Lak KPK 2021
Lak KPK 2021
LAPORAN
AKUNTABILITAS
2020
Penyusun:
Tim Penyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2020
Buka kamera iPhone. Sentuh ikon aplikasi Arahkan kamera pada kode QR. Setelah Pastikan kode QR diposisikan di tengah Tunggulah hingga kode dipindai. Setelah kode Buka konten kode. Sentuh notifikasi Safari
“Camera” yang menyerupai kamera berwarna beberapa saat, kamera akan difokuskan layar kamera. Keempat sudut kode QR harus QR diposisikan di bagian tengah layar, kode yang ditampilkan di bagian atas layar untuk
hitam dengan latar belakang abu-abu. kepada kode. dimuat dalam layar. akan langsung dipindai. membuka halaman web atau informasi lain
Jika kamera depan masih aktif, terlebih yang dimuat dalam kode.
dahulu sentuh ikon kamera yang ada di pojok
kanan bawah layar untuk beralih ke kamera
belakang (kamera utama).
Buka Google Play Store pada perangkat Sentuh bilah pencarian. Bilah ini ditampilkan Klik QR Code Reader - No Ads. Pilihan ini Klik INSTALL. Tombol ini berada di sisi kanan Klik ACCEPT. Tombol ini berada di bagian
Android Gambar berjudul Android. Sentuh di bagian atas layar. berada di bagian atas menu drop-down. layar. tengah jendela pop-up. Setelah itu, aplikasi
ikon aplikasi Google Play Store yang tampak Setelah itu, halaman aplikasi akan dibuka QR Code Reader akan diunduh ke perangkat.
seperti segitiga warna-warni.
Klik OPEN. Tombol ini ditampilkan di posisi Arahkan kamera perangkat pada kode QR. Pastikan kode QR diposisikan di tengah layar. Tunggulah hingga kode dipindai. Setelah
yang sama dengan tombol “INSTALL” setelah Setelah beberapa saat, kamera akan berfokus Kode harus ditempatkan secara pas di antara selesai, Anda bisa melihat gambar kode di
aplikasi selesai dipasang. Sentuh tombol kepada kode. ke empat batas yang ditampilkan di bagian layar. Konten yang dimuat dalam kode (mis.
tersebut untuk membuka QR Code Reader. tengah layar. tautan) akan ditampilkan di bawah gambar.
20
LAPORAN
AKUNTABILITAS
KINERJA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
20 Laporan
Akuntabilitas Kinerja
Jan Feb
6 - Menghadiri Acara Deklarasi Janji Kerja 5 - 12 - Kunjungan Kehormatan
2020 dan Pencanangan Pembangunan Zona (Courtesy Call) ke Mahkamah Agung dan
Integritas Kementerian Hukum dan HAM. jajaran, Menteri Sosial dan jajaran, Pimpinan
DPR RI dan jajaran, Menteri Pertahanan dan
jajaran, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
6 - 20 - Kunjungan Kehormatan dan jajaran.
(Courtesy Call) ke (1) Kapolri dan jajaran, (2)
Menteri Keuangan dan jajaran, (3) BPK dan
penandatanganan MoU, (4) Menko Polhukam 5 & 7 - Menerima kunjungan kerja:
dan jajaran, (5) Jaksa Agung dan jajaran, (6) (1) Courtesy Dubes Norwegia HE Vegard
Menteri Hukum dan HAM dan jajaran, (7) Kaale dan Delegasi Norwegia - NORAD Mr.
Panglima TNI dan jajaran, (8) Pimpinan MPR Mark Alastair Frank Pyman (Coord. NORAD
dan jajaran, (9) Kepala PPATK dan jajaran, Evaluation) dan (2) Kepala BNN.
(10) Pimpinan Komisi III DPR RI.
Dan beberapa kegiatan strategis lainnya Dan beberapa kegiatan strategis lainnya
Mar Apr
2 - Penyampaian oleh Dewan Pengawas 8 - Video Conference "Pelaksanaan
terkait Hasil Penyusunan Kode Etik Dewan Anggaran & Pengadaan Barang/Jasa di
Pengawas, Pimpinan dan Pegawai KPK. Daerah dalam Pencegahan Penyebaran dan
Percepatan Penanganan Covid 19 bersama
Mendagri, Ketua BPK, Kepala LKPP, Kepala
5 - Acara Penandatanganan Kontrak BPKP, Sekda, Para Bupati/Walikota.
Kinerja Eselon I dan II.
Mei Jun
5 - Rapat Evaluasi Kinerja / rapat tinjauan 5 - Rapat Pembahasan RKAKL Tahun
kinerja triwulan I 2020 KPK Wide dengan 2020.
Dewwan Pengawas KPK.
Dan beberapa kegiatan strategis lainnya Dan beberapa kegiatan strategis lainnya
Jul Agu
7 - RDP Pengawasan dengan Komisi III 11 - Menghadiri Undangan
Auditorium Gedung Juang lt 3. Penandatanganan Nota Kesepahaman
antar BPK dengan Polri dan Nota
Kesepahaman BPK dengan Kejaksaan RI.
15 - Menghadiri Undangan Rapat bersama
Presiden "Percepatan Penyerapan APBD 13 - Rapat Evaluasi Kinerja/Rapat Tinjauan
Tahun 2020. Kinerja Tingkat KPK Wide Triwulan II Tahun
2020 bersama Dewan Pengawas.
Dan beberapa kegiatan strategis lainnya Dan beberapa kegiatan strategis lainnya
Sep Okt
1 - Pemberian Statement Pimpinan KPK 1 - Pertemuan Pimpinan dengan Jaksa
dalam UNCAC Working Group on Prevention Agung.
2020 melalui aplikasi zoom.
Dan beberapa kegiatan strategis lainnya Dan beberapa kegiatan strategis lainnya
Nov Des
5 - Rapat Evaluasi Kinerja/Rapat Tinjauan 7 - Diskusi Panel Hakordia bersama
Kinerja Tingkat KPK – Wide dengan Dewan Pemerintah Daerah via daring.
Pengawas KPK untuk Triwulan III Tahun
2020.
8 - Undangan Election Visiti Program (EVP)
for The 2020 yang diselenggarakan oleh
23 - Menghadiri FGD Insersi Pendidikan KPU RI & Awarding ACCFEST 2020.
Antikorupsi pada Partai Politik via daring.
Dan beberapa kegiatan strategis lainnya Dan beberapa kegiatan strategis lainnya
DAFTAR ISI
HIGHLIGHT 2020 2 Rencana Kerja Pemerintah 2020 26
DAFTAR ISI 4 Prioritas Nasional 26
DAFTAR TABEL 4 Roadmap 2011-2023 28
DAFTAR GAMBAR 5 Rencana Strategis 2020-2024 29
KATA PENGANTAR 7 Arah Kebijakan Umum (AKU) KPK Tahun 2020 32
RINGKASAN EKSEKUTIF 8 AKUNTABILITAS KINERJA 34
PROFIL PIMPINAN KPK 2019-2023 10 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 35
PROFIL DEWAN PENGAWAS KPK 2019-2023 12 PEMANGKU KEPENTINGAN (PK) 39
PENDAHULUAN 16 PROSES INTERNAL (PI) 60
Dasar Hukum 17 KAPABILITAS ORGANISASI (KO) 87
Latar Belakang 17 Realisasi Agenda Prioritas Nasional 114
Visi, Misi, Nilai, dan Tujuan serta Sasaran 18 Realisasi anggaran 118
Strategis Prioritas 19 Evaluasi Internal 122
Struktur Organisasi 19 Penerimaan Penghargaan KPK Tahun 2020 122
PERENCANAAN KINERJA 22 PENUTUP 124
RPJMN 2020-2024 25 Pernyataan Reviu 126
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Sasaran Strategis KPK tahun 2020 30
Tabel 2. Indikator Program Pencegahan dan Penindakan Perkara Korupsi tahun 2020 30
Tabel 3. Indikator Program Dukungan Manajemen tahun 2020 31
Tabel 4. Status Kinerja Organisasi KPK-wide 2020 35
Tabel 5. Nilai Kinerja Organisasi 2020 berdasarkan Perspektif 35
Tabel 6. Nilai Capaian Kinerja Sasaran Strategis (SS) Organisasi KPK-wide 2020 36
Tabel 7. Nilai Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) Organisasi KPK-wide 2020 37
Tabel 8. Laporan Nilai Kinerja Organisasi KPK Tahun 2020 38
Tabel 9. Capaian IKU pada SS Meningkatnya Upaya Pencegahan dan Pendidikan AntiKorupsi 39
Tabel 10. Capaian IKU pada SS Mengoptimalkan mekanisme pemulihan dan 47
pengelolaan aset hasil tindak pidana korupsi
Tabel 11. Capaian IKU pada SS Meningkatnya tingkat efektifitas dan akuntabilitas kelembagaan 51
Tabel 12. Komponen Penilaian SAKIP 52
Tabel 13. Nilai Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja KPK Tahun 2015 – 2020 53
Tabel 14. Hasil Laporan Indeks Maturitas SPIP KPK 54
Tabel 15. Domain dan Aspek Penilaian dan Predikat Indeks SPBE 56
Tabel 16. Indeks Maturitas Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) KPK Tahun 2018–2020 58
Tabel 17. Capaian IKU pada SS Mengoptimalkan Pencegahan Korupsi 60
Tabel 18. Kegiatan Pendaftaran LHKPN 62
Tabel 19. Kepatuhan Penyelenggaran Negara atas Pelaporan LHKPN 62
Tabel 20.Perbandingan Kegiatan pengumuman LHKPN tahun 2019-2020 62
Tabel 21. Perbandingan Kegiatan Pemeriksaan LHKPN 2019-2020 63
Tabel 22.Pemerintah Daerah yang menerbitkan Perkada Pendidikan Anti Korupsi 65
Tabel 23.Capaian IKU pada SS meningkatkan koordinasi KPK dengan Instansi Terkait 66
Tabel 24. Capaian IKU pada SS Menguatkan Monitoring Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara 70
Tabel 25. Capaian IKU pada SS Mengefektifikan Supervisi KPK terhadap Instansi Terkait 75
Tabel 26. Capaian IKU pada SS Meningkatkan Efektivitas Penegakan Hukum Tipikor 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi KPK (Perkom 3 tahun 2018) 19
Gambar 2.Struktur Organisasi KPK (Perkom 7 tahun 2020) 20
Gambar 3. Visi Indonesia dan Impian Indonesia 2085 23
Gambar 4. Pilar Pembangunan Indonesia 24
Gambar 5. Roadmap Pembangunan Hukum Indonesia 24
Gambar 6. Fokus Bidang dan 7 Agenda Pembangunan RPJMN 2020-2024 25
Gambar 7. Prioritas Nasional – Program Prioritas 26
Gambar 8. Program Prioritas Nasional 27
Gambar 9. Sistem Integritas Nasional, milestone, dan fokus area 28
Gambar 10.Peta Strategi KPK tahun 2020 31
Gambar 11. Kerangka Acuan AKU KPK tahun 2020 32
Gambar 12.Fokus Area KPK tahun 2020 32
Gambar 13.Fokus Area intervensi indikator Dampak CPI dan 5 Fokus Bidang Kebijakan Presiden 33
Gambar 14.Kerangka Kerja Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 40
Gambar 15.Capaian Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2020 40
Gambar 16. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2012-2020 40
Gambar 17. Perkembangan IPAK berdasarkan Dimensi 2012-2020 41
Gambar 18. Realisasi IPAK Tahun 2015-2020 41
Gambar 19. Skema Perhitungan Indeks Integritas 43
Gambar 20.Indeks Penilaian Internal 44
Gambar 21. Indeks Penilaian Eksternal 44
Gambar 22.Indeks Penilaian Eksper 45
Gambar 23. Faktor Koreks 45
Gambar 24.Capaian Nilai SPI 2020 46
Gambar 25.Indeks SPI Seluruh K/L/Pemda Peserta SPI 2020 berdasarkan Skema 46
Gambar 26.Rumusan polarisasi stabilize 48
Gambar 27. Persentase nilai PNBP dibandingkan Nilai Putusan Pengadilan (% Asset Recovery) 49
Kata Pengantar
Tahun 2020 diwarnai berbagai dinamika dan setiap negara di dunia mengalami krisis yang sama dalam penyelesaian
masalah covid-19, pada masa pandemi ini fokus kebijakan negara beralih untuk penanganan covid-19, kesehatan,
bantuan sosial, pemulihan ekonomi nasional, perubahan budaya pola hidup dan pola kerja. KPK sebagai mercusuar
dalam pemberantasan korupsi tidak bisa diam dan berhenti untuk menjaga NKRI dari jeratan korupsi melalui optimalisasi
pengembalian kerugian negara, menyelamatkan potensi keuangan negara dan memastikan efek jera untuk para koruptor
demi keadilan dan kepastian hukum.
KPK saat ini mengalami perubahan pada transformasi organisasi di penghujung akhir tahun 2020 demi mencapai visi,
misi dan tujuan KPK dengan melalui serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi
melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan, dengan peran serta masyarakat agar penajaman strategi KPK melalui upaya penindakan, pencegahan dan
edukasi menjadi strategi trisula pemberantasan korupsi yang selaras dan saling melengkapi.
Pencapaian sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan KPK yang tertuang dalam rencana kerja (renja)
dan Rencana Strategis KPK Tahun 2020-2024. Pencapaian sasaran program kerja dimaksud diukur melalui pencapaian
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi tanggung jawab seluruh jajaran Komisi.
Dalam rangka akuntabilitas dan transparansi pengelolaan kinerja untuk menjamin kualitas monitoring dan evaluasi
kinerja, KPK juga melaksanakan mekanisme Rapat Tinjauan Kinerja (RTK) tingkat KPK-wide secara berkala antara
Pimpinan KPK dengan Dewan Pengawas KPK sebagai evaluator kinerja. Pelaksanaan forum dialog kinerja organisasi
selain sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi, ada makna dan tujuan besar agar insan KPK selalu menjaga
marwahnya serta siap di kritik dalam mengemban tugas dan wewenangnya diiringi Nilai KPK yaitu Integritas, Sinergi,
Keadilan, Profesionalisme, Kepemimpinan.
KPK menyusun Laporan Kinerja tahun 2020 sebagai pertanggungjawaban publik. Laporan tersebut antara lain
menguraikan rencana kinerja yang telah ditetapkan, target kinerja, realisasi kinerja dan anggaran, inovasi perbaikan
kedepan, dan pencapaian KPK sebagai pertanggungjawaban organisasi kepada pemangku kepentingan atas
pelaksanaan tugas dan fungsi serta wewenang yang diemban KPK disetiap lininya. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK)
ini memberikan gambaran pertanggungjawaban KPK dalam upaya pemenuhan pencapaian target dan pemanfaatan
sumber daya yang telah digunakan.
Laporan ini menyajikan analisa antara target dan realisasi atas IKU fokus kerja dan kinerja KPK pada tahun 2020.
berdasarkan evaluasi dan capaian kinerja KPK mencapai Nilai Kinerja Organisasi 102.94%. Capaian tersebut tentu
banyak hal yang perlu diperbaiki dan dibenahi oleh KPK, karena nilai bukan segala-galanya yang dikejar namun paling
mahal adalah proses pembelajaran dan kebermanfaatan, agar insan KPK tidak pernah puas diri untuk memberikan yang
terbaik dalam pemberantasan korupsi demi menuju Indonesia maju.
Kami mengapresiasi kepada Dewan Pengawas KPK sebagai evaluator juga seluruh pihak eksternal yang telah bersinergi
dengan KPK baik seluruh Kementerian/Lembaga, BPK, Dewan Perwakilan Rakyat, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD,
intansi pemerintahan lainnnya, pihak swasta maupun elemen masyarakat yang selalu bersentuhan dengan KPK dan
tidak henti-hentinya memberikan kritik membangun agar menyadarkan KPK untuk bisa lebih baik lagi. Kami berharap
kerjasama membangun sinergi untuk memberantas korupsi bisa ditingkatkan lebih baik lagi demi mewujudkan NKRI
yang lebih sejahtera dan berkeadilan untuk menurunkan tingkat korupsi demi mewujudkan Indonesia maju.
Firli Bahuri
Ketua
RINGKASAN
EKSEKUTIF
KPK memiliki Rencana Strategis KPK tahun 2020-2024 yang telah ditetapkan pada Peraturan KPK Nomor 4 tahun 2020
tentang Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2020-2024, Sasaran Strategis, Sasaran Program
(IKU) dan Sasaran Kegiatan (IKU) beserta Indikator dan Targetnya.
Pada tahun 2020 KPK menerjemahkan sasaran strategis dan sasaran program yang terdiri atas 12 Sasaran strategis
dan 29 IKU yang merupakan turunan dari pelaksanaan Renstra KPK, Selain itu KPK menerbitkan Surat Edaran Nomor
04 tahun 2020 tentang Arah Kebijakan Umum KPK tahun 2020 sebagai acuan unit kerja dalam penyusunan sasaran
kegiatan dan pemetaan sektor, fokus, locus berdasarkan skala prioritas.
KPK dalam menjalankan program dan kegiatan mengalami perubahan budaya kerja dengan kondisi new normal,
mengingat kondisi saat bekerja dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal salah satunya faktor
terbesar adalah dengan adanya pandemi covid-19, sebagian program kerja masih memiliki hambatan, hal tersebut juga
dialami oleh instansi lembaga lain termasuk Negara lain mengalami kondisi yang sama. Namun tantangan tersebut
menjadi peluang KPK agar KPK dapat menyesuaikan bekerja secara new normal, maka hampir sebagian besar unit kerja
di KPK melakukan kegiatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan secara daring.
Di masa kondisi tidak ideal ini, KPK mendapatkan Nilai Kinerja Organisasi KPK sebesar 102.94%, dengan rincian dalam
pendekatan 4 perspektif yang terdiri atas (1) Perspektif Pemangku dengan bobot 25% memberikan kontribusi capaian
sebesar 102,57% (Baik Sekali), (2) Perspektif Akuntabilitas dengan bobot 25% memberikan kontribusi capaian sebesar
104,61% (Baik Sekali), (3) Perspektif Proses Internal dengan bobot 30% memberikan kontribusi 105,04% (Baik Sekali), dan
(4) Perspektif Kapabilitas Organisasi dengan bobot 20% memberikan kontribusi capaian sebesar 98,16% (Baik).
Meskipun sebagian besar target kinerja KPK secara hasil sangat memuasikan, namun pada tahun 2021 KPK akan
melakukan perbaikan dan penajaman agar sasaran program dan sasaran kegiatan yang dituangkan dalam IKU lebih
mengedepankan prinsip SMART dan lebih penyelesaian masalah yang sifatnya substansif.
Selain itu pada tahun yang akan datang KPK bertransformasi organisasi menyesuaikan visi, misi, dan tujuan KPK dengan
penetapan Peraturan KPK nomor 7 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK yang baru, agar lebih organisasi
lebih agile sesuai sesuai kebutuhan strategi KPK yang mengedepankan trisula pemberantasan korupsi (Penindakan,
Pencegahan dan Pendidikan).
Dukungan publik dan kritikan membangun menjadi faktor penting yang memberikan sumbangsih dan energi bagi
peningkatan kinerja KPK, agar KPK mampu mengoptimalkan saran dan masukan tersebut untuk selalu menyempurnakan
tata kelola internalnya sesuai ruang lingkupnya. Sehingga proses kerja yang dilakukan sesuai tugas dan fungsi bisa lebih
efektif dan efisien memiliki standar yang terus-menerus selalu diperbaiki sebagai bahan evaluasi bersama atas berbagai
permasalahan yang harus diselesaikan dengan mengedepankan proses-proses perbaikan berkelanjutan baik melalui
evaluasi kinerja lewat Dewan Pengawas KPK dan Pimpinan KPK secara berjenjang maupun pihak eksternal lainnya.
PROFIL PIMPINAN
Dari Kiri ke kanan: Alexander Marwata - Lili Pintauli Siregar - Firli Bahuri - Nurul Ghufron - Nawawi Pomolango
Dari Kiri ke kanan: Albertina Ho - Harjono - Tumpak Hatarongan - Syamsuddin Haris - Artidjo Alkostar
Pada tahun 2003, diusulkan oleh Jaksa Agung RI untuk bertugas di Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai salah satu
Pimpinan KPK periode pertama (2003-2007). Tahun 2008, diangkat sebagai Anggota Dewan Komisaris PT Pos Indonesia
(Pesero) berdasarkan Keputusan Meneg BUMN. Pada Juni 2015 hingga Desember 2019, Tumpak menjabat Komisaris
Utama PT Pelindo 2 (Persero) sebelumnya akhirnya dipilih oleh presiden untuk menduduki posisi pejabat sementara (Plt)
Pimpinan KPK pada tahun 2009-2010.
Atas pengabdiannya, Ia pernah mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya Satya XX Tahun 1997, Satya Lencana
Karya Satya XXX 2003 dan Bintang Mahaputera Utama tahun 2009.
Pulang dari negeri paman Sam, Ia mendirikan kantor hukum Artidjo Alkostar and Associates hingga kantor itu harus
ditutup pada tahun 2000 karena dirinya diminta menjadi Hakim Agung di Mahkamah Agung RI.
14 tahun menjadi Hakim Agung, Artidjo juga dipilih menjadi Ketua Kamar Pidana Mahkamah Agung sejak tahun 2014.
Artijo purnatugas dari Mahkamah Agung pada 22 Mei 2018 dan sudah menangani 19.483 perkara sepanjang karirnya
Usai lulus dari UGM, Albertina menjadi calon hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta dari tahun 1986 sampai ditempatkan
ke Pengadilan Negeri Slawi, Jawa Tengah pada 1991 hingga 1996. Setelah itu karirnya berlanjut ke Pengadilan Negeri
Temanggung pada 2002 dan melengkapi karirnya di Provinsi Jawa Tengah, Albertina bertugas menjadi hakim di
Pengadilan Negeri Cilacap pada tahun 2002-2005.
Tahun 2005, Albertina diangkat sebagai Asisten Koordinator di Mahkamah Agung Bidang Yudisial hingga 2008. Selepas
itu, Ia kembali menjadi hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hingga tahun 2011 dan menjadi Wakil Ketua Pengadilan
Negeri Sungailiat Bangka Belitung hingga tahun 2012, berlanjut menjadi Ketua Pengadilan Negeri Sungailiat hingga 2014.
Pengalaman Albertina di meja hijau semakin panjang ketika dia menjabat sebagai Wakil Ketua Pengadilan Negeri
Palembang pada tahun 2014-2015 dan kemudian pindah ke Pengadilan Negeri Bekasi pada tahun 2015-2016.
Melengkapi karirnya, Albertina diangkat menjadi Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan pada Juni 2016 hingga 2019,
sebelum akhirnya pindah menjadi Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Kupang pada 27 September 2019 hingga 20 Desember
2019. Albertina diangkat menjadi Dewan Pengawas KPK oleh Preside Jokowi pada 20 Desember 2019.
Atas pengabdiannya, Albertina Ho telah mendapatkan penghargaan Satya Lencana Karya Satya X, Satya Lencara Karya
Satya XX dan Satya Lencana Karya Satya XXX 2018
Sejak 1985, Prof. Haris telah mendedikasikan diri menjadi peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
selama 34 tahun. Selain menjadi peneliti, Ia juga seorang dosen Pasca Sarjana Ilmu Politik di FISIP Universitas Nasional
dan dosen Ilmu Komunikasi di FISIP Universitas Indonesia. Tahun 2008-2015, Prof. Haris juga pernah menjadi Sekretaris
Jenderal Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI).
Pada tahun 1995-1998, Ia juga pernah menjadi koordinator penelitian Pemilu di Indonesia dan menjadi ketua Tim
Penyusun Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Bidang Politik versi LIPI pada tahun 2007.
Sejak 2017, Prof. Haris ditunjuk sebagai Ketua Forum Nasional Professor Riset (FNPR) serta dipilih menjadi Ketua Dewan
Pakar Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) sejak tahun 2018.
Hingga saat ini, Prof. Haris telah menerbitkan 22 buku hasil karyanya, dan menjadi kontributor untuk 62 buku. Salah
satu buku karyanya, Demokrasi di Indonesia: Gagasan dan Pengalaman (LP3ES, 1995) telah memperoleh penghargaan
sebagai buku terbaik di bidang ilmu sosial dari Yayasan Buku Utama. Selain itu, ia juga pernah mendapatkan penghargaan
Satyalancana Pembangunan dari Pemerintah Republik Indonesia di tahun 2018 dan penghargaan Satyalancana Karya
Satya 30 Tahun di tahun 2015.
Di akhir periode pertamanya sebagai hakim konstitusi, Harjono sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Mahkamah
Konstitusi. Pada 12 Juni 2017 dilantik menjadi anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP).
Penerima Bintang Mahaputera Utama tahun 2006 ini juga tercatat pernah menjadi dosen pasca sarjana untuk program
Strata-2 dan Strata-3 Ilmu Hukum dibeberapa Universitas seperti Universitas Airlangga, Universitas Islam Indonesia,
Universitas Sam Ratulangi, Universitas Tujuh Belas Agustus, Universitas Islam Malang, Universitas Islam Sultan Agung,
dan Universitas Udayana.
halaman kosong
PENDAHULUAN
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang 16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Dari Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana 17. Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi; Korupsi Nomor 124A/01-52/02/2012 tanggal 29
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Februari 2012 tentang Road Map KPK dalam
Perbendaharaan Negara. Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang 2023;
Pengesahan United Nations Convention Against 18. Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2020 tentang Arah
Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa- Kebijakan Umum KPK Tahun 2020.
Bangsa Anti Korupsi, 2003);
5. Undang Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana LATAR BELAKANG
Pencucian Uang; Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk sebagai
6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang lembaga independen yang bebas dari pengaruh
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan
30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan kewenangannya. Undang-Undang Nomor 30 Tahun
Tindak Pidana Korupsi; 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan
Pemerintah Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi; menjadi landasan legal KPK dalam mengkoordinasikan
9. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2019 tentang lembaga penegak hukum lainnya melalui koordinasi
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020; dan supervisi, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
10. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang mendorong pencegahan tindak pidana korupsi, dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah melakukan pemantauan terhadap penyelenggaraan
Nasional Tahun 2020-2024; pemerintahan negara.
11. Undang Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Sebagai bentuk komitmen dan kepatuhan KPK terhadap
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Undang-Undang Dasar 1945, setiap penyelenggaraan
Pidana Korupsi; pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan
12. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; yang perlu dikelola melalui pelaporan kinerja
13. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor melalui Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2006
03 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja tentang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang
Komisi Pemberantasan Korupsi; mengedepankan prinsip akuntabilitas dan transparansi,
14. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor sejalan dengan asas KPK diantara lain keterbukaan
07 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja dan akuntabilitas sebagai bentuk pertanggungjawaban
Komisi Pemberantasan Korupsi; KPK terhadap publik untuk menyampaikan laporan
15. Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan akuntabilitas kinerja kepada pemangku kepentingan.
