banding
1. Adenokarsinoma Endometrial
2. Polip Endoservikal
3. Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular seksual lainnya pada
wanita dengan: Keluhan perdarahan vagina, duh vagina serosanguinosa,
nyeri pelvis, Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah,
terutama setelah berhubungan seksual).
E. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini
dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria.
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
(Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
F. Tanda dan Gejala
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-
kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang
sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut
sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -
80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala
khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,
amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau
perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang
khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien
kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang
keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai
menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel
kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah
lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya
iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering
terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang
menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena
obstruksi ureter.
G. Penatalaksanaan
1. Radiasi
- Dapat dipakai untuk semua stadium
- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
- Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Operasi
- Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
- Operasi histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Agama :
Suku :
No. Register :
(Bella , 2022)
Wanita yang sedang terinfeksi virus HPV juga memiliki risiko tinggi terkena
kanker serviks. Hal ini karena infeksi HPV bisa muncul bersamaan dengan
penyakit menular seksual ( Bella, 2022)
Seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks, jika
ada keluarga perempuannya yang pernah terdiagnosis penyakit
serupa. ( Bella, 2022)
5. Riwayat Haid
Menarche :
Lama haid :
Banyaknya :
Amenorrhoe :
Dismenorrhoe :
Menorrhagia :
Metrorrhagia :
Polimenorea :
Oligomenorea :
5. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Pen Jeni Pen J BB/ Abno Laktas Pen
Suami Ank UK Pnlg Tmpt H M
y s y K PB r i y
Perlu tanyakan Memulai hubungan seksual pada usia muda, yakni kurang dari 20
tahun, apakah Sering berganti-ganti pasangan seksual., Berhubungan intim dengan
laki-laki yang sering berganti pasangan.
terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks, paritas yang
lebih dari 3 lebih beresiko terjadi kanker serviks dibandingkan dengan paritas yang
kurang dari 3. Pada penelitian Damayanti. (2013) ,
Riwayat persalinan di dukun meningkatkan tingkat infeksi pada area mulut Rahim,
menyebabkan lesi prakanker serviks. (Burdan Franciszek, et. al. (2017)
6. Riwayat Kontrasepsi
Pola Keterangan
Nutrisi Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang memengaruhi kondisi
kesehatan secara menyeluruh pada masa pembuahan (konsepsi) dan
kehamilan untuk ini diperlukan dengan cara perbaikan gizi pada masa
prakonsepsi (Susilowati dkk. 2016). Gizi yang mempengaruhi pada masa
prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat, beberapa
kelompok vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti
zinc, besi, kalsium, dan omega-3.
Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air
kecil meliputi frekuensi warna dan jumlah.
Tanda dan gejala awal kanker serviks : Sakit ketika buang air kecil atau
berhubungan seksual. Terdapat darah pada urine ( Bella, 2022)
Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan music,
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebisaan tidur siang, penggunaan
waktu luang.
Minimal tidur malam selama 6 jam dan tidur siang 2 jam hal ini
bermanfaat untuk menjaga kesehatan klien (Ambarwati dan wulandari,
2010).
Aktivitas Aktifitas ibu merupakan salah satu faktor yang mungkin bisa menyababkan
timbulnya masalah pada keadaan ibu seperti aktivitas yang terlalu berat
dan melelahkan. (Ambarwati dan wulandari, 2010).
Tingkat stress yang tinggi akan membuat wanita tidak fokus pada
kesehatannya terutama dalam melakukan perilaku vaginal hygne .
(Kashyap, et al. (2019)
Seksualitas Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien
kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal
toussea) merupakan gejala yang sering terjadi
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : (100-120/ 80-90mmhg).
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)
c. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
LILA :
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada luka, kontruksi rambut kuat,
distribusi rambut merata
Mulut dan gigi: Bibir merah muda, tidak ada caries dentis, tidak ada
stomatitis, lidah tremor
Leher : tidak terdapat pembekakan pada tonsil, tidak terdapat
bendungan vena jugularis,tidak terdapat pembekakan
pada tonsil, tidak terdapat pembekakan pada limfe
Payudara : Puting susu menonjol pada ibu, tidak terdapa lecet pada
puting susu ibu jika terdapat lecet kemerahan serta nyeri
berarti ibu mengidap infeksi. Tidak retraksi pada
payudara,
Abdomen : Bekas operasi, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
dan benjolan
Pemeriksaan Penunjang :
c. Kebutuhan :
Tidak ada
IV. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan pada klien
R: Hubungan yang kooperatif antara petugas kesehatan klien dapat
mempermudah asuhan kebidanan yang akan di lakukan.
2. Beritahu hasil pemeriksaan
R: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu maka ibu dapat
mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga ibu lebih tenang.
3. KIE pada pasangan suami istri tentang infertilitas sekunder
R: Pengetahuan tentang infertilitas akan menambah pengetahuan kepada
pasangan suami istri agar lebih bisa memahami, tidak saling
menyalahkan dan berusaha bersama.
4. KIE tentang pola hubungan seksualitas kepada klien
R: Pengetahuan pola hubungan seksual akan menambah pengetahuan
pasangan agar bisa lebih memahami dan tidak saling menyalahkan.
5. KIE tentang pola nutrisi kepada klien
R: Nutrisi yang adekuat membantu tubuh lebih kuat karena imunitas yang
baik
6. Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan gynekologi.
R: Pemeriksaan dan terapi pada dokter spesialis akan mendapatkan
pelayanan yang tepat dan komprehensif
V. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang
lainnya .
