Anda di halaman 1dari 10

SUMMARY MATA PELATIHAN

PROGRAM PELATIHAN : Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil


AGENDA PEMBELAJARAN : Agenda 2 : Nilai – Nilai Dasar PNS

MATA PELATIHAN : AKUNTABEL

Komponen Deskripsi/Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan : Dalam Mata Diklat Akuntabel, secara substansi pembahasan
Akuntabel berfokus pada pembentukan nilai-nilai dasar akuntabilitas.
Peserta diklat akan dibekali melalui substansi pembelajaran
yang terkait dengan pelaksanaan tugas dengan jujur,
bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi,
penggunaan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien serta tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatannya.
Indikator Hasil Belajar : 1. Menjelaskan akuntabel secara konseptual-teoritis yang
Akuntabel bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
2. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik akuntabel);
3. Memberikan contoh perilaku dengan pelaksanaan
tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi, penggunaan kekayaan dan
barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien serta tidak menyalahgunakan kewenanngan
jabatan
4. Menganalisis kasus atau menilai contoh penerapan
Materi Pokok 1 : POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI

1.Potret Layanan Publik di Indonesia


Dalam konteks kehidupan bermasayarakat, Kita sebagai
individu ataupun ASN pun mungkin sudah bosan dengan
kenyataan adanya perbedaan ‘jalur’ dalam setiap pelayanan.
Proses mengurus sebuah dokumen, dengan harga, misal,
100.000, membutuhkan waktu 3 hari, tapi pada kenyataanya,
banyak orang yang dapat memperoleh dokumen tersebut
dalam hitungan jam dengan tambahan dana yang ‘beragam’. Di
beberapa negara, konsep ini memang dilakukan dalam konteks
pelayanan publik, namun, dengan format yang lebih
terstruktur, transparan dan akuntabel. Bahkan, sejak kecil,
mungkin sebagian Kita tidak sadar bahwa contoh pelayanan
berbeda kelas itu sudah Kita lakukan. Tiket ‘Terusan’ di objek
wisata favorit Dunia Fantasi, Ancol, Jakarta, adalah contoh kecil
yang dapat Kita ambil. Tiket tersebut memungkinkan Kita
menaiki anjungan permainan tanpa mengikuti antrian orang-
orang yang menggunakan Tiket Reguler. Sebelum era Taksi
Online, di Singapura, untuk mendapatkan taksi tanpa ikut antri
di Taxi Line yang cukup panjang di jam-jam tertentu, Kita dapat
menggunakan fasilitas pemesanan melalui SMS dengan
tambahan beberapa dolar. Intinya, format layanan dengan
harga berbeda tersebut memang sudah banyak dilakukan,
namun, dengan terstruktur dan diikuti oleh semua pihak.
2. Tantangan Layanan Publik
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan
Publik. Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang
meliputi:
a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum, c. kesamaan hak, d.
keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f.
partisipatif, g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif h.
keterbukaan, i. akuntabilitas, j. fasilitas dan perlakuan khusus
bagi kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l. kecepatan,
kemudahan, dan keterjangkauan. Undang-Undang ini dengan
mantab memberikan pijakan sebuah layanan publik, yang
seharusnya dapat tercermin di setiap layanan publik di negeri
ini. Namun, sebuah aturan dan kebijakan di negeri ini kerap
hanya menjadi dokumen statis yang tidak memberikan dampat
apapun ke unsur yang seharusnya terikat. Aturan demi aturan,
himbauan demi himbauan, sosialisasi demi sosialisasi, seperti
tidak memberikan dampak yang kuat ke semua pihak. Aturan
lalulintas untuk wajib menggunakan helm ketika berkendara
roda dua, hanya terlihat dilakukan oleh mayoritas pengendara
di pusatpusat kota, sedangkan di pinggiran, semua pengendara
seperti menikmati ketidaktegasan aturan tersebut. Di beberapa
daerah, aturan setingkat Peraturan Daerah terkait denda
membuang sampah sembarangan secara tegas menyebutkan
nilai dari 500.000 hingga 2.500.000 atau dengan kurungan
penjara 1 hingga 3 bulan. Apa yang terjadi di seluruh negeri ini,
sampah masih menjadi masalah besar yang dipandang kecil
oleh semua pihak. Sikap permisif semua pihak terhadap
seseorang yang membuang satu puntung rokok atau bekas
botol minum sembarangan seperti tidak menghitung bila
dilakukan oleh jutaan orang yang berarti menghasilkan jutaan
puntung rokok ataupun botol bekas minuman.
3. Keutamaan Mental Melayani
Pelatihan ini tentunya akan membatasi ruang implementasi
langsung di sisi ASN sebagai pembeli layanan publik. Namun,
dengan mental dan pola pikir yang baik, secara tidak langsung
akan memberikan dampak tidak langsung pada sisi masyarakat
penerima layanan. Employer Branding yang termaktub dalam
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani
Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan
layanan publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain
pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan
memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang
negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini,
sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bias
memberikan dampak serupa.
Materi Pokok 2 : KONSEP AKUNTABILITAS