Korupsi Nomor 6 Tahun 2019 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan
Korupsi;
VISI, MISI, NILAI, DAN TUJUAN SERTA SASARAN STRATEGIS PRIORITAS KPK
Visi KPK
Sesuai ketentuan pasal 6 ayat (1) Undang Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional menyatakan bahwa Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi K/L disusun dengan berpedoman pada RPJMN dan bersifat indikatif.
Visi KPK adalah “Bersama masyarakat menurunkan tingkat korupsi untuk mewujudkan Indonesia maju”. Bersama
masyarakat menurunkan tingkat korupsi adalah menurunkan tingkat korupsi melalui serangkaian tindakan untuk
mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat sesuai dengan Pasal 1
ayat 4 UU Nomor 19 Tahun 2019.
Misi KPK
Misi KPK adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan upaya pencegahan melalui perbaikan sistem pengelolaan administrasi lembaga negara dan
pemerintah yang antikorupsi
Misi ini memiliki makna bahwa KPK melakukan pencegahan korupsi melalui pendekatan sistem yaitu dengan cara
memperbaiki sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan menuju
pengelolaan yang anti korupsi.
2. Meningkatkan upaya pencegahan melalui pendidikan antikorupsi yang komprehensif
Misi ini memiliki makna bahwa KPK melakukan pencegahan korupsi melalui pendekatan “person” yakni melalui
penyelenggaraan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring pendidikan, sosialisasi dan kampanye
antikorupsi kepada masyarakat yang fokus, terukur, dan terdampak.
3. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang efektif, akuntabel, professional, dan sesuai dengan hukum
Misi ini memiliki makna bahwa serangkaian kegiatan untuk mencegah dan memberantas terjadinya tindak pidana
korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan dilakukan dengan efektif, akuntabel, profesional, dan sesuai hukum.
4. Meningkatkan akuntabilitas, profesionalitas, dan integritas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pelaksanaan
tugas dan wewenang.
Misi ini memiliki makna bahwa pelaksanaan tugas dan wewenang KPK sesuai dengan pasal 6 UU 19 Tahun 2019
yang meliputi tindakan pencegahan, koordinasi, monitor, supervisi, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, tindakan
melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, serta
kegiatan enabler KPK dilandasi oleh akuntabilitas, profesionalitas, dan intergritas.
Tujuan KPK
1. Meningkatkan efektifitas dan dampak kegiatan pencegahan;
2. Meningkatkan fokus, keterukuran, dan dampak kegiatan pendidikan antikorupsi;
3. Mengoptimalkan kegiatan penindakan Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU);
4. Meningkatkan tingkat efektivitas dan akuntablitas kelembagaan.
STRUKTUR ORGANISASI
Akuntabilitas kinerja organisasi tahun 2020 masih mengacu kepada struktur organisasi pada Perkom 3 tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK sebagaimana Gambar 1.
Pimpinan KPK
Unit Kerja Koordinasi Gambar 1. Struktur Organisasi KPK (Perkom 3 tahun 2018)
Wilayah I - IX
KPK menerbitkan Peraturan Komisi nomor 7 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK telah ditetapkan pada
tanggal 6 November 2020 (diundangkan 11 November 2020) untuk menggantikan Perkom 3 tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja KPK sebagaimana Gambar 2.
DEPUTI BIDANG PENDIDIKAN DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DEPUTI BIDANG PENINDAKAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI DEPUTI BIDANG INFORMASI DAN
DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN MONITORING DAN EKSEKUSI DAN SUPERVISI DATA
BIRO HUBUNGAN
MASYARAKAT
DIREKTORAT SOSIALISASI
DIREKTORAT GRATIFIKASI DIREKTORAT KOORDINASI
DAN KAMPANYE DIREKTORAT PENYIDIKAN DIREKTORAT MANAJEMEN
DAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUPERVISI WILAYAH II
ANTIKORUPSI INFORMASI
DIREKTORAT PEMBINAAN
DIREKTORAT KOORDINASI
PERAN SERTA DIREKTORAT MONITORING DIREKTORAT PENUNTUTAN
DAN SUPERVISI WILAYAH III DIREKTORAT PJKAKI
MASYARAKAT
DIREKTORAT
SEKRETARIAT DEPUTI SEKRETARIAT SEKRETARIAT KOORDINASI DAN
BIDANG PENDIDIKAN DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG SEKRETARIAT
SUPERVISI WILAYAH DEPUTI BIDANG
DAN PERAN SERTA PENCEGAHAN PENINDAKAN V
MASYARAKAT DAN MONITORING DAN EKSEKUSI INFORMASI DAN
DATA
SEKRETARIAT DEPUTI
BIDANG KOORDINASI
DAN SUPERVISI
Laporan
20
Akuntabilitas Kinerja
halaman kosong
PERENCANAAN
KINERJA
Perencanaan Kinerja KPK dalam menetapkan sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan mengacu ke
beberapa dokumen diantaranya: perencaaan kinerja, KPK mengacu ke beberapa dokumen diantaranya
1. Visi Indonesia 2045;
2. RPJMN 2020-2024.
3. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2020;
4. Roadmap KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-2023;
5. Rencana Strategis KPK 2020- 2024; dan
6. Arah Kebijakan Umum (AKU) KPK 2020.
Berdaulat
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Maju
Adil dan Makmur
Ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan
Sebagaimana tujuan NKRI yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan. Indonesia memiliki visi berdaulat, maju adil dan makmur. Atas dasar
tersebut, Indonesia memiliki agenda pilar pembangunan 2045 sebagaimana berikut:
1. Pembangunan Manusia dan Penguatan Iptek.
2. Pembangunan Ekonomi yang berkelanjutan.
3. Pemerataan Pembangunan.
4. Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan.
66
Visi Indonesia 2045, pada sektor pembangunan hukum menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia pada tahun 2045
harus sudah berbudaya hukum. Khusus pada bidang pemberantasan korupsi, masyarakat Indonesia diharapkan sudah
berada pada kesadaran yang penuh untuk menolak setiap bentuk perilaku koruptif. Impian Indonesia 2045 seperti
adalah memberikan wawasan bagi KPK untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang ideal sebagai pertanggungjawaban
akan eksistensinya KPK di NKRI. Sebagaimana pada Gambar 4.
Praktik suap masih marak terjadi di berbagai sektor termasuk penegakan hukum, meskipun upaya pencegahan dan
penindakan sudah dilakukan.
RPJMN 2020-2024
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2020-2024, fokus bidangnya adalah:
1. Pembangunan SDM;
2. Pembangunan Infrastruktur;
3. Penyederhanaan Regulasi;
4. Reformasi Birokrasi:
a. Birokrasi yang bersih dan akuntabel;
b. Birokrasi yang kapabel;
c. Pelayanan publik yang prima.
5. Transformasi Ekonomi.
Kontribusi KPK dalam Agenda Pembangunan RPJMN berdasarkan Prioritas Nasional adalah Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik
Sasaran dan Indikator Program Prioritas adalah Penguatan Sistem Peradilan dan Upaya Anti Korupsi, Program Prioritas
tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) Kegiatan Prioritas yaitu:
1. Penataan Regulasi;
2. Perbaikan Peradilan Perdata untuk kemudahan berusaha;
3. Perbaikan Peradilan Pidana dengan pendekatan Keadilan Restoratif;
4. Penguatan Upaya Anti Korupsi;
5. Penataan Biaya Politik.
Prioritas Nasional
Agenda pembangunan berdasarkan prioritas nasional adalah memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi
Pelayanan Publik, lalu diterjemahkan dalam program prioritas sebagaimana pada Gambar 7.
Memperkuat
Stabilitas
Polhukhankam
dan Transformasi
Pelayanan Publik
Reformasi Optimalisasi
Kelembagaan Kebijakan Luar
Birokrasi Negeri
Penegakan Hukum
Nasional
Area KPK berdasarkan Prioritas Nasional adalah Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan
Publik, Peran KPK dalam Proyek Prioritas Nasional adalah Penegakan Hukum Nasional memiliki Program Prioritas
sebagai berikut:
1. Penataan Regulasi:
a. Pembentukan Lembaga Pengelola Regulasi;
b. Pembaruan Substansi Hukum.
2. Perbaikan Sistem Hukum Pidana dan Perdata:
a. Penyempurnaan hukum ekonomi untuk mendukung kemudahan berusaha;
b. Penerapan pendekatan Keadilan Restoratif;
c. Dukungan TI di Bidang Hukum dan Peradilan;
d. Peningkatan Sistem Integritas dan Pengawasan Hakim.
3. Penguatan Sistem Anti Korupsi:
a. Penguatan Implementasi Strategi Nasional Pencegahan Korupsi;
b. Optimalisasi mekanisme pemulihan dan pengelolaan aset.
4. Penguatan Akses Terhadap Keadilan:
a. Penguatan layanan berkeadilan;
b. Pemberdayaan Hukum bagi masyarakat.
Praktik suap masih marak terjadi di berbagai sektor termasuk penegakan hukum, meskipun upaya pencegahan dan
penindakan sudah dilakukan. Berdasarkan RPJMN 2020-2024 Program Prioritas Nasional.
Pro-PN
1. Penguatan
Penataan Perundang-
undangan
akses layanan Penguatan Regulasi 2. Pembaruan
keadilan Akses Substansi Hukum
2. Pemberdayaan terhadap
Hukum
Masyarakat
Keadilan
Komnas Perempuan,
Kemenkumham, MA, MK
Pro-PN
Pro-PN 1. Optimalisasi
Penegakan Sistem Perdata
2. Keadilan Perbaikan
Penguatan
Optimalisasi Hukum Nasional Restoratif
3. Dukungan TIK di
Sistem
Upaya Anti Bidang Hukum Peradilan
Sistem Anti dan Peradilan
Korupsi Korupsi
Penegakan Hukum Nasional merupakan program prioritas nasional, pencapaian sasaran pokok pembangunan Bidang
Hukum dilaksanakan melalui Arah Kebijakan dan Strategi Nasional, Pencapaian sasaran pokok pembangunan bidang
hukum ke depan dilaksanakan salah satunya melalui arah kebijakan dan strategi “Penguatan Sistem Anti Korupsi” yang
akan diwujudkan melalui strategi:
a. Penguatan Implementasi Strategi Nasional Pencegahan Korupsi;
b. Optimalisasi mekanisme pemulihan dan pengelolaan aset.
Secara ringkas, roadmap KPK yang menggambarkan hubungan antara sistem integritas nasional, milestone, dan fokus
area ditunjukkan pada Gambar 9.
2019-2023
Budaya Integritas
Sistem Integritas Nasional
Pondasi Sistem Integritas Nasional
Gambar 9. Sistem Integritas Nasional, milestone, dan fokus area
Berdasarkan roadmap KPK pada tahun 2019 diharapkan KPK sudah menyempurnakan rumusan konsep sistem integritas
nasional dan konsep fraud control plan dan diharapkan untuk segera mengimplementasikannya. Tahun 2019 adalah
tahun berakhir fase II dan dimulainya fase III, dimana KPK diharapkan untuk semakin fokus dalam upaya menciptakan
budaya integritas. Adapun fokus area pada fase I dan II adalah sebagai berikut:
1. Fase I (2011-2015)
Fokus area dalam fase ini adalah pada:
1. Penanganan Kasus Grand Corruption dan Penguatan Aparat Penegak Hukum.
Pengertian Grand Corruption adalah tindak pidana korupsi yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria berikut:
a. Melibatkan pengambil keputusan terhadap
kebijakan atau regulasi;
b. Melibatkan aparat penegak hukum;
c. Berdampak luas terhadap kepentingan nasional;
d. Kejahatan sindikasi, sistemik, dan terorganisir;
e. Penguatan APGAKUM dilakukan melalui Koordinasi dan Supervisi.
2. Fase II (2015-2019)
Fokus pada:
1. Penanganan Kasus Grand Corruption dan penguatan Aparat Penegak Hukum.
2. Perbaikan sektor strategis (melanjutkan fokus pada kepentingan nasional).
3. Aksi Sistem Integritas Nasional (SIN), meliputi:
a. Eksekutif, legislatif, dan yudikatif;
b. Dunia usaha;
c. CSO (Civil Society Organization).
4. Implementasi Fraud Control Plan.
Grand Strategy
Grand strategy dalam Road Map KPK, meliputi:
1. Pencegahan yang Terintegrasi
Pencegahan dilakukan secara terintegrasi dalam satu “paket Pencegahan KPK”, yakni dalam rangka membangun
Sistem Integritas Nasional (SIN) sesuai dengan fokus area pada masing-masing fase. Pencegahan diawali dengan
kajian komprehensif terhadap sistem atau peraturan atau prosedur pada fokus area yang potensial/rawan terjadi
korupsi, kemudian diberikan rekomendasi/saran perbaikan, dan dipantau implementasinya oleh KPK hingga tuntas.
Secara pararel, dilakukan juga pendidikan dan kampanye tentang SIN kepada K/L dan CSO untuk mengubah mindset
dan perilaku mereka, dan dilakukan internalisasi dan implementasi pondasi dan pilar-pilar Integritas Nasional pada
focus area secara bertahap (sesuai fase) untuk memperkuat SIN. Pencegahan yang terintegrasi juga mencakup
kegiatan Koordinasi dan Supervisi Pencegahan, berupa kegiatan pelaksanaan koordinasi dengan instansi yang
melaksanakan usaha-usaha pencegahan korupsi serta supervisi layanan publik.
2. Penindakan yang Terintegrasi
Penindakan yang dilakukan terhadap Grand Corruption sesuai dengan fokus area pada masing-masing fase.
3. Pencegahan dan Penindakan yang Terintegrasi
Terhadap fokus area yang telah dilakukan Penindakan, akan dilakukan improve (recovery) melalui Pencegahan. Atau
sebaliknya, Penindakan akan dilakukan apabila Pencegahan yang dilakukan terhadap fokus area tidak efektif (belum
berhasil).
Untuk mendukung pencapaian tujuan agar terukur dan dapat dicapai secara nyata telah ditetapkan 12 sasaran strategis
yang merupakan kondisi riil yang diinginkan/dicapai oleh KPK pada akhir periode perencanaan (tahun 2020). Adapun
Tujuan, Sasaran Strategis serta Indikator Kinerja KPK Tahun 2020 adalah sebagai berikut:
2,68
Tabel 2. Indikator Program Pencegahan dan Penindakan Perkara Korupsi tahun 2020
1. % Pemanfaatan LHKPN 17
Mengoptimalkan
Pencegahan dan
Pendidikan Anti 2. % Pemahaman Gratifikasi 60
Korupsi
3. % Implementasi Pendidikan Antikorupsi 32,95
Semua sasaran indikator tersebut dituangkan dalam perspektif, Sasaran strategis dan IKU KPK yang tergambar pada
peta strategi KPK tahun 2020, sebagai berikut:
Perspektif Sasaran Strategis Gambar 10. Peta Strategi KPK tahun 2020
Bersama masyarakat
M.1. Menurunnya Tingkat Korupsi
menurunkan tingkat
korupsi untuk mewujudkan
Monitoring
Indonesia Maju
M.1 % Indeks Persepsi Korupsi
Pemangku PK.1.1 Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) PK.2.1 % Asset Recovery AK.1.1 Opini BPK atas Laporan Keuangan KPK
Kepentingan PK.1.2 Nilai Survey PeniIaian Integritas (SPI Akuntabilitas AK.1.2 Nilai Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK
AK.1.3 Indeks Maturitas Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP) KPK
AK.1.4 Indeks Maturitas Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) KPK
PI.1 Mengoptimalkan PI.2 Meningkatkan Koordinasi PI.3 Menguatkan monitoring PI.4 Mengefektifkan PI.5 Meningkatkan Efektifitas
Pencegahan dan Pendidikan KPK Sistem Penyelenggaraan Supervisi KPK terhadap Penegakan Hukum Tipikor
AntiKorupsi Korupsi dengan Instansi Terkait Pemerintahan Negara Instansi terkait
Internal PI.1.3 % Implementasi Pendidikan Antikorupsi PI.2.2 % Penguatan Upaya Anti Korupsi pada PI.3.2 % Monitoring tindak lanjut rekomendasi PI.4.2 % Optimalisasi Sistem Pelaporan
KLOPSPI.2.3 % Implementasi aksi Stranas hasil penelitian Penanganan Perkara TPK yang dilakukan
PK pada KLOPS Instansi terkait
Setiap sasaran strategis, indikator dan target di atas menjadi fokus kinerja yang harus diupayakan untuk dicapai oleh
Pimpinan berserta jajaran Deputi dan Sekretaris Jenderal KPK melalui serangkaian program yang terencana dan
tereksekusi.
Korupsi terkait
dalam bisnis 1. Hubungan ilegal poitik dan 2. Risiko fraud 3. Perizinan dan layanan administrasi
bisnis (Col dan pelanggaran etik) (bisnis) (ekspor, impor, bea cukai, pajak)
Yudikatif (badan peradilan Pidana, Perdata, Niaga), Akuntabilitas PN (deklarasi aset, Col,
Korupsi pada Kode Etik), Legal Prosecution
Penegakan Hukum
Gambar 13. Fokus Area intervensi indikator Dampak CPI dan 5 Fokus Bidang Kebijakan Presiden
FOKUS AREA
Political Risk
World Justice
Indikator and Economic RPJMN
Project
Survey
5
PBJ (Umum)
PBJSektor Kesehatan
KEBIJAKAN
Layanan Publik
Perijinan dan Layanan
PRESIDEN
Administrasi
Kesejahteraandan
Kesehatan
Konsistensi Penegakan
Hukum
Detail penajamannya tertuang pada Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2020 tentang Arah Kebijakan Umum (AKU) KPK tahun
2020 sebagaimana terlampir pada laporan ini.
AKUNTABILITAS
KINERJA
Kinerja KPK Selama tahun 2020 dapat dilihat dari beberapa perspektif yang meliputi pencapaian Indikator Kinerja
Utama (IKU), pelaksanaan agenda prioritas, Arah Kebijakan Umum (AKU) KPK tahun 2020, anggaran, dan kinerja lainnya
yang dicerminkan replikasi sistem, achievement, dan penghargaan yang memberikan manfaat baik kepada internal
organisasi maupun masyarakat secara luas.
Selain itu KPK juga rutin secara periodik melaksanakan evaluasi internal dalam rangka memperkuat pengelolaan
kinerja organisasi melalui Rapat Tinjauan Kinerja secara berjenjang dari KPK-wide, KPK-one, KPK-two, KPK-three.
Secara keseluruhan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) KPK-wide tahun 2020 pada secara keseluruhan sebesar 102,94% dari
total 29 IKU mengacu pada Peraturan Pimpinan KPK nomor 6 tahun 2019 tentang SIstem Akuntabilitas KInerja Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Nilai kinerja organisasi ini adalah kinerja tahun pertama KPK pada tahun 2020 berdasarkan Perencanaan Strategis
KPK tahun 2020-2024, selain itu juga KPK mengalami transformasi dengan adanya Undang Undang Nomor 19 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Selain itu ada perubahan fundamental terkait perspektif mengacu regulasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
KPK berdasarkan Peraturan Pimpinan KPK nomor 6 tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja KPK, yang mana
Perspektif Pembelajaran % Pertumbuhan menjadi Perspektif Kapabilitas Organisasi, sedangkan Perspektif Keuangan
menjadi Perspektif Akuntabilitas.
Selain itu juga Dewan Pengawas terlibat dalam melakukan evaluasi kinerja Pimpinan dan pegawai KPK baik melalui Rapat
Tinjauan Kinerja secara periodik selama tahun 2020, acuan dan pedomannya pertama kali diimplementasikan melalui
mekanisme Sistem Akuntabilitas Kinerja KPK ini hal ini juga selaras dengan tugas-tugas Dewan Pengawas pada pasal
37B pasal a (mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi) dan f (melakukan evaluasi
kinerja Pimpinan dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Nilai 100 < x < 120 90 < x < 100 75 <x<90 50 < x < 75 x< 50
Interpretasi Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
KPK membagi perspektif pengukuran menjadi 4, dari hasil pengukuran kinerja perspektif tersebut diperoleh data
bahwa capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) KPK adalah sebesar 102,94. Kinerja KPK sampai dengan Desember 2020,
mencapai kategori baik sekali. Nilai ini cukup jauh terpaut dibandingkan capaian kinerja KPK tahun 2019 yakni sebesar
95,40% atau mengalami kenaikan y.o.y sebanyak 21,59%. Jika dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2019,
capaian kinerja KPK mengalami peningkatan yang ditunjukkan sebagaimana tampak dibawah.
Terdapat 4 (empat) perspektif) yang tercantum pada sebesar 2,83%. Komposisi klaster Sasaran Strategis
Rencana Strategis KPK tahun 2020-2024: menyesuaikan konsep trisula pemberantasan korupsi
1. Pemangku Kepentingan (PK) terdapat 3 IKU sehingga 3 (tiga) dari 5 (lima) sasaran berorientasi
Dengan bobot 25% memberikan kontribusi capaian pada pencegahan.
sebesar 102,57% (“Baik Sekali”). Dibandingkan capaian 4. SS Kapabilitas Organisasi (KO) terdapat 11 IKU
tahun 2019 pada perspektif yang sama, kinerja Dengan bobot 20% memberikan kontribusi 98,16%
tahun ini mengalami peningkatan year of year (y.o.y) (“Baik”). Terjadi perubahan signifikan dari perspektif
yang signifikan sebesar 6,79%. Perubahan Sasaran Kapabilitas Organisasi dibandingkan tahun 2019.
Strategis dan KPI pada perspektif ini merupakan Pada perspektif, Keuangan tidak lagi menjadi
hasil evaluasi tahun sebelumnya yang pada dasarnya perspektif tersendiri melainkan merupakan bagian
mempertegas konsep strategi trisula KPK. Kontribusi dari kapabilitas organisasi yang menjadi primemover/
yang cukup signifikan pada perspektif ini ada pada enabler untuk menghasilkan proses internal yang
capaian KPI Survey Penilaian Integritas yang mencapai optimal. Perbandingan secara perspektif, setara
target maksimal 120%. dengan perspektif Learning & Growth dan Keuangan
di tahun sebelumnya yakni 84,75%, sehingga terdapat
Kendatipun penilaian SPI meningkat pesat namun peningkatan sebesar 21,11%
terdapat catatan terkait dengan kondisi pandemi
covid. Penilaian SPI tahun ini tidak dilakukan BPS KPK mencanangkan total 29 IKU terdiri dari 25 IKU yang
dan jumlah Kementerian/Lembaga yang disurvey memiliki polarisasi maximize (Semakin tinggi nilai aktual/
dilakukan secara sukarela sehingga hanya 12 (dua realisasi IKU terhadap target, semakin baik capaian
belas) Kementerian/Lembaga/Pemda yang diukur kinerjanya). dan 4 IKU yang memiliki polarisasi stabilize
dibandingkan jumlah di tahun 2019 yang mencapai 27 (Capaian kinerja dianggap semakin baik apabila nilai
Kementerian/Lembaga, 15 Pemerintah Provinsi dan 85 aktual/realisasi IKU mendekati target dalam suatu rentang
Pemkab/Pemkot. tertentu).. Reformulasi SS, IKU dan penetapan target
2. Akuntabilitas (AK) terdapat 4 IKU tersebut ini menggunakan pedoman Sistem Akuntabilitas
Dengan bobot 25% memberikan kontribusi capaian Kinerja (SAK) KPK untuk melakukan adaptasi pedoman
sebesar 104,61% (“Baik Sekali”). Perspektif ini baru SAK yang baru. Selain itu, terdapat beberapa IKU baru yang
diimplementasikan di Tahun 2020 sehingga secara dirumuskan untuk lebih mendukung pencapaian Sasaran
perspektif tidak dapat diperbandingkan dengan Strategis. Perubahan-perubahan ini secara tidak langsung
tahun sebelumnya. Namun demikian 3 (tiga) KPI yang berpengaruh terhadap nilai kinerja KPK. Penajaman yang
dijadikan pengukuran sudah digunakan pada tahun dilakukan pada tahun 2020, akan dijelaskan pada masing-
2019 pada perspektif lain, sehingga pembandingan masing IKU, dari 11 Sasaran Strategis (SS) KPK, terdapat
akan dilakukan terpisah pada penjabaran capaian KPI. 9 SS berstatus hijau, dan 2 SS berstatus hijau muda, 8
3. Proses Internal (PI) terdapat 11 IKU (delapan) SS memperoleh capaian pada rentang 100-120
Dengan bobot 30% memberikan kontribusi capaian (Baik Sekali) 2 (dua) SS memperoleh capaian pada rentang
sebesar 105,04% (“Baik Sekali”). Dibandingkan capaian 90-100 (Baik) (1) satu SS berstatus kuning, memperoleh
tahun 2019 pada perspektif yang sama yakni 102,70%, capaian pada rentang 75-90 sebagaimana pada tabel
kinerja tahun ini mengalami peningkatan y.o.y berikut.
Tabel 6. Nilai Capaian Kinerja Sasaran Strategis (SS) Organisasi KPK-wide 2020
1 PK.1 Meningkatnya Upaya Pencegahan dan Pendidikan Anti Korupsi 108%
2 PK.2 Mengoptimalkan mekanisme pemulihan dan pengelolaan aset hasil tindak pidana korupsi 97,14%
10 KO.2 Membentuk Sumber Daya Manusia berkinerja Optimal dan Meningkatnya Reputasi Organisasi 103,05%
11 KO.3 Membangun Sistem Operasional dan Data Informasi Terintegrasi yang Adaptif 103,42%
12 KO.4 Pemanfaatan Anggaran Tepat Sasaran dan Penguatan Pengendalian Internal yang Terkelola dan Terukur 105,91%
Sumber NKO Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2020
36 Komisi Pemberantasan Korupsi
Laporan
20
Akuntabilitas Kinerja
Selama tahun 2020, dari 29 IKU KPK, terdapat 15 IKU berstatus hijau, dan 14 IKU berstatus hijau muda, dan 1 IKU berstatus
merah sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 7. Nilai Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) Organisasi KPK-wide 2020
6 AK.1.3 Indeks maturitas Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP) KPK 98,89%
7 AK.1.4 Indeks maturitas Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) KPK 120%
14 PI.3.1 % Rekomendasi perbaikan regulasi dan tata kelola pada sektor prioritas 120%
16 PI.4.1 % Status perkara TPK yang disupervisi mendapatkan kepastian hukum 97,14%
17 PI.4.2 % Optimalisasi Sistem Pelaporan Penanganan Perkara TPK yang Dilakukan Instansi 120%
Terkait
19 KO.1.1 % Penyusunan kebijakan dan produk hukum eksternal untuk penguatan KPK 40%
24 KO.3.1 % Pembangunan sistem berbasis teknologi informasi dan komunikasi KPK 99,00%
25 KO.3.2 % SLA (Service Level Agreement) terhadap Pemenuhan data dan informasi serta layanan 117,82%
umum dan pelayanan publik KPK
KPK telah melaksanakan Rapat Tinjauan Kinerja antara Pimpinan KPK beserta jajarannya dengan Dewan Pengawas KPK
beserta jajarannya, berdasarkan kemajuan capaian kinerja KPK-wide secara periodik triwulan pada tahun 2020, dengan
hasil sebagai berikut:
✔ LNKO (Laporan Nilai Kinerja Organisasi) KPK-wide Q1 sebesar 75,83%.