VI. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
Daftar Pustaka
Sung, H., et al. (2021). Global Cancer Statistics 2020: GLOBOCAN Estimates of
Incidence and Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. ACS
Journals, 71(3), pp. 209–249.
Globocan 2018: Indonesia. IARC [Internet]. 2019 [cited 2019 June 28]. Available from:
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
Aballéa, S., Beck, E., Cheng, X., Demarteau, N., Li, X., Ma, F., Neine, M., & Zhao, F.
H. (2020). Risk Factors For Cervical Cancer In Women In China: A Meta-Model.
Women’s Health, 16. Https://Doi.Org/10.1177/1745506520940875
Adyani, K., & Realita, F. (2020). Factors That Influence The Participation Among
Women In Inspection Visual Acetic Acid (IVA) Test. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(2), 115–121. Https://Doi.Org/10.30604/Jika.V5i2.289
Feng, R. M., Hu, S. Y., Zhao, F. H., Zhang, R., Zhang, X., Wallach, A. I., & Qiao, Y.
L. (2017). Role Of Active And Passive Smoking In High-Risk Human
Papillomavirus Infection And Cervical Intraepithelial Neoplasia Grade 2 Or
Worse. Journal Of Gynecologic Oncology, 28(5), 1–
12. Https://Doi.Org/10.3802/Jgo.2017.28.E47
Jean Paul, E. N., Henri, E., Valère, M. K., Jean Paul, N. N., & Pascal, F. (2020). Risk
Factors Of Cervical Cancer In Two Reference Hospitals Of Douala: A Case-
Control Study. Cancer Science & Research, 3(2), 1–
6. Https://Doi.Org/10.33425/2639-8478.1050
Kasamatsu, E., Riveros, M. I. R., Soilan, A. M., Ortega, M., Mongelós, P., Páez, M.,
Castro, A., Cristaldo, C., Báez, F. R., Centurión, C. C., Vester, J., Barrios, H.,
Villalba, G., Amarilla, M. L., Giménez, G., Caubere, E., De La Luz Hernández, M.,
Baena, A., Almonte, M., … Mendoza, L. P. (2018). Factors Associated With High-
Risk Human Papillomavirus Infection And High-Grade Cervical Neoplasia: A
Population-Based Study In Paraguay. Plos ONE, 14(6), 1–
21. Https://Doi.Org/10.1371/Journal.Pone.0218016
Musfirah. (2018). Faktor Resiko Kejadian Kanker Serviks Di Rsup Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. J-Kesmas, 151(2), 10–17.
Nurlelawati, E., Eni, T., Devi, R., & Sumiati, I. (2018). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Serviks Di Rumah Sakit Pusat
Pertamina Jakarta Tahun 2016. Midwife Journal, 5(01), 8–
16.Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/234022-Faktor-Faktor-Yang-
Berhubungan-Dengan-Ke-4c9aa2a2.Pdf
Skorstengaard, M., Lynge, E., Napolitano, G., Blaakær, J., & Bor, P. (2021). Risk
Of Precancerous Cervical Lesions In Women Using A Hormone-Containing
Intrauterine Device And Other Contraceptives : A Register-Based Cohort Study
From Denmark. Human Reproduction, 36(7), 1796–
1807. Https://Doi.Org/10.1093/Humrep/Deab066
Stelzle, D., Tanaka, L. F., Lee, K. K., Ibrahim Khalil, A., Baussano, I., Shah, A. S.
V., Mcallister, D. A., Gottlieb, S. L., Klug, S. J., Winkler, A. S., Bray, F., Baggaley,
R., Clifford, G. M., Broutet, N., & Dalal, S. (2021). Estimates Of The Global Burden
Of Cervical Cancer Associated With HIV. The Lancet Global Health, 9(2), E161–
E169. Https://Doi.Org/10.1016/S2214-109X(20)30459-9
Sung, H., Ferlay, J., Siegel, R. L., Laversanne, M., Soerjomataram, I., Jemal, A., &
Bray, F. (2021). Global Cancer Statistics 2020: GLOBOCAN Estimates Of
Incidence And Mortality Worldwide For 36 Cancers In 185 Countries. CA: A
Cancer Journal For Clinicians, 71(3), 209–
249. Https://Doi.Org/10.3322/Caac.21660
Torres-Poveda, K., Ruiz-Fraga, I., Madrid-Marina, V., Chavez, M., & Richardson,
V. (2019). High Risk HPV Infection Prevalence And Associated Cofactors: A
Population-Based Study In Female ISSSTE Beneficiaries Attending The HPV
Screening And Early Detection Of Cervical Cancer Program. BMC Cancer, 19(1),
1–12. Https://Doi.Org/10.1186/S12885-019-6388-4
Utomo, F., Afandi, A., Bahri, S., Ilmu, D., Dasar, K., Dokter, P. P., Riau, J., Ilmu, D.,
& Klinik, K. (2020). Korelasi Durasi Penggunaan Kontrasepsi Oral Dan Stadium
Kanker Serviks Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau. Collaborative Medical
Journal, 3(1), 24–31.
Wanda, M., Oktavia, Nike Sari, & Yusefni, E. (2018). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Serviks Di Rsup Dr M.Djamil Padang
Tahun 2017. Jik- Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 79–
85. Https://Doi.Org/10.33757/Jik.V2i1.82
Weni Tri Purnani, Siswi Wulandari, Anita Nuril Fadila, N. (2021). Infeksi
Menular Seksual Dan Riwayat Kontrasepsi Hormonal Sebagai Faktor Resiko
Lesi Pra-Kanker Leher Rahim. Jurnal Bidan Pintar, 3(2), 138.