A. Uraian Materi
1. Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kata yang
seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas
adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui
bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan
lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
- Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship) Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua
pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab
memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dilain sisi, individu/kelompok/institusi
bertanggungjawab untuk memenuhi semua kewajibannya.
Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi
adalah hubungan yang bertanggungjawab antara kedua belah
pihak Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is
results-oriented) Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas
adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab,
adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap
individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggungjawab
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu
bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.akuntabilitas setiap individu
berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja,
sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah). akuntabilitas setiap individu
berwujud suatu laporan yang didasarkan pada kontrak kerja,
sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah).
3. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku
pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban
jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas
sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma yang bersifat
informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how
things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku
anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal
yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 94 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya
dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS.
Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak
pada pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS
berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah
citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan
nilai-nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku
bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Materi Pokok 3 PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL

A. Uraian Materi
1. Akuntabilitas dan Integritas Akuntabilitas dan Integritas
adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara
(Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip tersebut harus
dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam
memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011)
bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki
integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas,
Integritas itu sendiri, dan Transparansi. Bahkan, Ann Everett
(2016), yang berprofesi sebagai Professional Development
Manager at Forsyth Technical Community College
mempuplikasikan pendapatnya pada platform digital LinkedIn
bahwa, walaupun Akuntabilitas dan Integritas adalah faktor
yang sangat penting dimiliki dalam kepimpinan, Integritas
menjadi hal yang pertama harus dimiliki oleh seorang pemimpin
ataupun pegawai negara yang kemudian diikuti oleh
Akuntabilitas. Menurut Matsiliza (2013), pejabat ataupun
pegawai negara, memiliki kewajiban moral untuk memberikan
pelayanan dengan etika terbaik sebagai bagian dari budaya
etika dan panduan perilaku yang harus dimiliki oleh sebuah
pemerintahan yang baik.
2. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan
korupsi. Secara harafiah, integritas bisa diartikan sebagai
bersatunya antara ucapan dan perbuatan. Jika ucapan
mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun demikian. Dalam
bahasa sehari-hari di masyarakat, integritas bisa pula diartikan
sebagai kejujuran atau ketidakmunafikan. Dengan demikian,
integritas yang konsepnya telah

disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25


abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan bernegara.
Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara Negara.Akuntabilitas dan
Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi
negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki
dari seorang pelayan publik. Namun, integritas memiliki
keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat
berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar
dalam membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang
diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara. Setiap
organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri.
Mekanisme ini dapat diartikan secara berbeda beda dari setiap
anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-
beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara
lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem
akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints,
ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan
komputer atau website yang dikunjungi). Hal-hal yang penting
diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3)
integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan, 6)
kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi.
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum,
Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas
kebijakan. Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan
gratifikasi dapat membantu pembangunan budaya akuntabel
dan integritas di lingkungan kerja. Akuntabilias dan integritas
dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola pikir
dan budaya antikorupsi.

Keterkaitan Mata Pelatihan : Ketika seorang PNS belajar tentang akuntabilitas, mereka akan
dengan Agenda mempelajari prinsip-prinsip dan praktik terkait
pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas
pemerintahan. Mereka akan memahami pentingnya mengelola
sumber daya publik secara efisien, menghindari
penyalahgunaan kekuasaan, dan melaporkan kinerja mereka
secara transparan kepada masyarakat.

