Anda di halaman 1dari 42

Aplikasi Value Chain dan

Metode lain yang revelan


Oleh: Holi Bina Wijaya

Pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal/Daerah


Semarang, 31 Juli – 10 Agustus 2023

Pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal/Daerah| 2023


Judul Sub Materi

Outline
• Pengantar PEL
• Pengenalan dan
kerangka konseptual
Analisis Rantai Nilai
• Latar belakang dan
konteks
• Analisis rantai nilai
kasus studi
• Kesimpulan
Peran UMKM dalam Pembangunan
Profil UMKM Tingkat Nasional Usaha
Besar; Usaha
INDIKATOR SATUAN TAHUN 2018 0,01% Besar
3%
JUMLAH PANGSA (%)
UNIT USAHA (Unit) 64,199,606.00
UMKM (Unit) 64,194,057.00 99.99%
Usaha Besar (Unit) 5,550.00 0.01% UMKM;
99,99%
TENAGA KERJA (Orang) 120,598,138.00
UMKM
UMKM (Orang) 116,978,631.00 97.00% 97%
Usaha Besar (Orang) 3,619,507.00 3.00% UNIT USAHA TENAGA KERJA
PDB ATAS DASAR HARGA BERLAKU (Rp. MIlyar) 14,038,598.50
UMKM (Rp. MIlyar) 8,573,895.30 61.07% UMKM
14%
Usaha Besar (Rp. MIlyar) 5,464,703.20 38.93%
TOTAL EKSPOR NON MIGAS (Rp. MIlyar) 9,995,305.90 Usaha
Besar
UMKM (Rp. MIlyar) 5,721,148.10 14.37% 39%
Usaha Besar (Rp. MIlyar) 4,274,157.90 85.63%
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM
UMKM
61% Usaha
Profil UMKM Provinsi Jawa Tengah Besar
86%
• Jumlah Usaha : 4.174.210 unit
• usaha besar : 3.358 unit TOTAL EKSPOR
PDB ATAS DASAR
• usaha menengah : 39.125 unit NON MIGAS
HARGA BERLAKU
• usaha kecil : 354.884 unit
• usaha mikro : 3.776.843 unit
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah
Distribusi kerajinan sabut kelapa di kebumen

Pengembangan Ekonomi Lokal - PEL Jawa Tengah


Upaya berkelanjutan kerjasama antara aktor-aktor pembangunan memanfaatkan potensi dan sumber
daya lokal untuk membentuk kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan ekonomi dan menciptakan
pemerataan lapangan kerja di daerah.
Evaluasi & Pengembangan TAHAP Penyiapan dan penguatan
Pemetaan dan Penguatan
Stakeholder I kelembagaan PEL wilayah
Kemitraan

s et i a p Tah a p Penetapan Penentuan Analisis


Klaster dan Faktor dan Pemetaan kondisi Pemetaan dan penentuan
Pengungkit Penilaian
TAHAP
Produk dan faktor PEL
PEL kondisi PEL II Produk Unggulan dan
unggulan Klaster UMKM Wilayah

Perencanaan Penganggaran
Penyusunan
Monitoring dan Evaluasi

Adopsi dalam Dokumen


Rencana Tindak Rencana Daerah dan Perumusan Rencana Bisnis
dan Strategis Sumber Pendanaan lain dan Kebijakan Publik
Penyusunan Rencana RPJMD MANDIRI/ pendukung Klaster UMKM
PELAKU TAHAP
Bisnis USAHA dalam sistem wilayah
& Pengembangan III
Dep/Lembaga
Klaster Usaha RKPD NASIONAL

NGO
APBD CSR

• Kerjasama bisnis Klaster


Kegiatan Bisnis Bersama Kegiatan Dukungan UMKM dalam system
Klaster: Usaha Klaster: wilayah
• Produksi (Input, • Infrastruktur TAHAP • Dukungan publik untuk
teknologi, dll) • Peningkatan kapasitas
• Pendanaan IV kegiatan usaha skala wilayah
• Pemasaran
• Peraturan

