Komponen Deskripsi/Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan : Mata diklat Analisis isu kontemporer, mempelajari tentang
perubahan lingkungan strategis, isu-isu strategis kontemporer dan
Teknik analisi isu
Indikator Hasil Belajar : Indikator Hasil Belajar Analisis isu kontemporer
: 1. Menjelaskan konsepsi perubahan lingkungan strategis
2. Mengidentifikasi isu-isu strategis kontemporer
3. Menerapkan teknik analisis isu-isu dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis.
Materi Pokok 1 : PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
2. Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan
Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kedua istilah tersebut
juga biasa disebut narkotika an-sich, dimana dengan penyebutan atau
penggunaan istilah ”narkotika” sudah dianggap mewakili penggunaan
istilah narkoba atau napza. Sebagai contoh ”penamaan” institusi yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
(P4GN) di Indonesia menggunakan Istilah Badan Narkotika Nasional
(BNN). Istilah yang digunakan bukan ”Narkoba”, melainkan
”Narkotika”, padahal BNN tugasnya tidak hanya yang terkait dengan
Narkotika an-sich, tetapi juga yang berkaitan dengan Psikotropika dan
bahkan Prekursor Narkotika (Bahan Dasar Pembuatan Narkotika).
Narkotika mengandung pengertian sebagai zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis 40 maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan. Undang-undang nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika membedakan narkotika ke dalam tiga golongan
yaitu (RI, 2009): - Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan
dan bukan untuk pengobatan dan sangat berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan. Contoh 1. Opiat: morfin, heroin,
petidin, candu. 2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3. Kokain:
serbuk kokain, pasta kokain, daun koka; - Golongan II berkhasiat
untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin; serta -
Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan
serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh
kodein. Psikotropika dibedakan ke dalam empat golongan, yaitu (RI,
2009): - Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak untuk terapi serta sangat berpotensi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh ekstasi, LSD; - Golongan II
berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
amfetamin, shabu, metilfenidat atau 43 ritalin; - Golongan III
berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi
sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital,
flunitrazepam; - Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan untuk pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh diazepam, bromazepam,
fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam. Zat
adiktif lainnya adalah zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
narkotika dan psikotropika meliputi: - Minuman beralkohol,
mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat; - Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut)
mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada
berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai
pelumas mesin, yang sering disalahginakan seperti lem, thinner, cat
kuku dll; - Tembakau, dan lain-lain.
4. Money Laundring
Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundering ini sering
juga dimaknai dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian
uang”. Kata launder dalam Bahasa Inggris berarti “mencuci”. Oleh
karena itu seh ari-hari dikenal kata “laundry” yang berarti cucian.
Adapun dampak negatif pencucian uang secara garis besar dapat
dikategoikan dalam delapan poin sebagai berikut, yakni: (1)
merongrong sektor swasta yang sah; (2) merongrong integritas pasar-
pasar keuangan; (3) hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan
ekonomi; (4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi; (5)
hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak; (6)
risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi; (7)
merusak reputasi negara; dan (8) menimbulkan biaya sosial yang
tinggi.
5. Proxy War
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono
Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk
pada konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak
serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan
‘proxy’ atau kaki tangan. Lebih lanjut Yono mengatakan, Perang Proksi
merupakan bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda
jenis dengan perang konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular
dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan daerah
pertempuran. “Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal
atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan
teritorial lawannya,”. Pengamalan Pancasila sebagai dasar falsafah
negara harus benar-benar direalisasikan, sehingga tertanam nilai-nilai
195 Pancasila dalam rangka mencegah terjadinya konflik antar suku,
agama, dan daerah yang timbul akibat dari proxy war serta
mengantispasi menghindari adanya keinginan pemisahan dari NKRI.
6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan
Hoax)
Pengertian lain dari Jalaludin Rahmat (2000) yang menjelaskan
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam
komunikasi massa. Hal ini karena komunikasi massa melibatkan
manusia sebagai pengguna, dan terutama publik luas sebagai pihak
kemungkinan terdampak.
Materi Pokok 3 : TEKNIK ANALISIS ISU