Sementara itu, nilai dasar PNS mencakup aspek moral dan etika
yang mengarahkan perilaku dan tindakan seorang PNS. Nilai-
nilai ini meliputi integritas, profesionalisme, keadilan,
pelayanan publik, kejujuran, dan tanggung jawab. Dalam
mempelajari nilai dasar PNS, seorang PNS akan memahami
pentingnya mengamalkan prinsip-prinsip ini dalam setiap aspek
pekerjaan mereka, termasuk dalam menjalankan tugas
akuntabilitas mereka.

Dengan menggabungkan pembelajaran tentang akuntabilitas


dan nilai dasar PNS, seorang PNS akan memiliki pemahaman
yang lebih lengkap tentang bagaimana melaksanakan tugas
mereka secara bertanggung jawab dan bermoral. Mereka akan
dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip akuntabilitas dalam
praktik sehari-hari mereka, sambil menjunjung tinggi nilai-nilai
moral dan etika yang mendasari peran mereka sebagai pelayan
publik.

MATA PELATIHAN : AKUNTABEL DAN KOMPETEN

Komponen Deskripsi/Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan Disadari isu penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Kompeten termasuk aspek pengembangan SDM memanglah penting. Hal
ini tercermin dari prioritas pembangunan nasional jangka
menengah ke 4, tahun 2020-2024, berfokus pada penguatan
kualitas SDM, untuk sektor keAparaturan, pembangunan
diarahkan untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Wujud
birokrasi berkelas dunia tersebut dicirikan dengan apa yang
disebut dengan SMART ASN, yaitu ASN yang memiliki
kemampuan dan karakter meliputi: integritas, profesinal,
hospitality, networking, enterprenership, berwawasan global,
dan penguasaan IT dan Bahasa asing.
Indikator Hasil Belajar : 1. memahami konteks lingkungan strategis yang
Kompeten mempengaruhi pengelolaan dan tuntutan karakter dan
kompetensi ASN yang sesuai;
2. memahami kebijakan dan pendekatan pengelolaan
ASN;
3. memahami dan peka terhadap isu-isu kritikal dalam
merespons
4. memahami pentingnya pengelolaan pengembangan
ASN dalampenyesuaian kompetensi ASN;
5. Mampu mengajukan pemikiran-pemikiran kritis dalam
penguatan kompetensi ASN di lingkungan instansi dan
konteks nasional serta global;
6. menjelaskan aspek kompeten secara konseptual-teoritis
dengan perilaku terus belajar dan mengembangkan
kapabilitas diri
7. menjelaskan panduan perilaku kompeten sebagai wujud
nilai kompeten sebagai bagian nilai-nilai dasar ASN,
BerAkhlak
8. memberikan contoh perilaku dengan peningkatan
kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu
berubah, membantu orang lain belajar serta
pelaksanaan tugas dengan kualitas terbaik;
Materi Pokok 1 : TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Dunia VUCA
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan“Vuca
World”, yaitu dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai
penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya situasinya
saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta
ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor
VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan
berbasis pada kombinasi kemampuan teknikal dan generik,
dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan.
Dalam hal ini, berdasarkan bagian isu pembahasan pertemuan
Asean Civil Service Cooperation on Civil Service Matters
(ACCSM) tahun 2018 di Singapura, diingatkan tentang adanya
kecenderungan pekerjaan merubah dari padat pekerja (labor
intensive) kepada padat pengetahuan (knowledge intensive).
B. Disrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu.
Kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi
lebihlambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi
itu sendiri, sebagaimana dalam grafik 2.1 tentang Perbandingan
Kemajuan Teknologi dan Produktivitas, menunjukan adanya
kesenjangan tersebut. Perubahan teknologi informasi bergerak
lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan banyak pihak
dalam memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan
produktivitas organisasi.
C. Kebijakan Pembangunan Nasional
Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan
karakter ASN penting diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi,
termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah. Dalam kaitan visi,
sesuai Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM
Nasional 2020-2024, telah ditetapkan bahwa visi pembangunan
nasional untuk tahun 2020-2024 di bawah kepemimpinan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin
adalah: Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Upaya untuk
mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi
Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat,
dan terpercaya;
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada setiap warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan
terpercaya; dan
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Materi Pokok 2 : KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR
A. Merit Sistem
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun
2014, prinsip dasar dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis
merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Termasuk dalam pelaksanaanya tidak boleh ada perlakuan
diskriminatif, seperti karena hubungan agama, kesukuan atau
aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi
seluruh unsur dalam siklus manajemen ASN, yaitu:
a. Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan
kesesuaian kualifikasi dan kompetensi yang bersifat terbuka
dan kompetitif;
b. Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh
kegiatan pengelolaan ASN lainnya; dan
c. Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan
yang juga setara, dengan menghargai kinerja yang tinggi.
B. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024
Dalam tahap pembangunan Apartur Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
sebagaimana Gambar 2.1 Pembangunan Aparatur 2020-2024,
Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi
yang berkelas dunia (world class bureaucracy), dicirikan dengan
beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas,
dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien (Peraturan
MenteriPANRB Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map
Reformasi Birokrasi Aparatur 2020-2024). Disadari oleh
pemerintah reformasi masih menghadapi tantangan yang
semakin kompleks. Ini terjadi karena perubahan besar terutama
yang disebabkan oleh desentralisasi, demokratisasi, globalisasi
dan revolusi teknologi informasi. Dengan demikian isu
pengembangan kompetensi menjadi bagian penting dalam
merespon tantangan lingkungan strategis, kebijakan
pembangunan nasional, termasuk di dalamnya pembangunan
aparatur. Isu pengembangan kompetensi ini akan diuraikan
dalam bab selanjutnya.
C. Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap
relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini
dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT
dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship. Kedelapan karakteristik ini disebut sebagai
smart ASN (KemenpanRB. Menciptakan Smart ASN Menuju
Birokrasi 4.0. dipublikasikan 09 Agustus 2019 dalam
menpan.go.id). Profil ASN tersebut sejalan dengan lingkungan
global dan era digital, termasuk pembangunan aparatur 2020-
2024, mewujudkan birokrasi berkelas dunia. Karakter lain yang
diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika
lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan
flexibility, persistence dan perseverance serta teamwork dan
cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN, 2020). ASN yang
gesit (agile) diperlukan sesuai dinamika lingkungan strategis
dan VUCA. Terdapat kecenderungan organisasi pemerintahan
mulai mengarah dari organisasi hirakhis, dengan pembagian
bidang-bidang yang rijit sektoral (silo). Kini keadaannya mulai
berubah ke arah organisasi yang lebih dinamis, dengan jenjang
hirakhi pendek. Kebijakan ini ditandai dengan pengalihan dua
jenjang jabatan struktural, jabatan administrator dan pengawas
menjadi jabatan fungsional (PermenRB Nomor 28 Tahun 2019
Tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi ke Jabatan
Fungsional)
Materi Pokok 3 PENGEMBANGAN KOMPETENSI
A. Konsepsi Kompetensi
Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan
standar kompetensi dari International Labor Organization (ILO),
memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Pengertian yang
sama juga digunakan dalam konteks ASN, kompetensi adalah
deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1
PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi
faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan
kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya,
termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
B. Hak Pengembangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK). Kebijakan ini tentu saja relevan utamanya dalam
menghadapi dinamika lingkungan global dan kemajuan
teknologi informasi, yang berubah dengan cepat sehingga
kemutakhiran kompetensi ASN menjadi sangat penting. Sesuai
Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang Standar
Jabatan ASN, telah ditetapkan bahwa setiap pegawai perlu
kompeten secara Teknis, Manajerial, dan Sosial Kultural. Dalam
ketentuan tersebut kebutuhan kompetensi untuk masing-
masing jabatan telah ditentukan standarnya, yang dalam hal ini
menjadi fondasi dalam penentuan berbagai kebutuhan
pengelolaan kepegawaian, antara lain, pengembangan
kompetensi pegawai. Hak pengembangan tersebut meliputi
pengembangan kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan
kompetensi sosial kultural.
C. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat
dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan kompetensinya,
yaitu klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses
pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan
pendekatan pelatihan non klasikal, diantaranya e-learning, job
enrichment dan job enlargement termasuk coaching dan
mentoring. Coaching dan Mentoring selain efesien karena dapat
dilakukan secara masif, dengan melibatkan antara lain atasan
peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus sebagai coach.
Materi Pokok 4 PERILAKU KOMPETEN