Monitoring & evaluasi


TAHAP untuk pengembangan
Monitoring dan Evaluasi V Klaster UMKM skala
Hasil dan Proses PEL wilayah
Kasus berikut merupakan analisis rantai nilai di Negara Kolombia untuk mempelajari dan
memberikan rekomendasi agar produsen kulit dapat berkembang maju dengan mengekspor produk
pengolahan kulit ke Amerika Serikat, dan bagaimana industri ini dapat menciptakan lapangan kerja
dan pendapatan bagi masyarakat di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Konsumen dan penjual: Kualitas buruk, harga mahal!
• Kajian dimulai dari pasar di New York City dengan menemui pembeli
tas kulit dari seluruh dunia.
• Wawancara dilakukan terhadap 2.000 perusahaan ritel di seluruh
Amerika Serikat.
• Datanya banyak, namun dapat diringkas menjadi satu pesan yang jelas:
harga tas kulit dari Kolombia terlalu mahal dan kualitasnya rendah.

Produser: “No es nuestra culpa!” (Ini bukan salah kami!)


• Kajian dilanjutkan ke Kolombia untuk menanyakan pihak produsen dan eksportir
kulit, apa yang menyebabkan kualitas produk kulit yang dijual rendah dengan
harga tinggi.
• Jawaban mereka adalah, “No es nuestra culpa” - Ini bukan salah kami.
• Mereka mengatakan kesalahan disebabkan penyamak kulit lokal yang memasok
kulit mereka.
• Penyamakan kulit menikmati tarif protektif 15 persen dari pemerintah Kolombia,
yang membuat harga kulit menjadi lebih mahal dari produk serupa dari
Argentina.
Penyamak kulit: ini salah rumah jagal!
• Kajian dilanjutkan ke daerah pedesaan dengan menemui pemilik
penyamakan kulit.
• Ditemukan kegiatan penyamakan kulit mencemari tanah dan air lingkungan
disekitarnya dengan bahan kimia penyamakan
• Pemilik dengan senang hati menjawab pertanyaan kami: “Ini bukan salah
kami”
• Ini salah rumah jagal, yang menyediakan kulit berkualitas rendah karena
mereka lebih mengutamakan menjual daging sapi dari pada kulit, Mereka
mendapatkan lebih banyak uang dengan sedikit usaha. Mereka tidak peduli
kualitas kulit sapi yang dihasilkan.

Rumah potong hewan: para peternak tidak peduli!


• Di rumah jagal ditemui tukang daging dan manajer lapangan.
• Mereka menjelaskan bahwa itu bukan kesalahan mereka; itu adalah kesalahan
peternak.
• Para peternak menjaga sapi mereka dari para gerilyawan obat bius
• Banyak sapi mereka dicap dengan besi panas yang menyebabkan kulit sapi
menjadi rusak.
Peternak sapi: Sapinya yang Bodoh!
• Kunjungan dilakukan ke peternakan yang jauh dari ibu kota.
• Para peternak menyampaikan bahwa masalah itu bukan kesalahan mereka.
“No es nuestra culpa,” kata mereka.
• Es la culpa de la vaca.” Ini salah sapi.
• Sapi-sapi itu bodoh, mereka menjelaskan. Mereka menggosok kulit mereka
ke kawat berduri untuk menggaruk diri dan menangkis lalat yang menggigit
mereka.

• Apakah sapi yang bodoh menjadi alasan Kolombia


tidak dapat mengakses pasar AS?
• Para produsen yang terlibat dalam rantai nilai
menyebutkan bahwa produk tas kulit dari
Kolombia tidak dapat bersaing di pasar Amerika
yang menguntungkan karena sapi mereka
bodoh !!
Contoh kasus memberi kita pelajaran yang berguna: untuk
memahami mengapa industri kulit Kolombia tidak kompetitif dan
tidak menyadari potensinya untuk penciptaan lapangan kerja dan
pendapatan

Tentu saja sapi bodoh bukanlah alasan mengapa industri


kulit Kolombia tidak mampu bersaing di pasar AS!