✔ LNKO KPK-wide Q2 sebesar 91,36%
✔ LNKO KPK-wide Q3 sebesar 98,23%
✔ LNKO KPK-wide Q4 sebesar 108,29%
NKO (Nilai Kinerja Organisasi) tahun 2020 sebesar 102,94% secara keseluruhan pada tabel sebagai berikut:
PERSPEKTIF (PSP)/
KODE SASARAN STRATEGIS (SS)/
INDEKS KINERJA UTAMA (IKU)
PK PEMANGKU KEPENTINGAN
PK.1 Meningkatnya Upaya Pencegahan
Korupsi
PK.1.1 Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)
PK.1.2 Nilai Survei PeniIaian Integritas (SPI)
PK.2 Mengoptimalkan Mekanisme Pemulihan
dan Pengelolaan Aset Hasil Tindak Pidana
Korupsi
PK.2.1 % Asset Recovery
AK AKUNTABILITAS
AK.1 Meningkatnya Tingkat Efektifitas
Akuntabilitas dan Kelembagaan
AK.1.1 Opini BPK atas Laporan Keuangan KPK
AK.1.2 Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja KPK
AK.1.3 Indeks Maturitas Sistem Pengendalian
Instansi Pemerintah (SPIP) KPK
AK.1.4 Indeks Maturitas Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE) KPK
PI PROSES INTERNAL
PI.1 Mengoptimalkan Pencegahan Korupsi
Perspektif pemangku kepentingan KPK pada Arah Kebijakan KPK tahun 2020 terdiri atas 2 (dua) sasaran strategis
dengan 3 (tiga) IKU. Sampai dengan Desember 2020 capaian atas perspektif ini sebesar 102,57% (“Baik Sekali”). Nilai ini
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2019 pada perspektif yang sama sebesar 6,79%. Adapun secara detail kondisi
capaian setiap IKU yang ada pada perspektif ini seperti penjelasan berikut.
3.1. Sasaran Strategis 1: PK.1. Meningkatnya Upaya Pencegahan dan Pendidikan Anti Korupsi
Sasaran strategis KPK ini memiliki peran strategis, melalui misi:
1. Meningkatkan upaya pencegahan melalui perbaikan sistem pengelolaan administrasi lembaga negara dan
pemerintah yang antikorupsi.
Misi ini memiliki makna bahwa KPK melakukan pencegahan korupsi melalui pendekatan sistem yaitu dengan
cara memperbaiki sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
menuju pengelolaan yang anti korupsi.
2. Meningkatkan upaya pencegahan melalui pendidikan antikorupsi yang komprehensif
Misi ini memiliki makna bahwa KPK melakukan pencegahan korupsi melalui pendekatan “person” yakni melalui
penyelenggaraan program edukasi antikorupsi kepada masyarakat yang fokus, terukur, dan berdampak.
Tujuannya KPK adalah (1) meningkatkan efektifitas dan dampak kegiatan pencegahan; (2) Meningkatkan fokus,
keterukuran, dan dampak kegiatan pendidikan antikorupsi. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, KPK
Tabel 9. Capaian IKU pada SS Meningkatnya Upaya Pencegahan dan Pendidikan AntiKorupsi
Perpres Nomor 59 tahun 2017 Tentang Pencapaian Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), korupsi
menjadi salah satu tujuan global,dimana sasaran globalnya adalah secara substansial mengurangi korupsi dan
penyuapan dalam segala bentuknya.
IPAK merupakan penilaian melalui survey oleh BPS kepada masyarakat (household) tentang persepsi, pengalaman
masyarakat dalam mengakses pelayanan publik. Formulasi Penilaian Skala IPAK adalah 1-5, dimana semakin rendah
angka IPAK menunjukan semakin tinggi persepsi masyarakat atas perilaku korupsi. beserta laporan IPAK.
Sesuai ketentuan dalam pengelolaan kinerja di lingkungan KPK, IKU ini diukur dengan polarisasi maximize dan
konsolidasi periode take last known value (TLKV). Polarisasi maximize pada IKU ini dapat diartikan bahwa semakin besar
menunjukkan semakin mendekati 5, masyarakat semakin anti korupsi, sedangkan konsolidasi periode TLKV
SPAK mengukur:
• Persepsi atau penilaian masyarakat terhadap berbagai bentuk perilaku dan akar korupsi
yang sudah lazim terjadi dan dianggap sebagian masyarakat sebagai hal yang lumrah
• Pengalaman mengakses layanan publik dan pengalaman lainnya
• Perilaku masyarakat termasuk Petty Corruption
SPAK tidak mengukur Grand Corruption
Sumber: Berita Resmi Statistik 15 Juni 2020 – Badan Pusat Statistik
Gambar 14. Kerangka Kerja Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)
Output yang dihasilkan berdasarkan sumber Berita Resmi Gambar 15. Capaian Indeks Perilaku Anti Korupsi
Statistik No.49/06/Th. XXIII, 15 Juni 2020 atau melalui link sebagai (IPAK) Indonesia 2020
berikut:
https://www.bps.go.id/website/images/IPAK-2020-ind.jpg Target: 4,00
Realisasi: 3,84
https://www.bps.go.id/website/materi_ind/
materiBrsInd-20200615114924.pdf
Sangat Anti 5
Korupsi
4 4,00
3,84
3,63 3,61 3,59 3,71 3,66 3,70
3,55
Target
3
RPJMN 2020
Sangat 0
Permisif 2012 2013 2014 2015 2017 2018 2019 2020
Makna Indeks:
3,91
3,86 3,84
3,81 3,80
3,73
3,66 3,71 3,71 3,70
3,63 3,66 3,65 3,68
3,60
3,58 3,61 3,59
3,58 3,57
3,55
3,54
3,49
3,39
2012 2013 2014 2015 2017 2018 2019 2020
Dimensi Persepsi
Sumber: BPS Tahun 2020
Dimensi Pengalaman Gambar 17. Perkembangan IPAK berdasarkan Dimensi 2012-2020
IPAK
Dari dimensi persepsi, menunjukkan masyarakat semakin permisif terhadap korupsi di tahun 2020
Dimensi pengalaman cenderung fluktuatif, tetapi semakin anti korupsi di tahun 2020
IPAK 2020 naik dibandingkan IPAK 2019
4,00 4,00
3,84
3,71 3,70
3,66
3,59 Target RPJMN 2020 - 2024
Target KPK
Realisasi
Sumber RPJMN dan Laporan Capaian Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2020
Gambar 18. Realisasi IPAK Tahun 2015-2020
Berdasarkan gambar 3.5, realisasi IPAK dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami trend kenaikan, perbandingan
perolehan tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka ini lebih tinggi 0,14 poin. Sedangkan KPK
menargetkan sesuai dengan target RPJMN 2020-2020.
KPK sadar bahwa Indikator IPAK bukan sepenuhnya tanggung jawab KPK seluruhnya, selain itu tingkat kendali dan
validasinya rendah dan cukup luas intervensinya untuk KPK, oleh sebab itu KPK perlu melibatkan pemangku kepentingan
lainnya dalam menerapkan "good governance" dan "good corporate governance" khususnya terkait sektor yang memiliki
intervensi terhadap IPAK.
Selain itu KPK telah berkoordinasi dengan BPS untuk memastikan lokus intervensi pencegahan korupsi selaras dengan
pengukuran IPAK untuk beberapa tahun kedepannya salah satunya menambah dan memperbaiki instrumen alat ukur
IPAK yang relevansinya berkaitan dengan KPK.
KPK tetap berupaya mengintervensi lokus dan menjadikan PTSP akan menjadi fokus sektor strategis baik dalam upaya:
a. Kedeputian Pendidikan dan peran serta masyarakat (perubahan perilaku dan pendidikan antikorupsi) guna
meningkatkan kampanye dan sosialiasi terhadap PN dan masyarakat, termasuk peningkatan kompetensi APIP
(Inpektorat) atau SPI dalam penanganan keluhan Masyarakat pada PTSP.
b. Kedeputian Pencegahan (perbaikan sistem di Pusat) melalui monitoring dan Direktorat Gratifikasi & Layanan
Publik dengan fokus sektor Pelayanan Publik yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yang memiliki rawan
gratifikasi dan memiliki potensi korupsi.
c. Kedeputian korsup melalui upaya pencegahan (perbaikan sistem di Daerah) melalui koordinasi dan supervisi dengan
cara mengoptimalkan dan upaya mendorong Pemerintah Daerah dalam meningkatkan perbaikan PTSP.
d. Kedeputian Pencegahan (Rencana Aksi Stranas PK) akan berupaya mendorong K/L khususnya yang bersentuhan
langsung dengan PTSP, untuk melaksanakan rencana aksi dan subaksi tersebut bagi K/L dan Pemda untuk
meningkatkan pelayanan publiknya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
e. Kedeputian INDA (Pelayanan dan Pengaduan Masyarakat) siap memberdayakan whistle blowing system terkait
pengaduan masyarakat atas korupsi pada PTSP yang memang memiliki tingkat kerawanan korupsinya tinggi dan
rawan gratifikasi.
f. Kedeputian Penindakan melakukan upaya penindakan dalam korupsi pada sektor pelayanan publik yaitu PTSP,
sebagai shock therapy bahwa KPK hadir dimasyarakat dalam penegakan hukum.
Dengan intervensi fokus itu semua, harapannya trisula strategi KPK yang baru dengan SOTK KPK baru memiliki energi,
sinergi dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengukuran Indeks Perilaku Anti Korupsi termasuk pengukuran
lainnya seperti SPI dan pengukuran nasional lainnya.
Survei Penilaian Integritas (SPI) berusaha menjawab kebutuhan akan perangkat diagnostik yang dapat membantu
memetakan capaian upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan K/L/PD. Kegiatan ini dikembangkan dengan
berkerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak tahun 2016. Pada
tahun 2018, SPI mencakup 6 Kementerian/Lembaga dan 20 Pemerintah Provinsi. Di tahun 2019, SPI dilakukan terhadap
27 Kementerian/Lembaga, 15 Pemerintah Provinsi, dan 85 Pemerintah Kabupaten/Kota.
Sesuai ketentuan dalam pengelolaan kinerja di lingkungan KPK, IKU ini diukur dengan polarisasi maximize dan
konsolidasi periode take last known value (TLKV). Polarisasi maximize pada IKU ini dapat diartikan bahwa semakin besar
menunjukkan semakin mendekati 100, sedangkan konsolidasi periode TLKV berarti capaian yang diakui adalah capaian
pada akhir tahun (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir).
Pada tahun 2020, piloting SPI elektronik (e-SPI) dilakukan di 12 K/L/PD dengan nilai rerata di angka 82.6. Beberapa
permasalahan integritas yang menonjol terjadi di lingkungan K/L/PD Peserta SPI adalah:
1. Responden internal pernah melihat kasus korupsi yang berhasil diungkap diproses
sesuai ketentuan, dengan persentase responden yang melaporkan sebesar 94.09 %.
2. Ada calo/perantara perorangan/ Biro Jasa/rekanan menurut responden internal, dengan persentase responden
yang melaporkan sebesar 91.95 %.
3. Belum memiliki sistem/saluran pelaporan korupsi melalui Desk Pelaporan Langsung (tatap muka), dengan persentase
responden yang melaporkan sebesar 43.09 %.
4. Belum memiliki sistem/saluran pelaporan korupsi Melalui Kotak Surat, dengan persentase responden yang
melaporkan sebesar 40.27 %.
5. Belum memiliki sistem/saluran pelaporan korupsi Melalui Media Sosial, dengan persentase responden yang
melaporkan sebesar 38.92 %.
Berdasarkan pada temuan permasalahan tersebut, KPK merumuskan rekomendasi agar melakukan upaya pencegahan
korupsi dengan fokus prioritas sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi upaya penegakan dan pengawasan yang sudah dilakukan oleh instansi kepada pegawai dan
pemangku kepentingan lainnya diimbangi dengan mendorong tindak lanjut penanganan tindak pidana korupsi
dengan penegakan sanksi internal secara konsisten dan bekerjasama dengan APH terkait bagi pelaku korupsi.
2. Optimalisasi penggunaan teknologi (mis. layanan online atau dalam bentuk lain) yang saat ini sudah dijalankan,
meningkatkan keterbukaan dan kemudahan akses informasi, deregulasi aturan dan pemangkasan birokrasi yang
menghambat dan tidak diperlukan serta penguatan tata kelola kelembagaan untuk mengurangi peran perantara
dalam layanan serta memperkuat peran pemangku kepentingan untuk menjadi mitra dalam meningkatkan kualitas
layanan yang transparan dan akuntabel.
3. Penguatan whistleblowing system untuk meningkatkan partisipasi dan memastikan perlidungan terhadap pelapor
tindak pidana korupsi.
Laporan Pengaduan
Budaya Organisasi Transparansi
(1/3)
Laporan Kepatuhan
Sistem Antikorupsi Sistem Antikorupsi
LHKPN (1/3)
Nilai SPI merupakan penilaian Survey Penilaian kepada K/L/P tentang 3 aspek:
1. Penilaian Internal (perspektif pegawai)
Penghitungan Penilaian Internal dihitung dari rata-rata tertimbang dari seluruh skor pada variabel penyusun setelah
dikali bobot standarnya. Secara visual, rumus penghitungan dapat dilihat sebagaimana berikut. Nilai Penilaian
Internal berkisar dari skala 0 sampai dengan 100. Semakin mendekati 100 menunjukkan penilaian internal semakin
bagus terhadap integritas lembaga.
dimana :
X1 Indikator Budaya Organisasi
X3 Indikator Pengelolaan Sumber Daya Manusia Gambar 20. Indeks Penilaian Internal
dimana :
X1 Indikator Transparansi
dimana :
X7 Variabel penilaian tentang transparans dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa
4. Faktor Koreksi.
Penghitungan indeks Integritas juga memasukkan faktor koreksi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembentukan Indeks Integritas. Sama dengan tahun sebelumnya, faktor koreksi dihitung dengan memanfaatkan
3 (tiga) data sekunder, yaitu laporan pengaduan, laporan kepatuhan LHKPN, dan jumlah kejadian pengarahan yang
dilakukan instansi sebelum pelaksanaan survei ini. Masing-masing data tersebut disetarakan ke dalam skala 0-100
kemudian diberi bobot yang sama.
FAKTOR KOREKS
1/3(X1 + X1 + X2 + X3)
dimana :
X1 Persentase laporan pengaduan masyarakat terkait korupsi yang diterima KPK selama tahun 2018
X2 LHKPN Persentase jumlah wajib lapor yang belum melaporkan yang belum melaporkan
X3 Persentase responden yang menerima pengarahan sebelum survei
Dengan adanya pandemi COVID-19 di tahun 2020, kegiatan SPI dilaksanakan dengan konsep piloting e-SPI terhadap 5
Kementerian/Lembaga dan 7 Pemerintah Daerah dengan total 12 instansi, yang terdiri dari:
Lima (5) Kementerian/Lembaga:
1. Otoritas Jasa Keuangan
2. Kementerian Keuangan
3. Kementerian Kelautan dan Perikanan
4. Kementerian Hukum dan HAM
5. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Empat (4) Pemerintah Provinsi:
1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
2. Pemerintah Provinsi Jawa Barat
3. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
4. Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Tiga (3) Pemerintah Kabupaten/Kota:
1. Pemerintah Kabupaten Boyolali
2. Pemerintah Kota Bogor
3. Pemerintah Kota Banda Aceh
Dari keseluruhan peserta piloting SPI elektronik tersebut, Nilai SPI rata-rata berada di angka 82.6.
Realisasi: 82,6
Target: 68,00
120%
100% Gambar 24.Capaian Nilai SPI 2020
Formulasi penilaian skala 0-100, survey dilakukan secara piloting daring (e-SPI) 2020 terhadap 12 K/L/Pemda
Indeks SPI untuk Seluruh K/L/PD Peserta SPI 2020 adalah sebesar 82.6, dengan rincian:
0 25 50 75 100
Gambar 25.Indeks SPI Seluruh K/L/Pemda Peserta SPI 2020 berdasarkan Skema
Pada Gambar 25 Indeks integritas SPI Seluruh K/L/Pemda Peserta SPI 2020 pada tahun 2020 memperoleh 82,60,
dengan rincian indeks penilaian eksper sebesar 79.47, indeks penilaian eksternal sebesar 79.37 dan indeks penilaian
internal sebesar 89.97.
Hasil Survey Penilaian Integritas pada 12 K/L/PD dengan indeks rata-rata 82,60 sebagai berikut:
1. Otoritas Jasa Keuangan : 84,74 7. Provinsi Jawa Barat : 80,04
2. Kementerian Keuangan : 87,86 8. Provinsi Jawa Tengah : 82,27
3. Kementerian Kelautan dan Perikanan : 86,66 9. Provinsi Jawa Timur : 76,10
4. Kementerian Hukum dan HAM : 81,93 10. Kabupaten Boyolali : 88,51
5. LKPP : 88,11 11. Kota Bogor : 76,69
6. Provinsi DKI Jakarta : 75,69 12. Kota Banda Aceh : 82,63
Capaian tahun ini memang tidak bisa dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena metode pengukuran tahun 2020
dilakukan pengisian secara elektronik dibandingkan metode pada tahun sebelumnya yang dilakukan secara tatap muka
dan wawancara langsung. Selain itu dampak pandemik dan covid-19 menyebabkan banyak K/L/Pemda merelokasi
anggarannya untuk covid-19 dibandingkan tahun kemarin, sehingga tingkat jumlah peserta yang mengikuti survey tahun
dibandingkan tahun kemarin menurun dengan Locus SPI pada 27 Kementerian/Lembaga, 15 Pemerintah Provinsi, dan
85 Pemerintah Kabupaten/Kota.
3.1. Sasaran Strategis 2: PK.2. Mengoptimalkan mekanisme pemulihan dan pengelolaan aset hasil tindak
pidana korupsi
Sasaran strategis dari tujuan ketiga KPK “Mengoptimalkan kegiatan penindakan TPK dan TPPU”, indikator sasaran
strategisnya adalah optimalnya mekanisme pemulihan dan pengelolaan aset hasil tindak pidana korupsi, yang diukur
dari persentase asset recovery.
Asset recovery adalah upaya eksekusi berupa pengembalian kerugian keuangan negara atas kasus yang ditangani KPK.
Asset recovery menghitung persentase dari putusan pidana pengganti dan denda. Pengukuran asset recovery tercermin
dari persentase akumulasi realisasi PNBP yang berasal dari uang pengganti/barang rampasan/denda/hibah/alih fungsi
pemanfaatan dibandingkan dengan akumulasi nilai uang pengganti, rampasan dan denda berdasarkan putusan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap setelah diterima secara lengkap sebagaimana pada tabel dibawah.
PK.2. Mengoptimalkan mekanisme pemulihan dan pengelolaan aset hasil tindak pidana korupsi
INDIKATOR KINERJA TARGET 2020 REALISASI 2020 CAPAIAN KINERJA 2020
PK.2.1. % Asset Recovery 70% 61,2% 97,14%
Saat ini pengukuran asset recovery hanya berdasarkan realisasi PNBP yang berasal dari uang pengganti/barang
rampasan/denda dibandingkan dengan akumulasi nilai (uang pengganti, denda dan rampasan) denda berdasarkan Nilai
putusan (Denda, uang pengganti dan rampasan) yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap setelah diterima secara
lengkap. KPK juga melakukan eksekusi melalui penetapan status penggunaan dan hibah, hingga penghujung tahun 2020
KPK telah mengembalikan kerugian negara sebesar Rp293,9 miliar, dengan melalui mekanisme:
a. Denda, uang pengganti, dan rampasan sebesar Rp157,16 miliar.
b. Penetapan Status Penggunaan dan hibah sebesar Rp136,79 miliar.
Realisasi PNBP dan Kas Daerah/BUMN/BUMD yang disetorkan ke Kas Negara (Denda, Uang Pengganti. Rampasan)
Akumulasi 2014-2020 dengan Total Rp.2.343.591.626.312 (Dua Triliun Tiga Ratus Empat Puluh Tiga Miliar Lima Ratus
Sembilan Puluh Satu Juta Enam Ratus Dua Puluh Enam Ribu Tigar Ratus Dua Belas Rupiah).
Nilai Putusan Pengadilan (Denda, Uang Pengganti, Rampasan) Akumulasi 2014-2020 dengan Total Rp.3.829.261.537.398
(Tiga Triliun Delapan Ratus Dua Puluh Sembilan Miliar Dua Ratus Enam Puluh Satu Juta Lima Ratus Tiga Puluh Tujuh Ribu
Tiga Ratus Sembilan Puluh Delapan Rupiah).
Pada tahun 2020 KPK memasang target IKU sebesar 70%, Sesuai ketentuan dalam pengelolaan kinerja di lingkungan
KPK, IKU ini diukur dengan polarisasi stabilize dan konsolidasi periode take last known (TLK). IKU ini memakai polarisasi
stabilize begitu juga dengan 3 IKU lainnya yaitu: % SLA (Service Level Aggreement) terhadap pemenuhan data dan
informasi serta layanan umum dan pelayanan publik KPK, Indeks kinerja pelaksanaan anggaran KPK, % Pengendalian
atas pemantauan berkelanjutan KPK. Perhitungan capaian tersebut dihitung dengan formula tersendiri yang diatur pada
Lampiran I Perpim KPK Nomor 6 Tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja KPK.
Polarisasi Stabilize
Pada polarisasi stabilize, kriteria nilai terbaik pencapaian IKU adalah
realisasi yang berada dalam suatu rentang tertentu dibandingkan target.
Formula yang digunakan untuk menghitung Indeks Capaian IKU adalah :
ln = Indeks Capaian
Grafik ln-1 = Indeks Capaian satu tingkat di bawah Capaian (Cn)
Capaian Indeks
ln+1 = Indeks Capaian satu tingkat di atas Capaian ( Cn)
Capaian
Ca = Capaian awal
100 120
= Realisasi
X 100
90 100 Target
Cn = Capaian, dengan ketentuan :
67,5 75 = Apabila Realisasi > Target, maka :
Cn = 100 - ( Ca - 100 )
45 50 Catatan : Ca maksimum 200.
= Apabila Realisasi < Target, maka :
22,5 25
Cn = Ca
0 0 Cn-1 = Angka Capaian satu tingkat di bawah Capaian ( Cn)
Cn+1 = Angka Capaian satu tingkat di atas Capaian ( Cn)
Sumber: Perpim KPK nomor 6 tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Berdasarkan upaya yang telah dilakukan, realisasi IKU ini sampai dengan Desember 2020 sebesar 61,2% Mengingat
IKU ini berpolarisasi stabilize, maka Capaian IKU ini dihitung dengan formula tersendiri yang diatur pada Lampiran I
Perpim KPK Nomor 6 Tahun 2019 halaman 71. Capaian IKU ini berdasarkan formula tersebut adalah: 97,14%. Adapun
perbandingan realisasi % asset recovey pada rentang waktu 2014 sampai dengan 2020 ditunjukkan Gambar dibawah.
Gambar 27.Persentase nilai PNBP dibandingkan Nilai Putusan Pengadilan (% Asset Recovery)
Adapun detail realisasi Persentase PNBP dibandingkan Nilai Putusan Pengadilan pada rentang waktu 2014 sampai
dengan 2020 ditunjukkan Gambar dibawah.
250,00%
200,00%
150,00%
100,00%
50,00%
0,00%
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Denda 72,18% 166,60% 36,47% 50,60% 35,22% 43,23% 57,28% 47,89%
Uang Penggan� 11,57% 8,05% 67,32% 85,77% 44,69% 40,90% 11,45% 33,68%
Rampasan 18% 59% 29,82% 196,78% 136,87% 166,20% 291,60% 76,29%
Total 17,64% 40,91% 33,11% 145,45% 95,78% 84,86% 92,48% 61,20%
Adapun perbandingan realisasi PNBP pada rentang waktu 2014 sampai dengan 2020 ditunjukkan Gambar dibawah.
600.000.000.000
500.000.000.000
400.000.000.000
300.000.000.000
200.000.000.000
100.000.000.000
Analisis penyebab penurunan kinerja dikarenakan tidak tercapainya target dan lebih rendahnya realisasi tahun ini
daripada realisasi tahun lalu karena:
1. Kondisi PSBB yang menyebabkan tidak dapat melakukan upaya eksekusi secara maksimal.
2. Sidang terbatas dan virtual, serta masih adanya beberapa gugatan yang menganggap tidak sahnya sidang virtual
tersebut.
3. Pelaksanaan lelang terkendala tim appraisal dari KPKNL yang tidak dapat melaksanakan appraisal karena PSBB.
4. Pelaksanaan lelang banyak yang tidak laku dan gagal lelang karena daya beli masyarakat akibat Covid 19 menurun.
Dengan memperhatikan evaluasi tahun 2020 dan kendala yang dihadapi, KPK akan mengusulkan dalam pengelolaan
asset sitaan dan rampasan kedepannya agar KPK melakukan upaya mekanisme pemulihan dan pengelolaan aset hasil
tindak pidana korupsi dengan mengoptimalkan antara lain:
a. Pemindahtanganan selain lelang, memaksimalkan melalui mekanisme lain yaitu dengan menggunakan mekanisme
hibah, penetapan status penggunaan (PSP), pemusnahan, dan/atau penghapusan.
b. KPK akan mengusulkan kebijakan kepada Kementerian Keuangan, agar barang rampasan dengan nilai Rp 0 s.d Rp
35.000.000,- dapat dilakukan penjualan mandiri, seperti yang diberlakukan untuk Kejaksaan RI.
c. KPK akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan c.q. Dirjen Kekayaan Negara untuk menurunkan nilai limit
dari nilai appraisal yang ditetapkan KPKNL setempat, dengan pertimbangan telah gagal lelang dan adanya faktor
likuidasi.
Perspektif Akuntabilitas pada Arah Kebijakan KPK tahun 2020 terdiri atas 1 (satu) sasaran strategis dengan 4 (empat)
KPI. Sampai dengan Desember 2020 capaian atas perspektif ini sebesar 104,61% (“Baik Sekali”). Adapun secara detail
kondisi capaian setiap KPI yang ada pada perspektif ini seperti penjelasan berikut.
Sasaran strategis berupaya memperbaiki efektivitas kinerja kelembagaan baik secara kinerja organisasi dan kinerja
keuangan, maupun dalam kerangka pengawasan agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai
lembaga pemberantasan tindak pidana korupsi dan sebagai upaya pencapaian target kinerja dalam program dukungan
manajemen selain itu juga selaras mendukung strategi nasional. Sasaran strategis ini merupakan pemenuhan asas
akuntabilitas dan keterbukaan dalam UU KPK j.o Pasal 20 ayat (2) huruf a, sekaligus juga konsekuensi dari penggunaan
APBN berdasarkan UU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan j.o PP 8 Tahun 2006. Berikut indikator sasaran
strategis pada tabel dibawah.
