Koreksi 1 PROPOSAL MASITHA
Koreksi 1 PROPOSAL MASITHA
PROPOSAL
OLEH :
MASITHA
PK 1150 19060
i
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT
TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19
DI RSUD RAJA TOMBOLOTUTU TINOMBO
PROPOSAL
DIAJUKAN OLEH:
MASITHA
PK 115019060
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
setelah kebijakan publik tersebut dilaksanakan. Keberhasilan pelaksanaan
kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan sebagai hasil
evaluasi atas pelaksanaan suatu kebijakan (Rezki, 2020)
Kebijakan dalam pelayanan kesehatan dapat dipandang sebagai aspek
penting dalam kebijakan sosial. Karena kesehatan merupakan faktor penentu
bagi kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang
memiliki pandapatan atau rumah yang memadai, namun melainkan orang
yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Di Inggris, Australia dan
Selandia Baru, pelayanan kesehatan publik diorganisir oleh lembaga yang
disebut The National Health Service. Lembaga ini menyediakan pelayanan
perawatan kesehatan dasar gratis hampir bagi seluruh warga Negara (Rezki,
A, 2020).
Beberapa langkah kesehatan masyarakat yang mungkin mencegah
atau memperlambat transmisi Covid-19 ini termasuk isolasi kasus, identifikasi
dan tindak lanjut dari kontak, disinfeksi lingkungan, dan penggunaan alat
pelindung diri. Mengenai pasien yang terinfeksi Covid-19, telah
direkomendasikan untuk menerapkan perawatan simptomatik dan perawatan
suportif yang sesuai. Untuk populasi umum, pencegahan terbaik adalah
menghindari terkena virus. Langkah- langkah dan kontrol yang dapat
mengurangi risiko adalah: penggunaan masker wajah, gunakan siku tertekuk
untuk menutupi batuk dan bersin, mencuci tangan secara teratur dengan sabun
atau desinfeksi dengan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60%
alkohol ( jika sabun dan air tidak tersedia), menghindari kontak dengan orang
yang terinfeksi, mempertahankan jarak yang sesuai, dan menahan diri dari
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci. Individu
dengan gejala pernapasan disarankan untuk menggunakan masker medis baik
dalam perawatan kesehatan dan perawatan di rumah. Individu tanpa gejala
pernapasan tidak perlu memakai masker medis saat di depan umum.
Penggunaan dan pembuangan yang tepat dari masker penting untuk
menghindari peningkatan risiko penularan (Sean Sylvia, 2020).
Pengetahuan perawat mengenai pencegahan penularan dengan
melakukan tindakan septik dan aseptik serta kemampuan untuk mencegah
transmisi penularan di rumah sakit adalah tindakan pertama dalam pemberian
pelayanan yang bermutu. Hal ini dapat diupayakan melalui peningkatan sikap
perawat tentang kesadaran menggunakan Alat Pelindung Diri dalam
melakukan setiap tindakan keperawatan. Menurut penelitian Nasution (2011)
terhadap 34 orang petugas kesehatan ruang ICU di dua rumah sakit
didapatkan hasil perilaku terhadap tindakan dan sikap petugas kesehatan
terhadap Alat Pelindung Diri mayoritas sedang (60%) (Suharto dan Ratna S.,
2016).
Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien harus
mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penggunaan Alat
Pelindung Diri dalam setiap pemberian pelayanan kesehatan pada pasien.
mengingat fungsi APD memiliki peran yang penting dalam upaya
mengeliminir transmisi agent penyakit infeksi baik dari lingkungan rumah
sakit, dari pasien ke perawat maupun dari pasien ke pasien lainnya maupun
2
infeksi yang terjadi pada pasien itu sendiri. Untuk dapat menggunakan Alat
Pelindung Diri secara benar harus didukung oleh pengetahuan dan sikap yang
baik, dari segi pengetahuan perawat harus bisa memahami potensi risiko
bahaya infeksi dan pintu masuk dari transmisi agent infeksi tersebut sehingga
dapat memilih jenis dan bahan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan potensi
bahaya yang ada. Sedangkan dari segi sikap perawat harus didukung dengan
perilaku yang baik terkait dengan penggunaan Alat Pelindung Diri seperti
kepatuhan dalam menggunakan Alat Pelindung Diri dengan benar pada saat
melakukan tindakan keperawatan dan kesadaran untuk merawat Alat
Pelindung Diri.(Suharto dan Ratna S., 2016).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan dan tindakan cara pencegahan
penularan Covid-19 pada perawat?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengukur pengetahuan dan pencegahan dalam bentuk tindakan bagi
seluruh perawat RSUD Raja Tombolotutu Tinombo. Serta memahami
segala bentuk faktor yang dapat dipengaruhi oleh Covid-19.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui tingkat pengetahuan para perawat RSUD Raja
Tombolotutu Tinombo terhadap pengertian dan gejala-gejala COVID-
19
2) Mengetahui tentang bagaimana cara penularan COVID-19
3) Mengetahui tentang cara pencegahan Covid-19.