Pertanyaan kunci mengenai permasalahan daya saing ini terkait:


• Bagaimana pengetahuan dan informasi terkait proses rantai nilai produksi – dari penjual hingga peternak?
• Siapa yang dapat memberikan informasi nyata yang valid?
• Apakah ada mekanisme dan organisasi industri untuk memfasilitasi hubungan koordinasi dalam proses bisnis?
• Mengapa penyamakan kulit membutuhkan tarif protektif 15 persen dari pemerintah?
• Secara prinsip perlu ditentukan fungsi dan aturan pasar mana yang saat ini berkinerja buruk, sehingga
membuat industri kulit Kolombia tidak mampu bersaing di pasar AS?
• Pelaku pasar mana yang bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi pasar tersebut? Dan apa yang
menghalangi pelaku pasar ini untuk berkinerja lebih baik?
• Siapa yang dapat meberikan insentif agar fungsi pasar dapat berjalan efektif?
Pengantar
Literatur klaster industri di negara maju dan berkembang:
Klaster industri berperan penting dalam meningkatkan daya saing dan
pertumbuhan usaha (see Huggins, 2008; Parrilli, 2007; Porter, 2000 and Schmitz, 1999).

Klaster adalah:
“sekelompok perusahaan yang terhubung secara geografis menghasilkan
eksternalitas ekonomi”,

“klaster mencakup perusahaan dalam satu atau lebih rantai nilai inti”. USAID
(2005).
“Daya saing masing-masing perusahaan tergantung pada daya saing
rantai nilai yang dimilikinya…

Kualitas hubungan sistem produksi lokal an sistem pendukungnya


memainkan peran penting dalam menciptakan daya saing
internasional. Daya saing internasional membutuhkan rantai nilai lokal
yang efektif”.
Schmitz (2005:10)
"konsentrasi sektoral dan spasial usaha" (Schmitz, 1999)

Source: JICA, 2004

KLASTER UMKM: Kelompok usaha yang tergabung bersama secara geografis yang
memiliki keterkaitan sinergis, dan ditopang oleh institusi dan aktivitas penunjang
usaha, sehingga terbentuk rantai nilai usaha yang menghasilkan efisiensi kolektif.
Rantai Nilai Usaha
• Pada prinsipnya, rantai nilai usaha menggambarkan proses produksi
barang dan jasa dari bahan mentah hingga produk akhir.
• Rantai Nilai:
• urutan aktivitas yang diperlukan untuk membuat produk atau menyediakan
layanan” (Schmitz 2005: 4)
• rangkaian lengkap kegiatan yang diperlukan untuk memproduksi barang atau
jasa dari konsepsi, melalui tahapan produksi yang berbeda (melibatkan
kombinasi transformasi fisik dan input dari berbagai layanan produsen),
pengiriman ke konsumen akhir, dan pembuangan akhir setelah digunakan.”
Kaplinsky (2000, pp. 4).
Rantai Nilai Tambah
Nilai tambah adalah ukuran nilai yang
diciptakan dalam perekonomian, mengacu
terutama bagaimana perusahaan lokal
(khususnya UMKM) dapat menghasilkan
nilai lebih dalam ekonomi lokal.

Nilai total akhir yang dibayarkan dan


dikonsumsi oleh pembeli akhir. Nilai ini
adalah nilai tambah produk utama dan
barang setengah jadi.

Distribusi nilai tambah:


• tahapan rantai, dan
• antara pelaku usaha pada tahapan
rantai di satu sisi dan penyedia
eksternal di sisi lain

Sumber: GTZ (2007): ValueLinks Manual – The methodology of Rantai Nilai promotion, first edition, Eschborn Germany
Sistem Sosial dan Ekonomi Pasar
Komponen:
1.Proses produksi (rantai nilai), proses
produksi barang dan jasa terhadap
transaksi yang terjadi.
2.Fungsi pendukung, memastikan proses
transaksi berlangsung lancar, terdiri dari
dukungan koordinasi, sumber informasi,
pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan, fasilitas penelitian dan
pengembangan, dll.
3.Peraturan formal and informal,
mengatur bagaimana proses transaksi
dapat terjadi, seperti standar dan aturan
pasar, peraturan pemerintah, sertifikasi,
dll.
4.Pelaku, pelaku usaha, pemerintah, jasa
konsultan usaha, anggota asosiasi usaha,
Herr, Matthias L. & Tapera J. Muzira – ILO. (2009) serikat pekerja, dll.
Kerangka Kerja Pembangunan Rantai Nilai

