Anda di halaman 1dari 33

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT

TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19


DI RSUD RAJA TOMBOLOTUTU TINOMBO

PROPOSAL

OLEH :
MASITHA
PK 1150 19060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA
2021

i
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT
TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19
DI RSUD RAJA TOMBOLOTUTU TINOMBO

PROPOSAL

DIAJUKAN OLEH:

MASITHA
PK 115019060

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh:

Dosen Pembimbing I

Freny Ravika Mbaloto, S.Kep. Ns. M.Kep Tanggal, ……… 2021


NIDN. 09 040286 02

Dosen Pembimbing II

Dr. Esron Sirait, SE. M.Kes Tanggal, ...…… .2021


NUPN. 99 904144 71

Ketua STIK Indonesia Jaya

Dr. Esron Sirait, SE. M.Kes Tanggal, ……… 2021


NUPN. 99 904144 71

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
A. Tinjauan Umum Tentang Perawat ........................................ 5
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan ................................ 6
C. Tinjauan Umum Tentang Covid-19 ...................................... 8
D. Kerangka Teori ..................................................................... 17
E. Kerangka Pikir ...................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 19
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 19
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 19
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 19
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................................... 20
E. Pengolahan Data ................................................................... 20
F. Analisa Data ......................................................................... 21
G. Penyajian Data ...................................................................... 21
H. Definisi Operasional ............................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23


LAMPIRAN ................................................................................................ 25

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru


yaitu corona virus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut
Coronavirus disease 2019 (Covid-19). Sebagaimana kita ketahui, asal mula
virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember
tahun 2019. Sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang
telah terjangkit virus ini (Data WHO, 1 Maret 2020).
Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang bisa
diabaikan begitu saja. Jika dilihat dari gejalanya, orang awam akan
mengiranya hanya sebatas influenza biasa, tetapi bagi analisis kedokteran
virus ini cukup berbahaya dan mematikan. Saat ini kasus kematian terus
meningkat. Contohnya dinegara Italia dengan 165.837 jiwa dan dinegara
Indonesia 1883 jiwa. Perkembangan penularan virus ini cukup signifikan
karena penyebarannya sudah mendunia dan seluruh negara merasakan
dampaknya (Yunus, N. R, 2020).
Virus Corona adalah sekelompok virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Dalam beberapa kasus, virus ini menyebabkan infeksi pernapasan
ringan saja. Infeksi virus Corona atau Covid-19 bisa menyebabkan
penderitanya mengalami gejala flu, seperti hidung berair dan meler, sakit
kepala, batuk, nyeri tenggorokan, dan demam, atau gejala penyakit infeksi
pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah,
sesak napas, dan nyeri dada. Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang
bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu: demam, batuk dan
sesak napas (Zein, 2020).
Mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona
di Indonesia sudah dilakukan di seluruh daerah. Diantaranya dengan
memberikan kebijakan membatasi aktifitas keluar rumah, kegiatan sekolah
dirumahkan, bekerja dari rumah (work from home), bahkan kegiatan
beribadah pun dirumahkan. Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sudah dianalisa dengan
maksimal tentunya (Yunus & Rezki, 2020)
Terkait aktifitas yang dirumahkan sudah menjadi kebijakan dalam
kondisi khusus yang harus dilakukan. Kebijakan ini diharapkan mampu
mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat. Kebijakan ini ditetapkan oleh
beberapa pihak terutama pemerintah yang diorientasikan pada pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Makna dari pelaksanaan kebijakan
publik merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan-
tujuan atau sasaran sebagai hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan
pemerintah. Kekurangan atau kesalahan kebijakan publik akan dapat diketahui

1
setelah kebijakan publik tersebut dilaksanakan. Keberhasilan pelaksanaan
kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan sebagai hasil
evaluasi atas pelaksanaan suatu kebijakan (Rezki, 2020)
Kebijakan dalam pelayanan kesehatan dapat dipandang sebagai aspek
penting dalam kebijakan sosial. Karena kesehatan merupakan faktor penentu
bagi kesejahteraan sosial. Orang yang sejahtera bukan saja orang yang
memiliki pandapatan atau rumah yang memadai, namun melainkan orang
yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Di Inggris, Australia dan
Selandia Baru, pelayanan kesehatan publik diorganisir oleh lembaga yang
disebut The National Health Service. Lembaga ini menyediakan pelayanan
perawatan kesehatan dasar gratis hampir bagi seluruh warga Negara (Rezki,
A, 2020).
Beberapa langkah kesehatan masyarakat yang mungkin mencegah
atau memperlambat transmisi Covid-19 ini termasuk isolasi kasus, identifikasi
dan tindak lanjut dari kontak, disinfeksi lingkungan, dan penggunaan alat
pelindung diri. Mengenai pasien yang terinfeksi Covid-19, telah
direkomendasikan untuk menerapkan perawatan simptomatik dan perawatan
suportif yang sesuai. Untuk populasi umum, pencegahan terbaik adalah
menghindari terkena virus. Langkah- langkah dan kontrol yang dapat
mengurangi risiko adalah: penggunaan masker wajah, gunakan siku tertekuk
untuk menutupi batuk dan bersin, mencuci tangan secara teratur dengan sabun
atau desinfeksi dengan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60%
alkohol ( jika sabun dan air tidak tersedia), menghindari kontak dengan orang
yang terinfeksi, mempertahankan jarak yang sesuai, dan menahan diri dari
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci. Individu
dengan gejala pernapasan disarankan untuk menggunakan masker medis baik
dalam perawatan kesehatan dan perawatan di rumah. Individu tanpa gejala
pernapasan tidak perlu memakai masker medis saat di depan umum.
Penggunaan dan pembuangan yang tepat dari masker penting untuk
menghindari peningkatan risiko penularan (Sean Sylvia, 2020).
Pengetahuan perawat mengenai pencegahan penularan dengan
melakukan tindakan septik dan aseptik serta kemampuan untuk mencegah
transmisi penularan di rumah sakit adalah tindakan pertama dalam pemberian
pelayanan yang bermutu. Hal ini dapat diupayakan melalui peningkatan sikap
perawat tentang kesadaran menggunakan Alat Pelindung Diri dalam
melakukan setiap tindakan keperawatan. Menurut penelitian Nasution (2011)
terhadap 34 orang petugas kesehatan ruang ICU di dua rumah sakit
didapatkan hasil perilaku terhadap tindakan dan sikap petugas kesehatan
terhadap Alat Pelindung Diri mayoritas sedang (60%) (Suharto dan Ratna S.,
2016).
Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien harus
mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penggunaan Alat
Pelindung Diri dalam setiap pemberian pelayanan kesehatan pada pasien.
mengingat fungsi APD memiliki peran yang penting dalam upaya
mengeliminir transmisi agent penyakit infeksi baik dari lingkungan rumah
sakit, dari pasien ke perawat maupun dari pasien ke pasien lainnya maupun