4) Mengetahui bagaimana tindakan para perawat RSUD Raja
Tombolotutu Tinombo terhadap pencegahan penularan COVID-19.
D. Manfaat Penelitian
3
c. Bagi peneliti – menambah kemampuan peneliti mengenai pencegahan
Corona virus dan dasar yang mempengaruhi peningkatan wabah COVID-
19
d. Bagi masyarakat – hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data atau
pengetahuan tentang gambaran pengetahuan dan pencegahan COVID-19
dimasyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Defenisi Perawat
Perawat berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada
perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat
mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesioanl yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Lokakarya Keperawatan 1983 dalam A. Aziz alimul hidayat).
b. Peran Perawat
Menurut (konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989) peran perawat terdiri
dari :
1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Peran Perawat sebagai advokat klien
3. Peran Perawat sebagai Edukator
4. Peran Perawat sebagai koordinator
5. Peran Perawat sebagai kolaborator
6. Peran Perawat sebagai Konsultan
7. Peran Perawat sebagai Pembaharuan
Selain peran perawat berdasarkan konsorsium ilmu kesehatan, terdapat
pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun
1983, yang membagi empat peran perawat.(Nursalam.2002)
1. Peran Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan
2. Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Keperawatan
3. Peran Perawat sebagai Pengelola pelayanan Keperawatan
4. Peran Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang pelayanan
Keperawatan.
c. Fungsi Perawat
Fungsi perawat meliputi:
1. Fungsi Independen
Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu
keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap
akibat yang timbul dari tindakan yang diambil. Contoh tindakan
5
perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah Pengkajian
seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji secara fisik
untuk menentukan status kesehatan.
2. Fungsi Dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan
tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya
dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan
melakukan suntikan.
3. Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau
tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga
kesehatan lainnya berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien.
Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh
seorang dokter
b. Tingkat Pengetahuan
Intensitas atau tingkat pengetahuan seseorang terhadap obyek tertentu
tidak sama. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkatan pengetahuan,
yaitu:
6
1. Mengetahui (know), artinya mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (comprehension) artinya suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Menggunakan (aplication) artinya kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.
4. Menguraikan (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Menyimpulkan (synthesis), maksudnya suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6. Mengevaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari
subyek penelitian atau responden.(Ariyani 2009)
7
Tabel 2.1 Perhitungan dengan kriteria skala Guttman
Jumlah pertanyaan 20
Jumlah jawaban 2 ( Benar , Salah )
Skor tertinggi Jawaban yang Benar diberi poin 1
(100%)
Skor terendah Jawaban yang Salah diberi poin 0
(0%)
Kategori (K) 3 (Baik,Cukup, Kurang)
Skor tinggi- skor rendah
Range (R)
= 100%-0%
= 100%
Range(R) ÷ Kategori (K)
Interval (I)
= 100% ÷ 3
= 33,3%
= 100 % – 33,3 %
= 66,7 %
8
al.,2020). Pertama kali dilaporkan dari Wuhan pada tanggal 31 Desember
2019 ke Komisi Kesehatan Nasional China. Tujuh hari kemudian urutan
CoV dirilis. Pada 15 Januari 2020, kasus fatal pertama dari Wuhan
dilaporkan. Sementara itu, epidemi menyebar dengan cepat ke kota-kota,
provinsi, dan negara-negara tetangga. 20 Januari, infeksi penyedia layanan
kesehatan dilaporkan, menunjukkan hal itu penularan dari manusia ke
manusia dimungkinkan. Pada 23 Januari, kota Wuhan dikunci dengan
semua transportasi umum berhenti. Pada 24 Januari studi klinis pertama
tentang penyakit ini melaporkan bahwa, dari 41 pasien dengan kasus yang
dikonfirmasi, hanya 21 yang memiliki kontak langsung dengan pasar
makanan laut Wuhan yang dianggap sebagai tempat awal infeksi dari
sumber hewan yang tidak diketahui. Pada 30 Januari, WHO menyatakan
wabah itu sebagai darurat kesehatan global (Wang et al.,2020).