A. Berkinerja dan BerAkhlak


Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014
ditegaskan bahwa ASN merupakan jabatan profesional, yang
harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan
berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Sebagaimana
diuraikan dalam penjelasan eraturan Pemerintah Nomor 30
tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja PNS, bahwa salah satu
pertimbangan pembentukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat
Undang-Undang ASN adalah untuk mewujudkan ASN
profesional, kompeten dan kompetitif, sebagai bagian dari
reformasi birokrasi. ASN sebagai profesi memiliki kewajiban
mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip
merit dalam pelaksanaan manajemen ASN.

B. Learn, Unlearn, dan Relearn


Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara
pengetahuan dan kealian, jika tidak belajar setiap waktu seiring
dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini
telah diingatkan seorang pakar masa depan, Alfin Toffler (1971),
menandaskan bahwa: “The illiterate of the 21st century will not
be those who cannot read and write, but those cannot learn,
unlearn, and relearn” (Buta huruf abad ke-21 bukanlah mereka
yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak
bisa belajar, melupakan, dan belajar kembali). Sesuaikan cara
pandang (mindset) bahwa aktif meningkatkan kompetensi diri
adalah keniscayaan, merespons tantangan lingkungan yang
selalu berubah.

C. Meningkatkan Kompetensi Diri


Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan
yang selalu berubah adalah keniscayaan. Melaksanakan belajar
sepanjang hayat merupakan sikap yang bijak.
Setiap orang
termasuk ASN selayaknya memiliki watak sebagai embelajar
sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang dalam
oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge Economy).
Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki
kemampuan untuk secara efektif dan kreatif menerapkan
keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang
selalu berubah dan kompleks.

D. Membantu Orang Lain Belajar Sosialisasi dan Percakapan


melalui kegiatan morning tea/coffee termasuk bersiolisai di
ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali menjadi ajang
transfer pengetahuan. ASN pembelajar dapat meluangkan dan
memanfaatkan waktunya untuk bersosialisasi dan bercakap
pada saat morning tea/coffee ataupun istirahat kerja. Cara ini
selayaknya tidak dianggap membuang-membuang waktu.
Keterkaitan Mata Pelatihan : Sikap kompeten dan nilai-nilai dasar PNS memiliki kaitan yang
dengan Agenda erat karena keduanya saling melengkapi dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawab seorang PNS.

Sikap kompeten mengacu pada kemampuan seseorang untuk


melaksanakan tugas dengan baik dan efektif sesuai dengan
keahlian dan pengetahuan yang dimiliki. Seorang PNS yang
kompeten memiliki pemahaman yang baik tentang bidang
tugasnya dan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilannya secara efisien.

Namun, sikap kompeten saja tidak cukup. Penting juga bagi


seorang PNS untuk mengedepankan nilai-nilai dasar PNS dalam
menjalankan tugasnya. Nilai-nilai dasar PNS, seperti integritas,
profesionalisme, keadilan, pelayanan publik, kejujuran, dan
tanggung jawab, membentuk kerangka moral dan etika yang
harus dijunjung tinggi oleh seorang PNS.

Dalam konteks ini, sikap kompeten perlu didukung oleh nilai-


nilai dasar PNS. Seorang PNS yang kompeten harus mampu
menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dengan
mempertimbangkan nilai-nilai etika dalam setiap aspek
pekerjaannya. Misalnya, integritas akan mendorong PNS untuk
bertindak jujur dan adil, sedangkan pelayanan publik akan
mengarahkan PNS untuk melayani masyarakat dengan baik.

Dengan menggabungkan sikap kompeten dan nilai-nilai dasar


PNS, seorang PNS dapat menjadi tenaga profesional yang
mampu menjalankan tugas dengan efektif dan sejalan dengan
etika publik. Sikap kompeten memberikan landasan teknis dan
kemampuan yang diperlukan, sedangkan nilai-nilai dasar PNS
memberikan panduan moral yang diperlukan untuk bertindak
dengan integritas dan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai