Daffa Bagaskara
19/SA/443341/SA/19830
I. Pengantar
Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk
mempromosikan sesuatu kepada khalayak umum. Iklan bersifat persuatif
(mempengaruhi) dan sugestif (mensugesti). Iklan dapat kita jumpai di mana saja,
seperti di media cetak dan elektronik. Rhenald Kasali berpendapat bahwa iklan
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dimaksudkan sebagai alat promosi
untuk menyampaikan informasi produk, barang, jasa, gagasan, dan ide kepada
konsumen yang menjadi sasarannya (1992:34). Sementara itu, KBBI mengartikan
iklan ke dalam dua arti, yaitu berita pesanan untuk mendorong, membujuk
khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan;
Pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang
di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum.
Dari beberapa penjelasan tentang iklan di atas, dapat disimpulkan bahwa iklan
merupakan pemberitahuan atau promosi barang atau jasa kepada khalayak yang
menjadi sasarannya di dalam media massa atau tempat umum agar mereka
tertarik dengan hal yang diiklankan.
Salah satu produk yang menggunakan iklan sebagai media promosi
adalah rokok. Di Indonesia, iklan rokok masih dapat dijumpai di media cetak
maupun elektronik. Hal ini berbeda dengan kebanyakan negara di Asia Tenggara
lainnya yang sudah melarang penayangan iklan rokok (TCSC yang dikutip dari
Utami dan Shofaa, 2017). Akan tetapi, iklan rokok telah diatur ketat oleh
pemerintah lewat PP Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi
Kesehatan Pasal 16 Ayat 3 yang memerintahkan bahwa iklan rokok hanya boleh
ditayangkan di siaran televisi mulai pukul 21.30 sampai 05.00 dan Pasal 17
melarang pencantuman rokok, bungkus rokok, serta kegiatan merokok secara
eksplisit (Peraturan Pemerintah, dikutip dari ahhagag:45, 201987). Oleh karena
itu, para pengiklan rokok selalu berusaha untuk membuat iklan sekreatif mungkin
agar konsumen dapat terpikat oleh produk yang mereka iklankan tanpa harus
memasukkan unsur-unsur yang berkaitan dengan rokok. Tirto.id melaporkan
bahwa belanja promosi dan iklan emiten rokok di Indonesia mesih terbilang
tinggi. Data menunjukkan bahwa dari rentang tahun 2017 hingga 2018,
pengalokasian iklan rokok dari emiten rokok yang diriset di laporan tersebut
cenderung naik. PT HM Sampoerna tercatat sebagai emiten rokok yang
menempati peringkat pertama dalam laporan tersebut dengan nilai belanja
promosi sebesar hampir Rp2,5 triliun.
Salah satu produk dari PT HM Sampoerna adalah Sampoerna Hijau.
Produk rokok tersebut dikenal dengan iklan-iklannya yang menggunakan unsur
sindiran dan permainan kata-kata. Produk rokok tersebut juga menyampaikan
iklannya secara abstrak atau tidak dapat ditelaah secara jelas namun memiliki
makna yang jelas (Pondaag, 2013). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
meneliti tentang gaya bahasa dari iklan Sampoerna A Mild. Objek penelitian yang
diteliti pada penelitian ini meliputi iklan banner Sampoerna A Mild versi “Bukan
Main” keluaran terbaru yang berjumlah 14 buah.
Objek penelitian tersebut akan diteliti menggunakan teori diksi dan gaya
bahasa milik Gorys Keraf dengan menggunakan metode kualitatif.
II. Perangkat
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami oleh
subjek penelitian secara alamiah dan holistik dengan memanfaatkan metode
alamiah dengan dimulai dari pengumpulan data, klasifikasi data, dan pembuatan
penelitian (Moeloeng 2012). selain itu, Dey (2013), berpendapat bahwa metode
kualitatif adalah metode yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena tertentu dengan cara yang saksama dan komprehensif. Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang komprehensif dan dapat didekripsikan secara
holistik dan saksama, maka metode deskriptif kualitatif digunakan sebagai
metode penilitian dalam penelitian ini.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori diksi dan gaya
bahasa milik Gorys Keraf. Menurut Keraf (2006: 115), gaya bahasa dapat dilihat
dari dua sudut pandnag, yaitu nonbahasa dan bahasa. Sudut pandang nonbahasa
terbagi atas tujuh pokok, yaitu berdasarkan pengarang, masa, medium, subjek,
tempat, hadirin, dan tujuan. Sementara itu, sudut pandang bahasa terbagi atas
empat pokok landasan, yaitu pilihan kata, nada yang terkandung dalam wacana,
struktur kalimat, dan langsung atau tidaknya makna (2006: 115-117). Akan tetapi,
objek penelitian di penelitian ini hanya akan diteliti menggunakan sudut pandang
bahasa saja.