Pembangunan sistem pasar memastikan bahwa transaksi dalam rantai nilai dapat terjadi dengan lancar,
memastikan daya saing internasional, dan menghindari eksternalitas negatif seperti eksploitasi tenaga kerja
dan lingkungan.
Perbaikan Sistem Pasar menghasilkan Perbaikan Rantai Nilai
Herr, Matthias L. & Tapera J. Muzira – ILO. (2009)
Siklus Pembangunan Rantai Nilai
Tahapan Pembangunan Rantai Nilai
Analisis Rantai Nilai: Mendorong Usaha Berkembang dan
Berkelanjutan

Media dialog kegiatan usaha sebagai “Pengintegrasi Sistem”


Kajian Pembangunan Rantai Nilai
Penelitian untuk memahami fungsi pasar – mis. layanan, informasi,
pengetahuan dan keterampilan, inovasi, dll. – dalam sistem rantai nilai,
peran pelaku pasar (atau kelompok) dan hubungannya dengan pihak lain

Penelitian pengembangan rantai nilai: kajian terhadap kondisi masalah


dan hambatan sistemik proses produksi dan pasar

Diperlukan kajian mendalam untuk memahami alasan sistematis yang


menyebabkan hambatan dalam kegiatan usaha (atau kegagalan pasar)
dalam rantai nilai
Kasus : Rantai nilai produk usaha desa di Negeri Perak, Malaysia
KONTEKS KASUS

• Salah satu kebijakan ekonomi nasional Malaysia : Program Transformasi


Ekonomi – ETP
• Tujuan utama untuk mengubah perekonomian nasional menjadi status
berpenghasilan tinggi melalui peningkatan produktivitas dan
mempromosikan kegiatan produksi bernilai tambah tinggi.
• Bagian dari ETP meliputi Transformasi Pedesaan bahwa produk
pedesaan yang penting termasuk sayuran sebagai tanaman komersial
dan daging ayam sebagai produk ternak.
Pusat Transformasi Desa
• Program TEMAN – Terminal Agribisnes Negara (dimulai Agustus 2010)
• Masalah muncul ketika proyek gagal terwujud seperti yang diharapkan.
• Sampai Juni 2011, 51 persen dari tempat usaha telah diambil, tetapi dari yang
operasional bisnis hanya 35 tempat usaha yang aktif.
• Ada beberapa alasan kegagalan dalam operasi bisnis,
• ketidakmampuan TEMAN menarik pedagang yang ada di pasar induk lama di Ipoh,
• beberapa pelanggan aturan
• terbatasnya variasi barang yang dijual di pasar,
• masalah aksesibilitas oleh transportasi umum dan kurangnya daya tarik.
• Pada Agustus 2011, pemerintah mengeluarkan strategi untuk merehabilitasi TEMAN
dengan mengubahnya menjadi Rural Transformation Center (RTC) sehingga
pemanfaatannya lebih ditingkatkan.
• Peran RTC disesuaikan dengan fokus pada delapan aspek; pelatihan keterampilan
kepada masyarakat pedesaan, layanan informasi kepada masyarakat (kios 1Malaysia),
memfasilitasi pertanian berdampak tinggi, pengolahan berbasis agro, manajemen rantai
nilai, kemitraan dengan universitas, layanan kesehatan 1Malaysia, dan memberikan
fasilitas kredit kepada masyarakat pedesaan.
Distribusi Produksi Daging Ayam di Negeri Perak

Produksi Daging Ayam


No Daerah Jumlah
Pengusaha
produksi
ayam
1 Batang Padang 20 1,908,400
2 Hilir Perak 8 450,000
3 Hulu Perak 2 40,000
4 Kerian 19 973,400
5 Kinta 52 1,734,000
6 Kuala Kangsar 41 1,901,000
Larut Matang &
7 Selama 64 2,895,900
8 Manjung 363 12,518,981
9 Perak Tengah 13 876,000
Jumlah 582 23,297,681
Sumber : Department of Veterinary Service Perak State, 2010
Pemasok Produser utama Produser akhir Penjual Konsumen

Pelaku usaha Pemasok DoC Peternakan ayam Rumah potong Penjual Konsumen

Harga RM 2.30 RM 4.60 RM 5.60 RM 6.90 RM 6.90


(33%) (Δ 33% / 66%) (Δ 15% / 81%) (Δ 19 % / 100%)
Biaya Total RM 2.30 RM 2.3 RM 1 RM 1.3