Tabel 11. Capaian IKU pada SS Meningkatnya tingkat efektifitas dan akuntabilitas kelembagaan
Hasil Opini BPK atas Laporan Keuangan KPK diukur Opini BPK atas laporan keuangan tahunan atas pertanggung jawaban
penggunaan APBN oleh KPK, Opini BPK menjadi indikator objektif Berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara,
terdapat 4 jenis opini BPK yakni: (1) Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion), (2) Wajar Dengan Pengecualian
(qualified opinion), (3) Tidak Wajar (adverse opinion) dan (4) Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer); berdasarkan
pemenuhan 4 kriteria tentang:
(i) Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan.
(ii) Ketaatan pada peraturan perundang-undangan;
(iii) Efektifitas Sistem Pengendalian Internal KPK; dan
(iv) Kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan;
Target IKU tahun 2020 adalah WTP (4) , Target tersebut sama dengan target yang telah ditetapkan pada tahun 2019. Atas
capaian tersebut kami akan mempertahankan dan meningkatkan kualitas laporan keuangan KPK untuk menyajikan
informasi keuangan kepada setiap pemangku kepentingan pemerintah secara wajar dan tidak terdapat kesalahan
penyajian yang material. Berdasarkan Laporan hasil pemeriksaan atasan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun
2019 berdasarkan ringkasan Eksekutif Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2019 Nomor:
19/LHP/XV/06/2020 Tanggal : 15 Juni 2020, Opini BPK yang dikeluarkan tahun 2020 atas LK KPK mendapatkan WTP (4)
dibandingkan Opini BPK yang dikeluarkan tahun 2019. Perbandingan capaian opini BPK atas laporan keuangan KPK dari
tahun 2015-2020 ditunjukkan gambar dibawah.
4 120%
3,5
100%
3
80%
2,5
2 60%
1,5
40%
1
20%
0,5
0 0%
2016 2016 2017 2018 2019 2020
Target Realisasi Capaian
Gambar 30. Opini BPK atas Laporan Keuangan KPK
Kedepannya KPK akan meningkatkan budaya sadar risiko ditiap unit kerja lingkungan KPK serta meningkatkan peran
pengendalian pada struktural juga meningkatkan penyajian laporan keuangan KPK untuk lebih baik lagi.
Sistem akuntabilitas kinerja adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang
untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan
kinerja dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatkan kinerja (Perpres 29/2014). Nilai akuntabilitas kinerja KPK
adalah nilai yang diberikan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB)
berdasarkan kerangka Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP / Perpres No. 29 Tahun 2014).
Komponen, bobot dan sub komponen yang dinilai berdasarkan Permenpan Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman
Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) , ditunjukkan pada tabel dibawah.
a. Pemenuhan pengukuran
2 Pengukuran 25% b. Kualitas pengukuran
c. Implementasi pengukuran
a. Pemenuhan pelaporan
3 Pelaporan kinerja 15% b. Kualitas pelaporan
c. Pemanfaatan pelaporan
a. Pemenuhan evaluasi
4 Evaluasi internal 10% b. Kualitas evaluasi
c. Pemanfaatan evaluasi
Berdasarkan Hasil Evaluasi akuntabilitas kinerja KPK beserta penilaian oleh Kementerian PAN dan RB KPK menerima
hasil pada tanggal 24 April 2020 dari Kemenpan RB, bahwasanya Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dari Kemenpan RB Nomor B/110/M.AA.05/2019, Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja KPK mendapatkan skor 81,64 (Baik).
Perbandingan nilai (skor) hasil capaian SAK KPK pada periode 2015-2020 ditunjukkan Tabel 13
NO. KOMPONEN NILAI BOBOT (%) 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Perencanaan 30 28,37 24,22 24,84 24,76 24,71 24,82
2 Pengukuran 25 17,55 20,78 20,98 20,57 20,39 20,54
3 Pelaporan 15 12,14 13,00 12,43 12,23 12,31 12,45
4 Evaluasi 10 8,03 7,83 8,14 8,07 7,83 7,92
5 Capaian Kinerja 20 14,37 15,06 14,88 14,67 15,29 15,92
Skor Hasil Evaluasi* 80,46 80,89 81,27 80,30 80,53 81,64
Tingkat Akuntabilitas Kinerja A A A A A A
*Skor Hasil Evaluasi yang dihitung adalah hasil evaluasi SAK NIlai Terakhir yang dikeluarkan Menpan RB
Tabel 13.Nilai Hasil Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja KPK Tahun 2015 – 2020
KPK telah melakukan penerapan manajemen kinerja dan mewujudkan budaya kinerja yaitu dengan:
1. Menerbitkan Peraturan Pimpinan KPK Nomor 6 tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja.
2. Menerapkan perencanaan kinerja, pengukuran kinerja serta analisa target setting yang terukur agar
mempresentasikan wujud kinerja KPK yang diiinginkan.
3. Menyelaraskan dengan kebijakan nasional, agar memiliki dampak dan outcome bagi pemangku kepentingan.
4. Memanfaatkan tool manajemen kinerja melalui STINKO, tahun 2020 sedang proses pilot project dan tes adaptasi
beserta melakukan evaluasi atas kebutuhan pemanfaatannya untuk memudahkan perencanaan, pelaporan, evaluasi
dan memastikan dokumen segala proses itu semua tersimpan dan terdokumentasi.
5. KPK sudah melakukan proses perjenjangan kinerja dari KPK-wide hingga KPK-three, masih skala manajemen kinerja
organisasi sebagai dasar dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program dan kegiatan, perbaikan struktur
organisasi berbasis kinerja dan optimalisasi proses bisnis kinerja itama organisasi, namun saat ini belum sampai
dokumen PK dan sasaran kinerja pegawai (SKP) secara aplikasi dan sesuai ketentuan ASN, mengingat KPK sedang
proses transisi.
Sebagai perbaikan kedepan KPK dalam pengelolaan manajemen kinerja akan merevisi Peraturan Pimpinan KPK nomor 6
tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAK) dengan mengintegrasikan pengelolaan kinerja individu (penilaian
kinerja individu) termasuk pola evaluasi kinerja yang dilakukan Dewan Pengawas KPK dalam kerangka evaluator Pimpinan
KPK dan Pegawai KPK, termasuk mekanisme lainnya yang perlu disempurnakan.
IKU 6 : AK.1.3. Indeks Maturitas Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP) KPK
Peran fungsi pengawas internal (Inspektorat) dalam menjaga akuntabilitas keuangan dan kinerja sangat sentral sesuai
pengaturan Pasal 33 PP 8/2006. Secara umum peran ini juga sejalan dengan peran Inspektorat dalam melakukan evaluasi
terpisah Sistem Pengendalian Internal Internal Pemerintah. Inspektorat sebagai lapis ketiga bekerjasama dengan
Sekretaris Jenderal sebagai koordinator pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern KPK (SPIK) membantu memastikan
tingkat kematangan SPI KPK tetap optimal.
SPIP menjadi ukuran akuntabilitas dalam kerangka pengawasan internal melalui pengukuran Indeks Maturitas Sistem
Pengendalian Instansi Pemerintah (SPIP) yang dikeluarkan oleh dari BPKP dengan unsur:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan pengendalian intern
Formulasi Penilaian Skala SPIP adalah 1-5
Assessmen tahun 2020 dilaksanakan oleh BPKP pada 27 Januari 2020 sampai dengan 10 Februari 2020. Hasil penilaian
telah disampaikan oleh Tim Penilai BPKP melalui Berita Acara pada tanggal 25 Februari 2020. Hasil yang diperoleh
adalah 3,56 dari target 3,6 (Hasil capaian kinerjanya adalah (98,89%). KPI ini tidak dapat dilakukan perbandingan y.o.y
karena KPK baru tahun 2020 secara formal menjadikannya sebagai KPI. Hasil yang diperoleh adalah 3,56 dari target 3,6.
Hasil Indeks Maturitas SPIP KPK pada kurun 4 tahun terakhir ditunjukkan Tabel dibawah.
2 Laporan QA dari BPKP atas Penilaian tahun 2019 3,6 3,5693 98,89%
*Skor Hasil Evaluasi yang dihitung adalah hasil evaluasi SPIP NIlai Terakhir yang dikeluarkan BPKP
Tahun 2020 pemenuhan yang telah dilakukan KPK atas rekomendasi BPKP untuk meningkatkan penilaian maturitas
SPIP.
1. KPK melalui Direktorat Pengawasan Internal/Inpektorat melakukan pelaksanaan Survei SPIP;
2. Melakukan sosialisasi pengisian Survei SPIP bagi para responden;
3. Melakukan rangkaian proses Survei hingga Quality Assurance (QA) dengan BPKP.
4. KPK telah melakukan penelaahan atas kekurangan dalam implementasi SPIP, hasilnya antara lain:
a. Sosialisasi Implementasi SPIP di Lingkungan KPK
b. Pelatihan Tim Penilai SPIP oleh BPKP.
c. Menyusun Pedoman Evaluasi Terpisah
5. KPK telah memerintahkan setiap unit memastikan kepatuhan terhadap proses bisnis/SOP dan implementasi IKU
organisasi dan melakukan pengawasan melekat dari atasan langsung secara berjenjang
Guna meningkatkan keberhasilan KPK dalam meningkatkan maturitas SPIP, KPK kepada insan KPK akan menerapkan
budaya sadar risiko melalui pengelolaan manajemen risiko mencakup pengendalian di tingkat kebijakan maupun tingkat
operasional, termasuk mengimplementasikan regulasi atas Peraturan Pimpinan Komisi nomor 6 tahun 2019 tentang
pedoman manajemen risiko di KPK.
Dengan demikian penerapan manajemen risiko di lingkungan KPK cenderung mengarah ke sistem pengendalian internal.
Hal ini selaras dengan peraturan yang diterbitkan oleh BPKP yaitu Peraturan pemerintah (PP) nomor 60/2008 tentang
sistem pengendalian internal yang didalam salah satu unsurnya memuat penilaian risiko. Dalam praktiknya, penerapan
manajemen risiko dilaksanakan oleh unit eselon II di lingkungan KPK. Masing-masing unit eselon II mengelola risikonya
sendiri dan melaporkan kepada pimpinan secara berkala tiap semester.
KPK telah melakukan penilaian mandiri SPIP 2020 (self-assesment) diperoleh hasil 3,719, namun hasil pengukuran ini
perlu diasses kembali QAnya oleh pihak eksternal yaitu BPK atas penilaian tersebut, yang direncanakan pada tahun 2021.
Berikut perolehan penilaian oleh BPKP dan Penilaian mandiri (self assessment) oleh KPK sendiri pada gambar dibawah.
Target Realisasi
Gambar 32.Indeks SPIP (self assessment dan Penilaian QA dari BPKP)
Perbaikan kedepannya sesuai hasil Laporan QA dari BPKP atas penilaian tahun 2019, KPK berupaya:
1. Meningkatkan kesesuaian proses penilaian mandiri tingkat maturutas SPIP sesuat Peraturan Kepala BPKP nomor 4
tahun 2016 tentang pedoman penilaian dan strategi peningkatan maturitas SPIP.
2. Melakukan evaluasi secara formal dan berkala dan terdokumentasi atas konsistensi pelaksanaan kebijakan/aturan
terkait dan relevansinya.
3. Menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan kebijakan/aturan terkait dan relevansinya serta
mengembangkan sistem aplikasi secara berkelanjutan yang manfaatnya dapat dilakukan pemantauan secara
otomatis atas aturan/kebijakan terkait.
4. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut perbaikan/pengembangan infrastruktur SPIP secara mandiri
(self improvement) yang dituangkan dalam Laporan pemantauan Rencana Aksi dan Monitoring Tindak Lanjut.
Metodologi evaluasi SPBE dinilai dengan metode Tingkat Kematangan SPBE yang merupakan kerangka kerja untuk
mengukur derajat kematangan penerapan SPBE yang ditinjau dari kapabilitas proses dan kapabilitas fungsi teknis
SPBE. Tingkat Kematangan SPBE terdiri atas 5 (lima) level, dimana masing-masing level menunjukkan karakteristik
kematangan tertentu pada kapabilitas proses dan kapabilitas fungsi teknis SPBE pada gambar dibawah.
Pengaturan dalam bentuk konsep yang belum ditetapkan Layanan SPBE dalam bentuk
1. Rintisan dan proses tata kelola dilaksanakan secara ad-hoc.
1. Informasi informasi satu arah.
Pengaturan telah ditetapkan dan dievaluasi terhadap Layanan SPBE dapat beradaptasi
perubahan kebutuhan di lingkungan internal dan
5. Optimum 5. Optimalisasi terhadap perubahan lingkungan
eksternal serta proses tata kelola dilaksanakan dengan internal dan eksternal
peningkatanm kualitas.
Selain itu domain dan aspek penilaian serta nilai indeks SPBE yang diukur sebagaimana pada tabel dibawah.
Tabel 15. Domain dan Aspek Penilaian dan Predikat Indeks SPBE
Aspek 2 - Kebijakan Layanan SPBE 10% 2 3,5 - < 4,2 Sangat Baik
Domain 2 - Tata Kelola SPBE 28%
3 2,6 - < 3,5 Baik * )
Aspek 3 - Kelembagaan 8%
4 1,8 - < 2,6 Cukup
Aspek 4 - Strategi dan Perencanaan 8%
5 < 1,8 Kurang
Aspek 5 - Teknologi Informasi dan 12%
Komunikasi
*)
Target penilaian : Predikat Baik (indeks minimal 2,6)
Domain kebijakan SPBE dinilai dari ketersediaan kebijakan-kebijakan SPBE. Domain ini akan mendapat nilai 1 (rintisan)
jika pengaturan dalam bentuk konsep yang belum ditetapkan dan proses tata kelola dilaksanakan secara ad-hoc,
mendapat nilai 2 (terkelola) jika pengaturan telah ditetapkan dengan memenuhi sebagian kebutuhan instansi serta
proses tata kelola dilaksanakan dengan dasar-dasar manajemen yang telah didefinisikan dan didokumentasikan,
mendaat nilai 3 (terstandardisasi) jika pengaturan telah ditetapkan dengan memenuhi semua kebutuhan instansi serta
proses tata kelola dilaksanakan sepenuhnya dengan standardisasi.
Berdasarkan evaluasi dan rekomendasi atas penilaian sebelumnya, KPK memiliki gap pada regulasi kebijakan tentang
SPBE. Tindak lanjut pemenuhan gap tersebut sebagai berikut:
1. KPK mengidentifikasi atas gap hasil evaluasi SPBE tahun kemarin dengan melakukan Assesmen SPBE KPK telah
dilakukan tanggal 12 Oktober 2020 oleh pihak Kemenpan RB secara Virtual.
2. Kolaborasi Tim KPK dan Tim Menpan RB dengan tindak lanjut sebagai berikut:
• Pelaksanaan Evaluasi Mandiri oleh Tim Evaluator Internal, dan dokumen evidence telah diunggah ke situs
evaluasi SPBE KemenpanRB (Tim Evaluator Internal dan Tim Implementasi Renaksi SPBE)
• Wawancara Evaluasi SPBE tahun 2020 dengan Asesor/Evaluator Eksternal dan KemenPANRB (Tim Evaluator
Internal, Tim Asesor Eksternal, dan KemenPAN-RB) pada tanggal: 12 Oktober 2020
3. KPK telah menerbitkan:
1) Peraturan Pimpinan No.2 tahun 2020 tentang Penggunaan Tanda Tangan Elektronik (Indikator SPBE Nomor 8)
2) Peraturan Pimpinan No.3 tahun 2020 tentang Kebijakan Internal Tata Kelola SPBE (Indikator Nomor 1-7)
3) Peraturan Pimpinan No.4 tahun 2020 tentang Kebijakan Internal Layanan Administrasi SPBE (Indikator SPBE No.
8-13)
4) Peraturan Pimpinan No.5 tahun 2020 tentang Kebijakan Layanan Publik SPBE (Indikator SPBE 14-17)
5) Keputusan Sekjen Nomor: 1116 Tahun 2020 tentang Tim Evaluator dan Tim Implementasi Rencana Aksi SPBE
KPK Tahun 2020
4. KPK melalui Deputi INDA telah koordinasi dengan BPPT untuk melakukan Pendampingan Implementasi Hasil Audit
Treknologi Informasi KPK.
5. KPK sudah melaksanakan penilaian mandiri baik oleh tim evaluator internal Bersama tim asesor Menpan maupun
penilaian mandiri oleh tim Pengawasan Internal. Dalam penilaian tersebut, Tim Menpan meminta KPK melengkapi
dokumen-dokumen pendukung ke portal SPBE. Dari penilaian internal, indeks maturitas SPBE KPK adalah 3,55.
Sedangkan dari penilaian Menpan, setelah penyampaian dokumen-dokumen pendukung, indeks maturitas SPBE
KPK adalah 3,42.
6. Memperbarui bukti dukung (evidence) pada sistem Monev SPBE yaitu 3 (tiga) Perpim SPBE yang telah disahkan
beserta SE terkait Penggunaan Layanan Administrasi Internal dan Layanan Publik KPK (Tim Evaluator Internal).
Berdasarkan Surat Kemenpan RB nomor B/36/KT.03/2021 tanggal 20 Januari 2021 hal Pemberitahuan Laporan Hasil
Evaluasi SPBE Tahun 2020 dengan masih memakai 37 kriteria. KPK mendapatkan realisasi nilai 3,42 (Sangat baik) dari
target 2,68, sebagaimana pada gambar dibawah.
Kebijakan Internal Tata Kelola SPBE Domain Kebijakan Internal SPBE 3,06
Kelembagaan 3,00
Gambar 34.Nilai Indeks SPBE, Domain dan Aspek KPK tahun 2020
Berikut perolehan hasil indeks maturitas SPBE KPK dalam pelaksanaannya semenjak terbit Perpres 95 tahun 2018 dalam
kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir pada tabel dibawah.
Tabel 16. Indeks Maturitas Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) KPK Tahun 2018–2020
3,42
2,82
120 %
2,68 2,68
100 %
Pada Aspek kebijakan tata kelola dan layanan SPBE KPK masih dapat ditingkatkan lagi misalnya dengan adanya arahan
untuk koordinasi dan integrasi layanan dengan sistem lain baik internal maupun eksternal instansi. Tim Pengarah
SPBE perlu dioptimalkan tugas pokok dan fungsinya sehingga dapat berjalan sesuai arahan kebijakan. Selain itu, KPK
diharapkan dapat melakukan inisiatif penerapan Manajemen SPBE dan aspek penerapan SPBE lainnya sesuai dengan
Peraturan yang berlaku, sehingga pada pelaksanaan evaluasi SPBE selanjutnya sudah dapat memenuhi indikator dan
kriteria penilaian yang diminta.
Kedepannya KPK akan meningkatkan nilai maturitas SPBE KPK dan mengejar gap dari komponen indikator sebagaimana
sisi kekuatan dan kelemahan, sebagai berikut:
A. Kebijakan Internal Tata Kelola SPBE
Secara keseluruhan penerapan pada Aspek Kebijakan Tata Kelola sudah dipenuhi oleh KPK dengan adanya Kebijakan
Tim internal Pengarah SPBE, Inovasi Proses Bisnis, Penggunaan Aplikasi Umum, Rencana Induk SPBE,Anggaran
Belanja SPBE, Operasi Pusat Data, Integrasi sistem aplikasi dan Kebijakan Aplikasi Umum berbagi pakai
• Kekuatan
Pada KPK belum terdapat kekuatan yang signifikan pada Aspek Kebijakan Tata Kelola. Kebijakan Internal Tata
Kelola akazn menjadi kekuatan kedepannya apabila sudah terdapat arahan untuk koordinasi dengan instansi
eksternal lain terkait, misalnya dengan instansi pusat
• Kelemahan
Pada KPK tidak terdapat kelemahan yang signifikan pada Aspek Kebijakan Tata Kelola
B. Kebijakan Internal Layanan SPBE
Secara umum penerapan pada Aspek Kebijakan Internal Layanan SPBE yang sudah dipenuhi oleh KPK adalah
dengan adanya Kebijakan terkait layanan naskah dinas, manajemen kepegawaian, perencanan dan penganggaran,
keuangan, kinerja, pengadaan, pengaduan publik, WBS dan JDIH.
• Kekuatan
Pada Aspek Kebijakan Internal Layanan SPBE yang menjdi kekuatan dari KPK adalah adanya kebijakan terkait
manajemen pengadaan yang sudah mengarahkan pada integrasi sistem antar instansi yang dijelaskan pada
Kebijakan Internal Administrasi SPBE No 4 Tahun 2020 dimana didalamnya juga terdapat arahan penggunaan
layanan pengadaan berbasis elekronik yang terintegrasi
• Kelemahan
Pada KPK tidak terdapat kelemahan yang signifikan pada Aspek Kebijakan Layanan Internal SPBE
C. Kelembagaan
Secara umum penerapan pada Aspek Kelembagaan yang sudah dipenuhi oleh KPK adalah terkait
pelaksanaan inovasi proses bisnis terintegrasi.
• Kekuatan
Pada Aspek Kelembagaan yang menjadi kekuatan dari KPK adalah pelaksanaan inovasi proses bisnis yang
terintegrasi dengan sistem elektronik dan dapat dipantau serta dievaluasi secara berkala.
• Kelemahan
Pada Aspek Kelembagaan yang menjadi kelemahan dari KPK adalah belum terlegalisasinya Tim Pengarah SPBE
KPK, sehingga pelaksanaan tugas dan fungsinya belum dapat terlaksana dengan baik.
D. Strategi dan Perencanaan
Secara umum penerapan pada Aspek Strategi dan Perencanaan yang sudah dipenuhi oleh KPK adalah sudah
terdapatnya rencana induk SPBE dan pengelolaan anggaran dan belanja SPBE.
• Kekuatan
Pada aspek Strategi dan Perencanaan yang menjadi kekuatan dari KPK adalah terdapatnya rencana induk
SPBE yang sudah mencakup semua muatan visi dan misi SPBE, arsitektur SPBE (arsitektur bisnis, arsitektur
data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan arsitektur keamanan), dan peta jalan SPBE yang diterapkan
secara konsisten melalui rencana kerja (tiga) tahun terakhir dan dipantau serta dievaluasi secara berkala. Selain
itu prose perencanaan dan penganggaran SPBE di KPK sudah tertuang dalam rencana kerja tahunan, telah
terintegrasi dan dapat dikendalikan di unit pengelola TIK, serta dapat dipantau dan dievaluasi secara berkala
• Kelemahan
Pada KPK tidak terdapat kelemahan yang signifikan pada Aspek Strategi dan Perencanaan
E. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Secara umum penerapan pada Aspek Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sudah dipenuhi KPK adalah sudah
adanya integrasi sistem aplikasi, pengelolaan pusat data yang terpusat dengan dukungan SOP yang memadai, serta
pemanfaatan aplikasi umum berbagi pakai sudah dilakukan sesuai dengan rencana
• Kekuatan
Pada Aspek Teknologi Informasi yang menjadi keunggulan KPK adalah sudah terdapatnya pusat data yang
terpusat, sudah terdapat SOP pengelolaan pusat data dan sudah terdapat akrivitas monitoring dan perencanaan
kapasitas yang dilakukan secara berkala berdasarkan hasil analisis rekaman aktivitas pusat data (data center)
serta Pemanfaatan aplikasi umum berbagi pakai sudah dilakukan sesuai dengan rencana, dapat dikendalikan,
dinilai secara kuantitatif dan dievaluasi secara berkala
• Kelemahan
Pada KPK tidak terdapat kelemahan yang signifikan pada Aspek Teknologi Informasi
F. Layanan Administrasi Pemerintahan Berbasis Elektronik
Secara umum penerapan pada Aspek Layanan Administrasi Pemerintahan Berbasis Elektronik yang sudah dipenuhi
oleh KPK adalah implementasi aplikasi untuk pendukung layanan naskah dinas, manajemen kepegawaian, pengaduan
publik dan WBS (whistle blowing system).
• Kekuatan
Pada Aspek Layanan Administrasi Pemerintahan Berbasis Elektronik yang menjadi kekuatan KPK adalah sudah
terimplementasinya layanan aplikasi manajemen perencanaan, penganggaran, keuangan, kinerja dan pengadaan
yang sudah terintegrasi dengan sistem lain baik internal maupun eksternal instansi
• Kelemahan
Pada KPK tidak terdapat kelemahan yang signifikan pada Aspek Layanan Administrasi Pemerintahan Berbasis
Elektronik
Perspektif Proses Internal dalam Arah Kebijakan KPK tahun 2020 terdiri atas 5 (lima) sasaran strategis dengan 11 (sebelas)
KPI. Sampai dengan Desember 2020 capaian atas perspektif ini sebesar 105,04% (“Baik Sekali”). Nilai ini mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2019 (102,70%) pada perspektif yang sama sebesar 2,82%. Adapun secara detail kondisi
capaian setiap KPI yang ada pada perspektif ini seperti penjelasan berikut.
Persentase pemanfaatan LHKPN (hasil pemeriksaan LHKPN) yang dilimpahkan/diteruskan ke Penindakan, termasuk
kepada Pengaduan Masyarakat dengan indikasi adanya dugaan TPK serta Sektoral yang memiliki High Risk dengan
output Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
% Pemanfaatan LHKPN ini adalah hasil pemeriksaan LHKPN yang disampaikan dan dimanfaatkan kepada pemangku
kepentingan untuk digunakan sebagai dokumen pendukung dalam proses indikasi adanya dugaan TPK. IKU ini merupakan
fungsi output Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) LHKPN sesuai fungsinya mendukung dokumen pemberantasan korupsi
terkait dugaan TPK serta dukungan kepada Penindakan.
Rumusan perhitungannya:
(a %* x Jumlah Pemeriksaan tahun n)
Keterangan: a% merupakan persentase hasil pemeriksaan yang harus dilimpahkan ke Direktorat Dumas/Penyelidikan/ Penyidikan dari jumlah pemeriksaan
di tahun n.
Tahun 2020, KPK ditargetkan untuk melakukan pemeriksaan atas 120 Penyelenggara Negara (PN). Dari total hasil 120 PN
yang diperiksa, ditargetkan 17%-nya dari 120 PN (17% x 120) dapat dilimpahkan kepada Direktorat Dumas/Penyelidikan/
Penyidikan atau total sebesar 21 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Jumlah LHP yang dilimpahkan ke Penindakan & digunakan sebagai dokumen pendukung dalam proses terindikasi
adanya dugaan TPK sebanyak 23 LHP, dengan rincian sebagai berikut:
a. Direktorat Dumas : 12 LHP
b. Direktorat Penyelidikan : 8 LHP
c. Direktorat Penyidikan : 3 LHP
Dari total 23 LHP yang dilimpahkan, latarbelakang pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
a. 4 LHP merupakan inisiatif Dit. PP LHKPN,
b. 3 LHP merupakan informasi dari Korsupgah
c. 6 LHP merupakan permintaan Dit. Dumas
d. 7 LHP merupakan permintaan Dit. Penyelidikan
e. 3 LHP merupakan permintaan Dit. Penyidikan
Jumlah LHP yang dilimpahkan ke Penindakan & terindikasi adanya dugaan TPK sebanyak 23 dari rencana 120 LHP.
Target Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk dilimpahkan ke Penindakan 17% dari 120 LHP = 21 LHP
Realisasi TW IV adalah 23 LHP, realisasinya 23/120 x 100% = 19,17%, sebagaimana pada gambar 36.