III. Pembahasan
Gaya bahasa bila dilihat dari sudut pandang bahasa atau beberapa unsur
bahasa yang digunakan bisa dideferensiasikan berdasarkan titik tolok unsur
bahasa yang dipergunakan. Titik tolok unsur bahasa tersebut, yaitu:
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;
2. Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana;
3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;
4. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
Berikut ini adalah pembahasan gaya bahasa pada iklan Sampoerna A
Mild.
IV. Penutup
Setelah dilakukan penelitian yang komprehensif dan alamiah terhadap
objek penelitian, yaitu iklan Sampoerna A Mild keluaran terbaru versi “Bukan
Main” yang berjumlah 14 buah, berikut ini adalah hasil dari penelitian objek
penelitian yang diteliti menggunakan teori gaya bahasa dari Gorys Keraf.
Iklan-iklan yang menjadi objek penelitian semuanya menggunakan gaya
bahasa tak resmi dan nada bahasa menengah. Berdasarkan struktur kalimat, objek
penelitian tersebut menggunakan gaya bahasa klimaks, antiklimas, paralelisme,
antitesis, dan repetisi yang terbagi menjadi gaya bahasa taoutes, anafora,
epistrofa, dan mesodiplosis.
Berdasarkan langsung tidaknya makna, objek penelitian tersebut
menggunakan gaya bahasa retoris dan kiasan. Gaya bahasa retoris yang
terkandung pada objek penelitian mencakup aliterasi, asonansi, asidenton,
histeron prosteron, erotesis, dan paradoks. Sementara itu, gaya bahasa kiasan
yang terkandung pada objek penelitian mencakupo sinekdoks (totum pro parte),
ironi, satire, dan sarkasme.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan
kecenderungan-kecenderungan penggunaan gaya bahasa tertentu yang terdapat
pada objek penelitian, yaitu gaya bahasa tak resmi; nada bahasa menengah;
pengulangan kata, frasa, konsonan, dan bunyi vokal; dan gaya bahasa satire,
sarkasme, dan ironi.
Iklan-iklan yang menjadi objek penelitian tersebut cenderung
menggunakan nada bahasa menengah dan gaya bahasa tak resmi untuk
menciptakan kesan yang santai, damai, tidak terlalu konservatif, dan komunikatif.
Hal tersebut selaras dengan target konsumen dari produk rokok tersebut, yaitu
anak muda.
Penulis juga menemukan pengulangan kata, frasa, konsonan, dan bunyi
vokal yang dimaksudkan untuk menambah keestetikan iklan. Selain itu, terdapat
kecenderungan penggunaan majas satire, sarkasme, dan ironi yang dimaksudkan
untuk menyindir seseorang. Kedua hal tersebut sesuai dengan citra dari iklan-
iklan Sampoerna A Mild yang dikenal dengan iklan-iklannya yang cenderung
menggunakan sindiran dan permainan kata-kata.
Lampiran
Daftar Pustaka
Dey, I. 1993. Qualitative Data Aanalysis: A User Friendly Guide For Social Scientist.
London: Routledge.
Gumiwang, Ringkang. 2019. Belanja Iklan Rokok yang Tak Surut Meski Makin
Dibatasi. Jakarta: Tirto.id. https://tirto.id/belanja-iklan-rokok-yang-tak-surut-
meski-makin-dibatasi-ectp diakses pada tanggal 31 Maret 2021 pada pukul 2.51
WIB.
Indonesia, Departemen Pendidikan. 2021. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Moeloeng, Lexi J. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Remaja Rosdyakarya.
Pondaag, Agatha Fregina. 2013. Analisis Semiotika Iklan A Mild Go Ahead Versi
“Dorong Bangunan” di Televisi. Manado: Journal “Acta Diurna”, Vol. 1, No.
1.
Utami, Meina Astria dan Fathin Shofaa. 2017. Menyingkap Makna dan Tanda
dalam Iklan Rokok A-Mild Versi “Hasrat”: Sebuah Kajian Semiotika.
Jakarta: Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, Vol. 6, No. 2. Halaman 180-197.
Silalahi, H.D. 2019. Inovasi Marketing membuat Sampoerna Mild menjadi
Rokok Nomor 1 di Indonesia. Jakarta: Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/donalsigiro/5cecb4756b07c558f40ab9f5/inovasi-
marketing-membuat-sampoerna-mild-menjadi-rokok-nomor-1-di-indonesia
diakses pada 7 April 2021 pukul 5.04 WIB.