c. Karakteristik Coronavirus
9
Corona virus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus
ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar
dan unta. Nama Coronaviruses (CoVs) diberikan karena mirip paku seperti
mahkota di permukaannya dan milik keluarga Coronaviridae dalam urutan
Nidovirales. Coronavirus secara luas menginfeksi vertebrata termasuk
manusia, burung, kelelawar, ular, tikus, dan hewan liar lainnya (Weiss
S.R. dan J.L. Leibowitzt,2020).
d. Etiologi
Corona virus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam,
yaitu Sarbecovirus (N et al.,2020) Atas dasar ini, International Committee
on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2 (AE et
al.,2020).
e. Faktor Risiko
10
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan
diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan
faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih
banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang
lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada
peningkatan ekspresi reseptor ACE2 (A et al.,2020) Beberapa faktor risiko
lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan pasien
COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu
lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap
sebagai risiko rendah (CDC,2020). Tenaga medis merupakan salah satu
populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-
19 adalah tenaga medis (International Council of Nurse Geneva,2020). Di
China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas
sebesar 0,6% (Wang et al.,2020).
f. Patofisiologi dan Patogenesis
Seluruh populasi manusia umumnya tidak memiliki kekebalan terhadap
SARS-CoV-2 dan karenanya rentan terhadap virus baru. Saat ini, tidak
adapenelitian rinci yang dilaporkan mengenai tanggapan imunologis
terhadap SARS-CoV-2. Dengan demikian, hanya dapat merujuk pada studi
sebelumnya pada CoVlain, terutama SARS-CoV dan MERS-CoV. Secara
umum, setelah virus menyerang inang, ia pertama kali dikenali oleh inang
sistem imun bawaan melalui reseptor pengenalan pola (PRRs) termasuk
reseptor seperti lektin tipe C, seperti tol receptor (TLR), NOD-like
receptor (NLR), dan RIG-I-like receptor (RLR). Melalui jalur yang
berbeda, virus menginduksi ekspresi faktor inflamasi, pematangan sel
dendritik, dan sintesis interferon tipe I (IFNs) yang membatasi penyebaran
virus dan mempercepat fagositosis makrofag antigen virus (A et al.,2020).
Namun, protein N dari SARS-CoV dapat membantu virus keluar dari
respon imun (X et al.,2020).
Segera, respons imun adaptif bergabung dengan perang melawan virus.
Limfosit T termasuk sel T CD4 + dan CD8 memainkan peran penting
dalam pertahanan. Sel T CD4 + merangsang sel B untuk menghasilkan
antibodi spesifik virus, dan sel T CD8 + langsung membunuh sel yang
terinfeksi virus. Sel-sel T pembantu memproduksi sitokin proinflamasi
untuk membantu sel-sel yang bertahan. Namun, CoV dapat menghambat
fungsi sel T dengan menginduksi apoptosis sel T. Kekebalan humoral
termasuk komplemen seperti C3a dan C5a dan antibodi juga penting
dalam memerangi infeksi virus (DR et al.,2020). Sebagai contoh, antibodi
yang diisolasi dari pasien yang pulih menetralkan MERS-CoV (P et
11
al.,2020). Di sisi lain, reaksi berlebihan dari sistem kekebalan
menghasilkan sejumlah besar radikal bebas secara lokal yang dapat
menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru dan organ lain, dalam
skenario terburuk, kegagalan multi-organ dan bahkan kematian
(Channappanahar dan Perlman S,2020).
12
Gambar 2.6 Skema replikasi dan patogenesis virus (IJSR,2020).
g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai
dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong
ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1%
pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi
asimtomatik belum diketahui (WHO,2020). Viremia dan viral load yang
tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah
dilaporkan (KQ et al.,2020).
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran
napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue,
batuk(dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan,
kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi
oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah
(C et al.,2020). Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai
dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan
>30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93%
tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala
yang atipikal (WHO,2020).