2
infeksi yang terjadi pada pasien itu sendiri. Untuk dapat menggunakan Alat
Pelindung Diri secara benar harus didukung oleh pengetahuan dan sikap yang
baik, dari segi pengetahuan perawat harus bisa memahami potensi risiko
bahaya infeksi dan pintu masuk dari transmisi agent infeksi tersebut sehingga
dapat memilih jenis dan bahan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan potensi
bahaya yang ada. Sedangkan dari segi sikap perawat harus didukung dengan
perilaku yang baik terkait dengan penggunaan Alat Pelindung Diri seperti
kepatuhan dalam menggunakan Alat Pelindung Diri dengan benar pada saat
melakukan tindakan keperawatan dan kesadaran untuk merawat Alat
Pelindung Diri.(Suharto dan Ratna S., 2016).

Berdasarkan atas uraian di atas dimana pentingnya


pemahaman perawat bagaimana cara untuk menghindari penularan wabah
virus corona ini, penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan
perawat di kota Tinombo khususnya perawat di RSUD Raja Tombolotutu
Tinombo terhadap cara pencegahan penularan virus Corona.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan dan tindakan cara pencegahan
penularan Covid-19 pada perawat?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengukur pengetahuan dan pencegahan dalam bentuk tindakan bagi
seluruh perawat RSUD Raja Tombolotutu Tinombo. Serta memahami
segala bentuk faktor yang dapat dipengaruhi oleh Covid-19.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui tingkat pengetahuan para perawat RSUD Raja
Tombolotutu Tinombo terhadap pengertian dan gejala-gejala COVID-
19
2) Mengetahui tentang bagaimana cara penularan COVID-19
3) Mengetahui tentang cara pencegahan Covid-19.
4) Mengetahui bagaimana tindakan para perawat RSUD Raja
Tombolotutu Tinombo terhadap pencegahan penularan COVID-19.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi perawat – supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan mereka


tentang pencegahan COVID-19
b. Bagi petugas medis – supaya mereka dapat mengetahui tingkat
pengetahuan mengenai pengertian, gejala, cara penularan dan cara
mencegah COVID-19 pada perawat sehingga dapat merencanakan
suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menindaklanjutinya

3
c. Bagi peneliti – menambah kemampuan peneliti mengenai pencegahan
Corona virus dan dasar yang mempengaruhi peningkatan wabah COVID-
19
d. Bagi masyarakat – hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data atau
pengetahuan tentang gambaran pengetahuan dan pencegahan COVID-19
dimasyarakat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perawat

a. Defenisi Perawat
Perawat berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada
perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat
mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesioanl yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Lokakarya Keperawatan 1983 dalam A. Aziz alimul hidayat).

b. Peran Perawat
Menurut (konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989) peran perawat terdiri
dari :
1. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Peran Perawat sebagai advokat klien
3. Peran Perawat sebagai Edukator
4. Peran Perawat sebagai koordinator
5. Peran Perawat sebagai kolaborator
6. Peran Perawat sebagai Konsultan
7. Peran Perawat sebagai Pembaharuan
Selain peran perawat berdasarkan konsorsium ilmu kesehatan, terdapat
pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun
1983, yang membagi empat peran perawat.(Nursalam.2002)
1. Peran Perawat sebagai Pelaksana Pelayanan Keperawatan
2. Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Keperawatan
3. Peran Perawat sebagai Pengelola pelayanan Keperawatan
4. Peran Perawat sebagai Peneliti dan Pengembang pelayanan
Keperawatan.

c. Fungsi Perawat
Fungsi perawat meliputi:
1. Fungsi Independen
Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu
keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap
akibat yang timbul dari tindakan yang diambil. Contoh tindakan

5
perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah Pengkajian
seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji secara fisik
untuk menentukan status kesehatan.

