Aspek Teknis
Nilai GCV (Gross Calorific Value)
Coal Reserve (Measured Reserve)
Stripping Ratio (SR) & lainnya
Aspek Finansial
NPV, IRR, Safety Factor (SF), Payback Period, BEP & ROI
Stripping Ratio (SR)
Stripping Ratio (SR) adalah mendefinisikan perbandingan antara banyaknya
volume galian lapisan penutup (overburden) untuk menghasilkan 1 MT batubara,
misalnya jika diketahui nilai SR = 7, maka dengan mudah diketahui bahwa untuk
mendapatkan 1 MT batubara dibutuhkan overburden sebanyak 7 BCM (Bank
Cubic Meter) atau 7 m3 tanah lapisan penutup.
Urutan Kegiatan Penambangan Batubara
Pit » titik bukaan tambang batubara
O/B (overburden) » penggalian tanah penutup di Pit
Disposal Area » tempat pembuangan hasil galian tanah O/B
Coal Getting » penggalian batubara di Pit
Stripping » perataan tanah hasil pembuangan O/B
Hauling – Stock ROM » pengangkutan kargo dari Pit ke Stock ROM
Stock ROM – Jetty » pengangkutan kargo dari Stock ROM ke Jetty
Crusher » dari bentuk Raw Coal menjadi butiran halus
Conveyor – Barge » pemuatan kargo dari Jetty ke Barge
Barge Shipment » pengapalan Barge ke Destination Port atau Anchorage Point
Open Pit & Overburden (O/B)
Open Pit
Kegiatan Open Pit dengan alat berat Excavator
estimasi kapasitas produksi (Q) = ± 40
BCM/Jam
Overburden (O/B)
Kegiatan O/B dengan alat berat Excavator
estimasi kapasitas produksi (Q) = ± 40
BCM/Jam
Disposal Area & Coal Getting (C/G)
Coal Getting
Kegiatan Coal Getting dengan Excavator PC-
200 dengan kap. produksi (Q) = 52 MT/Jam
dan di-hauling dengan Dump Truck (DT) CWB
ke Stock ROM
Disposal Area
Kegiatan hauling O/B untuk dibuang ke
Disposal Area
Stripping & Stock ROM
Stripping
Kegiatan stripping dengan alat berat Bulldozer
D-85 dengan estimasi kapasitas produksi (Q) =
± 190 BCM/Jam
Stock ROM
Stock ROM (Run of Mine) adalah suatu tempat
sementara untuk tumpukan batubara (coal
stacking) sebelum dibawa ke Jetty
Jetty & Crusher
Jetty
Kegiatan Open Trucking untuk pengangkutan
batubara ke Barge di Jetty
Crusher
Kegiatan dengan Coal Crusher dengan
estimasi kapasitas produksi (Q) = ± 150 TPH
Match Factor (MF)
Match Factor (MF) adalah adalah persentase keserasian antara alat Excavator
dengan alat Dump Truck (DT) pada saat beroperasi.
Jika nilai MF = 1, maka terjadi keserasian antara alat Excavator dengan alat Dump Truck
Jika nilai MF < 1, maka alat Excavator yang mempunyai waktu tunggu
Jika nilai MF > 1, maka alat Dump Truck yang mempunyai waktu tunggu
Dimana,
t1 adalah waktu yang dibutuhkan Excavator untuk memuat hasil galian ke kabin DT
CT adalah Cycle Time DT
Aplikasi MF Dump Truck
Barge Shipment
Kegiatan transhipment kargo batubara yang
dimuat dengan Barge 270 ft yang ditarik
dengan Tug Boat (TB)
Tahapan Kegiatan Produksi Batubara
Alternatif Tahapan Kegiatan Produksi
Alternatif- 1
Overburden - Hauling to Disposal Area – Stripping
Coal Getting - Hauling to Stock ROM – Hauling to Stock Pile – Loading to Barge
Alternatif-2
Overburden – Hauling to Disposal Area - Stripping
Coal Getting – Hauling to Stock Pile – Loading to Barge
Alternatif-3
Overburden – Hauling to Disposal Area – Stripping
Coal Getting – Hauling & Loading to Barge
Menghitung Kap. Produksi A2B
No. Nama A2B Kapasitas
A Hydraulic Excavator
1 Excavator PC-200 0,80 BCM
2 Excavator PC-300 1,20 BCM
3 Excavator PC-400 1,60 BCM
4 Excavator PC-800 3,10 BCM
5 Excavator PC-1250 4,30 BCM
Pekerjaan Overburden (O/B) Pekerjaan Coal Getting di Pit, Stock ROM & Jetty
Kap. Produksi (Q) Excavator Kap. Produksi (Q) Excavator
Dimana,
Q = Kap. Produksi (BCM/Jam, MT/Jam)
Eff. = Efisiensi alat
Eb = Efisiensi bucket
BJ = Berat jenis batubara
CT = Cycle Time (menit)
Dump Truck & ADT (Hauling O/B)
No. Nama A2B Kapasitas
A Dump Truck
1 Dump Truck CWB 14,33 BCM
2 ADT 772 31,30 BCM
Dimana,
Q = Kapasitas Produksi (BCM/Jam)
Eff = Efisiensi alat
Ec = Efisensi bak
CT = Cycle Time (menit)
Dump Truck & ADT (Hauling CG) to Stock ROM
No. Nama A2B Kapasitas
A Dump Truck
1 Dump Truck CWB 18,63 Ton
2 ADT 772 40,69 Ton
Dimana,
Q = Kapasitas Produksi (M3/Jam)
Eff = Efisiensi alat
Ec = Efisensi bak
BJ = Berat jenis batubara
CT = Cycle Time (menit)
Bulldozer (Stripping O/B)
No. Nama A2B Utilitas
A Bulldozer
1 Bulldozer D-85 Stripping
2 Bulldozer D-155 Stripping
Dimana,
Q = Kapasitas Produksi (BCM/Jam)
Eff. = Efisiensi alat
Ec = Efisiensi bak
BJ = Berat jenis batubara
CT = Cycle Time (menit)
Menentukan Jumlah Shift A2B
No. Jumlah Shift Jumlah Jam Jumlah Jam
per hari per Bulan
1 1 (satu) Shift 1 x 8 = 8 Jam 8 x 30 = 240 Jam
2 2 (dua) Shift 2 x 8 = 16 Jam 16 x 8 = 480 Jam
3 3 (tiga) Shift 3 x 8 = 24 Jam 24 x 30 = 720 Jam
Dengan asumsi bahwa setiap unit A2B yang dipakai dalam kegiatan produksi
batubara tersebut bukan unit A2B yang baru dan juga bukan unit A2B yang lama
yaitu lebih dari 3 (tiga) tahun maka disepakati bahwa persentase dari koefisiennya
adalah 15 %.
Harga tersebut selalu release atau terbit setiap 2 (dua) minggu sekali yaitu pada
tanggal (1 -15) bulan berjalan dan periode (16 - 30) bulan berjalan.
Biaya-biaya yang ditanggung pihak Pemilik unit A2B adalah sebagai berikut,
Gaji pokok Operator unit A2B
Penyediaan pelumas (lubricant)
Penggantian suku cadang (spare part)
Pajak PPh 23
Menghitung biaya Kepemilikan & Operasional
Biaya kepemilikan (owning cost) dan biaya operasi (operation cost) untuk setiap
A2B tidak selalu tetap atau tidak sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya,
Harga beli A2B yang berbeda
Harga satuan pelumas yang berbeda antara setiap lokasi proyek
Jenis pekerjaan yang dilakukan
Besaran nilai suku bunga bank
i 1 + i YOUL 1
CRF = Nilai Sisa Alat NSA = x 100% x B
(1 + i)YOUL −1 YOUL
B − NSA
Biaya Pengembalian Modal = x CRF
W
0,20 % x B
Biaya Asuransi =
W
Owning Cost = Biaya Pengembalian Modal + Asuransi
Formula menghitung Operation Cost
No. Simbol Keterangan Satuan
1 HP Horse Power undisclosed
2 undisclosed Moderat Koefisien HSD 15.00%
3 undisclosed Kebutuhan HSD Alat Rp./Jam
4 undisclosed Moderat Kebutuhan Lubricant 1.50%
5 undisclosed Kebutuhan Lubricant Alat Rp./Jam
6 undisclosed Koefisien O/M Alat 15.00%
7 undisclosed Upah Operator Rp./Jam
8 undisclosed Upah Helper Rp./Jam
9 undisclosed Operation Cost Rp./Jam
O
Operating Cost = HSD + Lubricant + Biaya + Operator + Helper
M
Keb. HSD = 12,50 % − 17,50 % x HP
Keb. Lubricant = 1, 25 % − 1,75 % x HP
O B
Biaya = 15 % x
M W
Upah Operator = Rp. 15.000 per Jam
Upah Helper = Rp. 10.000 per Jam
Menghitung biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya Langsung ini seringkali disebut Biaya Kontraktor (Contractor Cost) , biaya ini
Sudah termasuk sewa A2B, HSD dan Upah Operator A2B.
Metode Empiris
No. Uraian Parameter Satuan
1. Harga Satuan Overburden (2,00 – 2,5) x SR USD/BCM
2. Harga Satuan Coal Getting (1,00 – 1,5) USD/MT
3. Harga Satuan Hauling to Jetty (0,18 – 0,20) x L USD/MT
4. Harga Satuan Road Maintenance (0,018 – 0,020) x L USD/MT
Metode unit price ini pada dasarnya mempunyai rumus sebagai berikut,
No. Uraian Parameter Satuan
1. Harga Satuan Overburden Harga Sat./Q Rp./BCM
2. Harga Satuan Hauling ke Disposal Area Harga Sat./Q Rp./BCM
3. Harga Satuan Stripping Harga Sat./Q Rp./BCM
4. Harga Satuan Coal Getting Harga Sat./Q Rp./MT
5. Harga Satuan Hauling ke Stock ROM Harga Sat./Q Rp./MT
6. Harga Satuan Stock ROM ke Jetty Harga Sat./Q Rp./MT
Aspek Teknis
Pada prinsipnya sama dengan pertimbangan teknis dari opsi bisnis Investor TO
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah secara persentase “fee all-in” maksimal
sebesar 35 % dari harga penjualan batubara, dengan asumsi biaya Kontraktor untuk
pekerjaan kegiatan produksi aksimal sebesar 50 %, sehingga total net profit adalah 15
% (minimal).
Diupayakan agar pihak Kontraktor diberikan ”hak jual” dari pemilik IUP-OP sehingga
terdapat akumulasi net profit sebagai Kontraktor dan Seller (pihak Penjual)