13
Gambar 2.7 Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari berbagai sumber.(C
et al,2020), (WJ et al.,2020),(J et al.,2020),(D,2020),(F,2020).
h. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama:
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau
sesak. Definisi operasional yang dapat dijadikan acuan dalam
anamnesis pasien (Kemenkes,2020) yaitu pasien dalam pengawasan
(PDP), orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gejala (OTG) dan
kasus konfirmasi.
2. Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaaan Penunjang berupa pemeriksaan lab seperti hematologi
rutin, hitung jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah,
hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan
indikasi (Yan et al.,2020). Pemeriksaan radiologi berupa foto toraks
dan Computed Tomography Scan (CT- scan) toraks. Pada foto toraks
dapat ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat,
penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis.
Pemeriksaan diagnostik SARS-Cov-2 berupa pemeriksaan antigen-
antibodi berupa IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6
setelah onset gejala, sementara IgG mulai hari 10-18 setelah onset
gejala (Guo et al.,2020). Pemeriksaan jenis ini tidak direkomendasikan
WHO sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi masih
perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor risiko
tertular (WHO,2020).
14
i. Pencegahan
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu
pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan
meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan
melakukan proteksi dasar (Kemenkes,2020) :
1. Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin
guna membuat imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini, sedang
berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari
National Institute of Health (NIH) menggunakan mRNA-1273 dengan
dosis 25, 100, dan 250 µg. Studi kedua berasal dari China
menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis ringan, sedang
dan tinggi (US National Library Medicine,2020).
2. Deteksi dini dan isolasi
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat
ke fasilitas kesehatan.WHO juga sudah membuat instrumen penilaian
risiko bagi petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19
sebagai panduan rekomendasi tindakan lanjutan. Bagi kelompok risiko
tinggi, direkomendasikan pemberhentian seluruh aktivitas yang
berhubungan dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi
SARS-CoV-2 dan isolasi. Pada kelompok risiko rendah, dihimbau
melaksanakan pemantuan mandiri setiap harinya terhadap suhu dan
gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari bantuan jika keluhan
memberat. Pada tingkat masyarakat, usaha mitigasi meliputi
pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar (social
distancing) (WHO,2020).
15
merupakan virus RNA dengan selubung lipid bilayer. Sabun mampu
mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik seperti lemak atau
minyak. Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-71% dapat
mengurangi infektivitas virus. (Riedel et al.,2020).
Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand rub berbasis
alkohol atau sabun dan air. Berbasis alkohol lebih dipilih ketika secara
kasat mata tangan tidak kotor sedangkan sabun dipilih ketika tangan
tampak kotor.Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung
atau mulut dengan permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi
dengan virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Pastikan
menggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk untuk
menghindari penyebaran droplet (WHO,2020).
4. Alat pelindung diri
SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri
(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan
selama penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung
tangan, masker wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun
nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika
didukung dengan kontrol administratif dan kontrol lingkungan dan
teknik. Penggunaan APD secara rasional dinilai berdasarkan risiko
pajanan dan dinamika transmisi dari patogen. Pada kondisi berinteraksi
dengan pasien tanpa gejala pernapasan, tidak diperlukan APD. Jika
pasien memiliki gejala pernapasan, jaga jarak minimal satu meter dan
pasien dipakaikan masker. Tenaga medis disarankan menggunakan
APD lengkap. Alat seperti stetoskop, thermometer, dan
spigmomanometer sebaiknya disediakan khusus untuk satu pasien.
Bila akan digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi
dengan alcohol 70%. WHO tidak merekomendasikan penggunaan
APD pada masyarakat umum yang tidak ada gejala demam, batuk, atau
sesak (WHO,2020).
5. Penggunaan masker N95 dibandingkan surgical mask
Berdasarkan rekomendasi CDC, petugas kesehatan yang merawat
pasien yang terkonfirmasi atau diduga COVID-19 dapat menggunakan
masker N95 standar. Masker N95 juga digunakan ketika melakukan
prosedur yang dapat menghasilkan aerosol, misalnya intubasi,
ventilasi, resusitasi jantung-paru, nebulisasi, dan bronkoskopi. Masker
N95 dapat menyaring 95% partikel ukuran 300 nm meskipun
penyaringan ini masih lebih besar dibandingkan ukuran SARS-CoV-2
(120-160 nm). Studi retrospektif di China menemukan tidak ada dari
278 staf divisi infeksi, ICU, dan respirologi yang tertular infeksi
SARS-CoV-2 (rutin memakai N95 dan cuci tangan). Sementara itu,
terdapat 10 dari 213 staf di departemen bedah yang tertular SARS-
CoV-2 karena di awal wabah dianggap berisiko rendah dan tidak
memakai masker apapun dalam melakukan pelayanan (Wang et
al.,2020).