Realisasi : 19 %
Target : 17 %
112,76%
100% Gambar 36.Capaian % Pemanfaatan LHPKN
% Pemanfaatan LHPKN
Dibandingkan target 2020 sebesar 17%, sehingga capaian kinerjanya 19,17/17 x 100% = 112,76%
IKU ini merupakan IKU baru ditingkat KPK wide, tentunya perlu perbaikan dan penajaman kembali atas output dan manual
IKUnya, berdasarkan evaluasi kinerja. Perolehan LHP tahun 2020 sebesar 23 LHP dari rencana 120, jika dibandingkan
tahun kemarin perolehannya adalah 86 LHP dari total 550 LHP (tingkat KPK two).
Selain itu sepanjang tahun 2020 ini, upaya KPK dalam implementasi kebijakan pendaftaran dan pemeriksaan LHKPN
adalah KPK berhasil mendorong kepatuhan penyampaian LHKPN menjadi 96,23% dari sebelumnya 93% di tahun
2019 atau naik sebesar 3,36%. capaian tersebut diperoleh melalui serangkaian kegiatan pendaftaran LHKPN, seperti
(1) Koordinasi dan Bimbingan Teknis LHKPN, (2) Training of Trainers LHKPN, dan (3) Sosialisasi Peraturan KPK secara
virtual, dengan rincian pada tabel dibawah, sebagai berikut:
Sosialisasi Peraturan
KPK dilaksanakan
secara Virtual - - 1.394 Instansi -
- 73
– Media Video
Conference
*) Belum tersedia data untuk tahun 2019
Jika dilihat dari masing-masing bidang tugas PN, maka tingkat kepatuhan sebesar 96,23% pada Tahun 2020 dan
perbandingannya dengan Tahun 2019 pada tabel sebagai berikut:
Terhadap LHKPN yang telah disampaikan para Penyelenggara Negara. KPK melakukan kegiatan pengelolaan
pengumuman LHKPN melalui media e-announcement agar LHKPN tersebut dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Rincian kegiatan pengelolaan pengumuman dapat dilihat dalamTabel 20 dibawah ini:
Outcome (Pengakses
Jumlah Kegiatan Output
Jenis Kegiatan e-announcement)
2019 2020 % 2019 2020 % 2019 2020 %
424.522 316.968
Pengelolaan -33,93% 224.455 457.597
Sepanjang Tahun Pengumuman Pengumuman 50,95%
Pengumuman LHKPN Pengakses Pengakses Pengakses
LHKPN LHKPN
Terdapat penurunan pengumuman LHKPN di Tahun 2020 sebesar 33,93% dibandingkan Tahun 2019 yang disebabkan
adanya carry over pengerjaan pengumuman LHKPN tahun 2018 yang diumumkan di awal tahun tahun 2019 yang masuk
dalam lembar pengumuman tahun 2019.
Sedangkan untuk kegiatan pemeriksaan, Direktorat PP LHKPN telah melakukan sejumlah pemeriksaan baik dalam
rangka memenuhi permintaan penindakan maupun pemeriksaan dalam rangka pencegahan. Kegiatan pemeriksaan
ini bertujuan untuk membangun kesadaran PN bahwa LHKPNnya telah dilakukan pemeriksaan sehingga timbul rasa
terawasi dari para PN. Selengkapnya kegiatan pemeriksaan sepanjang tahun 2019 dan 2020 adalah pada tabel sebagai
berikut:
Klarifikasi:
Selain kegiatan-kegiatan di atas, untuk meningkatkan tingkat kepatuhan dimasa yang akan datang, KPK telah
menerbitkan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 02 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi
Pemberantasan Korupsi Nomor 07 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman dan Pemeriksaan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara. Peraturan tersebut dikeluarkan sebagai penyempurnaan atas tata cara pendaftaran,
pengumuman dan pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang telah diatur pada peraturan sebelumnya.
KPK pada Tahun 2020 juga menerima 3 delegasi negara lain terkait benchmarking pengelolaan LHKPN di KPK. Ketiga
negara tersebut adalah: Afganistan, Malaysia, dan Kuwait.
Persentase pembangunan pemahaman gratifikasi yang dilakukan baik kepada Penyelenggara Negara selaku penerima
(pn) dan sektor swasta selaku pemberi pada sektor strategis prioritas dengan indikator Jumlah KLOP yang melapor
dibandingkan Jumlah seluruh KLOP x 100%
IKU ini dihitung berdasarkan jumlah KLOP yang melaporkan penerimaan gratifikasi dari keseluruhan KLOP. Sampai
dengan akhir tahun 2020 ada sebanyak 433 dari 795 KLOP yang telah melaporkan penerimaan gratifikasi atau sebanyak
54,47% dari target 60% sebagaimana pada laporan kegiatan pada tabel dibawah ini:
795
Gambar 37. Capaian % peningkatan pemahaman gratifikasi
100%
514
433
60%
251
124
89 60 54,47%
34 59 34
32 31
Adapun hambatan dan kendala sampai akhir tahun 2020 antara lain:
• Selama pandemik Covid 19, terjadi penurunan jumlah laporan gratifikasi. Setelah ”new normal”, diharapkan trend
pelaporan gratifikasi mengalami kenaikan melalui aplikasi pelaporan gratifikasi online (GOL).
• Masih banyak ditemukan pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara belum melaporkan penerimaan
gratifikasinya
• Peran UPG yang belum maksimal karena kendala anggaran pada instansi.
• Dari total KLOP sebesar 795 ditemukan beberapa KLOP yang tidak terjangkau penerapan PPG dan sosialisasi
terkait pelaporan gratifikasi
Dibandingkan tahun 2019 dari target jumlah 812 KLOP, terealisasi sebanyak 311 KLOP (capaian sebesar 38,30%) yang
terdiri dari 25 dari total 34 Kementerian, 40 dari total 73 lembaga negara/ pemerintah, 19 dari total 34 Pemprov, 153 dari
total 514 Pemkab/Pemkot dan 74 dari total 157 BUMN/D.
Upaya KPK yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pelaporan gratifikasi sebagai berikut:
1. KPK telah melaksanakan 3 kali rakornas tentang gratifikasi terhadap 785 Instansi/Lembaga melalui via zoom,
selanjutnya KPK akan meminta laporan terkait dengan Gratifikasi. sosialisasi termasuk rakor dengan UPG
seluruh Indonesia yang menjangkau Pemda/ KLOP terkait secara virtual (aplikasi ZOOM) dan
2. KPK telah melakukan penyempurnaan Sistem Aplikasi GOL & SIG terintegrasi untuk mendukung program
transformasi digital dan memudahkan pelaporan gratifikasi;
3. % Pemahaman gratifikasi dengan menggunakan indikator "sebaran laporan" secara akumulatif dari tahun
2013-2020 oleh PN/Pn di KLOP dipilih dengan maksud agar penerimaan/ penolakan gratifikasi tersebut tetap
dilaporkan kepada KPK sebagai bentuk kesadaran "awareness" para PN/Pn;
4. Sosialisasi & pemahaman gratifikasi telah dilakukan kepada pihak swasta selaku pemberi, dengan maksud
agar tidak menawarkan gratifikasi/memberi suap kepada PN/pegawai negeri serta sosialisasi panduan CEK ke
pihak korporasi. Dalam hal ini, Dit.Gratifikasi telah melaksanakan sosialisasi gratifikasi dengan pihak asosiasi
GAKESLAB (alat kesehatan), REI (asosiasi real estate Indonesia), koordinasi dengan KAD di 19 wilayah.
Kedepannya IKU ini akan dilakukan reformulasi kembali evaluasi kinerja yang dilakukan Dewan Pengawas KPK, IKU
ini akan dilakukan perbaikan dan evaluasi cara penghitungan IKU ini perlu dievaluasi kembali mengingat berdasarkan
informasi pada manual IKU, realisasi IKU ini dihitung hanya berdasarkan dengan membandingkan KLOP yang melaporkan
gratifikasi dengan total KLOP yang ada (795). Cara penghitungan ini mengakibatkan pemahaman gratifikasi pada KLOP
yang bias karena:
a. Jika pada suatu KLOP hanya terdapat satu pelaporan gratifikasi, seluruh institusi KLOP dianggap telah
memahami gratifikasi, padahal ada kemungkinan banyak kejadian gratifikasi yang tidak dilaporkan; dan
b. Jika pada suatu KLOP tidak ada pelaporan gratifikasi, KLOP dimaksud dianggap tidak memahami gratifikasi,
padahal ada kemungkinan KLOP dimaksud sangat memahami gratifikasi sehingga tidak terjadi gratifikasi.
Selain data pelaporan gratifikasi yang menjadi KPI pada tahun 2020, Direktorat Gratifikasi juga mengkapitalisir data
gratifikasi yang ditolak sbb:
Total sampai dengan 31 desember 2020 Jumlah komposit (a+b) yang dihitung adalah:
• Jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota yang menerbitkan regulasi Pendidikan Antikorupsi pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah, dengan target 521 regulasi:
Tahun 2019 : 104 Regulasi
Tahun 2020 TW I-TW IV : 167 Regulasi
Tabel 22. Pemerintah Daerah yang menerbitkan Perkada Pendidikan Anti Korupsi
No Provinsi ∑ Perkada PAK No Provinsi ∑ Perkada PAK
1 Aceh 8 13 Kalimantan Selatan 14
2 Bangka Belitung 1 14 Kepulauan Riau 2
3 Bali 10 15 Lampung 16
4 Banten 9 16 Nusa Tenggara Timur 23
5 DI Yogyakarta 5 17 Papua 1
6 DKI Jakarta 1 18 Riau 13
7 Gorontalo 7 19 Kepulauan Riau 2
8 Jawa Barat 28 20 Sulawesi Selatan 13
9 Jawa Tengah 36 21 Sulawesi Tenggara 1
10 Jawa Timur 38 22 Sumatera Barat 3
11 Jambi 3 23 Sumatera Selatan 13
12 Kalimantan Barat 1 24 Sumatera Utara 23
TOTAL 271
Secara Akumulasi total jumlah realisasi 271 Regulasi yang telah menerbitkan.
271/521 x 50% = 26,00%
• Jumlah Program Studi terimplementasinya Pendidikan Antikorupsi, dengan target 21.000 Program Studi
realisasi hingga triwulan IV 2020 dari 6293 Program Studi.
6293/21.000 x 50% = 14,98%
• Realisasi sementara hingga Q4 2020 adalah 26,00% + 14,98%= 40,98%
Dengan demikian Realiasi pada Tahun 2020 adalah 40,98% (26% + 14,98%). Capaian dibandingkan taget di tahun 2020
adalah 120% atau merupakan capaian maksimal.
Realisasi : 40,98%
Target : 32,95%
120%
100% Gambar 38.% Implementasi Pendidikan
Antikorupsi
% Implementasi Pendidikan Antikorupsi
KPK berperan sebagai pendorong percepatan melalui keberadaan kebijakan insersi pendidikan anti korupsi dan
melakukan monitoring atas Implementasi regulasi pendidikan anti korupsi pada lembaga Pendidikan dasar dan
menengah, kendala yang dihadapi bahwa keberhasilan IKU tersebut tingkat kendalinya ada pada kewenangan
pemerintahan daerah tersebut.
Salah satu tugas KPK sesuai UU adalah melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan publik, Sasaran program/
sasaran strategis yang menjadi ukuran meningkatkan koordinasi KPK dengan Instansi terkait melalui capaian kinerja
IKU pada tabel dibawah, sebagaimana berikut:
Tabel 23. Capaian IKU pada SS meningkatkan koordinasi KPK dengan Instansi Terkait
IKU ini diukur berdasarkan persentase penyelamatan keuangan negara/ dan daerah di Pemda, K/L dan BUMN yang
dihitung capaian rata-rata dari kegiatan dibawah ini:
1. Peningkatan Penerimaan Negara/ Daerah
2. Legalisasi atau sertifikasi aset
3. Penertiban aset (termasuk penguasaan dan pengadministrasian aset) Negara/Daerah
4. Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) dari pengembang ke Pemerintah daerah.
Hasil perhitungan di atas dan Capaian IKU ini dihitung dengan cara merata-rata:
A: % peningkatan pendapatan KLOP yang diintervensi
B: % peningkatan Penyertipikatan Aset KLOP yang diintervensi
C: % Penertiban Aset KLOP yang diintervensi
D: % Penyerahan Fasos-fasum
(A + B + C + D) / 4
Perhitungan realisasi % Penyelamatan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah sebesar 43,06% dari target 30%
(143,53% capaian kinerjanya atau maksimal 120%) sebagaimana pada gambar dibawah.
Gambar 39. Perhitungan Capaian Kinerja IKU % Penyelamatan Negara dan Keuangan Daerah
1 Pemerimaan Daerah
pendapatan pajak sd akhir Des 2020 - pendapatan pajak sd akhir Des 2019 = - 9,849,839,383,328 = -4.67%
pendapatan pajak sd akhir Des 2019 210,740,403,484,599
2 Sertifikat Aset
∑penambahan aset bersertifikasi periode Januari sd November 2020 = 27,199 = 14.14%
∑total aset bersertifikasi per tahun 2019 192,313
3 Penerbitan Aset
∑pemda yang telah melaksanakan penerbitan aset = 200 = 111.11%
∑target pemda yang akan melaksanakan penerbitan aset 180
Realisasi: 43,06%
Target: 30%
120%
100% Gambar 40. Capaian % Penyelamatan Negara
dan Keuangan Daerah
IKU ini perlu dilakukan evaluasi dan ditinjau kembali, berdasarkan Rapat Tinjauan Kinerja (RTK) Q4 2020 dengan Dewan
Pengawas KPK, ada beberapa kegiatan yang diakui sebagai realisasi dari IKU ini bukan merupakan bentuk penyelamatan
keuangan negara/daerah, misalnya sertifikasi aset. Hal ini sebagaimana telah disampaikan Dewan Pengawas dalam
Rakorwas Tw. IV Tahun 2020 yang telah menjadi kesimpulan untuk ditinjau kembali. KPK akan memperbaiki kinerja dan
melakukan perbaikan khususnya manual IKU dan memiliki relevansi dengan perjenjangan pada target Sasaran Strategis
KPK.
Capaian ini diukur dari implementasi rencana aksi terhadap 8 sektor di atas berdasarkan monitoring
centre prevention (MCP) yang bisa dilihat dari website https://jaga.id/jendela-daerah/program/
dengan capaian aksi secara keseluruhan adalah 63%, sebagaimana pada gambar dibawah.
Gambar 41. Capaian MCP Nasional
Target: 70%
Realisasi: 63,00%
100%
90% Gambar 42. Capaian % Penguatan Upaya
Antikorupsi pada KLOPS
Kelemahan dari MCP adalah ini tingkat kesulitannya tingkat kendalinya dipengaruhi oleh pemangku kepentingan,
selain itu kualitas verifikasi validitas data yang dimasukan pemangku kepentingan kedalam MCP (Monitoring Center
Preventions) belum dilakukan secara optimal.
KPK akan melakukan evaluasi dan perbaikan khususnya atas sektor intervensi prioritas dengan mengacu Renstra KPK,
Arah kebijakan umum KPK dan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, agar fokusnya terukur skala prioritas selain itu
KPK akan meningkatkan validitas data dimasukan oleh Pemda kedalam MCP.
Dalam pelaksanaannya 3 fokus di atas didetailkan dalam 11 aksi, dengan capaian seperti gambar
dibawah yang diambil dari website https://jaga.id/stranas/ dengan capaian aksi secara keseluruhan
adalah 78,52% sebagaimana pada gambar dibawah.
Realisasi sementara hingga penghujung tahun 2020 = 78.52% dari target 80%.
Sehingga capaian kinerja KPK adalah 78.52/80 x 100% = 98,15%, sebagaimana pada Gambar 44
Target: 80%
Realisasi: 78,52%
100%
98,15%
Gambar 44. Capaian %
Implementasi Aksi Stranas PK
Keterangan/uraian kegiatan (Data dukung pencapaian target tahun 2020 serta kegiatan/upaya/strategi, kendala dan
solusi yang dilaksanakan dalam mencapai target) penjelasannya ada pada realisasi agenda prioritas nasional.
Tabel 24. Capaian IKU pada SS Menguatkan Monitoring Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
IKU 14 : PI.3.1 % Rekomendasi Perbaikan Regulasi dan Tata Kelola pada Sektor Prioritas
Seiring kondisi terjadinya pandemik covid, tematik kajian KPK juga menyesuaikan pada sektor prioritas penanganan
covid. Penghitungan jumlah rekomendasi berdasarkan laporan hasil kajian berdasarkan sector prioritas yang
ditentukan. Sektor yang dijadikan fokus pada tahun 2020 adalah: Kesehatan, Pemulihan Ekonomi Nasional, pemulihan
perekonomian di daerah maupun sektoral, Jaring Pengamanan Sosial penanganan Covid-19, dan kajian lainnya yang
bersifat rutin/regular maupun tematik berdasarkan arahan Pimpinan.
KPI ini diukur berdasarkan % rekomendasi strategis yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan terkait perubahan
dan perbaikan regulasi dan tata kelola termasuk penyelamatan keuangan negara/ perekonomian negara pada sektor
prioritas (fokus bidang RPJMN). Direncanakan terdapat 1 rekomendasi strategis dari tiap kajian (tahun 2020 direncanakan
ada 21 kajian).
Sampai dengan akhir tahun ini telah diselesaikan 27 dari 16. Kajian Program Bantuan Sosial
rencana 21 kajian atau sebesar 128,57% dengan rincian 17. Kajian Stimulus Covid-19 Di Sektor Kelistrikan/
sebagai berikut: Diskon Listrik
1. Kajian Alokasi Pembayaran Klaim Layanan COVID-19 18. Kajian Bantuan Bansos Beras
2. Kajian Tatakelola Insentif dan Santunan Tenaga 19. Kajian Bantuan Subsidi Upah Bagi Pekerja Yang
Kesehatan Upahnya Di Bawah Rp 5 Juta
3. Kajian Pengadaan Vaksin 20. Kajian Penerapan Tarif Pajak Migas (Branch Profit
4. Kajian Pembangunan dan Peningkatan Fasilitas Tax) Pada K3S
Rumah Sakit Rujukan Penanganan Covid-19 21. Kajian Pemanfaatan Excess BUCO Bagian Negara
5. Kajian Kerentanan Korupsi PP 63 Tahun 2019 22. Kajian Pengelolaan Fly Ash Bottom Ash (FABA) di
Tentang Investasi Pemerintah PLTU
6. Kajian Kebijakan Penambahan PMN Pada BUMN 23. Kajian Pengelolaan Penyediaan Batubara di PLN
7. Kajian Kebijakan Investasi Pemerintah 24. Kajian Program Organisasi Penggerak Pendidikan
8. Kajian Penempatan Dana Pemerintah 25. Kajian Pengelolaan Keuangan Haji
9. Kajian Kebijakan Subsidi Bunga/Margin Terhadap 26. Kajian Rangkap Jabatan Komisaris BUMN (Kerja
Kredit/Pembiayaan UMKM Sama dengan Ombudsman)
10. Kajian Kebijakan Pinjaman PEN Untuk Daerah 27. Kajian Benturan Kepentingan di BUMN (PT BTN)
11. Kajian Menyiapkan Cadangan Dana Alokasi Khusus
(DAK) Fisik Total realisasi 27 kajian dari target 21 kajian (80%), 27/21
12. Kajian Dana Insentif Daerah (DID) Tambahan x 100% sehingga realisasinya sebesar 128,57%, atau
13. Kajian Program Padat Karya maksimal 120%. Sehingga capaian kinerjanya adalah
14. Kajian Program Bantuan Insentif Perumahan Bagi 120/80 x 100% = 120%, sebagaimana pada gambar
Masyarakat Berpenghasilan Rendah dibawah.
15. Kajian Program Kartu Prakerja
Realisasi: 128,57%
120%
Target: 80%
7. Manajemen Pelaksana wajib memastikan bahwa materi pelatihan tidak tersedia secara gratis di internet.
8. Pelaksanaan pelatihan daring harus memiliki mekanisme kontrol agar tidak fiktif, misalnya pelatihan harus
interaktif sehingga bisa menjamin peserta mengikuti pelatihan.
9. Manajemen Pelaksana memperbaiki sistem untuk menjamin terlaksananya sistem pelatihan dan pembayaran
insentif sesuai dengan Permenko Nomor 03 Tahun 2020.
11. Monitoring Kajian Pengelolaan Dana Riset:
1. Kemenristekdikti agar menyusun aturan prosedur koordinasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta
pemantauan pelaksanaan PRN.
2. Kementerian Keuangan, Kementrian Ristekdikti dan Bappenas menentukan politik anggaran, prosentase
anggaran penelitian untuk kegiatan prioritas nasional dan memastikan keberlanjutan penelitian prioritas.
3. Kementerian Ristekdikti perlu membangun regulasi yang mengatur rinci bagaimana pengelolaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penggunaan dana penelitian berbasis luaran.
4. Kementerian Keuangan dan Kementerian Ristekdikti melakukan riviu mengenai SBKU Penelitian,
Menyusun regulasi yang mengatur rinci bagaimana pengelolaan, pelaporan, rincian komponen SBK, dan
pertanggungjawaban penggunaan dana, merinci jenis komponen biaya pada SBK biaya penelitian, sehingga
dapat ditentukan bagaimana mekanisme pertanggungjawabannya.
5. Kemenristekdikti membuat standar luaran penelitian yang berlaku untuk semua Lembaga Penelitian di tingkat
Kementerian/Lembaga.
6. Kemenristekdikti membangun sistem untuk mengelola informasi lintas dan mensinergikan kementerian dan
lembaga terkait pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan.
Realisasi 43 Rekomendasi dari target 65 Rekomendasi, 43/65 x 100% sehingga realisasinya sebesar 66,15% dari target
65%, Sehingga capaian kinerjanya adalah 66,15/65 x 100% = 101,77%, sebagaimana pada gambar dibawah:
101,77%
100% Gambar 46. Capaian Kinerja
% Monitoring TIndak Lanjut
Rekomendasi Hasil Penelitian
Berdasarkan Pasal 1 butir 4 Perpres nomor 102 Tahun 2020, supervisi perkara TPK dilaksanakan dengan melakukan
pengawasan, penelitian atau penelaahan terhadap instansi yang berwenang melakukan Pemberantasan TPK guna
percepatan hasil penanganan TPK serta terciptanya sinergitas antar instansi terkait.
Pasal 1 butir 5 Perpres nomor 102 Tahun 2020 menyebutkan bahwa perngambilalihan adalah kegiatan mengambil alih
proses penanganan perkara TPK oleh KPK terhadap perkara yang sedang ditangani oleh Polri atau Kejaksaan dalam
tahap penyidikan dan/atau penuntutan yang harus didahului dengan geral perkara.
Tujuan utama sinergi lembaga penegak hukum dengan KPK adalah untuk mendapatkanpercepatan kepastian hukum
dari penanganan TPK oleh APH lain. Kepastian hukum yang dimaksud adalah penyelesaian tahapan penyelidikan,
penyidikan dan/atau penuntutan baik yang berlanjut ke tahap berikutnya atau perkaranya diberhentikan.
Salah satu tugas KPK adalah supervisi terhadap instansi melaksanakan Pemberantasan Korupsi. Pada sasaran program
ini KPK berupaya mengefektifkan supervisi KPK terhadap instansi terkait, melalui Tabel sebagaimana berikut:
Tabel 25. Capaian IKU pada SS Mengefektifikan Supervisi KPK terhadap Instansi Terkait
IKU 16 : PI.4.1 % Status Perkara TPK yang Disupervisi Mendapatkan Kepastian Hukum
Baseline jumlah perkara yang disupervisi unit kerja Koordinasi dan Supervisi bidang Penindakan kurun waktu 2011-2020
adalah 456 perkara. Perkembangan s.d Desember 2020 adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Tahap penyidikan, Supervisi dilakukan sampai dengan dinyatakan penyidikan lengkap dan pelimpahan
tersangka dan barang bukti;
Status Perkara P21 sejumlah 89 dan SP3 sejumlah 21.
b. Tahap penuntutan, Supervisi dilakukan sampai dengan tahap 2/limpah PN atau putus/inkracht/SP3.
Status Perkara Inkracht/putus sejumlah 70.
Sehingga Total penanganan berkas perkara yang naik status tahapan sebesar 180 status perkara (1 kali tiap naik
status tahapan)
c. Faktor pengurang (satu berkas perkara didefinisikan berulang kali), berkas perkara naik 2 kali tahap pada tahun 2020
sebesar 25 status perkara (P21/Inkracht)
(a+b)-c
(89+21+70)-25 = 155
Rincian rekapitulasi yang menjadi realisasi tahun 2020 sebagaimana pada gambar dibawah.
Status perkara yang disupervisi mendapatkan kepastian hukum (sesuai tingkatan supervisi)
Jumlah Berkas Perkara Supervisi per 31/12/2020 456
Jumlah kepastian hukum TW IV 2020
Kepastian Hukum Tahap Penyidikan
P.21 89
SP3 21
Kepastian Hukum Tahap Penuntutan
Inkracht / Putus 70
P21 dan Inkracht tahun 2020 -25 155
Presentase perkara yang disupervisi mendapatkan kepastian hukun 34%
Gambar 47. Jumlah status perkara yang disupervisi mendapatkan kepastian hukum
Target: 35%
Realisasi: 34%
KPK melakukan supervisi selama TW I-TW III 2020, mengalami kesulitan saat periode tersebut untuk melakukan
supervisi, karena saat periode tersebut belum memiliki payung hukum terkait supervisi atas turunan UU nomor 19 tahun
2019 tentang perubahan kedua atas Undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan TPK.
Pada pertengahan oktober, Perpres 102 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Supervisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi baru diterbitkan 20 Oktober 2020 sebagai turunan UU nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan kedua atas
Undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan TPK mengacu pasal 10 ayat 1 dan 2.
Perbaikan kedepannya mekanisme supervisi akan disusun KPK sebagai pedoman dalam pelaksanaan supervisi
pemberantasan korupsi sehingga standarisasi yang dihasilkan memiliki dampak untuk kepastian hukum dan keadilan
juga pengembalian asset recovery oleh koruptor yang ditangani APH lain memiliki standar yang sama diantara APH.
IKU 17 : PI.4.2. % Optimalisasi Sistem Pelaporan Penanganan Perkara TPK yang Dilakukan Instansi
Terkait
IKU % Optimalisasi Sistem Pelaporan Penanganan Perkara TPK yang Dilakukan Instansi Terkait, dilakukan dengan
kegiatan monev, baik dilakukan secara langsung dengan mendatangi instansi terkait ataupun melalui surat.
