Anda di halaman 1dari 34

Abstrak

Menurut data APBI (Asosiasi


Pertambangan Batubara Indonesia) bulan
November 2013, untuk proyeksi tahun
2014, Indonesia kini tercatat sebagai
produsen terbesar ketiga di dunia, dengan
total produksi sekitar 400 juta Metrik Ton
(MT). Investor yang ingin melakukan
investasi dalam bisnis batubara ini
disarankan melakukan suatu kajian uji
tuntas (due diligence) dengan
memperhitungkan beberapa parameter
kelayakan investasi dengan tinjauan
berbagai aspek seperti legalitas lahan
batubara, aspek teknis dan aspek
finansial yang pada intinya Investor akan
menentukan apakah bisnis ini layak
(feasible) dilaksanakan atau tidak.
Curriculum Vitae
Oddang Rewu lahir di Sinjai, 7 Februari
1973. Ia telah menyelesaikan pendidikan S1
di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR)
Bandung, Fakultas Teknik, Jurusan Sipil.
Ia pernah bekerja di PT. Jakarta Industrial
Estate Pulogadung Persero (1997 - 1998),
PT. Istaka Karya Persero (2002 - 2007) dan
PT. Anugerah Surya Jaya (2007 - 2011).
Sejak 2011 hingga sekarang, Ia bekerja di
PT. Havara Mining sebagai Kontraktor
penambangan batubara dengan wilayah
penambangan di Kalimantan Timur.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Aspek Legalitas
 IUP Eksplorasi
 IUP – OP (Ijin Usaha Pertambangan – Operasi Produksi)
 IUP – OP Khusus Pengangkutan & Penjualan
 ET (Eksportir Terdaftar)
 Clean & Clear (CnC)
 Pembebasan Lahan, Jaminan Reklamasi, Jalan Hauling
 Ijin Jetty dan Stock Pile
 Ijin Pinjam Pakai » Rekomendasi Bupati & Gubernur
 AMDAL, UKL & UPL » PerMen LHK No. 38 Tahun 2019

Aspek Teknis
 Nilai GCV (Gross Calorific Value)
 Coal Reserve (Measured Reserve)
 Stripping Ratio (SR) & lainnya

Aspek Finansial
 NPV, IRR, Safety Factor (SF), Payback Period, BEP & ROI
Stripping Ratio (SR)
Stripping Ratio (SR) adalah mendefinisikan perbandingan antara banyaknya
volume galian lapisan penutup (overburden) untuk menghasilkan 1 MT batubara,
misalnya jika diketahui nilai SR = 7, maka dengan mudah diketahui bahwa untuk
mendapatkan 1 MT batubara dibutuhkan overburden sebanyak 7 BCM (Bank
Cubic Meter) atau 7 m3 tanah lapisan penutup.
Urutan Kegiatan Penambangan Batubara
 Pit » titik bukaan tambang batubara
 O/B (overburden) » penggalian tanah penutup di Pit
 Disposal Area » tempat pembuangan hasil galian tanah O/B
 Coal Getting » penggalian batubara di Pit
 Stripping » perataan tanah hasil pembuangan O/B
 Hauling – Stock ROM » pengangkutan kargo dari Pit ke Stock ROM
 Stock ROM – Jetty » pengangkutan kargo dari Stock ROM ke Jetty
 Crusher » dari bentuk Raw Coal menjadi butiran halus
 Conveyor – Barge » pemuatan kargo dari Jetty ke Barge
 Barge Shipment » pengapalan Barge ke Destination Port atau Anchorage Point
Open Pit & Overburden (O/B)

Open Pit
Kegiatan Open Pit dengan alat berat Excavator
estimasi kapasitas produksi (Q) = ± 40
BCM/Jam

Overburden (O/B)
Kegiatan O/B dengan alat berat Excavator
estimasi kapasitas produksi (Q) = ± 40
BCM/Jam
Disposal Area & Coal Getting (C/G)
Coal Getting
Kegiatan Coal Getting dengan Excavator PC-
200 dengan kap. produksi (Q) = 52 MT/Jam
dan di-hauling dengan Dump Truck (DT) CWB
ke Stock ROM

Disposal Area
Kegiatan hauling O/B untuk dibuang ke
Disposal Area
Stripping & Stock ROM
Stripping
Kegiatan stripping dengan alat berat Bulldozer
D-85 dengan estimasi kapasitas produksi (Q) =
± 190 BCM/Jam

Stock ROM
Stock ROM (Run of Mine) adalah suatu tempat
sementara untuk tumpukan batubara (coal
stacking) sebelum dibawa ke Jetty
Jetty & Crusher
Jetty
Kegiatan Open Trucking untuk pengangkutan
batubara ke Barge di Jetty

Crusher
Kegiatan dengan Coal Crusher dengan
estimasi kapasitas produksi (Q) = ± 150 TPH
Match Factor (MF)
Match Factor (MF) adalah adalah persentase keserasian antara alat Excavator
dengan alat Dump Truck (DT) pada saat beroperasi.