6. Mempersiapkan daya tahan tubuh
16
Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang dapat
memperbaiki daya tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas.
Beberapa di antaranya adalah berhenti merokok dan konsumsi alkohol,
memperbaiki kualitas tidur, serta konsumsi suplemen. Berhenti
merokok dapat menurunkan risiko infeksi saluran napas atas dan
bawah. Merokok menurunkan fungsi proteksi epitel saluran napas,
makrofag alveolus, sel dendritik, sel NK, dan sistem imun adaptif.
Merokok juga dapat meningkatkan virulensi mikroba dan resistensi
antibiotika (CDC,2020). Salah satu suplemen yang didapatkan
bermanfaat yaitu vitamin D. Suatu meta-analisis dan telaah sistematik
menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat secara aman
memproteksi terhadap infeksi saluran napas akut (Hao et al.,2020).
D. Kerangka Teori
Faktor Resiko :
Epidemiologi
Kontak erat dengan
pasien positif COVID-19 Patogenesis/
Patofisiologi
Riwayat penyakit
komorbid seperti Karakteristik
hipertensi, diabetes Virus
mellitus
Diagnosis COVID-
19
Tidak Diteliti
Pencegahan
17
E. Kerangka Pikir
18
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
A. Populasi Penelitian
Populasi untuk sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat RSUD
Raja Tombolotutu Tinombo dari berbagai ruang yang jumlahnya adalah 75
orang.
B. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang diambil merupakan subjek dari populasi sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. Besar sampel
pada penelitian ini diambil dengan rumus Slovin, yaitu:
N
n=
1+ N ( e)2
Keterangan :
n = besar sampel
N = besarnya populasi perawat RSUD (75 orang)
e = tingkat batas toleransi kesalahan (margin of error 5%)
75
n=
1+75(0,05)2
75
n=
1,875
n=63 orang
19
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel minimum yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 63 perawat RSUD Raja
Tombolotutu Tinombo.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk dan atau
meringkas data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga
menghasilkan informasi yang diperlukan, (Notoatmodjo, 2010). Pengolahan
data dengan cara:
1. Editing
Editing yaitu tahap menyeleksi data yang telah didapat dari kuesioner
untuk mendapatkan data yang akurat.
2. Koding
20
Koding yaitu proses melakukan pengkodean data agar tidak terjadi
kekeliruan dalam melakukan tabulasi data. Coding butir jawaban dengan
menggunakan penilaian.
3. Tabulasi
Tabulasi data yaitu tahap penyusunan data sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam penjumlahan data yang akan disajikan.
4. Entry Data
Entry data yaitu proses memasukkan data ke dalam aplikasi atau alat
pengolahan data pada komputer.
5. Cleaning
Cleaning yaitu pembersihan data yang tidak sesuai dengan variabel.
6. Describing
Describing yaitu proses interpretasi atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan.
F. Analisisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat menggunakan
alat bantu program SPSS, menggunakan analisis Deskriptif univariate.
G. Penyajian Data
Penyajian data hasil penelitian menggunakan cara interpretasi hasil analisis
data dengan penjelasan narasi secara deskriptif.
H. Definisi Operasional
Definisi Skala
No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Pengetahuan Hal-hal Kuesioner 1. Baik jika Ordinal
yang Skala persentase
diketahui Guttman nilai ≥ 66,8
responden % yaitu
berkaitan jumlah soal
dengan benar > 13
gejala dan soal
pencegahan 2. Cukup jika
COVID-19 nilai
persentase
33,4 - 66,7
% yaitu
jumlah soal
benar 13-7
soal
3. Kurang jika
persentase
nilai ≤
33,3% yaitu
jumlahsoal
21
benar < 7
soal
2. Usia Masa hidup Kuesioner Umur dalam Ordinal
responden tahun
yang
dihitung
sejak lahir
sampai
dengan
ulang tahun
terakhir.
3. Jenis Karateristik Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin seksual 2. Perempuan
yang
dimiliki
oleh
responden
dan dibagi
menjadi
laki-laki
dan
perempuan.