Realisasi Q2 (Semester I), telah dilakukan monev sebanyak 66 (Kejati/Polda) dari target 67, capaian 98.5%
MONITORING DAN EVALUASI IMPLEMENTASI SPDP Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
ONLINE (Semester I) pada Kepolisian Daerah Kep. Bangka Belitung dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
JANUARI surat ke Polda Babel Nomor: R/339/KOR.03/20-
FEBRUARI 25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Aceh dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Kejaksaan Tinggi Kep. Bangka Belitung dan jajaran.
surat ke Polda Aceh Nomor: R/340/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. surat ke Kejati Aceh Nomor: R/338/KOR.03/20-
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Aceh dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan jajaran.
surat ke Kejati Aceh Nomor: R/343/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. surat ke Kejati Jawa Timur Nomor: R/357/KOR.03/20-
25/02/2020 tanggal 17 Februari 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Polda Jawa Timur dan jajaran.
surat ke Polda Sumut Nomor: R/335/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. surat ke Polda Jawa Timur Nomor: R/358/KOR.03/20-
25/02/2020 tanggal 17 Februari 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Kajati NTT dan jajaran.
surat ke Kejati Sumut Nomor: R/346/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. surat ke Kejati NTT Nomor: R/375/KOR.03/20-25/02/2020
tanggal 19 Februari 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Sumatera Barat dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Kapolda NTT dan jajaran.
surat ke Polda Sumbar Nomor: R/336/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. surat ke Polda NTT Nomor: R/376/KOR.03/20-25/02/2020
tanggal 19 Februari 2020
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Kejati Bali dan jajaran.
surat ke Kejati Sumbar Nomor: R/342/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. surat ke Kejati Bali Nomor: R/378/KOR.03/20-25/02/2020
tanggal 19 Februari 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Bengkulu dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Polda Bali dan jajaran.
surat ke Polda Bengkulu Nomor: R/334/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. surat ke Polda Bali Nomor: R/377/KOR.03/20-25/02/2020
tanggal 19 Februari 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Bengkulu dan jajaran. Maret
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online di
surat ke Kejati Bengkulu Nomor: R/341/KOR.03/20- Polda Jateng dan jajaran
25/02/2020 tanggal 14 Februari 2020. Kegiatan: Pendampingan penginputan dan perkembangan
penanganan perkara TPK pada data SPDP online pada
tanggal 12 Maret 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online di Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kejati Jateng dan jajaran pada Kepolisian Daerah Maluku Utara dan jajaran.
Kegiatan: Pendampingan penginputan dan perkembangan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
penanganan perkara TPK pada data SPDP online pada surat ke Polda Malut Nomor: R/911/KOR.03/20-25/05/2020
tanggal 11 Maret 2020. tanggal 26 Mei 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Jambi dan jajaran. pada Kejati Sulut dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Jambi Nomor: surat ke Kejati Sulut Nomor: R/1073/KOR.03/20-
R/930/KOR.03/20-25/05/2020 tanggal 27 Mei 2020. 25/06/2020 tanggal 11 Juni 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online
pada Kepolisian Daerah Kalimantan Timur dan jajaran. pada Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan
surat ke Polda Kalimantan Timur Nomor: R/980/ surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara
KOR.03/20-25/06/2020 tanggal 02 Juni 2020. Nomor: R/1112/KOR.03/20-25/06/2020 tanggal 18 Juni
2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur dan jajaran. Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan SPDP Online Polda Sulawesi Selatan.
surat ke Kejati Kalimantan Timur Nomor: R/967/
KOR.03/20-25/06/2020 tanggal 02 Juni 2020. Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
SPDP Online Kejati Sulawesi Selatan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Bengkulu dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan pada Kepolisian Daerah Papua dan jajaran.
surat ke Kejati Bengkulu Nomor: R/1175/KOR.03/20- Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
25/06/2020 tanggal 29 Juni 2020. surat ke Polda Papua Nomor: R/1145/KOR.03/20-
25/06/2020 tanggal 25 Juni 2020.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi sistem SPDP Online
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tanggal 24 Juni 2020. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi sistem SPDP Online pada Kejaksaan Tinggi Papua dan jajaran.
Kepolisian Daerah Jawa Barat tanggal 23 Juni 2020. Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejati Papua Nomor: R/1147/KOR.03/20-
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online 25/06/2020 tanggal 25 Juni 2020.
pada Kepolisian Daerah Kalimantan Barat dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan Juli
surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Nomor: R/1069/KOR.03/20-25/06/2020 tanggal 11 Juni pada Kejaksaan Tinggi Bengkulu pada tanggal 7 Juli
2020. 2020 terkait kendala-kendala yang dihadapi dalam
implementasi SPDP Online serta memberikan alternatif
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online solusi yang terhadap kendala tersebut.
pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan Realisasi Q4 (semester II) telah dilakukan monev sebanyak
surat kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat 61 (Kejati/Polda) dari target 67, capaian 91,04%
Nomor: R/1070/KOR.03/20-25/06/2020 tanggal 11 Juni
2020. MONITORING DAN EVALUASI IMPLEMENTASI SPDP
ONLINE (Semester II)
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online Agustus
pada Kepolisian Daerah Bali dan jajaran. September
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan Oktober
surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Bali Nomor: November
R/1071/KOR.03/20-25/06/2020 tanggal 11 Juni 2020. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Banten dan jajaran.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
pada Kejaksaan Tinggi Bali dan jajaran. surat ke Kepolisian Daerah Banten Nomor: R/2399/
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan KOR.03/20-25/11/2020 tanggal 23 November 2020.
surat kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Bali Nomor: R/1074/
KOR.03/20-25/06/2020 tanggal 11 Juni 2020. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Banten dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejaksaan Tinggi Banten Nomor: R/2400/
KOR.03/20-25/11/2020 tanggal 23 November 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan Nomor: surat ke Kejati Sumatera Utara Nomor: R/2425/
R/2397/KOR.03/20-25/11/2020 tanggal 23 November KOR.03/20-25/11/2020 tanggal 25 November 2020.
2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Utara dan jajaran.
pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Tengah dan jajaran. Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online di Kejaksaan surat ke Kejati Kalimantan Timur Nomor: R/2585/
Tinggi Kalimantan Tengah tanggal 19 November 2020. KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 15 Desember 2020.
Kegiata monitoring dan evaluasi penggunaan SPDP online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
oleh Polda Sulawesi Tenggara dan jajarannya pada 17 pada Kejaksaan Tinggi Gorontalo dan jajaran.
November 2020. Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
Kegiatan monitoring dan evaluasi penggunaan SPDP surat ke Kejati Gorontalo.
online oleh Kejati Sulawesi Tenggara dan jajarannya pada
18 November 2020. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Maluku Utara dan jajaran.
Kegiatan monitoring dan evaluasi penggunaan SPDP Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
online oleh Polda Maluku dan jajarannya pada 25 November surat ke Polda Malut.
2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi penggunaan SPDP Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
online oleh Kejati Maluku dan jajarannya pada 26 pada Kejaksaan Tinggi Maluku Utara dan jajaran.
November 2020. Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejati Malut.
Kegiatan monitoring dan evaluasi penggunaan SPDP
online oleh Polda Jawa Tengah dan jajarannya pada 30 Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
November 2020. pada Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan jajaran.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat dan jajaran. surat ke Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Nomor:
R/2760/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 30 Desember
Kegiatan: Dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi 2020.
sistem SPDP Online pada Kejati Sumatera Barat dan
jajaran tanggal 25 November 2020. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah dan jajaran.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat dan jajaran. surat ke Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah Nomor:
Kegiatan: Dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi R/2761/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 30 Desember
sistem SPDP Online pada Polda Sumatera Barat dan 2020.
jajaran tanggal 25 November 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Nomor:
R/2762/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 30 Desember
2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Sulut dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Polda Sulut Nomor: R/1072/KOR.03/20- surat ke Kejati Kepulauan Riau Nomor: R/2721/KOR.03/20-
25/06/2020 tanggal 22 Desember 2020. 25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejati Sulut dan jajaran. pada Kepolisian Daerah Lampung dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejati Sulut Nomor: R/1073/KOR.03/20- surat ke Polda Lampung Nomor: R/2723/KOR.03/20-
25/06/2020 tanggal 22 Desember 2020. 25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Metro Jaya dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Lampung dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Polda Metro Jaya Nomor: R/1129/KOR.03/20- surat ke Kejati Lampung Nomor: R/2720/KOR.03/20-
25/06/2020 tanggal 22 Desember 2020. 25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejati DKI Jakarta dan jajaran. pada Kepolisian Daerah Kalimantan Timur dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejati DKI Jakarta Nomor: R/1128/KOR.03/20- surat ke Polda Kalimantan Timur Nomor: R/2722/
25/06/2020 tanggal 22 Desember 2020. KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah NTB dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Polda NTB Nomor: R/1130/KOR.03/20-25/06/2020 surat ke Kejati Kalimantan Timur Nomor: R/2718/
tanggal 22 Desember 2020. KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejati NTB dan jajaran. pada Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejati NTB Nomor: R/1131/KOR.03/20-25/06/2020 surat ke Polda Nusa Tenggara Timur Nomor: R/2725/
tanggal 22 Desember 2020. KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Aceh dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Polda Aceh Nomor: R/1130/KOR.03/20- surat ke Kejati Nusa Tenggara Timur Nomor: R/2719/
25/06/2020 tanggal 22 Desember 2020. KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejati Aceh dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Bengkulu dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Kejati Aceh Nomor: R/1131/KOR.03/20- surat ke Kejati Bengkulu Nomor: R-2512/KOR.03/20-
25/06/2020 tanggal 22 Desember 2020. 25/12/2020 tanggal 8 Desember 2020
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kepolisian Daerah Kepulauan Riau dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Polda Kepulauan Riau Nomor: R/2724/KOR.03/20- surat ke Kejati Jawa Barat Nomor: R-2594/KOR.03/20-
25/12/2020 tanggal 23 Desember 2020. 25/12/2020 tanggal 15 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
pada Polda Jawa Barat dan jajaran. SPDP Online Kejati Kepulauan Bangka Belitung.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat ke Polda Jawa Barat Nomor: R-2597/KOR.03/20- Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
25/12/2020 tanggal 15 Desember 2020. SPDP Online Polda Kalimantan Selatan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi implementasi sistem Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
SPDP Online pada Kepolisian Daerah Riau tanggal 15 SPDP Online Kejati Kalimantan Selatan.
Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi implementasi sistem Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
SPDP Online pada Kejaksaan Tinggi Riau tanggal 22 SPDP Online Polda D.I. Yogyakarta.
Desember 2020.
Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online SPDP Online Kejati D.I. Yogyakarta.
pada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
surat kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan SPDP Online Polda Sulawesi Selatan.
Barat Nomor: R/2576/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 15
Desember 2020. Laporan kegiatan Monitoring dan Evaluasi implementasi
SPDP Online Kejati Sulawesi Selatan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online
pada Kepolisian Daerah Papua Barat dan jajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan pada Kepolisian Daerah Papua dan jajaran.
surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
Nomor: R/2579/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 15 surat ke Polda Papua Nomor: R/2589/KOR.03/20-
Desember 2020. 25/06/2020 tanggal 15 Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Papua Barat dan jajaran. pada Kejaksaan Tinggi Papua dan jajaran.
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
surat kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Papua Barat surat ke Kejati Papua Nomor: R/2588/KOR.03/20-
Nomor: R/2580/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 15 25/06/2020 tanggal 15 Desember 2020.
Desember 2020.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online pada Kepolisian Daerah Bali dan jajaran.
pada Kepolisian Daerah Jawa Timur dan jajaran. Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan surat ke Polda Bali Nomor: R/2587/KOR.03/20-25/06/2020
surat kepada Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur tanggal 15 Desember 2020.
Nomor: R/2578/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 15
Desember 2020. Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP Online
pada Kejaksaan Tinggi Bali dan jajaran.
Kegiatan monitoring dan evaluasi sistem SPDP online Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP Online berdasarkan
pada Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan jajaran. surat ke Kejati Bali Nomor: R/2586/KOR.03/20-25/06/2020
Kegiatan: Koordinasi evaluasi SPDP online berdasarkan tanggal 15 Desember 2020.
surat kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Nomor:
R/2577/KOR.03/20-25/12/2020 tanggal 15 Desember Sehubungan realisasi akhirnya menggunakan (Take last
2020. known) dengan realisasi 91,04%, maka capaian kinerjanya
91,04/70 x 100% = 130,06% atau maksimal capaian
Telah dilakukan monitoring dan evaluasi penggunaan kinerjanya adalah 120%, sebagaimana pada gambar
SPDP online oleh Kejati Jawa Tengah dan jajarannya pada dibawah.
01 Desember 2020.
Realisasi: 91,04%
Target: 70%
Capaian % Optimalisasi Sistem Pelaporan Penanganan Perkara TPK yang Dilakukan Instansi Terkait
Jumlah pelaksanaan kegiatan monev menjadi tidak menggambarkan tujuan dari IKU ini (optimalisasi sistem pelaporan).
Berdasarkan evaluasi dengan Dewan pengawas, KPK akan menganalisa pertimbangan tersebut untuk memformulasikan
kembali Manual IKU agar lebih menggambarkan optimalisasi sistem pelaporan penanganan perkara TPK.
Sasaran Strategis ini diukur dengan 1 (satu) KPI/IKU dengan data sebagai berikut:
Tabel 26. Capaian IKU pada SS Meningkatkan Efektivitas Penegakan Hukum Tipikor
Pada skala 0 s.d 100, persentase 100% menunjukkan kesempurnaan proses penindakan dalam satu periode (tahunan)
dimana seluruh input dan proses dapat diselesaikan menjadi output pada masing-masing subproses. Dengan demikian
semakin besar nilai persentase yang menunjukkan outcome berupa semakin efektif dan terintegrasinya upaya penegakan
hukum dan koordinasi antara masing-masing fungsi. Pengukuran IKU ini dihitung berdasarkan sub-komponen pada
tabel, sebagai berikut:
2 % Penyelidikan menjadi # Penyelidikan yang menjadi Penyidikan (LKTPK) Termasuk penyelidikan yang dihentikan
penyidikan (20%) # Total Penyelidikan yang diterima - (#Kasus dan yang dilimpahkan agar kuantitasnya
dihentikan + Kasus dilimpahkan) x 100% mencerminkan effort/proses.
# Perkara termasuk pengembangan
kasus (non dumas)
3 % Penyidikan menjadi # Penyidikan yang menjadi Penuntutan Penyidikan selesai apabila telah
Penuntutan (30%) # Total penyidikan x 100% pelimpahan tahap dua atau dihentikan
demi hukum
4 % Tuntutan menjadi # Tuntutan yang menjadi Putusan Tetap Mengganti istilah "conviction rate"
putusan tetap (30%) # Total penuntutan yang dilimpahkan ke x 100% ‘putusan inkracht’ diganti menjadi
Pengadilan putusan PN (controllable)
5 % putusan pengadilan # Putusan yang memperoleh kekuatan Hukum mengganti istilah "execution rate"
yang dieksekusi (10%) Tetap (Inkracht) Dihitung berdasarkan eksekusi hukuman
x 100%
# Total Jumlah Perkara yang dilimpahkan ke badan
Pengadilan
Berdasarkan sumber dari Laporan capaian kinerja penindakan, maka capaian kinerjanya tergambarkan pada Gambar,
sebagai berikut:
Target: 70%
Realisasi: 66, 62%
Gambar 50. Capaian % Penegakan
Hukum Tipikor KPK
100% 95,17%
IKU ini merupakan IKU baru dengan nama % Penegakan Hukum Tipikor yang merupakan modifikasi komposit atas
pengukuran IPH Tipikor Nasional yang dikeluarkan oleh Bappenas, adapun perbandingan trends IPH Nasional 2017-2019.
84,62 85,33
81,72
79,59 79,59
Kendala belum tercapai, selain karena pandemik, karena perubahan strategi KPK tahun 2020 yang fokus mengedepankan
case building dengan berupaya mengembalikan kerugian negara seoptimal mungkin berdasarkan RPJMN, berbeda
dengan perbandingan tahun kemarin karena standar capaiannya berdasarkan OTT, Sprinlid, Sprindik, Sprinjuk yang
kinerjanya masih sifat kegiatan, sehingga perlu dilakukan perbaikan IKU tersebut agar lebih menyasar sasaran strategis
yang berdampak menuju efektivitas penegakan Hukum Tipikor.
Tata kelola data internal dalam Penindakan perlu perbaikan termasuk rekonsiliasi data mengingat runtun perkara dan
tunggakan perkaranya masih belum terkelola dengan baik sehingga perlu waktu rekonsiliasi data, salah satu inisistif
strategisnya adalah menggunakan TI sebagai upaya KPK untuk memperbaikai tata kelola data penindakan terkelola
dengan baik.Salah satunya menerbitkan Surat Edaran Pimpinan nomor Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2021 tentang
Penggunaan Aplikasi SINERGI.
Saat ini Sinergi terus dilanjutkan untuk diimplementasikan secara penuh. Capaian saat ini sudah selesai pada DUMAS,
kemudian sebagian besar sudah bergerak di Penyelidikan dan Penyidikan. Kemudian akan diteruskan sampai dengan
Tuntutan dan eksekusi.
Secara paralel, KPK melalui Direktorat Pinda juga telah memasukkan/migrasi data Dumas dan Penindakan agar aplikasi
Sinergi dapat digunakan untuk melihat dan mencari data. Adapun progress memasukan data sebagai berikut:
a. Data Dumas dan Penyelidikan telah selesai dimasukkan (Sprin Lidik, LHP, LKTPK)
b. Pada bulan Nopember 2020 telah selesai dimasukkan data Penyidikan (Sprin Dik, SP3)
c. Pada bulan Desember 2020 telah selesai dimasukkan data Penuntutan (SprinJuk mengikuti Penyidikan -P16 dan
Sprinjuk Penyelesaian Perkara- P16a)
d. Pada Bulan Desember 2020 telah selesai dimasukkan ke data profile dari Direktorat Monitor.
Semua data penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang diterima Direktorat Pinda telah selesai dimasukkan/migrasi
ke dalam Sinergi. Untuk data barang sitaan baru bisa dimasukkan bila telah tersedia data SprinSita dan STPBB untuk
barang sitaan terkait.
Juga telah dilakukan training cara menggunakan aplikasi Sinergi dengan progress sebagai berikut:
a. Dit. Dumas telah selesai mengikuti training dan mulai menggunakan aplikasi untuk data yang baru.
b. Dit. Penyelidikan telah menyelesaikan proses training untuk kasus KPU dan Sidoarjo. Selanjutnya training dengan
memasukkan masing-masing 1 kasus ke dalam Sinergi. Sampai dengan akhir 23 Desember 2020, 5(lima) dari
8(delapan) satgas berhasil menyelesaikan seluruh tahapan pelatihan/pendampingan, kecuali Satgas lidik 02, 06 dan
08.
c. Dit Penyidikan masih dalam proses training untuk kasus KPU dan Sidoarjo, beberapa kali jadwal terpaksa dibatalkan
karena tim ada penugasan yang tidak dapat ditinggalkan.
d. Training Unit Labuksi dan Dit. Penuntutan belum bisa dimulai karena data awalnya belum ada (dari Dit Penyidikan)
Perbaikan kedepannya KPK akan memperbaiki IKU untuk meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Penindakan Tindak
Pidana korupsi seperti Jumlah Perkara TPK melalui TPPU/Korporasi, % sentencing rate [(Akurasi tuntutan yang akan
diukur terdiri dari elemen tuntutan yakni: (1) Lamanya Pidana badan, (2) Nilai denda, (3) Nilai uang pengganti dan/atau
rampasan; yang dikabulkan dan ditetapkan hakim pada tingkat pertama (Pengadilan Negeri TPK).], Indeks Efisiensi
Penanganan Tindak Pidana Korupsi selain % Asset recovery.
Perspektif Kapabilitas Organisasi dalam Arah Kebijakan KPK tahun 2020 terdiri atas 4 (empat) sasaran strategis dengan
11 (sebelas) KPI. Sampai dengan Desember 2020 capaian atas perspektif ini sebesar 102,64% (“Baik Sekali”). Nilai ini
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2019 yakni 84,75% ((95,40%+75%)/2)) pada perspektif Learning & Growth dan
Keuangan, sehingga peningkatannya adalah sebesar 21,11%. Adapun secara detail kondisi capaian setiap IKU yang ada
pada perspektif ini seperti penjelasan berikut.
Tabel 28. Capaian IKU pada SS Menyederhanakan dan Penataan Regulasi yang Efektif
IKU 19 : KO.1.1 % Penyusunan Kebijakan dan Produk Hukum Eksternal untuk Penguatan KPK
IKU dihitung Jumlah penyusunan kebijakan dan produk hukum eksternal untuk penguatan KPK diukur dengan
keikutsertaan KPK dalam menyelesaikan rancangan produk hukum eksternal (Rancangan Peraturan Pemerintah,
Rancangan Peraturan Presiden, dan rancangan regulasi lainnya) untuk penguatan KPK.
Persentase kebijakan dan produk hukum eksternal yang diselesaikan untuk penguatan KPK dibandingkan jumlah
kebijakan dan produk hukum eksternal yang diusulkan berdasarkan skala prioritas atau berdasarkan proleg KPK, apabila
dalam tahun berjalan terdapat usulan peraturan eksternal maka dapat dihitung sesuai urgensi dan pertimbangan yang
kuat.
Formulasi perhitungannya adalah Jumlah penyelesaian peraturan eksternal yang ditindaklanjuti dan diselesaikan oleh
Biro Hukum sesuai perencanaan proleg KPK (1 Tahun maksimal 5 Produk Hukum yang ditetapkan)
Peraturan yang telah selesai sampai akhir tahun 2020:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pengangkatan Ketua dan Anggota Dewan Pengawas
(diundangkan pada tanggal 20 Januari 2020).
2. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2020 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Lainnya Bagi Ketua dan Anggota
Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (diundangkan tanggal 23 April 2020).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2020 tentang Pengalihan Pegawai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Menjadi Pegawai Aparatur Sipil Negara (diundangkan tanggal 27 Juli 2020).
4. Peraturan Presiden Nomor 102 tahun 2020 tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan korupsi. (diundangkan
tanggal 20 Oktober 2020).
Semula Realisasi 4 regulasi eksternal (80%) yang telah diterbitkan untuk pengutan KPK dari target 5 regulasi eksternal
(100%). Berdasarkan catatan evaluasi kinerja dalam REK/RTK KPK-Wide Triwulan IV 2020, yang diakui oleh Dewas KPK
hanya Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2020 dan Peraturan Presiden Nomor 102 tahun 2020 karena inisiatif KPK.
Sehingga Capaian IKU ini dikoreksi menjadi 2 regulasi eksternal (40%) capaian kinerjanya yang dihitung adalah inisiatif
regulasi dari KPK.
Target: 100%
40 %
Capaian % Penyusunan Kebijakan dan Produk Hukum Eksternal untuk Penguatan KPK
IKU ini belum mencapai target, sebagai bahan evaluasi KPK, KPK melalui Sekretaris Jenderal dan Biro HUkum akan
menajamkan perencanaan proleg KPK setiap tahunnya, khususnya regulasi inisiatif KPK berdasarkan skala prioritas
atas target kebijakan dan produk hukum untuk penguatan KPK dapat terukur dan terealisasi dengan baik sesuai dengan
rencana.
Persentase kebijakan/regulasi dan produk hukum internal KPK termasuk harmonisasi yang diselesaikan dibandingkan
jumlah keseluruhan kebijakan/regulasi dan produk hukum internal KPK yang diusulkan berdasarkan skala prioritas.
beserta laporan kemajuan harmonisasi regulasi dan produk hukum internal KPK.
Sampai dengan akhir tahun 2020, jumlah peraturan internal KPK yang telah selesai adalah 17 peraturan, yaitu:
1. Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi.
2. Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tata
Cara Penegakan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Dewan Pengawas, Pimpinan, dan Pegawai Komisi Pemberantasan
Korupsi.
3. Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Tata
Cara Pemeriksaan Dan Persidangan Pelanggaran Kode Etik Komisi Pemberantasan Korupsi.
4. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pemberian Gaji Keempat Belas Tahun 2020
bagi Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi.
5. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi
Pemberantasan Korupsi Nomor 07 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman, dan Pemeriksaan
Harta Kekayaan Penyelenggara Negara.
6. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 3 Tahun 2020 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum Komisi Pemberantasan Korupsi.
7. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 4 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Komisi Pemberantasan
Korupsi Tahun 2020 – 2024.
8. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pemberian Gaji Ketiga Belas Tahun 2020
kepada Dewan Pengawas dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi.
9. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 6 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi.
10. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 7 Tahun 2020 tentang tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Pemberantasan Korupsi.
11. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 8 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian
Penyelidik dan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi.
12. Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 1 Tahun 2020 tentang Penegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 di Lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi.
13. Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penggunaan Tanda Tangan
Elektronik.
14. Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 3 Tahun 2020 tentang Kebijakan Internal Tata Kelola
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
15. Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kebijakan Internal Layanan
Administrasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
16. Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 5 Tahun 2020 tentang Kebijakan Layanan Publik Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik.
17. Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perjalanan Dinas di Lingkungan
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Target Tahunan 100% = 12
Realisasi pada TW IV = 17 dari 12 (17/12x100%)
= 141,67%
Capaian kinerjanya maksimalnya adalah 120%, sebagaimana pada gambar 3.27.
Realisasi: 141,67%
120%
Target: 100%
100%
Tantangan kedepannya masih banyak perbaikan regulasi internal yang perlu diharmonisasi dan disesuaikankan
khususnya pada pada aspek regulasi penataan SDM dan penataan Organisasi yang merupakan dampak dari perubahan
SOTK KPK yang ditetapkan pada Peraturan KPK Nomor 7 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK dan regulasi
teknisnya yang tujuannya untuk pengaturan internal KPK sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
Sasaran Program 10: KO.2. Membentuk Sumber Daya Manusia Berkinerja Optimal dan Meningkatnya
Reputasi Organisasi
Sasaran ini ditetapkan dengan mengingat amanat perubahan Undang-Undang KPK. Di antara pengukuran yang dianggap
strategis adalah pengukuran MSDM KPK sebagai ASN serta pengukuran terhadap reputasi organisasi mengingat cukup
tingginya penolakan public saat disahkannya perubahan UU KPK di tahun 2019. Dalam konsep BSC Sasaran strategis ini
juga dikenal dengan tematik Human Capital dan reputasi organisasi.
Sasaran ini diukur dengan 3 (tiga) IKU/KPI dengan resume realisasi dan capaian di tahun 2020 sebagai berikut:
Tabel 29. Capaian IKU pada SS Membentuk Sumber Daya Manusia Berkinerja Optimal dan
Meningkatnya Reputasi Organisasi
KO.2. Membentuk Sumber Daya Manusia Berkinerja Optimal dan Meningkatnya Reputasi Organisasi
INDIKATOR KINERJA TARGET 2020 REALISASI 2020 CAPAIAN KINERJA 2020
KO.2.1 Nilai Sistem Merit KPK 250 289 115,60%
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil
dan wajar tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur atau kondisi kecacatan (Pasal 1 Butir 5 Peraturan KASN nomor 9 Tahun 2019 tentang). Penilaian dilakukan pada
8 (delapan) area, yakni: (1) Perencanaan Kebutuhan, (2) Pengadaan, (3) Pengembangan Karier, (4) Promosi & Mutasi, (5)
Manajemen Kinerja, (6) Penggajian, Penghargaan & Disiplin, (7) Perlindungan & Pelayanan, dan (8) Sistem Informasi.