Final product: Fresh & Nilai Tambah:


frozen chicken meat
= RM 6.9/Kg RM 1.2

biaya (transport, tenaga


produk antara: Life produk antara:
chicken = RM 4.6/Kg Processed chicken
kerja, equipment): RM 0.7
= RM 5.6/Kg Profit: RM 0.5

Nilai Tambah: Nilai Tambah:


RM 0.1 RM 0.95 Nilai total Konsumen:
RM6,9/kg (100%)
Profit & biaya (tenaga biaya (tenaga kerja,
kerja, equipment): RM equipment): RM 0.8
Nilai tambah
0.1 Profit: RM 0.15
produsen utama:
RM 2.25/kg (33%)
Masukan Bahan Baku Input bahan baku Produk antara: Ayam
DoC: RM 2.30 (33%) DoC: RM 2.30 produk antara: Life olahan = 5,6 RM/Kg
Nilai tambah
Masukan eksternal chicken = RM 4.6/Kg pemasok eksternal:
Other inputs:
RM 4,65/Kg (67%)
RM 2.2
Other inputs:
Packaging material: RM
0.05/Kg
Other inputs:
Shop rent, others:
• Nilai tambah yang terbentuk dari proses produksi
RM 0.1/Kg
• Total nilai tambah yang terbentuk dari proses produksi
adalah RM 2.25/kg ayam.
• Nilai tambah yang ditangkap oleh produsen input eksternal = input antara input antara input antara
RM 4,65. Peternakan Ayam Rumah Potong penjualan

Rantai Nilai Produksi Daging Ayam Nilai Tambah Nilai Tambah


eksternal: Nilai Tambah
eksternal :
Packaging material eksternal:
RM 2.2
Sewa took,
Food, chemical,
transportasi, dll
Keterangan: electricity

: Produk antara : Input antara (nilai tambah eksternal)

: Nilai tambah setiap tahap produksi


Analisis Rantai Nilai

• Input eksternal mencakup 65% (RM 4,5/Kg) dari nilai produk, lebih
tinggi dari nilai tambah proses produksi internal (35% atau RM
2,4/Kg).
• Distribusi Nilai Tambah internal,
• RM 1.3/Kg (19%) diterima pedagang,
• RM 1/Kg (14%) diterima rumah potong hewan dan pengemasan,
• dan hanya RM 0.1/Kg yang diterima petani/pengusaha pada tahap
produksi.
Analisis: Produksi daging ayam

• Nilai Tambah terbesar ada pada tahap penjualan, pengusaha kecil perlu
lebih didorong untuk terlibat dalam proses penjualan .
• Karena Nilai Tambah peternakan ayam pada tahap produksi kecil, maka
strategi yang dilakukan adalah mengintegrasikan peternakan ayam dan
rumah potong dalam pengelolaan produksi .
• Peran pemerintah sebagian besar dalam memberikan izin peternakan.
Dengan diberlakukannya izin tersebut, pemerintah dapat memantau
operasional dan kondisi peternakan.
Permasalahan: Produksi daging ayam
• Di Negeri Perak, produsen daging ayam sebagian besar adalah perusahaan
besar, yang memiliki kemampuan keuangan dan teknologi produksi tingkat
menengah ke atas.
• Proses produksi memiliki sedikit hubungan dengan kegiatan ekonomi pedesaan
dan masyarakat lokal.
• Ada berbagai tingkat skala spasial keterkaitan yang terjadi secara bersamaan
seperti seorang petani menjual produknya secara bersamaan ke beberapa pasar
termasuk lokal dan regional.
• Sulit untuk memperoleh informasi rinci tentang transaksi Rantai Nilai termasuk
perincian biaya dalam proses produksi, perusahaan tertentu yang terlibat
dalam transaksi, serta nilai dan harga produk yang tepat.
• Berdasarkan pola keterkaitan yang kompleks ini, akan sulit untuk menentukan
batas klaster dalam ruang. Tindakan intervensi dalam kasus bottleneck Rantai
Nilai tidak bisa dilakukan dalam konteks lokal.
Beberapa solusi praktis: Produksi daging ayam

• Membentuk asosiasi lokal pedagang daging ayam.