2. Fungsi Dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan
tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya
dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan
melakukan suntikan.
3. Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau
tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga
kesehatan lainnya berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien.
Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh
seorang dokter

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


a. Pengetahuan.
Pengetahuan adalah pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia setelah
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu melalui pancaindera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan
tersebut dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun dari
pengalaman orang lain.

Menurut Jann Hidayat Tjakraatmadja dan Donald Crestofel Lantu dalam


bukunya Knowledge Management dalam (Ariyani 2009 ) disebutkan
bahwa pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang saling
terhubung secara sistematik sehingga memiliki makna. Informasi
diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir, dianalisis, dan ditampilkan
dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui bahasa, grafik atau
tabel), sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan dimiliki seseorang
dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi memori) di otaknya.
Kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan pada suatu masalah maka
informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya dan yang
terkait dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan
tersusun secara sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami
atau memiliki pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang
dihadapinya.

Kemampuan memiliki pengetahuan atas obyek masalah yang dihadapi


sangat ditentukan oleh pengalaman, latihan atau proses belajar.

b. Tingkat Pengetahuan
Intensitas atau tingkat pengetahuan seseorang terhadap obyek tertentu
tidak sama. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkatan pengetahuan,
yaitu:

6
1. Mengetahui (know), artinya mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (comprehension) artinya suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Menggunakan (aplication) artinya kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.
4. Menguraikan (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Menyimpulkan (synthesis), maksudnya suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6. Mengevaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari
subyek penelitian atau responden.(Ariyani 2009)

c. Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses
belajar yang didapat dari pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Metode
pengukuran pengetahuan dilakukan menggunakan kuesioner dengan skala
Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang
tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau
negatif, dan lain-lain. Bila pertanyaan dalam bentuk positif maka jawaban
benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0, sedangkan bila pertanyaan
dalam bentuk negatif maka jawaban benar diberi nilai 0 dan salah diberi
nilai 1 (Iskani, 2013).
Rumus yang di gunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di
dapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013) dalam Dewi (2016), yaitu:

Jumlah nilai yang benar


Presentasi ¿ x 100 %
Jumlah Soal

Adapun perhitungan dari kriteria objektif tentang pengetahuan,


menggunakan pendekatan dengan skala Guttman, yang menggunakan dua
jawaban tegas, yaitu benar atau salah. Perhitungan dengan kriteria skala
Guttman :

7
Tabel 2.1 Perhitungan dengan kriteria skala Guttman

Jumlah pertanyaan 20
Jumlah jawaban 2 ( Benar , Salah )
Skor tertinggi Jawaban yang Benar diberi poin 1
(100%)
Skor terendah Jawaban yang Salah diberi poin 0
(0%)
Kategori (K) 3 (Baik,Cukup, Kurang)
Skor tinggi- skor rendah
Range (R)
= 100%-0%
= 100%
Range(R) ÷ Kategori (K)
Interval (I)
= 100% ÷ 3
= 33,3%

Kriteria penilaian = Skor tertinggi – Interval

= 100 % – 33,3 %

= 66,7 %

 Baik : Jika persentase total jawaban responden memiliki nilai ≥ 66,8 %


yaitu jumlah soal benar > 13 soal
 Cukup : Jika persentase total jawaban responden memiliki nilai 33,4 -
66,7 % yaitu jumlah soal benar 13-7 soal
 Kurang : Jika persentase total jawaban responden memiliki nilai ≤
33,3% yaitu jumlah soal benar < 7 soal

C. Tinjauan Umum Tentang Covid-19


a. Pengertian
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada dua jenis corona virus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
yaitu MERS dan SARS. COVID-19 adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebabnya
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis yang ditularkan
antara hewan dan manusia (Kemenkes,2020).
b. Epidemiologi
COVID-19 adalah wabah CoV ketiga dalam sejarah manusia setelah
SARS-CoV di China 2003 dan MERS-CoV Arab Saudi 2012 (Paules et

8
al.,2020). Pertama kali dilaporkan dari Wuhan pada tanggal 31 Desember
2019 ke Komisi Kesehatan Nasional China. Tujuh hari kemudian urutan
CoV dirilis. Pada 15 Januari 2020, kasus fatal pertama dari Wuhan
dilaporkan. Sementara itu, epidemi menyebar dengan cepat ke kota-kota,
provinsi, dan negara-negara tetangga. 20 Januari, infeksi penyedia layanan
kesehatan dilaporkan, menunjukkan hal itu penularan dari manusia ke
manusia dimungkinkan. Pada 23 Januari, kota Wuhan dikunci dengan
semua transportasi umum berhenti. Pada 24 Januari studi klinis pertama
tentang penyakit ini melaporkan bahwa, dari 41 pasien dengan kasus yang
dikonfirmasi, hanya 21 yang memiliki kontak langsung dengan pasar
makanan laut Wuhan yang dianggap sebagai tempat awal infeksi dari
sumber hewan yang tidak diketahui. Pada 30 Januari, WHO menyatakan
wabah itu sebagai darurat kesehatan global (Wang et al.,2020).

Gambar 2.1 Garis waktu kejadian selama epidemi COVID-19.

c. Karakteristik Coronavirus

Gambar 2.2 Morfologi COVID-19 di bawah mikroskop elektron (CDC, 2020).