Jika nilai MF = 1, maka terjadi keserasian antara alat Excavator dengan alat Dump Truck
Jika nilai MF < 1, maka alat Excavator yang mempunyai waktu tunggu
Jika nilai MF > 1, maka alat Dump Truck yang mempunyai waktu tunggu

Rumus Match Factor (MF) adalah sebagai berikut,

Dimana,
t1 adalah waktu yang dibutuhkan Excavator untuk memuat hasil galian ke kabin DT
CT adalah Cycle Time DT
Aplikasi MF Dump Truck

Waktu yang dibutuhkan Excavator untuk


memuat hasil galian ke kabin DT

ADT (Articulated Dump Truck) saat


unloading di Stock Pile
Conveyor & Barge Shipment
Conveyor
Kegiatan dengan Coal Conveyor dengan
estimasi kapasitas produksi (Q) = ± 500 TPH

Barge Shipment
Kegiatan transhipment kargo batubara yang
dimuat dengan Barge 270 ft yang ditarik
dengan Tug Boat (TB)
Tahapan Kegiatan Produksi Batubara
Alternatif Tahapan Kegiatan Produksi
Alternatif- 1
 Overburden - Hauling to Disposal Area – Stripping
 Coal Getting - Hauling to Stock ROM – Hauling to Stock Pile – Loading to Barge

Alternatif-2
 Overburden – Hauling to Disposal Area - Stripping
 Coal Getting – Hauling to Stock Pile – Loading to Barge

Alternatif-3
 Overburden – Hauling to Disposal Area – Stripping
 Coal Getting – Hauling & Loading to Barge
Menghitung Kap. Produksi A2B
No. Nama A2B Kapasitas
A Hydraulic Excavator
1 Excavator PC-200 0,80 BCM
2 Excavator PC-300 1,20 BCM
3 Excavator PC-400 1,60 BCM
4 Excavator PC-800 3,10 BCM
5 Excavator PC-1250 4,30 BCM

 Pekerjaan Overburden (O/B)  Pekerjaan Coal Getting di Pit, Stock ROM & Jetty
Kap. Produksi (Q) Excavator Kap. Produksi (Q) Excavator

Dimana,
Q = Kap. Produksi (BCM/Jam, MT/Jam)
Eff. = Efisiensi alat
Eb = Efisiensi bucket
BJ = Berat jenis batubara
CT = Cycle Time (menit)
Dump Truck & ADT (Hauling O/B)
No. Nama A2B Kapasitas
A Dump Truck
1 Dump Truck CWB 14,33 BCM
2 ADT 772 31,30 BCM

 Pekerjaan Hauling Overburden (O/B)


Rute Pit – Disposal Area
Kapasitas Produksi (Q) Dump Truck (DT) atau ADT

Dimana,
Q = Kapasitas Produksi (BCM/Jam)
Eff = Efisiensi alat
Ec = Efisensi bak
CT = Cycle Time (menit)
Dump Truck & ADT (Hauling CG) to Stock ROM
No. Nama A2B Kapasitas
A Dump Truck
1 Dump Truck CWB 18,63 Ton
2 ADT 772 40,69 Ton

 Pekerjaan Hauling Coal Getting


Rute Pit – Stock ROM
Kapasitas Produksi (Q) Dump Truck (DT) atau ADT

Dimana,
Q = Kapasitas Produksi (M3/Jam)
Eff = Efisiensi alat
Ec = Efisensi bak
BJ = Berat jenis batubara
CT = Cycle Time (menit)
Bulldozer (Stripping O/B)
No. Nama A2B Utilitas
A Bulldozer
1 Bulldozer D-85 Stripping
2 Bulldozer D-155 Stripping

 Pekerjaan Stripping Overburden


Kapasitas Produksi (Q) Bulldozer D-85
Dimana,
Q = Kap. Produksi (BCM/Jam)
q = Produksi per Cycle (BCM)
L = Lebar blade (m)
H = Tinggi blade (m)
a = Faktor blade
Eff = Job efficiency
D = Jarak kerja (m)
F = Kecepatan maju (m/Jam)
R = Kecepatan mundur (m/Jam)
Z = Waktu untuk ganti gigi (menit)
CT = Cycle Time (menit)
Dump Truck & ADT (Hauling CG) to Jetty
No. Nama A2B Kapasitas
A Dump Truck
1 Dump Truck Hino 10-W 17 Ton
2 Dump Truck Hino 10-W 23 Ton

 Pekerjaan Hauling Coal Getting


Rute Pit – Stock Pile, Pit - Jetty
Kapasitas Produksi (Q) Dump Truck (DT) atau ADT

Dimana,
Q = Kapasitas Produksi (BCM/Jam)
Eff. = Efisiensi alat
Ec = Efisiensi bak
BJ = Berat jenis batubara
CT = Cycle Time (menit)
Menentukan Jumlah Shift A2B
No. Jumlah Shift Jumlah Jam Jumlah Jam
per hari per Bulan
1 1 (satu) Shift 1 x 8 = 8 Jam 8 x 30 = 240 Jam
2 2 (dua) Shift 2 x 8 = 16 Jam 16 x 8 = 480 Jam
3 3 (tiga) Shift 3 x 8 = 24 Jam 24 x 30 = 720 Jam

No. Jumlah Shift Efisiensi Jumlah Jam


per Bulan
1 1 (satu) Shift 80 % 80 % x 240 = 192 Jam
2 2 (dua) Shift 80 % 80 % x 480 = 384 Jam
3 3 (tiga) Shift 80 % 80 % x 720 = 576 Jam
Menentukan Koefisien HSD
Untuk menentukan kebutuhan HSD untuk setiap A2B, maka rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut,
 (12,50 % - 17,50 %) x nilai Horse Power (HP) unit A2B = “X” Liter per Jam

Dengan asumsi bahwa setiap unit A2B yang dipakai dalam kegiatan produksi
batubara tersebut bukan unit A2B yang baru dan juga bukan unit A2B yang lama
yaitu lebih dari 3 (tiga) tahun maka disepakati bahwa persentase dari koefisiennya
adalah 15 %.

No. Unit A2B HP Keb. HSD


A Hydraulic Excavator
1 Excavator PC-200 144 15 % x 144 = 21,60 Liter/Jam
2 Excavator PC-300 242 15 % x 242 = 36,30 Liter/Jam
3 Excavator PC-400 330 15 % x 330 = 49,50 Liter/Jam
4 Excavator PC-800 487 15 % x 487 = 73,05 Liter/Jam
5 Excavator PC-1250 651 15 % x 651 = 97,65 Liter/Jam
Dump Truck & Bulldozer
No. Unit A2B HP Keb. HSD
B Dump Truck
1 Dump Truck CWB 105 15 % x 105 = 15,75 Liter / Jam
2 ADT CAT 777 598 15 % x 598 = 89,70 Liter / Jam
3 Dump Truck Hino 17 Ton 105 15 % x 105 = 15,75 Liter / Jam
4 Dump Truck Hino 23 Ton 105 15 % x 105 = 15,75 Liter / Jam
C Bulldozer
1 Bulldozer D-85 266 15 % x 266 = 39,90 Liter / Jam
2 Bulldozer D-155 302 15 % x 302 = 45,30 Liter / Jam
Menghitung Harga Dasar HSD
Menurut undang-undang yang berlaku, setiap pelaku di sektor industri termasuk
industri pertambangan mineral dan batubara (minerba), maka diwajibkan untuk
memakai HSD dengan tarif solar industri, salah satu sumber untuk mengetahui
harga solar industri adalah dengan membuka website www.pertamina.co.id.

Harga tersebut selalu release atau terbit setiap 2 (dua) minggu sekali yaitu pada
tanggal (1 -15) bulan berjalan dan periode (16 - 30) bulan berjalan.

Komponen harga solar industri tersebut adalah sebagai berikut,


 Harga dasar
 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 %
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar 7 %
 Biaya pengiriman dari Depo Pertamina ke lokasi tambang (site)
Ruang Lingkup Leasing unit A2B
Biaya-biaya yang ditanggung pihak Penyewa unit A2B adalah sebagai berikut,
 Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi unit A2B
 Upah per Jam untuk Operator A2B
 Akomodasi
 Penyediaan HSD (bahan bakar unit A2B)
 Membayar minimum hours sebesar 200 Jam sebagai pembayaran uang muka
(advance payment) dengan asumsi unit disewa dengan 2 (dua) shift per bulan
 Pajak PPN 10%

Biaya-biaya yang ditanggung pihak Pemilik unit A2B adalah sebagai berikut,
 Gaji pokok Operator unit A2B
 Penyediaan pelumas (lubricant)
 Penggantian suku cadang (spare part)
 Pajak PPh 23
Menghitung biaya Kepemilikan & Operasional
Biaya kepemilikan (owning cost) dan biaya operasi (operation cost) untuk setiap
A2B tidak selalu tetap atau tidak sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya,
 Harga beli A2B yang berbeda
 Harga satuan pelumas yang berbeda antara setiap lokasi proyek
 Jenis pekerjaan yang dilakukan
 Besaran nilai suku bunga bank

Owning Cost (biaya kepemilikan)


Owning Cost (OC) ini terdiri dari depresiasi (penyusutan), nilai suku bunga bank
dan asuransi serta pajak-pajak lainnya.
Owning Cost adalah jumlah biaya dalam Rupiah yang harus diterima kembali oleh
pemilik A2B karena telah mengeluarkan biaya untuk pembelian A2B, angkutan,
pajak, asuransi dari setiap jam selama umur ekonomis alat. Seringkali OC ini juga
disebut biaya pasti (fixed cost)

Operation Cost (biaya operasional)


Operation Cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk keperluan operasional
unit A2B seperti biaya HSD, pelumas, filter, perbaikan alat, penggantian ban dan
undercarriage (untuk alat beroda track), upah Operator dan Mekanik serta
penggantian suku cadang (spare part)
Formula menghitung Owning Cost
No. Simbol Keterangan Satuan
1 B Harga Alat (Baru / Bekas) Rp.
2 NSA Nilai Sisa Alat Rp.
3 YOUL Years of Utility Life Tahun
4 CRF Capital Refund Factor %
5 i Interest %
6 W Jam Efektif Alat (JEA) dalam 1 Tahun Jam
7 UC Unit Cost Rp./Jam
8 OW Owning Cost Rp./Jam
9 Q Kapasitas Produksi Alat MT/Jam

i 1 + i YOUL 1
CRF = Nilai Sisa Alat NSA = x 100% x B
(1 + i)YOUL −1 YOUL
B − NSA
Biaya Pengembalian Modal = x CRF
W
0,20 % x B
Biaya Asuransi =
W
Owning Cost = Biaya Pengembalian Modal + Asuransi
Formula menghitung Operation Cost
No. Simbol Keterangan Satuan
1 HP Horse Power undisclosed
2 undisclosed Moderat Koefisien HSD 15.00%
3 undisclosed Kebutuhan HSD Alat Rp./Jam
4 undisclosed Moderat Kebutuhan Lubricant 1.50%
5 undisclosed Kebutuhan Lubricant Alat Rp./Jam
6 undisclosed Koefisien O/M Alat 15.00%
7 undisclosed Upah Operator Rp./Jam
8 undisclosed Upah Helper Rp./Jam
9 undisclosed Operation Cost Rp./Jam
O
Operating Cost = HSD + Lubricant + Biaya + Operator + Helper
M
Keb. HSD = 12,50 % − 17,50 % x HP
Keb. Lubricant = 1, 25 % − 1,75 % x HP
O B
Biaya = 15 % x
M W
Upah Operator = Rp. 15.000 per Jam
Upah Helper = Rp. 10.000 per Jam
Menghitung biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya Langsung ini seringkali disebut Biaya Kontraktor (Contractor Cost) , biaya ini
Sudah termasuk sewa A2B, HSD dan Upah Operator A2B.

Metode Empiris
No. Uraian Parameter Satuan
1. Harga Satuan Overburden (2,00 – 2,5) x SR USD/BCM
2. Harga Satuan Coal Getting (1,00 – 1,5) USD/MT
3. Harga Satuan Hauling to Jetty (0,18 – 0,20) x L USD/MT
4. Harga Satuan Road Maintenance (0,018 – 0,020) x L USD/MT

Total Biaya = 1 + 2 + 3 + 4 (USD/MT)


Dimana,
SR = Stripping Ratio
L = Jarak Hauling dari Pit ke Jetty (Km)
Metode Unit Price
Metode Unit Price
Metode unit price ini atau harga satuan ini selalu digunakan Kontraktor untuk
pekerjaan infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, bendung dan
lainnya (Departemen Pekerjaan Umum).

Metode unit price ini pada dasarnya mempunyai rumus sebagai berikut,
No. Uraian Parameter Satuan
1. Harga Satuan Overburden Harga Sat./Q Rp./BCM
2. Harga Satuan Hauling ke Disposal Area Harga Sat./Q Rp./BCM
3. Harga Satuan Stripping Harga Sat./Q Rp./BCM
4. Harga Satuan Coal Getting Harga Sat./Q Rp./MT
5. Harga Satuan Hauling ke Stock ROM Harga Sat./Q Rp./MT
6. Harga Satuan Stock ROM ke Jetty Harga Sat./Q Rp./MT

Total Biaya = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 (Rp./MT)


Metode Breakdown
Metode Breakdown
Metode breakdown atau perincian ini mengacu kepada perincian biaya untuk setiap
Harga Satuan A2B yang akan digunakan termasuk dengan alat supporting A2B.

No. Uraian Parameter Satuan


1. Harga Sat. alat Excavator Overburden Rp./BCM
2. Harga Sat. alat Dump Truck Hauling ke Disposal Rp./BCM
3. Harga Sat. alat Bulldozer Stripping Rp./BCM
4. Harga Sat. alat Excavator Coal Getting Rp./MT
5. Harga Sat. alat Dump Truck Hauling ke Stock ROM Rp./MT
6. Harga Sat. alat Excavator Loading ke DT Rp./MT
7. Harga Sat. alat DT Stock ROM ke Jetty Rp./MT
8. Harga Sat. supporting Tower Lamp Lighting Rp./MT
9. Harga Sat. supporting Fuel Tank Storage of Fuel Rp./MT
10. Harga Sat. supporting Pompa 8/6 Pumping Rp./MT
11. Harga Sat. supporting Genset Electrically Rp./MT

Total Biaya = 1 + ... + 11 (Rp./MT)


Metode Empiris, Breakdown & Unit Price
Perlu diketahui bersama, khusus untuk Metode Breakdown ini terlihat bahwa total
biaya-biaya dalam unit “Rupiah”, untuk mendapatkan nilai “Rupiah per Metrik Ton”
atau Rp./MT maka harus dibagi dengan target produksi batubara untuk setiap
bulan.

No. Metode Parameter Mutlak


1. Metode Empiris  Nilai SR
 Jarak Stock ROM – Jetty
2. Metode Breakdown  Nilai SR
 Target Produksi
 Harga sewa A2B
 Jarak Pit ke Disposal
 Rencana Jam Efektif per Bulan
 Harga Satuan HSD
 Upah Operator A2B
 Jarak Stock ROM – Jetty
3. Metode Unit Price  Nilai SR
 Jarak Pit ke Disposal
 Jarak Pit ke Stock ROM
 Harga Sewa A2B
 Harga Satuan HSD
 Upah Operator A2B
 Jarak Stock ROM - Jetty
Saran (Metode Empiris, Breakdown & Unit Price)
Disarankan untuk mengikuti Breakdown, dengan pertimbangan metode ini yang
paling akurat untuk kegiatan produksi batubara jika dibandingkan dengan
metode Empiris dan Unit Price
Kontraktor
Kontraktor
Aspek Legalitas
 Pada dasarnya, aspek legalitas yang perlu dipertimbangkan oleh pihak Kontraktor
sama dengan tahapan due diligence dalam hal opsi bisnis Investor Take Over.
 Hal lain yang mesti dipertimbangkan oleh pihak Kontraktor adalah bahwa pihak
Kontrak tidak menerima SPK (Surat Perintah Kerja) atau Kontrak dari pihak Pemilik
IUP-OP sebagai “Kontrak Turunan” karena hal tersebut sangat berisiko.
• Metode pembayaran sebaiknya berdasarkan Single Rate (biaya Overburden dan
Coal Getting tidak terpisah).

Aspek Teknis
 Pada prinsipnya sama dengan pertimbangan teknis dari opsi bisnis Investor TO
 Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah secara persentase “fee all-in” maksimal
sebesar 35 % dari harga penjualan batubara, dengan asumsi biaya Kontraktor untuk
pekerjaan kegiatan produksi aksimal sebesar 50 %, sehingga total net profit adalah 15
% (minimal).
 Diupayakan agar pihak Kontraktor diberikan ”hak jual” dari pemilik IUP-OP sehingga
terdapat akumulasi net profit sebagai Kontraktor dan Seller (pihak Penjual)

Anda mungkin juga menyukai