Capaian IKU ini pada tahun 2020 adalah sebesar 115,60% yang didapat dari perbandingan target sebesar 250 dan
realisasi sebesar 289. Nilai Indeks Sistem Merit tersebut bukanlah nilai final, melainkan hasil verifikasi awal dari KASN
yang diterima oleh Biro SDM KPK pada tanggal 13 Januari 2021. Selanjutnya, Biro SDM masih harus melengkapi bukti-
bukti tambahan untuk diajukan kembali dalam verifikasi lanjutan di aplikasi SIPINTER pada tabel Hasil Penilaian Merit
Sistem KPK (Verifikasi KASN) disamping.
1 Ketersediaan rencana pengadaan ASN Seluruh rencana Rekrutmen 2 3 0 Berdasarkan rencana pemenuhan kebutuhan tahun 2018-2020 0
untuk tahun berjalan; dan Seleksi Pegawai KPK sudah pada aspek 1.4. maka, mohon disampaikan data/dokumen
dilaksanakan berdasarkan Anjab dan rencana pengadaan pegawai (formasi real) berdasarkan Anjab
ABK sesuai dengan kebutuhan dan ABK dilakukan setiap tahun secara terinci dari tahun 2018
s.d 2020.
2 Ketersediaan kebijakan internal (Permen/ KPK memiliki Regulasi Internal 2 4 4 Sudah memiliki kebijakan internal terkait pengadaan ASN yang 8
Perka Lembaga/ Pergub/ Perbup/ yang mengatur tentang Tata Cara mengatur tentang tata cara pengadaan pegawai dan diperbarui
2 Pengadaan Perwal) terkait pengadaan ASN secara melakukan Rekrutmen dan Seleksi sesuai kebutuhan dan dilaksanakan secara konsisten yaitu
terbuka, kompetitif, transparan dan tidak Pegawai dan diperbaharui sesui SOP / Prosedur Operasi Baku Rekruetmen dan Seleksi yang
diskriminatif; dengan kebutuhan dilakukan secara terbuka untuk Pegawai Tetap yang telah
diperbarui sesuai kebutuhan pada tahun 2006, 2008 dan 2014
dan telah dilaksanakan secara konsisten.
3 Pelaksanaan penerimaan ASN dilakukan Seluruh Proses Rekrutmen dan 2 4 0 Data Tambahan Dokumen/data hasil setiap tahapan seleksi 0
secara terbuka, kompetitif, transparan Seleksi Pegawai KPK dilakukan secara hingga penetapan hasil penerimaan calon pegawai yang
dan tidak diskriminatif; Obyektif dan Transparan dilakukan secara obyektif, kompetitif, dan tidak diskriminatif.
20
91
92
Nilai Tim Nilai Tim Nilai
No Aspek Sub-Aspek Kondisi Saat Ini Bobot Catatan Sub-Aspek
20
4 melaksanakan Induksi kepada 2 4 2 berkala setelah penempatan? Data Tambahan 1. Bukti Surat 4
bagi CPNS;
pegawai sesuai dengan standar yang Tugas dan sertifikat induksi latsar 2. Dokumen Program
ditentukan, serta melakukan evaluasi. Bangkom lainnya 3. Bukti evaluasi setelah penempatan
1 Ketersediaan Standar Kompetensi 1. KPK sudah memiliki standar 5 0 3 Sudah menetapkan Perkom Nomor 05 Tahun 2016 tentang 15
Jabatan (manajerial, teknis dan sosial kompetensi perilaku yang meliputi Kamus Kompetensi Perilaku Penasihat dan Pegawai KPK.
kultural) untuk setiap jabatan; aspek kompetensi manajerial dan Perkom tersebut mengatur secara rinci komponen didalam
fungsi untuk setiap jabatan (Admin, standar kompetensi Jabatan untuk 404 (Empat Ratus Empat)
Spesialis, dan Struktural) 2. KPK Jabatan yang dirinci sebagai berikut a. 7 (Tujuh) Kompetensi
sudah memiliki Standar Kompetensi Inti (50%), b. 5 (Lima) Kompetensi Umum ( 25%) c. 4 (Empat)
Teknis Kompetensi Kepemimpinan dan 7 (Tujuh) Kompetensi Fungsi
(25%) Apakah terdapat Kompetensi Sosiokultural?
2 Ketersediaan profil pegawai yang KPK memiliki pemetaan kompetensi 5 3 3 Sudah tersedia profil pegawai berdasarkan pemetaan talenta/ 15
disusun berdasarkan pemetaan talenta/ untuk seluruh pegawai yang kompetensi untuk seluruh pegawai.
kompetensi; diperbaharui jika pegawai terkait
melakukan re-asesmen untuk
keperluan promosi
3 Ketersediaan Talent Pool yang disusun KPK telah memiliki Talent Pool untuk 5 4 4 Sudah tersedia Talent Pool berdasarkan pemetaan kinerja dan 20
berdasarkan pemetaan kompetensi seluruh pegawai potensi untuk seluruh pegawai (Data Excel) Data Tambahan -
Pengembangan manajerial dan hasil penilaian kinerja; pedoman/ketentuan penyusunan Talent pool
3
Karir
4 Ketersediaan rencana suksesi yang - 2,5 0 0
telah sesuai dengan standar kompetensi
teknis jabatan dengan mempertimbang-
kan pola karir instansi;
5 Ketersediaan informasi tentang KPK memiliki gap kompetensi untuk 2,5 3 3 Sudah tersedia analisis kesenjangan kualifikasi dan kompetensi 7,5
kesenjangan kualifikasi dan kompetensi sebagian besar pegawai untuk seluruh pegawai (data excel)
pegawai;
6 Ketersediaan informasi tentang KPK melakukan Penilaian Kinerja 2,5 4 4 Sudah tersedia informasi kesenjangan kinerja untuk seluruh 10
kesenjangan kinerja; Tahunan dan melakukan Evaluasi pegawai dan diperbarui secara berkala. Apakah tersedian
pegawai yang mendapatkan nilai akhir analisis nya?
dibawah target yang ditentukan
7 Ketersediaan strategi dan program untuk KPK menggunakan metode CMC untuk 2,5 1 1 Sudah tersedia strategi pengembangan kompetensi dan kinerja 2,5
mengatasi kesenjangan kompetensi pengembangan Kompetensi & Kinerja pegawai menggunakan metode CMC (Coaching, Mentoring
dan kinerja dalam rangka peningkatan untuk jangka pendek dan Counseling) dalam jangka pendek (1 tahun). Apakah sudah
kapasitas ASN; menyusun dokumen HCDP ?
Nilai Tim Nilai Tim Nilai
No Aspek Sub-Aspek Kondisi Saat Ini Bobot Catatan Sub-Aspek
Instansi Verifikasi Akhir
1. KPK memiliki Program Diklat
Mohon Data/Dokumen penyelenggaraan berbagai jenis
(Calender of Training) yang disusun
Diklat sesuai dengan Strategi dan Program Pengembangan
Penyelenggaraan Diklat untuk mengatasi berdasarkan Training Need
8 2,5 3 0 Kompetensi berdasarkan metode CMC kepada Pegawai yang 0
kesenjangan; Asessment (TNA) 2. Kalender Diklat
memiliki kesenjangan kompetensi dan kinerja pada sub aspek
Pegawai dapat diakses melalui situs
3.7.
internal Portal KPK
1 Penyusunan dan penetapan kebijakan 1. Penataan Karir di KPK dilaksanakan 5 3 0 Pola Karier berisi ketentuan yang terkait dengan unsur-unsur 0
internal (Permen/ Perka Lembaga/ mengacu Perpim No 01 Tahun 2019 pola karier seperti persyaratan menduduki Jenis jabatan (JPT,
Pergub/ Perbup/ Perwal) tentang pola Tentang Penataan Karier di KPK Administrasi dan fungsional) yaitu Pendidikan formal, diklat,
karir; 2. Bentuk-bentuk penataan karier masa kerja, penilaian prestasi kerja, golongan/pangkat.
sebagaimana dimaksud terdiri atas:
Rotasi, Mutasi, Promosi, Demosi, dan
Detasering (Pasal 2 ayat 2)
2 Ketersediaan kebijakan internal KPK sudah menerapkan kebijakan 2,5 3 3 Sudah menetapkan kebijakan internal yang diatur dalam 7,5
(Permen/ Perka Lembaga/ Pergub/ internal untuk pengisian JPT melalui Peraturan Pimpinan KPK Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penataan
Perbup/ Perwali) tentang pengisian JPT tata cara promosi secara terbuka yang Karier yang didalamnya diatur mengenai rotasi, mutasi,
secara terbuka serta promosi dan mutasi mengacu pada talent pool promosi dan demosi serta detasering. khusus untuk promosi
Promosi dan dengan mengacu pada talent pool dan mengacu kepada Seleksi Terbuka dan mekanisme manajemen
4
Mutasi rencana suksesi; talenta. Data Tambahan Ketentuan mengenai tata cara
Promosi, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
3 Pelaksanaan kebijakan pengisian JPT, 1. KPK sudah melaksanakan proses 2,5 4 4 Sudah melaksanakan pengisian JPT Madya Sekretaris Jenderal 10
Jabatan Administrasi (Administrator Pengisian JPT secara terbuka dan KPK melalui mekanisme seleksi terbuka yang kompetitif pada
dan Pengawas) secara terbuka dan komptetitif di tingkat Nasional 2. KPK tingkat Nasional. Data Tambahan Bukti pengisian Jabatan
kompetitif; membuka kesempatan pada WNI Administrator dan Pengawas dengan metode assessment;
yang berstatus sebagai Aparatur Sipil
Negara (ASN) ataupun non-ASN yang
memiliki kepakaran, integritas, dan
komitmen tinggi dalam mendukung
pemberantasan korupsi.
terukur dan diturunkan dari Rencana Kontrak Kinerja Individu sesuai yang diturunkan dari Rencana Strategis organisasi dengan
Strategis organisasi; dengan aturan yang berlaku di Komisi menerapkan model pengelolaan kinerja dengan Balance
Scorecard (BSC).
20
93
94
Nilai Tim Nilai Tim Nilai
No Aspek Sub-Aspek Kondisi Saat Ini Bobot Catatan Sub-Aspek
20
%) + penilaian kompetensi perilaku dalam Peraturan KPK Nomor 11 Tahun 2018 tentang Sistem
Penggunaan metode penilaian kinerja (50%) 2. Penilaian Hasil kerja dinilai Penilaian Penasihat dan Pegawai KPK. Adapun metode yang
2 5 4 4 20
yang obyektif; oleh Atasan dan Atasan dari Atasan digunakan yaitu penilaian hasil kerja dengan pendekatan
Langsung 3. Penilaian Kompetensi Balanced Scorecard dan penilaian kompetensi perilaku dengan
dilakukan multirater 360 derajat, pendekatan penilaian berbasis 360° (tiga ratus enam puluh
Akuntabilitas Kinerja
1 Kebijakan internal instansi tentang 1. KPK memperhitungkan besaran 2,5 4 4 Tunjangan kinerja sudah memperhitungkan hasil penilaian 10
pembayaran tunjangan kinerja Tunjangan Kinerja berdasarkan kinerja sebagai faktor yang utama disamping disiplin kerja
berdasarkan hasil penilaian kinerja; hasil kinerja (Penilaian Hasil Kerja + sebagaimana diatur dalam Peraturan KPK Nomor 10 Tahun 2010
Penilaian Kompetensi Perilaku) tentang Pemberian Insentif Kinerja berdasarkan Hasil Penilaian
Kinerja dan Penetapan Besaran Insentif bagi Penasehat dan
Pegawai KPK.
Penggajian,
6 Penghargaan dan 2 Ketersediaan kebijakan internal (Permen/ 1. KPK memiliki kebijakan pemberian 2,5 4 4 Sudah menetapkan kebijakan internal untuk memberi 10
Disiplin Pergub/ Perbup/ Perwali) untuk memberi penghargaan kepada pegawai penghargaan kepada pegawai berprestasi (finansial) dan sudah
penghargaan yang bersifat finansial yang berkinerja sesuai dengan dilaksanakan secara periodik (terjadwal).
dan non-finansial terhadap pegawai peraturan komisi no 11 tahun 2018. 2.
berprestasi; Penghargaan yang diberikan bersifat
financial dengan skema tahunan dan
bulanan sesuai dengan peraturan
komisi no 10 tahun 2010
Nilai Tim Nilai Tim Nilai
No Aspek Sub-Aspek Kondisi Saat Ini Bobot Catatan Sub-Aspek
Instansi Verifikasi Akhir
Sudah menetapkan peraturan terkait kode etik dan kode
perilaku yaitu 1. Peraturan Dewan Pengawas Nomor 01
Tahun 2020 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku KPK 2.
Peraturan Dewan Pengawas Nomor 02 Tahun 2020 tentang
1. KPK memiliki peraturan/regulasi Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku KPK 3. Peraturan
tentang kode etik dan kode perilaku. Dewan Pengawas Nomor 03 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Kebijakan internal instansi tentang
2. Regulasi mengenai Kode Etik dan Pemeriksaan Persidangan Pelanggaran Kode Etik. Selanjutnya,
3 penegakan disiplin, kode etik dan kode 2,5 4 4 10
Pedoman Perilaku, Penegakan, dan Tim Penegakan Kode Etik yaitu Majelis Kehormatan Kode Etik
perilaku ASN di lingkungan instansinya;
Tata Cara Persidangan di perbaharui yang selanjutnya disingkat MKKE adalah majelis yang bersifat
dalam Aturan PERDEWAS Tahun 2020 ad hoc, dibentuk oleh Dewan Pengawas untuk menyidangkan
dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Komisi yang dilakukan Insan KPK. Data Tambahan Bukti
Sosialisasi secara berkala dan berbagai kegiatan dalam rangka
Internalisasi Nilai-nilai Kode Etik dan Pedoman Perilaku
KPK memiliki database terkait Database terkait penegakan disiplin, pelanggaran kode etik dan
Pengelolaan data terkait pelanggaran
pelanggaran disiplin, pelanggaran kode perilaku terintegrasi dalam Human Resources Information
4 disiplin, pelanggaran kode etik dan kode 2,5 3 3 7,5
kode etik dan kode perilaku dalam System (HRIS) KPK namun belum terintegrasi dengan Sistem
perilaku yang dilakukan pegawai;
Sistem Informasi Kepegawaian HRIS Informasi Kepegawaian Nasional (BKN);
1 Kebijakan perlindungan untuk pegawai KPK memiliki perlindungan diluar yang 2 4 4 Sudah menetapkan kebijakan perlindungan kepada pegawai 8
(diluar dari jaminan kesehatan, jaminan diselenggarajan nasional seperti: 1. dan telah dilaksanakan secara regular/terjadwal yaitu
kecelakaan kerja, program pensiun, yang Asusransi Kesehatan untuk pegawai Keputusan Keputusan Sekretaris Jenderal KPK Nomor 812
diselenggarakan secara nasional); dan keluarga pegawai 2. Tunjangan Tahun 2020 tentang tentang Tunjangan Asuransi Kesehatan
Hari Tua (dikelola oleh pihak ketiga, dan Jiwa bagi Pimpinan, Dewan Pengawas dan Pegawai KPK
BNI Life/ Jiwasraya) Tahun 2020. Selanjutnya juga sudah mengatur pemberian
tunjangan kepada Pegawai yang pensiun yaitu Peraturan KPK
Nomor 02 Tahun 2018 tentang Tunjangan Hari Tua Penasihat
Perlindungan dan dan Pegawai KPK. Apakah ada kebijakan Perlindungan Hukum/
7
Pelayanan Layanan pendampingan Hukum bagi Pegawai KPK?
2 Penyediaan fasilitas untuk memberi KPK memiliki sistem pelayanan 2 4 4 Sudah menyediakan sistem pelayanan keuangan (Informasi 8
kemudahan bagi pegawai yang keuangan (Informasi Gaji, Tunjangan, Gaji, Tunjangan, SPT Pajak), pelayanan kepegawaian lain
membutuhkan pelayanan administrasi; SPT Pajak), pelayanan kepegawaian seperti pencatatan kehadiran (bisa dilakukan online dengan
lain seperti pencatatan kehadiran PC/Mobile), permohonan Cuti, dll yang terintegrasi dalam satu
(bisa dilakukan online dengan PC/ platform HRIS KPK.
Mobile), permohonan Cuti, dll yang
terintegrasi dalam satu platform HRIS
1 Pembangunan Sistem Informasi 1. KPK sudah membangun sistem 2 4 4 Sudah membangun sistem Informasi kepegawaian berbasis 8
Kepegawaian yang berbasis online Informasi kepegawaian berbasis online dengan aplikasi HRIS (Human Resources Information
yang terintegrasi dengan sistem online dengan aplikasi HRIS (Human System). Data dalam HRIS tersebut dikelola secara realtime.
penilaian kinerja, penegakan disiplin dan Resources Information System) Adapun pegawai dapat melakukan pembaharuan data secara
pembinaan pegawai; 2. Data dalam HRIS adalah data mandiri (misal status pernikahan, data tempat tinggal, dll)
realtime 3. Pegawai dapat melakukan namun verifikasi tetap di lakukan oleh Biro SDM. Dalam
pembaharuan data secara mandiri HRIS KPK juga sudah tersedia fitur sistem penilaian kinerja,
95
dispilin yang dilakukan oleh pegawai
96
Nilai Tim Nilai Tim Nilai
No Aspek Sub-Aspek Kondisi Saat Ini Bobot Catatan Sub-Aspek
20
4 Pembangunan dan penggunaan 1. KPK sudah menggunakan sistem 2 2 4 Pada Sub-aspek ini lebih menekankan kepada skala 8
asessment center dalam pemetaan penilaian kompetensi seluruh pegawai penggunaan assesment center sebagai alat penilaian
kompetensi dan pengisian jabatan (tidak hanya terbatas pada JPT, kompetensi seluruh pegawai di lingkungan Instansi.
berbasis teknologi informasi; administrator dan pengawas) dengan
memanfaatkan asesment center 2.
Asesment center dilakukan oleh pihak
ke-3 yang dinyatakan telah memenuhi
kualifikasi dalam lelang penyedia jasa
namun tetap dengan pemantauan
KPK kecuali untuk proses seleksi
administrasi dan wawancara unit kerja
terkait 3. Syarat Kelulusan Asesmen
ditetapkan oleh KPK (KEP 150)
Secara garis besar capaian kinerja Nilai Sistem Merit KPK memperoleh 286 (baik) dari target 250, sebagaimana pada
Gambar dibawah.
Realisasi: 286
Target: 250
Gambar 54. NIlai Sistem Merit KPK
115,60%
100%
NIlai Sistem Merit KPK
IKU ini merupakan IKU yang baru diambil pada tahun 2020 sehingga tidak dapat dibandingkan capaiannya dengan tahun
lalu. Indeks Sistem Merit juga diambil sebagai persiapan KPK dalam proses transformasi pegawainya menuju ASN.
Perbaikan terkait unsur merit sistem yang harus dipenuhi dalam Penataan SDM menuju transisi ASN baik secara regulasi
dan implementasi termasuk evaluasinya, sebagai berikut:
1. Penyesuaian regulasi berdasarkan aspek:
a. Perencanaan kebutuhan SDM,
b. Pengadaan SDM
c. Pengembangan Karir
d. Promosi Mutasi
e. Manajemen Kinerja (pengelolaan kinerja individu)
f. Penggajian, Penghargaan dan Disiplin
g. Perlindungan dan Pelayanan
h. Sistem Informasi
2. Perhitungan ABK (analisa beban kerja) berdasarkan SOTK baru untuk pemenuhan pegawai termasuk strategi SDM
mengatasi beban kerja unit kerja yang timpang;
3. Ketersediaan Rencana Rekrutmen dan Seleksi Pegawai KPK sudah dilaksanakan berdasarkan Anjab dan ABK sesuai
dengan kebutuhan organisasi KPK.
4. Ketersediaan kebijakan internal (regulasi) untuk memberi penghargaan yang bersifat finansial dan non-finansial
terhadap pegawai berprestasi;
5. Ketersediaan kebijakan internal (regulasi) terkait pengadaan ASN secara terbuka, kompetitif, transparan dan tidak
diskriminatif termasuk regulasi manajemen talenta dan mekanisme dan kriteria talent pool yang transparan;\
6. Ketersediaan rencana suksesi yang telah sesuai dengan standar kompetensi teknis jabatan dengan
mempertimbangkan pola karir instansi;
7. Ketersediaan HCDP (Human Capitol Development Plan) KPK.
8. Penyesuaian Standar Kompetensi Jabatan dengan nomenklatur jabatan baru.
9. Penyesuaian Program Diklat (Calender of Training) dan Kalender Diklat Pegawai yang disusun berdasarkan Training
Need Asessment (TNA) jenis Diklat sesuai dengan Strategi dan Program Pengembangan Kompetensi berdasarkan
metode CMC kepada Pegawai yang memiliki kesenjangan kompetensi dan kinerja.
10. Pemutakhiran data kepegawaian KPK pengolahan data dan pemanfaatannya belum dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan KPK di bidang SDM.
2. Manajemen portofolio (Pegawai dari Unit kerja yang menjalankan peran sebagai Narsum Diklat/Asessor/SME
Kurikulum/Modul/ Bank Soal).
Tabel 31. Jumlah peserta pegawai per unit eselon I yang mengikuti pelatihan dan pembelajaran (1 kali)
1186
TOTAL
Kedeputian INDA Kedeputian PIPM Setjen Kedeputian Kedeputian
243 126 216 Pencegahan Penindakan
278 323
Jumlah Peserta per unit eselon I
% P es e r ta y a n g m en g ik u � p em b ela j a r a n d a n p ela �h a n ( 1 x)
INDA
Penindakan
21%
27%
PIPM
11%
Pencegahan Setjen
23% 18%
2. Manajemen portofolio (Pegawai dari Unit kerja yang menjalankan peran sebagai Narsum Diklat/Asessor/SME
Kurikulum/Modul/ Bank Soal)
Dari total 48 unit kerja (struktural/non-struktural) setingkat eselon I, eselon II, eselon III berdasarkan Perkom 3
Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja, bahwa unit kerja yang telah berkontribusi menjadi narasumber dalam
pelatihan dan pembelajaran internal sejumlah 31 unit Kerja yang mengirimkan perwakilan sebagai narasumber dari
total 48 unit kerja, sehingga capaian kinerjanya 31/48 x 100% = 64,58%, unit kerja tersebut Tabel sebagai berikut:
5. Unit Kerja Korwil (Pencegahan/ Penindakan) Alur Kerja dan Tupoksi Unit Kerja Korsupgah/Korsupdak
7. Dit. PP LHKPN Alur Kerja dan Tupoksi Dit PP LHKPN Bimtek LHKPN
8. Dit. Gratifikasi Alur Kerja dan Tupoksi Dit Gratifikasi | Bimtek Gratifikasi
19. Bagian Perencanaan Strategis, Organisasi, dan Tata Laksana Visi Misi & Renstra KPK
20. Bagian Anggaran Alur Kerja dan Tupoksi Biro Perencanaan dan Keuangan
Sehingga capaian kinerja Rumusan rerata (1a + 1b) + 2 dibagi 2= (72,14%) + (64,58%) dibagi 2
Realisasi = 68,36%, Realisasi 68,36% dari target 70%, maka capaian kinerjanya 97,66%, sebagaimana pada gambar
dibawah.
Target 70%
Realisasi 68,36%
100%
SDM KPK
97,66%
KPK akan melakukan evaluasi pengukuran meliputi pendidikan, pelatihan maupun pembelajaran untuk tahun 2021,
agar penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran tidak hanya fungsi penyelenggaraannya saja namun sesuai
kebutuhan unit kerja yang diperhitungkan.
Selain itu KPK perlu melakukan penyesuaian Program Diklat (Calender of Training) dan Kalender Diklat Pegawai yang
disusun berdasarkan Training Need Asessment (TNA) jenis Diklat sesuai dengan Strategi dan Program Pengembangan
Kompetensi berdasarkan metode CMC kepada Pegawai yang memiliki kesenjangan kompetensi dan kinerja.
Selain itu diharapkan setiap melakukan pelatihan/pembelajaran kedepannya dilakukan evaluasi dengan pengukuran
tingkat kompetensi setiap pegawai sebelum dan setelah mengikuti pelatihan dan pembelajaran pada unit kerjanya
sebagai bahan evaluasi efektivitas dan efisiensi penyelenggaran diklat itu sendiri untuk kebermanfaatan pegawai
dan organisasi KPK.
Nilai capaian IKU ini pada akhir tahun 2020 adalah 94,75% yang didapat dari nilai realisasi sebesar 3,79 dibandingkan
dengan target kinerja 4. Nilai ini didapat dari hasil survei yang dilakukan oleh pihak eksternal, dalam hal ini dilakukan oleh
tim dari Universitas Paramadina Jakarta. Proses survei dilakukan dalam kurun waktu dua bulan, mulai 1 Oktober 2020
sampai dengan 30 November 2020. Hasil survei diterima oleh Biro Humas KPK pada tanggal 30 November 2020. Setelah
dilakukan presentasi pada tanggal 3 Desember 2020, laporan akhir survei ini diserahkan kepada Biro Humas KPK pada
tanggal 14 Desember 2020.
Survei persepsi publik terhadap pemberitan KPK tahun ini memiliki empat tujuan, yakni untuk mengetahui perilaku
konsumsi media masyarakat Indonesia saat ini, pengunaan media sebagai sumber informasi dan pemberitaan tentang
KPK, persepsi masyarakat terhadap pemberitaan KPK di tahun 2020, dan Reputasi KPK berdasarkan pemberitaan
media massa di tahun 2020.Adapun indeks persepsi publik terhadap pemberitaan KPK tahun ini adalah 3,79, menurun
dari tahun lalu 3,95.
Realisasi 3,79 dari target 4 sehingga realisasinya adalah 94,75% sebagaimana pada gambar disamping.
Target: 4,00
Realisasi: 3,79
100% 94,75%
Berdasarkan Pemberitaan dan Publikasi
Indeks Persepsi Publik atas Pemberitaan Media Massa dan Publikasi KPK pada tahun 2019 mendapatkan nilai 3,95. Nilai
tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai yang didapatkan pada tahun ini. Hal ini dimungkinkan karena proses
transformasi KPK sebagai akibat dari perubahan atas UU KPK. Selain itu, survey pada tahun ini juga dilakukan sebelum
adanya OTT pada akhir tahun 2020 sehingga menyebabkan realisasi pada tahun ini lebih rendah 0,16 dibandingkan
realisasi pada tahun lalu. Berikut adalah tabel hasil Survei Persepsi Publik berdasarkan Pemberitaan dan Publikasi tahun
2015-2020:
Tabel 33.Hasil Survei Persepsi Publik berdasarkan Pemberitaan dan Publikasi tahun 2015-2020
Skala 1-5
Pernyataan
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Basis Responden 1.203 1.200 1.200 1.200 1.200 1.560
Perlu Proteksi lebih besar terhadap KPK 4,29 3,99 4,03 4,05 4,07 -
OTT KPK sesuai prosedur dan memuaskan 3,89 3,91 3,98 4,01 4,00 3,29
Lembaga hukum yang paling dipercaya 3,59 3,81 3,87 3,98 3,96 3,76
KPK Fokus pada penanganan kasus - 3,79 3,88 3,96 3,95 3,70
KPK Tidak pandang bulu 3,79 3,75 3,84 3,93 3,94 3,91
KPK tidak pernah salah dalam menetapkan tersangka - 3,7 3,79 3,9 3,92 4,11
KPK tidak dikendalikan invisible hands - 3,68 3,72 3,88 3,91 4,1
Kedepannya KPK akan berusaha memperbaiki gap unsur nilai yang perlu ditingkatkan, selain itu KPK berupaya
meningkatkan sasaran reputasi organisasi dimaksud dengan penguatan brand positioning KPK, peningkatan kualitas
komunikasi dan layanan serta optimalisasi pelaksanaannya melalui:
1. Penyampaian informasi KPK yang bersifat positif, meredam informasi negatif, respon balik obyektif atas opini
negatif, komunikasi massa;
2. Optimalisasi pengelolaan pelayanan informasi publik, pemberitaan, dan publikasi kepada pihak eksternal dan
internal.