9
Corona virus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus
ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar
dan unta. Nama Coronaviruses (CoVs) diberikan karena mirip paku seperti
mahkota di permukaannya dan milik keluarga Coronaviridae dalam urutan
Nidovirales. Coronavirus secara luas menginfeksi vertebrata termasuk
manusia, burung, kelelawar, ular, tikus, dan hewan liar lainnya (Weiss
S.R. dan J.L. Leibowitzt,2020).

d. Etiologi
Corona virus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam,
yaitu Sarbecovirus (N et al.,2020) Atas dasar ini, International Committee
on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2 (AE et
al.,2020).

Gambar 2.3 Struktur genom virus. ORF: open reading frame,


E: envelope, M: membrane,N: nucleocapsid (Z Whu dan McGoogan JM,2020).

Gambar 2.4 Asal dan host perantara SARS-CoV-2, SARS-CoV,


dan MERS-CoV.

e. Faktor Risiko

10
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan
diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan
faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih
banyak pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang
lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada
peningkatan ekspresi reseptor ACE2 (A et al.,2020) Beberapa faktor risiko
lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan pasien
COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu
lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap
sebagai risiko rendah (CDC,2020). Tenaga medis merupakan salah satu
populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-
19 adalah tenaga medis (International Council of Nurse Geneva,2020). Di
China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas
sebesar 0,6% (Wang et al.,2020).
f. Patofisiologi dan Patogenesis
Seluruh populasi manusia umumnya tidak memiliki kekebalan terhadap
SARS-CoV-2 dan karenanya rentan terhadap virus baru. Saat ini, tidak
adapenelitian rinci yang dilaporkan mengenai tanggapan imunologis
terhadap SARS-CoV-2. Dengan demikian, hanya dapat merujuk pada studi
sebelumnya pada CoVlain, terutama SARS-CoV dan MERS-CoV. Secara
umum, setelah virus menyerang inang, ia pertama kali dikenali oleh inang
sistem imun bawaan melalui reseptor pengenalan pola (PRRs) termasuk
reseptor seperti lektin tipe C, seperti tol receptor (TLR), NOD-like
receptor (NLR), dan RIG-I-like receptor (RLR). Melalui jalur yang
berbeda, virus menginduksi ekspresi faktor inflamasi, pematangan sel
dendritik, dan sintesis interferon tipe I (IFNs) yang membatasi penyebaran
virus dan mempercepat fagositosis makrofag antigen virus (A et al.,2020).
Namun, protein N dari SARS-CoV dapat membantu virus keluar dari
respon imun (X et al.,2020).
Segera, respons imun adaptif bergabung dengan perang melawan virus.
Limfosit T termasuk sel T CD4 + dan CD8 memainkan peran penting
dalam pertahanan. Sel T CD4 + merangsang sel B untuk menghasilkan
antibodi spesifik virus, dan sel T CD8 + langsung membunuh sel yang
terinfeksi virus. Sel-sel T pembantu memproduksi sitokin proinflamasi
untuk membantu sel-sel yang bertahan. Namun, CoV dapat menghambat
fungsi sel T dengan menginduksi apoptosis sel T. Kekebalan humoral
termasuk komplemen seperti C3a dan C5a dan antibodi juga penting
dalam memerangi infeksi virus (DR et al.,2020). Sebagai contoh, antibodi
yang diisolasi dari pasien yang pulih menetralkan MERS-CoV (P et

11
al.,2020). Di sisi lain, reaksi berlebihan dari sistem kekebalan
menghasilkan sejumlah besar radikal bebas secara lokal yang dapat
menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru dan organ lain, dalam
skenario terburuk, kegagalan multi-organ dan bahkan kematian
(Channappanahar dan Perlman S,2020).

Gambar 2.5 Respon imun host terhadap coronavirus

Virus yang melekat pada reseptor ACE2 menyebabkan disregulasi sistem


renin-angiotensin. Ini memainkan peran sentral dalam patofisiologi
COVID-19 terkait cedera paru akut (ALI) / sindrom gangguan pernapasan
akut (ARDS). Angiotensin I dikonversi menjadi angiotensin II oleh ACE.
Angiotensin II memediasi efek vasokonstriktif, proinflamasi, dan
prooksidatif melalui agonisme pada reseptor Angiotensin II tipe 1 (AT1).
ACE2 mengubah Angiotensin II menjadi angiotensin 1-7 (Ang1-7), yang
melalui pengikatan Mas receptor (MasR) memediasi efek antiinflamasi,
anti-oksidatif dan vasodilatasi (IJSR,2020).
Ketika virus masuk ke dalam sel, antigen virus akan dipresentasikan ke
antigen presentation cells (APC). Presentasi antigen virus terutama
bergantung pada molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas
I. Namun, MHC kelas II juga turut berkontribusi.Presentasi antigen
selanjutnya menstimulasi respons imunitas humoral dan selular tubuh yang
dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik terhadap virus.Pada respons
imun humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap SARS-CoV. IgM terhadap
SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG dapat bertahan jangka
panjang (Li et al.,2020). Hasil penelitian terhadap pasien yang telah
sembuh dari SARS menujukkan setelah 4 tahun dapat ditemukan sel T
CD4+ dan CD8+ memori yang spesifik terhadap SARS-CoV, tetapi
jumlahnya menurun secara bertahap tanpa adanya antigen (YY et
al.,2020).