• Asosiasi dan pemerintah memutuskan standarisasi harga daging ayam.
• Skema ini mencegah persaingan harga internal di antara para pedagang, serta
memastikan harga yang layak bagi konsumen
Produksi Sayuran di Negeri Perak

No DAERAH Wilayah Produksi Produksi

1 Batang Padang 1.218,34 538,17

2 Hilir Perak 28,60 11,20

3 Hulu Perak 38,86 18,43

4 Kerian 3,40 3,30

5 Kinta 1.159,19 621,99

6 Kuala Kangsar 323,23 98,14

7 Larut Matang & Selama 691,24 356,99

8 Manjung 429,94 220,36

9 Perak Tengah 365,92 110,86

TOTAL 4.258,72 1.979,44


Peta Distribusi Produksi Sayuran di Negeri Perak
Pemasok Primary Producers Pedagang Konsumen

Pemilik lahan, Pedagang,


Pelaku usaha Petani sayur (Pengusaha) Konsumen
Pemerintah, Pemasok Distributor

Harga RM 0.47/Kg RM 2.4/Kg RM 3/Kg


RM 3/Kg
(16%) (Δ 64%/ 80%) (Δ 20% / 100%)
Total Biaya RM 0.47/Kg RM 1.93/Kg RM 0.6/Kg
Final product:
retail vegetables
RM 3/Kg Nilai Tambah:
RM 0.5
produk antara:
bulk vegetables:
RM 2.4/Kg Untung & biaya (transportasi, tenaga
kerja, equipment):
RM 0.5 Kg

Nilai Tambah:
RM 1.55/Kg Nilai total Konsumen:
RM3/kg (100%)
Untung: RM 0.62/Kg
biaya (tenaga kerja, peralatan):
RM 0.93/kg
Nilai Tambah dari
produsen utama:
Barang modal & bahan baku= RM 0.47/Kg RM 2,05 /kg (68%)
Initial raw inputs: RM produk antara: harga
Lahan, persiapan, water sprinklers, crop frame,
0.47/Kg grosir: RM 2.4/Kg Nilai Tambah Pemasok
benih. etc.
Eksternal: RM 0.95 /Kg
(32%)
Other inputs:
RM 0.38/Kg

Legends:
Input lain:
: produk antara RM 0.1/Kg

: Nilai Tambah setia tahap produksi


input antara
input antara distribution:
Vegetable farming
: input antara
(eksternal Nilai Tambah)

eksternal Nilai Tambah : Nilai Tambah eksternal:


RM 0.37/Kg transportasi, dll.
pupuk , pestisida, bahan
bakar pompa air
Nilai Tambah Produk: Lady’s finger / Kacang bendi / Okra
Pemasok Produser utama Pedagang Konsumen

Pemilik tanah, Petani


Pedagang pasar,
Business Player Pemerintah, Sayuran(Pengusaha), Konsumen
Pemasok Pemasok Distributor
PRICE RM 0.42/Kg RM 3/Kg RM 4.5/Kg
RM 4.5/Kg
(9%) (Δ 58%/ 67%) (Δ 33% / 100%)
TOTAL biaya RM 0.42/Kg RM 2.58/Kg RM 1.5/Kg
Final product: Nilai Tambah:
retail vegetables
RM 1.4
RM 4.5/Kg
Profit & biaya (tenaga
produk antara: bulk vegetables: kerja, equipment):
RM 3/Kg
RM 1.4 Kg
Nilai Tambah: Nilai total Konsumen:
RM 2.41/Kg RM 4,5/kg (100%)
Profit: RM 1.86/Kg
biaya (tenaga kerja, Nilai Tambah dari
equipments): RM 0.55/kg
produsen utama:
Input capital & bahan baku= RM 0.42/Kg Intermediate input: RM3,81/kg (85%)
Land, preparation, water sprinklers, crop Main inputs = RM 0.42/Kg Bulk vegetables =
seeds. etc. RM 3 /Kg Nilai Tambah
Eksternal Pemasok:
Other inputs: RM 0.69 /Kg (15%)
RM 0.17/Kg