Sasaran Program 11: KO.3. Membangun Sistem Operasional dan Data Informasi Terintegrasi yang Adaptif
Dalam konsep BSC, Sasaran ini dikenal dengan tematik information capital. Artinya outcome dari sasaran ini adalah
ketersediaan dan layanan data dan informasi yang diperlukan manajemen dalam mengambil keputusan. Sasaran ini
dipenuhi melalui 3 pengukuran terkait otomasi data dan informasi, tingkat service level agreement, integrase system
Pencegahan dan penindakan serta implementasi intelegence cycle (manajemen data) di KPK
Sasaran ini diukur dengan 4 (empat) IKU dengan resume capaian sebagai berikut:
Tabel 34. Capaian IKU pada SS Membangun Sistem Operasional dan Data Informasi
Terintegrasi yang Adaptif
KO.4. Membangun Sistem Operasional dan Data Informasi Terintegrasi yang Adaptif
INDIKATOR KINERJA TARGET 2020 REALISASI 2020 CAPAIAN KINERJA 2020
% Pembangunan Sistem Berbasis Teknologi Informasi dan
20% 19,80% 99,00%
Komunikasi KPK
IKU 24 : KO.3.1 % Pembangunan Sistem Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi KPK
IKU ini mengukur Persentase penyelesaian proyek TIK untuk pembangunan dan pengembangan sistem berbasis
teknologi dan informasi KPK termasuk pengintegrasian data dengan memanfaatkan data mobile internet, cloud
computing, big data, dan Internet of Think berdasarkan perencanaan blueprint TI yang direncanakan berdasarkan skala
prioritas organisasi.
Kemajuan proses pembangunan sistem berbasis teknologi informasi dan komunikasi KPK sebagaimana pada gambar
dibawah.
13 Sewa Tetra Based Station AS, MK, RFF 50% 100% 100% 100%
17 Dismantle Tetra Base Station (11 site) ALL 0% 50% 75% 91%
40 Pemeliharaan MC JD 100%
1 Audit Tata Kelola TI oleh BPPT ALL TKTI 75% 100% 100% 100%
2 Security Operation Center (SOC) ALL KITI 50,1% 100,0% 100% 100%
Berdasarkan hasil capaian IKU tersebut rmencapai realisasi 19,8% dari target 20%, maka capaian kinerjanya 99,00%
sebagaimana pada gambar sebagai berikut:
Target: 20%
Realisasi: 19,80%
KPK berupaya menjalankan pembangunan sistem pembangunan sistem berbasis teknologi informasi dan komunikasi
KPK dan selalu melakukan monitoring kemajukan penyelesaian proyek TIK serta meningkatkan komunikasi dan
koordinasi dengan unit Kerja terkait untuk mengidentifikasi kebutuhan serta dalam implementasi sistem TIK.
Kendala yang dihadapi akibat perubahan budaya kerja yang memanfaatkan teknologi informasi, sehingga mengakibatkan
terjadinya permintaan baru atas kebutuhan transformasi digital di luar rencana pengembangan sistem yang telah
direncanakan.
Kondisi PSBB yang menyebabkan komunikasi dan koordinasi kegiatan tidak dapat dilakukan secara maksimal. Beberapa
lokasi dan tempat kegiatan dilakukan pembatasan akses akibat COVID-19, sehingga beberapa dilakukan revisi kontrak,
serta berkoordinasi lebih intens dengan penyedia.
Namun kendala dan tantangan pandemi covid-19 tersebut memiliki peluang percepatan pembangunan TIK untuk
pemenuhan transformasi digital menjadi kebutuhan unit kerja saat ini dan memacu efektifitas dan efisiensi kegiatan
dengan pemanfaatan teknologi.
IKU 25 : KO.3.2 % SLA (Service Level Agreement) terhadap Pemenuhan Data dan Informasi serta Layanan
Umum dan Pelayanan Publik KPK
IKU ini mengukur Persentase penyelesaian proyek TIK untuk pembangunan dan pengembangan sistem berbasis
teknologi dan informasi KPK termasuk pengintegrasian data dengan memanfaatkan data mobile internet, cloud
computing, big data, dan Internet of Think berdasarkan perencanaan blueprint TI yang direncanakan berdasarkan skala
prioritas organisasi.
Persentase SLA (Service Level Agreement) terhadap Pemenuhan data dan informasi serta layanan umum dan pelayanan
publik KPK komposit yang terdiri:
a. Persentase SLA (Service Level Agreement), layanan umum dan pelayanan publik pada pengampu unit kerja terkait.
b. Persentase pemenuhan data dan informasi unit kerja yang tepat waktu.
SLA Layanan publik Khusus SLA Layanan Publik (Dit.Dumas, Dit. PP. LHKPN, Dit. Gratifikasi) belum disepakati
parameternya sehingga belum dapat dimasukan nilai komposit SLA secara penuh. Sementara ini perhitungan manual
IKU masih mengacu SLA lingkup Sekretariat Jenderal dan Kedeputian INDA atas layanan internal KPK.
IKU ini memakai polarisasi stabilize. Perhitungan capaian tersebut dihitung dengan formula tersendiri yang diatur pada
Lampiran I Perpim KPK Nomor 6 Tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas KInerja KPK. Hasil capaian IKU dimaksud pada
tabel dibawah.
Tabel 36. Perhitungan Komposit SLA Pemenuhan Data dan Informasi serta
Layanan Umum dan Layanan Publik KPK
B SLA LAYANAN UMUM KEDEPUTIAN INDA Sumber : LCK TW IV Kedeputian INDA 99,13%
2 Delivery (Resolution) Time Pemenuhan tindak lanjut maksimal 24 jam terselesaikan 99,7%
B3 DIREKTORAT PJKAKI Pemenuhan Data dan Informasi hasil perekaman sidang Tipikor 100,00%
IKU ini memakai polarisasi stabilize. Perhitungan capaian tersebut dihitung dengan formula tersendiri yang diatur pada
Lampiran I Perpim KPK Nomor 6 Tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas KInerja KPK. Hasil capaian IKU dimaksud pada
tabel dibawah.
Target: 100%
Realisasi: 98,91%
Berdasarkan realisasi beberapa tahun yang lalu dengan nama IKU % pemenuhan SLA perbandingannya 2016-2020 pada
gambar sebagai berikut:
117,82%
111,6% 113,80%
105,10% 105,10% 100%
99,88% 99,84%
95% 95% 96,74% 98,91%
94%
85% 85%
Gambar 60. Perbandingan % pemenuhan SLA 2016-2019 dan % SLA Pemenuhan Data dan Informasi serta
Layanan Umum dan Layanan Publik KPK 2020
Secara IKU dan manual IKU memiliki proses perhitungan yang sama hanya penambahan sub-komposit, secara hasil
penilaian 2020 sebesar 98,91 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 2019 sebesar 96,74% atau meningkat sebesar
2,17.
Perbaikan kedepannya SLA terkait pelayanan publik KPK perlu diperbaiki dan mekanisme SLAnya seperti respon
pengaduan masyarakat, konsultansi atau bimbingan teknis PP LHKPN dan Pelaporan Gratifikasi.
IKU ini merupakan tipikal manajemen project berbasis pilot project dengan mengukur Persentase Pembangunan Sistem
Pencegahan dan Penindakan Terintegrasi (vertikal dan horizontal) pada TLK (Take Last Known) dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Analisa Proses Bisnis Pencegahan dan Penindakan Terintegrasi (20%)
2. Pemetaan (field area) (30%)
a. Analisa kebutuhan data berbasis data architecture pada proses bisnis pencegahan dan proses bisnis
penindakan serta fungsi pendukung lainnya untuk data dan informasi KPK. (10%)
b. Pemetaan data strategis pencegahan dan penindakan serta fungsi pendukung lainnya. (10%)
c. Pemetaan data operasional (metadata) untuk kebutuhan pencegahan dan penindakan serta fungsi pendukung
lainnya (berbagi pakai) (10%)
1 2 3 4
Case Based Intellegence Prevention Intellegence
Prevention Based based Based
Prevention Investigation Investigation
Pencegahan
berdasarkan analisa Pencegahan Penindakan Penindakan
penanganan TPK berdasarkan hasil berdasarkan hasil berdasarkan hasil
analisa data intelejen analisa kegiatan analisa data intelejen
pencegahan
Telah dibuat konsep metode proses, sehingga progress capaian Analisa Proses Bisnis (A) sebesar 20% (Kedeputian
INDA, Kedeputian Penindakan, dan Kedeputian Pencegahan)
Target: 50%
Realisasi: 49,03%
KPK akan menerapkan salah satu output Case Based Prevention (Pencegahan berdasarkan analisa penanganan TPK
dengan pilot project melalui pemasangan IKU % Resume Penindakan yang Dimanfaatkan dalam Pencegahan TPK Serta
Pendidikan Antikorupsi sebagai salah satu hasil pilot project % Pembangunan Sistem Pencegahan dan Penindakan
Terintegrasi.
Faktor lainnya yang masih lemah adalah KPK belum memperkaya data dan informasi serta mengintegrasikan data dan
informasi dalam satu basis data dari setiap lini produk output internal KPK. Harapan dan tujuannya agar pemetaan
kebutuhan data dan informasi untuk pemberantasan korupsi baik pendekatan penindakan, pencegahan maupun
edukasi dapat dimanfaatkan interoperabilitasnya dan hak aksesnya dengan standarisasi keamanan data dan informasi
termasuk penerapan manajemen risiko berbasis database.
Persentase laporan data intelligence cycle (siklus imanajemen data) yang bersifat proaktif berbasis informasi yang
dihasilkan serta dimanfaatkan dibandingkan laporan data intelligence cycle (manajemen data) secara keseluruhan data
yang dimiliki KPK.
Output bentuknya adalah Laporan deteksi berdasarkan informasi dan data sebagai case feeding untuk Penindakan
dan informasi dan data untuk upaya Pencegahan melalui perbaikan sistem sebagai bahan penyusunan kajian untuk
pelengkap data pendukung perbaikan sistem.
Targetnya adalah menghasilkan 4 laporan hasil deteksi yang direalisasikan dari target 4 dari total 10, sehingga realisasinya
40% dari target 40%, maka capaian kinerjanya adalah 100%.
100% 100%
Gambar 63. % Pemanfaatan Data
Intelligence Cycle (Siklus Manajemen Data)
Kedepannya KPK akan meningkatkan kualitas data dan informasi serta meningkatkan koordinasi dengan penindakan
dan pencegahan atas pemanfaatan data dan informasi tersebut. Selain itu akan dilakukan pembenahan proses bisnis
interkoneksi pada Kedeputian Informasi dan data menyesuaikan SOTK baru agar lini proses siklus manajemen data dan
output dihasilkan semakin kaya untuk pemberantasan korupsi.
Sasaran Program 12: KO.4. Pemanfaatan Anggaran Tepat Sasaran dan Penguatan Pengendalian Internal
Yang Terkelola dan Terukur
Dalam konsep BSC anggaran, sebagaimana halnya SDM, data dan informasi, serta regulasi merupakan enabler
(Pengungkit) bagi perspektif di atasnya yakni Proses Internal dan berujung pada outcome pada perspektif Pemangku
Kepentingan dan Akuntabilitas.
Sasaran ini diukur dengan 2 (dua) IKU dengan realisasi dan capaian sebeagai berikut:
Tabel 37. Capaian IKU pada SS Pemanfaatan Anggaran Tepat Sasaran dan
Penguatan Pengendalian Internal Yang Terkelola dan Terukur
KO.4. Pemanfaatan Anggaran Tepat Sasaran dan Penguatan Pengendalian Internal Yang Terkelola dan Terukur
INDIKATOR KINERJA TARGET 2020 REALISASI 2020 CAPAIAN KINERJA 2020
KO.4.1 Indeks Kinerja Pelaksanaan Anggaran KPK 95 91,43 112,48%
Pengukuran kemajuan kinerja pelaksanaan anggaran KPK diukur dengan 13 komponen terdiri dari sub-Indikator ini
mengukur:
1. Revisi DIPA dihitung berdasarkan perbandingan jumlah Revisi DIPA dengan jumlah Target Revisi DIPA (hanya
diperkenankan 1x dalam rentang triwulan);
2. Deviasi Hal III DIPA dihitung berdasarkan rata-rata selisih/deviasi antara realisasi dengan rencana penarikan dana
yang dihitung s.d. bulan November tahun berjalan (nilai deviasi akan dikunci secara triwulan, revisi halaman III DIPA
yang diajukan setelah triwulan berakhir tidak dapat mempengaruhi nilai deviasi triwulan sebelumnya);
3. Pengelolaan Uang Persediaan dihitung berdasarkan pertanggungjawaban UP (UP Tunai tidak termasuk UP KKP)
tepat waktu dalam 1 (satu) bulan sesuai dengan status yang dapat dipantau pada Kartu Pengawasan (Karwas) UP
pada OM SPAN;
4. Penyampaian LPJ Bendahara dihitung berdasarkan rasio LPJ Bendahara yang disampaikan tepat waktu (paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya) terhadap seluruh LPJ Bendahara yang disampiakan ke KPPN;
5. Penyampaian Data Kontrak dihitung berdasarkan rasio penyampaian data kontrak dengan nilai Rp 50 Juta ke atas
yang disampaikan tepat waktu (paling lambat 5 hari kerja) terhadap seluruh kontrak yang disampaikan ke KPPN;
6. Penyelesaian Tagihan dihitung berdasarkan rasio penyelesaian tagihan atas SPM LS Kontraktual Non Belanja
Pegawai yang tepat waktu (paling lambat 17 hari kerja) dibagi dengan seluruh SPM LS Kontraktual Non Belanja
Pegawai yang disampaikan ke KPPN.
7. Penyerapan Anggaran dihitung berdasarkan persentase realisasi terhadap pagu DIPA dengan target penyerapan
ditetapkan proporsional Triwulan I sebesar 15%, Triwulan II sebesar 40 %, Triwulan III sebesar 60%, Triwulan IV
sebesar 90%;
8. Retur SP2D dihitung berdasarkan perbandingan jumlah SP2D yang diretur dengan jumlah SP2D yang telah
diterbitkan KPPN;
9. Perencanaan Kas dihitung berdasarkan rasio Renkas/RPD Harian yang disampaikan tepat waktu (paling lambat 5
hari kerja sebelum SPM diterima KPPN) terhadap seluruh Renkas yang disampaikan ke KPPN;
10. Pengembalian SPM dihitung berdasarkan rasio pengembalian SPM oleh KPPN karena ditolak oleh sistem pada saat
konversi oleh front office di KPPN dan pada saat verifikasi middle office (rasio 0% = 100, rasio > 0%-1% = 95, rasio >
1%-2% = 90, rasio > 2%-2,5% = 85, rasio >2,5% = 80);
11. Dispensasi Penyampaian SPM dihitung berdasarkan jumlah SPM yang mendapat dispensasi karena melewati batas
waktu penyampaian SPM pada akhir tahun anggaran (0 SPM = 100, 1-10 SPM = 95, 11-30 SPM = 90, 31-50 SPM = 85, >
50 SPM = 80);
12. Pagu Minus dihitung berdasarkan persentase pagu minus pada semua jenis belanja (level 6 digit/akun) terhadap
pagunya.
13. Konfirmasi Capaian Output dihitung berdasarkan rasio antara jumlah output yang terkonfirmasi terhadap seluruh
output yang dikelola Satker
IKU ini mengukur kinerja pelaksanaan anggaran organisasi KPK secara keseluruhan, indikator penilaian dilakukan oleh
Kementerian Keuangan melalui Aplikasi Online Monitoring SPAN (https://spanint.kemenkeu.go.id); Hasil Penilaian
dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan sebagai pembina pengelolaan keuangan negara, berdasarkan pengukuran
hasil IKPA KPK memperoleh 91,45 (1-100) dari target 95, KPK memperoleh capaian 112,48% (hasil polarisasi stabilize).
hasil sebagaimana gambar dibawah:
Dari target nilai 95, realisasi kinerjanya 91,43%, Mengingat IKU ini berpolarisasi stabilize, maka Capaian IKU ini dihitung
dengan formula tersendiri yang diatur pada Lampiran I Perpim KPK Nomor 6 Tahun 2019. Capaian IKU ini berdasarkan
formula tersebut adalah: 112,48% sebagaimana pada gambar dibawah.
Target: 95
Realisasi: 91,43
Berdasarkan analisa terkait komponen yang perlu ditingkatkan diKPK adalah pada komposit kepatuhan regulasi pada
subkomposit data kontrak yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Selain itu pada komposit penyelesaian tagihan masih
perlu ditingkatkan realisasinya. Upaya yang akan dilakukan KPK adalah meningkatkan kompetensi terkait perencanaan
dan penganggaran juga teknis perbendaraan khususnya penyelesaian tagihan pada masing-masing unit eselon I dan
eselon II selain itu kami akan mengukur tingkat kepatuhan kinerja pelaksanaan anggaran pada tiap eselon I dan II sebagai
bagian pengukuran kinerja.
3. Direktorat PI telah melakukan pemantauan tindak lanjut dan mendorong unit kerja untuk menyelesaikan
rekomendasi BPK melalui Nota Dinas Nomor ND-205/PI.06/40-42/12/2020 tanggal 23 Desember 2020.
4. Pada Pemantauan Tindak Lanjut BPK Semsster II dengan Surat Tugas Nomor 202/ST/III-XIV/12/2020 dan Surat
Tugas Nomor 202/ST/III-XIV/12/2020 tanggal 18 Desember 2020. Pada kegiatan ini KPK telah meneruskan dokumen
tindak lanjut kepada BPK melalui Surat Nomor B112/KU.04.01/2021 perihal Penyelesaian Tindak Lanjut Rekomendasi
BPK dan Surat Nomor B112/KU.04.01/2021 perihal Perkembangan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
BPK (Perubahan status rekomendasi).
Keterangan Jumlah
Diusulkan untuk ubah status menjadi tidak dapat ditindak lanjuti dengan alasan yang sah 12
Laporan kemajuan secara keseluruhan pada tahun 2020 detailnya pada gambar dibawah ini:
Gambar 66. Progres rekomendasi BPK atas Laporan Keuangan dan Kinerja KPK Tahun 2020
Berdasarkan temuan BPK (Eksternal) dari 295 Rekomendasi BPK telah ditindaklanjuti oleh KPK sebanyak 211. Sehingga
realisasinya sebesar 211/295 x 100% = 71,52% dari target 80%, mengingat IKU ini berpolarisasi stabilize, maka Capaian
IKU ini dihitung dengan formula tersendiri yang diatur pada Lampiran I Perpim KPK Nomor 6 Tahun 2019 halaman 71.
Capaian IKU ini berdasarkan formula tersebut adalah: 99,33%. Nilai pada kolom Capaian pada Tabel, sebagai berikut:
KPK melakukan agenda kegiatan prioritas dengan melakukan penguatan upaya antikorupsi dengan sasaran berkurangnya praktik koruptif, Proyek Prioritas Nasional (Pro PN)
salah satunya melalui penguatan implementasi strategi nasional pencegahan korupsi. Berdasarkan hasil pemantauan sebagai berikut:
Kegiatan Prioritas : Penguatan Upaya Anti Korupsi
Laporan
115
distancing) Covid-19;
116
Muatan RKP 2020 Kinerja Anggaran (Rp.) Keterangan/Uraian Kegiatan
20
(Realisasi Status (Data dukung pencapaian target tahun 2020 serta kegiatan/
Output Prioritas Target Pelaksanaan upaya/strategi, kendala dan solusi yang dilaksanakan dalam
Kegiatan di K/L Target Pagu Anggaran Realisasi Anggaran
di K/L 2020) mencapai target)
Laporan
d). Utilisasi NIK: Ada peningkatan DTKS sudah padan NIK dari
44% di akhir tahun 2018 menjadi 82,52% per Juni 2020.
Selain masalah alokasi anggaran di daerah dan kondisi
pandemi Covid-19, DTKS padan NIK belum tercapai 100%
juga dipengaruhi oleh metode pemutakhiran data yang tidak
Akuntabilitas Kinerja
Tindak Lanjut :
1. Reorganisasi strategi pendampingan, monev, dan komunikasi pelaksnaan Aksi PK 2021-2022
2. Pendekatan pengukuran dan pelaporan monev berbasis output dan outcome
3. Pendampingan, monitoring evaluasi, dan komunikasi pelaksanaan Aksi PK
4. Finalisasi perbaikan algoritma dan dashboard Jaga.id/monitoring
5. Revisi dan penetapan SOP serta Strakom Stranas PK
6. Finalisasi dan sosialisasi Aksi PK 2021-2022 beserta output, indikator, dan key activitiesnya
Kendala :
Tantangan/kendala yang dihadapi telah dapat diidentifikasi dan dalam proses penyelesaian adalah berupa:
Eksternal:
a. Regulasi dan kebijakan yang kurang jelas dan cenderung tidak saling mendukung (Pusat-Daerah)
b. Ego sektoral internal maupun eksternal KLD
c. Kendala kompetensi, anggaran, maupun teknis
Internal:
b. Penetapan struktur Aksi PK berdasarkan prinsip SMART (specific, measurable, achievable, realistic, dan time bound)
c. Penetapan SOP
d. Pelibatan (kolaborasi dan sinergi) antara 5 KL Timnas (KPK, Bappenas, Kemendagri, Kemenpan RB, dan KSP) , KL dan Pemda
20
117
118
20
REALISASI ANGGARAN
Tabel 40. Realisasi per jenis belanja tahun 2020
Laporan
Akuntabilitas Kinerja
Data SPAN-Kemenkeu Realisasi Anggaran KPK tahun 2020 (periode 31 Desember 2020 ditarik 1 februari 2021)
119
20 Laporan
Akuntabilitas Kinerja
EVALUASI INTERNAL
KPK pertama kalinya dalam sejarah menjalankan evaluasi kinerja secara periodik melalui REK/RTK (Rapat Evaluasi
Kinerja/Rapat Tinjauan Kinerja) tingkat KPK-wide yang pelaksanaannya dihadiri Pimpinan KPK beserta jajarannya dan
dievaluasi oleh Dewan Pengawas KPK beserta jajarannya sebagai evaluator sebagai check and balance dalam kerangka
pengawasan dan kinerja dengan alat kerja monitoring melalui LCK (Laporan Capaian Kinerja) dan hasil kinerja melalui
LNKO (Laporan Nilai Kinerja Organisasi dan NKO (Nilai Kinerja Organisasi). Kegiatan tahun 2020 dilaksanakan secara
triwulan dengan agenda pelaksanaan sebagai berikut:
1. RTK KPK-wide triwulan I (Selasa, 5 Mei 2020) dengan LNKO (Laporan Nilai Kinerja Organisasi) KPK-wide Q1 sebesar
75,83%.
2. RTK KPK-wide triwulan II (Kamis, 13 Agustus 2020, dengan LNKO KPK-wide Q2 sebesar 91,36%
3. RTK KPK-wide triwulan III (Kamis, 5 November 2020), dengan LNKO KPK-wide Q3 sebesar 98,23%
4. RTK KPK-wide triwulan IV (Kamis, 4 Februari 2021) dengan LNKO KPK-wide Q4 sebesar 108,29%
NKO (Nilai Kinerja Organisasi) tahun 2020 sebesar 102,94%.
PENUTUP
Laporan Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi tahun 2020 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
atas pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi selama tahun 2020. Laporan Kinerja ini merupakan
periode pelaporan pertama dalam merefleksikan pelaksanaan atas Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
RPJMN 2020-2024. Penyusunan Laporan Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Penetapan indikator kinerja merupakan salah satu tahap awal Komisi Pemberantasan Korupsi dalam mencapai tujuan
dan sasaran strategis menuju terwujudnya visi dan misi KPK. Pencapaian kinerja merupakan wujud sinergi seluruh
jajaran Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menghadapi berbagai tantangan di tahun 2020. Namun demikian, upaya
penyempurnaan dan perbaikan indikator kinerja akan terus dilakukan melalui penetapan indikator kinerja yang lebih
terukur, berkualitas, dan memiliki target yang menantang. Selain itu, kedepannya instrumen manajemen risiko akan
diterapkan untuk menjaga setiap risiko yang berpotensi menghambat pencapaian kinerja dan sasaran diidentifikasi dan
dimitigasi sehingga berada dalam level yang dapat diterima manajemen.
Sebagai bentuk tanggungjawab atas rencana strategis yang telah dirumuskan, melalui Laporan Akuntabilitas ini,
menunjukkan bahwa KPK telah memenuhi setiap target yang didapat atas berbagai upaya dari setiap unit kerja sampai
dengan Desember 2020. Beberapa sasaran strategis maupun indikator yang belum menunjukan capaian menjadi
pendorong KPK untuk mengevaluasi dan melakukan serangkaian perbaikan dari setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Laporan Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi tahun 2020 ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
komprehensif dan transparan atas capaian kinerja dan strategi organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Laporan
ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan capaian kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi
sehingga berdampak positif dalam mendukung terwujudnya Indonesia maju.
KPK tetap berada di garis terdepan dalam mewujudkan Indonesia yang bersih dari korupsi. Cita-cita ini bukan hanya
cita-cita KPK semata namun menjadi cita-cita bangsa dan negara, dimana pekerjaan besar ini mustahil terwujud jika
KPK sendirian. KPK akan berupaya bersatupadu bersama setiap elemen bangsa Indonesia. KPK menyadari bahwa
pemberantasan korupsi adalah perang besar yang harus dilakukan secara berkelanjutan dan membutuhkan waktu yang
tidak sebentar. Sebagai syarat utama adalah komitmen dan keseriusan dari setiap jajaran penyelenggara negara dan
penegak hukum di tingkat pusat dan daerah untuk menghilangkan setiap bentuk praktik korupsi dan integritas sesuai
dengan amanahnya, termasuk swasta dan peran serta masyarakat dalam perilaku koruptif serta berani menyuarakan
penyimpangan sebagai kontrol publik dalam berkehidupan bernegara bersama masyarakat menurunkan korupsi untuk
mewujudkan Indonesi maju.
PERNYATAAN
REVIU
LAMPIRAN
halaman kosong
2020