12
Gambar 2.6 Skema replikasi dan patogenesis virus (IJSR,2020).

g. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai
dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong
ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1%
pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi
asimtomatik belum diketahui (WHO,2020). Viremia dan viral load yang
tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah
dilaporkan (KQ et al.,2020).
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran
napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue,
batuk(dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan,
kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi
oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah
(C et al.,2020). Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai
dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan
>30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93%
tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala
yang atipikal (WHO,2020).

13
Gambar 2.7 Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari berbagai sumber.(C
et al,2020), (WJ et al.,2020),(J et al.,2020),(D,2020),(F,2020).

Gambar 2.8 Perjalanan penyakit pada COVID-19 berat. (C et al.,2020),


(WJ et al.,2020),(J et al.,2020),(D,2020),(F,2020).

h. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama:
demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau
sesak. Definisi operasional yang dapat dijadikan acuan dalam
anamnesis pasien (Kemenkes,2020) yaitu pasien dalam pengawasan
(PDP), orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gejala (OTG) dan
kasus konfirmasi.

2. Pemeriksaaan Penunjang
Pemeriksaaan Penunjang berupa pemeriksaan lab seperti hematologi
rutin, hitung jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah,
hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan
indikasi (Yan et al.,2020). Pemeriksaan radiologi berupa foto toraks
dan Computed Tomography Scan (CT- scan) toraks. Pada foto toraks
dapat ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat,
penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis.
Pemeriksaan diagnostik SARS-Cov-2 berupa pemeriksaan antigen-
antibodi berupa IgM dan IgA dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6
setelah onset gejala, sementara IgG mulai hari 10-18 setelah onset
gejala (Guo et al.,2020). Pemeriksaan jenis ini tidak direkomendasikan
WHO sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi masih
perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor risiko
tertular (WHO,2020).

14
i. Pencegahan
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu
pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan
meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan
melakukan proteksi dasar (Kemenkes,2020) :
1. Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin
guna membuat imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini, sedang
berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari
National Institute of Health (NIH) menggunakan mRNA-1273 dengan
dosis 25, 100, dan 250 µg. Studi kedua berasal dari China
menggunakan adenovirus type 5 vector dengan dosis ringan, sedang
dan tinggi (US National Library Medicine,2020).
2. Deteksi dini dan isolasi
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat
ke fasilitas kesehatan.WHO juga sudah membuat instrumen penilaian
risiko bagi petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19
sebagai panduan rekomendasi tindakan lanjutan. Bagi kelompok risiko
tinggi, direkomendasikan pemberhentian seluruh aktivitas yang
berhubungan dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi
SARS-CoV-2 dan isolasi. Pada kelompok risiko rendah, dihimbau
melaksanakan pemantuan mandiri setiap harinya terhadap suhu dan
gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari bantuan jika keluhan
memberat. Pada tingkat masyarakat, usaha mitigasi meliputi
pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar (social
distancing) (WHO,2020).

3. Higenitas, cuci tangan dan disinfeksi


Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin
dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang
yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau
bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori
suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter.
Pasien rawat inap dengan kecurigaan COVID-19 juga harus diberi
jarak minimal satu meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah,
diajarkan etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan (WHO,2020).
Perilaku cuci tangan harus diterapkan oleh seluruh petugas kesehatan
pada lima waktu, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum
melakukan prosedur, setelah terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh
pasien dan setelah menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut
sebagai pelarut universal, namun mencuci tangan dengan air saja tidak
cukup untuk menghilangkan coronavirus karena virus tersebut

15
merupakan virus RNA dengan selubung lipid bilayer. Sabun mampu
mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik seperti lemak atau
minyak. Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-71% dapat
mengurangi infektivitas virus. (Riedel et al.,2020).
Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand rub berbasis
alkohol atau sabun dan air. Berbasis alkohol lebih dipilih ketika secara
kasat mata tangan tidak kotor sedangkan sabun dipilih ketika tangan
tampak kotor.Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung
atau mulut dengan permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi
dengan virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Pastikan
menggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk untuk
menghindari penyebaran droplet (WHO,2020).
4. Alat pelindung diri
SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri
(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan
selama penggunannya rasional. Komponen APD terdiri atas sarung
tangan, masker wajah, kacamata pelindung atau face shield, dan gaun
nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan efektif jika
didukung dengan kontrol administratif dan kontrol lingkungan dan
teknik. Penggunaan APD secara rasional dinilai berdasarkan risiko
pajanan dan dinamika transmisi dari patogen. Pada kondisi berinteraksi
dengan pasien tanpa gejala pernapasan, tidak diperlukan APD. Jika
pasien memiliki gejala pernapasan, jaga jarak minimal satu meter dan
pasien dipakaikan masker. Tenaga medis disarankan menggunakan
APD lengkap. Alat seperti stetoskop, thermometer, dan
spigmomanometer sebaiknya disediakan khusus untuk satu pasien.
Bila akan digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi
dengan alcohol 70%. WHO tidak merekomendasikan penggunaan
APD pada masyarakat umum yang tidak ada gejala demam, batuk, atau
sesak (WHO,2020).
5. Penggunaan masker N95 dibandingkan surgical mask
Berdasarkan rekomendasi CDC, petugas kesehatan yang merawat
pasien yang terkonfirmasi atau diduga COVID-19 dapat menggunakan
masker N95 standar. Masker N95 juga digunakan ketika melakukan
prosedur yang dapat menghasilkan aerosol, misalnya intubasi,
ventilasi, resusitasi jantung-paru, nebulisasi, dan bronkoskopi. Masker
N95 dapat menyaring 95% partikel ukuran 300 nm meskipun
penyaringan ini masih lebih besar dibandingkan ukuran SARS-CoV-2
(120-160 nm). Studi retrospektif di China menemukan tidak ada dari
278 staf divisi infeksi, ICU, dan respirologi yang tertular infeksi
SARS-CoV-2 (rutin memakai N95 dan cuci tangan). Sementara itu,
terdapat 10 dari 213 staf di departemen bedah yang tertular SARS-
CoV-2 karena di awal wabah dianggap berisiko rendah dan tidak
memakai masker apapun dalam melakukan pelayanan (Wang et
al.,2020).
6. Mempersiapkan daya tahan tubuh