Legends:
Other inputs:
: produk antara RM 0.1/Kg

: Nilai Tambah each production stage


input antara input antara
Pertamian sayur distribusi:
: input antara
Nilai Tambah eksternal
lNilai Tambah Nilai Tambah
eksternal: eksternal :
Nilai Tambah dalam produksi: Cabe merah keriting Pupuk , dll dll.
Analisis: Produksi Sayuran
• Proses produksi Okra dan cabai merah menunjukkan nilai pada kegiatan
produksi pertanian, 64 persen untuk Okra dan 58 persen untuk cabai merah.
• Pedagang (grosir/pengecer) mendapatkan hampir separuh Nilai Tambah dari
produk tetapi dengan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan petani.
Nilai Tambah pada distribusi dan pemasaran adalah 20 persen untuk okra
dan 33 persen untuk cabai merah.
• Nilai Tambah paling banyak berasal dari proses produksi à hasil panen
merupakan kesempatan bagi petani untuk memperoleh pendapatan yang
tinggi.
• Cabai merah memberikan Nilai Tambah dan keuntungan yang lebih besar
dari pada okra, karena harga yang lebih baik di pasaran (RM 3/kg untuk
okra, RM 4,5 untuk cabai merah), dan biaya rata-rata penyiapan lahan yang
lebih rendah (berkaitan dengan lama panen dan hasil lebih).
Permasalahan: Produksi Sayuran
• Di lapangan, fasilitasi dari pemerintah masih belum bisa menjangkau
semua petani atau petani tidak bisa dengan mudah mengakses dukungan
yang ada dari pemerintah.
• Di sisi lain, pemerintah juga lebih memilih untuk hanya mendukung
petani yang sudah aktif berproduksi lebih dari dua tahun untuk
memastikan komitmen mereka dalam bisnis pertanian.
• Asosiasi petani sayuran khusus diperlukan karena petani mengalami
kesulitan dalam memulai kerjasama mandiri dalam berbagi pengalaman,
pencocokan bisnis internal, dan membuat kesepakatan bersama untuk
menghadapi tantangan bisnis.
• Diperlukan forum petani sayuran untuk aksi kolektif terkait masalah
teknis, manajemen, dan pasar.
Rekomendasi: Produksi Sayuran

• Modal, pengetahuan khusus, input teknologi dan tenaga kerja


merupakan kendala utama produksi sayuran.
• Disarankan agar pemerintah dapat memperbaiki proses melalui
instrumen kebijakan yang memungkinkan petani mudah mengakses
lahan, tenaga kerja, permodalan, dan layanan penyuluhan pertanian.
Kesimpulan
• Proses produksi produk berbeda dalam hal tahapan produksi, nilai tambah,
kelembagaan, dan keterkaitan bisnis.
• Pemahaman yang lebih baik tentang produk Nilai Tambah dapat membantu
petani untuk menentukan daya saing produk dan daerah yang memerlukan
intervensi untuk meningkatkan Rantai Nilai.
• Analisis Rantai Nilai juga membantu mengidentifikasi kendala yang
memerlukan intervensi atau tindakan bersama.
• Dalam konteks Malaysia, mekanisme aksi bersama dalam konsep klaster
dapat dilihat dari perspektif yang berbeda.
• Di satu sisi, inisiatif yang didorong oleh swasta bertindak untuk melindungi
kepentingan bisnis ibukota dan meningkatkan daya saing melalui asosiasi bisnis.
• Di sisi lain, inisiatif yang didorong oleh pemerintah bertindak untuk mendorong
pengembangan komunitas bisnis asli dan meningkatkan pendapatan sektor
pedesaan.
Analisis Rantai Nilai untuk Pengembangan Ekonomi Lokal
• Analisis Rantai Nilai dapat menjadi perangkat untuk mengidentifikasi
keterkaitan dan mengukur kekuatan/intensitas dan pentingnya keterkaitan
antar perusahaan dalam ruang geografis.
• Hal ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi efisiensi serta
kekurangan dari keterkaitan dan dengan demikian dapat memberikan dasar
pada area yang memiliki potensi untuk intervensi.
• Efisiensi kolektif produksi didapat dalam analisis Rantai Nilai. Hambatan yang
dapat diidentifikasi dasar untuk menentukan solusi tindakan bersama
• Permasalahan muncul dalam pengumpulan informasi yang detail dalam
analisis rantai nilai karena semakin detail informasi yang dibutuhkan, semakin
sulit untuk mendapatkan korporasi dari para pelaku bisnis.
• Kompleksitas hubungan antar-perusahaan yang terjadi pada tingkat skala
geografis yang berbeda menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan batas
pasti klaster.
TERIMA KASIH

Pelatihan Pengembangan Ekonomi Lokal/Daerah| 2023

Anda mungkin juga menyukai