Komponen Deskripsi/Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan : Mata Diklat ini mempelajari tentang kemampuan
memahami konsepsi perubahan dan perubahan lingkungan
strategis melalui isu-isu strategis kontemporer sebagai wawasan
strategis PNS dengan menyadari pentingnya modal insani, dengan
menunjukan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi
perubahan lingkungan strategis.
Indikator Hasil Belajar :
: 1. Menjelaskan konsepsi perubahan lingkungan strategis
2. Mengidentifikasi isu-isu strategis kontemporer
3. Menerapkan teknik analisis isu-isu dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis.
Materi Pokok 1 : PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi
bagian dari perjalanan peradaban manusia. Perubahan diperlukan
untuk menentukan bentuk masa depan, jika tidak maka orang
(bangsa) lain yang akan menentukan masa depan (bangsa) kita.
Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS
perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas,
serta
3. memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
5. Modal etika/moral
Ada empat komponen modal moral/etika yakni:
a. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk
mengintegrasikan nilai-nilai universal di dalam
berperilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah
perilaku etis yang universal.
b. Bertanggung-jawab (responsibility) yakni orang-orang
yang bertanggung-jawab atas tindakannya dan
memahami konsekuensi dari tindakannya sejalan
dengan prinsip etik yang universal.
c. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang
tidak akan merugikan orang lain.
d. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang pemaaf. Orang
yang memiliki kecerdasan moral yang tinggi bukanlah
tipe orang pendendam yang membalas perilaku yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tidak
menyenangkan pula.
A. Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin
“corruptio” (Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster
Student Dictionary: 1960). Kata “corruptio” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin
tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptie/ korruptie” (Belanda). Secara
harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan,
ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan
yang buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan
uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.
Faktor-Faktor yang membuat manusia terdorong untuk melakukan
korupsi antara lain:
1. Faktor Individu
a. sifat tamak,
b. moral yang lemah menghadapi godaan,
c. gaya hidup konsumtif,
2. Faktor Lingkungan
a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
b. Aspek ekonomi, dimana pendapatan tidak mencukupi
kebutuhan.
c. Aspek Politis, instabilitas politik, kepentingan politis, meraih
dan mempertahankan kekuasaan
d. Aspek Organisasi
B. NARKOBA
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan
Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kedua istilah
tersebut juga biasa disebut narkotika an-sich, dimana dengan
penyebutan atau penggunaan istilah ”narkotika” sudah dianggap
mewakili penggunaan istilah narkoba atau napza. Narkotika
mengandung pengertian sebagai zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan.
Penggolongan Narkoba
- Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan
untuk pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan. Contoh 1. Opiat: morfin, 2. Ganja atau kanabis,. 3.
Kokain: serbuk kokain
- Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanankesehatan
dan berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin
dan petidin
- Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan
kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh kodein.
Radikalisme
Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a
concerted attempt to change the status quo (David Jarry,1991).
Dalam Buku Deradicalizing Islamist Extremist, Angel Rabasa
menyimpulkan bahwa definisi radikal adalah proses mengadopsi
sebuah sistem kepercayaan ekstrim, termasuk kesediaan untuk
menggunakan, mendukung, atau memfasilitasi kekerasan, sebagai
metode untuk menuju kepada perubahan sosial. Sementara itu
deradikalisasi, disebutkan oleh Angel Rabasa sebagai, proses
meninggalkan cara pandang ekstrim dan menyimpulkan bahwa cara
penggunaan kekerasan tersebut, tidak dapat diterima untuk
mempengaruhi perubahan sosial.
Secara garis besar, pola penyebaran radikalisme dapat dilakukan
melalui berbagai saluran, seperti:
a) media massa: meliputi internet, radio, buku, majalah, dan
pamflet;
b) komunikasi langsung dengan bentuk dakwah, diskusi,
danpertemanan;
c) hubungan kekeluargaan dengan bentukpernikahan, kekerabatan,
dan keluarga inti;
d) lembaga pendidikan di sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi.
Ragam Radikalisme
Radikalisme memiliki berbagai keragaman, antara lain:
1. Radikal Gagasan
2. Radikal Milisi.
3. Radikal Separatis
4. Radikal Premanisme
5. Lainnya: Kelompok yang menyuarakan kepentingan
kelompok politik, sosial, budaya, ekonomi, dan lain
sebagainya.
6. Radikal Terorisme
D. Money Laundring
Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundering ini sering
juga dimaknai dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian
uang”. kegiatan money laundering adalah upaya menyamarkan,
menyembunyikan, menghilangkan atau menghapuskan jejak dan
asal-usul uang dan/atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil
tindak pidana tersebut.
Dampak negatif pencucian uang Adapun dampak negatif
pencucian uang secara garis besar dapat dikategoikan dalam
delapan poin sebagai berikut, yakni:
(1) merongrong sektor swasta yang sah;
(2) merongrong integritas pasar-pasar keuangan;
(3) hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi;
(4) timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi;
(5) hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran
pajak;
(6) risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi;
(7) merusak reputasi negara;
(8) menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
E. Proxy War
Materi Pokok 3 :