16
Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang dapat
memperbaiki daya tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas.
Beberapa di antaranya adalah berhenti merokok dan konsumsi alkohol,
memperbaiki kualitas tidur, serta konsumsi suplemen. Berhenti
merokok dapat menurunkan risiko infeksi saluran napas atas dan
bawah. Merokok menurunkan fungsi proteksi epitel saluran napas,
makrofag alveolus, sel dendritik, sel NK, dan sistem imun adaptif.
Merokok juga dapat meningkatkan virulensi mikroba dan resistensi
antibiotika (CDC,2020). Salah satu suplemen yang didapatkan
bermanfaat yaitu vitamin D. Suatu meta-analisis dan telaah sistematik
menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat secara aman
memproteksi terhadap infeksi saluran napas akut (Hao et al.,2020).

D. Kerangka Teori
Faktor Resiko :
Epidemiologi
Kontak erat dengan
pasien positif COVID-19 Patogenesis/
Patofisiologi
Riwayat penyakit
komorbid seperti Karakteristik
hipertensi, diabetes Virus
mellitus

Laki-laki Infeksi COVID-19


Manifestasi Klinis :
Perokok aktif
Demam, batuk, bersin
Pasien kanker, penyakit dan sesak napas
hati kronik dan infeksi
saluran nafas akut pada Batuk produktif, sakit
HIV tenggorokan, nyeri
kepala, mialgia/
Riwayat penyakit artralgia, menggigil,
sistem respirasi mual/ muntah, kongesti
Keterangan :
nasal, diare, nyeri
abdomen, anosmia dan
Diteliti kongesti konjungtiva

Diagnosis COVID-
19
Tidak Diteliti

Pencegahan
17
E. Kerangka Pikir

Gambaran Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan Baik
tentang Gejala dan Pencegahan
Pengetahuan Cukup
COVID-19 Perawat RSUD Raja
Pengetahuan Kurang
Tombolotutu Tinombo

18
19
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross-


sectional yang bertujuan untuk menilai bagaimana pemahaman perawat
terhadap pencegahan penyebaran infeksi virus COVID-19 dengan cara
pemberian kuisioner terhadap sampel penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Raja Tombolotutu Tinombo


dengan pengambilan data menggunakan kuesioner yang dilaksanakan pada
bulan Juli – Agustus 2021.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

A. Populasi Penelitian
Populasi untuk sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat RSUD
Raja Tombolotutu Tinombo dari berbagai ruang yang jumlahnya adalah 75
orang.
B. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang diambil merupakan subjek dari populasi sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. Besar sampel
pada penelitian ini diambil dengan rumus Slovin, yaitu:

N
n=
1+ N ( e)2

Keterangan :
n = besar sampel
N = besarnya populasi perawat RSUD (75 orang)
e = tingkat batas toleransi kesalahan (margin of error 5%)

maka perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

75
n=
1+75(0,05)2

75
n=
1,875

n=63 orang

19
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel minimum yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 63 perawat RSUD Raja
Tombolotutu Tinombo.

C. Teknik Penarikan Sampel


Teknik sampling dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Teknik
ini dilakukan dengan cara mengambil sampel sesuai dengan kriteria yang
sudah di tetapkan sebelumnya. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi untuk
kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
1) Seluruh perawat aktif di RSUD Raja Tombolotutu Tinombo
2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian
2. Kriteria eksklusi
1) Responden yang tidak mengisi kuesioner hingga selesai
2) Responden yang tidak mengembalikan kuisioner

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden melalui
wawancara dan juga melakukan pengamatan langsung di lapangan
dengan menggunakan kuesioner atau daftar penyataan, yang terdiri
dari Variabel Tingkat Pengetahuan Perawat. Variabel tersebut akan di
ukur menggunakan skala Guttman yang memiliki 2 pilihan jawaban
yaitu “Benar” dan “Salah” dimana pilihan jawaban “Benar” bernilai 1,
dan pilihan jawaban “Salah” bernilai 0, untuk model pertanyaan
positif, sedangkan untuk pertanyaan negatif pilihan jawaban “Benar”
memiliki nilai 0, sedangkan untuk jawaban “Salah” memiliki nilai 1.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah tersedia pada instansi
terkait dan dapat di akses melalui penelusuran dokumen baik dalam
bentuk online maupun offline.

2. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui obeservasi dengan cara wawancara
menggunakan alat bantu kuesioner.

E. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk dan atau
meringkas data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga
menghasilkan informasi yang diperlukan, (Notoatmodjo, 2010). Pengolahan
data dengan cara:
1. Editing
Editing yaitu tahap menyeleksi data yang telah didapat dari kuesioner
untuk mendapatkan data yang akurat.
2. Koding

20
Koding yaitu proses melakukan pengkodean data agar tidak terjadi
kekeliruan dalam melakukan tabulasi data. Coding butir jawaban dengan
menggunakan penilaian.
3. Tabulasi
Tabulasi data yaitu tahap penyusunan data sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam penjumlahan data yang akan disajikan.
4. Entry Data
Entry data yaitu proses memasukkan data ke dalam aplikasi atau alat
pengolahan data pada komputer.
5. Cleaning
Cleaning yaitu pembersihan data yang tidak sesuai dengan variabel.
6. Describing
Describing yaitu proses interpretasi atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan.

F. Analisisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat menggunakan
alat bantu program SPSS, menggunakan analisis Deskriptif univariate.

G. Penyajian Data
Penyajian data hasil penelitian menggunakan cara interpretasi hasil analisis
data dengan penjelasan narasi secara deskriptif.

H. Definisi Operasional
Definisi Skala
No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Pengetahuan Hal-hal Kuesioner 1. Baik jika Ordinal
yang Skala persentase
diketahui Guttman nilai ≥ 66,8
responden % yaitu
berkaitan jumlah soal
dengan benar > 13
gejala dan soal
pencegahan 2. Cukup jika
COVID-19 nilai
persentase
33,4 - 66,7
% yaitu
jumlah soal
benar 13-7
soal
3. Kurang jika
persentase
nilai ≤
33,3% yaitu
jumlahsoal

21
benar < 7
soal
2. Usia Masa hidup Kuesioner Umur dalam Ordinal
responden tahun
yang
dihitung
sejak lahir
sampai
dengan
ulang tahun
terakhir.
3. Jenis Karateristik Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin seksual 2. Perempuan
yang
dimiliki
oleh
responden
dan dibagi
menjadi
laki-laki
dan
perempuan.
4. Riwayat Ada atau Kuesioner 1. Ada Nominal
Keluarga tidak 2. Tidak
keluarga
yang
menderita
COVID-19
5. Sumber Sumber Kuesioner 1. Media Cetak Ordinal
Informasi (media) 2. Media
yang Elektronik
digunakan 3. Teman
responden 4. Tenaga
untuk Kesehatan
memperoleh 5. Lebih dari 1
informasi sumber
tentang
gejala dan
pencegahan
COVID-19

3.1 Tabel Definisi Operasional

22
DAFTAR PUSTAKA

Bekti, R. D., Suryowati, K. dan Suseno, H. P. 2020, ‘Pemberian Sosialisasi dan


Bantuan Pencegahan Covid-19 bagi Warga Malangan Kota Yogyakarta
Berdasarkan Analisis Tingkat Pengetahuan’, Abdimasku : Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 3(3), vol.3, p. 99, Issue. 3, doi:
10.33633/ja.v3i3.111.

C. Huang, Y. Wang, X. Li, L. Ren, J. Zhao, Y. Hu, et al. 2020, Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan,
China, ,https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5

HO. 2020, „Coronavirus Disease 2019‟, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, vol. 7,
no. 1, pp. 45-46.

Kemenkes RI. 2020, ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus


Disease (COVID-19)’, Germas, pp. 0–115.survey’, 16. doi:
10.7150/ijbs.45221.

Liu, F. 2020, „COVID-19‟, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, vol. 7, no.1, pp. 62.
Qiang, W. 2020, Diagnosis dan penatalaksanaan Pneumonia Covid-19 di
Indonesia, Penerbit buku PDPI, Jakarta.

RI, K. K. 2020, ‘Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi COVID-19’,


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, p. 75. Available
at:https://www.kemkes.go.id/resources/download/infoterkini/Coronavirus/
DOKUMEN_RESMI_Pedoman_Kesiapsiagaan_nCoV_Indonesia_28 Jan
2020.pdf.

Saputra,C. dan Putra,I.D. 2020, ‘Pemberdayaan Penanggulangan Covid-19 Bagi


Petugas Kesehatan’, Journal of Caracter Society, vol. 3, no.2 , pp. 320–
328,issue.2,https://doi.org/10.31764/jces.v3i1.2344,http://journal.ummat.a
c.id/index.php/JCES

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Wawan & Dewi. 2011. Teori pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Cetakan ke-2.Yogyakarta :Nuhamedika

WHO. 2020, „Coronavirus Covid-19 Pneumonia Wuhan‟, Corona virus disease,


vol. 2, no. 1, pp. 187-192.

World Health Organization. 2020, Novel Coronavirus (2019-nCoV). Available at


https://www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavirus-2019.

23
Yunus, N.R. 2020, „Kebijakan Pemberlakuan lockdown sebagai antisipasi
penyebaran Corona Virus Covid-19‟, Jurnal Sosial & Budaya Syar-i, vol.
7, no. 3, pp. 227-238.

Zein, A. 2020, „Pendeteksian Virus Corona dalam gambar X-Ray menggunakan


algoritma Artificial Intelegence dengan deep learning Python‟, Jurnal
Teknologi Informasi ESIT, vol. XV, no. 1.