4. Riwayat Ada atau Kuesioner 1. Ada Nominal
Keluarga tidak 2. Tidak
keluarga
yang
menderita
COVID-19
5. Sumber Sumber Kuesioner 1. Media Cetak Ordinal
Informasi (media) 2. Media
yang Elektronik
digunakan 3. Teman
responden 4. Tenaga
untuk Kesehatan
memperoleh 5. Lebih dari 1
informasi sumber
tentang
gejala dan
pencegahan
COVID-19
22
DAFTAR PUSTAKA
C. Huang, Y. Wang, X. Li, L. Ren, J. Zhao, Y. Hu, et al. 2020, Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan,
China, ,https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5
HO. 2020, „Coronavirus Disease 2019‟, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, vol. 7,
no. 1, pp. 45-46.
Liu, F. 2020, „COVID-19‟, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, vol. 7, no.1, pp. 62.
Qiang, W. 2020, Diagnosis dan penatalaksanaan Pneumonia Covid-19 di
Indonesia, Penerbit buku PDPI, Jakarta.
Wawan & Dewi. 2011. Teori pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Cetakan ke-2.Yogyakarta :Nuhamedika
23
Yunus, N.R. 2020, „Kebijakan Pemberlakuan lockdown sebagai antisipasi
penyebaran Corona Virus Covid-19‟, Jurnal Sosial & Budaya Syar-i, vol.
7, no. 3, pp. 227-238.
24
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN)
No Urut Responden :
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : …………………………………….
Umur : …………………………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak dipilih)
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai penelitian yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Pencegahan
Penularan COVID-19 Di RSUD Raja Tombolotutu Tinombo”
Secara sukarela untuk menjadi responden penelitian dengan penuh kesadaran serta
tanpa keterpaksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa
tekanan dari pihak manapun.
Parigi, … … … 2021
Responden, Saksi
………………………………. ……………………………….
25
KUESIONER GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT
TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19
DI RSUD RAJA TOMBOLOTUTU TINOMBO
*Petunjuk pengisian:
Isilah setiap data demografi yang tertera di bawah ini sesuai dengan kondisi atau
keadaan diri pribadi dengan cara mengisi kolom yang tersedia. Setiap pertanyaan
yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Riwayat keluarga dengan COVID-19 :
Ya Tidak
26
KUESIONER GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT
TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19
DI RSUD RAJA TOMBOLOTUTU TINOMBO
27
terjangkit virus, kontak dengan orang yang memiliki
riwayat perjalanan dan kontak erat dengan pasien
yang terkonfirmasi.
Pertanyaan tentang Pencegahan COVID-19 : 8 soal
12. Cek suhu tubuh secara berkala merupakan deteksi dini
dalam pencegahan COVID-19.
13. Tidak perlu memakai masker ketika batuk dan keluar
rumah selama masa wabah COVID-19.
14. Mencuci tangan tidak perlu dengan sabun atau
handsanitizer, cukup dengan air saja karena virus
corona sudah dapat mati.
15. Berdiam diri di rumah jika tidak ada kepentingan
mendesak adalah tindakan pencegahan penularan virus
corona.
16. Physical Distancing adalah menjaga jarak antar
manusia dan menghindari titik keramaian seperti
sekolah, pasar dan tempat-tempat rekreasi.
17. Menjaga daya tahan/sistem imun tubuh dengan
berhenti merokok & mengonsumsi alkohol,
memperbaiki kualitas tidur tidak dapat mencegah
terinfeksi COVID-19.
18. Saya tidak pernah berolahraga, berjemur dipanas
matahari dan mengonsumsi makanan bergizi selama
masa wabah COVID-19.
19. Upaya sosialisasi dan pencegahan virus corona belum
menyeluruh di semua wilayah Kabupaten Parigi
Moutong khususnya Kecamatan Tinombo dan Saya
sebagai perawat harus melakukan peran memberikan
edukasi dan informasi tentang virus corona bagi
keluarga dan masyarakat sekitar.
Pertanyaan tentang Pengobatan COVID-19: 1 soal.
20. Saat ini tidak ada penyembuhan yang efektif untuk
COVID-2019, tetapi pengobatan simtomatik(menurut
gejala) dan suportif dini dapat membantu sebagian
besar pasien pulih dari infeksi.
28