24
LAMPIRAN

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN)
No Urut Responden :
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : …………………………………….
Umur : …………………………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak dipilih)
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai penelitian yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Pencegahan
Penularan COVID-19 Di RSUD Raja Tombolotutu Tinombo”

Setiap responden berhak mengundurkan diri dan mengajukan pertanyaan


mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh
karena itu saya:
Bersedia / Tidak Bersedia

Secara sukarela untuk menjadi responden penelitian dengan penuh kesadaran serta
tanpa keterpaksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa
tekanan dari pihak manapun.

Parigi, … … … 2021

Responden, Saksi

………………………………. ……………………………….

25
KUESIONER GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT
TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19
DI RSUD RAJA TOMBOLOTUTU TINOMBO

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

*Petunjuk pengisian:

Isilah setiap data demografi yang tertera di bawah ini sesuai dengan kondisi atau
keadaan diri pribadi dengan cara mengisi kolom yang tersedia. Setiap pertanyaan
yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Riwayat keluarga dengan COVID-19 :

Ya Tidak

6. Jika ya, hubungan dengan keluarga tersebut :

Ibu Saudara Perempuan

Ayah Saudara Laki-Laki

7. Sumber Informasi tentang COVID-19

Media Cetak Teman

Media Elektronik Tenaga Kesehatan

Lebih dari 1 sumber

26
KUESIONER GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT
TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19
DI RSUD RAJA TOMBOLOTUTU TINOMBO

*Petunjuk Pengisian Kuisioner

1. Saudara diharapkan mengisi seluruh nomor pertanyaan sesuai dengan keadaan


yang sebenarnya.
2. Cara pengisian yaitu dengan memberi tanda centang (  ) pada jawaban yang
sesuai dengan kehendak sendiri untuk setiap pertanyaannya di kolom yang
telah disediakan. Setiap pertanyaan hanya berlaku satu jawaban.
3. Apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti dapat ditanyakan langsung
kepada peneliti.

No. Pertanyaan Benar Salah


Pertanyaan Umum COVID-19 : 4 soal
1. Virus corona tidak menular melalui percikan saat

batuk dan bersin
2. Makan atau kontak dengan hewan liar seperti
kelelawar tidak akan menyebabkan terinfeksi virus 
corona
3. Orang yang memiliki kontak dengan seseorang yang
terinfeksi virus COVID-19 harus segera diisolasi di

tempat yang tepat. Secara umum, periode
pengamatan/karantina adalah 14 hari.
4. Tidak semua orang dengan COVID-2019 akan
berkembang menjadi kasus yang parah. Mereka yang

berusia lanjut, memiliki penyakit kronis, obesitas lebih
cenderung akan menjadi kasus yang parah.
Pertanyaan tentang Gejala COVID-19: 7 soal
5. Gejala klinis utama COVID-19 adalah demam,

kelelahan, batuk kering dan sakit kepala
6. Gejala COVID-19 muncul dalam 2-14 hari. 
7. Orang dengan COVID-19 tidak dapat menginfeksi

virus ke oranglain ketika tidak demam.
8. Seseorang dapat terinfeksi tanpa gejala apapun dan

tetap dapat menyebarkan viruske orang lain.
9. Gejala-gejala yang dialami penderita biasanya bersifat

ringan dan muncul secara bertahap.
10. Gejala berat COVID-19 adalah adanya keluhan sesak

napas.
11. Gejala-gejala COVID-19 muncul disertai dengan 
riwayat melakukan perjalanan ke daerah yang

27
terjangkit virus, kontak dengan orang yang memiliki
riwayat perjalanan dan kontak erat dengan pasien
yang terkonfirmasi.
Pertanyaan tentang Pencegahan COVID-19 : 8 soal
12. Cek suhu tubuh secara berkala merupakan deteksi dini

dalam pencegahan COVID-19.
13. Tidak perlu memakai masker ketika batuk dan keluar

rumah selama masa wabah COVID-19.
14. Mencuci tangan tidak perlu dengan sabun atau
handsanitizer, cukup dengan air saja karena virus 
corona sudah dapat mati.
15. Berdiam diri di rumah jika tidak ada kepentingan
mendesak adalah tindakan pencegahan penularan virus 
corona.
16. Physical Distancing adalah menjaga jarak antar
manusia dan menghindari titik keramaian seperti 
sekolah, pasar dan tempat-tempat rekreasi.
17. Menjaga daya tahan/sistem imun tubuh dengan
berhenti merokok & mengonsumsi alkohol,

memperbaiki kualitas tidur tidak dapat mencegah
terinfeksi COVID-19.
18. Saya tidak pernah berolahraga, berjemur dipanas
matahari dan mengonsumsi makanan bergizi selama 
masa wabah COVID-19.
19. Upaya sosialisasi dan pencegahan virus corona belum
menyeluruh di semua wilayah Kabupaten Parigi
Moutong khususnya Kecamatan Tinombo dan Saya

sebagai perawat harus melakukan peran memberikan
edukasi dan informasi tentang virus corona bagi
keluarga dan masyarakat sekitar.
Pertanyaan tentang Pengobatan COVID-19: 1 soal.
20. Saat ini tidak ada penyembuhan yang efektif untuk
COVID-2019, tetapi pengobatan simtomatik(menurut
gejala) dan suportif dini dapat membantu sebagian 
besar pasien pulih dari infeksi.

28

Anda mungkin juga menyukai